• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar PPKn Siswa Kelas III

a. Karakteristik Siswa Kelas III

Karakteristik yang ada pada anak usia dini sangat unik dan bermacam- macam, maka dari itu pada saat mengajar di kelas guru harus mampu mengetahui karakteristik siswa secara umum, hal ini agar guru mampu menentukan model dan metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran sehingga siswa memahami materi yang guru ajarkan. Berkaitan dengan karakteristik siswa sekolah dasar (SD). Menurut Susanto (2016:73) dalam bukunya yang menyatakan bahwa “pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung”. Sedangkan menurut Erikson (Sobur, 2013:136) mengatakan bahwa anak pada usia 8-11 tahun adalah masa untuk berkelompok dan berorganisasi.

Piaget (Susanto, 2016:77) mengatakan “setiap tahap perkembangan kognitif siswa memiliki karakteristik yang berbeda”. Berikut ini adalah tahapan perkembangan kognitif siswa: (1) tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), anak belum memasuki usia sekolah, (2) tahap praoprasional (usia 2-7 tahun) anak memiliki kemampuan skema kognitif yang masih terbatas, cenderung meniru perilaku orang lain, mampu menggunakan kata, kalimat dan ekspresi yang tepat untuk merespon orang lain, (3) tahap oprasional konkret (usia 7-11), anak mampu berfikir secara sistematis tentang benda- benda dan peristiwa-peristiwa yag konkret, (4) tahap oprasional formal (usia 11-15 tahun), anak mulai memasuki usia remaja dengan kemampuan mengordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan.

6

commit to user

(2)

Dari tahap perkembangan siswa yang dikemukakan oleh Piaget dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD pada umumnya berusia antara 8-9 tahun, hal ini berada pada tahap oprasional konkret, yang mana anak telah mampu berfikir kritis tentang benda dan peristiwa yang konkret.

Berdasarkan pemaparan mengenai karakteristik siswa sekolah dasar di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik siswa kelas III SD umumnya berusia 9 tahun, termasuk dalam tahapan oprasional konkret yaitu 7-12 tahun, pada masa ini anak mampu berkelompok, melaksanakan tugas-tugas belajar, berfikir secara sistematis tentang benda dan peristiwa konkrit. Dengan demikian karakteristik siswa kelas III SD sesuai dengan model pembelajaran auditory intellectually repetition yang dapat melatih siswa dalam berkelompok, berdiskusi serta melaksanakan tugas-tugas belajar dengan sistematis dengan melalui tahap auditory intellectually repetition.

b. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sudut pandang yang utama untuk mengetahui ketercapaian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Menurut Aunurrahman (2013:35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Purwanto (2014:49) hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Menurut Basri (2017:33) bahwa hasil belajar adalah gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Sedangkan Menurut Nursaadah & Asran (2016:2) Hasil belajar adalah suatu hasil tes yang berupa pre-test post-test untuk mengukur tingkat penguasaan yang dimiliki oleh siswa dan perbaikan perubahan perilaku. Pendapat diatas dipertegas oleh Mulyana (Arifin 2017:49) yang mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah suatu hasil commit to user

(3)

nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester”.

Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar yaitu proses perubahan tingkah laku dan gambaran perwujudan kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam memahami dan menggali suatu pelajaran yang telah diukur melalui kegiatan pre-test post-test. Pada penerapan model auditory intellectually repetition hasil belajar akan dilakukan pada tahap repetition atau pengulangan menggunakan teknik soal evaluasi atau kuis individu setelah pembelajaran.

2) Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar merupakan nilai yang didapatkan berupa angka setelah mengikuti pembelajaran. Menurut Sudjana (2016:3) penilaian hasil belajar adalah sebuah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang telah diraih siswa sesuai dengan kriteria tertentu.

Penilaian hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengolah data hasil pengukuran tentang kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Widoyoko, 2014:4).

