• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi Tiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Edisi Tiga"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

No. 2 Edisi September 2013

LAPORAN UTAMA 5

WAWANCARA 40

LAPORAN KHUSUS 30

Sejarah terukir di Tenggarong ketika Ke tua MA meresmikan 39 pengadilan secara simbolis

Dr. Ahmad Kamil, SH, M.Hum: “Profesional itu mesti bermoral.”

Gegap gempita kemeriahan ulang tahun Mahkamah Agung yang ke-68 tahun.

Tunas Baru Pendekar Keadilan ...36

KAMAR

Bersiap Maksimal untuk Putusan TUN ...48

BUKU

Mencari Terobosan Pemberantasan Korupsi ...50 HAM adalah Anugerah Tuhan ...53

PUSTAKA

Sosialisasi Pemberdayaan Perpustakaan ...54

TIRTA

Kembali pada Fitrah ...56 Terapi Puasa sebagai Media Meraih Kemenangan ...57

OBITUARI

Selamat Berpulang, Hakim yang Rendah Hati ...59

KOLOM

Kompetensi Pengadilan TUN dalam Sistem Peradilan di Indonesia ...62 Kriminalisasi Hakim dalam UU no. 11 Tahun 2012 pasca- Putusan MK ...65

BERANDA

Tak Seperti yang Mereka Kira ...67

RAGAM

(4)

SALAM REDAK SI

PELINDUNG

DR. H.M. HATTA ALI, SH., MH. DR. H. MOHAMMAD SALEH, SH., MH. DR. H. AHMAD KAMIL, SH., M.Hum. PEMBINA

WIDAYATNO S. HARDJONO, SH., MSC. NURHADI, SH.,MH.

DR. DRS. ACO NUR, MH.

PENANGGUNG JAWAB KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS MAHKAMAH AGUNG RI PEMIMPIN REDAKSI DR. RIDWAN MANSYUR, SH.,MH. REDAKSI JOKO UPOYO PRIBADI, SH. M.E.R HERKI ARTANI R, SH.,MH. SEKRETARIS REDAKSI DEWA NYOMAN SWASTIKA, SH.,MSi. FOTOGRAFER DEVI SUGARA PEPPY NOFRIANDI SONNY FEBIANTO KONTRIBUTOR DAERAH PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH PENGADILAN NEGERI MAKASAR BIRO HUKUM DAN HUMAS BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG RI

Jl. Merdeka Utara No. 9-13 JAKARTA 10010

Telepon: 3843348, 3810350, 3457661 www.mahkamahagungri.go.id

Selamat Ulang Tahun MA

Assalamualaikum wr.wb.

TIADA kata yang paling indah yang bisa kami ucapkan pertama kali,

selain bersyukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan tauik yang

telah dianugerahkan kepada kita semua.

Pada edisi ini, kami menyajikan Laporan Khusus tentang kegiatan ulang tahun Mahkamah Agung, yang pada 19 Agustus 2013 berusia 68 tahun. Ulang tahun kali ini diberi tema “Dengan semangat keterbukaan dan kebersamaan mewujudkan badan peradilan modern dan agung”. Aca-ra dimulai dengan kegiatan senam bersama dan dimeriahkan dengan door prize, yang diikuti oleh pimpinan MA, hakim agung, hakim ad hoc, hakim yustisial, dan seluruh pegawai MA.

Majalah Mahkamah Agung edisi kedua ini juga menyajikan Laporan Uta-ma tentang peresmian beberapa gedung peradilan di Tenggarong. Selain me-ngetengahkan berita tentang gedung dan sarana prasarana pengadilan yang baru, tak kalah pentingnya meretas kembali keberadaan dan perkembangan Sistem Informasi Penelusuran Perkara atau Case Tracking System serta kese-riusan kerja pada pengadilan untuk mempermudah akses pelayanan publik, khususnya pada manajemen perkara berbasis informasi tekhnologi (IT). Tim redaksi berusaha memberikan beragam informasi teknologi bagi para pemba-ca yang budiman, untuk memperoleh segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan teknologi, khususnya di bidang peradilan.

Memang, mengubah suatu keadaan menjadi jauh lebih baik bu-kan perkara mudah. Butuh kerja keras serta kerja sama antarpemangku kepentingan. Tapi di MA, komitmen dan keseriusan kerja tersebut terbukti telah membuahkan hasil, predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan Mahkamah Agung. Itu membuktikan “Kita pasti bisa ka-lau bila bekerja sama dan tetap pada komitmen untuk menuju peradilan yang agung”.

Terakhir, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang memba-ngun dari pembaca sekalian. Semoga karya yang sederhana ini tidak ha-nya sederhana manfaatha-nya, tetapi memiliki manfaat yang besar bagi kita semua dan nilai tinggi terutama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Selamat membaca. Wassalamu’alaikum wr. wb.

(5)

KAMI sampaikan selamat dan apresiasi atas terbitnya Media Komunikasi Mahkamah Agung RI “MAHKAMAH AGUNG” No. 1 Edisi Mei Tahun 2013 di bawah komando Bapak Dr. Ridwan Mansyur, SH., MH. Majalah ini, sekecil apapun, akan memiliki nilai informasi dan komunikasi, terlebih tatkala terbi-tan tersebut dapat bermutu akan menjadi referensi yang baik bagi pembacanya. Semoga media MA dapat mendorong teman-teman seprofesi untuk rajin menulis, yang sangat ber-manfaat bagi pengembangan dirinya, karier maupun untuk kepentingan kantor sendiri. Kata orang bijak, sesungguhnya menulis adalah ketrampilan dasar yang mestinya dimiliki se-tiap orang dan merupakan satu paket “catur tunggal”, yaitu ketrampilan: mendengar, berbicara, membaca dan menulis.

Supriya nt o (Pustakawan Utama, Perpustakaan Nasional RI)

Saya ucapkan selamat atas diterbitkannya Majalah Mah-kamah Agung edisi pertama. Barangkali, inilah jalannya Mahkamah Agung memberi jawab an positif terhadap ma-syarakat yang memiliki kesan bahwa Mahkamah Agung itu hidup di menara gading. Majalah ini dapat menggambar-kan peng adilan yang baru di bawah kepemimpinan yang baru. Saya usulkan, untuk meningkatkan mutunya, sebai-knya Redaksi menerima naskah dari pihak luar Mahkamah Agung sendiri. Dan kalau bisa, isinya diperkaya dan hala-mannya ditambah.

Julius Ba rus (editor di sebuah penerbitan)

Saya ucapkan selamat atas terbitnya edisi perdana majalah Mahkamah Agung. Selain sebagai media komunikasi bagi seluruh aparatur peradilan, majalah ini dapat menjadi sarana pembinaan dan sarana pembelajaran. Terbitnya majalah ini menambah ruang kreativitas bagi aparatur peradilan. Maka alang kah baiknya bila semua aparatur peradilan memanfaat-kan ruang ini untuk berkarya. Saran saya, mungkin ada baik-nya, jika pimpinan MA memberikan apresiasi bagi para penu-lis dengan memasukkan keberhasilan mereka memasukkan karya tulis di majalah ini sebagai credit point. Dengan demiki-an, aparatur peng adilan akan berlomba-lomba menulis

.

Dr. M a rsudin N a inggola n (Wakil Ketua PN Bogor)

Selamat kepada Redaksi atas keberhasilannya menerbit-kan Majalah Mahkamah Agung. Semoga majalah ini se-nantiasa hadir mewujudkan misi Mahkamah Agung menuju peradilan yang benar-benar agung. Terbitnya majalah ini tentunya akan memberikan manfaat bagi aparatur peng-adilan.

Dra . St a rlit a (dosen di Jakarta)

Apreasi dan kegembiraan saya atas terbit majalah Mah-kamah Agung sebab akan sangat membantu sosialisasi kinerja Mahkamah Agung RI selaku pelaku kekuasaan kehakiman di Indonesia. Khususnya bagi seluruh hakim di Indonesia, majalah ini dapat menjadi media informasi, ko-munikasi, peningkatan profesionalitas. Harapan saya dapat lebih ditingkatkan isi, materi, keterlibatan hakim se-Indone-sia. Sukses selalu.

Drs. Anshoruddin, M A (hakim Pengadilan

Tinggi Agama Semarang)

Keluarga besar Pengadilan Tinggi Agama Semarang beserta segenap jajaran MEDIASI (Media Komunikasi dan Informa-si) Pengadilan Tnggi Semarang mengucapkan selamat dan sukses atas terbitnya nomor pertama majalah Mahkamah Agung. Diharap kan majalah ini mampu memberikan pence-rahan dalam rangka terwujudnya peradilan yang agung yang kita dambakan.

Drs. H . Wilda n Suyut hi, SH ., M H .

(

Ke-tua Pengadilan Tinggi Agama Semarang

)

Saya mengucapkan selamat atas launching majalah Mah-kamah Agung. Kami warga masyarakat ikut mendukung ide positif ini dalam rangka pembangunan hukum nasional. Alangkah baiknya kalau kami sebagai warga masyarakat diberi ruang dalam majalah ini untuk berbagi wacana, meskpun majalah ini forum para hakim.

Yusron Trisno (Surakarta)

(6)

berbagi informasi, peng alaman, maupun penyelesaian masalah hukum melalui media ini. Semoga media ini bisa terbit secara kontinu.

Agus Yudo W.

(Pustakawan Politeknik

Kese-hatan Bandung)

Pertama, kami mengucapkan selamat atas terbit nya ma-jalah MA RI. Mama-jalah ini tentu akan sangat bermanfaat sebagai sarana komunikasi inter stakeholders di MA dan antara stakeholders di luar MA.

Ketika kami berkunjung ke MA membawa sejumlah maha-siswa kami sangat terkesan karena ternyata di MA tersedia perpustakaan yang sangat bagus dan majalah MA. Kami berharap ke depan akan ada kerjasama lain antara institusi kami Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogya-karta dan Mahkamah Agung. Bentuknya dapat kerjasama penyelenggara seminar, penelitian, atau apa saja

.

