• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR. Nim Mahasiswa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAMPIRAN FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR. Nim Mahasiswa :"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Nim Mahasiswa : 00000014819

(2)

Nama Mahasiswa : Charania Shenny Program Studi

Nama Dosen

: Ilmu Komunikasi

Pembimbing : Dr. Bertha Sri Eko M., M.Si.

NO TANGGAL

BIMBINGAN CATATAN BIMBINGAN

TANDA TANGAN PEMBIMBIN

G

1 01-Sep-20 memperbaiki BAB 3

2 28-Sep-20 mengirim hasil wawawancara

3 16-Okt-20 menambahkan narasumber agar seimbang

4 16-Nov-20 memperbaiki kalimat dan bagan konflik

5 11-Des-20 memperbaiki format dan hasil penelitian

6 18-Des-20 memperbaiki hasil penelitian di bab 4

7 21-Des-20 mengirimkan bab 5

8 23-Des-20 melengkapi penelitian

Cat:

Minimal bimbingan Skripsi/TA adalah 8 kali, Form wajib dilampirkan di laporan Skripsi

Dr. Bherta S.E.Murtiningsih

(3)

Nama Pembimbing

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

Narasumber : Mr SJ Kim dan Ibu Linda Pewawancara : Shenny

Tanggal dan Waktu Wawancara : 15 November 2020, pukul 15.30 - selesai

(4)

Hasil Wawancara

Pernikahan Antarbudaya, Manajemen Konflik Antarbudaya, Kepercayaan, Nilai dan Norma, Negosiasi Wajah

a. Perbedaan latar belakang budaya dan sistem nilai

1. Apakah setiap pasangan merasakan adanya perbedaan yang terjadi di dalam kehidupan perkawinan?

Perbedaan-perbedaan yang seperti apa? K : istri saya ternyata tidak selalu menuntut seperti apa yang dikatakan oleh banyak orang kalau etnis Jawa itu dapat memahami perbedaan, ternyata pendapat itu benar karena istri saya juga begitu. Dia juga termasuk orang yang sabar dan yang istri saya juga mau bicara secara terus terang atau apa adanya apabila adanya kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi

L : Suami saya merupakan orang yang cenderung sedikit tertutup dan terkadang juga sedikit memiliki sifat yang emosional juga, menurut saya mungkin dikarenakan adanya tekanan dari pekerjaan. tetapi akhir-akhir sudah jauh berkurang kondisinya dan lebih stabil emosinya, makanya saya sering ajak suami saya agar ikut kegiatan sosial disekitar lingkungan agar ia agak lebih rileks

2. Apakah pasangan merasakan adanya perbedaan sistem nilai antara dia dengan pasangannya?

K : pastinya adanya perbedaan, seperti tradisi pernikahan maka Kami tidak menggunakan salah satu budaya dari kita, melainkan kami melakukannya secara nasional saja. Kami lebih mengkedepannya tata cara keagamaan seperti agama Kristen. kami menggunakan pakaian pernikahan yang nasional tidak menggunakan pakaian Jawa atau pakaian kultur Korea. L : banyak

(5)

perbedaan, terutama dari Bahasa, saya kurang fasih dalam berbahasa Inggris, sehingga awalnya suami saya lebih sering mencoba menggunakan Bahasa Indonesia, dimana dia juga terkadang masih terbata- bata, tetapi sekarang ini dia sudah lancar dalam menggunakan

Bahasa Indonesia sehingga kesalahpahaman dapat kami hindari

3. Bagaimana persepsi dan sikap responden terhadap perbedaan latar belakang dan sistem nilai antara dia dan pasangan?

K : dalam menghadapi perbedaan dalam melaksanakan pernikahan, kami menggunakan pakaian pernikahan yang nasional tidak menggunakan pakaian Jawa atau pakaian kultur Korea. Sebelum dilaksanakan upacara perkawinan, beberapa hari sebelumnya kami melakukan diskusi dengan keluarga untuk ini, dan ternyata baik keluarga Korea maupun Jawa juga tidak ada yang mempermasalahkan. Untuk adat daerah Jawa atau rangkaiannya itu tidak perlu kami lakukan, tetapi kami cukup melakukan acara doa di rumah masing- masing. Dari semua itu yang paling penting bagi kami adalah sah di depan Tuhan serta kitab suci kami juga di mata hukum

