DESCRIPTION OF STUDENT’S RESILIENCE’S SOURCE WHO WORK PART-TIME
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Nariswari Galih Kusumaningtyas ABSTRACT
This research was aimed to know the description of student’s resilience who work part-time. The participants of this research were 18-25 years old at university as students who studied and worked part-time because of some reasons. The total participants of this research were 3. The data was taken using interview method. The validity process had been conducted by communicative validity and peerde-briefing. From this research, it could be obtained that the resilience’s sources ability of student who work part-time was they got family’s support and their relative that made them could do their job responsibly and solved their problem calmly because of their submission to God, belief of their own capability and have good self control.
GAMBARAN SUMBER-SUMBER RESILIENSI PADA MAHASISWA YANG BEKERJA PART-TIME
Studi Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Nariswari Galih Kusumaningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran resiliensi pada mahasiswa yang bekerja
part time. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18-25 tahun dan masih
menempuh atau menjalani kuliah namun sambil bekerja part time untuk berbagai macam alasan dan tujuan. Jumlah informan adalah 3 orang. Data penelitian diperoleh menggunakan metode wawancara. Proses validitas yang digunakan adalah validitas komunikatif dan peerde-briefing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang bekerja part-time yaitu adanya dukungan dan hubungan yang baik dengan keluarga dan orang-orang terdekat, serta kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri membuat mereka mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik. Selain itu kepasrahan diri pada Tuhan dan kontrol diri yang mereka miliki membantu mereka dalam menghadapi masalah atau tekanan dengan lebih tenang.
GAMBARAN SUMBER-SUMBER RESILIENSI PADA
MAHASISWA YANG BEKERJA PART TIME
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Nariswari Galih Kusumaningtyas
NIM : 109114078
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
“Everything will be okay in the end, if its not okay,
its not the end.”
“What ever you decide to do, make sure it makes
you happy.”
“Jangan t
unggu sampai hari esok apa yang bisa kamu
lakukan sekarang.”
“Jadilah apa yang kamu ingin bukan menjadi apa yang
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ucapan Terimakasih dan saya persembahkan skripsi ini kepada Tuhan
Yesus Kristus untuk penyertaan, berkat, kasih dan anugerah-Nya
sehingga saya selalu dimampukan dan diberi kekuatan dalam
menghadapi segala sesuatu.
Untuk Bapak dan Ibu yang luar biasa yang selalu bekerja keras,
perhatian, pengertian, mendukung, mendorong dan memberi saya
semangat.
Untuk kakak-kakak dan dan adik yang selalu mendukung dan memberiku
semangat serta menghibur.
Untuk teman-teman dan sahabat yang selalu memberi semangat dan
vii
GAMBARAN SUMBER-SUMBER RESILIENSI PADA MAHASISWA YANG BEKERJA PART-TIME
Studi Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Nariswari Galih Kusumaningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran resiliensi pada mahasiswa yang bekerja
part time. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18-25 tahun dan masih
menempuh atau menjalani kuliah namun sambil bekerja part time untuk berbagai macam alasan dan tujuan. Jumlah informan adalah 3 orang. Data penelitian diperoleh menggunakan metode wawancara. Proses validitas yang digunakan adalah validitas komunikatif dan peerde-briefing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang bekerja part-time yaitu adanya dukungan dan hubungan yang baik dengan keluarga dan orang-orang terdekat, serta kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri membuat mereka mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik. Selain itu kepasrahan diri pada Tuhan dan kontrol diri yang mereka miliki membantu mereka dalam menghadapi masalah atau tekanan dengan lebih tenang.
viii
DESCRIPTION OF STUDENT’S RESILIENCE’S SOURCE WHO WORK
PART-TIME
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Nariswari Galih Kusumaningtyas ABSTRACT
This research was aimed to know the description of student’s resilience who work part -time. The participants of this research were 18-25 years old at university as students who studied and worked part-time because of some reasons. The total participants of this research were 3. The data was taken using interview method. The validity process had been conducted by communicative validity and peerde-briefing. From this research, it could be obtained that the resilience’s sources ability of student who work part-time was they got family’s support and their relative that made them could do their job responsibly and solved their problem calmly because of their submission to God, belief of their own capability and have good self control.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penyertaan dan
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
“Gambaran Resiliensi Pada Mahasiswa Yang Bekerja Part Time”. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya juga memohon maaf apabila dalam pengerjaan skripsi ini masih
terdapat kesalahan yang tidak semestinya dilakukan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan saran, masukan dan koreksi yang bersifat membangun kearah yang
lebih baik demi kesempurnaan ilmu yang telah diperoleh di Fakultas Psikologi.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Maka dari pada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kesehatan, perlindungan,
kelancaran, dan memampukan dalam pengerjaan skripsi ini sehingga saya
bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak dan ibu saya yang selalu sabar, memberikan doa, semangat, dan
dukungan agar saya dapat segera menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Kakak-kakak ku : Mas Danang yang selalu sabar mendengar segala kesuh
kesah dan selalu memberi semangat serta dukungan pada saya, Mas Yuda
dan Mbak Tika yang selalu memberi semangat, dek memes yang selalu
xi
4. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu dan membimbing dalam proses pengerjaan skripsi ini.
Terima kasih semangat nasehat, bimbingan, dan kesabaran bapak selama saya
menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi. Terimakasih untuk waktu, tenaga
dan berbagai pemikiran yang membantu dalam pengerjaan skripsi ini
5. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik
Terimakasih atas kesediaan ibu dalam mendampingi saya khususnya untuk
masalah akademik dan membantu dalam administrasi akedemik.
6. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dengan
kebijaksanaannya membagikan ilmunya.
7. Dosen penguji 2 dan 3 yang berkenan menguji penelitian saya dan
memberikan masukan untuk penelitian yang telah saya buat.
8. Karyawan secretariat Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas
Gandung, Bu Nanik, Pak Gik yang telah berkenan membantu saya dan
memfasilitasi dalam mencari informasi permasalahan di Fakultas Psikologi.
9. Teman dekat saya yang selalu memberi semangat, mendukung dalam keadaan
apapun, sabar menghadapi saya dan memberi kebahagiaan, serta memberikan
hal-hal yang positif dalam hidup.
10. Teman dan sahabat yang selalu memberi semangat dan dukungan : Sandy,
Riska, Astrid Rosari, Indah, Debby, Mentari, Togar, Ditya, Anin, Daning,
adhityo, Pino, Amy, Winda, Dhinari, Mbak Ayu, Kukuh, Mbak lala.
Terimakasih untuk dukungan, semangat, dan sharing, yang selalu kalian
xii
11. Teman-teman satu bimbingan skripsi Pak Wahyudi dan teman-teman lain
dimana kita saling berbagi informasi untuk bimbingan dan mensupport satu
sama lain.
12. Semua informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data
dalam penelitian ini : BD, M dan HR
13. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan mendoakan
untuk kesuksesan dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis sendiri untuk bahan studi selanjutnya.