Sobirin M a lia n, SH .,M .H um (Dekan FH UP 45 Yogyakarta)

Redaksi menerima artikel ilmiah tentang hukum dan laporan kegiatan di lingkungan peradilan. Naskah harus asli dan belum pernah dimuat di media manapun. Naskah dikirim ke alamat redaksi:

Perpustakaan Mahkamah Agung RI Jl. Medan Merdeka Utara no. 9-13

JAKARTA 10010

(7)

S

T EN GGARON G

PAGI Itu sejarah baru terukir di Tenggarong, Kalimantan Timur. Di kota kaya minyak itu, sebuah bangun an megah berdiri dan meng-undang banyak perhatian, bahkan kekaguman. Bangunan yang menja-di pusat perhatian itu adalah gedung Pengadilan Negeri (PN) Tenggarong. Ia tidak saja megah, tetapi juga men-jadi tempat penting. Penting karena dipilih Mahkamah Agung untuk me-resmikan secara simbolis 39 gedung

peradilan umum, agama, militar, maupun Tata Usaha Negara (TUN), yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tentu bukan tanpa alasan MA memilih PN Tenggarong sebagai tempat istimewa. Salah satu ala-sannya, gedung ini kini menjadi salah satu gedung pengadilan terbaik di In-donesia. Pembangunannya menelan biaya Rp10.7 miliar, terbesar ketiga dari 39 gedung pengadilan yang baru selesai dibangun dan pagi itu

dires-mikan Ketua MA Hatta Ali. Total dana pembangunan 39 gedung itu meng-habiskan Rp.273,5 miliar.

Padahal, setahun yang lalu, ge-dung PN Tenggarong adalah gege-dung dengan infrastruktur yang tidak me-madai. Tapi, justru kekurangan itu dijadikan cambuk dan spirit untuk berbenah. Pemerintah daerah Teng-garong juga ikut memberikan hibah dalam bentuk perabotan.

(8)

LAPORAN U TAM A

Tak percuma hasilnya, gedung itu kini membanggakan bagi para pe negak hukum di Tenggarong mau-pun ma syarakat secara umum. Ini penting, karena wajah gedung peng-adilan adalah cermin bagaimana ta-ngan-tangan hukum bekerja.

Itulah yang disampaikan Hatta Ali dalam sambutan peresmian 39 gedung pengadilan, 22 Mei silam di PN Tenggarong. “Gedung-gedung bagus perlu jiwa dan semangat kerja yang bagus pula, dan itu tergantung pada kita semua, segenap warga pengadilan, untuk mengisinya. Ge-dung-gedung bagus ini bukan untuk sekadar dinikmati dan diduduki, na-mun menjadi wadah kita semua un-tuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pencari keadilan,” katanya.

Menurut Hatta, memang kuali-tas pelayanan pengadilanlah, bukan gedung, yang akan menjadi cermin dari wajah pengadilan. Tapi, gedung yang bagus akan menginspirasi para hakim bekerja dengan serius, den-gan bagus pula.

Peresmian itu antara lain dihadiri Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial, para ketua kamar MA, para hakim agung, para pejabat eselon 1 MA, gubernur Kalimantan Timur, bupati Kutai Kartanegara, walikota Samarin-da Samarin-dan walikota Balikpapan.

Hatta mengingatkan, bahwa pembangunan 39 gedung pengadilan tidak akan mungkin bisa dilakukan di masa lalu. Ia menjelaskan, seluruh dana pembangunan itu berasal dari DIPA Mahkamah Agung. Sepuluh ta-hun lalu misalnya, MA tidak mungkin bisa memperbaiki gedung-gedung pengadilan yang ada. Waktu itu, ang-garan untuk MA hanya setara dengan

anggaran Dinas Pertamanan DKI Ja-karta. Artinya, sangat kecil.

Rekam jejak hakim dan pani-tera di direktori putusan

Kemudahan atau komitmen pe-merintah untuk mengabulkan pem-bangunan itu membuktikan betapa Negara sangat mendukung pemba-ngunan peradilan yang benar-benar lebih baik, bermartabat, dan berwiba-wa. Karena itu, komitmen Negara mestinya jangan disia-siakan oleh para penegak hukum, terutama para hakim.

Sekarang, penghasilan hakim dengan remunerasinya sudah rela-tif tinggi. Karena itu, kata Hatta Ali, sungguh amat disesalkan jika warga pengadilan masih ada yang gagal memahami pengorbanan Negara untuk membuat pengadilan yang be-nar-benar bermartabat.

Kita semua juga tahu, bahwa melalui Peraturan Pemerintah No. 94/2012, kini kesejahteraan hakim pun sudah jauh lebih meningkat, dan untuk non-hakim sedang dalam proses penyesuaian. Menurut Ke-tua Bidang Urusan Administrasi MA, Dr. Aco Nur, MH, seorang hakim muda kini bergaji Rp.10 juta rupiah. Sementara gaji Kepala Pengadilan Tinggi mencapai Rp.45 juta. Menurut Aco Nur, jika dibandingkan dengan hakim di Asia Tenggara, gaji hakim di Indonesia yang terbaik.

Maka wajar jika Ketua MA meng-ingatkan kepada warga pengadilan, khususnya kepada 9.000 hakim yang berada di bawah naungan MA, un-tuk tidak melancungi amanat rakyat mengenai peradilan yang bersih. Sungguh tidak layak, apabila

ma-sih ada di antara warga pengadilan yang terus-menerus gagal memaha-mi pengorbanan Negara dan terus melakukan perbuatan tidak terpuji, seolah-olah hal tersebut lumrah bela-ka.

Pimpinan MA, kata Hatta, juga tidak segan akan mengambil tinda-kan tegas jika masih ada jajarannya yang melakukan pelanggaran. “Hen-daknya dipahami, bahwa kode etik, kode perilaku, aturan kedisiplinan dan lain sebagainya hendaknya jangan hanya dibaca, dimengerti, dan dipahami. Namun harus dilak-sanakan sepenuhnya! Karena justru itulah yang membuat perbedaan an-tara pengamat dan pelaksana. Kita semua adalah pelaksana, bukan pengamat, jadi camkan itu!” tegas Hatta.

Aturan bagus memang tidak selalu dilaksanakan dengan bagus. Maka Hatta mengajak jajaran Mah-kamah Agung untuk mengubur da-lam-dalam stereotip masa lalu, yakni kerja lambat, berkas putusan salah atau hilang, akibatnya lama diterima para pihak. Ketidakmampuan bekerja disembunyikan lewat berbagai cara tak terpuji: bekerja dilambat-lam-batkan, berkas dihilangkan, atau di-salah-salahkan. Ini, kata Hatta Ali, tak boleh terjadi lagi.

(9)

Mah-kamah Agung. Alasannya pun ber-macam-macam. Padahal, putusan pengadilan adalah dokumen negara, bukan milik pribadi. “Saya kira sudah waktunya Mahkamah Agung menja-dikan berkas di direktori putusan se-bagai rujukan rekam jejak para hakim dan panitera yang akan mengalami proses promosi dan mutasi. Argu-mentasinya sederhana. Bagaimana kita bisa menilai bahwa seseorang memang berkualitas dan memiliki

kualiikasi serta pengalaman dalam

menangani perkara kalau buktinya –berkas putusan– tidak tersedia?” tanya Hatta Ali.

Kemudahan akses informasi

DALAM urusan publik, Hatta me-nekankan, jajaran Mahkamah Agung jangan abai terhadap hak-hak para pencari keadilan yang tinggal di da-erah-daerah terpencil, yang jauh dari lokasi gedung-gedung pengadilan.

Pencari keadilan tidak hanya tinggal di kota-kota. Banyak warga yang tinggal jauh di pelosok. Banyak yang karena jarak dan masalah biaya memiliki kesulitan untuk mengakses pengadilan. Mungkin perlu wak-tu berhari-hari melintasi hutan dan menyeberangi sungai atau bahkan laut untuk bisa mengakses keadilan di pengadilan. Untuk itu, Hatta me-minta, pengadilan juga harus proaktif mendekatkan diri kepada kelompok masyarakat ini. Sehingga mereka bisa mengakses layanan pengadilan untuk menyelesaikan persoalan-per-soalan hukum yang mereka ala-mi. Demikian pula pelayanan bagi kelompok masyarakat disabilitas

yang mengalami keterbatasan isik.

Karena itu, amat penting

peng-adilan memanfaatkan tempat-tempat bersidang (zitting splatsen) dan pos layanan hukum (dulu pos bantu-an hukum) dbantu-an meja informasi untuk melayani mereka.

Menurut Hatta, akses informasi merupakan persoalan klasik peng-adilan di seluruh dunia. Karena itu, katanya, jangan sampai kita memiliki gedung-gedung megah, tapi minim informasi. Hatta menyarankan, agar

PN Tenggarong dan 38 pengadilan lainnya memasang spanduk besar di halaman gedung yang menginfor-masikan perkara dan putusan

peng-adilan sudah tersedia di situs internet pengadilan.

Hatta meminta segenap warga pengadilan secara bersama-sama merawat dan menjaga kehormatan penegakan hukum, sehingga bisa mengisi gedung-gedung megah de-ngan jiwa yang luhur bagi pelayanan para pencari keadilan di Indonesia. “Mari kita jadikan peresmian ge-dung-gedung baru ini juga sekaligus sebagai momen untuk menetapkan wajah baru pengadilan. Pengadilan yang lebih ramah, sigap dan tidak berpihak dalam melayani para pen-cari keadilan,” kata Hatta di akhir sambutannya.

Capaian WTP

Selain peresmian 39 gedung pen-gadilan, hal yang harus diakui sebagai capaian positif Mahkamah Agung adalah hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan. Seperti dikatakan Kepa-la Badan Urusan Administrasi, Aco Nur, hasil audit BPK terhadap laporan keuangan MA pada 2012 adalah WTP (wajar tanpa pengecualian).

(10)

LAPORAN U TAM A

Selain begitu banyak satker, menurut Aco Nur, capaian itu juga

terlihat amat jelas graik naiknya.

Pada 2009 dan 2010, misalnya, berdasarkan pemeriksaan BPK, MA dinyatakan disclaimer (Tidak me nyatakan pendapat). Setahun berikutnya, MA mendapat penilaian

WDP (wajar dengan pengecualian), yang ibarat orang sakit harus masuk ICU. Baru pada 2012 tercapai WTP.