L : perbedaam dating dari orang tua, Pada awalnya orang tua menginginkan saya untuk menggunakan adat Jawa dalam melaksanakan acara resepsi pernikahan, tetapi setelah kami diskusikan lagi yang cukup lama, akhirnya mereka setuju jika acara pernikahan tersebut dilakukan tanpa menggunakan budaya manapun, yang terpenting bagi kami adalah sah secara agama dan negara

b. Perbedaan dalam menghadapi konflik

(6)

1. Bagaimana pasangan menangani setiap masalah yang muncul K : Kalau memang istri saya memberikan masukan atau pendapat yang baik agar kami dapat segera keluar dari persoalan, maka kenapa tidak masukan itu diterima. Saya tidak ada masalah siapa saja yang memiliki pemikiran yang baik lebih dulu. Yang terpenting adalah setiap persoalan harus dibicarakan secara terbuka satu sama lain, karena ini yang dinamakan sudah suami istri

L : Ketika menghadapi suatu persoalan dalam pernikahan, kadang dengan menggunakan pemikiran kami berdua jadi lebih dapat melihat dari berbagai sudut pandang. Jadi ya terkadang suami yang memberikan masukan jalan keluar, kadang saya juga memberikan jalan keluar

2. Apa perbedaan – perbedaan dalam perkawinan anda cukup mengganggu apa tidak. Jika iya mengapa

K : Saat ini di sini sudah jauh sangat tidak terlalu kelihatan lagi budaya Jawa dan Korea seperti apa yang terjadi dahulu di awal pernikahan. Sekarang ini yang terlihat hanya secara fisik kami saja. Kalau ajaran budaya sudah tidak terlalu kelihatan kembali, bahkan di rumah orang tua saya sekarang tidak kelihatan seperti rumah orang Korea

Pada komunikasi antarbudaya, faktor budayalah yang akan memberikan pengaruh besar dalam setiap aspek ketika melakukan kegiatan komunikasi :

(7)

A. Submission (Pencelupan)

1. Bagaimana penyesuaian yang dilakukan terhadap keadaan, seperti keluarga besar tidak setuju?

K : Pada awal pernikahan kami memang lebih sering berkumpul dan mengunjungi keluarga istri saya di Solo, apalagi karena sekarang kami memilih untuk tinggal di Jakarta. Tetapi pada akhirnya, kurang lebih enam tahun kemudian kami dapat lebih leluasa berhubungan dengan keluarga istri saya yang berada di Solo. Apalagi kemudian terkadang saya mengajak orang tuanya untuk mengunjungi kami di Jakarta

L : Karena pada dasarnya kami memiliki perbedaan yang cukup banyak, seperti perbedaan etnis, agama hingga kewarganegaraan Semuanya harus melalui proses penyesuaian yang lumayan Panjang, tetapi yang paling penting adalah keinginan untuk saling menyesuaikan diri satu dengan yang lainnya. Dia bukan berasal dari keluarga yang sangat fanatic atau segala sesuatunya harus mengikuti budayanya. Setelah kami berdua berdiskusi, menurut kami lebih baik kalau masingmasing menjalankan hal apapun yang selama ini telah dijalankan dengan baik, baik dari agama, budaya, maupun pola pikir. Pokoknya tidak ada yang boleh memaksakan kehendak

2. Bagaimana cara untuk meredam ketegangan dengan berupaya melakukan pendekatan secara persuasif kepada keluarga? K : Bagi saya, saya harus dapat menjadi jembatan atau penghubung antara keluarga saya secara keseluruhan dengan istri saya maupun keluarganya. Saya tidak bisa hanya condong pada

(8)

salah satu pihak saja tanpa alasan yang jelas. Jadi ketika kami memutuskan untuk segera menikah, kami harus melakukan pendekatan secara perlahan dengan masing-masing keluarga. Istri saya harus selalu saya libatkan dalam hal ini agar keluarga bisa menilai bagaimana kepribadiannya, begitu pula sebaliknya karena jika hanya saya yang maju tidak akan ada gunanya. Butuh waktu agak lama, yaitu kurang lebih satu tahun, tetapi kemudian tidak ada lagi yang menghalangi dan menyatakan tidak setuju L : Untuk menghindari masalah menjadi suatu perkara yang lebih berat dan parah, pada akhirnya saya setuju untuk menerima segala perbedaan budaya ini, karena saya meyakini betul dan paham bahwa laki-laki pilihan saya adalah orang yang baik dan penuh tanggung Jawab, jadi tidak ada masalah bagi saya untuk mengikuti budayanya

B. Obliteration (Penghapusan)

1. Perbedaan budaya, agama dan kewarganegaraan merupakan persoalan kompleks yang dialami oleh pasangan, bagaimana cara menanggapi perbedaan tersebut?

K : Walaupun kami melaksanakan pernikahan secara nasional, tetapi sebenarnya kami sedikit menggunakan tradisi budaya Jawa, saya dan orang tua saya tidak keberatan. Mereka setuju saja dengan pilihan. Meskipun demikian setelah acara tersebut, saya tetap mengakui bahwa saya berasal dari kebudayaan korea

L : Meskipun saya memiliki toleransi yang cukup tinggi, pergaulan saya juga luas, tetapi saya sangat percaya pada tradisi budaya Jawa yang saya anut.

(9)

2. Apakah pasangan tidak keberatan untuk tidak melangsungkan upacara pernikahan tanpa menggunakan ritual adatnya?

L : Saya minta suami saya melakukan tradisi tersebut. Dia bersedia, tetapi saya tahu kalau dia tidak paham makna yang sesungguhnya

C. Kompromi

1. Meskipun budaya yang dimiliki sebagai latar belakang tidak sama, tetapi ada beberapa makna dalam budaya satu dengan lainnya yang sama.

Bagaimana upaya melakukan kompromi untuk menghindari terjadinya perselisihan?

K : Memang awalnya waktu itu kami sepakat untuk tidak melakukan sesuatu yang ekstrim. Kami tidak akan memaksakan kehendak kami sendiri tanpa persetujuan dari keluarga karena semuanya akan kami jalani sesuai dengan jalurnya, sehingga pada saat kami memutuskan untuk menikah, kami sebisa mungkin menghindari terjadinya perbedaan pendapat

L : Pokoknya kami berdua memang telah setuju untuk tidak terlalu memaksakan kehendak kami berdua, karena kalau memang berniat untuk hidup bersama-sama maka harus diupayakan usaha semaksimal mungkin, tapi tidak dengan menentang keinginan masing-masing

2. Kesalahpahaman apa yang paling menonjol dalam komunikasi antarbudaya yang dialami oleh keluarga perkawinan antarbudaya? K : Pada awalnya sangat jelas kalua keluarga saya sempat melarang pada

(10)

pernikahan ini, karena mereka ingin saya menikah dengan orang yang memiliki budaya yang sama, pernikahan dengan perbedaan budaya memiliki risiko perceraian yang sangat tinggi

L : Orang tua sangat menentang saya akan menikah dengan orang Korea. Saya kurang memahami alasannya, tapi kalau pun ada alasan, buat saya tidak masuk akal pastinya karena mereka berpikiran sedikit kuno

D. Konsensus

1. Perkawinan yang dipersiapkan secara matang oleh setiap pasangan mengharuskan pasangan menerima perbedaan. landasan apa yang mutlak dijadikan landasan kehidupan rumah tangga? apakah agama atau budaya?

K : Kalau saya lebih berpegang teguh pada keagamaan atau tingkat religius yang dimiliki oleh calon pasangan saya. Pada saat saya mengenal dia, kami sama-sama aktif didalam kegiatan kerohaniaan gereja yang sama. Jadi hal tersebut telah buat saya melihat bagaimana kualitas dari calon pasangan saya, hal itu diluar segala sifat-sifat orang Jawa lainnya

L : Ya, kalau menurut saya dan suami, agama adalah sebuah dasar yang paling kuat dibandingkan dengan tradisi budaya kami masing-masing. Kalau pun masing-masing keluarga kami melakukan ritual, tetapi saya melihat hal itu semua hanyalah sebuah tradisi. Makna yang sesungguhnya ada didalam pelaksanaan agama yang telah kami yakini sejak lama. Jadi menurut kami pada waktu kami sepakat

(11)

kalau agama yang akan kami jadikan pijakan dalam perkawinan dan keluarga

2. Bagaimana sudut pandang dalam melihat ketidaksetujuan anggota keluarga tentang hubungan berbeda budaya?

K : Memang waktu itu kami sepakat untuk tidak melakukan sesuatu yang ekstrim. Kami tidak akan nekad melakukan kehendak sendiri. Semuanya akan kami jalani sesuai dengan jalurnya. Jadi pada saat kami memutuskan untuk menikah, keluarga besar akhirnya mau menerima juga

L : Pokoknya kami berdua memang sepakat untuk tidak terlalu memaksakan kehendak berdua.

Kalau memang berniat untuk bersamasama ya harus diupayakan semaksimal mungkin, tapi tidak dengan menentang keluarga masing-masing

Nilai Sosial dan Nilai Budaya Keluarga Kawin Antarbudaya A. Kepercayaan

1. Bagaimana cara menanggapi adanya perbedaan agama?

K : Kalau pendapat kami berdua agama merupakan dasar yang paling kuat dibandingkan dengan tradisi budaya kami masing-masing. Kalau pun masing-masing keluarga kami melakukan beberapa ritual yang dipercaya kebudayaan masing- masing, tetapi itu semua hanyalah tradisi belaka.

Makna yang sesungguhnya ada dalam pelaksanaan agama yang kami semua yakini. Jadi menurut kami, dari awal itu kami sepakat kalau agama yang akan dijadikan pijakan dalam perkawinan dan keluarga L : Yang penting sah seperti ada penghulu dan semuanya tercatat di KUA. Paling penting kami dapat menikah secara sah. Suami saya telah

(12)

memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa resmi menikah, sehingga dari sudut pandang agama memang saya sudah pikirkan dari jauh hari agar tidak berbeda karena kalau beda agama nanti malah repot mengurus perizinannya

2. Bagaimana anda memandang agama dalam sebuah pernikahan? K : Mungkin karena kami pada dasarnya telah memiliki keyakinan yang kuat, jadi kembali lagi bahwa agama yang kami jadikan pegangan dalam hidup. Misalnya salah satu dari kami sedang mengalami masalah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan maka akan dibantu dengan doa dulu sebelum berdiskusi tentang jalan keluar yang baik L : kalau menurut saya dan suami, agama adalah dasar yang paling kuat dibandingkan dengan budaya ataupun tradisi dari kami masingmasing.

Kalau pun masing-masing dari keluarga kami melakukan ritual, belum tentu saya juga akan melakukan hal yang sama.

Sesungguhnya agama adalah hal yang paling kami yakini

B. Nilai-Nilai

1. Nilai adalah karakteristik atau tujuan sebuah budaya yang diinginkan. Bagaimana anda menilai sosok pasangan yang memiliki etnis berbeda? K : Yang jelas istri saya berpendapat kalua ternyata dia tidak menuntut dan selalu menghormati perbedaan nilai budaya karena dari awal memang kita berbeda.

Kalau kata orang kalau etnis di Indonesia saat ini sedikit meterialistis, ternyata istri saya tidak begitu.

Dia juga termasuk orang yang sangat sabar dan yang saya suka istri saya mau bicara terus terang, apa adanya jadi tidak ada yang ditutupi

(13)

L : yang saya tahu tentang suami saya adalah dia orang pekerja keras terlihat dari dia mau meninggalkan tanah kelahirannya di Korea, dia juga sangat loyal pada pekerjaan yang ditekuninya. Dia juga laki-laki yang sabar, tapi sedikit tertutup padahal temannya ada banyak. Dan dia berbeda seperti yang dibilang tentang orang Korea yang keras, suami saya ternyata buka tipe yang seperti itu

C. Norma

1. Bagaimana kebudayaan anda memandang suatu norma budaya lain?

Bagaimana anda memandang budaya pasangan anda?

K : Keluarga besar saya hingga saat ini ada juga yang tidak setuju. Menyangsikan perkawinan saya akan Bahagia, tetapi di antara mereka ada juga ada yang memiliki istri orang Indonesia. Harusnya tidak ada pesoalan yang berarti

L : Keluarga saya yang keberatan waktu itu.

Keluarga saya itu masih ada keturunan dari suku Jawa tulen yang berasal dari leluhur, jadi banyak pertimbangan yang masih dipikirkan. Pria yang akan saya nikahi harus jelas asal usulnya, menurut mereka harus ditelusuri bagaimana riwayat keluarganya, adat dan kebiasaannya serta kualitas pria yang akan jadi pendamping. Terutama karena calon suami saya berkewarganegaraan asing, etnis Korea

Manajemen Konflik

1. Konflik dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan, yang dianggap sebagai ketidaksesuaian tujuan, nilai-nilai, harapan, proses ataupun hasil di antara dua atau lebih individu maupun kelompok. Bagaimana cara anda

(14)

menyelesaikan masalah yang diakibatkan perbedaan budaya?

K : Kalau penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda jelas itu ada. Tapi saya rasa wajar-wajar saja sih. Dan hal itu dialami oleh semua pasangan yang menikah dengan latar belakang budaya yang berbeda. Tapi, kalau menurut saya sih, bukan hanya berlatar belakang budaya saja yang beda. Apalagi kalau sampai terjadi konflik, tidak ada. Yang jelas kami mencegah sampai pada tahap itu. Sebelum semuanya jelas, tidak perlu dibahas lebih lanjut

2. Persoalan-persoalan dalam perkawinan antar budaya apa yang sering terjadi?

L : kalau kami tidak banyak kesalahpahaman yang terjadi dan berkaitan dengan budaya. Karena saya merasa, kami dasarnya memiliki pendidikan yang cukup untuk melihat suatu kondisi dalam konteks yang lebih luas. Kalau penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda jelas itu ada. Tapi saya rasa masih dalam tahap wajar-wajar saja dan itu dialami oleh semua pasangan

3. Bagaimana anda menganggap masalah yang diakibatkan oleh perbedaan budaya?

K : Apalagi kalau sampai terjadi konflik, tidak ada.

Yang jelas kami mencegah sampai pada tahap itu. Buat kami, agama tidak pernah mengajarkan untuk membuat konflik antara pasangan. Jadi karena agama yang dijadikan dasar hidup kami, ya, sebelum sampai pada konflik, kami sudah saling berusaha untuk memecahkan persoalan dengan kepala dingin tanpa perlu emosi yang berlebihan

(15)

L : Buat saya kalau ada masalah dalam pernikahan itu wajar. Mana ada rumah tangga yang jauh dari masalah apapun, tapi tidak ada masalah yang rumit untuk diselesaikan menurut kami berdua. Dengan dasar agama yang kuat, segala masalah bisa dipahami dengan lebih jelas.

LAMPIRAN 2 HASIL WAWANCARA

Narasumber : Mr You Won Ho dan Ibu Suryani Pewawancara : Shenny

Tanggal dan Waktu Wawancara : 22 November 2020, pukul 14.30 - selesai

Hasil Wawancara

Pernikahan Antarbudaya, Manajemen Konflik Antarbudaya, Kepercayaan, Nilai dan Norma, Negosiasi Wajah

c. Perbedaan latar belakang budaya dan sistem nilai

1. Apakah setiap pasangan merasakan adanya perbedaan yang terjadi di dalam kehidupan perkawinan? Perbedaan-perbedaan yang seperti apa?

W : Pada awalnya terdapat perbedaan dalam Bahasa yang sering menyebabkan kesalahpahaman antara saya dan pasangan yang disebabkan penggunaan kata yang tidak tepat, terkadang kami menggunakan Bahasa Indonesia, terkadang menggunakan Bahasa Inggris S : saya kurang fasih dalam berbahasa Inggris, sehingga awalnya suami saya lebih sering mencoba menggunakan Bahasa Indonesia, dimana dia juga

(16)

terkadang masih terbata-bata, tetapi sekarang ini dia sudah lancar dalam menggunakan Bahasa Indonesia sehingga kesalahpahaman dapat kami hindari

2. Bagaimana persepsi dan sikap responden terhadap perbedaan latar belakang dan sistem nilai antara dia dan pasangan?

W : Keluarga pasangan sangat mengikuti kebudayaan leluhurnya, saya kompromi Saya menggunakan tradisi adat Jawa dikarenakan permintaan dari keluarga pasangan, tetapi karena saya telah lama tinggal di Indonesia jadi saya tidak keberatan, keluarga saya pun juga tidak keberatan. Akhirnya kami melangsungkan pernikahan menggunakan adat

Jawa

S : Saya tetap menggunakan tradisi Jawa berdasarkan permintaan dari orang tua saya, tetapi suami tidak keberatan, bahkan orang tua dia datang juga. Dan dia setuju saja. Setelah menikah dia tetap tidak mempermasalahkan apabila ada kegiatan yang dilakukan berdasarkan budaya Jawa, karena menurut dia pribadi tidak masalah

d. Perbedaan dalam menghadapi konflik

1. Apakah setiap masalah yang muncul akan berujung terhadap pertengkaran pasangan. Mengapa

(17)

W : Tidak, karena dari sebelum menikah memang keluarga saya sudah tidak terlalu mengikuti kebudayaan korea karena kami sudah lama pindah ke Indonesia, jadi ketika menikah saya melakukan kegiatan seperti orang lain pada umumnya

S : Tidak, Orang tua saya memang sudah menanamkan budaya Jawa sejak saya kecil, memang terkadang saya masih menjalankan beberapa kebudayaan Jawa, karena menurut saya memang itu warisan yang harus tetap dilestarikan, tetapi saya tidak memaksa suami saya untuk mengkuti budaya Jawa tersebut, jadi kami tetap menjalankan kehidupan seperti biasa saja

2. Bagaimana pasangan menangani setiap masalah yang muncul W : Saya lebih banyak yang menentukan segala sesuatunya tetapi apabila permasalahan berkaitan dengan situasi di Jakarta, saya memerlukan masukkan dari istri saya karena dia yang lebih mengenal situasi disini

S : komunikasi 2 arah harus dilakukan karena saya tidak mau salah satu pihak lebih dominan, tetapi tetap keputusan memang harus diputuskan oleh suami saya

3. Apa perbedaan – perbedaan dalam perkawinan anda cukup mengganggu apa tidak. Jika iya mengapa

S : Sudah tidak mengganggu, keluarga saya juga melakukan hal seperti itu. Tampaknya yang masing tersisa mungkin hanya penggunaan bahasa Jawa, karena sulit melepaskan Bahasa yang telah digunakan sehari-hari, tetapi itu pun sudah tidak murni lagi.

Kalau mendengar orang di sini bicara bahasa Jawa sepertinya sudah bercamput dengan menggunakan

(18)

bahasa Indonesia, bahkan juga penggunaan bahasa Korea sedikit-sedikit seperti memberikan salam saja.

Mungkin karena sudah tinggal lama di lingkungan yang campuran seperti ini, jadi sudah tidak jelas lagi mana yang budaya Korea mana yang budaya Jawa

Pada komunikasi antarbudaya, faktor budayalah yang akan memberikan pengaruh besar dalam setiap aspek ketika melakukan kegiatan komunikasi :

E. Submission (Pencelupan)

1. Bagaimana penyesuaian yang dilakukan terhadap keadaan, seperti keluarga besar tidak setuju?

W : Perbedaan latar belakang seperti agama, kebiasaan, pola pikir dan etnis banyak ditemukan diawal pernikahan, tetapi setelah berjalan setahun, saya dan pasangan dapat menyatukan perbedaan.

Kami paham sedari awal bahwa pernikahan ini akan mengalami kendala dari perbedaan ini

S : Kami sebelumnya telah sepakat untuk mendasari keluarga ini dengan agama dibandingkan budaya.

Suami saya juga tidak setuju jika keluarga saling mencampuri urusan kebudayaan atau kebiasaan satu sama lain, dan saya setuju dengan itu

2. Bagaimana cara untuk meredam ketegangan dengan berupaya melakukan pendekatan secara persuasif kepada keluarga?

W : Saya memberitahu kepada istri tentang budaya Korea, tapi saya tidak memaksanya untuk dapat mengikuti, jadi apabila dia bertemu orang tua saya, dia mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan, begitupula sebaliknya, saya juga mempelajari kebudayaan Jawa

(19)

S : Penting untuk mengetahui kebudayaan dari pasangan, karena menurut saya didalam suatu pernikahan memang harus menyatukan 2 kebudayaan yang berbeda, jadi sedikit banyak saya harus tahu budaya dari pasangan

F. Obliteration (Penghapusan)

1. Perbedaan budaya, agama dan kewarganegaraan merupakan persoalan kompleks yang dialami oleh pasangan, bagaimana cara menanggapi perbedaan tersebut?

W : Kalau dari keluarga saya tidak ada keberatan sama sekali, tapi keluarga istri saya memang sedikit mempermasalahkan dan menentang. Terutama ayahnya yang kelihatan keberatan dengan kehadiran saya

S : Hanya ayah saya yang pada awalnya kelihatan sedikit menentang. Kalau saudara saya lainnya semua tidak mempermasalahkan. Karena memang saya merupakan anak perempuan satu-satunya, jadi saudara laki-laki saya tidak terlalu mempermasalahkan. Mereka mengutamakan yang penting menurut mereka baik untuk saya. Kalau kakak laki-laki saya yang paling besar bukan tidak setuju, tetapi dia lebih banyak memberitahu tentang sikap ayah yang tidak mengijinkan dan sebaiknya saya juga memperhitungkan persoalan dengan ayah saya itu

2. Apakah pasangan tidak keberatan untuk tidak melangsungkan upacara pernikahan tanpa menggunakan ritual adatnya?

(20)

W : Saya tidak keberatan untuk menghormati keluarga istri saya

S : Dia setuju untuk menggunakan tradisi saya untuk menghindari konflik dengan ayah saya yang pada awalnya kelihatan sedikit menentang

G. Kompromi

1. Meskipun budaya yang dimiliki sebagai latar belakang tidak sama, tetapi ada beberapa makna dalam budaya satu dengan lainnya yang sama. Bagaimana upaya melakukan kompromi untuk menghindari terjadinya perselisihan?

W : Kata istri saya dulu, keluarganya masih memiliki keturunan kerajaan, jadi mereka keberatan dengan latar belakang saya, tetapi akhirnya saya dapat meyakinkan keluarganya dan dapat menerima kebudayaan saya

S : Keluarga saya yang keberatan waktu itu. Kata Ibu saya, keluarga saya masih ada keturunan kerajaan, jadi keluarga saya memperhatikan bobot bibit bebet dari pasangan. Pria yang akan saya nikahi harus jelas asal usul keluarganya, menurut mereka. Betul- betul harus ditelusuri bagaimana riwayat keluarganya, adat dan kebiasaannya serta bagaimana kualitas dari pria yang akan jadi pendamping. Terutama karena calon suami saya berkewarganegaraan asing

2. Kesalahpahaman apa yang paling menonjol dalam komunikasi antarbudaya yang dialami oleh keluarga perkawinan antarbudaya? W : Keluarga saya tidak keberatan dengan keputusan saya karena mereka menyerahkan segalanya kepada saya

(21)

S : Awalnya keluarga saya menentang karena mereka lebih setuju apabila saya menikah dengan orang yang juga berasal dari kebudayaan

Jawa

H. Konsensus

1. Perkawinan yang dipersiapkan secara matang oleh setiap pasangan mengharuskan pasangan menerima perbedaan. landasan apa yang mutlak dijadikan landasan kehidupan rumah tangga? apakah agama atau budaya?

W : Saya setuju dengan permintaan istri agar saya memeluk agama katolik, karena istri saya termasuk orang yang taat beribadah S : Waktu menikah lalu suami saya pindah agama menjadi Katolik agar kami bisa menikah sah

Nilai Sosial dan Nilai Budaya Keluarga Kawin Antarbudaya A. Kepercayaan

1. Bagaimana cara menanggapi adanya perbedaan agama?

W : Paling penting agama. Saya juga telah berkomitmen untuk ikuti apa yang dipegang oleh istri. Dasar yang harus dikuatkan adalah agama, jadi setiap ada konflik kita akan berakar pada landasan agama

S : Mungkin karena saya dan suami memiliki dasar yang kuat, jadi kembali lagi, bahwa agama yang kami jadikan pegangan. Misalnya salah satu dari kami sedang mengalami kebuntuan, akan dibantu dengan doa dulu sebelum berdiskusi tentang jalan keluar yang baik

(22)

2. Bagaimana anda memandang agama dalam sebuah pernikahan? S : Karena saya memeluk agama Katolik, saya minta suami saya untuk melakukannya dengan cara agama Katolik. Dan dia setuju saja.

Setelah menikah dia tetap pada keyakinannya buat saya pribadi tidak masalah

B. Nilai-Nilai

1. Nilai adalah karakteristik atau tujuan sebuah budaya yang diinginkan. Bagaimana anda menilai sosok pasangan yang memiliki etnis berbeda? W : saya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan budaya dari pasangan

C. Norma

1. Bagaimana kebudayaan anda memandang suatu norma budaya lain?

Bagaimana anda memandang budaya pasangan anda?

W : Tidak banyak kesalahpahaman yang berkaitan dengan budaya. Karena saya merasa, kami memiliki pendidikan yang cukup untuk melihat suatu kondisi dalam wacana yang lebih luas. Kalau penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda jelas itu ada. Tapi saya rasa wajar-wajar saja. Dan itu dialami oleh semua pasangan. Tapi, kalau menurut saya sih, bukan berlatarbelakang budaya

S : Mungkin buat saya kesalahpahaman hal yang wajar.

Namanya juga dua pribadi yang berbeda. Tapi bukan dua budaya yang berbeda

Manajemen Konflik

1. Persoalan-persoalan dalam perkawinan antar budaya apa yang sering terjadi?

(23)

W : Persoalan dapur sebenarnya bukan persoalan kami saja. Banyak juga keluarga lain yang mengalami masalah ini. Yang saya rasakan itu bukan karena saya orang korea dan istri saya Jawa. Soalnya kan itu masalah semua orang. Kalau di kota besar ini begitu, rasanya, semua mengalami S : Semua wajar-wajar saja seperti keluarga lain. Sepertinya persoalan yang sulit, karena perkawinan kan menyatukn dua orang yang memiliki pribadi berbeda, bukan hanya karena budayanya

2. Bagaimana anda menganggap masalah yang diakibatkan oleh perbedaan budaya?

S : Mana yang bisa memberi jalan ke luar tidak masalah.

Yang penting cepat teratasi. Pusing juga memikirkan kalau ada persoalan-persoalan. Terutama kalua sudah menyangkut nafkah. Kadang saya mengadu ke orang tua saya. Mau ke mana lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti : Kan tadi Kakak juga sempat bilang kalau Kakak lebih percaya dengan informasi yang Kakak dapat dari Instagram, itu biasanya kalo yang Kakak lihat dari

KEBUGARAN JASMANI KALIAN / HOTEL KURETAKESO JUGA MENYEDIAKAN GYM LOH SOBAT TRAVEL // NAMUN DI MASA PANDEMI SEKARANG INI ADA PROTOKOL KESEHATAN YANG DI TETAPKAN /

Isi dari Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas, diharapkan dapat diterapkan pada tahun ajaran

V: Pak, sama saya mau nanya satu lagi, masih bersangkutan pak, nah podcast Cek Fakta KBR ini kan dalam satu episode ada Top 5 Chart, nah dari judul ny memang

Kalau saat ini kamu merasa baik- baik saja ketika menjalani hubungan yang toxic dengan pasanganmu, kamu harus mengecek ulang ke dalam dirimu, nih. Nyatanya,

Yang kayak tiba-tiba harus cabut dari kosan, terus jadi kayak jauh sama teman-teman, yang di mana kita udah enggak bisa ngandelin teman-teman karena kan mereka juga punya

executive nya harus mengetahui tahapan tahapan melayani customer seperti awal customer masuk kita melakukan greetings terlebih dahulu setelah itu kita menemani customer

Terus kemudian kalau tadi webinar itu terkait dengan acara Taniversary nya jadi orang yang diundang kan tadi KOL, influencer, terus kemudian ada artis gitu ya oke itu