• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 20122013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 20122013"

Copied!
345
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

2013

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh:

Nama : Novita Setyaningsih

NIM : 091134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah Sederhana ini, penulis persembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan membantu

disetiap langkah ku.

Bapakku, Petrus Ari Muryanto dan Ibuku, Catharina Sudarmi tercinta, kalian

adalah semangat dan pendukung ku.

Bu Catur Rismiati dan Bu Eny Winarti yang selalu memberikan bimbingan,

pengetahuan yang baru, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Yulius Ganny Akbar Hartono, yang selalu memberikan semangat dan

dukungan.

Teman-teman seperjuangan ku angkatan 2009 di kampus Sanata Dharma.

Bulik Chris, Pak Toto, Mbak Kiwik serta saudara-saudaraku tercinta, yang

selalu mengingatkan ku.

Sahabat-sahabatku (Ratna, Ika, Tika, Puspa, Febri, dan Aries) yang selalu

(6)

v

MOTTO

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu Dan janganlah bersandar kepada Pengertianmu sendiri

Akuilah Dia dalam segala lakumu Maka Ia akan meluruskan jalanmu

(Amsal 3:5-6)

Takut akan TUHAN

Adalah permulaan pengetahuan Tetapi orang bodoh menghina

Hikmah dan didikan (Amsal 1:7)

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Setyaningsih, Novita. 2013. PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS CONDONGCATUR

MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TAHUN AJARAN 2012/2013.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelasV SD Kanisius Condongcatur dan mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner, yang diukur melalui 3 indikator motivasi yaitu (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Kuesioner tersebut diberikan sebelum penelitian (kondisi awal) dan pada akhir pertemuan (capaian). Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar yaitu soal objektif dengan bentuk pilihan ganda. Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 3 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya 3 x 40 menit.

Media visual yang digunakan yaitu melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari kondisi awal untuk indikator I yaitu memiliki keinginan belajar ada 15 siswa (57,7%) menjadi 23 siswa (88,5%). Indikator II yaitu ulet menghadapi tugas ada 15 siswa (57,7%) menjadi 22 siswa (84,62%). Indikator III yaitu memiliki harapan dan cita-cita ada 17 siswa (65,4%) menjadi 24 siswa (92,3%). Selanjutnya media visual yang digunakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar dan membuat bagan sederhana ketika mempelajari materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam satu kelas dari data kondisi awal yaitu 10 siswa (38,5%) yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan siklus I menjadi 23 siswa (88,5%) yang mencapai KKM.

(10)

ix

ABSTRACT

Setyaningsih, Novita. 2013. THE ENHANCEMENT OF MOTIVATION AND SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT ON FIFTH GRADERS KANISIUS CONDONGCATUR ELEMENTARY SCHOOL BY USING VISUAL MEDIA CLASS YEAR 2012/2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University

This research aimed to find out the using of visual media as an effort to enhance Social Science motivation on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School and to find out the using of visual media in enhancing Social Science learning achievement on fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School. The research methodology that used was classroom action research. The participants of the research were the fifth graders Kanisius Condongcatur Elementary School class year 2012/2013; 26 students consisted of 13 female students and 13 male students.

Instruments that were used to measure the motivation was questionnaire, which measured through three motivation indicators; (1) having learning willingness (2) being diligent to face the assignments (3) having learning purpose. Those questionnaires given before the research (in the beginning of condition) and in the last meeting (achievement). Then, the instrument used to measure the learning achievement was objective questions in a form of multiple choices. This research done in one cycle (cycle 1) with three meetings. Indeed, every meeting allocated 3 x 40 minutes.

The visual media that were used through students’ activities in learning could enhance students’ motivation. It was shown by the beginning of condition for indicator 1; having learning willingness consisted of 15 students (57,7%) into 23 students (88,5%). Indicator II; being diligent to face the assignments consisted of 15 students (57,7 %) into 22 students (84,62%). Indicator III; having hope and dream consisted of 17 students (65,4%) into 24 students (92,3%). After that, the visual media that used by showing the pictures and making an ordinary scheme in learning the material can enhance students’ learning achievement. Actually, it shown by the number of students who reached standard score (KKM) in a class from the first condition; 10 students (38,5%) who reached KKM. After having cycle 1, it changed into 23 students (88,5%) who reachedKKM.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua

anugrah serta kesempatan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas

V SD Kanisius Condongcatur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran

2012/2013”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sekolah Guru Dasar Universitas Sanata Dharma dan dosen

pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan motivasi

sehingga terciptanya skripsi ini.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi

ini.