Menurut Karo Keuangan Su-tisna, S.Sos, M.Pd, opini WTP ada-lah mimpi dan obsesi seluruh jajaran MA. Hal ini sejalan dengan misi MA dalam menciptakan badan peradilan yang agung. Di situ di butuhkan jajar-an sekretariat untuk bekerja lebih baik. Salah satunya dalam meng-gunakan keuangan negara secara transparan dan akuntabel, yang salah satu unsurnya adalah meraih

WTP. (Selengkapnya baca

wa-wancara dengan Sutisna hlm. 18)

Untuk mencapai opini WTP, kata Sutisna, pertama harus meran-cang strategi untuk meraih WTP itu. Strategi itu antara lain adanya komit-men dari seluruh jajaran MA, bukan hanya dari jajaran pimpinan atau sekretariat, tetapi semua, termasuk ketua pengadilan tingkat banding

dan tingkat pertama di seluruh In-donesia untuk menyatukan tekad meraih WTP. Ini perlu tercipta iklim kerja yang harmonis, komunikatif, dan koordinatif. Bukan hanya in-ternal MA tetapi juga dengan pihak eks ternal. Kedua, menciptakan sis-tem untuk mencapai WTP.

Ada beberapa sistem yang tel-ah diciptakan MA. Pertama, sistem Komdanas (komunikasi data nasi-onal). Sistem ini merupakan satu upaya untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan MA. Tanpa ada Komdanas yang berbasis teknologi, mustahil untuk meningkatkan

kuali-tas laporan keuangan MA. Dengan Komdanas, penyusunan laporan ke uangan bisa menjadi lebih cepat, mulai dari tingkat pertama, tingkat banding, tingkat korwil sampai ke MA. Dalam hal ini yang menghim-pun laporan keuangan adalah Biro Keuangan dari sisi akuntansinya. Komdanas menciptakan kecepatan dan ketepatan dalam penyusunan laporan keuangan MA.

Kedua, sistem Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan. Diharapkan adanya penyeragaman mulai dari tingkat pertama hingga MA. Tentu saja acuannya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Di-rektorat Perbendaharaan Kemente-rian Keuangan.

Ketiga, Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE). Sistem ini diharapkan bisa menciptakan layanan pengadaan yang transparan dan akuntabel. Kare-na, salah satu penilaian reformasi bi-rokrasi adalah pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik.

Keempat, nota kesepahaman antara MA dan BPKP dalam hal pen dampingan untuk mendapatkan opi-ni WTP, terutama dalam hal penyu-sunan laporan keuangan.

Dan yang tidak kalah penting dari semua itu adalah koordinasi dengan Badan Pengawasan MA, karena setiap kegiatan yang terkait dengan laporan keuangan, baik ke-giatan supervisi, validasi maupun kegiatan rapat koordinasi akuntansi dengan seluruh jajaran MA, selalu melibatkan Badan Pengawasan MA. “Karena Badan Pengawasan MA juga memiliki kewajiban untuk me review laporan keuangan MA,

(11)

belum laporan keuangan MA di-serahkan kepada Direktoral Jender-al Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Baik itu audited maupun unaudited, lapor an itu harus diperik-sa terlebih dahulu oleh badan peme-riksa keuangan internal MA, dalam hal ini Badan Peng awasan MA,” kata Sutisna.

Langkah-langkah itulah, lanjut-nya, yang telah dilakukan MA. Se-gala sesuatu bisa diraih asalkan ada niat untuk berusaha, kerja keras, team work, dan koordinasi menjadi-kan jajaran MA semakin semangat untuk meraih WTP.

Kini WTP sudah diraih MA. Semua itu adalah berkat andil semua pihak, pimpinan, jajaran sekreta-riat hingga ke jajaran yang paling bawah. Dan, capaian di sebuah institusi dengan begitu banyak sat-ker, memang tidak mudah. Karena lebih kompleks dan rumit. Wajar ini perlu disyukuri. Syukur untuk

te-rus bekerja lebih baik dengan ting-kat akuntabilitas yang kian tinggi.

Penyerapan Anggaran

Selain WTP, pada 2012 sebe-narnya MA mendapat penghargaan lain. Yakni penyerapan anggaran yang mencapai 95,07 persen. Ini arti-nya manajemen pengelolaan

anggar-an di MA merupakanggar-an yanggar-ang terbaik.

(Baca wawancara dengan Aco Nur, hlm. 22)

Anggaran yang cukup besar me-mang tidak saja butuh manajemen pengelolaan yang baik, tapi juga ha-rus dibarengi peningkatan pelayanan kepada publik. Penghargaan masya-rakat yang telah menggaji tinggi para hakim harus membuat MA punya kesadaran tinggi memberikan pela-yanan terbaik kepada para pencari keadilan.

Karena itu, Aco Nur mengingat-kan, jajaran MA harus berpegang pada empat misi yang diembannya.

Pertama, menjaga independensi peradilan. Kedua, memberi keadilan pada masyarakat pencari keadilan. Ketiga, meningkatkan kualitas kepe-mimpinan pengadilan. Keempat, me-ningkatkan kredibilitas dan transpa-ransi badan peradilan.

“Ini harus dilaksanakan MA tan-pa tawar-menawar lagi, karena tun-jangan hakim sudah tinggi dan pe-jabat MA diberikan remunerasi. Baru MA institusi yang diberikan tunjangan plus. Institusi lain masih terbatas re-munerasinya,” beber Aco Nur.

Yang harus diingatkan adalah capaian itu tak boleh membuat MA menepuk dada tanda berpuas diri. Justru harus terus berupaya mening-katkan diri.

Apa yang dikatakan Ketua MA Hatta Ali dalam sambutan peresmian 39 gedung pengadilan, bahwa para hakim tak boleh melancungi keper-cayaan rakyat, harus selalu mendekat dengan pencari keadilan, membuka akses informasi pada warga, semua itu haruslah menjadi pegangan kerja para hakim.

Pada akhirnya, publik menung-gu hasil konkret berbagai capaian MA itu. Sebab semua itu haruslah bermuara positif. Selain bagi jajaran MA, yang lebih penting justru pada pelayanan bagi para pencari keadilan itu sendiri, yakni masyarakat. Mereka

menunggu. (Tim MMA)

(12)

LAPORAN U TAM A

Datar Pengadilan yang Diresmikan

Pe ra dila n U m um PN Tenggarong Rp

10.692.522.000,-PN Balikpapan Rp

10.409.213.000,-PN Parigi Rp

7.441.941.000,-PN Labuan Bajo Rp 6.430.131.000,-PN Oelamasi Rp

4.190.514.000,-PN Wamena Rp

20.911.464.000,-PN Malili Rp

6.338.500.000,-PN Balige Rp

5.457.360.000,-Pe nga dila n T ipikor da n PH I Pengadilan Tipikor dan PHI Surabaya Rp 8.117.011.000,-Pengadilan Tipikor dan PHI Yogyakarta Rp 5.173.786.000,-Pengadilan Tipikor Kendari Rp 4.941.904.000,-Pengadilan Tipikor Kupang Rp 5.768.987.000,-Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda Rp

6.791.358.000,-Pe ra dila n Aga m a PA Jakarta Pusat Rp

18.814.331.000,-PA Palu Rp

5.373.903.000,-PA Tilamuta Rp 4.195.911.000,-PA Bengkalis Rp

4.680.181.000,-PA Luwuk Rp

4.477.830.000,-PA Negara Rp

5.594.716.000,-PA Selong Rp

6.442.347.000,-PA Stabat Rp

3.967.894.000,-PA Tanjung Pinang Rp

5.537.109.000,-PA Tual Rp

6.479.917.000,-PA Wates Rp

4.500.000.000,-PA Karanganyar Rp

3.144.797.000,-PA Kendal Rp

2.783.159.000,-PA Indramayu Rp

8.622.387.000,-PA Bekasi Rp

(13)

7.764.001.000,-Ta nt a nga n M e ne ga k k a n

Ke a dila n di Be nua Et a m

Proil Pengadilan Tipikor/PHI Samarinda

BEN UA Etam, sebuah

wilayah yang begitu kaya dengan sumber daya alam, tentu mem-bawa tantangan tersendiri bagi para penegak hukumnya, tak terkecuali bagi Pengadilan Ting-gi Samarinda. Hal ini menTing-gingat sengketa mengenai kepemilikan tanah merupakan perkara yang lebih dominan di kawasan ini. Dengan berpegang teguh pada hukum dan hati nurani, ja-jaran Pengadilan Tinggi Samarin-da yakin akan mampu menegak-kan keadilan di Bumi Etam ini. Di bawah kepemimpinan H.Surya Dharma Belo, SH, Pengadilan

Tinggi Samarinda terus berusaha untuk melayani para pencari keadilan dengan pelayanan prima demi terwujud-nya peradilan yang transparan, akuntabel, dan profesional. Pelayanan prima itulah yang mau diwujudkan dengan pembangunan gedung Pengadilan Tipikor dan PHI Sama-rinda, bersebelahan dengan gedung Pengadilan Negeri Samarinda. Gedung lama Pengadilan Negeri Samarinda sendiri dibangun pada tahun 1978. Karena ada kebutuhan mendesak untuk pembangunan gedung Pengadilan Tipi-kor dan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Samarinda sebagai skala prioritas, maka bangunan lama dibongkar. Demikian pula, untuk memenuhi kebutuhan lahan parkir, 2 unit rumah dinas hakim tipe B 120 di bagian belakang ge-dung dibongkar untuk digunakan sebagai halaman parkir mobil tahanan dan kendaraan pengunjung sidang.

Selanjutnya di atas lahan tersebut dibangun gedung Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda. Pembangunan-nya selesai pada tahun 2012, kemudian diresmikan oleh Ketua Mahkamah Agung RI (Dr. H. M. Hatta Ali, SH., MH.) pada tanggal 22 Mei 2013.

Peresmian dipusatkan di Tenggarong (Kalimantan Timur) bersama-sama dengan 38 gedung pengadilan di 4 lingkungan peradilan se-Indonesia. Gedung Pengadilan Tipikor dan PHI Samarinda dibangun di atas lahan seluas ± 25 x 35 m di Jalan M. Yamin, tepat bersebelahan dengan Pengadilan Negeri Samarinda.

Luas bangunan sesuai prototipe Mahkamah Agung RI, yaitu lebar 18 m dan panjang 30 m, terdiri dari 2 lantai sehingga luas keseluruhan bangunan 1.080 m2.

(14)

LAPORAN U TAM A

H AWA dingin AC langsung terasa begitu menginjak-kan kaki di lobi Pengadilan Agama Balikpapan. Dua orang staf berdiri sigap di sudut ruangan, siap mengarah kan para tamu yang datang ke pengadilan. Senyum keduanya mengembang.

“Kalau membutuhkan informasi, kami langsung arah-kan ke bagian layanan informasi yang berada di belaarah-kang gedung. Sementara untuk persidangan, masyarakat yang menunggu disilakan menuju ruang tunggu. Khusus untuk yang membawa anak atau bayi dapat dititipkan kepada petugas di ruang anak. Jadi, sementara orang tuanya menjalani persidangan, sang anak dapat bermain dengan nyaman di ruangan ini,” kata salah satu di antara mereka.

Sebuah ruangan, yang didesain khusus menyerupai taman bermain, dilengkapi dengan aneka mainan seperti perosotan, kursi goyang, bahkan ruang menyusui. “Bagus, bagus, saya percaya pelayanannya bakal meningkat,” ucap Sekretaris MA, Nurhadi, dalam kunjungannya ke Pengadilan Agama Balikpapan pada 23 Mei 2013.

Nurhadi didampingi para pejabat eselon I dan eselon II. Pada kesempatan itu ia menyampaikan pentingnya pe-layanan prima di pengadilan. “Kalau begini, para pencari keadilan ’kan merasa terlayani,” sambung Pak Sekretaris, yang diamini oleh para pejabat lainnya.

Dalam wawancara terpisah dengan Mahkamah Agung, untuk urusan pelayanan informasi, Pengadilan Aga ma Balikpapan patut diacungi jempol. Menurut Hairiah, Wakil Panitera Pengadilan Agama Balikpapan, pelayanan prima memang kerap digaungkan dalam pelayanan terha-dap para pencari keadilan.

“Alhamdulilah, kami di sini sudah menggunakan sistem elektronik antrean. Misalnya, kalau ada yang ingin bersidang dan ingin mengetahui jadwal sidangnya, cukup masukkan nomor perkara, dan klik, nomor antrean akan keluar. Untuk permohonan informasi, pengunjung harus mengambil nomor antrean sesuai dengan loket yang ditu-ju. Misalnya, loket 1 untuk informasi pembuatan akta, dan loket nomor 2 untuk pengajuan perkara,” paparnya man-tap.

Sementara itu, para pencari keadilan juga diminta untuk mengisi survei kepuasan pelayanan yang terse-dia. “Kami sengaja buatkan aplikasinya, sehingga kami bisa mengukur sejauh mana masyarakat puas terhadap layanan pengadilan,” sahutnya lagi.

Rupanya pelayanan prima tengah digalakkan di semua pengadilan sebagai bentuk reformasi birokrasi. Pelayanan yang murah, cepat, dan akurat memang menjadi harapan dari seluruh warga pengadilan. Semoga pengadilan yang agung dapat benar-benar diwujudkan. (IFH, MMA)

La ya na n Prim a J a di

La nda sa n Be ke r ja

(15)

K ESAN tegas langsung terasa begitu memasuki pelataran gedung Pengadilan Militer I-02 Medan. Seper-ti umumnya gedung pengadilan militer, para pegawainya pun memakai seragam dinas rapi berwarna hijau. Peng-adilan Militer I-02 Medan memiliki tugas pokok mendukung tugas komando dalam menyelesaikan pelanggaran pidana oleh prajurit TNI yang bertugas di Kodam I/BB, Lantamal Belawan, Kosek Hanudnas-III Medan dan Lanud Soewon-do. Tugas ini didukung oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang terdiri dari 7 hakim militer, 3 panitera, dan 13 staf TNI/ Sipil, serta 10 tenaga honorer.

Di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Chk. Adil Karo-Karo, SH, saat ini pengadilan militer I–02 Medan bertekad memberikan pelayanan hukum sebaik mungkin kepada anggota TNI yang melakukan pelanggaran pidana. Pengadilan Militer I-02 Medan berupaya memberikan infor-masi terhadap pencari keadilan. Mereka dapat mengakses jadwal persidangan dan hasil-hasil persidangan yang su-dah berkekuatan hukum tetap. Cara ini jelas amat men-dukung tercapainya penegakan hukum secara transparan. Para Komandan Satuan yang bertugas di wilayah hukum Sumatera Utara dan juga masyarakat Sumatera Utara sangat mendukung keberadaan Pengadilan Militer I-02 Medan di Jalan Ngumban Surbakti No. 45 Medan. Keberadaannya dapat membantu para Komandan Satuan dalam penegakan hukum, khususnya percepatan penyele-saian perkara, juga terhadap masyarakat umum yang diru-gikan oleh oknum prajurit TNI. (IFH, MMA)

M e w ujudk a n Tra nspa ra nsi

Pe ne ga k a n H uk um

Proil Dilmil Medan

(16)

LAPORAN U TAM A

ORAN G bijak mengatakan, tidak ada yang abadi di dunia ini ke-cuali per ubahan. Dan, perubahan yang paling utama haruslah menuju kebajikan. Itu sebabnya, begitu ba-nyak upaya perbaikan adalah hasil dari upaya mereka yang tak pernah nyaman berdiam diri. Mere ka terus bergerak, berubah.

Melihat ke belakang sebelum tahun 2005, misalnya, Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga yang terhimpun dari beberapa lemba-ga besar seperti Kementerian

Hu-kum dan HAM yang membawahi Peradilan Umum dan Kementerian Agama yang membawahi Peradilan Agama. Setelah undang-undang menyatakan seluruh peradilan di In-donesia berada di bawah MA (satu atap), MA memi liki banyak sekali warisan “pekerjaan rumah” yang ha-rus diselesaikan. Misalnya saja doku-men kepemilikan berbagai aset. PR inilah yang kemudian memberikan andil MA berkali-kali mendapatkan opini disclaimer (tidak memberikan pendapat) dari Badan Pemeriksaan

Keuangan RI (BPK). Sulit sekali men-capai opini Wajar Tanpa Pengecuali-an (WTP). Padahal, terkait dengPengecuali-an reformasi birokrasi yang sedang di-galakkan oleh seluruh kementerian/ lembaga (K/L), pencapaian WTP dalam lapor an keuangan adalah se-buah kewajiban. Untuk itulah, MA berbenah diri di berbagai lini untuk mencapai opini tersebut.

Salah satu hasil pembenahan itu, pada 24 Juni 2013 MA mendapat opini WTP dari BPK. Ini capaian yang selama 10 tahun terakhir memang

Nurhadi, sekretaris Mahkamah Agung RI

Opini WT P M A:

(17)

diupayakan MA. Tak berlebihan kata Wakil Ketua Mahkamah Agung bidang Non Yudisial, Dr. H. Ahmad Kamil, SH., MH., “Tahun ini adalah tahun bersejarah bagi Mahkamah Agung. Bisa disebut tahun yang ajaib. Karena setelah bertahun-tahun mendapat opini kurang memuaskan dari BPK, dalam waktu yang cukup singkat, MA meraih capaian fenome-nal opini teratas mengenai laporan keuangan, yaitu WTP.”

Ke na pa H a rus WT P

Opini Wajar Tanpa Pengecuali-an diberikPengecuali-an kepada lembaga atau kementerian yang telah melakukan standardisasi yang telah ditetapkan oleh BPK. Selain WTP, BPK memiliki opini lainnya, yaitu Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (TMP,

disclaimer), Wajar Dengan Penge-cualian (WDP), dan terakhir Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

MA sendiri sudah melewati semua opini itu. Dari tahun 2006-2009 MA berkubang di pusaran disclaimer. Baru pada tahun 2010 MA naik ke-las menjadi WDP, tetapi masih kritis seperti pasien di ICU. Tahun 2011 bertahan di opini WDP, baru pada ta-hun 2012 MA bisa keluar dari ICU dan mendapatkan opini teratas, WTP. Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi, dalam wawancara dengan tim Majalah Mahkamah Agung, men-jelaskan berbagai faktor eksternal dan internal yang mengharuskan se-buah K/L mencapai opini WTP. Salah satunya reformasi keuangan negara, tuntutan untuk melakukan tata kelo-la pemerintahan yang baik, tuntutan untuk memberikan pelayanan yang prima, pasti, kecepatan, transparan,

dan SDM yang profesional. Semua harus dilaksanakan efektif efesien serta akuntabel. Payung hukumnya adalah UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU no 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan UU no 15 tahun 2004 Tentang Mengatur Pengelelolaan Keuangan.

Dalam hal pengelolaan keuang-an ini, menurut Nurhadi, kita harus memperhatikan asas-asas penge-lolaan keuangan yang baik, apalagi jika ending yang diharapkan adalah WTP. “Kita harus memperhatikan asas kepastian, asas tertib mengelo-la keuang an itu sendiri, asas kepen-tingan umum, keterbukaan, profe-sionalisme dan proposionalitas, serta akuntabel. Ini adalah rambu-rambu yang harus menjadi perhatian.”

MA berpijak kepada regulasi dan asas-asas tersebut. MA juga me ngaitkannya dengan penciptaan good and clean government (pe-merintahan yang baik dan bersih). Sementara jika bicara akuntabilitas orientasinya adalah hasil. Good and clean government juga mengisyarat-kan adanya transparansi, adanya lembaga mandiri yang memeriksa pengelolaan keuangan, dalam hal ini BPK. Semua ini harus dipahami se-bagai dasar untuk berpijak.

Dalam mencapai WTP, setiap K/L memiliki kendala masing-masing. Begitu juga dengan MA yang dulu merupakan “kumpulan” beberapa kementerian besar. “Kondisi lembaga peradilan sebelum tahun 2005 boleh dibilang masih karut-marut karena terdiri dari dua lembaga besar, yaitu Mahkamah Agung dan Departemen Kehakiman (sekarang Kementerian Hukum dan HAM). Tetapi, sesudah

periode 2005, sesuai dengan un-dang-undang, badan peradilan Indo-nesia satu atap di bawah Mahkamah Agung. Artinya, mulai tahun 2005 pengelolaan keuangan berpusat di MA,” kata Nurhadi.

Perlu diketahui kenapa MA tidak bisa mencapai opini terbaik. Itu kare-na MA memiliki problem yang sangat besar terhadap pengelolaan IP (In-ventarisasi dan Penilaian). Di akhir tahun 2011 posisi aset MA selisih IP-nya Rp. 806,8 miliar, sifatIP-nya materiil, sangat menentukan opini.

Untuk meminimalisasi IP hingga mendapatkan opini WTP, pada Ja-nuari 2012, Sekretaris MA (sebagai koordinator) mulai bekerja bersa-ma tim yg terdiri dari seluruh eselon satu serta jajaran di bawahnya. Tim ini membuat langkah kerja, memo-tret–baik pusat maupun daerah–dari sisi kesekretariatan tentang berbagai macam persoalan: tata kelola aset dan tata kelola keuangan, mulai dari perencanaan, monitoring, hingga evaluasinya.

Setelah bekerja berdasarkan langkah-langkah itu, tim mengakui keadaannya memang complicated.

Keuangan MA karut-marut. Kare-na itu, tim bersepakat tata kelola keuangan MA diprioritaskan untuk ditangani. Dan ditekadkan, apa pun keadaannya, pada 2012 MA harus mendapat opini WTP. Tim pun segera menyusun strategi, dengan memper-tahankan yang baik yang tidak men-jadi catatan, lalu menyelesaikan yang menjadi catatan. Catatannya adalah tim berkonsentrasi untuk mengatasi masalah aset ini.

(18)

LAPORAN U TAM A

Maka Nurhadi bersama tim mem-buat kontrak kerja dengan Kepala Biro Perlengkapan untuk menyele-saikan masalah ini. Kepala Biro Pe-rencanaan diminta untuk membuat rencana kerja satu tahun ke

de-pan, Januari-Desember 2012 untuk

melakukan veriikasi dan validasi

(verval) terhadap aset. Cara nya: Pertama, memberdayakan SDM yang ada untuk disebar ke daerah. Kedua, mengklasterisasi satuan

ker-ja yang besar yang memiliki andil da-lam memberikan selisih IP yang be-sar. Ketiga, membuat rencana kerja satu tahun. Dan keempat, mendis-kusikan dengan DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara).

“Niat Istikamahkan Jangan Berubah”

Wawancara dengan Ketua BPK, Hadi Poernomo

M AH K AM AH Agung resmi meraih opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Penyerahan opi-ni berlangsung secara resmi di auditorium BPK RI pada hari ini Senin, 24 Juni 2013, pada acara penyampaian opini hasil pemeriksaan atas laporan keuangan lemba-ga-lembaga negara tahun 2012 kepada para pimpinan lembaga negara.

Ketua BPK Hadi Poernomo mengapresiasi capai-an MA itu. “Ycapai-ang membuat istimewa capaicapai-an WTP bagi Mahkamah Agung adalah karena Mahkamah Agung ter-diri dari 1.633 satker, sementara lembaga yang lain ha-nya terdiri dari paling baha-nyak 70 satker, yaitu BPK. Yang lain, seperti DPR, MPR, MK, dan KY, hanya memiliki satu satker,” kata Hadi Poernomo dalam sambutannya yang disambut aplaus meriah dari para undangan.

“Dengan WTP-nya MA, maka semua lembaga tinggi negara pada tahun ini sudah mendapatkan opi-ni Wajar Tanpa Pengecualian. Untuk itu saya ucapkan selamat dan tetap lakukan yang terbaik untuk mem-pertahankan opini ini,” kata Hadi Purnomo pada acara yang juga dihadiri oleh seluruh ketua Lembaga Tinggi Negara itu.

Sedangkan ketua DPR, Marzuki Ali, dalam sam-butannya mengatakan, “Capaian opini WTP tidak serta merta mengindikasikan bahwa lembaga terbebas dari penyimpangan penggunaan uang negara. Untuk itu saya mengimbau kepada kepala tinggi negara lainnya untuk tetap menggunakan uang negara secara efektif dan efesien, tetap transparan dan tetap menjaga dan mempertahankan opini WTP ini.”

Pada acara yang bersejarah bagi MA itu, tim Ma-jalah Mahkamah Agung menyempatkan diri un-tuk mewawancarai Ketua BPK seputar apa itu WTP, tantangan BPK dalam memberikan opini tersebut ke-pada MA, dan pesan Ketua BPK untuk MA dalam mem-pertahankan opini tersebut. Berikut petikannya.

Apakah WTP itu?

BPK, dalam pemeriksaan keuangan, memberikan empat opini kepada lembaga atau kementerian yang diperiksa, sesuai dengan hasil laporannya. Yang perta-ma, Wajar Tanpa Pengecualian; kedua, Wajar Dengan Pengecualian; ketiga, Tidak Memberikan Pendapat; dan keempat, Tidak Wajar.

Dalam hal MA, karena terlalu banyak aset MA yang belum dinilai, banyak hal yang belum diakui BPK se-bagi sistem pengelolaan yang baik. Tetapi kini dengan penilaian yang cukup secara standar akuntansi peme-rintahan, maka opininya naik. Dasar opini ini adalah penyajiannya terbuka, standar pengendalian internal-nya bagus, dan standar akuntansi pemerintahan dalam pemeriksaannya bagus.

(19)

ta-DJKN menyambut baik sinergi ini, sehingga setiap melakukan ver-val, DJKN selalu dilibatkan. Setiap tim melakukan verval, hasilnya selalu sesuai dengan verval yang dilaku-kan oleh DJKN. Hasil yang diperoleh

kemudian, selisih IP pada periode 30 April 2012 ‘terjun payung’ dari Rp. 806,8 miliar menjadi Rp.73,5 miliar. Ini terdapat di 32 wilayah pada 788 satuan kerja.

Untuk mencapainya bisa

dika-takan sangat sulit. Sa ngat compli-cated, karena terkadang catatannya

ada, tetapi isiknya tidak ada. Atau sebaliknya, isiknya sudah milik MA,

tetapi dokumennya masih atas nama kementerian. Asetnya bukan hanya

hun berjalan, jika aksesnya sudah aktif, BPK bisa tahu, antara catatan saldo dan laporannya sesuai atau tidak. Jika tidak sesuai, kami mohon dicek. Setelah dicek, MA memberikan alasannya. Dan BPK memeriksa lagi apa-kah kuat dengan alasan yang telah diutarakan. Jika cocok, kami langsung katakan sesuai, dan jika tidak, kami akan langsung mengadakan pemeriksaan lapang-an. Inilah sifat preventifnya, sehingga tidak perlu ada post audit atau curreant audit.

Menurut Anda, apa tantangannya?

Jumlah satker MA melebihi jumlah satker lembaga lain. Dari 1.633 satker di bawah MA, mungkin saja ada beberapa pimpinan pengadilan yang tidak mematuhi perintah ketua MA. Ini bisa menjadi tantangan. Jika dibandingkan dengan lembaga lain yang hanya terdiri dari satu satker, tentu saja lebih mudah mendapatkan opini WTP karena mudah untuk dipantau.

Untuk itulah MA kini sudah memiliki laporan keuang an online. Tidak ada pilihan, harus begitu. Itu-lah mengapa Bank Mandiri yang nasabahnya ribuan di seluruh Indonesia bisa mendapatkan WTP, itu karena sistem mereka online, jadi mudah untuk dimonitor.

Apa pesan Anda untuk MA?

Komitmen. Istikamah. Niatnya jangan berubah. Semangatnya harus sama. Kita harus konsisten dalam mempertahankan prestasi ini.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan MA untuk mempertahankan WTP.

Pertama, memperbaiki sistem dan meningkatkan pengawasan, pengendalian, serta koordinasi penyu-sun an laporan keuangan di seluruh unit akuntansi, ser-ta meningkatkan pelaksanaan review oleh Badan

Pengawasan MA atas laporan keuangan MA yang akan datang.

Kedua, memperbaiki pengelolaan, pertanggung-jawaban, dan pelaporan aset tetap dan barang perse-diaan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Yaitu, dengan meningkatkan pembinaan, koordinasi, dan pengendalian terhadap pengelolaan aset tetap dan persediaan di seluruh satker MA.

Ketiga, berkoordinasi dengan lembaga donor un-tuk mendapatkan dokumen yang diperlukan sebagai dasar pengakuan belanja yang berasal dari hibah.

Keempat, memperbaiki sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban pendapatan dan belanja negara, serta mematuhi seluruh ketentuan terkait dengan per-tanggungjawaban APBN.

(20)

LAPORAN U TAM A

dari MA, tetapi juga aset dari Depar-temen Kehakiman untuk Peradilan Umum dan aset dari Departemen Aga ma untuk Peradilan Agama.

Meskipun tantangannya datang dari sana-sini, MA berkomitmen un-tuk meningkatkan opini dari WDP

ke WTP. Dengan berpatokan pada temuan BPK di tahun 2011 dan ta-hun sebelumnya, tim menentukan langkah strategi. Temuan BPK antara lain: Pertama, temuan SPI (Sistem Pengendalian Intern) berupa aset tetap. Kedua, temuan kepatuhan,

an-tara lain BNBP dan hibah.

Karena selisih IP merupakan temuan SPI, tim sangat concern

untuk menyelesaikannya. Tim terus bekerja keras, karena obsesi tim dan keinginan bersama warga MA adalah selisih IP menjadi zero dan mencapai

Wawancara dengan Sutisna (Kepala Biro Keuangan MA)

WT P Andil Se m ua Piha k

Apa saja yang telah dilakukan Biro Keu-ang an MA dan tim dalam meraih WTP?

Perlu saya sampaikan di sini, sejak saat saya dilan-tik sebagai Kepala Biro Keuangan pada 30 April 2011, Sekretaris MA menekankan bahwa target utama yang harus diraih adalah mencapai opini WTP atas laporan keuangan MA, karena pelaksanaan reformasi birokrasi erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

Obsesi untuk mencapai opini WTP adalah harapan seluruh jajaran MA dan hal ini sejalan juga dengan misi MA untuk menciptakan badan peradilan yang agung. Memang jalan dalam meraih WTP tidaklah mudah. Tetapi dengan arahan dari Sekretaris MA, kami bersa-ma tim melakukan banyak hal untuk mewujudkan WTP tersebut. Di sini dapat saya sebutkan beberapa hal yang kami lakukan.

Pertama, merancang strategi untuk meraih WTP

itu. Dalam hal ini, salah satu hal yang sangat penting adalah komitmen dari seluruh jajaran MA, khususnya pimpinan MA, para eselon I di bawah koordinasi Se-kretaris MA, serta semua tingkat banding dan tingkat pertama di seluruh Indonesia untuk menyatukan tekad, semangat dan kerja tim dalam meraih WTP.

Sekretaris selalu menekankan kepada kami di jajar an Biro Keuangan untuk menciptakan iklim ker-ja yang harmonis dan kondusif, serta komunikasi dan koordinasi yang efektif di semua lini, tidak hanya di ting-kat biro, tapi juga di tingting-kat jajaran sekretariat eselon I. Selain itu juga perlu koordinasi dan komunikasi yang efektif serta sinergi lintas lembaga, antara lain dengan Kementerian Keuangan, Badan Pengawasan Keuang-an dKeuang-an PembKeuang-angunKeuang-an (BPKP), dKeuang-an BadKeuang-an Pemeriksa Keuangan (BPK).

(21)

WTP. Potensi yang ada digerakkan

semua. Veriikasi dan validasi dilaku -kan te rus dengan dibantu DJKN ke da erah-daerah yang memiliki selisih IP yang besar. Pada 12 April 2013 selisih IP zero. Satu persatu masalah yang mengganjal untuk meraih WTP

terselesaikan.

Selisih IP MA “terjun payung” dari Rp. 806,8 miliar ke Rp. 73,5 mi-liar, dan “lompat indah” menjadi zero dalam waktu yang singkat. Langkah menuju WTP semakin jelas.

Tetapi masih ada beberapa

lang-kah lagi yang digalakkan demi men-capai opini teratas dalam laporan keuang an itu. Antara lain:

Pertama, internalisasi yang

efektif. Strategi pertama, tim melaku-kan monitoring dan eva luasi, moni-toring ke wilayah yang memiliki

per-Ketiga, menyusun pedoman akuntansi dan pelapor-an keupelapor-angpelapor-an MA dpelapor-an badpelapor-an peradilpelapor-an di bawahnya. Dengan pedoman tersebut dibangun keseragaman dalam hal penyusunan pelaporan keuangan, mulai dari tingkat pertama, tingkat banding sampai tingkat MA. Tentu pedoman yang kita keluarkan mengacu kepada regulasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Per-bendaharaan Kementerian Keuangan.

Keempat, mengefektifkan nota kesepahaman an-tara MA dan BPKP dalam hal pendampingan, anan-tara lain pendampingan dalam penyusunan laporan keuang-an menuju opini WTP. BPKP melakukkeuang-an pendampingkeuang-an dalam hal penyusunan laporan keuangan, mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah.

Yang tidak kalah penting adalah koordinasi de-ngan aparat pengawas internal, dalam hal ini Badan Pengawasan MA. Setiap kegiatan yang terkait dengan penyusun laporan keuangan, baik kegiatan supervisi dan validasi, kegiatan rekonsiliasi laporan keuangan dengan seluruh jajaran unit kerja eselon I dan seluruh korwil, maupun kegiatan rapat koordinasi akuntansi dan SIMAK BMN, selalu melibatkan Badan Pengawasan MA. Badan Pengawasan, sebagai aparat pengawas internal, memiliki kewajiban untuk melakukan review terhadap laporan keuangan MA sebelum laporan MA diserahkan kepada Kementerian Keuangan, khususnya laporan keuangan semester I unaudited dan tahunan.

Demikian langkah-langkah yang telah kami lakukan untuk meraih WTP. Dengan dorongan dari Sekretaris MA, yang memberikan motivasi begitu kuat kepada kami bahwa segala sesuatu bisa diraih asalkan ada niat untuk bekerja keras, melakukan koordinasi dan komu-nikasi yang efektif dan membangun team work, kami semakin bersemangat untuk mewujudkan opini WTP. Kini sudah terbukti laporan keuangan MA mendapat

opini WTP. Semua ini adalah berkat andil semua pihak, mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah.

Upaya apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan opini WTP?

Upaya peningkatan kualitas laporan keuangan untuk mempertahankan WTP sangat tergantung dari peningkatan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Dan itu mutlak dilakukan secara terus-menerus. Perlu komitmen yang tinggi dari pimpinan unit akuntansi dari tingkat satuan kerja, tingkat korwil, tingkat Eselon I dan tingkat lemba-ga secara konsisten. Peningkatan kualitas peran APIP (Badan Pengawasan) melalui review memberi kontribu-si dalam hal peningkatan opini BPK. Selain itu, perlu adanya peningkatan kompetensi sumber daya manu-sia penyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, SDM perlu diperkuat dengan para operator yang menguasai teknologi informasi di tingkat korwil dan pusat, khusus-nya di Biro Keuangan dan Biro Perlengkapan.

Perlu disampaikan bahwa Biro Keuangan telah berhasil menyusun Pedoman Pelaksanaan dan Per-tanggungjawaban Belanja Negara di lingkungan MA dan badan peradilan yang berada di bawahnya melalui Peraturan Sekretaris MA Nomor 002 Tahun 2013. Ini salah satu upaya peningkatan kualitas pelaksanaan ang garan dalam mempertahankan WTP.

Apa harapan Anda?

(22)

LAPORAN U TAM A

masalahan yang kompleks. Kedua, melakukan pembinaan terhadap SAI.

Strategi ketiga, melakukan veriikasi

dan validasi inventarisasi penilaian aset ke daerah-daerah yang memili-ki perbedaan hasil inventarisasi dan penilaian. Keempat, rekonsiliasi data dengan melakukan langkah-langkah kerja ke daerah-daerah yang memiliki data SIMAK, TGR, SAKPAN, SAPP, dan lain-lain. Strategi kelima, menyu-sun laporan keuangan konsolidasi, menghimpun laporan keuangan ting-kat wilayah dan tingting-kat pusat.

Kedua, building

compe-tency. Strateginya adalah menyu-sun pedoman akuntansi dan lapor-an keulapor-anglapor-an untuk MA dlapor-an badlapor-an peradilan yang di bawahnya.

Ketiga, pendampingan yang

terarah. MA membuat MOU dengan BPK di bidang manajemen keuang-an, pendampingan dalam pengelo-laan keuangan yang baik dan pen-dampingan untuk me-review laporan keuangan.

Keempat, konsolidasi yang

baik. Ada tiga langkah yang dilaku-kan oleh tim. Pertama, bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM, menyelesaikan warisan harta gono gini dari Kementerian Hukum dan HAM pasca satu atap. Sebab, warisan tersebut bukan hanya aset tetapi juga berbagai permasalahan-nya. Kedua, bekerja sama dengan BPK, antara lain menyediakan doku-men sumber yang diperlukan untuk keperluan audit BPK, lalu menindak-lanjuti temuan-temuan BPK. Personil BPK yg mengaudit keuangan MA ditempatkan di titik-titik strategis di pusat maupun di daerah. Tim segera menindaklanjuti temuan-temuan BPK secara komprehensif.

Ketiga, bekerja sama dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional). Kare-na MA ingin melaksaKare-nakan perce-patan bukti kepemilikan atas tanah-tanah yang dimiliki pemerintah cq Mahkamah Agung.

Tidak hanya sampai di

lang-kah-langkah tersebut, lalu rintangan datang. Selisih IP hasil yang

su-dah ix menurut MA yang

diperkuat oleh DJKN, ternyata tidak sesuai dengan BPK. Menurut BPK, selisih IP MA ma-sih ada Rp.67 miliar. Kabar itu menga getkan tim. Harus ke mana lagi meminta penilaian mengenai pengelolaan aset? Lembaga mana lagi yang kompeten se-lain DJKN?

Tim terus melakukan perbaikan. Versi BPK didalami dan dipelajari lagi. Satker yang mengelola SIMAK dipanggil un-tuk mendiskusikannya. Tim melaku-kan tata ulang verval sesuai dengan versi BPK, hingga selisih IP mencapai Rp.5 juta saja. Itu diselesaikan hanya dalam beberapa minggu. Sekali lagi, kerja keras dan komitmen bersama untuk berubah membuahkan hasil. Keajaiban terjadi ketika BPK melakukan rapat exit meeting pada Mei 2013 di gedung MA. Dr. Agung Firman Sampurna, SE., M.SI., salah satu perwakilan BPK yang ha dir pada rapat tersebut, mengatakan dalam sambutannya, MA bukan hanya luar biasa tetapi ajaib, karena: pertama, MA me ngelola keuangan yang tidak sedikit, 50,57 T (tahun 2012); kedua, satuan kerjanya ba nyak, yaitu 842 satuan kerja, dan mengelola DIPA seba nyak 830; ketiga, MA mengelola infrastruktur dalam jumlah besar, ya-itu 861 gedung, 4.544 rumah dinas, 6.490 kendaraan dinas roda dua, dan 3.833 kendaraan dinas roda empat.

(23)

Ini bukan main-main, sangat compli-cated, apalagi beberapa aset adalah warisan dari Kemenkumham. Tetapi semua itu bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang sangat singkat, kurang lebih satu tahun dan men-capai opini laporan keuangan yang terbaik, yaitu WTP. Inilah prestasi fenome nal. Kenapa? Karena yang dikelola dari seluruh permasalahan yang ada bisa diselesaikan dalam waktu yang sa ngat singkat Sambut-an Agung FirmSambut-an disambut aplaus meriah dari semua hadirin.

Mempertahankan Wibawa Lembaga

Setelah memperoleh WTP, wajar jika seluruh warga MA ingin mem-pertahankan prestasi ini. Menurut Nurhadi, di tahun 2013 ini, semua harus bekerja lebih keras lagi. Harus melebihi prestasi tahun 2012.

Capaian MA di tahun 2012 bu-kan hanya WTP. Ada capaian lain dari hasil kerja keras semua pihak. Pertama, penyerapan anggaran 2012 mencapai 95,07%. Mengingat jumlah satker yg besar, realisasi penyerapan pengelolaan keuangan MA itu adalah yang terbaik dari seluruh lembaga dan kementerian dari Kementerian Keuangan. Kedua, MA keluar dari daftar perawatan (ICU) BPK dan BPKP. MA dianggap sudah mampu berdiri sendiri. Capaian ini sudah memberikan kontribusi terhadap kewibawaan lembaga, setidaknya dari sisi kesekretariatan.

Mencapai hasil baik memang sulit. Tapi mempertahankannya juga tak mudah. Untuk itu seluruh kom-ponen (SDM) bergerak untuk beker-ja lebih keras lagi. Di tahun 2013 ini

tantangan nya lebih berat, karena kendala DIPA bertaburan bintang, sehingga baru bisa start di bulan ke-enam. Sedangkan tahun 2012 kegiat-an sudah mulai sejak awal tahun.

Capaian WTP tidak serta-mer-ta menyelesaikan PR. BPK masih memiliki catatan-catatan kecil. Tim bertekad dan berkomitmen, di sam-ping mempertahankan opini WTP, juga akan menghilangkan catatan-catatan kecil BPK tersebut, meski-pun kecil dan sifatnya immateriil, arti nya tidak akan mempengaruhi opini. Catatan-catatan kecil tersebut mi salnya kurang tertib melaporkan saldo BMN. Atau BNBP, masih ada laporan realisasi keuangan yang ti-dak sesuai dengan tupoksi MA.

Catatan-catatan kecil, jika tidak diselesaikan, tidak akan mempe-ngaruhi apa-apa. Tetapi tim mem-punyai standar bahwa semua harus

excellence, harus rapi. Pengalaman masa lalu menjadi pembelajaran, karena mengabaikan yang sepele la-ma-lama menjadi besar.

MA memiliki rencana jangka panjang dan jangka pendek. Jika melihat ke cetak biru, pembaruan MA menuju peradilan yang agung dalam 25 tahun. Sekretariat sendiri memiliki obsesi capaian dari segi infrastruktur selesai tahun 2018. Artinya, lima ta-hun ke depan, mulai tata-hun 2014, bisa selesai. Infrastruktur yang pertama adalah gedung; kedua, rumah dinas; dan ketiga, kendaraan dinas. Sekre-taris sudah melakukan budgeting ang garan yang akan digunakan seki-tar 6,8 triliun dalam jangka 5 tahun. Nilai itu mengacu pada rata-rata be-lanja modal MA, yang di tahun 2012 sekitar 950 miliar.

Sedangkan jangka pendek, MA mencanangkan CTS/SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) bekerja sama dengan C4J. Seluruh pengadilan umum 352 satker wajib hukumnya menggunakan SIPP. Arti-nya, peradilan umum di tahun 2013 sudah otomatis online.

Pada 2013 untuk memperbaiki infra-struktur, untuk urusan jaringan, MA bekerja sama dengan Telkom. MA berusaha untuk mengatasai masalah besar terhadap jaringan ini. Semua itu untuk perbaikan dan transparansi lembaga ini.

Dan, yang tetap diperjuangkan dan dipertahankan adalah keingin an untuk menciptakan good and clean government, harus akuntabel, trans-paran. Semua hal, termasuk DIPA, tidak ada yang ditutupi. Ukur annya adalah MA periode 2012. Ini perta-ma kalinya MA transparans, karena RKAKL MA 2012, baik di pusat mau-pun daerah, sudah dimasukkan ke website. Baik besarannya maupun pemakaiannya tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Semua pihak bisa mengetahui pagu MA, cukup dengan melihat website.

(24)

LAPORAN U TAM A

TAH U N 2012 Mahkamah Agung memperoleh dua penghar-gaan dari pemerintah. Pertama, penghargaan atas pelaksanaan an-ggaran dan penyerapan anan-ggaran MA. Kedua, opini WTP (Wajar Tanpa Pengecuali an) dari BPK.

Penghargaan pertama didapat atas pelaksanaan anggaran dan penyerapan anggaran MA yang men-capai 95,07%. Capaian itu menem-patkan MA di posisi urutan pertama di antara K/L yang sentral. Adapun penghargaan kedua, opini WTP (Wa-jar Tanpa Pengecualian), diperoleh setelah BPK melakukan audit keuan-gan dan audit SIMAK-BMN. WTP yang diperoleh MA adalah WTP mur-ni tanpa melalui tahapan WTP-DPP, loncat dua kali. Hal ini jarang

didapat-kan oleh instansi yang lain.

Kedua penghargaan itu me-nyangkut anggaran. Dan di internal MA, Badan Urusan Administrasi (BUA) adalah bagian yang sangat menentukan dalam proses peren-canaan dan pelaksanaan anggar-an. Oleh karena itu, layak disoroti bagaimana seluk-beluk BUA mena-ngani bidang yang sensitif ini.

BUA, di bawah pimpinan Dr. Drs. Aco Nur, M.H., membawahi 7 biro: Perencanaan dan Orga nisasi, Per-lengkapan, Keuangan, Kepegawaian, Hukum dan Humas, Kese kretariatan Pimpinan, dan Biro Umum. Khusus menyangkut anggaran, BUA mempu-nyai tugas memproses dan memper-juangkan anggar an di delapan ratus empat puluh dua (842) satker

(pen-gadilan) di seluruh Indonesia. Tugas itu dilaksanakan berdasarkan ren-cana anggaran yang diajukan oleh masing-masing satker (pengadilan).

Struktur anggaran MA setiap ta-hun didapatkan berdasarkan penga-juan rencana anggaran dari seluruh pengadilan di empat lingkungan peradilan, yang dituangkan dalam K/L dari seluruh satker. RKA-K/L diajukan ke MA melalui BUA c.q. Biro Perencanaan untuk dilakukan koreksi/evaluasi rencana anggaran, kemudian disampaikan kepada Di-rektorat Jenderal Anggaran di Ke-menterian Keuangan. BUA, c.q. Biro Perencanaan, berperan sebagai ko-rektor sekaligus fasilitator dalam hal pembahasan anggaran di Kemen-terian Keuangan bersama Biro

Pe-Tra nspa ra nsi da n Ak unt a bilit a s

Angga ra n M A

Dr. Drs. Aco Nur , MH.

(25)

rencanaan dan Panitera/Sekretaris dan Wakil Sekretaris tingkat banding seluruh Indonesia. Menurut Aco Nur, mereka inilah yang berusaha meya-kinkan Kementerian Keuangan dan mempertahankan anggaran yang diajukan oleh masing-masing satker (pengadilan). “Hasil penyampaian mereka menjadi dasar Kementerian Keuangan untuk memberikan ang-garan kepada MA dan pengadilan di empat lingkungan peradilan seluruh Indonesia,” jelas Aco Nur.

Proses memperjuangkan dan mempertahankan anggaran ini bu-kan hanya melalui Kementerian Keuangan, tapi juga Bappenas dan Komisi III DPR. Dari hasil perjuang-an melalui tiga instperjuang-ansi ini keluarlah apa yang dinamakan “pagu indika-tif” (pagu sementara). Pagu indikatif ini kemudian dikomunikasikan dan

dikonsultasikan serta dibagikan ke semua pengadilan di seluruh Indo-nesia berdasarkan pengajuan yang tertuang dalam RKA-K/L ma sing-masing satker.

Kementerian Keuangan tidak pernah mengabulkan seluruh ren-cana anggaran yang telah diajukan oleh MA dan satker di bawahnya. Menurut Aco Nur, biasanya, dari nilai anggaran yang diajukan MA, paling tinggi 60% yang disetujui oleh Ke-menterian Keuangan, Bappenas dan Komisi III DPR. Maka dalam pemba-gian pagu indikatif yang telah disetu-jui oleh Kementerian Keuang an dan Bappenas digunakan skala prioritas. Dipilah antara rencana kerja yang perlu diberikan dan yang harus di-tunda untuk tahun berikut nya ber-dasarkan hasil komunikasi dengan satker empat lingkungan peradilan.

Begitulah struktur dan prosedur pen-gajuan ang garan MA dan satker di bawahnya sampai mendapat

angga-ran deinitif.

Alokasi anggaran MA dan sat-ker di bawahnya setiap tahun se-lalu berbeda besarannya, tergan-tung kualitas dari perencanaan dan data dukung dari anggaran yang kita rencanakan serta kemampuan keuangan negara (APBN). Sebagai contoh, pada tahun 2012, rencana anggaran yang diajukan oleh MA dan pengadilan di bawahnya sebesar Rp. 9.363.720.822.000, sedang ang-garan yang disetujui pemerintah se-banyak Rp.5.107.469.009.000.000. Tahun 2013 diajukan sebesar Rp.9.227.340.234.000, disetujui se-besar Rp.5.325.898.740.000, belum termasuk APBN-P tahun 2013

sebe-NO PERIHAL RIIL/USULAN DISETUJUI PEMERINTAH

1 Belanja Pegawai 3. 942.427. 369. 000 3. 095. 920. 086. 000

NO PERIHAL RIIL/USULAN DISETUJUI PEMERINTAH

1 Belanja Pegawai 3. 615. 062. 775. 000 3. 299. 671. 397. 000

(26)

LAPORAN U TAM A

NO PERIHAL RIIL/USULAN DISETUJUI PEMERINTAH

1 Belanja Pegawai 5. 670. 130. 665. 000 5. 387. 042. 849. 000

Tahun Belanja Barang dan modal Total Anggaran 2012 2.011.548.923.000 5.107.469.009.000 2013 2.026.227.343.000 5.325.898.740.000 2014 1.838.048.300.000 7.225.091.149.000

sar 1,9 triliun rupiah yang disebabkan adanya PP No.94 tahun 2012 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim dan Perpres No. 05 tahun 2013 ten-tang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim ad hoc. Tahun 2014, diajukan sebesar Rp.11.970.022.855.000, tapi hanya Rp.7.225.091.149.000 yang disetujui. Anggaran MA dan peng-adilan di bawahnya yang diajukan ke Menteri Keuangan dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Minim Anggaran Belanja Ba-rang dan Modal

Seperti disampaikan di atas, ti-dak pernah rencana anggaran yang te lah diajukan oleh MA dan satker di bawahnya disetujui 100%. Biasanya, paling tinggi 60% yang disetujui oleh Kementerian Keuangan, Bappenas dan Komisi III DPR. Dan menurut

Aco Nur, dari total anggaran deinitif,

pemerintah selalu mengeluarkan ke-bijakan pemotongan, rata-rata 10%

setiap tahun. Dari anggaran deinitif

yang disetujui Pemerintah, anggaran belanja yang paling dominan (besar) adalah belanja pegawai, yaitu sekitar 80%. Sisanya 20% dibagikan pada belanja barang dan belanja modal. “Rata-rata belanja barang mendapat-kan 11%, sedang belanja modal mendapatkan 9%,” jelas Aco Nur.

Belanja modal yang hanya 9% itu diperuntukkan terutama bagi pembangunan pengadilan baru, ter-masuk Pengadilan Tipikor, PHI, dan pembentukan pengadilan baru yang disebabkan pembentukan kabupat-en/kota dan propinsi baru, yang me-merlukan dana yang cukup besar. Ini dalam rangka penerapan peraturan perundang-undangan tentang pem-bentukan pengadilan khusus di se-tiap provinsi. Selain itu, ada pemba-ngunan prototipe pengadilan, rehab pengadilan, rehab serta pembangu-nan rumah dinas dan sarana trans-portasi. “Terjadi keterlambatan dalam proses pembangunan gedung pen-gadilan, pembentukan peng adilan

baru maupun pembangunan rehab gedung kantor, rumah dinas dan pro-totipe pengadilan serta sarana trans-portasi,” keluh Aco Nur me nyangkut kecilnya anggaran belanja modal yang digelontorkan pemerintah.

Political Will Pemerintah dan

DPR

(27)

NO PERIHAL ALOKASI

1 Belanja Barang Operasional

- Kebutuhan sehari-hari perkantoran Antara lain: ATK, perlengkapan fotokopi atau komputer, biaya keamanan dan kebersihan

- Langganan daya dan jasa Antara lain: Langganan listrik, telepon, air, jasa pos

- Pemeliharaan Kantor Antara lain: Pemeliharaan gedung, sarana prasarana kantor, pemeliharaan kendaraan bermotor.

- Pembayaran terkait operasional kantor

Antara lain: Pelantikan/pengambilan sumpah jabatan, Ke-protokoleran, pemeriksaan kesehatan

- Layanan Perkantoran Antara lain: Pembayaran gaji, tunjangan, uang makan 2 Belanja Barang Non Operasional

Antara lain : Bimtek Persuratan Bimtek Kepegawaian Bimtek Perlengkapan Bimtek Keuangan

Bimtek Perencanaan dan Anggaran

3 Belanja Modal - Pengadaan Sarana dan Prasarana di Lingkungan MA

- Kendaraan Bermotor

Antara lain: Kendaraan Pejabat Negara, kendaraan pejabat eselon 1, kendaraan pejabat eselon II, kendaraan eselon III, kendaraan roda 6, kendaraan roda 4 dan kendaraan roda 2

- Perangkat Pengolahan Data

Antara lain: Laptop, komputer, printer, scanner, LCD/ proyektor

- Peralatan Fasilitas Kantor

Antara lain: Meubelair, AC, lemari berkas, genzet, brankas, lit, dll.

- Gedung/Bangunan

Antara lain: Gedung, taman, tempat parkir, pagar, pos peng-amanan

ALOKASI ANGGARAN BELANJA BARANG DAN MODAL

MA melakukan pendekatan ke Menteri Keuangan, Bappenas, Komisi III DPR untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang sebenarnya. “Kita menjelaskan bah-wa seharusnya MA tidak dikenai

pemotongan karena MA telah melak-sanakan peng anggaran yang baik,” kata Aco Nur. Aco Nur benar. Terbukti untuk tahun 2012 MA mendapat urut-an nomor 1 dalam hal penyerapurut-an anggaran di antara instansi-instansi

(28)

LAPORAN U TAM A

Wa w a nc a ra de nga n

Dr. Drs. Ac o N ur, M .H . (K a BUA)

Apakah anggaran MA yang disetujui Peme rintah setiap tahun mencukupi?

Tidak mencukupi. Anggaran yang kita ajukan untuk setiap tahunnya hanya disetujui sekitar 60%. Padahal ang garan yang kita ajukan itu berdasarkan kebutuhan riil, sesuai dengan saran Menteri Keuan-gan. Akibatnya, ada kegiatan pada tahun berjalan untuk sementara di-pending.

Apakah kegiatan yang di-pending itu ti-dak bisa diajukan pada tahun berikutn-ya?

Bisa. Rencana kegiatan yang di-pending untuk tahun 2012 karena anggaran yang disetujui sangat terbatas, kita ajukan lagi pada tahun 2013 atau tahun berikutnya untuk kesinambungan proses pembangu-nan pengadilan yang kita sama-sama harapkan.

Menghadapi pemotongan anggaran, apa yang dilakukan MA?

Memberikan penjelasan dan meyakinkan Kemente-rian Keuangan, Bappenas, dan Komisi III, bahwa pemo-tongan tidak sesuai dengan aturan main yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. MA pada tahun 2012 seharusnya mendapatkan reward tidak dipotong, karena MA mampu melakukan penyerapan anggaran sebesar 95,07%, nomor urut satu dari jumlah satker terbanyak dan instansi yang masih sentral. Dengan prestasi itu, seharusnya MA terle-pas dari pemotongan, sesuai dengan regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Ini yang kami sampaikan, sehingga pemotongan yang semula jumlahnya 147 miliar rupiah dikurangi menjadi 19,9 miliar rupiah untuk tahun ang garan 2013.

Dengan anggaran sebesar itu, pos mana

yang paling besar alokasinya?

Alokasi anggaran setiap tahun yang paling besar adalah belanja pegawai, yaitu sebesar 80%. Sisanya 20% dibagikan pada belanja barang dan belanja modal. Se-harusnya pemerintah menambah anggaran untuk belanja barang dan modal untuk membuktikan tingkat konsistensi terhadap kebijakan yang telah diambil dalam rangka pem-bentukan pengadilan khusus dan pengadilan baru akibat dari pembentukan provinsi, kota dan kabupaten yang baru.

Biro apa yang memberikan dukungan kepa-da Bapak kepa-dan bagaimana pembinaan kepa-dan koordinasinya?

Semua biro mendukung keberhasilan tugas dan fung-si BUA. Khusus menyangkut anggaran, ada 2 unit yang terkait erat, yaitu Biro Perencanaan dan Biro Keuangan. Kedua unit ini yang melakukan pembinaan terhadap pe-rencanaan dan pelaksanaan anggaran. sehingga pada ta-hun 2012 penyerapan anggaran di MA mencapai 95,07%

(29)

dari 842 satker. Itu berarti MA dan badan peradilan di bawahnya sudah menerapkan ketentuan menyangkut penganggaran yang baik. Lagipula, laporan keuangan MA sudah dinilai oleh BPK dan tidak ditemukan hal-hal yang sifatnya menghambat untuk memperoleh opini WTP (Wa-jar Tanpa Pengecualian). Ini menunjukkan bahwa telah terjalin komunikasi, koordinasi, kerjasama dan komitmen untuk membangun peradilan yang lebih baik.

Mengenai opini WTP dari hasil audit BPK, apa pendapat Bapak?

Opini WTP yang diperoleh MA pada tahun 2012 me-rupakan hasil kerja keras semua unsur yang ada di MA dan badan peradilan di bawahnya. Keberhasilan ini su-dah lama kita idam-idamkan, tapi baru sekarang MA mendapat kannya, sedangkan instansi yang lain sudah lebih dulu mendapatkan WTP. MA termasuk yang terakhir. WTP baru diperoleh MA tahun 2012 karena sebelumnya kita mewarisi banyak problem setelah adanya kebijakan satu atap peradilan di bawah MA. Dari tahun 2006 sampai 2012, kami mengelola warisan SIMAK BMN dari Depar-temen Kehakiman dan DeparDepar-temen Agama yang mem-punyai masalah yang banyak, namun kami kelola dengan baik sampai mencapai WTP.

Menurut bapak, WTP itu suatu prestasi atau sesuatu yang biasa?

Menurut saya, itu merupakan prestasi yang luar biasa dan hasil kerja keras seluruh elemen yang ada di MA dan badan peradilan di bawahnya. Coba kita lihat opini dari tahun 2007 sampai dengan 2009 laporan MA disclaimer, 2010 dan 2011 opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Tahun 2012 sudah WTP tanpa melalui WTP-DPP. Jadi, kalau kita bandingkan dengan institusi atau K/L yang lain, hasil itu adalah prestasi yang luar biasa karena kita me-ngelola aset 10 triliun rupiah lebih dan punya problem be-sar akibat dari warisan Departemen Aga ma, Hukum dan HAM, dan Pertahanan dan Keamanan, ditambah meng-koordinasi 842 satker di seluruh Indonesia. Bahkan, waktu Ketua dan Sekretaris MA menerima opini WTP kemarin, BPK mengatakan bahwa MA sebenarnya bukan hanya mengelola 842 satker (DIPA), melainkan mengelola 1.603 DIPA karena setiap peng adilan mempunyai 2 DIPA. BPK tidak hanya melihat jumlah satkernya, melainkan

memerik-sa DIPA. Jadi, ini prestasi yang luar biamemerik-sa. Tidak ada memerik-satker di Indonesia ini yang mempunyai 1.603 DIPA.

Mengenai koordinasi penghematan dan pe-ngendalian anggaran di lingkungan MA dan badan peradilan di bawahnya, Bapak bisa menjelaskannya?

Koordinasi yang dimaksudkan sebenarnya bukan sekedar penghematan anggaran, melainkan optimalisasi pemanfaatan anggaran. Apabila ada anggaran yang tidak bisa direalisasikan, maka anggaran tersebut harus cepat diajukan untuk direvisi agar bisa digunakan satker lain yang membutuhkannya, sehingga penyerapan anggaran

dan eisiensi anggaran dapat berjalan dengan baik. Di sini

perlu evaluasi dan pengawasan untuk mengetahui dan

mengidentiikasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan

anggaran.

Deteksi dini terhadap permasalahan sangat diperlukan. Apabila kita menemukan hambatan yang tak bisa diatasi, anggaran harus cepat direvisi, diinformasikan ke Biro Per-encanaan bahwa ada anggaran yang tidak mampu direal-isasikan, sehingga BUA dapat melakukan revisi anggaran untuk digunakan satker lain yang membutuhkan, sehingga manfaat dari anggaran tersebut dirasakan oleh pengadilan.

Di kementerian ada pengawasan internal yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal. Bagaimana dengan pengawasan internal di lingkungan MA?

Mengenai pengawasan internal dalam hal pelaksa-naan anggaran, kita selalu berkoordinasi dan dievaluasi oleh Badan Pengawas MA. Badan ini melakukan peme-riksaan rutin atau pemepeme-riksaan insidental berdasarkan laporan adanya pelaksanaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hasil wawancara dengan informan 3, bahwa LAZNAS Nurul Hayat menerapkan pengawasan secara langsung. Pengawasan dilakukan oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya

Hal ini dibuktikan dengan presentase grafik nilai kelas yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai kelas yang menggunakan media

Magnesium (Mg) saat ini merupakan salah satu jenis logam ringan yang dianggap sebagai salah satu kandidat potensial material hydrogen storage karena, secara teoritis,

Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman harus memenuhi persyaratan antara lain harus dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang

yang berkaitan dengan latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum pelatihan, (2) data yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, (3) data

Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak karena menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang

Ini akan menjadi kontraproduktif dan tragis apa bila hukum kendaraan bermotor, yang diciptakan untuk menyediakan jalan umum yang aman dan tertib, justru malah