Penilaian hasil belajar menurut Ratnawulan dan Rusdiana (2015: 57- 58) dibagi menjadi 3 ranah, yaitu: (1) ranah kognitif berupa pengetahuan, (2) ranah afektif berupa penilaian pada sikap siswa selama pembelajaran, 3) ranah psikomotorik berupa kemampuan yang mengutamakan keterampilan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang penilaian hasil belajar dapat diambil kesimpulan bahwa, penilaian hasil belajar yaitu pengolaan data hasil pembelajaran siswa yang diambil pada saat proses pembelajaran dengan pemberian nilai terhadap hasil belajar yang telah diraih siswa yang meliputi ranah kognitif, rana afektif dan rana psikomotorik. Pada penilaian hasil belajar pada penelitian yang menggunkan model pembelajaran auditory intellectually repetition yang akan diterapkan commit to user

(4)

pada materi PPKn menekankan pada ranah kognitif yang berhubungan erat dengan kemampuan berpikir.

3) Aspek Hasil Belajar

Menurut Benyamin Bloom (Sudjana, 2016:22) secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar memenjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Yang dimaksud dengan ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, rana afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan kemampuan bertindak.

Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu ranah kognitif siswa yang terdiri dari C1-C6. Berikut penjabaran Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohkl (Gunawan dan Palupi, 2012: 105-108):

a) Mengingat (Remember)

Pada tingkatan ini, siswa belajar dengan mengingat kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.

b) Memahami/mengerti (Understand)

Pada tingkatan ini, siswa belajar dengan memahami sebuah pengertian, menerjemahkan, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.

c) Menerapkan (Apply)

Pada tingkatan ini, proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan.

d) Menganalisis (Analyze)

Pada tingkatan ini, siswa belajar memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

commit to user

(5)

e) Mengevaluasi (Evaluate)

Pada tingkatan evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang ada.

f) Menciptakan (Create)

Pada tahapan menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang ranah kognitif dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terdiri dari enam aspek meliputi: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi dan (6) mencipta. Pada penelitian Hasil belajar peserta didik kelas III yang diukur dengan tes, tingkatan pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tingkatan mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis.

c. Pembelajaran PPKn 1) Pengertian PPKn

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 77 i ayat (1) adalah suatu muatan mata pelajaran yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral pancasila kesadaran kontribusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kerr (Japar,Fadhillah&Lakshita,2019:93) mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education dapat didefinisikan sebagai berikut:

commit to user

(6)

“Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process”.

Definisi diatas dapat diartikan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk didalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Sedangkan Somantri (Japar, Fadhillah &Lakshita,2019:94) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah suatu muatan mata pelajaran yang memfokuskan untuk menyiapkan generasi dengan pengetahuan dan kemampuan sehingga menjadi warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter dapat diandalkan oleh bangsa Indonesia.

2) Tujuan PPKn

Seperti mata pelajaran pada umumnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga memiliki tujuan di mana tujuan tersebut untuk menciptakan masyarakat yang berguna bagi negara ataupun dirinya sendiri. Tujuan mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menurut Aziz dan Sapria (2011:315) adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut : (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, commit to user

(7)

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara umum yaitu untuk mempersiapkan generasi bangsa yang unggul, berkepribadian baik, dalam tingkat lingkungan sosial, regional maupun global.

3) Ruang Lingkup PPKn Tema 5

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum atau standar isi (SI) dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema (Sukayati&Wulandari, 2009:13).

Pada kurikulum Sekolah Dasar semester 2 kelas III dibagi menjadi 4 tema yaitu tema 5, tema 6, tema 7 dan tema 8, di mana setiap tema memiliki 4 subtema. Pada penelitian kali ini peneliti akan mengambil tema 5 pada subtema 4 pada materi PPKn.

Pemetaan kompetensi dasar pada tema 5 subtema 4 yang termuat dalam Buku Guru Tematik Terpadu Kurikulum 2013 kelas III yaitu sebagai berikut:

commit to user

(8)

Gambar 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar pada Tema 5

Berdasarkan pemetaan tema di atas, maka peneliti akan memfokuskan ke KD yang termasuk ke dalam pembelajaran PPKn.

Berikut ini kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator materi PPKn tema 5 subtema 4 yang dipelajari di kelas III kurikulum 2013.

PPKn

1.4 Mensyukuri makna bersatu dalam keberagaman dilingkungan sekitar sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2.4 Menampilkan sikap kerja sama sebagai wujud bersatu dalam keberagaman di lingkungan sekitar.

3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman melalui penerapan kehidupan sehari-har.

4.4 Menceritakan perilaku sesuai dengan makna bersatu dalam keberagaman melalui penerapan kehidupan sehari- hari.

BAHASA INDONESIA

3.3 Menggali informasi tentang perubahan cuaca dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, dan visual.

4.3 Menyajikan hasil penggalian informasi tentang konsep perubahan cuaca dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dalam bentuk tulis menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif.

