• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS X-IA SMA ASY-SYAFI’IYAH INTERNASIONAL MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS X-IA SMA ASY-SYAFI’IYAH INTERNASIONAL MEDAN."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH DI KELAS X-IA SMA ASY-SYAFI’IYAH INTERNASIONAL MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

OKTAVIANA NIRMALA PURBA NIM : 8136172065

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

OKTAVIANA NIRMALA PURBA. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Di Kelas X-IA SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

(7)

ABSTRACT

OKTAVIANA NIRMALA PURBA. Upgrades Creative Thinking and Communication Skills Mathematics Students Using Problem Based Learning In Class X-IA SMA Asy-Syafi'iyah International Medan. Thesis. Terrain: Graduate Program, State University of Medan: 2015.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin atas segala karunia

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Di Kelas X-IA SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis

mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.

Terima kasih dan penghargaan khusunya penulis sampaikan kepada :

1) Ayahanda Sulaiman Purba dan Ibunda Mariana Batubara tercinta, serta

adik-adikku Abdul Malik Purba dan Norma Yunita Purba, SE, yang selalu

memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam

setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan

Tesis ini.

2) Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Prof.

Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan

berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

3) Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

dan Dr. Edy Surya, M.Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan

saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi

motivator dalam penyelesaian proposal tesis ini.

4) Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf

(9)

5) Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd dan Bapak Dr. Arif Rahman,

M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.

6) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna

kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7) Kepada Bapak Maramuda S.Pd selaku kepala sekolah dan Bapak Muhammad

Rasyidi, S.Pd selaku guru mata pelajaran kelas X SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan, serta seluruh dewan guru yang telah memberikan

kesepatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8) Teristimewa kepada Rahmi Rahmadhani, Siti Maysarah, Fauziah Ritonga,

Rizka Fahruza Siregar, Imelda Wardhani, Dewani Ulinda Purba, Yunita Sari,

dan rekan-rekan Dikmat B-1 dan juga sahabat seperjuangan angkatan XXII

Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan

lainnya kepada penulis.

9) Teristimewa kepada rekan-rekan Tim Pembuat Buku Kurikulum 2013 kepada

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Rahmi

Rahmadhani, Yanti Rambe dan Suci Dahliana Narphila.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan

bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis

berharap semoga tesis ini dapat member sumbangan dalam memperkaya khasanah

ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, 16 April 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Kemampuan Berpikir Kreatif... 25

2.1.1. Kreativitas ... 25

2.1.2. Pengertian Berpikir Kreatif ... 26

2.1.3. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 29

2.1.4.Teori yang Melandasi Pengembangan Berpikir Kreatif ... 32

2.2. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 36

2.2.1. Pengertian Komunikasi Matematik ... 36

2.2.2. Aspek Kemampuan Komunikasi ... 39

2.2.3. Teori Belajar yang Mendasari Komunikasi Matematika ... 42

2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 44

2.3.1. TujuanPembelajaran Berbasis Masalah ... 48

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 50

2.3.3. Landasan Teori dan Empiris Pembelajaran Berbasis Masalah... 51

2.4. Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 56

(11)

3.7. Instrumen Penelitian ... 80

3.7.1. Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 80

3.7.2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 83

3.7.3. Tes Kemampuan Komunikasi ... 85

3.8. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 87

3.8.1. Uji Validitas Butir terhadap Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitan ... 88

3.8.2. Validasi Empirik (Uji Coba) terhadap Instrumen Penelitian ... 90

3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 96

4.1.2. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

4.1.3. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematik ... 127

4.1.4. Uji Hipotesis I dan III (ANAVA Dua Jalur) ... 144

4.1.5. Uji Hipotesis II dan IV (ANAVA Dua Jalur) ... 148

4.2. Pembahasan Penelitian ... 154

4.2.1. Faktor Pembelajaran ... 155

4.2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 158

4.2.3. Kemampuan Komunikasi Matematik ... 161

4.2.4. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa... 162

4.2.5. Interaksi antara Kemampuan Awal Matematika Siswa dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematik Siswa ... 166

(12)

DAFTAR TABEL

1.1. Hasil Ujian Matematika Pada MID Semester Ganjil T.A 2014-2015 .... 14

2.1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 45

3.1. Data Jumlah Sampel Penelitian Siswa/i SMA Asy-Syafi’iyah Medan Tahun Ajaran 2014-2015 ... 72

3.2 Desain Penelitian ... 72

3.3. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 73

3.4. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa ... 81

3.5. Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 82

3.6. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik... 83

3.7 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 84

3.8. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 86

3.9. Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik ... 86

3.10. Nama-nama Validator ... 88

3.11. Hasil Validasi Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran ... 88

3.12. Hasil Validasi Ahli terhadap Instrumen Berpikir Kreatif ... 89

3.13. Hasil Validasi Ahli terhadap Instrumen Komunikasi Matematik ... 89

3.14. Karakteristik Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 95

3.15. Karakteristik Postest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 95

3.16. Karakteristik Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik ... 96

3.17. Karakteristik Postest Kemampuan Komunikasi Matematik ... 96

3.18. Keterkaitan Hipotesis Penelitian, Kelompok Data, dan Jenis Statistik Yang Digunakan... 99

3.19. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 103

3.20. Perhitungan ANAVA ... 104

4.1. Deskripsi Nilai Tes KAM Siswa Tiap Kelas Sampel ... 108

4.2. Deskripsi Data KAM Berdasarkan SPSS 19.0 ... 108

4.3. Deskripsi Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ... 109

4.4. Hasil Uji Normalitas KAM ... 111

4.5. Hasil Uji Homogenitas KAM... 112

4.6. Data Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

4.7. Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 115

4.8. Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 116

4.9. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 116

4.10. Hasil Uji Homogenitas Postest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan SPSS 19 ... 117

4.11. Deskripsi Data Berpikir Kreatif Kedua Kelompok Pembelajaran ... 118

4.12. Rata-rata Gain Ternormalisasi Berpikir Kreatif berdasarkan Pengelompokkan KAM ... 118

4.13. Deskripsi Data untuk Indikator lancar (Fluency) ... 121

4.14. Deskripsi Data untuk Indikator luwes (Flexibility) ... 121

(13)

