• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN GRAFEM DALAM PELAMBANGAN

BUNYI AKSARA JAWI ( ARAB MELAYU ) INDONESIA

KARYA ILMIAH

Dra. Fauziah, M.A.

NIP : 131 882 283

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

MEDAN

2008

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukrillah atas segala apa yang di karuniakan Allah selama ini dan yang akan datang kepada makhluk-Nya dimuka bumi ini, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “PENGGUNAAN GRAFEM DALAM PELAMBANGAN BUNYI AKSARA JAWI

( ARAB MELAYU ) INDONESIA. Seiring salawat dan salam kepada junjungan-Nya

yang telah menerangi umat dari alam jahiliyah ke arah kehidupan yang penuh petunjuk. Pembahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan Asal usul Arab Melayu Indonesia ( Jawi ) sudah ada sejak lama di Indonesia. Ia berasal dari Arab Saudi. Ini dapat dibuktikan dalam sejarah Arab Melayu Indonesia. Selanjutnya ( Sabaruddin, dkk, 1994 : 1 ) menyatakan huruf yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu / bahasa Indonesia adalah huruf yang diciptakan berdasarkan huruf Arab yang lazim disebut HIJAIYAH.

Mengingat pengucapan dan sistem ejaan Arab Melayu Indonesia adalah mengacu pada bahasa Indonesia maka ditambahlah 5 huruf lagi untuk melengkapinya. Dan sebenarnya dari 28 huruf itu hanya 15 huruf yang digunakan untuk menulis kata – kata Arab Melayu Indonesia, sedangkan 13 huruf lagi dipakai untuk menulis kata – kata Bahasa Arab Asli yang masuk ke dalam Arab Melayu.

Dengan terwujudnya karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bahasa dan pengetahuan kita dalam khasanah ilmu bahasa khusunya dalam bidang ilmu tata bahasa, dan dengan segala kerendahan hati, penelitian ini dipersembahkan kepada pembaca. Semoga bermanfaat untuk pengembangan pendidikan khususnya di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Amin YA Rabbal Alamin.

Medan, 2008 Penulis

Dra. Fauziah, M.A.

(3)

PENGGUNAAN GRAFEM DALAM PELAMBANGAN BUNYI AKSARA JAWI ( ARAB MELAYU ) INDONESIA

1. Pendahuluan

Asal usul Arab Melayu Indonesia ( Jawi ) sudah ada sejak lama di Indonesia. Ia berasal dari Arab Saudi. Ini dapat dibuktikan dalam sejarah Arab Melayu Indonesia. Seperti pada prasasti tertua Leran dan Gresik terdapat tulisan Arab yaitu pada batu nisan anak perempuan Maimun ( 1082 M ). Kemudian dapat pula dilihat pada batu nisan Sultan Malikus Saleh, Pasai ( 1297 M ). Semua batu nisan yang terdapat di sekitar tempat ini dari zaman Kerajaan Pasai menggunakan tulisan Arab, terutama untuk ayat – ayat Al Qur’an. Kemudian pada prasasti Trengganolah pertama kali digunakan tulisan Arab untuk ( Aksara Jawi ) Arab Melayu. Tulisan yang digunakan untuk bahasa Melayu Kuno ini ialah tulisan Arab yang disesuaikan untuk bahasa Melayu yang disebut tulisan Jawi. Awalnya tulisan Arab Melayu ini ( Aksara Jawi ) sejak tahun 1303 M, yang dipastikan oleh Syed Nazuib Al Ahas ( Yock Tang, 1991 : 22 ).

Selanjutnya ( Sabaruddin, dkk, 1994 : 1 ) menyatakan huruf yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu / bahasa Indonesia adalah huruf yang diciptakan berdasarkan huruf Arab yang lazim disebut HIJAIYAH. Untuk seterusnya keterangan tentang huruf – huruf itu secara keseluruhan berpedoman kepada buku “ Sistem Ejaan Arab Melayu ( Aksara Jawi ) Indonesia “ karangan Sabaruddin dkk itu.

Huruf Hijaiyah itu berjumlah 28 huruf, yaitu :

ا = alif = a ب = ba = b ت = ta = t ث = tsa = ts ج = jim = j ح = ha = h خ = kha = kh د = dal = d ﻧ = dzal = dz ر = ra = r ز = zai = z س = sin = s ش = syin = sy ص = shad = sh ض = dhad = dh ط = tha = th ظ = zha = zh ع = ‘ain = ‘ غ = ghain = gh ف = fa = f

(4)

ق = qaf = q ك = kaf = k

ل = lam = l م = mim = m

ن = nun = n و = waw = w

ﻩ = ha = h ي = ya = y

Mengingat pengucapan dan sistem ejaan Arab Melayu Indonesia adalah mengacu pada bahasa Indonesia maka ditambahlah 5 huruf lagi untuk melengkapinya. Dan sebenarnya dari 28 huruf itu hanya 15 huruf yang digunakan untuk menulis kata – kata Arab Melayu Indonesia, sedangkan 13 huruf lagi dipakai untuk menulis kata – kata Bahasa Arab Asli yang masuk ke dalam Arab Melayu.

Adapun huruf – huruf tersebut adalah

Huruf – huruf yang dipakai untuk menuliskan kata – kata Arab Asli ialah :

ث = tsa = ts خ = kha = kh ﻧ = dzal = dz ز = zai = z ش = syin = sy ص = shad = sh ض = dhad = dh ط = tha = th ظ = zha = zh ع = ‘ain = ‘ غ = ghain = gh ق = qaf = q ﻩ = ha = h Contoh : وريث = ث = waris ذتا = ذ = dzat

Huruf – huruf yang dipakai untuk menuliskan kata – kata Arab Melayu yaitu :

ا = alif = a ب = ba = b ت = ta = t ج = jim = j خ = kha = kh د = dal = d ر = ra = r س = sin = s ف = fa = f ك = kaf = k ل = lam = l م = mim = m ي = ya = y Contoh : ب = بومي = bumi

(5)

ت = تارك = tarik

2. Tambahan Huruf Arab Melayu Indonesia

Pada abad ke – 16 sampai abad ke – 19 M, telah diciptakan huruf baru yaitu tambahan untuk menuliskan huruf Arab Melayu. Karena sistem fonologi bahasa Melayu tidak sama dengan fonologi bahasa Arab digunakan bantuan titik untuk menyatakan bunyi bahasa yang tidak ada dalam bahasa Arab, yaitu :

چ untuk bunyi “c”

غ untuk bunyi “ng”

ڤ untuk bunyi “p”

گ untuk bunyi “g”

ن untuk bunyi “ny” ( Muda : 1996 : 8 )

Sama halnya seperti yang diungkapkan Ahmad dkk, bahwa sampai saat ini untuk melengkapi huruf Arab Melayu Indonesia itu ditambah 5 huruf. Jadi jumlah huruf Arab Melayu Indonesia terdapat 33 huruf.

Berikut huruf – huruf tambahan tersebut serta asal pembentukannya. گ = ga = g huruf ini diambil dari huruf ك = kaf = k

Contoh : ﮓﻟ = lega

غ = nga = ng huruf ini diambil dari huruf غ = ghain = gh

Contoh : ﻎآﻮﺗ = tukang

چ = ca = c huruf ini diambil dari huruf خ = jim = j

Contoh : ﺮﺗﺎﭼ = catur

ڤ = pa = p huruf ini diambil dari huruf ف = fa = f

Contoh : ﻦﻓﺎﻓ = papan

ن = nya = ny huruf ini diambil dari huruf ن = nun = n

Contoh : نﻮﻓ = punya

(6)

a. Vokal

Bunyi vokal dalam bahasa Arab Melayu Indonesia sama halnya dengan bunyi vokal dalam Bahasa Indonesia, yaitu adanya bunyi [a], [i], [e], [u], dan [o], kemudian ada pula bunyi diftong, yaitu [au], [ai], dan [oi]. Bunyi – bunyi vokal itu tidak dituliskan hanya berupa tanda. Itupun kalau diperlukan yakni bagi para pembaca pemula yang sulit membacanya.

Tanda – tanda itu ialah :

- ( baris di atas ), yang dibubuhkan di atas huruf yang menyatakan bunyi [a]

-

( baris di bawah ), yang dibubuhkan di bawah huruf yang menyatakan bunyi [i]

-

( tanda di depan ), diletakkan di atas huruf yang menyatakan bunyi [u]

-

Menyatakan bunyi [e] lemah, yang dibubuhkan di atas huruf yang menyangkut bunyi itu. Yaitu wau kecil terbalik di atas garis kecil.

-

Menyatakan bunyi [e] keras, yakni garis kecil di bawah huruf dan waw kecil terbalik di atas huruf.

-

Menyatakan bunyi [o] yakni dua buah waw kecil yang satu biasa dan satu lagi terbalik dibubuhkan di atas huruf.

-

( tanda mati ) Yakni lingkaran kecil, yang dipakai untuk menyatakan bahwa huruf di bawahnya mati ( tidak berbunyi ).

Contoh kata ﻎﺒﻤآ ini bisa kembang, kembung, kumbang. Jika sulit bacanya buat saja tandanya di atasnya.

b. Huruf Saksi

Grafem yang menyatakan bunyi vokal itu ada, tapi tidak berbentuk huruf hanya membubuhkan tanda jika diperlukan, tapi ada 3 huruf yang juga menyatakan bunyi vokal di samping ia juga berfungsi sebagai bunyi konsonan. 3 huruf tersebut dikenal dengan huruf saksi, yaitu [ا] ( alif ) yang menyatakan bunyi [a], [و] (waw) untuk menyatakan bunyi [u] dan [o], dan [ي] ( ya ) untuk menyatakan bunyi [i] dan [e].

(7)

1. Kata – kata yang bersuku dua dengan suku terakhir mati maka suku hidup yang pertana harus diberi huruf saksi dan jika suku terakhir juga hidup diberi huruf sakasi. Contoh : ﺖﺑﺎﺑ = babat

ﺖﺒﻴﺑ = bibit ﻮآﻮﺑ = buku

2. Bila suatu kata, suku kata pertama akhirnya berbunyi [e] pepet, sedangkan suku kedua akhirnya berbunyi [a], maka suku akhirnya diberi huruf saksi < ا > alif.

Contoh : ﺎﻨآ = kena اﺮآ = kera

3. Jika suatu kata itu terdapat tiga suku kata atau lebih, maka huruf saksi itu diletakkan pada puncak kenyaringannya. Contoh : يرﺎﻬﺘﻣ = matahari

4. Apabila suku kata penutup yang didahului suatu suku hidup berbunyi [u] dan [i] . Maka diletakkan huruf < ا > alif di akhir kata itu dan ia disebut juga alif gantung. Contoh : اﻮﺗ = tua

ا يد = dia

5. Jika suku kata penutup itu diakhiri bunyi vokal /a/, /i/, atau /u/, maka bunyi vokal /a/, itu tidak perlu ditulis, namun agar jelas bunyinya maka /a/ ditulis dengan alif gantung. Contoh : اﻮﺗ = tua

ناﻮﺗ = tuan

c. Konsonan

Setelah penulis melihar huruf – huruf Arab Melayu maka di sana yang ditulis semua bunyi konsonan. Sebab bunyi vokal itu ada tapi ditulis kecuali punya ketentuan lain seperti keterangan lain pada sub judul vokal.

Di dalam huruf konsonan Arab Melayu ada yang memiliki fonem yang sama meskipun hurufnya berbeda. Misal pada huruf < ح > dan < ﻩ > ini adalah huruf yang berbeda tapi fonemnya sama. Sebab meskipun huruf itu digunakan secara bergantian tapi tetap saja tidak mengubah arti. Contoh : ﻦﺟﻮه = hujan dapat saja ditulis ﻦﺟﻮﺣ = hujan. Tetap saja artinya sama.

(8)

Jadi huruf Arab asli itu digunakan semua dalam Arab Melayu Indonesia tidak ada penghapusan huruf. Meskipun ada huruf yang tidak begitu penting digunakan.

d. Silabel Atau Suku Kata

Menurut Sabaruddin ( 1994 : 14 ) Silabel atau suku kata dalam Arab Melayu dapat dilihat dalam ketentuan – ketentuan di bawah ini.

• Pemisahan suku kata tidak hanya berlaku dalam bahasa Indonesia, ia juga terdapat dalam aksara Arab Melayu. Baik suku kata tersebut terdiri atas dua, tiga, empat ataupun lebih. Suku kata yang diceraikan itu harus sesuai dengan ejaannya. Contoh اﺮﻳﺪﻨﺑ bendera pemisahannya adalah ben – de – ra dengan tulisan

• Kemudian kalau kita lihat dalam tulisan latin atau bahasa Indonesia, kata – kata yang diceraikan atas sukunya dengan catatan imbuhan merupakan satu suku kata. Contoh : ﻦﻣﻮﻨﻣ pemisahannya adalah mi – nu – man, bukan mi – num – an. Yaitu

karena imbuhan tidak ditulis dengan satu kata.

• Pertemuan bunyi vokal [u] dan [a] sehingga kedengarannya [w] atau pertemuan bunyi vokal [i] dan [a] yang kedengarannya juga [y] juga ditulis sesuai dengan bunyi yang terdengar dengan menambah huruf saksi itu. Contoh kata puasa terdengar adalah puwasa maka ditulis ساﻮﻓ dan mutiara terdengar mutiyara maka ditulis رﺎﻴﺘﻣ

e. Jumlah Fonem

Jumlah fonem Arab Melayu Indonesia tidak sama dengan jumlah fonem bahasa Indonesia atau bahasa Arab asli. Meskipun ia punya keterkaitan fonem pada kedua bahasa itu. Fonem vokal Arab Melayu ada 6 buah seperti halnya fonem vokal dalam bahasa Indonesia meskipun ia dituliskan. Fonem tersebut adalah /a/, /i/, /e/ pepet, /∂/ lemah, /u/, dan /o/.

Sementara fonem konsonan Arab Melayu sebanyak 25 buah fonem. Yaitu keseluruhan huruf Arab Asli ditambah 5 huruf tambahan jadi semuanya 30 fonem. Sementara huruf < ا > ( alif ) bukanlah fonem konsonan. Ia berfungsi sebagai huruf saksi, kemudia selain itu adanya dua bunyi yang dianggap satu fonem yaitu huruf :

ق = p alofon dari ف = f dan ﻩ = h alofon dari ح = h

(9)

4. Grafem Arab Melayu Indonesia

Pengertian grafem telah jelas diungkapkan pada bab terdahulu, yaitu ia adalah pelambang dari fonem. Telah pula diterangkan bahwa fonem dan grafem itu sangat berkaitan. Jadi kalau fonem itu meliputi segmental dan supra segmental maka grafemnya pun akan dipengaruhi unsur tersebut dalam penulisannya. Kemudian variasi dari grafem ini akan berhubungan dengan peletakan tulisan yang disebut alograf dan nantinya akan dituliskan secara keseluruhannya.

Selanjutnya akan diterangkan grafem – grafem dalam Arab Melayu Indonesia itu sebagai berikut :

a. Grafem Vokal

Grafem vokal berbentuk huruf itu jelas tidak ada meskipun fonemnya ada, ia hanya berupa tanda itupun apabila diperlukan, tapi di sisi lain bahasa Arab Melayu ini menjelaskan adanya huruf saksi. Untuk menjelaskan adanya bunyi vokal yang berlaku pada suku kata di mana suku kata itu terdapat penekanan katanya pada suku hidup, sehingga ia membutuhkan grafem yang dapat memberikan kejelasan kata itu dan para pembaca tidak salah setiap penuntunan. Contoh kata : ﻮآﻮﺑ = buku, dua suku kata itu harus diberi huruf saksi, sebab puncak penyaringannya jelas pada bunyi vokal di setiap suku kata itu.

Jadi grafem vokal itu tidak ada, kalaupun ada ia hanya berlaku pada suku kata di mana puncak kenyaringannya terletak pada bunyi vokal dan grafem itu adalah :

ا = alif untuk bunyi /a/ و = waw untuk bunyi /u/x/o/ ي = ya untuk bunyi /i/x/e/

Grafem itulah yang dinamakan huruf saksi. Grafem itu juga punya fungsi lain di dalam grafem konsonan. Penggunaannya itu akan dibahas selanjutnya.

b. Grafem Konsonan

Semua huruf Arab Melayu Indonesia itu adalah grafem konsonan kecuali alif karena ia mewakili bunyi [a] dalam ketentuan – ketentuan penggunaan huruf saksi. Di dalam grafem konsonan itu nanti akan didapati adanya grafem yang berbeda dalam satu fonem. Contoh grafem < ح > = ha dan < > = ha, adalah dua grafem tapi satu fonem.

(10)

c. Alograf

Peletakan huruf menurut posisinya atau alograf dalam Arab Melayu sama hanya dengan Arab asli, yaitu adanya posisi huruf itu bila berdiri sendiri, di awal, di tengah, dan di akhir.

Berikut adalah alograf seluruh grafem Arab Melayu Indonesia beserta masing-masing contohnya serta transliterasi menurut bahasa Indonesia yang merujuk kepada pedoman Arab Melayu Indonesia P & K ( Sabaruddin, dkk. 1994 : 3 ).

Alograf Grafem Transliterasi

Awal Tengah Akhir Contoh

ا Alif ا ﺎ ﺎ ر = ﺎﭽ cara ب B ﺒ بـ ﺐـ ﻲﭽ = bunyi ﻮﺑ ت T ﺘ ـت ﺖـ ﻎﺒﻤﺗ = tambang ث Ts ﺜ ﺚـ ﺚـ ثﻼﺜ = selasa ج J ﺠ ﺠ ـ ﺞـ ﻮﺟﺎﺑ = baju ح H ﺤ ﺤـ ﺢـ ردﺎﺣ = hadir خ Kh ﺧﺎ ﺎﺨـ ﺦـ ﻞﺧﺎﺑ = bakhil چ C ﭽ ﭽ ـ ﭻ ﻚﺘﻧ = ﭽ cantik د D د ﺪـ ﺪـ كود = duka ذ Dz ذ ذـ ذـ تاذ = zat ر R ر ﺮـ ﺮـ ﻦآور = rukun ز Z ز ﺰـ ﺰـ اﺮﻧز = zebra س S ﺴ ﺴ ـ س ودﺎﺳ = sadu

(11)

ش Sy ﺸ ﺸـ ش ترﺎﺷ = syarat ص Sh ﺼ ﺼ ص ﻞﺻا = asal ض Dh ﻀ ﻀ ض ﻒﻌﺿ = dhoif ط T ط ط ط ﻪﺒﻄﺧ = khutbah ظ Zh ظ ظ ظ ﻢﻟﺎﻇ = zhalim ع ‘ ﻋ ﻌ ﻊ ﺎﻤﻠﻋ = ulama غ Gh ﻏ ﻐ ﻎ ﻎﻟﺎﺑ = baligh غ Ng ﻏ ﻐ ﻎ غﻮﺑ = bunga ف F ﻓ ـﻓ ـﻓ ﻒﺴﻧا = insaf ف P ﻓ ـﻓ ـﻓ ﻲﻓﺎﻧ = napi ق Q ﻗ ـﻗ ـﻗ ﺐﻠﻗ = kalbu ك K ﻜ ﻜ ـ ﻜ ـ ﻲآﺎآ = kaki ﮎ G ﻜ ﻜ ـ ﻜ ـ ﻲآ ﻲآ = gigi

(12)

ل L ﻟ ـﻟ ﻞـ ﻎﺒﻤﻟ = lambung م M ﻤ ﻤ ـ ﻢـ ﻦآﺎﻣ = makan ن N ﻨ ـﻨ ﻦـ ﻦﻳﺎﻣ = main ن Ny ﻨ ـﻨ ﻦـ ﻮﻨﻓ = punya و W و ﻮـ ﻮـ نوار = rawan ﻩ H ه ﻬ ﻪـ ﻦﺗﻮه = hutan ي Y ﻴ ـﻴ ﻲـ ﻦآﺎﻳ = yakin

Jumlah grafem tidak selalu sama dengan fonem. Sebab salah satu fonem bisa terjadi dua atau lebih grafem atau sebaliknya satu grafem bisa dua atau lebih fonem. Sama halnya dengan grafem Arab Melayu Indonesia. Mengingat ia berasal dari Arab asli, sehingga huruf tambahannya pun berasal dari huruf asli dengan hanya menambah titik pada huruf – huruf tambahan tersebut.

Adapun penggunaan grafem tersebut adalah : 1. Satu grafem terdapat satu bunyi

Grafem yang di dalamnya terdapat satu bunyi adalah ukuran ideal satu bahsa menurut pendapat umum ( Chaer, 1994 : 95 ), namun tidak semua bahasa dapat seperti itu, termasuk Arab Melayu Indonesia. Masih terdapat juga lebih dari satu bunyi dalam satu grafem, meskipun hanya sedikit.

Huruf yang termasuk dalam bagian ini adalah :

ا = alif, ia adalah grafem yang menunjukkan bunyi /a/ apabila dalam penggunaan huruf saksi. Contoh : ﻦﻟﺎﺟ = jalan

ب = b = ﻲﻟﺎﺑ = bali ت = t = ﻦﺗﻮه = hutan ث = θ = ﺚﻳرو = warits خ = x = ﻞﺧﺎﺑ = bakhil د = d = سود = dosa ذ = ð = نذا = izin ر = r = ﺮآﺎﺑ = bakar ز = z = نﺎﻣز = zaman

(13)

س = s = ﻮﺗﺎﺳ = satu ش = = ﺮﻜﺷ = syukur ص = = ﺢﻟﺎﺻ = sholeh ض = = ﺮﺿﺎﺣ = hadir ط = = ﻖﻠﻄﻣ = mutlak ظ = = ﻢﻟﺎﻇ = zhalim ع = ? = عرو = wara’ ق = q = لﻮﺒﻘﻣ = maqbul ل = l = ﻎﻟﻮﻓ = pulang م = m = ﺲﻧﺎﻣ = manis ( Vikor 1990 : 30 )

Sama antara dua bunyi dengan satu grafem yaitu < ف > contoh : ﻦﻓﺎﻓ = papan, ﺮﻜﻓ = fikir - Grafem < غ > = ng grafem ini berasal dari grafem < غ> = g secara fonetis bunyi dari

grafem ini juga berdekatan berdasarkan tempat artikulasi yaitu velar dan cara artikulasi pada sengauan.

Contoh : ﺐﻴﻏ = ghaib, ودﺎﻏ = ngadu

- Grafem < و > = w di samping ia menimbulkan bunyi [w] dalam Arab Melayu ia juga sebagai huruf saksi dengan bunyi [u] apabila terdapat dalam silabel ( suku kata ) yang puncak kenyaringannya pada bunyi [u]. Selain itu ia juga mewakili bunyi [au] apabila ia sebagai penutup kata, dan kalau dalam Bahasa Indonesia ia disebut Diftong ( vokal rangkap ) sedangkan tempat artikulasinya pada bilabial dan cara artikulasi pada hampiran.

Contoh : نرو = warna, ﻮﻟﺎآ = kalau, ﻮآﻮﺑ = buku

- Grafem < ي > = y sama halnya dengan < و > sebagai huruf saksi dengan bunyi [i] apabila dalam suku kata yang puncak kenyaringannya pada [i] tersebut. Kemudian ia juga mewakili bunyi [y], di samping itu ia mewakili bunyi [ai] dan [oi] apabila ia sebagai penutup kata yang juga bagian dari Diftong ( vokal rangkap ) sedangkan tempat artikulasinya pada laminopalatal dan cara artikulasinya pada hampiran.

Contoh : ﻎﻳﺎﺳ = sayang ﻲﺳاد = dasi

(14)

ﻲﺒﻣا = amboi يدﺎﺑ = badai

d. Satu Bunyi Terdapat Lebih Dari Satu Grafem

Dalam bagian ini adalah berhubungan dengan alofon atau penggabungan dua grafem yaitu :

- Grafem < ا > ( alif ) bergabung dengan grafem < و > = w maka akan menghasilkan bunyi [u]. Dengan ketentuan dua grafem itu terdapat di awal kata dan puncak kenyaringan bunyi itu juga di awal kata tersebut. Penggabungan ini juga menghasilkan bunyi [o].

Contoh : u = ﻪﺑوا = ubah

o = ﺖﺑوا = obat

- Grafem < ا > alif bergabung dengan < ي > = y maka akan menghasilkan bunyi [e] dengan ketentuan sama seperti di atas terletak di awal kata dan puncak kenyaringannya terletak pada bunyi hidup tersebut. Penggabungan ini juga menghasilkan bunyi [i].

Contoh : e = ﻚﻨﻳا = enak

i = ﻦﻜﻳا = ikan

- Grafem < ﻩ > = ha dengan grafem < ح > = h adalah dua grafem dalam Arab Melayu Indonesia tapi dia satu fonem. Contoh : ح = pada kata ﻦﺟﻮﺣ = hujan, ﻩ = pada kata ﻦﺟﻮه = hujan

Meskipun fonem / ح / diganti dengan fonem / ﻩ / pada kata ﻦﺟﻮﺣ menjadi ﻦﺟﻮه ia tidak mempengaruhi perbedaan arti.

Kesimpulan

Asal usul Arab Melayu Indonesia ( Jawi ) sudah ada sejak lama di Indonesia. Ia berasal dari Arab Saudi. Ini dapat dibuktikan dalam sejarah Arab Melayu Indonesia

Tulisan yang digunakan untuk bahasa Melayu Kuno ini ialah tulisan Arab yang disesuaikan untuk bahasa Melayu yang disebut tulisan Jawi. Awalnya tulisan Arab Melayu ini ( Aksara Jawi ) sejak tahun 1303 M, yang dipastikan oleh Syed Nazuib Al

(15)

Ahas. Huruf yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu / bahasa Indonesia adalah huruf yang diciptakan berdasarkan huruf Arab yang lazim disebut HIJAIYAH.

Mengingat pengucapan dan sistem ejaan Arab Melayu Indonesia adalah mengacu pada bahasa Indonesia maka ditambahlah 5 huruf lagi untuk melengkapinya. Dan sebenarnya dari 28 huruf itu hanya 15 huruf yang digunakan untuk menulis kata – kata Arab Melayu Indonesia, sedangkan 13 huruf lagi dipakai untuk menulis kata – kata Bahasa Arab Asli yang masuk ke dalam Arab Melayu.

- Tambahan Huruf Arab Melayu Indonesia

Pada abad ke – 16 sampai abad ke – 19 M, telah diciptakan huruf baru yaitu tambahan untuk menuliskan huruf Arab Melayu. Karena sistem fonologi bahasa Melayu tidak sama dengan fonologi bahasa Arab digunakan bantuan titik untuk menyatakan bunyi bahasa yang tidak ada dalam bahasa Arab.

- Fonem Arab Melayu Indonesia a. Vokal

Bunyi vokal dalam bahasa Arab Melayu Indonesia sama halnya dengan bunyi vokal dalam Bahasa Indonesia, yaitu adanya bunyi [a], [i], [e], [u], dan [o], kemudian ada pula bunyi diftong, yaitu [au], [ai], dan [oi].

b. Huruf Saksi

Grafem yang menyatakan bunyi vokal itu ada, tapi tidak berbentuk huruf hanya membubuhkan tanda jika diperlukan, tapi ada 3 huruf yang juga menyatakan bunyi vokal di samping ia juga berfungsi sebagai bunyi konsonan. 3 huruf tersebut dikenal dengan huruf saksi, yaitu [ا] ( alif ) yang menyatakan bunyi [a], [و] (waw) untuk menyatakan bunyi [u] dan [o], dan [ي] ( ya ) untuk menyatakan bunyi [i] dan [e].

c. Konsonan

Setelah penulis melihar huruf – huruf Arab Melayu maka di sana yang ditulis semua bunyi konsonan. Sebab bunyi vokal itu ada tapi ditulis kecuali punya ketentuan lain seperti keterangan lain pada sub judul vokal.

d. Silabel Atau Suku Kata e. Jumlah Fonem

Jumlah fonem Arab Melayu Indonesia tidak sama dengan jumlah fonem bahasa Indonesia atau bahasa Arab asli. Meskipun ia punya keterkaitan fonem pada kedua

(16)

bahasa itu. Fonem vokal Arab Melayu ada 6 buah seperti halnya fonem vokal dalam bahasa Indonesia meskipun ia dituliskan.

f. Grafem Arab Melayu Indonesia

Pengertian grafem telah jelas diungkapkan pada bab terdahulu, yaitu ia adalah pelambang dari fonem. Telah pula diterangkan bahwa fonem dan grafem itu sangat berkaitan. Jadi kalau fonem itu meliputi segmental dan supra segmental maka grafemnya pun akan dipengaruhi unsur tersebut dalam penulisannya.

Grafem – grafem dalam Arab Melayu Indonesia itu sebagai berikut : a. Grafem Vokal.

b. Grafem Konsonan c. Alograf

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sabaruddin, dkk. 1994. Pedoman Sistem Ejaan Huruf Arab Melayu Indonesia. Medan : Departemen P & K

Arsyad Thoib Lubis, Muhammad. 1991. Riwayat Nabi Muhammad SAW. Medan : Islamiyah

Bloom Field, Leonard. 1995. Language. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga University Press

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

De Sausure, Ferdinand. 1996. Pengertian Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kridalaksana, Hari Mukti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama

Lass, Rober. 1991. Fonologi. Semarang : IKIP Semarang Press

Muchtar, Muhijar. 1988. Linguistik Umum Sebuah Survei Pengantar. Medan : Departemen P & K

Muda, Iskandar, T. 1996. Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta : Penerbit Libra.

(18)

Pasaribu, Daud, dkk. Tanpa Tahun. Aksara Arab Melayu Indonesia. Jilid I, II, dan III. Medan : Budi Utomo

Samsuri. 1974. Analisa Bahasa. Jakarta : Erlangga

Sulaiman, Kasim. 1981. Prama Sastra Arab. Jakarta : Penerbit Prakarsa Belia Tarigan, H.B. 1984. Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa

Verhaar, J.W.M. 1990. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Jakarta University Press Vikov, Lars, S. 1990. Penyempurnaan Ejaan. Jakarta : Intermasa

Yock Fang, Liau. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Erlangga

Zubersyah, Nurhayati Lubis. 1995. Bahasa Indonesia Dan Teknis Penyusunan Karangan

Referensi

Dokumen terkait

teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap objek kajian pada penelitiankali ini, dikhususkan pada penggunaan kata kerja.Agar mahasiswa khususnya para pembelajar bahasa

„dahulu bagi diri kamu‟, tetapi pada kata-kata diatas digabungkan mempunyai makna idiom „utamakanlah untuk dirimu‟.idiom ini merupakan idiom penuh karena maknanya

Gagalnya perundingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah tidak tercapainya kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dapat disebabkan

”Semula saya hanya menerjemahkan buku pertama trilogi ini, Catatan Buat Emak, ke dalam bahasa Jepang. Namun karena sangat menarik, maka saya putuskan untuk juga menerjemahkan dua

Penelitian skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan pembelajar dalam menulis huruf dan kata bahasa Arab. Kemahiran menulis

Skripsi ini berjudul, “ Analisis Kontrastif Kata Ganti Orang dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan Program