5. R. Sutamta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Condongcatur yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. MM. Lega Primasari, S.Pd., selaku wali kelas V SD Kanisius

Condongcatur, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

7. Siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur Tahun Ajaran 2012/2013 yang

telah berkenan bekerja sama dengan baik, sehingga penelitian dapat

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 8

1.3 Perumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Batasan Pengertian ... 10

(14)

xiii

2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Motivasi Belajar ... 12

2.1.2 Prestasi Belajar... 19

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

2.1.4 Media Pembelajaran... 24

2.1.5Media Visual ... 30

2.1.6 Alat-alat Visual ... 33

2.1.7 Gambar... 33

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas ... 34

2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan PTK... 35

2.2 Teori Belajar... 36

2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan... 38

2.4 Kerangka Berpikir ... 44

2.5 Hipotesis Tindakan... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian... 48

3.1.1 Perencanaan... 50

3.1.2 Pelaksanaan ... 51

3.1.3 Observasi... 51

3.1.4 Refleksi ... 51

3.2 Setting Penelitian ... 52

3.2.1 Tempat Penelitian... 52

(15)

xiv

3.2.3 Subjek Penelitian... 52

3.2.4 Objek Penelitian ... 52

3.3 Rencana Tindakan ... 52

3.3.1 Persiapan ... 53

3.3.2 Siklus I ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.4.1 Observasi... 57

3.4.2 Wawancara... 57

3.4.3 Kuesioner ... 58

3.4.4 Dokumen ... 59

3.5 Instrumen Penelitian... 61

3.5.1 Non Tes ... 61

3.5.2 Tes ... 63

3.6 Indeks Kesukaran (IK) Soal ... 65

3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 69

3.7.1 Validitas ... 69

3.7.2 Reliabilitas ... 70

3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 71

3.8 Teknik Analisis Data... 84

3.8.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 84

3.8.2 Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 89

3.9 Indikator Keberhasilan ... 90

(16)

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 93

4.1 Deskripsi Penelitian ... 93

4.1.1 Siklus I ... 93

4.2 Hasil Penelitian ... 106

4.2.1 Kualitas Proses Pembelajaran ... 107

4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran ... 119

4.3 Pembahasan... 122

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Keterbatasan Penelitian... 135

5.3 Saran... 136

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 23

Tabel 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 60

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi... 62

Tabel 4. Kuesioner Motivasi ... 63

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum dan Sesudah Validasi ... 64

Tabel 6. Kualifikasi Indeks Kesukaran... 67

Tabel 7. Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal ... 68

Tabel 8. Koefisien Reliabilitas ... 71

Tabel 9. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 73

Tabel 10. Kriteria Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 11. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Validasi ... 77

Tabel 12. Instrumen Penilaian Kuesioner Motivasi ... 77

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner... 79

Tabel 14. Kisi-kisi Kuesioner Setelah Validasi... 79

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Validasi ... 81

Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi ... 82

Tabel 17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Sesudah Validasi... 83

Tabel 18. Instrumen Penilaian Soal evaluasi... 84

Tabel 19. Kriteria Penilaian Skor Kuesioner... 85

Tabel 20. Acuan PAP Tipe I... 86

Tabel 21. Perhitungan Kuesioner Indikator I ... 86

(18)

xvii

Tabel 23. Perhitungan Kuesioner Indikator II ... 87

Tabel 24. Menentukan Golongan Motivasi Indikator II... 88

Tabel 25. Perhitungan Kuesioner Indikator III... 88

Tabel 26. Menentukan Golongan Motivasi Indikator III ... 89

Tabel 27. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 91

Tabel 28. Jadwal Penelitian ... 92

Tabel 29. Hasil Skor Motivasi Siswa ... 108

Tabel 30. Perolehan Skor Indikator I... 109

Tabel 31. Perolehan Skor Indikator II ... 111

Tabel 32. Perolehan Skor Indikator III ... 112

Tabel 33. Perhitungan Kuesioner Indikator I Siklus I ... 114

Tabel 34. Perhitungan Kuesioner Indikator II Siklus I... 116

Tabel 35. Perhitungan Kuesioner Indikator III Siklus I ... 118

Tabel 36. Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 120

Tabel 37. Hasil Ketercapaian Siswa Siklus I... 121

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28

Gambar 2. Skema Penelitian Relevan ... 43

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir... 46

Gambar 4. Siklus PTK Menurut Kemmis dan MC. Taggart ... 50

Gambar 5. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan I... 96

Gambar 6. Siswa Saat Melakukan Presentasi Pertemuan II ... 99

Gambar 7. Aktivitas Siswa Saat Melakukan Kuis ... 101

Gambar 8. Refleksi Siswa Pertemuan I... 104

Gambar 9. Refleksi Siswa Pertemuan II ... 105

Gambar 10. Refleksi Siswa Pertemuan III... 106

Gambar 11. Foto Pertemuan I ... 130

Gambar 12. Foto Pertemuan II... 131

Gambar 13. Foto Pertemuan III ... 132

Gambar 14. Grafik Hasil Peningkatan Motivasi ... 128

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 141

Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Validasi ... 143

Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Validasi... 159

Lampiran 4. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sebelum Validasi... 238

Lampiran 5. Kuesioner dan Soal Evaluasi Sesudah Validasi ... 244

Lampiran 6. Media Pembelajaran ... 250

Lampiran 7. Validitas dan Taraf Indeks Kesukaran... 283

Lampiran 8. Hasil Kualitas Proses Pembelajaran ... 293

Lampiran 9. Kualitas Hasil Pembelajaran... 307

Lampiran 10. Foto-foto Penelitian ... 312

Lampiran 11. Data Awal Motivasi Belajar Siswa... 315

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini, terdapat enam hal yang diuraikan oleh peneliti. Keenam hal tersebut, yaitu: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5).