4.16. Deskripsi Data untuk Indikator Elaborasi ... 122

4.17. Uji Normalitas N-Gain Tes Berpikir Kreatif Berdasarkan Pembelajaran... 125

4.18. Uji Normalitas N-Gain Tes Berpikir Kreatif Berdasarkan KAM ... 126

4.19. Uji Homogenitas N-Gain Tes Berpikir Kreatif Berdasarkan Pembelajaran... 127

4.20. Uji Homogenitas N-Gain Tes Berpikir Kreatif Berdasarkan KAM ... 127

4.21. Data Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Komunikasi Matematik .... 128

4.22. Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik dengan SPSS 19 ... 130

4.23. Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Komunikasi Matematik dengan SPSS 19 ... 131

4.24. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik Menggunakan SPSS 19 ... 131

4.25. Hasil Uji Homogenitas Postest Kemampuan Komunikasi Matematik Menggunakan SPSS 19 ... 132

4.26. Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Kedua Kelompok Pembelajaran ... 133

4.27. Rata-Rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Pengelompokan KAM ... 133

4.28. Deskripsi Data untuk Indikator ke-1 ... 136

4.29. Deskripsi Data untuk Indikator ke-2 ... 136

4.30. Deskripsi Data untuk Indikator ke-3 ... 136

4.31. Deskripsi Data untuk Indikator ke-4 ... 136

4.32. Uji Normalitas N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Pembelajaran ... 140

4.33. Uji Normalitas N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Berdasarkan KAM ... 140

4.34. Uji Homogenitas N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Pembelajaran ... 141

4.35. Uji Homogenitas N-Gain Tes Kemampuan Komunikasi Berdasarkan KAM ... 141

4.36. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Tes Berpikir Kreatif Matematik Siswa . 143

4.37. Ringkasan Peningkatan Masing-Masing Aspek Berpikir Kreatif Ditinjau dari Keseluruhan Siswa ... 144

4.38. Rangkuman Hasil Uji t Tentang Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 146

4.39. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Mengenai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa ... 148

4.40. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Tes Komunikasi Matematik Siswa ... 149

4.41. Ringkasan Peningkatan Masing-Masing Aspek Kemampuan Komunikasi Ditinjau dari Keseluruhan Siswa ... 150

4.42. Rangkuman Hasil Uji t Tentang Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Berdasarkan KAM ... 152

(14)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1. Prosedur Penelitian... 100 Diagram 4.1. Skor Rerata Berdasarkan KAM ... 110 Diagram 4.2. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan KAM ... 119 Diagram 4.3. Selisih Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan KAM ... 119 Diagram 4.4. Rata-Rata N-Gain Indikator Lancar (Fluency)Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 122 Diagram 4.5. Rata-Rata N-Gain Indikator Luwes (Flexibility) Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 122 Diagram 4.6. Rata-Rata N-Gain Indikator Originality Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 123 Diagram 4.7. Rata-Rata N-Gain Indikator Elaborasi Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 123 Diagram 4.8. Rata-Rata N-Gain Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif

Ditinjau dari Keseluruhan Siswa ... 124 Diagram 4.9. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan KAM ... 134 Diagram 4.10. Selisih Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan KAM ... 134 Diagram 4.11. Rata-Rata N-Gain Indikator ke-1 Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 137 Diagram 4.12. Rata-Rata N-Gain Indikator ke-2 Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 137 Diagram 4.13. Rata-Rata N-Gain Indikator ke-3 Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 138 Diagram 4.14. Rata-Rata N-Gain Indikator ke-4 Ditinjau dari

Keseluruhan Siswa ... 138 Diagram 4.15. Rata-Rata N-Gain Berdasarkan Indikator Kemampuan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa ... 5

Gambar 1.2. Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa ... 5

Gambar 1.3. Jawaban Tes Komunikasi Matematika Siswa ... 11

Gambar 1.4. Jawaban Tes Komunikasi Matematika Siswa ... 11

Gambar 4.1. Grafik Interaksi Antara Kemampuan Awal dan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 145

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masala ... 182

A-2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 238

A-3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 263

LAMPIRAN B B-1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 319

B-2 Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 320

B-3 Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 322

B-4 Kunci Jawaban Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 324

B-5 Kunci Jawaban Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 335

B-6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 346

B-7 Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik... 347

B-8 Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik ... 349

B-9 Kunci Jawaban Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik. ... 351

B-10 Kunci Jawaban Posttest Kemampuan Komunikasi Matematik ... 358

LAMPIRAN C C-1 Nama-nama Validator ... 366

C-2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 367

C-3 Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 369

C-4 Kesimpulan Validas ... 370

C-5 Hasil Validasi Kemampuan Berpiikir Kreatif Matematik ... 372

C-6 Hasil Validasi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 374

C-7 Uji Coba Instrumen Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 376

C-8 Uji Coba Instrumen Postest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 386

(17)

C-10 Uji Coba Instrumen Postest Kemampuan Komunikasi Matematik ... 407

LAMPIRAN D

D-1 Data Kemampuan Awal Matematika (KAM) Seluruh Siswa Kelas

X IA SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan Berdasarkan Nilai

Rapot ... 418

D-2 Deskripsi Hasil KAM Berdasarkan Kelompok ... 419

D-3 Uji Normalitas dan Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika

(KAM) Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 420

D-4 Deskripsi Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 422

D-5 Deskripsi Hasil N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 427

D-6 Deskripsi Data Pretest, Postest dan N-Gain Kemampuan Berpikir

Kreatif Berdasarkan KAM ... 429

D-7 Uji Homogenitas, Uji Normalitas Pretest, Postest dan Gain

Ternormalisasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 430

D-8 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ... 434

D-9 Hasil Uji Perbedaan Rerata Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan KAM dan Pembelajaran ... 438

D-10 Deskripsi Data N-Gain Tes Berpikir Kreatif Matematik Berdasarkan

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 440

D-11 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Indikator Kemampuan

Berpikir Kreatif ... 443

D-12 Hasil Uji Perbandingan Rerata N-Gain Berdasarkan Indikator

Kemampuan Berpikir Kreatif ... 445

D-13 Deskripsi Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Komunikasi

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 448

D-14 Deskripsi Hasil N-Gain Kemampuan Komunikasi Kelas

(18)

D-15 Deskripsi Data Pretest, Postest dan N-Gain Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan KAM ... 454

D-16 Uji Homogenitas, Uji Normalitas Pretest, Postest dan Gain

Ternormalisasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 455

D-17 Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Komunikasi ... 461

D-18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Tes Kemampuan Komunikasi

Berdasarkan KAM dan Pembelajaran ... 463

D-19 Deskripsi Data N-Gain Tes Komunikasi Matematik Berdasarkan

Indikator Kemampuan Komunikasi ... 465

D-20 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Indikator Kemampuan

Komunikasi Matematik ... 468

D-21 Hasil Uji Perbandingan Rerata N-Gain Berdasarkan Indikator

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan,

membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai

peraturan perundang-undang yang berlaku (Sisdiknas, 2008:7). Dalam

Undang-undang juga dikatakan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib

memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan

yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminan. Demi mendukung

terwujudnya program di atas, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

dapat dilihat dari perubahan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat

terutama para pendidik dalam mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan

pikirannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya kreatif yang dilakukan

pemerintah, masyarakat dan para pendidik dalam rangka menyiapkan generasi

bangsa yang bermutu salah satunya, dengan melakukan perubahan kurikulum,

perubahan teknik pengajaran yang disesuaikan dengan fasilitas yang memadai dan

penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan lembaga lain.

Peran pendidik dalam perubahan ini sangat berpengaruh untuk mencapai

tujuan yang direncanakan. Kemampuan dalam memperoleh, memilih dan

mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis,

logis, kreatif dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif harus

dimiliki oleh para pendidik demi perubahan yang lebih baik. Sikap dan cara

(20)

karena matematika menjadi salah satu cara dalam mengembangkan kemampuan

berpikir siswa, sehingga matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan.

Matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan, karena dengan

belajar matematika akan menimbulkan kemampuan ketrampilan yang tidak hanya

berguna pada saat proses pembelajaran berlangsung, namun dapat juga

diaplikasikan dalam memecahkan masalah sehari-hari. Matematika juga dapat

melatih siswa dalam menumbuhkan kemampuan matematika siswa misalnya

kemampuan berpikir logis, kreatif, kritis, cermat, efektif, pemecahan masalah,

representasi, koneksi, komunikasi dan sebagainya. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan Cokroff (Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Sejalan dengan NCTM (Van de Welle, 2008:1) mengemukakan bahwa

Didalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang lebih produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup.

Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu tujuan

pembelajaran matematika. Dengan adanya pembelajaran matematika, siswa dapat

mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif

serta memiliki kemampuan untuk bekerja secara tim. Pengembangan kemampuan

(21)

kemampuan yang dikehendaki dalam dunia kerja. Sehingga tidak perlu diragukan

lagi bahwa kemampuan berpikir kreatif menjadi penentu keunggulan suatu

bangsa. Daya kompetensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh kreativitas sumber

daya manusianya.

Pada kurikulum 2006 (Saefudin, 2012 : 38) mengatakan bahwa

kemampuan dalam berpikir kreatif diperlukan untuk menguasai dan mencipta

teknologi di masa depan, yang artinya bahwa matematika perlu diberikan pada

semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk

membekali para peserta didik dalam kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis,

kreatif dan kemampuan dalam bekerja sama. Kompetensi tersebut diberikan dan

dikembangkan dalam diri siswa sehingga siswa memiliki kompetensi dalam

memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi yang didapat agar peserta

didik dapat bertahan hidup pada keadaan yang kompetitif dan tidak pasti.

Sejalan dengan Nur’aeni (2008 : 75) mengatakan bahwa :

Kreativitas sangat penting bagi kehidupan manusia. Ia diperlukan untuk mengatasi berbagai kesulitan, mencari jalan keluar dari segala keruwetan, mendobrak kemandengan dan untuk meraih cita-cita yang didambakan. Tanpa kreativitas, seseorang akan sering terbentur kebuntuan, dan itu jelas menghambat, bahkan akan mengurangi semangat berprestasi.

Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif memegang peranan penting

dalam menentukan perjalanan hidup seseorang dan bahkan kehidupannya di

dalam masyarakat. Penemuan terbaru tidak terlepas akan adanya kemampuan

berpikir kreatif individu. Kreativitas merupakan suatu perwujutan dari dalam diri

individu, suatu karya kreatif sebagai hasil kreativitas seseorang yang

menimbulkan kepuasan tersendiri dalam diri pribadi. Sehingga kemampuan

(22)

Dari sinilah terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif penting dalam

mengembangkan semua bakat dan ketrampilan individu agar dapat

mengembangkan potensi hidupnya.

Kesuksesan individu dapat dilihat dari kemampuan berpikir kreatif dalam

menyelesaikan masalah. Individu yang kreatif memiliki beberapa karakteristik

yang berbeda dari individu biasa. Individu kreatif memandang masalah sebagai

tantangan yang harus dihadapi, bukan dihindari. Individu kreatif juga memandang

masalah dari berbagai perspektif yang memungkinkannya memperoleh berbagai

alternatif solusi. Selain itu, pengembangan kemampuan berpikir kreatif

merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran

matematika, diharapkan masing-masing siswa memiliki kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta memiliki kemampuan dalam bekerja

sama.

Pentingnya berpikir kreatif ini tidak relevan dengan kenyataan yang ada.

Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika masih

tergolong rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

pembelajaran matematika dapat dilihat dari jawaban siswa dalam menyelesaikan

soal. Soal ini diberikan kepada 32 siswa SMA Asy-Syafi’iyah Internasional

Medan. Berikut soal yang diberikan untuk melihat kemampuan kreatif siswa.

(23)

Berikut pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut :

Gambar 1.1. Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa 1

Gambar 1.2. Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa 2

Dari jawaban 32 siswa, terdapat 2 siswa sebesar (6,25%) yang menuliskan

2 cara hingga selesai dan benar; terdapat 12 siswa sebesar (37,5%) menuliskan

dengan menggunakan diagram pohon hingga selesai tetapi salah; terdapat 8 siswa

sebesar (25%) menuliskan dengan menggunkan tabel; terdapat 4 siswa sebesar

(12,5%) menuliskan dua cara tapi tidak selesai; terdapat 6 siswa sebesar (18,75%)

tidak menjawab. Dilihat dari banyak ragam jawaban dan metode penyelesaian,

menunjukkan kefasihan dan keluwesan siswa dalam menyelesaikan soal masih Siswa belum

menunjukkan sifat fluency

Siswa belum menunjukkan aspek Elaborasi dan jawaban siswa masih Siswa belum

dapat menunjukkan aspek flexibility

Siswa belum dapat menunjukkan sifat Elaborasi

(24)

kurang. Karena tidak ditemukannya jawaban dan penyelesaian unik dan berbeda

sehingga dapat disimpulkan kebaruan siswa dalam menyelesaikan masalah masih

lemah. Dalam hal ini terdapat 2 siswa dapat memecahkan masalah dengan benar

hanya dengan 2 cara, sedangkan sisanya siswa salah dalam menyusun banyak

kombinasi kulkas dengan benar.

Fakta lainnya yang menyebutkan kemampuan berpikir kreatif siswa masih

rendah. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan salah seorang guru

matematika di SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan yaitu Muhammad

Rasyidi yang mengatakan bahwa :

Secara umum, pembelajaran yang dilakukan di kelas belum dapat mengedepankan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam menyelesaikan soal, jawaban siswa masih monoton dan belum terlihat akan adanya proses berpikir kreatif. Dalam pembelajaran matematika aplikasi akan materi belum dikaitkan dengan ketrampilan atau skill siswa. Sehingga siswa hanya mempelajari materi pembelajaran matematika tanpa mereka mengetahui aplikasi materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari khususnya dunia kerja.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika adalah

kemampuan berpikir kreatif siswa. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa

disebabkan oleh proses pembelajaran yang terjadi masih satu arah, hanya

menekankan pada aspek kognitif siswa saja, sedangkan aspek afektif dan

psikomotorik siswa kurang diperhatikan. Hal ini berdampak pada proses

pembelajaran siswa, dimana siswa hanya “mengetahui” dan tidak “mengalami”

apa yang dipelajarinya. Hal inilah menjadi salah satu pemicu terhambatnya

kemampuan berpikir kreatif siswa.

Menurut Supriadi (Rahman, 2012:19) diperoleh informasi berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Hans Jellen dari Universitas Utah, Amerika Serikat

(25)

yang diteliti, kreativitas anak-anak Indonesia yang terendah. Apabila hasil

penelitian tersebut benar dalam menggambarkan tentang rendahnya kreativitas

anak-anak di Indonesia, menurut beberapa dugaan, salah satu penyebabnya adalah

lingkungan yang kurang menunjang anak-anak dalam mengekspresikan

kreativitasnya, khususnya di lingkungan keluarga dan sekolah.

Rahman (2012 : 20) mengatakan rendahnya kemampuan berpikir kreatif

berdampak pada rendahnya prestasi siswa. Salah satu yang menjadi penyebab

rendahnya kemampuan kreatif matematika siswa adalah proses pembelajaran

disekolah yang kurang optimal. Guru lebih dominan menjelaskan materi yang

telah disiapkan sedangkan siswa hanya menjadi penerima informasi. Akibatnya

siswa hanya berpatokan pada langkah-langkah penyelesaian yang diberikan oleh

guru. Hal inilah yang menyebabkan siswa tidak memiliki kemampuan alternative

lain dalam menyelesaikan masalah hal ini disebabkan karena siswa kurang

memiliki kemampuan fleksibilitas yang merupakan komponen utama dalam

kemampuan berpikir kreatif. Untuk itu diperlukan perhatian lebih pada

kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika saat ini.

Munandar (2009: 7) mengatakan bahwa gambaran yang sama tampak

dalam bidang pendidikan. Penekanannya lebih pada hapalan dan mencari satu

jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran

tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.

Guilford (Munandar, 2009 : 7) mengatakan dalam pidato pelantikannya

sebagai Presiden dari American Psychological Association bahwa :

(26)

diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.

Dalam dunia pendidikan permasalahan yang mendasar terletak pada

rendahnya kualitas dalam proses berpikir matematika siswa. Menurut NCTM

(Jazuli, 2009 : 209) adalah proses berpikir matematika dalam pembelajaran

matematika meliputi lima kompetensi standar yang utama yaitu kemampuan

memecahkan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan koneksi, kemampuan

komunikasi dan kemampuan representasi. Jika salah satu kemampuan diatas

rendah akan berakibat pada rendahnya kualitas sumber daya manusia, yang

ditunjukkan dalam rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.

Diantara kelima kompetensi tersebut yang penting untuk dicapai dan yang

dikembangkan adalah kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi sangat

penting bagi siswa, karena setiap permasalahan sehari-hari membutuhkan

komunikasi yang baik untuk menemukan penyelesaiannya. Menurut Chorida

(2013:197) mengatakan bahwa matematika merupakan suatu bahasa. Matematika

suatu bahasa sangat diperlukan untuk dikomunikasikan baik secara lisan maupun

tulisan sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami

dengan baik oleh orang lain. Cockroft dalam Shadiq (Chorida, 2013:197)

mengatakan bahwa ”We believe that all these percepcions of the usefulness of

mathematics arise from the fact that mathematics, provides a means of

communication which is powerful, concise and unambiguous”. Dari pernyataan di

atas menunjukkan bahwa perlunya siswa belajar matematika, karena matematika

merupakan alat komunikasi yang kuat, teliti dan tidak membingungkan. Dalam

usaha mengembangkan komunikasi, siswa harus mampu menyampaikan

(27)

masalah ke dalam model matematika agar lebih praktis, sistematis, efisien dan

mudah dipahami.