Penulis,
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Mahasiswa ... 12
xiv
C. Resiliensi ... 15
1. Sumber-sumber Resiliensi ... 22
BAB III : METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Definisi Operasional ... 29
C. Fokus Penelitian ... 30
D. Informan Penelitian ... 31
E. Metode Pengambilan Data ... 32
F. Kredibilitas ... 37
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Proses Penelitian ... 40
1. Persiapan & Pelaksanaan Penelitian ... 40
2. Proses Analisis ... 42
3. Profil Informan ... 42
4. Jadwal Wawancara ... 44
B. Latar Belakang Informan ... 44
C. Hasil Analisis Penelitian ... 47
D. Pembahasan ... 78
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xv
DAFTAR TABEL
Table 1. Panduan Wawancara ... 34
Table 2. Data Informan ... 42
Table 3. Jadwal Wawancara Informan ... 44
Table 4. Sumber Resiliensi I Have ... 47
Table 5. Sumber Resiliensi I Am ... 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Verbatim Informan 1 ... 93
Lampiran 2. Verbatim Informan 2 ... 120
Lampiran 3. Verbatim Informan 3 ... 163
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan masa peralihan dari masa remaja akhir (18-22
tahun) menuju dewasa (diatas 22 tahun). Pada masa ini seseorang akan
memiliki sikap yang lebih konkrit terhadap sesuatu (dalam Diana, 2007).
Mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena
kelebihan yang dimiliki, yang mempunyai kekhasan fungsi, peran dan
tanggung jawab. Peran utama seorang mahasiswa adalah dibidang akademik
(Salim, 2010). Sebanyak apapun aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa, ia
tidak boleh lupa dengan akademik atau kuliahnya. Bagi mahasiswa yang
sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mereka dituntut untuk
menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu
tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya memperoleh
gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik, dorongan
dari teman, dosen, maupun keinginan dari diri sendiri.
Menurut Notodihardjo (1990) diperguruan tinggi mahasiswa akan
mendapat bekal untuk terjun dalam dunia kerja dan informasi yang berkaitan
dengan dunia kerja yang lebih jelas (Diana, 2007). Mahasiswa mempunyai
banyak aktivitas, baik aktivitas perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Salah
satu kegiatan diluar perkuliahan yang sekarang ini banyak dilakukan oleh
banyak mahasiswa yang memutuskan untuk mengambil kuliah sambil
bekerja, sehingga bukan hanya tugas belajar saja yang harus dipikul
melainkan juga tugas pekerjaan. Menurut Yenni (2007) Mahalnya
pendidikan, tuntutan persyaratan pendidikan minimum oleh perusahaan,
keinginan untuk menaikkan jabatan atau hanya sekedar ingin update
pengetahuan merupakan beberapa alasan yang diambil dari sebagian
mahasiswa yang kuliah sambil bekerja part time.
Fenomena mahasiswa yang kuliah sambil bekerja part time bukan lah
hal yang baru sekarang ini. Banyak alasan yang melatar belakangi mahasiswa
bekerja part time. Alasan yang pertama adalah mencari uang jajan tambahan,
mencari pengalaman, mempraktekkan ilmu yang pernah didapat, mencari
teman baru, keadaan ekonomi keluarga, menyalurkan hobi, dan mengisi
waktu luang. Bekerja merupakan kegiatan yang menuntut tanggung jawab,
termasuk bekerja part time. Kerja part time merupakan pekerjaan tidak tetap
dan mempunyai waktu yang singkat (dalam Diana, 2007). Mahasiswa
cenderung memilih kerja part time karena waktu yang efisien dan juga untuk
mendukung pengalaman kerja sebelum masuk kedunia kerja yang
sebenarnya.
Hafiz Al Huda, mahasiswa D3 Desain Komunikasi Visual (DKV)
Universitas Sebelas Maret yang bekerja di CV Nasuha, sebuah perusahaan
marketing milik orang tuanya. Hafiz memulai pekerjaannya sejak duduk di
semester satu. Motivasinya menggeluti pekerjaan ini adalah untuk mencari
waktu, selama ini kuliah dan prestasinya di kampus tidak terganggu.
Kuncinya adalah pandai–pandai mengatur waktu antara kuliah, bekerja, dan
juga waktu dengan teman–teman. Sebuah artikel yang dimuat dalam JPNN
(Jawa Pos National Network) menyebutkan bahwa Christina Kurniawan,
menjadi mahasiwa terbaik saat kuliah di Indonesia dan Belanda. Dalam
artikel ini disebutkan bahwa Christina menjalani kuliah di Indonesia dan
Belanda, selama di Belanda ia bekerja part time setelah kuliah. Namun,
pekerjaannya ini tidak mengganggu perkuliahannya, karena tina lulus dengan
predikat cumlaude.
Mahasiswa yang memutuskan kuliah sambil bekerja part time
diharapkan mempunyai pengelolaan diri yang baik agar dapat tetap menjalani
kedua profesinya sebagai karyawan dan mahasiswa secara seimbang.
Penelitian yang dilakukan oleh Daulay dan Rola menyatakan ada perbedaan
self-regulated learning pada mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja.
Mahasiwa yang bekerja cenderung mempunyai self regulated learning yang
rendah dibanding mahasiswa yang tidak bekerja. Hal ini dikarenakan
mahasiswa yang tidak bekerja lebih mempunyai banyak waktu untuk
mengatur self regulated learningnya dengan baik.
Kendala yang sering dialami oleh mahasiswa yang memutuskan kuliah
sambil bekerja part time antara lain kesulitan dalam mengatur waktu,
mengatur kondisi fisik dan pikiran antara kuliah, pekerjaan, istirahat dan
urusan yang lain. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa kuliah sambil
dilakukan oleh Diana (2007) hasilnya menyebutkan bahwa ada hubungan
positif antara konsep diri dan sikap mahasiswa terhadap kerja part time.
Flavel (Suci, 2008) menyatakan kemampuan mengatur waktu dan kegiatan
mahasiswa antara pekerjaan dan kuliah tergantung dari bagaimana individu
dapat mengatur dirinya sendiri. Namun, bila mahasiwa tersebut tidak mampu
mengatur waktu dan kegiatannya antara kuliah dan pekerjaan, hal tersebut
dapat membuat individu mengalami tekanan dan menimbulkan stress dalam
dirinya (Suci, 2008).
Oleh karena itu, sebaiknya ada pertimbangan yang matang saat
mahasiswa mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja, karena mereka
dituntut untuk dapat mengatur aktivitas dengan baik antara kegiatan di
perkuliahan dan di pekerjaannya. Masalah yang dialami oleh mahasiswa yang
bekerja antara lain adalah mengatur waktu belajar yang sempit, kondisi lelah
ataupun stress sepulang bekerja membuat mahasiwa terkadang terlambat
dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas atau bahkan malas untuk
mengikutin perkuliahan (Diaz, 2007). Masalah lain mungkin muncul dari
tempat kerja, konflik sesama pegawai atau atasan, rutinitas yang monoton,
tuntutan pekerjaan yang bertambah serta pekerjaan yang mungkin
menumpuk. Dampaknya tentu akan mempengaruhi kehidupan atau
diperkuliahan mahasiwa tersebut.
Dwivedi (1981) mengatakan masalah-masalah tersebut adalah hal yang
dapat menyebabkan stress, kelelahan fisik dan emosi pada individu (Diaz,
sambil bekerja tidak jarang membuat mereka tertekan, stress, bahkan lebih
parahnya terpuruk dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Kondisi ini
tentunya dapat mengganggu kehidupan individu baik diperkuliahan,
pekerjaan dan aktivitas lainnya. Oleh karena itu, individu yang kuliah sambil
bekerja dituntut untuk mempunyai optimisme yang tinggi agar dapat
menghadapi segala masalah dan tidak menyerah pada keadaan. Mereka
dituntut mempunyai kemampuan kognitif, afektif dan konatif. kemampuan
kognitif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hal-hal
seperti kinerja, motivasi, komitmen kerja, dan lain-lain. Menurut Hunter
dalam Murphy menyatakan bahwa kemampuan kognitif sangat berhubungan
secara empirik dengan performa seseorang dalam mengerjakan banyak
pekerjaan.