Tujuan dari pendidikan tersebut dibina mulai dari Sekolah Dasar (SD) dengan adanya program wajib belajar 9 tahun (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5). Peserta didik pada tingkat sekolah dasar akan mempelajari beberapa macam mata pelajaran yaitu: Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari berbagai mata pelajaran tersebut, IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159).

(22)

Mata pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Hal tersebut ditunjukkan dengan mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159). Oleh karena itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Selain itu IPS di tingkat sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan perpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 12). Dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS sangatlah penting untuk dipelajari mulai dari sekolah dasar, karena IPS berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang dinamis.

(23)

PAKEM berarti proses membangun makna/ pemahaman, oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Oleh karena itu, siswalah yang harus aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pemantau dan menciptakan suasana pembelajaran agar semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Namun demikian, pembelajaran PAKEM seperti yang dipaparkan di atas belum tentu terjadi pada realita pembelajaran yang ada di sekolah, misalnya di SD Kanisius Condongcatur. Berdasarkan observasi di kelas V pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, pembelajaran yang terjadi di kelas tidak efektif. Ada 3 siswa yang tidak membawa buku paket IPS, ada 2 siswa yang terlihat melamun, ada 1 siswa yang sibuk menggambar, ada 4 siswa yang duduk di belakang dan tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran, dan ada 16 siswa yang cukup memperhatikan guru ketika menjelaskan materi. Pada pembelajaran ini, guru terlihat sangat mendominasi pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi yaitu ceramah, dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media apapun untuk memperjelas materi yang dijelaskan. Selain itu, pada saat mengikuti pembelajaran, siswa hanya duduk diam, mendengarkan, kemudian mencatat materi yang ditulis oleh guru di papan tulis.

(24)

2013. Siswa berinisial N tersebut berkata, “Saya sering merasa bosen ketika pelajaran IPS, karena materinya sangat banyak dan saya kesulitan untuk memahami ataupun mengingat”,jawab siswa ketika peneliti bertanya tentang pembelajaran IPS (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS karena materinya sangat banyak. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan untuk memahami ataupun mengingat materi IPS. Selanjutnya, siswa berinisial N juga berkata, “ketika pelajaran IPS, biasanya hanya dijelaskan, kemudian kami mencatat, dan dihafalkan”, jawaban siswa ketika peneliti bertanya tentang bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung (siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, proses pembelajaran IPS yang berlangsung berpusat pada guru (dijelaskan), siswa mencatat dan menghafalkan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses pembelajaran IPS. Selain siswa yang berinisial N, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa berinisial H dan L, mereka menyukai IPS, tetapi apabila peneliti melihat hasil ulangan yang mereka peroleh, siswa berinisial N memperoleh nilai 43, siswa berinisial H memperoleh nilai 52, dan siswa berinisial L memperoleh hasil 57. Dari hasil perolehan nilai ulangan ketiga siswa tersebut, hasil nilai yang diperoleh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60.

(25)

menjelaskan, kemudian ketika diberi tugas rumah, ada 3 atau 4 siswa yang sering lupa tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, seperti tidak tahu kalau ada PR, buku ketinggalan di rumah, dan sebagainya”, jawab guru ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran IPS. Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa kelas V yang ramai, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sering lupa apabila ada tugas rumah. “Biasanya saya duduk diam, dan tidak lama kemudian siswa yang ramai, akan melihat saya dan diam. Selain itu, apabila siswa yang ramai, sulit dinasehati, saya akan berkata, kalian boleh ramai, asalkan nilai kalian besok pada saat ulangan 100”, jawab guru ketika peneliti bertanya cara mengatasi siswa yang ramai (guru kelas, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013). Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh informasi tentang cara guru mengatasi siswa yang ramai, yaitu dengan cara duduk diam, dan ketika siswa masih ramai, guru mengijinkan ramai asalkan pada saat ulangan memperoleh nilai 100.

(26)

memperhatikan guru saat menjelaskan. Pada indikator yang kedua siswa kurang memiliki keuletan dalam menghadapi tugas. Hal tersebut terlihat saat siswa sering lupa mengerjakan tugas rumah. pada indikator ketiga, siswa kurang memiliki tujuan belajar. Hal tersebut terlihat saat pelajaran berlangsung, siswa tidak fokus memperhatikan pembelajaran, dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Motivasi siswa yang rendah juga didukung dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada siswa. Dari hasil kuesioner tersebut, terlihat bahwa motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil perolehan pada masing-masing indikator. Indikator I ada 15 siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator II ada 15 siswa (57,7%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator III ada 17 siswa (65,4%) yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa.