Turmudi (Haerudin, 2013:184) mengatakan bahwa komunikasi adalah

bagian yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Dalam hal ini

dapat dipahami bahwa tanpa adanya komunikasi yang baik sangat sulit bisa

mengembangkan matematika sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Sejalan dengan NCTM (2000: 4) mengatakan bahwa: “Mathematical

communication is a way of sharing ideas and clarifying understanding”. Dari

pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi matematik adalah

cara untuk berbagi pendapat dan memperjelas pemahaman. Dengan adanya

komunikasi memungkinkan siswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka baik

kepada guru maupun siswa lainnya. Dalam hal ini komunikasi yang akan

membantu siswa dalam membangun makna, menyampaikan gagasan dengan

benar, dan memudahkan dalam menjelaskan gagasan-gagasan tersebut kepada

orang lain sehingga informasi yang disampaikan mudah dimengerti dan dipahami.

Baroody (Ansari, 2012: 4) mengatakan bahwa:

(28)

Sejalan dengan pendapat di atas, Greenes & Schulman (Ansari, 2012:4)

mengatakan bahwa:

Komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.

Dengan demikian, komunikasi matematik baik sebagai aktivitas sosial

(talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) adalah kemampuan yang

mendapat rekomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan

siswa.

Sugandi & Sumarmo (2010:495) mengatakan:

Ada beberapa indikator yang diharapkan dalam komunikasi matematika yaitu menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan dengn benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan defenisi dan generalisasi; menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Dalam usaha mengembangkan komunikasi, siswa harus mampu

menyampaikan informasi dengan bahasa matematika misalnya menyajikan

persoalan atau masalah ke dalam model matematika agar lebih praktis, sistematis,

efisien dan mudah dipahami.

Sama halnya dengan berpikir kreatif, pentingnya kemampuan komunikasi

tidak sejalan dengan kenyataan. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih

(29)

Sepasang suami istri berkeinginan memiliki 4 orang anak. Setiap

anak bisa laki-laki ataupun perempuan. Tuliskan banyak cara dan

kemungkinan jika pasangan suami istri ingin memiliki 1 anak

laki-laki dan 3 anak perempuan

Berikut beberapa jawaban dan letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal tersebut:

Gambar 1.3. Jawaban Tes Komunikasi Matematika Siswa 1

Gambar 1.4 Jawaban Tes Komunikasi Matematika Siswa 2

Berdasarkani jawaban siswa di atas, dengan memperhatikan beberapa

indikator komunikasi matematik, yaitu : menuliskan ide matematika ke dalam

bentuk gambar (drawing), menuliskan ide matematika ke dalam model Siswa masih salah dalam menyusun formasi Siswa belum

mampu untuk menuliskan ide

matematika ke dalam model

(30)

matematika, menjelaskan secara tertulis gambar ke dalam model matematika dan

menjelaskan prosedur penyelesaian masalah. Dapat disimpulkan bahwa

kemampuan komunikasi matematik siswa di SMA Asy-Sayafi’iyah Internasional

Medan masih rendah. Hal ini bisa dijelaskan dengan memperhatikan berbagai

indikator sebagai berikut:

Kelemahan siswa dalam menyelesaikan masalah diatas adalah siswa

belum mampu menuliskan ide matematika ke dalam bentuk gambar (drawing)

dengan benar Hal ini terlihat bahwa pola jawaban siswa masih salah. Kesalahan

siswa pada gambar 1.3 siswa tidak mampu mengkomunikasikan masalah di atas

ke dalam model matematika dengan menggunakan metode tertulis, untuk laki-laki

: L dan untuk perempuan : P. Kesalahan siswa pada gambar 1.3 dan gambar 1.4

dalam menyusun formasi masih ada yang sama dan tidak sesuai dan berapa

banyak kemungkinan formasi tidak ada yang mengisi. Terdapat 12 siswa sebesar

(37,5%) yang menyelesaikan dengan diagram pohon dan terdapat 18 siswa

sebesar (56,25%) yang menyelesaikan formasi tabel, namun semua siswa salah

dalam menyusun formasi dengan benar. Berdasarkan formasi jawaban siswa

diperoleh bahwa siswa belum dapat menunjukkan indikator kemampuan

komunikasi.

Selain bukti diatas kemampuan komunikasi matematika siswa di SMA

Asy-Syafi’iyah Internasional Medan masih rendah. Hal ini berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kapada salah satu guru di SMA

Asy-Syafi’iyah Internasional Medan yaitu Muhammad Rasyidi, mengatakan

bahwa :

(31)

membedakan informasi yang diketahui dan permintaan soal, menuliskan simbol, dan tidak lancar dalam menggunakan pengetahuan atau ide-ide yang diketahui, tidak dapat mengubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika, serta jawaban yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur, sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi di Asy-Syafi’iyah Internasional Medan dikatakan masih rendah.

Hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan guru diketahui bahwa

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi masih rendah. Hal

ini ditandai dengan siswa yang belum mampu untuk memberikan argumen yang

benar dan jelas tentang soal-soal yang mereka selesaikan dalam bentuk soal cerita.

Hal ini ditandai dengan siswa belum mampu untuk membuat langkah-langkah

dalam menjawab soal latihan. Selain itu Tiya, dkk (2012:151) mengatakan bahwa

interaksi siswa dengan siswa lain selama di dalam kelas, menjadi terbatas, siswa

terbiasa bekerja sendiri, tidak terbiasa bekerja secara kelompok yang

mengakibatkan siswa menjadi makhluk individual dan kurang mampu melakukan

interaksi sosial yang harmonis dengan siswa lain.

Sistem pembelajaran pada matematika masih menggunakan pola

pengajaran tradisional yang biasanya memberikan penjelasan tentang ide-ide yang

terdapat pada halaman buku yang dipelajari, kemudian menuntun siswa

bagaimana menggunakan materi untuk mengerjakan latihan (Van De Walle,

2008:12-13). Pola pembelajaran seperti ini menyebabkan matematika menjadi

tidak menyenangkan, sehingga siswa memiliki pandangan bahwa matematika

merupakan sederet aturan yang tidak memiliki pola. Kenyataan sekarang ini,

guru-guru di Indonesia belum sepenuhnya dikatakan professional, dimana

(32)

perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas masih berfokus pada guru sebagai

sumber utama pengetahuan serta proses pembelajaran yang belum optimal.

Selama ini, kebanyakan guru menggunakan metode yang tidak bervariasi, bersifat

monoton dan hanya berpusat pada guru. Dalam proses pembelajaran umumnya

guru asyik sendiri menjelaskan apa-apa yang telah dipersiapkannya. Demikian

juga siswa asyik sendiri menjadi penerima informasi yang baik. Akibatnya siswa

hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna dan pengertian sehingga

dalam menyelesaikan soal siswa beranggapan cukup dikerjakan seperti apa yang

dicontohkan. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan

menyelesaikan masalah dengan alternatif lain. Akan tetapi seharusnya guru

memberi penyelesaian masalah yang dapat meningkatkan kemampuan matematika

(Doing Match).

Mutrofin (Talajan, 2012 : 7) menyatakan bahwa :

Jika dijenjang pendidikan dasar banyak siswa SD stress lantaran mata ajar yang mereka terima semakin menumpuk dan terlalu berat, maka dijenjang pendidikan menengah matematika telah menjadi momok yang paling menakutkan bagi siswa. Mata pelajaran matematika mulai dirasakan sebagai “bencana” sejak tahun 1970-an, yakni mana kala mata pelajaran berhitung mulai ditinggalkan dan diganti dengan new mathematic. New math sendiri kaya akan konsep fungsi, konsep hitungan, konsep logika dan lain-ain. Melebihi konsep aritmatika (berhitung) yang dikembangkan terlebih dahulu.

Lebih lanjut Muhammad Rasyidi salah seorang guru matematika di kelas

X- IA SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan mengatakan bahwa:

(33)

Hal ini juga dapat dilihat hasil rata-rata ujian matematika siswa pada MID semester ganjil T.A. 2014/2015 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Nilai Rapor Matematika pada MID Semester Ganjil T.A. 2014-2015

Kelas Jumlah Siswa yang Tuntas

Jumlah Siswa yang Tidak

Tuntas

Jumlah Siswa

X IA – A 19 orang (61,29%) 12 orang (38,71%) 31

X IA – B 17 orang (54,84%) 14 orang (45,16%) 31

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika siswa SMA Asy-Syafi’iyah Internasional Medan khususnya kelas X

IA masih tergolong kurang memuaskan, karena dari hasil rata-rata ujian

matematika siswa pada MID Semester Ganjil T.A. 2014-2015, baik kelas X IA-A

maupun X IA-B masih banyak siswa yang dinyatakan tidak tuntas dalam belajar

matematika karena tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika, yakni 75. Dengan

kata lain, jika hasil belajar matematika siswa belum mencapai KKM, maka sudah

dipastikan kemampuan siswa dalam kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi

matematik juga masih rendah.

Ansari (2012:2) mengatakan bahwa :

Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena (1) Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (2) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkan sendiri; (3) Pada saat belajar matematika, guru mencoba menjelaskan topik yang akan dipelajari, dan dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan.

Brooks (Ansari, 2012:2) menamakan bahwa pembelajaran seperti pola

diatas adalah pembelajaran biasa, karena suasana kelas masih didominasi guru dan

(34)

ini lebih menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill dengan mengulang

prosedur serta lebih banyak menggunakan rumus atau algoritma tertentu.

Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar yang bervariasi akan

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan menumbuhkan motivasi

siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar

harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin. Selain itu, pemilihan model

pembelajaran juga mempengaruhi kemampuan bermatematika siswa. pemilihan

model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta

disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dan dapat membimbing siswa sehingga

memperoleh pengalaman belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan

matematika siswa berupa kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

komunikasi matematika siswa. Pendekatan pembelajaran yang dipilih harus lebih

bermakna, karena melalui model pembelajaran siswa harus mampu menemukan

sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya, bukan dari

pemberitahuan.

Pada kurikulum 2013 saat ini guru dituntut dalam memilih model

pembelajaran yang dapat memacu semangat tiap siswa untuk secara aktif ikut

terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang

memungkinkan dikembangkannya ketrampilan berpikir siswa (berpikir kreatif,

penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah

pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Menurut Tan (Rusman, 2010 :229) mengatakan bahwa

(35)

sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Margetson (Rusman, 2010:230) mengemukakan kurikulum PBM

membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang

hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif. Dengan

demikian PBM dapat memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,

komunikasi, kerja kelompok dan ketrampilan intrapersonal dengan lebih baik

daripada model yang lain.

Model pembelajaran berbasis masalah dirasakan tepat karena kemampuan

berpikir kreatif akan muncul apabila didukung oleh susana pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student-centered), sehingga siswa bebas mengemukakan

gagasan-gagasan yang timbul dari dalam dirinya serta lingkungan belajar yang

mendukung peran aktif siswa pada pembelajaran tersebut. Tahap-tahap model

pembelajaran berbasis masalah sangat mendukung untuk mencapai kemampuan

berpikir kreatif siswa karena fase-fase dalam sintaks model pembelajaran berbasis

masalah mengakomodasi siswa dalam mengembangkan proses berpikir kreatif

siswa. Pembelajaran berbasis masalah juga mempunyai kaitan dengan

kemampuan komunikasi matematik, karena pada saat diskusi kelompok siswa

diperintahkan untuk berkomunikasi dengan banyak orang, selain itu pada tahap

mengembangkan dan menyajikan hasil karya berupa persentasi di kelas, siswa

juga dituntut untuk mahir berkomunikasi dengan teman kelompok maupun teman

lainnya. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

dianggap cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

(36)

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam memandang suatu

masalah matematika. Kemampuan awal siswa merupakan pengetahuan yang

dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung, kemampuan awal harus

dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Perbedaan kondisi

kemampuan awal matematika (KAM) yang dimiliki setiap siswa bukan

semata-mata bawaan dari lahir, tapi dapat berasal dari pengetahuan dan interaksinya

dalam lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar terutama model

pembelajaran dapat mempengaruhi kemampuan matematika siswa yang

heterogen, sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Adanya model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) diharapkan memiliki pengaruh terhadap

kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Apalagi untuk membandingkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi

matematik siswa yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi dan

diajarkan dengan pembelajaran biasa (PB) dengan siswa yang memiliki

kemampuan awal matematika rendah dan diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan berkontribusi dalam

peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan komunikasi matematika

siswa selama berlangsungnya pembelajaran berbasis masalah. Dalam pemberian

soal berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

komunikasi bagi siswa yang berkemampuan tinggi kemungkinan tidak kesulitan

jika diberikan soal. Siswa tersebut bisa langsung menyelesaikan soal sesuai

dengan pola pikir sendiri. Sementara untuk siswa berkemampuan sedang dan

(37)

siswa akan langsung mengatakan soalnya kurang atau tidak sesuai dengan rumus

yang selama ini digunakan dalam soal rutin. Dalam PBM, siswa akan dibentuk

kedalam kelompok yang heterogen, baik dari segi kemampuan awal, jenis

kelamin, maupun ras. Selama dalam kelompok, siswa juga akan berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya, sehingga siswa yang berkemampuan awal rendah

bisa meningkat menjadi kemampuan sedang atau tinggi. Untuk itu, perlu dilihat

seberapa besar interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran berbasis

masalah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

komunikasi matematik siswa.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis melakukan penelitian dengan

judul, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas X IA SMA Asy-Syafi’iyah InternasionalMedan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam kemampuan berpikir kreatif

matematik kurang baik.

3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

4. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam kemampuan komunikasi

matematik kurang baik.

5. Kemampuan awal yang dimiliki sebagian siswa untuk mempelajari

(38)

6. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan model pembelajaran

berbasis kurikulum 2013 seperti pembelajaran berbasis masalah.

Sehingga mengakibatkan guru sering menggunakan pembelajaran biasa

di kelas.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka

perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya membatasi

pada penggunaan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematik dan kemampuan komunikasi matematik

siswa yang ditinjau dari kemampuan awal serta interaksinya.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari

penelitian adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada

kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi

daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

(39)

3. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan awal

matematik siswa dan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematik siswa?

4. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara kemampuan awal

matematik siswa dan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara

siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi

matematik antara siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran

berbasis masalah lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematik

siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran biasa

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi yang signifikan antara

kemampuan awal matematik siswa dan pembelajaran terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi yang signifikan antara

kemampuan awal matematik siswa dan pembelajaran terhadap

(40)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

Bagi siswa

1. Memberikan pengalaman baru dan mendorong siswa lebih aktif lagi

dalam belajar karena pendekatan yang digunakan langsung melibatkan

siswa dan hasil belajar siswa meningkat, penguasaan konsep dan

keterampilannya juga meningkat.

2. Menumbuhkan sikap berkerjasama, berkomunikasi antara sesama siswa,

dan siswa dengan guru.

Bagi Guru

1. Untuk memperkenalkan kepada guru salah satu pembelajaran yang

dapat digunakan atau yang baik digunakan dalam pembelajaran

matematika yaitu pembelajaran berbasis masalah.

2. Guru memperoleh pengetahuan dan dapat mempraktekanya, bahwa

dengan menggunakan pembelajaran berbasis maslah dapat

meningkatkan kemampuan matematika siswa khususnya berpikir kreatif

matematis siswa

3. Guru memperoleh pengetahuan dan dapat mempraktekanya, bahwa

dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan kemampuan matematika siswa khususnya kemampuan

komunikasi siswa.

4. Memotivasi guru untuk melakukan perubahan proses belajar mengajar

(41)

Bagi Peneliti

Sumbangan pemikiran dan bahan acuan kepada peneliti selanjutnya

tentang bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kreatif siswa dan kemampuan komunikasi matematik siswa.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang

terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan defenisi

operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir kreatif yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah

adalah kemampuan siswa dalam hal : 1) Fluency yaitu lancar dalam

memberikan lebih dari satu ide yang relevan terhadap penyelesaian masalah

yang disajikan 2) flexibility yaitu memberikan jawaban lebih dari satu cara

tentang masalah yang disajikan, 3) originality yaitu memberikan jawaban

dengan caranya sendiri, yang lain dari yang lain yang jarang diberikan banyak

orang, dan 4) elaboration yaitu mampu mengembangkan ide yang telah ada

atau merinci masalah menjadi lebih sederhana. Kemampuan berpikir kreatif

matematik dalam penelitian ini dibatasi pada materi peluang.

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kemampuan siswa untuk

menuliskan ide matematika ke dalam bentuk gambar (drawing), menuliskan

ide matematika dalam model matematika, menjelaskan secara tertulis gambar

ke dalam model matematika dan menjelaskan prosedur penyelesaian masalah.

3. Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum

pembelajaran berlangsung. Kemampuan awal siswa dikelompokkan pada

(42)

4. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebuah model pembelajaran yang

pada intinya menyajikan masalah yang kontekstual dan bermakna kepada

siswa pada awal pembelajaran. Fase-fase dalam pembelajaran berdasarkan

masalah adalah; memberikan orientasi siswa pada masalah,

mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

5. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang biasa digunakan guru

matematika di sekolah, dimana masih cenderung berpusat pada guru

menggunakan metode ceramah, teaching centered, dan transfer ilmu dari guru

ke siswa sebagai aktivitas kegiatan pembelajarannya.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Aizikovitsh, E., & Udi. 2014. The Extent of Mathematical Creativity and Aesthetics in Solving Problems among Students Attending the Mathematically Talented Youth Program. Creative Education, (Online), Vol. 5, 228-241. (http://www.scrip.org/journal/ce, diakses 10 Maret 2015).

Ansari, B.I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: PeNA.

Anwar, M.N., Aness, M., Khizar, A., Naseer, M., & Muhammad, G. 2012. Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary School Students. International Interdisciplinary Journal of Education, (Online), Vol. 1, Issue 3, (http://iijoe.org/IIJE_01_03_12.pdf diakses 12 Desember 2014).

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Terjemahan oleh Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyatini Soetjipto. 2008. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asikin, M., & Junaedi, I. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP dalam Setting Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education). Unnes Journal of Mathematics Education Research, 2 (1): 203-213.

Asmin & Mansyur, A. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA.

Bao, L. 2006. Theoritucal Comparisons of Average Normlized Gain Calculation. Physiscs Education Research. AM.J.Phys., 74(10): 917-922.

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

(44)

Hastjarjo, D. 2008. Ringkasan buku Cook & Campbell. 1979. Quasi-Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings.Houghton Mifflin Co. (Online), (http://www.dickyh.staff.ugm.ac.id , diakses 16 Maret 2015).

Elida, N. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika Siliwangi Bandung, 1(2): 178-185.

Fachrurozi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. ISSN 1412-565X, Edisi Khusus No.1: 76-89.

Haerudin. 2013. Pengaruh Pendekatan Savi Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Mtematik Serta Kemandirian Belajar Siswa SMP. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2(2): 183-193.

Hawadi, R.A., Wihardjo, R.S.D., & Wigono M. 2001. Kreativitas. Jakarta: PT Grasindo.

Herlina, E. 2013. Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pendekatan APOS. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2(2): 169-182.

Jaisook, S., Chitmongkol, S. & Thongthew, S. 2013. A Mathematics Intructional Model by Integrating Problem-Based Learning and Collaborative Learning Approaches. Silpakorn University Journal of Social Sciences, Huanities, and Arts. Vol 13(2) : 271-294.

Jazuli, A. 2009. Berpikir Kreatif Dalam kemampuan Komunikasi Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 5 Desember.

Mahmudi, A. & Sumarmo, U. 2011. Pengaruh Strategi Mathematical Habits Of Mind (MHM) Berbasis Masalah Terhadap Kreativitas Siswa. Cakrawala Pendidikan. Th. XXX, No.2: 216-229.

Maskur, A., Waluya, B.St. & Rochmad. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Strategi ICARE Beracuan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Materi Dimensi Tiga. Journal of Primary Educational. 1(2): 85-90.

(45)

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Drive, Reston, VA: The NCTM.

Nisa, T.F. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Setting Model Treffinger Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Pedagogia. 1(1): 35-50.

Noer, S.H. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-ended. Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1): 104-111.

Nur’aeni. 2008. Ada Apa dengan Keativitas?. ISLAMADINA, Vol. VII, No.

3:74-84.

Rahman, R. 2012. Hubungan Antara Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa. Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 1(1): 19-30.

Rusman, 2010. Model-model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Saefudin, A.A..2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Al-Bidayah, 4 (1): 37-48.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, F. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah PPPG Matematika. Jogjakarta : Widyaiswara PPPG Matematika.

Sibarani, C. 2014. Peningkatan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Soal Open Ended di Kelas VIII SMP Negeri 2 Siantar. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

(46)

Siswono, T.Y.E. 2006. Implementasi Teori Tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika. Makalah disajikan dalam Konferensi Nasional Matematika XIII dan Konggres Himpunan Matematika Indonesia, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang, 24-27 Juli.

Sugandi, A.I., & Sumarmo, U. 2010. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Setting Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, Yogyakarta, 27 November.

Sugilar, H. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran Generatif. Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2(2): 156-168.

Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharyadi & Purwanto. 2007. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Suriyani. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemandirian Belajar Siswa MTs Negeri 2 Medan melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Talajan, G. 2012. Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru. Yogyakarta.: LaksBang PRESSindo.

Teddlie, C. & Yu, F. 2007. Mixed Methods Sampling A Typology With Examples. Journal of Mixed Metohod's Research, 1(1): 77-100.

Tim Pascasarjana UNIMED. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Tiya, K., Kadir, & Hasminah. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Melalui Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2): 149-158.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(47)

Uno, H.B. 2008. Perencanan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Utomo, D.P. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori yang Mendasari dan Prakteknya dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2): 1-10.

Van De Walle, J.A. 2006. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Terjemahan oleh Suyono. 2008. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Walpole, R.E. 2005. Pengantar Statistika Edisi ke- 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 1.2. Jawaban Tes Berpikir Kreatif Siswa  .........................................
grafik dan aljabar; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi
Tabel 1.1 Nilai Rapor Matematika pada MID Semester Ganjil T.A. 2014-2015 Kelas Jumlah Siswa yang Jumlah Siswa Jumlah

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari siswa yang

Tujuan dari penelitian ini untuk : (1) mengetahui peningkatan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang belajar matematika menggunakan pembelajaran berbasis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa yang lebih baik antara yang menggunakan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Berbasis

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis

Tujuan dari penelitian ini yaitu 1 untuk mengetahui peningkatan berpikir kreatif siswa dengan pembelajaran berbasis LKS 2untuk mengetahui interaksi antara pendekatan dengan kemampuan