• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 7 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 7 Universitas Kristen Petra"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan, definisi setiap variabel, kajian penelitian sebelumnya dan hubungan antar variabel.

2.1 Social Cognitive Career Theory

Social Cognitive Career Theory (SCCT) pertama kali dikemukakan pada tahun 1994 oleh Lent, Brown dan Hackett yang digunakan untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi pilihan karier seseorang (Ng et al., 2017). SCCT merupakan teori yang didasarkan dari Social Cognitive Theory (SCT) yang diusulkan oleh Bandura pada tahun 1986 dan dikembangkan untuk mempelajari banyak bidang seperti kinerja akademik, perilaku kesehatan dan pengembangan organisasi (McKenzie et al., 2018).

SCCT merupakan sebuah organisasi yang memiliki kapasitas untuk mempengaruhi perkembangan dan lingkungan individu, yaitu sebuah tindakan untuk menghasilkan hasil tertentu. Pada tahun 1989 Bandura mengungkapkan bahwa kapasitas individu untuk mengendalikan kognisi, pengaruh, motivasi, dan tindakannya sendiri beroperasi melalui mekanisme agensi pribadi. Bagaimana individu menginterpretasikan hasil dari perilaku, dan mengubah pemahaman mengenai lingkungan, serta faktor kognitif yang dimiliki, sehingga mengubah perilaku selanjutnya.

Diarahkan pada faktor-faktor pribadi, lingkungan, atau perilaku, sehingga memungkinkan seseorang untuk menerapkan strategi untuk meningkatkan proses emosional, kognitif, atau motivasi. Dengan demikian, ini digunakan untuk meningkatkan kondisi sosial dan mengubah kondisi sosial di mana individu beroperasi (Bandura, 1977). Sehingga dapat disimpulkan SCCT merupakan teori motivasi yang didorong oleh self efficacy, ekspektasi hasil, dan minat (Kassean et al., 2015). Ketiga variabel ini dengan demikian membentuk elemen inti SCCT dalam mempengaruhi pengembangan minat pendidikan, pekerjaan, pembuatan pilihan, kegigihan karier dan performa kerja, serta kepuasan dan kesejahteraan (Foley & Lytle, 2015 ; Lent & Brown, 2013). Pada bagian selanjutnya akan membahas setiap elemen secara detail.

(2)

8

Universitas Kristen Petra

2.1.1 Self Efficacy

Self efficacy, karena kekuatan penjelasnya yang dianggap cukup kuat, hal tersebut telah menarik perhatian para wirausaha dan cendekiawan karier (Zhao et al. 2005; Swanson & Gore 2000). SCCT merekonsiliasi kedua konseptualisasi, dengan mempertimbangkan self efficacy yang digeneralisasikan sebagai variabel input pribadi dan self efficacy domain spesifik, komponen motivasi inti dari kognisi.

SCCT mengandaikan self efficacy spesifik domain terdiri dari seperangkat kepercayaan diri yang terus berkembang yang berada dalam interaksi konstan dengan input orang lain, input lingkungan, dan faktor perilaku. Keyakinan ini berkembang melalui empat mekanisme: pengalaman penguasaan, pengalaman perwakilan, persuasi sosial, dan faktor fisiologis (Bandura 1991; Wood dan Bandura 1989).

Pengalaman penugasan adalah pengalaman seseorang yang sebelumnya dalam situasi yang serupa (Mathieu et al. 1993), dan merupakan sumber keyakinan self efficacy yang paling otentik dan berpengaruh (Bandura 1991). Pengalaman yang berubah-ubah merupakan suatu pengalaman yang dimiliki oleh seseorang secara tidak langsung melalui pengalaman lainnya. Biasanya pengalaman diperoleh dengan melihat referensi orang lain apakah berhasil atau gagal. Pada akhirnya, referensi lain yang baik dapat memperkuat keyakinan self efficacy seseorang dengan menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani tuntutan lingkungan (Bandura,1999). Pada dasarnya persusi sosial merupakan suatu dorongan atau keputusasaan yang diterima dari orang lain yang pendapatnya dihargai (Eagle et al. 2010), dan dapat mengambil beberapa bentuk untuk mengatur kegiatan maupun situasi yang memfasilitasi keberhasilan (Bandura,1999). Terakhir, individu yang diberikan membuat penilaian efikasi berdasarkan kondisi fisik atau emosional (Bandura,1999), faktor fisiologis yang dirasakan sangat memengaruhi keyakinan self efficacy. Pada akhirnya, dampak dari empat mekanisme ini pada keyakinan self efficacy tergantung pada beberapa faktor tetapi pengalaman yang sukses, dalam domain tertentu, umumnya dapat meningkatkan keyakinan self efficacy (Lent et al, 2005).

Sedangkan dua bentuk self efficacy berhubungan dengan keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk menentukan arah perkembangan karier

(3)

9

Universitas Kristen Petra

individu, serta dapat membentuk minat berdasarkan pada harapan tentang kemungkinan dari hasil upaya yang telah dilakukan. Sebagai hasilnya, selanjutnya akan dijelaskan mengenai komponen motivasi inti SCCT yaitu outcome expectations.

2.1.2 Outcome expectations

Outcome expectations merupakan keyakinan mengenai konsekuensi perilaku (Lent & Brown 2008), termasuk keyakinan tentang hasil yang diasumsikan berasal dari perilaku itu sendiri (Lent et al. 2002). Keyakinan ekspektasi hasil berasal dari pengalaman belajar, dan mungkin dipengaruhi oleh keyakinan self efficacy. Anggapan SCCT yang mendasari outcome expectations yaitu seseorang cenderung untuk membentuk minat dan ikut terlibat dalam perilaku ketika outcome expectations memiliki hasil yang positif. Sebaliknya, ketika outcome expectations memiliki hasil yang negatif seseorang cenderung tidak beminat untuk ikut terlibat dalam suatu perilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa outcome expectation mengacu pada konsekuensi yang akan dihadapi seseorang akibat dari melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.

2.1.3 Interest

Interest (minat) disini mengacu pada suka atau tidaknya seseorang terhadap suatu kegiatan atau profesi tertentu. Minat akan mucul ketika individu sengaja berusaha untuk terlibat atau bertahan dalam kegiatan tertentu (Aurah & McConell, 2014). Tanpa minat, ada sedikit atau tidak ada alasan untuk mengharapkan tindakan yang bertujuan. Dengan demikian, minat menjadi hal yang sangat penting untuk memahami perilaku (Lee & Wong, 2004). Lebih khusus lagi, perilaku dimotivasi oleh minat individu serta variabel-variabel lain — seperti self efficacy — dimana hal ini sangat terkait dengan perilaku (Lent et al. 2002, 2005). Secara singkat dapat dikatakan bahwa SCCT mengemukakan minat, harapan hasil, dan self efficacy yang saling terkait, dan faktor-faktor pribadi dan lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi self efficacy dan harapan hasil akhirnya mengarah pada pembentukan minat.

SCCT juga telah banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya (Saifuddin et al., 2013 ; Ng et al., 2017 ; McKenzie et al., 2018 ; Owusu et al., 2018) untuk memprediksi faktor yang menentukan pilihan karier seseorang. Dalam

(4)

10

Universitas Kristen Petra

kaitannya dengan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pilihan karier, perilaku, faktor pribadi, dan faktor lingkungan dipandang sebagai elemen utama yang mampu mempengaruhi proses tersebut (Dong, 2016). Teori yang diusulkan oleh Ajzen pada tahun 1988 dan Bandura pada tahun 1986 menunjukkan bahwa perilaku seseorang dimotivasi oleh tujuan serta niat (Lent & Brown, 2013). Self efficacy dan outcome expectations dipandang sebagai prediktor dari faktor pribadi.

Sedangkan faktor lingkungan dalam penelitian ini dapat terkait dengan dukungan sosial yaitu dukungan yang diperoleh dari orang tua, pendidik dan teman didalam kelas (Saifuddin et al., 2013) serta faktor latar belakang pendidikan, pengalaman belajar dan performa akademik.

2.2 Theory of Reasoned Action & Theory of Planned Behavior

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali dikemukakan oleh Martin Fishbein pada tahun 1967 yang kemudian diperkembangkan kembali oleh Fishbein dan Icek Ajzen pada tahun 1975 dan 1980 (Ajzen, 2012). Teori ini menghubungkan antara kepercayaan, sikap, niat, dan perilaku. Niat dianggap sebagai instrumen yang paling baik digunakan untuk memprediksi perilaku individu. Semakin kuat niat seseorang maka semakin tinggi kemungkinan seseorang untuk terlibat dalam perilaku tertentu dan begitu pula sebaliknya (Bekoe et al., 2018). TRA bermanfaat dalam menjelaskan perilaku di bawah kendali keinginan seseorang, tetapi tidak terlalu bermanfaat dalam menjelaskan perilaku yang tidak di bawah kendali. Untuk mengatasi situasi ini, pada tahun 1991 Ajzen menambahkan konstruk perceived behavioral control ke teori asli yang kemudian dikenal sebagai Theory of Planned Behavior (TPB) (Solikhah, 2014). Asumsi utama dari TRA dan TPB adalah keyakinan individu terbentuk sesuai dengan kenyataan yang ada. Individu mungkin dapat tidak rasional dalam melakukan pertimbangan terhadap tindakan yang dilakukan karena informasi yang didapatkan dalam pengambilan keputusan tidak selalu akurat atau lengkap. Namun, semua pengambilan keputusan yang dibuat dibawah ketidakpastian tersebut diharapkan memberikan hasil yang memuaskan setelah melakukan pertimbangan mengenai semua dampak dan konsekuensi yang mungkin terjadi. (Ajzen, 2011 ; Ajzen, 2014).

(5)

11

Universitas Kristen Petra

TPB telah banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya (Bagley et al., 2012 ; Dalton et al., 2014; Wen et al., 2018 ; Tang & Seng, 2016 ; Bekoe et al., 2018) untuk menyelidiki pilihan karier mahasiswa. Menurut TPB, behaviour intention dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan sikap. Norma subyektif merupakan persepsi seseorang tentang tekanan sosial untuk terlibat atau tidak terlibat dalam suatu perilaku tertentu. Norma subyektif sendiri didasari oleh keyakinan norma. Keyakinan norma merupakan keyakinan seseorang dalam berperilaku dan dipengaruhi oleh harapan orang-orang penting di sekitarnya (Wen et al., 2015). Orang-orang yang dianggap penting disini adalah keluarga atau teman dekat yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang. Persepsi control perilaku atau self efficacy mengacu pada persepsi seseorang tentang kemudahan maupun kesulitan untuk terlibat dalam perilaku yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya seperti peralatan, keterampilan dan kemampuan, dan kesempatan. Sikap merupakan perasaan yang mengekspresikan ketertarikan seseorang mengenai sesuatu yang kemudian memberikan pengaruh terdahap responnya. Sikap juga berarti serangkaian keyakinan yang terbentuk menurut penilaian seseorang tentang hasil dari suatu perilaku (Tang & Seng, 2016). Jika hasil dari suatu perilaku dipandang baik, berharga dan bermanfaat, maka sikap seseorang akan cenderung positif disertai dengan kemungkinan yang lebih besar untuk terlibat dalam perilaku tersebut.

2.3 Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar (LE) mencakup semua fasilitas dan aktivitas yang berkaitan dengan pembelajaran. Fasilitas tersebut dapat berupa non-fisik seperti kurikulum, metode pembelajaran (learning methods), metode pengajaran (teaching methods), dan fisik seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan (Lancaster &

Milia, 2015). Selain itu, lingkungan belajar juga mencakup hubungan sosial dengan orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran seperti pendidik dan teman (Keinänen & Mertanen, 2019). Menurut Loreman et al. (2010) para pelajar harus mampu memainkan dua peran yaitu sebagai guru serta murid bagi dirinya sendiri.

Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi untuk mendorong dan memfasilitasi sistem pembelajaran yang memungkinkan hal tersebut.

(6)

12

Universitas Kristen Petra

Pendekatan sistem pembelajaran mendalam akan mampu menciptakan komitmen serta minat mahasiswa, sedangkan pendekatan yang tidak mendalam hanya berfokus pada pembelajaran yang mengacu pada buku pelajaran saja (Bhusry &

Ranjan, 2012).

Tujuan utama dari sistem pendidikan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan mahasiswa sehingga mampu menciptakan lulusan yang memiliki daya saing. Tetapi, sistem pendidikan belum tentu mampu memaksimalkan upaya belajar mandiri mahasiswanya (Hopland &

Nyhus, 2016). Banyak orang berpikir bahwa pembelajaran hanya terjadi di pendidikan formal saja, namun kenyataanya pembelajaran dapat terjadi diluar pendidikan formal yaitu pendidikan non-formal dan informal (Billet, 2014). Eshach (2007) mendefinisikan pembelajaran formal sebagai pembelajaran yang terjadi secara teratur dan terstruktur seperti pendidikan formal dan pelatihan perusahaan.

Pembelajaran non-formal merupakan pembelajaran diluar pembelajaran formal yang mengandung elemen pembelajaran tetapi tidak secara gamblang ditetapkan sebagai pembelajaran seperti kedisiplinan yang diperoleh di tempat kerja.

Pembelajaran informal dapat diartikan sebagai pembelajaran yang terjadi secara spontan yang biasanya di dapatkan dari kehidupan sehari-hari dan pengalaman.

Konsep lifelong learning menggabungkan ketiga macam pembelajaran diatas sebagai suatu kesatuan.

Lifelong learning merupakan proses pembelajaran terus-menerus yang mendorong kewajiban individu untuk berpikir, bertindak dan berpartisipasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan sepanjang hidupnya (Laal, 2012 ; Billet, 2017). Untuk menjadi akuntan profesional dibutuhkan kesadaran untuk terlibat dalam lifelong learning sebagai kunci utama untuk kesuksesan (ACCA, 2018). Dalam dunia kerja yang kompetitif saat ini, individu harus dapat belajar dengan cepat dengan menerapkan lifelong learning yang baik (Isaksson et al., 2015). Sedangkan keterlibatan dalam lifelong learning sendiri membutuhkan adanya perubahan persepsi dan sikap serta peran penting dari lingkungan pembelajaran yang mampu memfasilitasi perubahan (Buza et al., 2010).

Ozerem dan Akkoyunlu (2015) menekankan dalam penelitiannya bahwa lingkungan pembelajaran perlu didesain sesuai dengan kebutuhan mahasiswa agar

(7)

13

Universitas Kristen Petra

meningkatkan motivasi dan keberhasilan mahasiswa. Mahasiswa akuntansi biasanya memandang akuntansi sebagai ilmu untuk mencatat, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan perusahaan semata. Di sisi lain, akuntansi juga membutuhkan keterampilan mahasiswa untuk memahami prinsip, konsep, serta memiliki solusi kreatif dan logika berpikir yang mendukung (Manganaris &

Spathis, 2012). Dalam hal ini, kurikulum, metode pengajaran, metode pembelajaran yang tepat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia bisnis yang akan segera dimasuki.

2.4 Peningkatan Pengetahuan Saat Ini

Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu atau keinginan yang besar akan pengetahuan yang baru (Lindholm, 2018). Hal ini merupakan sifat alami manusia untuk belajar dan berusaha untuk mendorong pengetahuan ke batas yang lebih tinggi sampai tujuan yang diinginkan telah tercapai. Manusia mungkin juga merasa bahwa ada keadaan tertentu yang menurutnya kurang memuaskan dan relevan, sehingga dibutuhkan adanya perbaikan dari apa yang sudah ada sebelumnya.

Seiring dengan perkembangan pengetahuan yang semakin cepat akibat dari lingkungan yang semakin dinamis, keinginan yang besar akan pengetahuan tersebut memunculkan kebutuhan akan peningkatan pengetahuan saat ini (Zuhaili et al., 2015).

Dengan memperoleh pengetahuan baru, individu akan mampu meningkatan pengetahuan dan keterampilannya (Kim & Lee, 2010; Liao et al., 2010; Pacharapha

& Ractham, 2012). Wyness & Dalton (2018) berpendapat pengetahuan sebelumnya dapat membuka jalan bagi pengetahuan baru melalui proses pengumpulan informasi dari berbagai sumber yang berbeda kemudian menambahkan informasi tersebut dalam pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini. Melakukan perluasan terhadap pengetahuan saat ini dapat membuat individu memiliki sesuatu yang lebih untuk ditawarkan dan mampu berkontribusi terhadap inovasi-inovasi di masa yang akan datang (Rusly et al., 2015). Namun di sisi lain, kualitas dan karakteristik dari pengetahuan baru yang didapatkan akan sangat berdampak penting terhadap peningkatan pengetahuan (Al-Salti et al., 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan usaha

(8)

14

Universitas Kristen Petra

dari seorang individu untuk berusaha mencari pengetahuan yang sifatnya penting serta keahlian untuk memahami pengetahuan tersebut.

Dalam penelitian ini intellectual capital (IC) knowledge digunakan sebagai proksi untuk pengetahuan saat ini. Definisi IC diadopsi dari Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) sebagai kepemilikan pengetahuan profesional dan pengalaman, keterampilan, hubungan baik, dan pemahaman teknologi, yang bila diterapkan akan memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi. IC knowledge digunakan karena biasanya topik-topik terkait IC bukanlah sesuatu yang sering ditemukan dalam kurikulum akuntansi, sehingga sikap mahasiswa terkait keinginan untuk meningkatkan IC knowledge berasal dari motivasi dalam dirinya sendiri yang dalam hal ini berhubungan dengan lifelong learning (Foong & Khoo, 2015).

2.5 Pilihan Karier

Sejak bertahun-bertahun lalu pilihan karier sering digunakan sebagai topik penting dalam penelitian karier (Chaichanasakul et al, 2011). Pilihan Karier merupakan perencaaan pendahuluan yang akan mempengaruhi sebagian besar dari sisa perjalanan karier seseorang (Thing & Jalaludin, 2018). Peter pada tahun 2004 menyatakan karier yang cocok dapat menentukan kesejahteraan dan kepuasan hidup seseorang (Okon & Archibong, 2015). Pemilihan karier dapat dimulai dari memikirkan apa ambisi, minat, dan tujuan yang ingin dicapai. Pemilihan karier yang tepat dapat membantu seseorang untuk bisa meraih kesuksesan sedangkan pemilihan karier yang buruk dapat berujung pada kekecewaan serta kegagalan.

Dalam penelitian ini, pemilihan karier mengacu pada apakah mahasiswa lulusan akuntansi akan memilih berkarier di bidang akuntansi. Beberapa alasan akuntansi dipandang sebagai karier yang menarik karena akuntansi adalah salah satu pekerjaan yang memberikan peluang besar bagi individu untuk bekerja di berbagai macam sektor dan industri. Selain itu, akuntansi juga dianggap sebagai pekerjaan yang dihormati dan memiliki prestige yang tinggi (ACCA, 2019).

Bidang-bidang pekerjaan akuntansi dapat meliputi bidang audit, perpajakan, akuntansi keuangan, keuangan, dsb. (Ng et al., 2017). Namu, menurut Dalton et al.

(9)

15

Universitas Kristen Petra

(2014) bidang audit dan perpajakan lebih banyak diminati oleh mahasiswa akuntansi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Hall et al. (2004) mengembangkan pendekatan yang mendalam mengenai meningkatkan keterlibatan mahasiswa dengan materi pembelajaran dan menghasilkan peningkatan keterampilan untuk berpikir secara kritis dan konseptual. Telah banyak masukan yang dibuat bagi pendidik akuntansi untuk menerapkan strategi pembelajaran. Penelitian ini juga melaporkan bahwa perubahan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada pengenalan akan kegiatan pembelajaran secara kelompok dirancang untuk meningkatkan kualitas dari hasil belajar siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa melalui perubahan yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran juga dapat mempengaruhi pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh mahasiswa akuntansi.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Foong dan Khoo (2015) mengukapkan bahwa sikap merupakan prediktor yang signifikan dari minat untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa saat ini, yang berdampak positif pada tingkat pengetahuannya saat ini. Lingkungan pembelajaran secara signifikan memoderasi hubungan antara sikap dan minat. Lingkungan pembelajaran yang menghambat cenderung menunjukan perbedaan dalam minat dalam meningkatan pengetahuan saat ini antara mahasiswa dengan sikap yang baik dan orang-orang dengan sikap buruk terhadap peningkatan pengetahuan saat ini.

Penelitian terkait dengan LE yang dilakukan oleh Yew et al. (2015) juga menjelaskan bahwa teknik pembelajaran yang aktif seperti diskusi ataupum debat dapat memberikan pengetahuan yang mendalam, bermakna dan bermanfaat bagi penerapan pengetahuan. Pendidik perlu memotivasi mahasiswa untuk melakukan pendekatan pembelajaran yang mendalam baik didalam kelas maupun diluar kelas.

Setiap mahasiswa dapat memilih teknik yang disukai dan dianggap baik untuk memenuhi hasil belajar dari kelas masing-masing.

Pada penelitan yang dilakukan oleh Meijers dan Kujipers pada tahun 2014 juga mengemukakan bahwa kompetensi karier sangat berhubungan dengan motivasi belajar, kepastian pilihan karier, serta lingkungan pembelajaran juga turut

(10)

16

Universitas Kristen Petra

berkontribusi terhadap hal ini. Melalui motivasi dari guru atau orang-orang terdekat, seseorang akan menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari lebih dalam serta lebih yakin dalam memilih karier akuntansi.

Sejalan dengan penelitian Meijers dan Kujipers pada tahun 2014, Hopland dan Nyhus (2016) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa kepuasan mahasiswa dengan bimbingan guru, materi, maupun lingkungan sosial sangat berperan penting untuk memotivasi mahasiswa baik didalam kelas ataupun diluar kelas. Secara khusus, intimidasi dan kepuasan mahasiswa dengan bimbingan guru merupakan suatu faktor penentu yang paling penting. Penelitian yang dilakukan oleh Croasdell et al. (2011) juga menyatakan bahwa pengaruh keluarga juga sangat berperan penting dalam keputusan seseorang untuk memilih serta memotivasi dalam berkarier di bidang akuntan.

Dalam penelitian Jackling et al. (2012) juga menjelaskan bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap akuntansi sebagai profesi. Namun, ada perbedaan yang signifikan antara tingkat minat siswa dalam bidang akuntansi serta sikap terhadap profesi akuntan.

2.7 Hipotesis Penelitian

Lingkungan pembelajaran disertai dengan para pendidik yang dapat memberikan motivasi pada mahasiswa dapat memberikan mahasiswa minat untuk belajar lebih dalam, sehingga turut berdampak terhadap meningkatnya pengetahuan (Hall, et al.,2004). Pendidik mampu menstimulasi pembelajaran mendalam dengan menerapkan teknik pembelajaran aktif seperti diskusi kelompok dan pembelajaran melalui suatu permaslahan (Yew et al., 2015). Lingkungan belajar yang baik dapat menginspirasi untuk meningkatkan dan mengintensifkan niat mahasiswa menjadi aktif dalam belajar mandiri. Menurut Ajzen (2011) persepsi seseorang untuk terlibat dalam perilaku tertentu juga dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu dukungan dan harapan dari orang-orang disekitarnya.

Selain itu berdasarkan teori SCCT faktor lingkungan menjadi faktor utama yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan terkait dengan pilihan karier.

Karakteristik lingkungan belajar sangat berkontribusi untuk digunakan sebagai acuan dalam memilih karier melalui jenis kompetensi yang dipelajari, dan juga

(11)

17

Universitas Kristen Petra

dialog karier dengan pendidik maupun para profesional (Meijers & Kuijpers, 2014).

Hopland dan Nyhus (2016) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa kepuasan terhadap lingkungan pembelajaran mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih giat, baik didalam kelas maupun di luar kelas.

H1: Terdapat hubungan positif antara LE dengan CKSI H2: Terdapat hubungan positif antara LE dengan ICAC

Menurut Cieślik snd Stall (2017) individu yang menempuh pendidikan dengan sangat baik akan lebih memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menentukan kariernya. Hal tersebut dikarenakan setiap karier memiliki serangkaian permintaan keterampilan dan pengetahuan yang beragam, kebutuhan akan pengetahuan harus disesuaikan dengan jalur karier yang dipilih. Penelitian sebelumnya oleh Yusoff et al. (2011) telah membahas mengenai pentingnya pengaruh pengetahuan terhadap pemilihan karier. Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai pengetahuan yang terkait dengan akuntansi profesional cenderung lebih memilih menjadi akuntan publik daripada mahasiswa yang menolak untuk memperoleh pengetahuan mengenai akuntansi profesional.

Dalam proses pembelajaran, pengetahuan yang telah diperoleh akan memberikan manfaat lebih besar bagi seseorang jika pengetahuan tersebut dapat dikuasai, disimpan dan terus dikembangkan (Bhusry & Ranjan, 2012). Dalam hasil penelitian Thing dan Jalaludin (2018) ditemukan bahwa mahasiswa akuntansi kemungkinan mahasiswa untuk memilih berkarier di bidang akuntan lebih besar apabila memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Kepercayaan mahasiswa akuntansi terhadap keterampilan dan pengetahuan berkaitan dengan akuntansi akan menimbulkan minat terhadap karier akuntan, dan setelah itu akan memotivasi untuk berkarier di bidang akuntan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :

H3 : Terdapat hubungan positif antara CKSI terhadap ICAC

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga salah satu tujuan dari SIA dalam siklus pendapatan adalah untuk mendukung performance dari aktivitas bisnis perusahaan dengan memproses data transaksi secara efisien,

Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku, bahan penolong, dan biaya tenaga kerja (baik yang

a) Variety adalah kelengkapan dari jenis produk yang dijual dimana dapat mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam memilih toko. b) Flexibility adalah produk – produk yang

Kotler (2003) menyatakan kepuasan pelanggan adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh seseorang yang merupakan hasil dari perbandingan antara hasil yang diharapkan atas layanan

Penemuan tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Darwis (2012) yang juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara earnings management

Metode Simplified Sequential Search Algorithm-Modified atau SSSA-Mod (Angkasaputra, K. & Sebastiano, F., 2018) adalah suatu metode dari modifikasi metode Simplified

XAMPP adalah perangkat lunak gratis, yang mendukung banyak sistem operasi, merupakan kompilasi dari beberapa program untuk menjalankan fungsinya sebagai server yang

Konsep-konsep tersebut mempunyai kaitan yaitu bahwa kepuasan dan kepercayaan yang terbentuk dari kualitas jasa yang dirasakan akan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan