BAB 13. KESEHATAN, A. Pendahuluan.
Organisasi kesehatan telah mendjadi kotjar-katjir selama pendudukan Djepang dan selama revolusi nasional. Disamping itu pemberantasan penjakit-penjakit seperti: malaria, T.B.C., fram-boesia, tidak berdjalan, pun djuga banjak bangunan-bangunan kesehatan tidak terpelihara atau rusak. Achirnja
keadaan
kesehat-an buruk karena kurkesehat-angnja tenaga ahli (dokter dkesehat-an paramedis), sedang pendidikan tenaga-tenaga baru dapat dikatakan belum begitu pesat djalannja. B. Keadaan Kesehatan Rakjat
Untuk mengadakan gambaran keadaan kesehatan rakjat, sukar diperdapat angka-angka statistik jang dapat dipertjajai. Dibawah ini hanjalah ditjantumkan perkiraan mengehai angka-angka kematian (untuk perbandingan diberikan angka-angka di India). dysentri, meskipun tidak dapat diberi angka-angka jang tepat, tetapi penderita penjakit ini tetap Malaya) mendialar ke Djawa dan sekarang djuga ke Kalimantan dan Sulawesi. Penjakit pes sebagai
suatu wabah belum seluruhnja
dapat dibasmi scbab beberapa sumber masih belum dapat dibe-rantas.
Diantara ini malarialah jang paling berbahaja, karena daerah-daerah malaria jang luas dan tingginja angka-angka morbiditet
dan mortalitet. Taksiran angka mortalitet 1,3 — l,5%, morbiditet 40% (angka mortalitet didaerah jang chronis - epidemis dapat mentjapai 400%),
Angka-angka tentang T.B.C. ditaksir 189 per 100.000 untuk tingkat mortalitet dengan taksiran 0,75 sampai 1 djuta „open cases”. Salah satu meradjalela didaerah-daerah pantai dan ditempat-tempat dimana hygiene rakjat masih rendah. istimewa) menjediakan hanja 63.080 tempat tidur, djadi suatu ratio 0,806 . Sedjumlah 12,940 tempat
tidur ada dirumah-rumah sakit istimewa, djumlah jang sangat ketjil djika dibandingkan dengan djumlah penderita.
2. R.S.
Kusta 39 3042 10 1742 1 250 50 5034 3. R.S.
Djiwa 25 6978 - - - - 25 6978 4. R.S,
Bersalln 12 359 7 128 27 736 96 1223 5. R.S.
Math 1 200 - - 3 458 4 658
6. R.S.
Paru-paru 8 770 4 435 2 235 14 1440 Djumlah:
1953
38
5 33655 134 13385 145 15836 644 62876
1940 203 21943 - - 407 38671 610 60614 Sumber: Kementerian Kesehatan
Kesukaran dalam pengobatan lebih terasa karena
Diadakan urgensi-program dalam lapangan kesehatan jang terdiri atas 11 pasal:
1. a. Pemberantasan penjakit menular: tjatjar, typhus, dysentri, cholera, dilangsungkan setjara sistematis seperti sebelum perang; djuga pemberantasan pes diperhatikan sepenuhnja; perbaikan perumahan rakjat diadakan dimana perlu.
b. Pemberantasan penjakit rakjat dilapangan kuratip dan preventip menurut tjara jang sistematis. Dengan bantuan UNICEF, pemberantasan framboesia akan diperluas di Djawa Tengah dan Djawa Timur, sedangkan ditempattempat lain didjalankan dengan effektip.
Pemberantasan penjakit kelamin dipersiapkan di Surabaja. Untuk T.B.C. Pemerintah menjiapkan BCG vaksinasi di Bandung.
Pemberantasan lepra menurut tjara modern dengan meni-tik-beratkan pada pemeliharaan kesosialan penderita. Perhatian sebesar-besarnja diberikan pada pemberantasan malaria bersama-sama dengan WHO. dengan balai-balai pengobatan. Direntjanakan
4. Pendidikan tenaga-tenaga kesehatan (dokter dan para-medis).
5. Usaha untuk memperbesar persediaan obat-obatan dan alatalat kedokteran dengan djalan mengimpor lebih banjak. Dipertimbangkan pula kemungkinan usaha untuk mendirikan depot dan pabrik obat baru (pabrik pharmasi). 6. Meneruskan penjelidikan-penjelidikan di
Balai-balai dan Lembaga-lembaga Ilmu Pengetahuan.
7. Mulai dengan hygiene sosial, a.l. hygiene industri.
8. Dengan bantuan WHO dan UNICEF dikerdjakan Rentjana Kesehatan Ibu dan Anak. 9. Rentjana Pembentukan Djawatan Kesehatan
Desa dimulai dengan „Rentjana Bandung”, jaitu rentjana integrasi usahausaha kuratip dan preventip didusun.
10. Usaha perbaikan makanan rakjat bersama-sama dengan F.A.O.
11. Memelihara kerdjasama dengan badan-badan internasional WHO, UNICEF, FAO, ICA.). Program pekerdjaan Pemerintah dalam lapangan kesehatan jang ditetapkan dalam tahun 1951 perlu disebut disini sebab dianggap sebagai dasar kebidjaksanaan kesehatan dart Kementerian Kese-hatan dalam tahun-tahun berikutnja.
Didalamnja dapat dilihat usaha meninggikan tingkat pengobatan kuratip dengan memperluas dan mendirikan rumah-rumah sakit dan balai-balai pengobatan.
Usaha preventip dipertahankan seperti sebelum Perang Dunia II dalam pemberantasan penjakit-penjakit menular: cholera, typhus. pes dll. Tetapi usaha-usaha pemberantasan penjakit rakjat: mala-ria, framboesia, trachoma, T.B.C., dengan bantuan badan-badan internasional sangat diperluas. Tudjuan: membendung penjakitpenjakit rakjat dalam waktu jang singkat.
rentjana untuk meluaskan usaha-usaha pengobatan-pengobatan kuratip dan preventip didusun.
Untuk ini ada „Rentjana Bandung” jaitu rentjana pertjobaan sebagai integrasi usaha kuratip dan preventip.
E. Hasil-hasil sementara.
Meskipun usaha-usaha diatas belum mentjukupi, namun sudah ada kemadjuan:
a. Epidemi besar dan berbahaja pada tahun 1954 tidak ada. Tjatjar, typhus, T.B.C. dan dysentri hanja setjara insidentil. Djuga penjakit pes jang pada tahun 1950 dan 1951 meminta banjak korban (2 s/d 3000), dalam tahun 1954 banjak berkurang (119). Pun daerah-daerah pes lebih ketjil dari keadaannja pada tahun 1950/1951. 6. Pemberantasan penjakit rakjat berdjalan pesat:
-- Kampanje anti framboesia dimulai pada tahun 1950 dengan bantuan WHO dan UNICEF didaerah Bandung dengan bantuan WHO dan UNICEF. Achir tahun 1954 telah diperiksa 2
Penjakit kelamin diberantas setjara sistematis oleh Lembaga Pusat Penjelidikan dan
Rumah Sakit Kusta jang besar di Tangerang. Penjelidikan
epidemiologis, dimulai didaerah Wates (Krawang).
Trachoma diberantas dengan bantuan WHO dan UNICEF
di Djawa dan Sumatera Selatan.
d. Djumlah tempat tidur rumah sakit pada tahun 1954 sudah 63.080 buah.
e. Djumlah Poliklinik pada achir tahun 1954 ada 3.153 buah diantaranja 2.908, milik Pemerintah.
f. Dengan adanja Lembaga Orthopaedi dan
Prothese, maka soal rehabilitasi penderita tjatjad diberi perhatian.
g. Djumlah tenaga kesehatan kelihatan meningkat. Tenaga kesehatan Djumlah Pemerinta
h
Dokter 1.504 896
Dokter gigi 260 144
Ahli obat 108 4
Pembantu ahli obat 1.174 232
Bidan 1.838 835
Sebagai inti dari Rentjana Lima Tahun Kesehatan ini dapat ditentukan pokok-pokoknja sbb,:
1. Rentjana Usaha Perawatan (rumah-rumah sakit, poliklinik dan perluasan Rentjana Bandung), 2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat, 3. Rentjana Pemberantasan Penjakit Menular. 4. Rentjana Kesehatan Desa.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah. 6. Rentjana Pendidikan.
7. Rentjana Laboratorium. 8. Rentjana Lain-lain.
Untuk menjelenggarakan rentjana-rentjana ini jang meliputi djangka waktu jang lebih pandjang,
claim Rentjana Lima Tahun
ini disediakan biaja sebanjak Rp. 250 djuta.
Adapun pembiajaan pegawai-pegawai dan lain-lain jang meru-pakan pengeluaran routine, termasuk Anggaran Belandja biasa,
1. Rencana usaha Perawatan.
Rentjana ini meliputi 3 bagian:
a. Rentjana mendirikan dan memperluas rumah-rumah sakit.
b. Djuga memperbanjak djumlah balai-balai pengobatan guna pengobatan-pengobatan ringan. c. Usaha-usaha untuk memperluas „Rentjana Bandung”.
Rentjana jang tiga buah ini, dapat dipandang sebagai rentjana kesatuan pengobatan kuratip dan preventip.
Rentjana rumah-rumah sakit berpangkal pada maksud untuk meninggikan perbandingan djumlah tempat tidur dan penduduk, jang sekarang kira-kira 0,8:1000. Maksud semula untuk mening-gikan ratio sampai 1%ternjata terlalu berat, disebabkan biaja-biaja jang tinggi, sehingga diturunkan sampai 0,90%
Djika djumlah penduduk pada permulaan tahun 1960 kurang lebih sebanjak 89,8 djuta (pertambahan penduduk tiap tahun 1,7%) maka djumlah tempat tidur haruslah sebanjak 80.820 buah. Maka harus ada tambahan 80.020 — 63.080 = 17.740 tempat tidur.
Djumlah ini dapat dibagi sbb.:
Disamping rentjana memperluas fasilitet pengobatan, sangat perlu memperluas balai-balai pengobatan jang pada achir tahun 1954 berdjumlah 3.153 buah; dan diusahakan agar
djumlah ini
dalam 5 tahun dapat ditambah dengan 1400 buah. Berdasarkan praktek, pemerintah daerah lebih mudah mendirikannja.
melengkapi ren-tjana ini dengan usaha-usaha preventip. Rentjana ini mempersatu-kan usaha-usaha preventip dan kuratip oleh Pemerintah Pusat, daerah, dengan kerdja sama dengan masjarakat setempat. Ini
penting sekali, sebab usaha ini, terutama jang bersifat preventip tidak akan berhasil djika tidak ada dukungan masjarakat. (Lihat bab, mengenai Pembangunan Masjarakat Desa).
Diambil sebagai pangkal ialah daerah kabupaten dan jang setingkat, daerah-daerah dimana ada rumah-rumah sakit jang dianggap dapat diperluas djadi rumah sakit pusat.
Maksud semula untuk mendirikan dalam 3 kabupaten pertjon-tohan ini 3 pusat kesehatan dan 2 rumah sakit pembantu, masingmasing dengan 15 dan 40 tempat tidur; pusat kesehatan diibu kota ketjamatan dengan usaha-usaha kuratip dan preventip; rumah sakit pembantu untuk orang sakit ringan. Usaha-usaha preventip pusat kesehatan ini melebarkan usaha-usahanja kedesa-desa dengan pembentukan djawatan hygiene desa, memeriksa orang-orang hamil dan anak-anak, djuga balai penasehat desa untuk pengobatan-pengobatan ringan. Seperti rumah sakit, djuga ini perlu dibatasi, karena bukan lagi 3 buah pusat kesehatan dan 2 rumah sakit pembantu, melainkan satu pusat kesehatan dan satu rumah sakit pembantu jang akan didirikan,
Rentjana perluasan „Rentjana Bandung” meliputi 12 buah kabupaten (tersebar diseluruh Indonesia);
diharapkan
pertam-bahan djumlah tempat tidur sebesar 660 buah. Pelaksanaan Rentjana ini sebaiknja diselenggarakan dalam rangka Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa,
2. Rentjana Pemberantasan Penjakit Rakjat. Malaria, T.B.C., framboesia, penjakit kelamin,
dengan D D T (D D T house spraying). Beberapa
persoalan timbal, dan
jang paling panting ialah kekebalan D D T (D D T resistance)
pada penghantar malaria (malaria vectors). Untuk mentjegah mendjalarnja kekebalan kedaerah-daerah lain, diperlukan rentjana besar-besaran untuk membasmi malaria setjepat mungkin, jakni
dengan diadakannja penjemprotan diseluruh daerah-daerah mala-ria dengan pengendapan penjemprotan rumah dengan obat pembunuh serangga (residual insecticide house spraying). Tiap daerah disemprot paling sedikit 3 tahun berturut-turut. Jang dipakai terutama D D T, dan didaerah-daerah dimana terdapat kekebalan dipakai Dieldrin. Sesudah 5 tahun penjemprotan besar-besaran dihentikan dan dilandjutkan usaha pemeliharaan jang tidak banjak makan ongkos.
Rentjana ini mendapat bantuan I C A berupa alat-alat, bahan-bahan dan ahli-ahli dan dimulai pada tahun 1955 dan akan berachir pada tahun 1959, Dari fihak Indonesia disediakan biaja untuk keperluan pengeluaran-pengeluaran berdjalan (current); djuga untuk keperluan pendidikan Lembaga Malaria.
Karena perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan jang sangat pesat belakangan ini, maka perlu diadakan penjesuaian dalam usaha pemberantasan malaria ini. Disini perlu kiranja dipertimbangkan usaha pendirian pabrik D D
T sendiri di
Indo-nesia, dan djuga harus dikemukakan urgensi dari
suatu
laborato-rium malaria dan diadakannja „malaria sanitation”. b. T. B. C. sosial-ekonomis djadi erat hubungannja dengan taraf hidup.
pada tahun 1960 dan diharapkan akan sudah disuntik 30 djuta penduduk. Titik berat harus diletakkan pada kota-kota (besar dan ketjil) oleh karena „kepadatan-infeksi (infectie dichtheid)
dan „kemungkinan infeksi” (inlectie-kansen)
dikota-kota lebih
besar dari pada didesa-desa.
Perlu dipertimbangkan djuga pemblkinan B C G
vaksin sendiri
di Indonesia. c. Framboesia.
Dalam tahun 1954 telah dimulai dengan pelaksanaan suatu rentjana pemberantasan framboesia dengan bantuan W H 0 dan UNICEF. Menurut rentjana pengobatan akan meliputi daerah jang berpenduduk 65 djuta orang.
Didalam Rentjana Lima Tahun ini pemberantasan framboesia adalah kelandjutan usaha tersebut diatas jang ternjata berdjalan pesat menurut rentjana,
Penjakit framboesia adalah penjakit jang hingga kini masih besar bahajanja, dan terdapat dilapisan rakjat jang miskin dimana keadaan sosial dan hygiene adalah buruk. Dengan diketemukannja penniciline, maka pemberantasan penjakit ini mengalami fase baru, karena terbukti telah dapat memberikan hasil jang sangat baik, Penjelidikan-penjelidikan jang selandjutnja diadakan dalam tjara pemberantasan ini menghasilkan suatu tjara jang lebih baik. Maka berhubung dengan itu telah disetudjui oleh Kementerian Kesehatan untuk memperluas usaha-usaha pemberantasan ini ke-seluruh Indonesia.
d. Penjakit mata
Diantara penjakit-penjakit mata, trachomalah jang diderita sebagian besar rakjat. Ada beberapa adalah 50 --- 75%, Soal trachoma terutama terdapat di Djawa chusus pada golongan anak-anak. Angka kedjangkitan umum adalah 40 -- 50%.
Penjakit mata, terutama trachoma, mendjadi suatu masalah kesehatan rakjat (public health problem) jang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomis dan sosial-hygienis.
diperluas sebanjak mungkin dan dalam hal trachoma dititik-beratkan pada pemberantasan pada anak-anak. Pemberantasan ini pada dasarnja terdiri atas mengedjar kesehatan mata seumumnja dan
tasan trachoma chususnja. Pendidikan perawat mata amat penting karena usaha kesehatan mata harus dikerdjakan oleh pegawai tersendiri.
Koordinasi dan pemberian petundjuk-petundjuk umum jang harus diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat adalah pada
tempat-nja kalau dilakukan oleh Bagian Kesehatan Mata Kementerian Kesehatan.
Pemberantasan penjakit-penjakit mata setjara „nationwide” akan didasarkan atas hasil-hasil
pekerdjaan .,initial anti-trachoma projects” dibeberapa daerah, seperti jang telah dikerdjakan
di-daerah Tangerang.
3. Rentjana Pemberantasan penjakit menular. Ini sebagian besar dititik beratkan pada usaha-laut dan udara rusak, maka itu perlu diperhatikan persoalan-persoalan sebagai akibatnja, chusus keadaan karantina.
Rentjana lain-lain mengenai pemberantasan penjakit menular sekarang tetap bersifat pemeliharaan. Pada tahun-tahun terachir impes menundjukkan ketjendrungan menurun. Tetapi „pooling test”, pemeriksaan apakah ada: tikus-tikus disatu daerah, terus diadakan, Djika ada sumber-sumber pes, segera disusul dengan penjemprotan DDT, vaksinasi dan perbaikan rumah.
lingkungan manusia dengan maksud mempengaruhi atau merobah lingkungan itu sehingga faktor-faktor jang tidak baik dikontrol sedemikian rupa, sehingga manusia dapat hidup sehat. Sebenarnja hygiene ling-kungan ini tidak dapat dipisahkan dari hygiene perseorangan. jang satu mempengaruhi jang lain.
Usaha pokok dalam lapangan ini dalam garis besarnja ialah mengusahakan agar penduduk desa menjelenggarakan hal-hal sbb:
a. mengadakan persediaan air jang tjukup dan baik untuk di., minum dan mandi;
b. mengatur pembuangan kotoran baik jang berasal dari manusia dan binatang, maupun dari rumah-rumah, pekarangan-pekarangan dan djalan-djalan;
c. mendirikan rumah-rumah jang baik, memperbesar djumlah rumah-rumah maupun memperhatikan konstruksi dari rumahrumah, agar supaja rumah-rumah itu mendjadi pusat kese-nangan rumah-tangga jang sehat (lihat Bab „Perumahan’’);
d. pembasmian binatang-binatang ketjil seperti lalat, njamuk atau kutu-kutu jang dapat membawa bibit penjakit dari sisakit keorang-orang jang sehat;
e. memperhatikan hygiene makanan dan minuman. Pada umumnja usaha-usaha hygiene lingkungan hidup harus dikerdjakan oleh „Sanitarians” dengan
pertolongan dari Djawatan Perumahan Rakjat dan Djawatan Peternakan.
Oleh karena situasi di Indonesia dilapangan hygiene lingkungan masih ,.onoverzichtelijk", perlu sekali dibeberapa tempat diadakan „pilot-projects”
jang bisa mendjadi „demonstration dan teaching centres” bagi seluruh Indonesia. Untuk hal ini WHO bersedia memberikan pertolongan, baik jang
mengenai personil maupun
jang mengenai alat-alat.
Soal meradjalelanja penjakit-penjakit jang disebabkan oleh kurang baiknja keadaan hygiene
lingkungan di Indonesia,
disebab-kan pula oleh kurang pengertian tentang hygiene perseorangan dan hygiene umum. Maka oleh karena
itu soal pendidikan
a. menimbulkan suatu pengertian jang baik dari penduduk ten-tang masalah-masalah kesehatan; b. menggerakkan rakjat agar supaja mereka turut
serta dengan aktip atas dasar pengertian tadi untuk mentjapai tudjuan-tudjuan tersebut;
c. mengusahakan suatu tingkat dimana masjarakat sendiri telah memikul tanggung-djawab atas keadaan kesehatannja.
Setjara umum, methodik pendidikan kesehatan didjalankan dengan djalan: penerangan lisan, tulisan dan audiovisuil (film). Pendidikan ditudjukan kepada perseorangan, keluarga, perkum-pulan-perkumpulan, anak-anak sekolah. Methode-methode jang sederhana dan praktis jang disesuaikan kepada kebutuhan-
kebu-tuhan dan minat penduduk adalah jang terbaik. Disamping met- hode-methode jang sederhana ini ada djuga methode-methode spesial jang ditudjukan kepada golongan-golongan penduduk jang tertentu, umpamanja kaum tani, buruh perusahaan, guru dsb,
Sudah barang tentu bahwa usaha-usaha ini hanja dapat didjalankan oleh tenaga-tenaga jang faham
mengerdjakan
peker-djaan ini.
5. Rentjana Kesehatan Sekolah.
Mendjelang dilaksanakannja Rentjana Wadjib Beladjar, telah diadakan langkah-langkah pertama
untuk didjadikan dasar dari
usaha kesehatan sekolah dan ini untuk sementara waktu diselenggarakan Bagian Kesehatan Desa Kementerian Kesehatan.
6. Rentjana Pendidikan.
Karena kekurangan akan pegawai terlatih dalam masing-masing kedjuruan dan keahlian, maka telah direntjanakan untuk meng-adakan perluasan lapangan pendidikan tenaga-tenaga kesehatan, sehingga dalam waktu singkat dapat diharapkan tenaga-tenaga kesehatan dalam djumlah jang tjukup. Maka perlu diadakan penindjauan soal pendidikan setjara integral.
Didalam penindjauan itu ada beberapa soal jang memerlukan penjelidikan, ialah:
b. tjara pendidikan, suatu hal jang berhubungan dengan „basic education” dan lamanja pendidikan;
disitupun termasuk; penetapan mata peladjaran dan bahan peladjaran,
c. djumlah dari tiap djenis tenaga jang dibutuhkan dalam tahuntahun j.a.d., menurut suatu perentjanaan jang tertentu.