(27)

Peneliti tidak hanya melihat hasil dokumen semester gasal tahun 2012/2013, tetapi juga melihat pada tahun sebelumnya 2011/2012, yaitu dengan rata-rata ulangan harian sebanyak 21 siswa adalah 45. Sementara itu, ditinjau dari ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebanyak 16 siswa dari 21 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa (76,2%) yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan 5 siswa (23,8%) yang lolos KKM.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, kelas V SD Kanisius Condongcatur perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Siswa sulit untuk memahami materi IPS yang terlalu banyak dan hasil belajar yang belum maksimal. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Mustofa (2001). Penelitian tersebut membuktikan bahwa media cetak (surat kabar, majalah dan gambar) dinilai oleh siswa mengasyikan dan menyenangkan, karena mereka tidak cepat bosan dan perhatian siswa pun menjadi lebih besar pada pelajaran. Melihat dari artikel tersebut, maka peneliti mengusulkan untuk menggunakan media dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS.

(28)

melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Ada 4 bentuk visual, misalnya: gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda. Selain itu, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi dan struktur materi. Peta juga termasuk dalam visual yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. Di samping itu, grafik seperti tabel, grafik dan chart(bagan) yang menyajikan gambaran atau kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka (Arsyad, 2009: 91-92).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condong Catur Menggunakan Media Visual Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2 Pembatasan Masalah

(29)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan:

1.3.1 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.3.2 Bagaimana penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk:

1.4.1 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan motivasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.4.2 Mengetahui penggunaan media visual dalam upaya meningkatkan prestasi IPS siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur tahun ajaran 2012/2013?

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Peneliti

(30)

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti memperoleh pengalaman baru yang kelak dapat menjadikan bekal dalam mengajar, khususnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Bagi Pendidik

Bagi pendidik bidang studi IPS, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengajar agar dapat mengembangkan kemampuan dalam menumbuhkan motivasi serta prestasi siswa dalam mata pelajaran IPS.

1.5.3 Bagi Pembaca

Penulisan proposal PTK ini, diharapkan dapat menjadi contoh dan referensi, serta dapat membantu para pembaca dalam pembuatan proposal PTK yang hampir sama dengan penelitian ini.

1.6 Batasan Pengertian

Untuk menyamakan pemahaman atau persepsi, berikut penulis jelaskan pengertian-pengertian yang dianggap penting dalam PTK ini:

1.6.1Motivasi

(31)

1.6.2 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari tes di akhir siklus.

1.6.3 Media

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti grafis, photografis, tv, radio,slidebahkan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar.

1.6.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti buku, radio, televisi, koran, majalah dan sebagainya.

1.6.5 Visual

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan. 1.6.6 Media Visual

(32)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bab II ini, terdapat lima hal yang diuraikan oleh peneliti. Kelima hal tersebut berisi: kajian pustaka (motivasi belajar, prestasi belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), media pembelajaran, media visual, alat-alat visual, gambar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), teori belajar, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak, yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2008: 73). Menurut Mc. Donald (dalam bukunya Sardiman, 2008), motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Sardiman (2008: 73) motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

(33)

lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Sedangkan menurut Morgan (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 33) “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience” sedangkan menurut Guilford (dalam bukunya Mustaqim, 2008: 34) “Learning is any change in behavior resulting from stimulation”. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya upaya dalam diri seseorang yang menjadi penggerak dan menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang dapat memberi arah pada kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

(34)

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaan bagi tujuan tersebut.

Selain fungsi-fungsi motivasi yang sudah disebutkan, ada juga bentuk-bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi. Menurut Sardiman (2008: 92-95) ada 11 bentuk atau cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan di sekolah, yaitu: memberi angka, angka ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar hanya untuk mengejar nilai yang baik. Tetapi ada siswa yang hanya menginginkan naik kelas tanpa menginginkan nilai yang baik. Keduanya bukan merupakan pemberian nilai yang baik, karena pemberian nilai yang baik itu tidak hanya pada kognitifnya saja tetapi juga pada keterampilan dan afeksinya.

Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk lukisan yang terbaik, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat untuk melukis.

(35)

dilakukan baik individu ataupun kelompok ini, dapat meningkatkan prestasi belajar.

Ego-involvement, Ego-involvement dapat menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras untuk mempertaruhkan harga dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat penting, karena seseorang akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi, tetapi guru dalam memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena siswa akan menjadi bosan dan seperti rutinitas. Selain itu, guru juga harus terbuka kepada siswa apabila akan ada ulangan.

Mengetahui hasil,dengan mengetahui hasil pekerjaan yang diperoleh itu meningkat, maka siswa menjadi terdorong untuk lebih giat belajar lagi agar hasil yang diperoleh terus meningkat.

Pujian, apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

(36)

Hukuman, adalah sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip pemberian hukuman, jangan sampai hukuman membuat siswa itu menjadi patah semangat.

Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar ini berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini menjadi lebih baik, bila dibandingkan segala suatu tanpa maksud. Hasrat untuk belajar dalam hal ini berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga tentu hasilnya menjadi lebih baik.

Minat,minat dan motivasi sangat erat hubungannya, karena motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Oleh karena itu minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat. Minat ini dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut; membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman masa lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai yang dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

(37)

seseorang, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seseorang senang terhadap sesuatu, apabila rasa senang tersebut dapat dipertahankan, maka akan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan, dan (2) apabila seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan, maka biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut (Uno, 2007: 8).

2.1.1.1 Jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2007: 226). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Menurut Winkel (dalam bukunya Yamin, 2007: 227-228) ada 6 bentuk motivasi ekstrinsik, yaitu: (1) belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) belajar demi meningkatkan gengsi; (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.

(38)

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Yamin, 2007: 228). Sedangkan menurut Sardiman (2008: 89) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2.1.1.2 Indikator Motivasi

(39)

Dari ketiga ahli yang mengemukakan tentang indikator-indikator motivasi tersebut, berikut ini adalah 3 indikator yang peneliti susun, yaitu; (1) memiliki keinginan belajar; (2) ulet menghadapi tugas; (3) memiliki tujuan belajar. Peneliti juga menyajikan diagram alur pemilihan indikator motivasi yang peneliti lakukan. Diagram alur pemilihan indikator motivasi dapat dilihat pada diagram 1.

Diagram 1. Alur Pemilihan Indikator Motivasi

Ahli A Ahli B Ahli C

2.1.2 Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 700) dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan 1) Ketekunan dalam belajar

2) Ulet menghadapi tugas 3) Minat dan ketajaman perhatian

dalam belajar 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas

rutin

6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu

8) Senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal.

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

(40)

sebagainya). Fuad Hasan (1982: 38) menyatakan bahwa prestasi adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh dari suatu yang telah dilakukan atau dikerjakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/ tes prestasi (Mulyono, 1995: 150). Sedangkan menurut Masidjo (2010: 40), prestasi belajar adalah skor atau nilai yang menunjukkan prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dan faktor lain diantaranya situasi belajar yang diciptakan guru.

(41)

dipandang dari segi pendidik maupun dari segi guru. Ketiga, perubahan bersifat efektif, dalam arti ini perubahan hasil belajar itu relatif tetap, setiap saat diperlukan, dapat direproduksikan, dan digunakan seperti dalam pemecaham masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Selain ciri-ciri perilaku dari prestasi belajar, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mulyasa (2006) yaitu,

Pertama faktor eksternal, dalam pengaruh faktor eksternal ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor sosial dan non-sosial. Di dalam faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti: lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Kedua faktor internal, dalam faktor internal ini mencakup: faktor-faktor fisiologis yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, faktor-faktor psikologis yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(42)

sosial antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psikologi sosial, antropologi, geografi, dan ilmu politik. Sedangkan humaniora meliputi norma, nilai, bahasa, dan seni yang menjadi komponen kehidupan masyarakat. Menurut Maulana (2001) IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Menurut Sapriya (2009: 20) IPS merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sedangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari Sekolah dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159). Dari beberapa pengertian di atas, maka IPS adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa SD yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia (humaniora) serta manusia dengan lingkungan alam (sosial).

(43)

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Dengan adanya tujuan-tujuan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut, maka ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Pertama, manusia (lingkungan sosial), tempat dan lingkungan (lingkungan alam). Kedua, waktu, keberlanjutan dan perubahan. Ketiga sistem sosial dan budaya. Keempat, perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Dari ruang lingkup mata pelajaran IPS tersebut, berikut ini adalah salah satu standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran IPS kelas V. SK dan KD kelas V semester 2 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

(44)

2.1.4 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, televisi, film, poster, spanduk, dan sebagainya (Sanjaya: 2008). Sependapat dengan pengertian di atas, media adalah suatu prangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi (Yamin, 2007: 197).

Rossi dan Breidle dalam (bukunya Sanjaya, 2008: 204) mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Alat-alat seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan lain sebagainya, apabila digunakan dan di program untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.

(45)

menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa dan dapat menghilangkan verbalisme. Ketiga, menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media ini dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Keempat, media pembelajaran memiliki nilai praktis, yaitu media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan media juga dapat mengatasi batas ruang kelas.

Dilihat dari fungsi dan manfaat dari media pembelajaran, maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), apabila dilihat dari sifatnya, yaitu (Sanjaya, 2008: 211):

a. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau rekaman suara.

b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film,slidesuara, dll.

(46)

a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak seperti televisi dan radio.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti filmslide, film, video, dan lain-lain.

Apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu:

a. Media yang diproyeksikan, seperti: film, slide, film strip, transparansi, dan lain-lain.

b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan, radio, dan lain-lain.

Dari klasifikasi media pembelajaran di atas, apabila dilihat dari sifatnya, penulis menggunakan media visual dalam penelitian ini, kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya adalah media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti gambar atau foto, kemudian apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan dan lain sebagainya.

Selain klasifikasi media pembelajaran, adapula lima prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran (Sanjaya, 2009: 224), yaitu:

(47)

satu media yang memuat semua tujuan tersebut, karena media memiliki karakteristik tertentu.

b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan media ini tidak didasarkan pada kesenangan atau sebuah selingan, melainkan menjadi bagian integral dalam keseluruan proses pembelajaran untuk meningkatkan keefektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa.

c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini, guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa, karena tidak semua media cocok untuk masing-masing siswa.

d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Dalam pemilihan media ini, guru harus mampu mengenali karakter setiap siswa dan kemampuan guru itu sendiri serta prosedur penggunaan media yang telah dipilih.

e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.Dalam penggunaan media, guru harus mengetahui lingkungan serta fasilitas apa saja yang ada agar penggunaan media dapat tercapai sesuai yang diharapkan

(48)

dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale. Kerucut pengalaman E. Dale dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Sardiman, 2009: 8)

Selanjutnya, uraian pada setiap pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut, akan dijelaskan di bawah ini (Sanjaya, 2008: 200):

1. Pengalaman langsung, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Dari pengalaman secara langsung ini, maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret, sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi.

(49)

3. Partisipasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan ikut serta dalam kegiatan. Melalui partisipasi ini, siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.

4. Demonstrasi, merupakan teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Melalui demonstrasi ini, siswa dapat melihat peragaan dari orang lain.

5. Wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata ini, siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.

6. Tv, pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi hanya sebagai perantara.

7. Film, merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Melalui film ini, siswa dapat belajar sendiri, walaupun masih terbatas.

8. Radio, merupakan pengalaman belajar yang lebih abstrak dibandingkan dengan film, karena dengan radio ini, siswa hanya dapat mendengarkan.

(50)

10. Simbol visual, merupakan lambang visual seperti grafik, bagan, dan bagan. Selain sebagai alat komunikasi, lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa.

11. Verbal, merupakan pengalaman belajar yang sifatnya lebih abstrak, karena pengalaman hanya melalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan.

Dari kerucut pengalaman yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menggunakan media visual dalam pembelajaran. Peneliti memilih media visual karena visual merupakan tingkat pengalaman yang termasuk dalam kriteria tinggi untuk membantu siswa dalam memahami materi dari yang konkret menjadi abstrak.

2.1.5 Media Visual

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dalam proses belajar mengajar adalah alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2009: 3). Gerlach (dalam bukunya Sanjaya, 2008: 204) juga berpendapat “A

(51)

Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan indera penglihatan, berdasarkan penglihatan dan bentuk sebuah metode pengajaran bahasa (Fakih, 2001: 81). Menurut Sanjaya (2008: 211) visual adalah sesuatu yang dapat dilihat dan tidak bisa didengar. Dari kedua pengertian di atas, maka visual adalah sesuatu yang dapat dilihat saja (tidak mengandung unsur suara).

Dari pengertian media dan visual, maka media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Menurut Yudhi (2010: 81) media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan atau media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.

Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, yaitu (Yudhi, 2010: 81):

a. Garis, yaitu kumpulan dari titik-titik. Ada beberapa jenis garis, diantaranya adalah: garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis lengkung, garis lingkar, dan garis zig-zag.

b. Bentuk, merupakan sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis-garis-garis-garis dengan konsep-konsep lainnya.

c. Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan dan juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

(52)

Selain unsur-unsur yang terdapat dalam media visual, berikut ini adalah karakteristik dari media visual, yaitu:

a. Gambar, dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sketsa, lukisan dan photo. Sketsa yaitu gambar sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistik seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yaitu gambar hasil pemotretan atau photografi.

b. Grafik, adalah gambar sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti.

c. Diagram, merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta daripada gambar.

d. Bagan, hampir sama dengan diagram, perbedaannya adalah bagan lebih menekankan pada suatu perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi.

(53)

2.1.6 Alat-alat Visual

Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga (Hamzah, 1981: 27). Alat-alat visual, terbagi menjadi dua, yaitu:

 Alat-alat visual dua dimensi

Alat-alat dua dimensi terbagi mmenjadi dua, yaitu (1) alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. Contohnya: gambar di atas kertas atau karton, grafik, diagram, bagan, poster, gambar hasil cetak saring dan foto. (2) alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan. Contohnya: lembaran transparan untuk

overhead projector.

 Alat-alat visual tiga dimensi

Alat-alat visual tiga dimensi mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Contohnya: benda asli, model, alat tiruan sederhana.

2.1.7 Gambar

(54)

dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi; (3) gambar harus benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa, jika dilihat dalam keadaan yang sebenarnya; (4) kesederhanaan, gambar yang dibuat haruslah sesederhana mungkin. Gambar yang rumit, akan mengalihkan perhatian anak-anak; (5) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya; (6) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai sebuah gambar. Tetapi penggunaan warna yang salah akan menghasilkan pengertian yang tidak benar, oleh karena itu sebuah gambar yang hitam-putih dengan kualitas tinggi akan jauh lebih baik; (7) Ukuran perbandingan sangatlah penting, agar tidak menimbulkan pengertian yang salah.

Selain syarat-syarat pemilihan gambar, ada beberapa kelebihan dari gambar, yaitu: (1) gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah, atau dibuat sendiri. Mudah menggunakannya, dan tidak memerlukan alat tambahan; (2) penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti yang sering dituduhkan kepada penggunaan slaid atau film; (3) koleksi gambar dapat diperbesar terus; (4) mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran, untuk penyajian jumlah gambar dapat disesuaikan dengan besarnya koleksi.

2.1.8 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(55)

dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Dari pengertian PTK tersebut, ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PTK, yaitu pertamaPTK merupakan proses, yang artinya PTK adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan menyadari adanya masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah, dan refleksi terhadap tindakan yang dilakukannya tersebut. Kedua PTK mengkaji masalah pembelajaran di dalam kelas, yang artinya berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Ketiga yaitu PTK dimulai dan diakhiri dengan refleksi diri, artinya yaitu yang melaksanakannya adalah guru sendiri. KeempatPTK dilakukan berbagai tindakan, artinya tidak hanya ingin mengetahui sesuatu, tetapi ada aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima PTK dilakukan dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting pembelajaran yang sebenarnya, tidak mengganggu proses pembelajaran yang sudah direncanakan.

2.1.9 Kelebihan dan kelemahan PTK

(56)

oleh orang lain. Kedua, kerjasama sebagai ciri khas dalam PTK, memungkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif, sebab setiap yang terlibat memiliki kesempatan untuk memunculkan pandangan-pamndangan kritisnya. Ketiga, hasil atau simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Keempat, PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata. Oleh karena itu hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru.

Selain itu, PTK juga mempunyai kelemahan atau keterbatasan, yaitu (Sanjaya, 2009: 38): Pertama, keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri. Kedua, PTK berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku secara umum. Ketiga, PTK adalah penelitian yang bersifat situasional dan kondisional, yang bersifat longgar yang kadang-kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara ajeg.

2.2 Teori Belajar

(57)

(Dahar, 2011: 136-138). Tingkatan pertama yaitu sensori motor, yang menempati dua tahun pertama dalam kehidupan anak. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indera (sensori) dan tindakannya (motor). Selain itu, dalam periode ini, seorang bayi tidak mempunyai konsepsi object permanen.

Tingkatan kedua yaitu pra-operasional antara umur 2-7 tahun. Pada periode ini, anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi. Pada tingkat pra-operasional ini dibagi menjadi dua sub tingkat, yaitu antara usia 2-4 tahun, dan antara usia 4-7 tahun. Pada subtingkat yang pertama disebut sebagai subtingkat pralogis. Selanjutnya pada subtingkat kedua disebut sebagai tingkat berpikir intuitif. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini memiliki sifat egosentris. Hal tersebut berarti bahwa anak tersebut memiliki kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari suatu keadaan pada keadaan lain.

(58)

Tingkatan keempat yaitu operasional formal kira-kira usia 11 tahun. Pada periode ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Selain itu, pada periode ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret, dan sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.

Teori belajar menurut Piaget ini sangat berhubungan dengan media yang peneliti gunakan dalam penelitian, karena dalam teori belajar ini, terdapat tingkatan-tingkatan yang jelas dalam perkembangan intelektual anak. Dengan adanya teori ini, peneliti dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, sehingga pembelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik.

2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan

(59)

Hasil post-tes menunjukkan bahwa untuk kelompok eksperimen n = 20, mean = 69,90, sedangkan untuk kelompok kontrol jumlah siswa = 20, mean = 58,70, deviasi standar gabungan = 32,85, t hitung = 3,10 dan t tabel = 1, 68. Berdasarkan perhitungan post-tes tersebut t hitung > dari t tabel. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa kelas kelompok eksperimen yang diajar menggunakan peta dan globe dengan siswa kelas kelompok kontrol yang diajar tanpa menggunakan peta dan globe dalam pembelajaran IPS pada taraf kepercayaan 95% sesudah eksperimen diadakan.

Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa perlakuan telah memberikan pengaruh nyata, sehingga kelompok belajar yang menggunakan media peta dan globe memberikan hasil belajar yang tinggi jika dibandingkan kelompok belajar yang tidak menggunakan media peta dan globe. Hal ini didasarkan pada perbedaan rerata post-tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(60)

dianalisis menggunakan teknik persentase sebagai kualifikasi temuan penelitiannya.

Dalam pelaksanaannya di kelas, media cetak pendukung (surat kabar, majalah, dan gambar) dinilai oleh siswa lebih mengasyikan dan menyenangkan. Selain itu, dengan menggunakan media cetak pendukung tersebut siswa tidak cepat bosan. Perhatian siswa menjadi lebih besar pada pembelajaran, karena dengan adanya informasi yang aktual dan sebagaimana yang mereka lihat, dengar dan baca dari media lain di luar pembelajaran formal di bangku sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa jenis-jenis media cetak yang digunakan meliputi buku teks, surat kabar, majalah ataupun gambar (khususnya peta dan atlas) dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN se-Kecamatan Sanan Wetan, Kotamadya Blitar. Pemanfaatan media cetak tersebut sifatnya bervariasi, karena keberadaan dan kedudukan media yang digunakan berbeda-beda.