PJOK

3.5 Memahami kombinasi berbagai pola gerak dominan (bertumpu, bergantung, keseimbangan, berpindah/lokomotor, tolakan, putaran, ayunan, melayang, dan, dan mendarat) dalam aktivitas senam lantai.

4.5 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak dominan (bertumpu, bergantung, keseimbangan, berpindah/ lokomotor, tolakan, putaran, ayunan, melayang, dan mendarat) dalam aktivitas senam lantai.

Matematika 3.5 Menjelaskan dan

melakukan

penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama.

4.5 Menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama.

SBDP

3.4 Mengetahui teknik potong,

lipat, dan sambung.

4.4 Membuat karya keterampilan dengan teknik potong, lipat, dan sambung.

Tema 5 subtema 4 Cuaca,Musim

,Iklim

commit to user

(9)

 Kompetensi Inti

KI 1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga dan Negara.

KI 3 Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan meta kognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda- benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

KI 4 Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

 Kompetensi Dasar :

1.4 Mensyukuri makna bersatu dalam keberagaman dilingkungan sekitar sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2.4 Menampilkan sikap kerja sama sebagai wujud bersatu dalam keberagaman di lingkungan sekitar.

3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman melalui penerapan kehidupan sehari-hari.

4.4 Menceritakan perilaku sesuai dengan makna bersatu dalam keberagaman melalui penerapan kehidupan sehari-hari.

 Indikator :

1.4.1 Menjelaskan arti penting bersatu dalam keberagaman.

2.4.1 Menyebutkan cara tolong menolong di lingkungan sekolah sebagai wujud sikap bersatu dalam keberagaman. commit to user

(10)

2.4.2 Mengidentifikasi cara tolong menolong di lingkungan sekolah sebagai wujud sikap bersatu dalam keberagaman.

2.4.3 Menyebutkan cara tolong- menolong di lingkungan rumah sebagai wujud sikap bersatu dalam keberagaman.

2.4.4 Mengidentifikasi cara tolong- menolong di lingkungan rumah sebagai wujud sikap bersatu dalam keberagaman.

2.4.5 Menyebutkan cara tolong menolong dilingkungan masyarakat sebagai wujud sikap bersatu dalam keberagaman.

3.4.1 Menjelaskan makna sikap bersatu dalam keberagaman.

3.4.2 Menyimpulkan makna sikap bersatu dalam keberagaman.

3.4.3 Mengidentifikasi contoh sikap bersatu dalam keberagaman.

3.4.4 Menganalisis manfaat sikap bersatu dalam keberagaman.

3.4.5 Menyebutkan dampak apabila tidak bersatu

Kompetensi Dasar dan Indikator yang telah dipaparkan di atas akan digunakan semuanya, dengan pertimbangan penelitian yang dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang benar-benar objektif.

4) Materi PPKn Tema 5 subtema 4

a) Arti penting bersatu dalam keberagaman

Bersatu dalam keberagaman merupakan cara manusia agar tidak terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat. Mengapa bersatu dalam keberagaman di dalam kehidupan bermasyarakat itu penting?

Karena dapat menumbuhkan kerukunan antar masyarakat, bisa bersosialisasi dengan lingkungan, hidup nyaman, adanya gotong royong, saling membantu antar sesama, menumbuhkan rasa kepedulian pada kehidupan masyarakat.

b) Tolong menolong di lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat yang paling tepat untuk mengajarkan persatuan dalam keberagaman. Tolong menolong merupakan contoh sikap bersatu yang diajarkan di lingkungan sekolah. Berikut contoh sikap bersatu di lingkungan sekolah yang yaitu: (1) Menolong teman membersihkan kelas meskipun bukan

commit to user

(11)

jadwal piket kita; (2) Menjelaskan kepada teman mata pelajaran yang belum ia pahami (3) Menolong teman yang sakit untuk dibawa ke ruang UKS; (4) Menolong ibu guru mengumpulkan dan membagikan kertas ulangan.

c) Tolong menolong di lingkungan rumah

Dalam kehidupan sehari-hari sikap gotong royong atau kerja sama harus ditanamkan, hal ini dapat dimulai dari lingkup yang paling dekat dengan anak yaitu keluarga. Keluarga memiliki peranan penting dalam membantu tumbuh kembang anak, terutama orang tua memiliki posisi penting dalam membentuk karakter anak. Cara tolong menolong di lingkungan rumah yaitu: (1) membantu ibu mencuci piring; (2) membantu pekerjaan ayah; (3) menjaga adik.

d) Tolong menolong di lingkungan masyarakat

Manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka dari itu tolong menolong merupakan cara manusia untuk melangsungkan hidupnya. Contoh sikap tolong menolong di lingkungan masyarakat yaitu: (1) memberikan santunan kepada anak yatim; (2) memberi bantuan kepada korban bencana alam berupa makanan, pakaian, obat-obatan atau uang; (3) menjadi donor darah; (4) menyantuni fakir miskin; (5) membantu menyebrangkan orang yang sudah tua.

e) Makna bersatu dalam keberagaman

Patmawati (2019:38) menyebutkan bahwa keragaman memiliki makna sebagai kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku, bangsa dan ras, keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.

Makna pokok bersatu dalam keberagaman, yaitu : (1) menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi; (2) menjalin toleransi; (3) hidup berdampingan secara harmonis; (3) menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan, dan saling tolong menolong. commit to user

(12)

f) Sikap bersatu dalam keberagaman

Menurut Patmawati,(2019:24). Keragaman tidak bisa dihindari dari bangsa Indonesia karena ditinjau dari letak geografisnya negara Indonesia memang sangat memungkinkan untuk terjadinya perbedaan. Beberapa contoh sikap bersatu dalam keberagaman yang ada di lingkungan sekitar yaitu: (1) tidak mebeda-bedakan satu sama lain, (2) saling menghormati antar sesama, (3) saling menghargai antar umat beragama, (4) saling menjaga kepercayaan, (5) tidak menghina sesama yang berbeda, (6) saling menyayangi satu sama lain, (7) tidak mengecewakan, (8) menjaga hubungan dengan baik dan bijak.

g) Manfaat sikap bersatu

Sikap bersatu dalam keberagaman memiliki beberapa manfaat misalnya: (1) menjadi rukun; (2) tidak terpecah belah; (3) saling menjalin persatuan dan kesatuan; (4) mempererat silaturahmi; (5) saling menghargai; (6) tidak membeda-bedakan teman.

h) Dampak bila tidak bersikap bersatu dalam

Menurut Patmawati, (2019:134) apabila tidak terdapat persatuan dan kesatuan dalam negara, ada beberapa akibat yang timbul: a) hilangnya tenggang rasa dan toleransi dalam bermasyarakat; b) perpecahan bangsa; c) melemahnya pertahanan dan keamanan bangsa.

2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau rancangan yang berisi prosedur kegiatan belajar yang digunakan guru untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Soekamto (Shoimin, 2014: 23) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan commit to user

(13)

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran serta para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Suprijono (2012:46) yang mengatan bahwa “Model pembelajaran adalah sebuah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Menurut Helmiati (2012:19) Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Pendapat helmiati diperkuat oleh pendapat Bruce Joyce &

Weil (Darmawan&Wahyudin, 2018:1) yang berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.

Pengertian model pembelajaran yang dimaksud pendapat di atas yaitu model pembelajaran merupakan kerangka konseptual atau kerangka pembelajaran jangka panjang yang menggambarkan prosedur atau langkah- langkah dari awal sampai ahir sehingga mampu mencapai tujuan belajar.

Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu model pembelajaran yang menarik yang dapat diterapkan pada siswa kelas III yaitu model pembelajaran auditory intellectually repetition .

b. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition

Menurut Yennita (Linuwih&Sukwati:2014) Model pembelajaran AIR menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory (mendengar), Intellectually (berpikir) dan Repetition (pengulangan). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Shoimin, (2014:29) yang mengatakan bahwa pembelajaran akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Berikut adalah penjelasan dari masing- masing tahap dalam model pembelajaran AIR yaitu: commit to user

(14)

1) Auditory

Menurut Huda (2014:290) Belajar auditoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat. Sedangkan Menurut Handayani, Suartana, &

Sentosa (2019) pada pembelajaran ini siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.

Cara belajar auditorial adalah cara belajar yang mengakses segala jenis kata dan bunyi.

2) Intellectually

Intellectually berasal dari kata intellectual yang berarti kecerdasan.

Menurut Handayani, Suartana, &Sentosa (2019) Intellectually berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.

3) Repetition

Repetition atau bisa dikatakan sebuah pengulangan. Menurut Suherman (Shoimin,2014) Repetition merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, ia harus mengulangnya dalam beberapa kesempatan.

Dari tahap model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model auditory intellectually repetition merupakan pembelajaran yang menggunakan teknik suara, menggunakan kemampuan berfikir atau memecahkan masalah, dan menggunakan teknik pengulangan yang menarik misalnya saja kuis. Pada penelitian ini peneliti menggunakan semua tahap dari model auditory intellectually repetition untuk membuktikan bahwa model AIR ini dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. commit to user

(15)

c. Langkah-langkah Model Auditory Intellectually Repetition

Langkah model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) menurut Manurung (2016) sebagai berikut:

1) Tahap Auditory

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu (1) siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang heterogen; (2) guru membagikan lembar LKS (3) Guru mengarahkan dan memberi petunjuk cara penyelesaian konsep yang ada di LKS dengan cara eksplorasi media pembelajaran (Auditory).

2) Tahap Intellectually

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu: (1) Secara berpasangan siswa tampil di depan berbagi ide mendemonstrasikan media untuk memecahkan permasalahan (Intellectually); (2) Siswa mengerjakan lembar permasalahan secara individu dengan cara mengajukan pertanyaan (Intellectually); (3) Diskusi kelompok (sharing) berbicara, mengumpulkan informasi, membuat model, mengemukakan gagasan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan (Intellectually);(4) Wakil dari kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi, melengkapi, dan menyetujui kesepakatan (Intellectually); (5) Seorang siswa wakil dari kelompok kawan menyimpulkan (Intellectually).

3) Tahap Repetition

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu siswa diberi kuis (Repetition) untuk mengulang materi yang sudah di pelajari pada saat pembelajaran.

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran AIR menurut Shoimin (2014: 30) yaitu: (1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing- masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa; (2) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru; (3) Setiap kelompok mendiskusikan materi yang mereka pelajari, dan menuliskan hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan (Auditory); (4) Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi; (5) Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat commit to user

(16)

meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (Intellectually); (6) Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapatkan pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition).

Langkah-langkah model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah model AIR yaitu : (1) penyampian materi (auditory);

(2) diskusi kelompok (intellectually); (3) presentasi hasil diskusi Kelompok (auditory); (4) pengulangan materi (repetition).

Penjelasan dari tahap Auditory yaitu: (1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa; (2) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru; (3) Setiap kelompok mendiskusikan materi yang mereka pelajari, dan menuliskan hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas (Auditory), pada tahap Intellectually yaitu: (4) ketika diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi; (5) setiap kelompok berpikir untuk menyelsaikan masalah yang diberikan dan mempresentasikan hasil diskusi (Intellectually), selanjutnya tahap repetition yaitu: siswa mendapatkan pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition).

d. Kelebihan dan Kelemahan Auditory Intellectually Repetition

Setiap model pembelajaran memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan seperti halnya pada model pembelajaran AIR ini. Shoimin (2014:30-31) menjelaskan beberapa kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut: (1) siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya; (2) siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan, pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif; (3) siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri; (4) siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan; (5) siswa memiliki pengetahuan banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Sedangkan yang menjadi kelemahan commit to user

(17)

dari model pembelajaran AIR, antara lain: (1) membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukan perkara mudah; (2) mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan; (3) siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

Sedangkan menurut Agustiana (2017) kelebihan dan kelemahan model Auditory, Intellectually, Repetition. Adapun yang menjadi kelebihan dari model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah sebagai berikut : (1) melatih pendengaran dan keberanian peserta didik untuk mengungkapkan pendapat (auditory); (2) melatih peserta didik untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually); (3) melatih peserta didik untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (repetition); (4) peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif. Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR) dapat disimpulkan bahwa kelebihannya yaitu siswa menjadi lebih aktif, termotivasi dalam pembelajaran, melatih pendengaran dan keberanian siswa, untuk memecahkan masalah secara kreatif dan melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari. Sedangkan kelemahanya yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakan model pembelajaran ini hal ini dikarenakan pada saat melaksanakan langkah auditory terdapat proses presentasi dan tanya jawab sehingga membutuhkan waktu yang lama.

commit to user

(18)

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan dalam pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa selalu dipengaruhi oleh beberapa macam permasalahan baik itu permasalahan dari guru ataupun permasalahan dari siswa. Berdasarkan dari latar belakang penelitian ini yang diambil dari hasil observasi diperoleh data bahwa pembelajaran PPKn yang telah berjalan terdapat fakta bahwa: (1) beberapa siswa cepat merasa bosan, (2) beberapa tidak tertarik mengikuti pelajaran, (3) beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, dan (4) beberapa hasil belajar belum maksimal. Hal ini juga diperkuat pada saat wawancara dengan wali kelas didapatkan data bahwa dari 24 siswa di kelas III hanya 10 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM, dan 14 siswa kurang dari KKM. Hal ini menunjukan bahwa 41% siswa mendapat nilai diatas KKM, dan 59%

siswa mendapat nilai dibawah KKM.

Pada saat pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kratif karena masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini ditunjukkan masih ada beberapa siswa yang cepat merasa bosan dan tidak aktif mengikuti pembelajaran. Dari permasalahan yang muncul peneliti memberikan solusi untuk menggunakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran yang efektif yaitu model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition).

Penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition sangat tepat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa hal ini karena dalam satu model terdapat tahap di mana siswa diajarkan untuk mendengarkan, berfikir, dan mengulang materi yang diajarkan dengan situasi yang menyenangkan sehingga saat diadakanya pengulangan materi berupa kuis siswa mampu mengerjakan dengan maksimal dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Langkah-langkah dari model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition itu sendiri yaitu : (1) penyampian materi (auditory); (2) diskusi kelompok (intellectually); (3) presentasi hasil diskusi kelompok (auditory); (4) pengulangan materi (repetition).

commit to user

(19)

Penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, membuat siswa lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian Penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition ini menggunakan 3 siklus, di mana setiap siklus terdapat 2 kali pertemuan.

Berikut merupakan bagan kerangka berfikir dari penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition dalam meningkatkan hasil belajar siswa PPKn pada tema 5 subtema 4 di SDN 5 Panjer Tahun ajaran 2019/2020, dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Kondisi

Awal

Tindaka n

Kondisi Akhir

Guru belum

menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kratif karena masih dominan

menggunakan

metode ceramah dan penugasan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini ditunjukkan masih banyaknya siswa yang cepat merasa bosan ,dan idak aktif mengikuti pembelajaran.

Siswa 1. Lebih antusias

dalam mengikuti pembelajaran.

2. Aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Hasil belajar mulai meningkat.

Beberapa siswa cepat merasa bosan, beberapa siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran, beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan beberapa hasil belajar PPKn belum maksimal.

Penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition, dengan Penelitian III siklus.

Langkah-langkah model AIR yaitu:

1. Penyampaian materi (auditory)

2. Diskusi kelompok (Intellectually) 3. Presentasi dan

penyampaian hasil kelompok (auditory) 4. Pengulangan materi

(repetition)

Hasil belajar siswa pada materi PPKn Kelas III

meningkat.

commit to user

(20)

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, serta kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu:

“apabila penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada PPKn di kelas III SDN 5 Panjer Tahun Ajaran 2019/2020”.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada penelitian kognitif, apektif, dan psikomotor sehingga guru harus

Hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD adalah perubahan perilaku yang menyangkut kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelas IV SD (kognitif, afektif, dan

Bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi tertentu harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) relevan dengan standar kompetensi mata

1) Orientasi peserta didik terhadap masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, aktivitas yang akan dilakukan, apa permasalahan yang akan dibahas serta proses

1) Petanque dimainkan oleh 2 tim terdiri dari 1, 2, dan 3 pemain. 2) Nomor single dan double menggunakan 3 bosi untuk setiap pemain. 4) Dilakukan tos koin sebelum memulai

Pada anak usia 4-5 tahun berdasarkan pendapat Yawinda (2019) menjelaskan bahwa capaian perkembangan dapat dilihatdan diukur pada saat anak (1) menunjukan

Hal ini dilakukan dengan beberapa strategi berikut. a) Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan tugas yang dikerjakan. b) Merancang tugas siswa sesuai

Pendapat lain dari Markaban (2008) menjelaskan bahwa kelebihan dari Model Pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut: (1) Siswa berpartisipasi aktif selama