Kemampuan kognitif menjadi sangat penting dalam hal pemecahan
masalah, karena dalam pemecahan masalah, seseorang yang kemampuan
kognitifnya baik, dia akan dengan cepat menemukan inti masalah itu dan
mengintepretasikan dan mencari jalan keluarnya. Sementara kemampuan
afektif berhubungan dengan perasaan dalam aspek emosional yang banyak
dipengaruhi kepercayaan atau diyakini sebagai hal yang benar. Kemampuan
ini juga perlu dimiliki oleh individu yang berkuliah dan bekerja part time,
karena jika memiliki kemampuan afektif mereka akan dapat mengatur
perasaan yang timbul dari diri sehingga tidak mudah terbawa emosi.
Sedangkan kemampuan konatif adalah bagaimana orang berperilaku dalam
bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Mahasiswa yang bekerja part time akan lebih mudah dalam menjalankan
segala aktivitas di perkuliahan ataupun di pekerjaan dan di kehidupan
sosialnya apabila memiliki kemampuan konatif yang baik
Dengan ketiga kemampuan tersebut, maka individu akan mampu
menghadapi permasalahan ataupun aktivitas di perkuliahan, pekerjaan dan
kehidupan sosialnya. Individu yang mampu menghadapi dan mengatasi
masalah, maka bisa dikatakan bahwa dia telah resilien atau mempunyai
kemampuan resiliensi yang baik dengan tidak menyerah pada keadaannya.
Menurut Janas (2002) resiliensi adalah suatu kemampuan untuk mengatasi
kesulitan, rasa frustasi, atau permasalahan yang dialami oleh individu
(fransisca dkk, 2004). Menurut Benson (2002) resiliensi adalah bentuk
kesadaran seseorang untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi
permasalahan sehingga tidak mudah putus asa (fransisca dkk, 2004). Menurut
kendall (1999) resiliensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu
dalam beradaptasi, sehingga dapat menempatkkan diri dengan baik terhadap
permasalahan yang dihadapi. Penelitian yang oleh Diah dan Pradna (2012)
tentang resiliensi guru disekolah terpencil hasilnya adalah fase resiliensi yang
dialami setiap guru yang mengajar disekolah terpencil iti berbeda-beda, hal
ini dipengaruhi oleh pemikiran individu dalam memandang hidup dan
kemampuannya beradaptasi.
Menurut Grotberg ada 3 sumber resiliensi yaitu I Have, I Can, dan I Am
cepat dalam perubahan yang berlangsung terus menerus karena mereka
fleksibel, cerdas, kreatif, secara cepat menyesuaikan diri, dan dapat belajar
dari pengalaman. Mereka dapat mengendalikan kesulitan-kesulitan besar,
dengan lebih baik meski mengalami berbagai macam kemunduran atau
permasalahan, mereka tetap tidak mengeluh dengan kondisi hidupnya.
Penelitian yang dilakukan Fransisca Dkk (2004) tentang hubungan resiliensi
dan depresi pada perempuan pasca pengangkatan payudara, hasilnya
didapatkan bahwa semakin tinggi resiliensi yang dimiliki maka semakin
rendah depresi yang dialami. Individu yang resilien adalah individu yang
optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih
baik. Individu yang mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya
bahwa dapat mengontrol arah kehidupannya.
Mahasiswa merupakan usia yang termasuk dalam golongan remaja
menuju dewasa awal. Remaja yang resilien adalah remaja yang mampu
menghargai diri sendiri, mencari seseorang untuk berbagi. Sehingga ketika ia
membutuhkannya dan mencari kekuatan yang positif dari dirinya agar bisa
bangkit dari masalah, mengalami tekanan, resiko buruk yang dapat
membahayakan dapat dihindari. Karena resiliensi akan membantu melindungi
untuk bertahan dan bangkit dari masalah atau tekanan yang dihadapi. Remaja
yang resilien akan tumbuh menjadi orang yang resilien pula saat mereka
dewasa. Namun, remaja yang tidak resilien maka akan sulit untuk bangkit
dari masalah atau tekanannya karena tidak mampu mengontrol dirinya sendiri
Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja akan lebih mempunyai banyak
tekanan dan permasalahan yang dihadapi. Dengan sumber-sumber
kemampuan resiliensi mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja diharapkan
dapat lebih mengatur kehidupan dan kegiatan diperkuliahan, dipekerjaan
ataupun aktivitas yang lain dengan baik. sumber-sumber resiliensi penting
diteliti untuk mengetahui potensi kemampuan resiliensi yang ada di dalam
diri dan lingkungan individu ketika menghadapi masalah yang terjadi
sehingga dapat mengatasi hal-hal buruk dari tekanan yang terjadi.
Kemampuan resiliensi pada mahasiswa yang bekerja part time dapat
memberikan dampak positif bagi kehidupan yang mereka jalani. Karena
kuliah sambil bekerja part time itu sendiri dapat dikatakan sebagai kegiatan
positif bagi mahasiswa. Dampak positifnya adalah mahasiswa akan
mempunyai lebih banyak pengalaman yang dialami langsung (Kurniawati;
Nurjanah, 2010). Hal ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan
David Robotham yang berjudul student part-time employment:
characteristics and consequences yang meneliti tentang karakteristik dan
konsekuensi pelajar atau mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa dengan bekerja part time pelajar atau
mahasiswa akan mendapat banyak dampak positif yang berasal dari
pekerjaannya. Sedangkan dampak negativenya dapat dikatakan tidak terlalu
mempengaruhi prestasi akademik mereka.
Menurut Watanebe (2005) kuliah sambil bekerja banyak memberi
(2005) dampak positif diperoleh dari mahasiswa yang kuliah sambil bekerja
adalah dapat menyalurkan hobi, memiliki pengalaman diluar perkuliahan,
memperoleh keterampilan, pengetahuan tentang berbagai macam pekerjaan,
dan bertanggung jawab. Selain itu, juga dapat melatih kemandirian dan
memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kuliah.
Sedangkan menurut Watanebe (2005) juga terdapat dampak negatif
yang harus diwaspadai oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Dampak
tersebut antara lain adalah kesulitan membagi waktu dan konsentrasi saat
kuliah dan bekerja, kelelahan, penurunan prestasi akademik, mengalami
keterlambatan kelulusan, dan akibat yang paling parah adalah dikeluarkan
dari universitas karena lebih mementingkan pekerjaan dari pada kuliah.
Ditambah lagi dengan adanya aturan baru dari dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud). Peraturan baru itu mengatur, antara lain,
pembatasan waktu bagi mahasiswa sarjana maupun pascasarjana. Artinya,
tidak boleh ada lagi alasan untuk berlama-lama menjadi mahasiswa, ancaman
drop out pun menghadang (dalam JPPN.Com, 2014). Oleh karena itu
mahasiswa yang memutuskan untuk bekerja harus dapat menyeimbangkan
antara pekerjaan dan kuliahnya.
Berdasarkan pengalaman orang-orang yang sukses di bidangnya, jika
semasa kuliahnya mahasiswa aktif berorganisasi, mengikuti komunitas,
berbisnis kecil-kecilan atau mungkin bekerja part time, hal tersebut dapat
menjadi sedikit pengalaman untuk memulai dunia kerja dengan lebih matang
zaman sekarang tidak mempunyai aktivitas apa pun selama kuliah. Padahal
pengalaman berorganisasi ataupun bekerja selama masa kuliah dapat sangat
membantu meningkatkan beberapa kompetensi seperti teamwork, leadership,
networking dan emotional maturity (dalam TribunNews.com, 2014).
Dari penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa
sumber-sumber resiliensi penting untuk diteliti. Hal ini dikarenakan dengan
terpenuhinya sumber-sumber resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang
bekerja part time, maka mahasiswa yang bekerja part time akan dapat
mengembangkan kemampuan resiliensi yang dimilikinya sehingga dapat
membantu mahasiswa menjalani tugas dan tanggung jawab serta segala
aktivitasnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah Bagaimana gambaran sumber-sumber resiliensi yang dimiliki oleh
mahasiswa yang bekerja part-time?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran
sumber-sumber kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang
bekerja part time.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmiah yang
perkembangan, terkait dengan resiliensi pada mahasiwa yang bekerja part
time, sehingga dapat digunakan sebagai bahan literature untuk penelitian
yang sejenis di masa yang akan datang.
2. Maanfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi mahasiwa yang bekerja part time tentang pentingnya
memiliki sumber-sumber resiliensi untuk mengembangkan kemampuan
resiliensi. Selain itu memberikan gambaran bagaimana kemampuan
resiliensi itu dapat diterapkan dalam kehidupan mahasiswa yang bekerja
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MAHASISWA
1. Pengertian Mahasiwa
Mahasiswa merupakan masa peralihan dari masa remaja akhir (18-22
tahun) menuju dewasa (diatas 22 tahun). Pada masa ini seseorang akan
memiliki sikap yang lebih konkrit terhadap sesuatu (dalam Diana, 2007).
Menurut UU No 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi, mahasiswa adalah
peserta didik pada jenjang pendidikan/perguruan tinggi. Dalam peraturan
pemerintah RI No. 30 tahun 1990, mahasiswa merupakan peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut Sarwono (1978)
mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
Mahasiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena
kelebihan yang dimiliki, yang mempunyai kekhasan fungsi, peran dan
tanggung jawab. Selain itu, mahasiswa juga mempunyai tugas
perkembangan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mahasiswa merupakan
individu yang belajar diperguruan tinggi. Mahasiswa memegang peranan
yang penting dalam masyarakat, karena keberadaan mereka dapat
membantu dalam kehidupan masyarakat. Definisi Mahasiswa menurut
Semester berjalan. Menurut Hurlock (1979) mahasiswa adalah individu
yang berada pada masa dewasa awal, dimana mereka mempunyai tugas
perkembangan tentang memenuhi harapan mayarakat dengan bekerja sesuai
dengan studi yang ditempuh dan mendapat gaji yang dapat mencukupi
kebuuhannya sehari-hari. Namun, keberhasila dalam kuliah atau studi
mahasiswa dapat dan bahkan sangat mempengeruhi keberhasilannya dalam
pekerjaan (wahyuni, 2007). Dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu yang mengikuti pelajaran
dan terdaftar di sebuah perguruan tinggi dan mempunyai tugas
perkembangan.
B. PEKERJAAN PART TIME
1. Pengertian Pekerjaan Part time
Pekerjaan part time adalah pekerjaan sampingan yang dimana jam
kerjanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pekerjanya. Sementara
menurut kamus Bank Indonesia, bekerja part time adalah bekerja hanya
dalamm sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja tau hari kerja normal
dalam seminggu. Kerja part time adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan
beberapa jam dalam seminggu, dalam seminggu biasanya menghabiskan
waktu sekitar 30-35 jam perminggu (Surya, 2011). Menurut organisasi
perburuhan internasional, jumlah pekerja part time baik dari kalangan
2. Karakteristik Bekerja Part Time
Karakteristik bekerja Part Time yang pertama adalah jam kerja antara
3-6 jam. Shift atau jam kerja disesuaikan dengan waktu pekerja
masing-masing. Pembagian jam kerja biasanya ditentukan oleh pemilik usahanya.
Dan yang terakhir adalah gaji yang diterima berdasarkan jumlah shift atau
jam kerja yang dilakukan (Surya, 2011).
3. Mahasiswa Yang Bekerja Part Time
Mahasiswa yang bekerja part time adalah mahasiswa yang masih
menempuh atau menjalani kuliah namun sambil melakukan pekerjaan
untuk berbagai macam alasan dan tujuan. Fenomena mahasiswa yang
bekerja part time bukan menjadi hal baru, ada banyak alasan pula yang
melatar belakangi mengapa mahasiswa memutuskan untuk bekerja part
time. Menurut Jacinta (2002) yang mendasari mahasiswa berkuliah sambil
bekerja yang pertama adalah kebutuhan financial, kebutuhan sosial
relasional dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurut data dari kompas cyber
media, ada beberapa manfaat yang didapat oleh mahasiswa yang bekerja.
Yang pertama, mereka tidak akan hanya mengerti tentang teori saja
namun mereka akan dapat mengaplikasikan langsung dalam perilaku atau
kehidupannya. Dalam dunia kerja mahasiswa akan dihadapkan pada
permasalahan yang nyata dan mereka harus mampu memecahkan nya
dengan tepat dan cepat.
Yang kedua, mahasiswa akan lebih dapat bersikap mandiri dan
jiwa dan pikiran yang lebih kreatif karena pengalaman mereka kuliah
sambil bekrja tentu akan memicu mereka untuk lebih bisa berpiir kreatif.
Dan yang terakhir, dalam diri mahasiswa akan mulai muncul jiwa
profesionalisme. Hal ini karena saat mereka memutuskan kuliah sambil
bekerja otomatis mereka akan dituntut untuk selalu professional dengan
pekerjaan ataupun kuliahnya.
C. RESILIENSI
1. Pengertian Resiliensi
Semua manusia tentunya akan mengalami kesulitan, tekanan ataupun
permasalahan dalam kehidupannya, namun individu juga memiliki
ketahanan untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya saat mengalami
kesulitan (Wagnild, 2010 dalam Rosyani, 2012). Kemampuan untuk bangkit
dan terus melanjutkan hidup lebih baik ini disebut dengan resiliensi. Kata
resiliensi berasal dari bahasa latin resile yang artinya adalah kembali. Dalam
bahasa inggris resilience mempunyai pengertian kemampuan untuk secara
cepat dapat kembali pada kondisi semula (Shaumi, 2012). Resiliensi
merupakan kemampuan individu dalam mengatasi, melalui dan kembali
pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan. Kemampuan seseorang
yang dapat berhasil dalam mengatasi permasalahan atau hal yang
menyakitkan dan dapat secara cepat bangkit kembali dalam hidupnya
dinamakan dengan kemampuan resiliensi (Sisca & Moningka, 2008).
mengatasi, kesulitan, rasa frustasi, atau permasalahan yang dialami (dalam
Dewi Dkk, 2004). Benson (2002) menyebutkan bahwa seseorang yang
resilien akan mempunyai salah satu bentuk kesadaran seseorang untuk
mengubah pola pikir saat menghadapi masalah sehingga tidak mudah putus
asa (Djoenaina dkk, 2004).
Resiliensi juga dipahami sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam
beradaptasi dengan lingkungan, sehingga dapat menempatkan diri dengan
baik saat berada pada situasi yang kurang menyenangkan. Hal ini didukung
dengan pernyataan Kendal (1999) yang menyatakan bahwa resiliensi
sebagai kemampuan individu untuk beradaptasi dan menempatkan diri
dengan baik saat berada pada situasi yang tidak menyenangkan atau
permasalahan yang berat (Dewi dkk, 2004). Individu yang mempunyai
resiliensi yang baik akan berusaha mengatasi permasalahan yang sedang
dialami, sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dan dapat
terbebas dari masalah serta mampu beradaptasi dengan permasalahan yang
sedang dihadapi. Resiliensi dapat dikatakan sebagai kemampuan individu
untuk beradaptasi dalam kesulitan yang sedang dihadapi, sehingga ia dapat
bersikap tenang, dapat segera bangkit dan menemukan kembali semangat
dan tujuannnya. Hal serupa dinyatakan pula oleh Luthar, Masten & Reed
(dalam Dipayanti & Chairani, 2012) bahwa resiliensi merupakan
kemampuan beradaptasi secara positif terhadap situasi atau kondisi yang
Siebert (2005) mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan
mengatasi dengan baik perubahan hidup pada level yang lebih tinggi.
Seorang yang resilien tetap dapat menjaga kesehatan saat dalam keadaan
yang tertekan, selain itu dapat pula dengan cepat bangkit dari permasalahan,
serta merubah cara hidup ketika dirasa ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
keadaan yang ada, dapat mengatasi dan menghadapi permasalahan tanpa
kekerasan. Dapat dikatakan individu yang resiliensi mempunyai kecerdasan
emosi yang baik sehingga dapat mengontrol dirinya sendiri. Sesuai dengan
definisi yang dinyatakan Grotberg (1999) yang menyebutkan resiliensi
adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi dan menjadi
kuat dengan kesulitan yang dialaminya (Sisca & Moningka, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa resiliensi
adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan tidak menyerah pada
keadaan sulit atau tekanan dalam hidupnya, serta terus berusaha, belajar dan
beradaptasi dengan keadaan tersebut sehingga ia dapat bangkit dari
keadaannya yang sulit tersebut dan menjadi lebih baik.
2. Komponen yang Ada Dalam Resiliensi
Komponen yang ada dalam resiliensi menurut Wagnild dan Young
(1993; 2010) (dalam Rosyani, 2012) antara lain adalah :
a. Meaningfulness atau purpose
Yaitu tentang kesadaran tentang tujuan hidup, dalam mencapai tujuan
tentu diperlukan suatu usaha. Menurut Wagnild (2010) komponen ini
akan menjadi sia-sia dan tidak ada maknanya. Tujuan hidup dapat
membantu individu saat mengalami kesulitan dalam hidupnya
sehingga memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi lebih baik.
b. Equanimity
Tentang pemikiran keseimbangan dalam hidup. Individu yang resilien
menyadari bahwa kehidupan itu bukan hanya hal baik dan buruk.
Individu yang mempunyai resiliensi yang baik kehidupannya akan
lebih fokus dengan hal-hal yang positif, dan dalam bertindak tidak
terburu-buru atau lebih tenang dalam menghadapi sesuatu. Individu
seperti ini akan cenderung selalu optimis dalam mengahadapi segala
sesuatu. Individu yang resilien dapat mengambil pelajaran dari
pengalaman hidunya sendiri ataupun pengalaman orang lain.
c. Perseverance
Suatu tindakan atau perilaku untuk bertahan dalam menghadapi
tekanan atau kesulitan. Dalam membentuk komponen ini individu akan
melakukan hal-hal yang cenderung positif dan membuat tujuan hidup
yang jelas.
d. Existential Aloneness
Kesadaran tentang kehidupan setiap manusia itu berbeda dan mampu
menghargai dirinya sendiri. Individu yang resilien akan merasa
3. Ciri-ciri Mahasiswa Bekerja Part Time yang Resilien
Menurut Serafino (1994) ciri-ciri individu yang resilien antara lain
yaitu :
a. Individu tersebut memiliki tempramen yang lebih tenang, sehingga
dapat beradaptasi dan menciptakan hubungan yang baik dengan
lingkungan.
b. Mempunyai kemampuan dapat bangkit dari tekanan dan berusaha
mengatasi permasalahan ataupun tekanan yang dihadapi (dalam Dewi
dkk, 2004).
Sedangkan menurut Grotberg (1995) (dalam Djoenaina dkk, 2004).
ciri individu yang resilien antara lain :
a. Dapat mengendalikan perasaan dan kenginan hatinya.
b. Memiliki kemampuan untuk bangkit dan mengatasi permasalahan atau
tekanan yang dihadapi.
c. Mandiri dan dapat mengambil keputusan sesuai pemikirannya sendiri.
d. Mempunyai empati dan peduli pada orang lain.
Individu yang resilien akan cenderung berpikir positif, optimis dan
realistis. Mereka lebih dapat mengungkapkan dan mengekspresikan apa
yang mereka rasakan dengan nyaman. Individu yang mempunyai resiliensi
yang baik akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang sulit atau
penuh tekanan, dan Ia akan berusaha untuk mengatasinya.
Dari beberapa ciri yang telah diungkapkan diatas, peneliti mengambil
adalah mereka akan memiliki tempramen yang lebih tenang, sehingga dapat
beradaptasi dan menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan, baik
lingkungan kuliah, pekerjaan ataupun kehidupan sosialnya. Kemudian
mereka akan lebih mandiri, dapat mengambil keputusan sesuai
pemikirannya sendiri, berpikir positif dan realistik.
Hal ini dikarenakan mahasiswa yang bekerja part time tetap dituntut
profesional dan mempunyai pemikiran yang kreatif. Kesibukan mereka di
pekerjaan ataupun kuliah tentunya membuat mereka mempunyai
pengalaman dalam banyak hal. Hal ini membuat mahasiswa yang bekerja
part time lebih dapat menguasai dan mengontrol diri sehingga mereka tahu
bagaimana mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan
dengan nyaman, namun tetap mempunyai empati dan peduli pada orang lain
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Menurut Neill dan Dias (2001) faktor yang mempengaruhi resiliensi
terbagi menjadi dua (dalam Rosyani, 2012), yaitu :
a. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah faktor yang yang secara langsung dapat
potensi terjadinya resiko pada individu semakin besar, hal ini dapat
menimbulkan perilaku maladaptive pada individu tersebut (Neill &
Dias, 2001 dalam Rosyani, 2012). Faktor resiko terdiri dari yang
pertama seperti bencana alam, kematian anggota keluarga dan
perceraian. Yang kedua berupa latar belakang kondisi sosial ekonomi
lingkungan dimana individu hidup, seperti lingkungan yang rawan
kejahatan dan kekerasan (Rosyani, 2012).
Menurut Estanol (2009) faktor resiko adalah berupa stressor yang
dihadapi individu pada situasi tertentu yang sedang dihadapi (Shaumi,
2012). Faktor resiko menjadi faktor yang penting dalam pembentukan
resiliensi dan tidak selalu menimbulkan hasil yang merugikan, saat
individu mampu melalui faktor resiko ini maka ia dapat dikatakan
resilien.
b. Faktor Protektif
Faktor protektif adalah kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki
oleh individu yang sehat, sehigga mendorong terbentuknya resiliensi
pada individu. Menurut Luthar dan Rutter (dalam Shaomi, 2012) faktor
protektif memberikan bantuan dalam menghadapi stressor yang tinggi,
dan tidak menonjolkan stress atau psikopatologi/masalah yang yang
sedang dihadapi. Faktor protektif terdiri dari karakteristik individu
(jenis kelamin, tingkat intelegensi, dan kepribadian), karakteristik
keluarga (kehangatan, kelekatan keluarga, dan struktur keluarga),
adanya dukungan sosial diluar diri individu, keluarga dan teman atau
sahabat (Shaumi, 2012).
Menurut Herman (2011) (dalam Shaumi, 2012) ada 3 faktor yang
mendukung resiliensi, yang pertama adalah faktor personal yang terdiri
dari ciri kepribadian individu, pengusaan diri, penghargaan diri, dan
dihadapi). Faktor demografi seperti jenis kelamin dan kebudayaan
mempengaruhi resiliensi. Yang kedua adalah faktor bilogis, yang
berhubungan dengan system kerja otak. Pola pengasuhan awal yang
buruk dapat membuat dampak buruk juga untuk perkembangan
individu. Dan yang ketiga adalah faktor lingkungan, dari beberapa
penelitian terbukti adanya hubungan yang significant antara resiliensi
dan dukungan sosial dari lingkungan individu.
5. Sumber Resiliensi
Sumber resiliensi menurut Grotberg (1999) ada 3, antara lain berupa I
have, I am dan I can (dalam Sisca & Moningka, 2008). Peneliti memilih
menggunakan sumber resiliensi menurut teori Grotberg untuk menggali
serta menggambarkan bagaimana gambaran sumber resiliensi pada
mahasiswa yang bekerja part time.
a. I Have (Sumber dukungan eksternal)
Ini merupakan bentuk dukungan dari lingkungan sekitar individu,
bentuk dukungan ini berupa hubungan baik dengan keluarga, sekolah,
ataupun dengan masyarakat. Dengan I have individu dapat menjalani
hubungan dengan kepercayaan baik dengan siapapun. Perasaan I have
biasanya diperoleh dari orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat.
Saat individu merasa diterima dilingkungannya, maka perasaan I have
ini akan dimiliki oleh individu.
Individu yang resilien biasanya mempunyai struktur atau aturan
anaknya dapat bertanggung jawab dengan perilakunya. Hal ini dapat
membuat individu mempunyai pedoman dalam berperilaku dan ada
yang memberi tahu tentang kesalahannya, dan ia tahu konsekuensi dari
kesalahan yang dilakukan. Individu yang resilien mendapat dukungan
untuk mengambil keputusan sesuai kehendaknya sendiri tanpa
bergantung pada orang lain. Dukungan dari orang tua, keluarga dan
lingkungan sekitar individu, akan membuat individu mempunyai rasa
percaya diri dan dapat menerima diri serta resilien terhadap apa yang
dihadapinya.
b. I Am (kemampuan individu)
Kekuatan yang ada dalam diri individu berupa perasaan, perilaku
dan kepercayaan diri. Individu yang resilien akan selalu berusaha
terlihat menarik agar selalu disukai dan dicintai orang lain. Individu
yang resilien biasanya juga sensitive pada perasaan orang lain dan
paham apa yang orang lain harapkan pada dirinya. Individu yang
resilien cenderung memiliki sikap peduli yang tinggi dan empati pada
orang lain. Mereka peduli dan dapat merasakan penderitaan ataupun
kesulitan orang lain dan selalu berusaha membantu kesulitan orang
lain.
Seorang yang resilien akan memiliki rasa bangga terhadap dirinya
sendiri, dan merasa puas terhadap apa yang ia miliki dan capai. Mereka
yakin akan kemampuan mereka sendiri, rasa percaya diri dan harga diri
kesulitan yang sedang dihadapi. Karena mereka cenderung percaya
terhadap kemampuan yang mereka miliki, individu yang resilien
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pada pekerjaannya dan
dapat menerima konsekuensi yang akan dihadapi. Individu yang
resilien akan cenderung selalu berpikir positif tentang masa depannya.
c. I Can (kemampuan sosial)
I can adalah kemampuan individu untuk membangun hubungan
sosial dengan orang lain. kemampuan ini didapat dari interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Individu yang memiliki kemampuan ini
cenderung akan lebih mampu berkomunikasi dan dapat memecahkan
masalah dengan baik. Individu tersebut dapat mengekspresikan pikiran
dan perasaan mereka dengan cara yang baik dan benar. Individu yang
resilien akan dapat mengendalikan perasaan dan pikiran yang mereka
rasakan sehingga mereka dapat mengungkapakan atau
mengekspresikannya dengan baik dan benar tanpa merugikan orang
lain. individu yang resilien memahami karakter dirinya sendiri ataupun
orang lain, jadi mereka akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang
lain dan dapat membangun hubungan sosial yang baik dengan orang
lain.
6. Dinamika Resiliensi Pada Mahasiswa Yang Bekerja Part Time
Menurut UU No 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi, mahasiswa
adalah peserta didik pada jenjang pendidikan/perguruan tinggi. Dalam
didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa
adalah individu yang mengikuti pelajaran dan terdaftar di sebuah perguruan
tinggi. Tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar dan menekuni
disiplin ilmu yang ditempuhnya. Namun, pada kenyataannya banyak
mahasiswa yang disibukkan dengan kegiatan diluar akademiknya atau
keorganisasian mahasiswa dan ada pula yang sambil bekerja, salah satunya
adalah bekerja part time. Mahasiswa yang bekerja part time adalah
mahasiswa yang masih menempuh atau menjalani kuliah namun sambil
melakukan pekerjaan untuk berbagai macam alasan dan tujuan.
Mahasiswa yang memutuskan untuk bekerja part time mempunyai
beberapa alasan antara lain mahalnya pendidikan, tuntutan persyaratan skill
atau pengalaman kerja dari perusahaan, mencari uang jajan tambahan,
mempraktekkan ilmu yang didapat, mencari teman baru, membantu
ekonomi keluarga, menyalurkan dan mengisi waktu luang (Yenni, 2007).
Mahasiswa yang memutuskan kuliah sambil bekerja part time tentunya
bukan hanya memikul tugas belajar saja namun juga tanggung jawab dan
tugas pekerjaan. Mereka yang memutuskan kuliah sambil bekerja part time
tentu mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Mereka mempunyai
tekanan dan tingkat stress yang lebih besar dibanding dengan mahasiswa
yang tidak bekerja, karena permasalahan yang mereka hadapi bukan hanya
diperkuliahan saja namun juga ditempat dimana mereka bekerja. Dampak
buruk yang akan dialami tentu akan mempengaruhi perkuliahan, pekerjaan
sambil bekerja part time sebaiknya mempunyai sumber-sumber resiliensi,
sehingga dapat mengembangkan kemampuan resiliensinya.
Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan tidak
menyerah pada keadaan sulit atau tekanan dalam hidupnya, serta terus
berusaha, belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut sehingga ia dapat
bangkit dari keadaannya yang sulit tersebut dan menjadi lebih baik. Menurut
Janas (2002) resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi,
kesulitan, rasa frustasi, atau permasalahan yang dialami (dalam Dewi Dkk,
2004). Resiliensi juga dipahami sebagai bentuk kemampuan seseorang
dalam beradaptasi dengan lingkungan, sehingga dapat menempatkan diri
dengan baik saat berada pada situasi yang kurang menyenangkan (Dewi
dkk, 2004).
Sumber-sumber resiliensi mengembangkan sikap atau kemampuan
resilien, kemampuan resiliensi dibutuhkan oleh seorang mahasiswa yang
memutuskan untuk bekerja part time dalam menghadapi tekanan dan
permasalahan yang dihadapi di perkuliahan, pekerjaan ataupun di kehidupan
sosialnya. Dengan mempunyai kemampuan resiliensi individu akan lebih
mampu mengatur kehidupannya dan dapat mengatasi tekanan ataupun
mengatasi permasalahan yang dialami. Ketika mahasiswa yang bekerja part
time mempunyai kemampuan resiliensi, maka ia juga akan mempunyai
kecerdasan emosi yang baik. sumber-sumber resiliensi memberi kontribusi
yang baik pada kemampuan resiliensi yang membuat efektivitas kerja dalam
mereka mempunyai kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan
manajemen hubungan yang baik dalam pekerjaan kuliah ataupun kehidupan
sosialnya.
D.Kerangka Berpikir
Mahasiswa yang
bekerja part time
Alasan :
-Kebutuhan financial - Mencari teman baru
-Kebutuhan sosial - Menyalurkan hobi
-Kebutuhan aktualisasi diri - Mengisi waktu luang
-Mempraktekkan ilmu yang pernah didapat
Resiliensi
Dampak Positif Dampak Negatif
Sumber-sumber Resiliensi :
I HAVE I AM
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Danim
(2002), penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau
karakteristik individual, situasi dan kelompok tertentu secara akurat. Menurut
Bodgan dan Taylor (1975 dalam Basrowi & Suwandi, 2008) penelitian
kualitatif menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang data diamati. Metode kualitatif dapat
digunakan untuk memahami dan mengungkapkan sesuatu dibalik fenomena
yang ada, selain itu metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan wawasan
tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss & Corbin, 2009).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami kehidupan sosial yang
dijalani individu (Poerwandari, 2005). Menurut Biklen dan Bogdan
penelitian kualitatif mempunyai lima ciri utama yaitu naturalistik, data
deskriptif, berurusan dengan proses, induktif, dan makna (dalam Emzir,
2011).
Penelitian ini menggunakan motode kualitatif dengan analisis kualitatif
deskriptif. Data penelitian ini dikumpulkan dari hasil wawancara dengan
mahasiswa di Yogyakarta yang masih aktif kuliah namun juga menjalani
pekerjaan part time. Dengan kerangka prosedural dalam penelitian kualitatif,
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif bukan berupa angka, namun
berupa narasi, deskripsi, cerita tertulis dan tidak tertulis, serta bentuk-bentuk
non angka lain (dalam Poerwandari, 2005). Berdasarkan penjelasan diatas,
maka data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah berupa hasil wawancara
tertulis yang kemudian diolah menjadi bentuk deskripsi. Sehingga didapatkan
hasil yang berbentuk deskripsi pula yang berkaitan dengan gambaran
resiliensi pada mahasiswa yang bekerja part time.
B. Definisi Operasional
Kemampuan resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan
tidak menyerah pada keadaan sulit atau tekanan dalam hidupnya, serta terus
berusaha, belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut sehingga ia dapat
bangkit dari keadaannya yang sulit tersebut dan menjadi lebih baik. I Have,
Yaitu berupa dukungan eksternal (keluarga, orang tua, teman, masyarakat). I
Am, Yaitu berupa keyakinan dan kepercayaan akan dirinya sendiri serta puas
dan bangga akan apa yang telah dicapai dan dimilikinya. I Can, Yaitu berupa
kemampuan dalam membangun relasi. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja
akan lebih mempunyai banyak tekanan dan permasalahan yang dihadapi.
Dengan kemampuan resiliensi mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja
diharapkan dapat lebih mengatur kehidupan dan kegiatan diperkuliahan,
dipekerjaan ataupun aktivitas yang lain dengan baik. kemampuan resiliensi
yang dimiliki oleh mahasiswa yang bekerja part time dapat digunakan untuk
menghadapi masalah yang terjadi sehingga dapat mengatasi hal-hal buruk
dari tekanan yang terjadi.
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah sumber-sumber kemampuan
resiliensi. Dalam penelitian ini sumber-sumber resiliensi dapat
menggambarkan bagaimana resiliensi pada mahasiswa yang bekerja part time
yang dipahami adalah sebagai kemampuan indivudu menyesuaikan diri yang
tinggi sehingga mampu menghadapi dan bertahan dalam situasi yang sulit
ataupun menekan baik dari internal ataupun eksternal. Resiliensi sendiri juga
dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk bangkit dari hal yang menekan
dan tidak menyenangkan, sehingga kemampuan resiliensi data melindungi
individu dari tekanan, walaupun lingkungan sekitarnya penuh masalah dan
banyak tekanan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana sumber-sumber
kemampuan resiliensi yang dimiliki mahasiswa yang kuliah sambil bekerja
part time. Sumber-sumber kemampuan resiliensi ini dapat diketahui melalui 3
fokus yang dikemukakan oleh Grotberg, antara lain :
1. Dukungan eksternal yang dimiliki.
Bagaimana hubungan dan dukungan yang diperoleh informan dari
keluarga, orang tua, teman dan lingkungan sosialnya?
2. Keyakinan dan kepercayaan akan dirinya sendiri serta puas dan bangga
Bagaimana informan memandang dan menyadari akan dirinya, serta
kepercayaan diri dan kebanggaan akan kemampuannya sendiri?
3. Kemampuan dalam membangun relasi.
Bagaimana kemampuan informan dalam membangun realsi interpersonal?
Bagaimana subjek menyelesaikan dan menghadapi masalah yang sedang
dialami?
D. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang/sumber yang dapat memberikan
informasi/ data kepada peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan sekaligus bekerja part time.
Kriteria informan antara lain adalah :
1. Mahasiswa aktif, artinya mahasiswa yang masih resmi terdaftar di salah
satu universitas atau perguruan tinggi.
2. Laki-laki dan perempuan.
3. Mahasiswa berusia 18-25 tahun.
4. Mahasiswa yang masih aktif kuliah sambil bekerja part time.
5. Mahasiswa yang berdomisili di Yogyakarta.
Peneliti memilih mahasiswa yang ada di Yogyakarta, karena lokasi
peneliti yang bertempat di Yogyakarta. Terlebih lagi kota Yogyakarta
terkenal dengan istilah “kota pelajar” yang dimana banyak terdapat
E. Metode Pengambilan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab yang bertujuan untuk mencapai
atau mendapatkan informasi tertentu. Wawancara dilakukan peneliti untuk
mendapat pengetahuan tentang makna subjektif yang dipahami individu
tentang topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi tentang
isu tersebut (Poerwandari, 1998). Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak antara pewawancara
(interviewer) dan orang yang memberikan jawaban pada pertanyaan yang
diajukan (interviewee).
Lincoln dan Guba (1985: 266 dalam Basrowi, 2008) menjelaskan
tentang maksud dan tujuan dari wawancara, antara lain Mengkonstruksi
tentang orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan sebagainya, Memverifikasi, mengubah, dan memperluas
informasi dari orang lain baik manusia ataupun bukan manusia
(triangulasi). Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan data.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan pedoman
umum. Di proses wawancara umum ini, peneliti menggunakan pedoman
wawancara atau kerangka dan garis besar yang ditanyakan dalam proses
wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
tentang aspek-aspek yang dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman
dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, dan menyesuaikan
pertanyaan dengan konteks aktual saat melakukan wawancara
(Poerwandari, 1998). Pedoman wawancara yang digunakan saat penelitian
dapat berkembang ketika wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan
secara mendalam dan berulang untuk memahami jawaban atas pertanyaan
secara luwes. Bentuk pertanyaan menyangkut tentang topik penelitian,
tanpa ada urutan pertanyaan mana yang terlebih dulu diajukan.
Daftar pertanyaan disusun peneliti berdasarkan teori resiliensi milik
Grotberg (1999). Panduan wawancara dibuat sebagai panduan saat
melakukan wawancara agar tetap fokus sesuai dengan tujuan penelitian.
Pertanyaan dibuat berdasarkan fokus penelitian bersifat terbuka dan
fleksible. Berikut adalah panduan pertanyaan yang digunakan selama
Tabel. 1
Panduan Wawancara tentang Kemampuan Resiliensi pada Mahasiswa yang
Bekerja Part Time
Bagaimana hubungan mu dengan keluarga, orang tua, teman dan lingkunganmu?
Bagaimana aturan yang ada dalam keluargamu/ yang diterapkan oleh orang tua mu?
Bagaimana hubunganmu dengan setiap anggota keluargamu?
Adakah seseorang yang menjadi idola atau panutan dalam hidupmu?
Bagaimana bentuk dukungan orang tua, teman atau lingkungan yang kamu rasakan terhadap kamu?
Apa tujuan atau yang ingin kamu capai dalam hidupmu?
Bagaimana bentuk perhatian atau kasih sayang orang-orang (keluarga, teman) disekitarmu yang dapat kamu rasakan?
Bagaimana pandanganmu terhadap dirimu sendiri?
Bagaimana cara kamu menghargai diri mu sendiri?
Bagaimana sikapmu dalam menentukan sesuatu/keputusan untuk hidupmu sendiri?
Bagaimana kamu menanggapi hal buruk yang terjadi padamu?
Hal apa yang kamu lakukan saat kamu mengalami hal buruk?
Bagaimana cara kamu menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain?
Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah yang sedang kamu alami, baik di pekerjaan atau di kuliahmu?
Apakah kamu mendiskusikan permasalahanmu dengan orang lain?
Apa yang kamu pikirkan dan lakukan ketika kamu berada dalam kondisi yang tertekan atau dalam keadaan yang sulit/buruk?
Kapan/pada saat bagaimana kamu merasa marah atau emosi?
2. Metode Pencatatan Data
Metode pencatatan menggunakan narrative recording untuk mendapat
data yang komprehensif dan luas dari perilaku subjek. Alat yang
digunakan untuk merekam ketika wawancara adalah tape recorder dan alat
pencatat lain sesuai dengan kebutuhan.
3. Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dimulai dengan menyusun panduan
wawancara berdasarkan fokus penelitian. Pertanyaan penelitian disusun
dalam bentuk pertanyaan terbuka, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan
tidak mengarahkan informan pada jawaban tertentu. Proses penelitian
diawali dengan peneliti mencari informan penelitian yang bersedia dan
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti
melakukan rapport dengan informan agar tercipta rasa saling percaya.
informan dan peneliti membuat jadwal wawancara yang disepakati
bersama,agar tidak mengganggu aktifitas informan sehari-hari. Membuat
panduan wawancara dan melakukan wawancara.
4. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Patton (1980 dalam Moleong, 2009) merupakan
proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola,
kategorii dan satuan uraian dasar. Data penelitian nantinya akan berupa
narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis ataupun tidak tertulis. Beberapa
memonitor dan melaporkan proses dan prosedur analisis data secara jujur
dan selengkap mungkin (dalam Poerwandari, 1998).
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Organisasi Data
Tahap ini diawali dengan memindahkan rekaman hasil
wawancara tiap subjek dari alat perekam kedalam bentuk tulisan
sehingga menghasilkan transkrip verbatim. Pengetikan dilakukan
segera setelah proses wawancara dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar
ingatan peneliti masih segar dengan keadaan informan ketika
wawancara dilakukan.
b. Pengkodean (coding)
Pada tahap ini peneliti menyusun transkrip verbatim sehingga ada
kolom kosong di kanan dan kiri transkrip. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan memberikan kode atau catatan tertentu ada transkrip.
Setelah itu secara urut peneliti melakukan penomoran pada transkrip.
Selanjutnya, peneliti memberi nama masing-masing berkas dengan
kode tertentu (Poerwandari, 1998).
c. Interpretasi
Tahap interpretasi merupakan tahap memahami data secara lebih
mendalam. Dalam penelitian, peneliti memiliki persektif tentang hal
yang sedang diteliti, sehingga peneliti dapat menginterpretasi data
dilakukannya analisis tematik untuk mencari dan menemukan tema
dari data yang didapat. Analisis dilakukan setelah data dimasukkan
dalam kolom dan diberi kode. Analisis tematik dilakukan untuk
mengkode data dan menghasilkan tema-tema. Tema-tema tersebut
nantinya diharapkan dapat mengdeskrisipkan hasil penelitian, sehingga
dapat digunakan untuk menginterpretasi data hasil penelitian.
d. Rangkuman temuan penelitian
Merangkum temuan penelitian dilakukan dan dibuat setelah tahap
interpretasi dengan analisis tematik. Tahap selanjutnya adalah
mendeskripsikan tema-tema yang muncul dari hasil analisis dan dibuat
rangkuman temuan penelitian secara keseluruhan dalam bentuk tabel.
F. Kredibilitas Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas adalah pengganti validitas dalam
penelitian kualitatif. Validitas adalah sebagai kebenaran dari proses penelitian
dan hasil dari penelitian. Apabila data yang ditemukan oleh peneliti
disepakati oleh pemberi data, partisipan atau pembaca secara umum berarti
data tersebut sudah dapat dikatakan valid, sehingga semakin kredibel atau
dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai
penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu
maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data, partisipan atau pmbaca umum.
Tujuan dari kredibilitas ini adalah untuk memastikan kebenaran,
kejujuran tentang deskripsi, simpulan, penjelasan dan isi laporan hasil
penelitian. Kredibilitas penelitian dimaksudkan untuk memastikan bahwa
hasil penelitian ini dapat dipercaya dan mempunyai kredibilitas sebagai suatu
hasil penelitian.
Ada 4 konsep validasi dalam penelitian kualitatif, yaitu validitas
komulatif, tercapai jika temuan dari studi atau penelitian lain tentang topik
yang sama dan mendapatkan hasil yang kurang lebih sama pula. Yang kedua
adalah validitas komunikatif, validitas ini dilakukan dengan mengkonfirmasi
hasil penelitian pada subjek. Yang ketiga adalah validitas argumentative,
tercapainya jika presentasi temuan dan kesimpulan hasil dapat dibuktikan
secara rasional dengan melihat data mentahnya kembali. Dan validitas
ekologis adalah menunjukkan sejauh mana studi dapat dilakukan di
kehidupan sehari-hari yang menjadi konteks penting pada penelitian
(Poerwandari, 1998).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep validitas komunikatif,
dimana peneliti akan mengkonfirmasi kembali hasil transkrip wawancara dan
hasil analisis pada informan penelitian untuk keakuratan temuan data. Peneliti
meminta informan untuk membaca dan mengoreksi hasil wawancara bila ada
hal yang tidak sesuai. Peneliti juga memberikan rangkuman hasil penelitian
Peneliti juga melakukan diskusi dengan sesama peneliti lain
(peerde-briefing) untuk meningkatkan keakuratan data. Dalam hal ini peneliti