Penelitian ketiga oleh Susanto (2010) yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan Tahun Pelajaran 2009/ 2010”. Berdasarkan hasil penelitian ini, penerapan

(61)

Hal ini ditandai dengan naiknya nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 53,69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 69, 37 dengan persentase ketuntasan sebesar 62,5 %. Pada siklus II perolehan nilai rata-rata sebesar 81,25 dengan persentase ketuntasan sebesar 81, 25 %.

Penelitian keempat oleh Purnomo (2011) yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Semester Genap Tahun Ajaran2010/2011”. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dan siklus II dilaksanakan pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner, observasi, tes hasil belajar pada akhir siklus, refleksi, dan wawancara.

(62)

dilihat dari kondisi awal prestasi belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 80,64%, pada akhir siklus II menjadi 100%.

Penelitian kelima oleh Hidayah (2011), yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IVA di SD Negeri Ungaran II Semester Genap Tahun Pelajaran 2010-2011”. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitiannya adalah seswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II, sedangkan objek penelitiannya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Selanjutnya, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu; kuesioner, observasi, tes hasil belajar, refleksi, dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II. Peningkatan motivasi belajar dapat ditunjukkan dengan kondisi awal motivasi belajar yaitu 13 siswa (39,39%) dan pada siklus II menjadi 29 siswa (87,88%). Selain itu, peningkatan prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan kondisi awal prestasi belajar siswa yang mencapai KKM yaitu 15 siswa (45,45%), dan pada akhir siklus II,prestasi belajat siswa menjadi 100% atau tuntas semua.

(63)

yang meneliti tentang kualitas proses pembelajaran. Selain itu, terdapat dua penelitian, yaitu penelitian oleh Alwi (2002) dan Susanto (2010), yang meneliti tentang kualitas hasil pembelajaran. Selanjutnya ada satu penelitian, yaitu penelitian oleh Mustofa (2001), yang meneliti tentang media pembelajaran. Peneliti menyajikan gambar atau skema penelitian relevan seperti pada gambar 2, untuk mempermudah dalam melihat posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang relevan.

Gambar 2. Skema Penelitian Relevan

Kualitas Proses Kualitas Proses dan Hasil

Purnomo (2011) Siswa Kelas IVA di SD

(64)

2.4 Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang di pelajari mulai dari Sekolah dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS tidaklah mudah untuk dipelajari dalam usia anak SD, karena kebanyakan dari materi IPS itu abstrak. Hal tersebut dapat dilihat dari Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran IPS. Salah satu contohnya SK kelas V semester II yaitu, menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa hal-hal yang konkret terlebih dahulu yang akan digunakan oleh siswa sebagai bekal untuk menuju ke abstrak. Setelah siswa paham, kemudian guru dapat menjelaskan secara abstrak.

(65)

Motivasi belajar siswa sangatlah penting untuk ditingkatkan, karena dengan motivasi yang tinggi, maka seorang siswa memiliki semangat untuk giat belajar. Siswa kelas V SD Kanisius Condongcatur memiliki motivasi belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat pada saat pelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru atau ribut bersama teman di sebelahnya. Selain itu, ketika siswa diminta untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang tidak langsung mengerjakan, mengganggu temannya, dan jalan-jalan di dalam kelas. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

(66)

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Media visual digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui tiga indikator, yaitu memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas, dan memiliki harapan dan cita-cita. Ketiga indikator tersebut tercapai melalui kegiatan-kegiatan siswa yang dilakukan di kelas, seperti pemberian tugas, diskusi, belajar bersama, kuis, dan presentasi kelompok dengan menunjukkan gambar-gambar para tokoh pejuang dan keadaan atau situasi pada saat pertempuran. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mendorong siswa untuk termotivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.

Kondisi awal siswa

Tindakan

Hasil tidak optimal Pembelajaran

tanpa media

Pembelajaran menggunakan media visual

Siklus I

Kondisi akhir siklus: Meningkatnya motivasi dan

(67)

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2
Gambar 4. Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi
Tabel 4. Kuesioner Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

relir K€rojuu Mudr d@ lnu

Hal inilah yang menjadi suatu ketertarikan sendiri bagi penulis untuk menelusuri masalah ini, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi

Pendidikan kedokteran memasuki paradigma baru, yaitu dengan metode PBL (Problem Based Learning), dimana pada tingkat dasar mahasiswa harus menguasai teknik belajar

Pada PT.PLN (Persero) Area Padang, perhitungan Pajak PPh pasal 21 atas.. pegawai tetap telah dihitung oleh PT.PLN (Persero) Wilayah

Hipotesis yang terjawab yaitu H1 (Individual yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengurangi perilaku cyberloafing dibandingkan dengan individual yang

terdapat dalam video klip Super Junior Sory-Sory dan video klip Super9Boys.. 20 ACDC dimana penetuan unit analisis ditujukan pada pesan visual yang

Meningkatan produk domestik bruto merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam