• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS Veruka vulgaris.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS Veruka vulgaris.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

VERUKA VULGARIS

Pembimbing: dr.Rudy, Sp.KK

oleh :

Bagus Ngurah Mahakrishna 06.70.0097 Mohammad Sulhan 05.70.0178

LAB/SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD SIDOARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN WIJAYA KUSUMA SURABAYA

(2)

LAPORAN KASUS

VERUKA VULGARIS

Pembimbing: dr.Rudy, Sp.KK

oleh :

Bagus Ngurah Mahakrishna 06.70.0097 Mohammad Sulhan 05.70.0178

Sidoarjo, 04 Oktober 2012. Mahasiswa Mahasiswa

(DM.Bagus Ngurah Mahakhrisna) (DM.Mohammad Sulhan)

Pembimbing

(3)

PENDAHULUAN

Veruka vulgaris, juga dikenal sebagai kutil umum, adalah pertumbuhan kulit jinak yang disebabkan oleh infeksi virus pada kulit yaitu Human Papiloma Virus (HPV), yang merupakan virus beruntai ganda dan melingkar. Veruka vulgaris (kutil) merupakan kasus yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat.Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua

(4)

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.F Umur : 12 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Berat badan : 29 kg

Alamat : jalan Kemuning gaag 5 bligo candi RT 12 RW 5 Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Status : Belum menikah Tgl.pemeriksaan : 08-10-2012

II. AUTOANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan berwarna abu-abu Riwayat penyakit sekarang :

Pasien Anak Laki-Laki berusia 12 tahun di bawa oleh orang tuanya ke RSUD Sidoarjo dengan keluhan benjolan berwarna abu-abu pada siku sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan berukuran kecil seperti jagung dan lama-lama kelamaan benjolan bertambah besar, dan mulai timbul benjolan yang lainnya disekitar benjolan yang pertama, benjolan tersebut teraba padat dan tidak terasa sakit bila di tekan.

Sebelumnya pasien belum pernah berobat, dan pasien tidak memiliki riwayat terhadap alergi obat.

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Dan dari keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini.

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis Vital sign

(5)

Nadi : 86 x/menit Respirasi : 18 x/menit Suhu : 36.5ºC Kepala : Mata : A/I/C/D : -/-/-/- Leher : pembesaran KGB ( – ) Thorax :

Cor : S1S2 Tunggal Reguler Pulmo : Rh -/- Wh -/- Abdomen :

Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba Ginjal : tidak teraba

IV. STATUS DERMATOLOGIS

Lokasi : Elbow dextra Efloresensi :

(6)

V. RESUME

 Pasien anak laki-laki, usia 12 tahun datang dengan keluhan benjolan berwarna abu-abu pada siku sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu.

 Awalnya benjolan berukuran kecil seperti jagung dan lama-lama kelamaan benjolan bertambah besar, dan mulai timbul benjolan yang lainnya disekitar benjolan yang pertama, benjolan tersebut teraba padat

 Status Generalis: Dalam batas normal

 Status dermatologis :

Lokasi : Elbow dextra Efloresensi :

Tampak papulae dengan ukuran bervariasi, dengan permukaaan kasar yang berwarna abu-abu

VI. DIAGNOSIS BANDING

Moluskum Kontagiosum

VII. DIAGNOSIS KERJA

Veruka Vulgaris

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Elektrokauterisasi 2. Asam fusidat cream 2%

X. PROGNOSIS

(7)

PEMBAHASAN

Pada kasus veruka vulgaris didapatkan gambaran klinis berupa benjolan berbentuk bulat berwarna abu-abu dan permukaannya kasar. Hal ini serupa dengan keluhan yang dialami pasien. Pasien juga mengeluh benjolan tersebut lama kelamaan membesar dan timbul benjolan lain yang serupa dengan benjolan yang pertama sesuai dengan teori bahwa induk kutil pada suatu saat akan menimbulkan kutil yang baru dan akan muncul dalam jumlah banyak.

Terapi pada kasus ini yaitu memberikan edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri dimana kutil tersebut akan mengalami proses regresi. Disamping itu dapat juga dilakukan elektrokauterasi untuk menghilangkan kutil tersebut dan pemberian salep antibiotik untuk mencegah infeksi. Dengan pengobatan yang baik maka prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam walaupun veruka vulgaris dapat berulang (bersifat residif).Dicari faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

(8)

VERUKA VULGARIS

Definisi

Veruka ialah hyperplasia epidermis di sebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu

Epidemiologi

Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah dan puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian, 3-20% anak sekolah memiliki kutil (veruka), dari 1000 anak yang berusia di bawah 16 tahun yang mendatangi rumah sakit di Cambrige, United Kingdom pada tahun 1950-an terdapat 70% anak yang menderita veruka vulgaris, 24% plantar warts, 3,5% plane warts, 2% filiform warts dan 0,5% menderita anogenital warts. Masa inkubasi dapat bervariasi dari beberapa minggu hingga lebih dari satu tahun.Timbulnya veruka dapat terjadi setelah 20 bulan terinfeksi.

Etiologi

Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova). Virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.

.

Patofisiologi

Munculnya infeksi HPV dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk lokasi lesi, jumlah dari virus yang menginfeksi, frekuensi kontak dan status imun seseorang.Pengaruh imun dan genetik yang rentan terhadap infeksi HPV belum dapat dimengerti sepenuhnya

Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus ke dalam epidermis yang viable yaitu melalui defek pada epitelium.Veruka dapat menyebar baik dengan kontak langsung ataupun tak langsung.Dapat melalui kulit yang trauma, abrasi maupun maserasi kulit merupakan predisposisi untuk inokulasi virus ini

Gejala Klinis

(9)

Tempat predileksinya terutama di ekstrimitas bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar(verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinkulasi sepanjang goresan (fenomena kobner).

` Di kenal juga induk kutil suatu saat akan menimbulkan kutil yang lain dalam jumlah banyak. Ada pendapat yang mengolongkan sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan permukaannya verukosa disebut sebagai veruka filiformis.

Diagnosis

Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan biasanya sudah sangat membantu untuk membangun diagnosis veruka.Pemeriksaan histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lesi seperti keratosis seboroik, keratosis solar, nevi, akondron, hiperplasia kelenjar sebasea, klavi, granuloma piogenik kecil, karsinoma sel skuamous dapat menyerupai veruka

Diagnosis Banding:

Moluskum Kontagiosum

Pengobatan

Terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena, usia pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik secara fisik maupun emosional dan jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang muncul pada anak tidak memerlukan pengobatan khusus karena biasanya dapat regresi sendiri.Namun, mekanismenya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga sistem imun seluler dan humoral berperan terhadap regresi spontan veruka vulgaris.

Penatalaksanaan untuk pasien dilakukan elektrokauterisasi.Elektrokauterisasi ini efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV. Tehnik ini diawali dengan local anestesi.Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi dengan

(10)

narkotik analgesik dan analgesik topikal pada beberapa pasien sangat bermanfaat seperti lidocaine jelly

Penatalaksanaan lainnya :

- Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris. veruka seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari akan timbul lepuh sehingga akan menjadi lebih lunak. Idealnya pengobatan dilakukan setiap 2 atau 3 pekan sampai lepuh terkelupas.Komplikasi dari krioterapi diantaranya terjadinya hipopigmentasi dan timbul jaringan parut (skar).

- Asam salisilat 12-26% dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk pengobatan veruka vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan krioterapi. Efek keratolitik asam salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi respon inflamasi.

- Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10% glutaraldehid dalam etanol cair atau dalam formulasi bentuk gel. Pengobatan hanya terbatas pada lesi di tangan.Efek samping yang dapat terjadi adalah dermatitis kontak. Nekrosis kutaneus dapat terjadi walaupun sangat jarang.

- Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka vulgaris terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan memiliki konsentrasi 1 unit/ml yang diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat memucat.Saat injeksi terasa nyeri sehingga pada beberapa pasien dapat diberikan anestesi lokal. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah timbulnya skar dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang luas.

- Simetidin oral dengan dosis 30-40 mg/kgBB/hari telah dilaporkan mampu meresolusi veruka vulgaris.

- Pengobatan dengan dinitrochlorobenzene (DNCB) dilaporkan mampu meresolusi veruka pada 85% kasus. Caranya: DNCB dilarutkan dalam aseton, kolodion atau petrolatum. Dosis awal DNCB dengan konsentrasi 2-5 %, tetapi dapat diturunkan menjadi 0,2-0,5% jika timbul reaksi yang berat.Veruka mulai pecah setelah sekali hingga dua puluh kali pengobatan, tetapi rata-rata dibutuhkan 2-3 bulan pengobatan. Efek samping dari penggunaan DNCB yaitu pruritus, nyeri lokal, dan dermatitis

(11)

eksematous ringan.

- Laser karbondioksida dapat digunakan untuk pengobatan beberapa variasi dari veruka baik pada kulit maupun mukosa. Pengobatan ini efektif untuk menghilangkan beberapa jenis veruka, seperti periungual dan subungual warts.

Prognosis

Prognosis veruka vulgaris adalah dubia ad bonam walaupun dapat berulang (bersifat residif).Dicari faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam; Balai Penerbit FKUI; Jakarta 2009.

2 Janik MP, Heffernan MP. Warts. Dalam: Freedeberg IM et al (ed). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed 7. Vol 2. New York: McGraw Hill Book Co. 2008; 1822-28.

3 James WD, Berger TG, Elston DM. Viral disease. Dalam: Andrews diseases of the skin. Ed 10. 2008; 403-13

4 Sterling JC. Virus infection. Dalam: Burns T et al (ed). Rook’s Text Book Of Dermatology. Ed 7. Vol 4. 2004; 25.37-53

5 http://emedicine.com/derm/topic457.htm

6 http://www.mayoclinic.com/health/commonwarts/DS00370/SECTION=1

7 Ronny Handoko. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2008. Hal 111-112.

Referensi

Dokumen terkait

bahu kanan tetapi ada keterbatasan LGS karena timbul nyeri. - Pasien dalam aktivitas toilet secara mandiri, eating secara mandiri, dan dreassing secara mandiri tetapi pasien

Awalnya benjolan tidak dirasakan mengganggu sehingga pasien tidak pernah memeriksakan diri ke dokter.. Namun, akhir-akhir ini benjolan mulai dirasakan nyeri, napas menjadi

 Pasien perempuan, 54 tahun, mengeluh mata kiri nyeri sejak 5 hari yang lalu disertai dengan mata merah, berair, dan silau terutama pada siang hari.  Pasien mengaku awalnya

Pada pasien yang tidak diobati, gejala demam pada demam tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step ladder temperature chart yang ditandai dengan demam timbul insidius, naik

6.. terutama setelah makan makanan pedas. Setelah sariawan membesar, pasien mengeluhkan adanya rasa sakit dan bengkak pada daerah tersebut. Pasien

Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit,

• Sejak menderita sakit gula, pasien sering merasa haus, lapar dan sering buang air kecil terutama pada malam hari, pasien juga mengeluh gatal-gatal di

Selain itu pada OM$ stadium perforasi biasanya pasien tidak mengeluh nyeri telinga seperti yang ter)adi pada pasien ini 8alaupun nyeri yang dirasakan datangnya tidak