• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

A. Form Bimbingan Skripsi

FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Nim Mahasiswa 00000019843

Nama Mahasiswa : Maria Soterini

Program Studi : Jurnalistik

Nama Dosen Pembimbing : Camelia Catharina L.S, S.Sos., M.Si.

NO TANGGAL BIMBINGAN CATATAN BIMBINGAN TANDA TANGAN PEMBIMBING 1 8 Februari 2021 -Membuat mind mapping terkait dengan

konsep media alternatif dan model bisnis. - Melakukan literature review pada penelitian yang berfokus pada media alternatif dan model bisnis.

- Menghubungi media dari Asumsi terkait dengan perijinan penelitian.

2 22 Februari 2021 -Memastikan kembali rumusan masalah yang

akan digunakan.

-Revisi dari abstrak, bab 1, dan bab 2. Perhatikan proses penulisan.

3 05 Maret 2021 -Memperbaiki bagian bab 2 ya masih keliru

dalam proses penulisan.

- Diarahkan untuk menghubungi narasumber melalui cara yang lain. - Meninjau kembali untuk penulisan rumusan masalah.

4 22 Maret 2021 -Memperbaiki beberapa bagian dalam bab 3

-Membuat list pertanyaan.

5 7 April -Memperbaiki pada bagian teknis analisisnya

-Merubah beberapa bagian pada list pertanyaan.

6 27 April -Melakukan transkrip dan coding pada hasil

wawancara yang telah dilakukan. -Mulai menuliskan 4.1 tentang subjek penelitian.

(2)

77

7 19 Mei 2021 -Disaranakan untuk mengubah fokus

penelitian, lebih baik fokus ke arah model bisnisnya.

-Mengubah pertanyaan penelitian dan mulai untuk menuliskan kembali.

-Menulisan hasil wawancara kedalam hasil penelitian (4.2) dan melakukan wawancara tamabahan.

8 25 Mei 2021 -Merevisi sedikit bagian hasil penelitian dengan

membaginya ke dalam sub-bab berdasarkan pertanyaan penelitian.

-Melanjutkan perbaikan pada bagian latar belakang dan konsep

9 2 Juni 2021 -Membagi hasil penelitian bagian implementasi

(4.2) ke dalam sub-bab bahasan agar lebih mendalam.

- Final Check

Catatan:

Minimal bimbingan Skripsi/TA adalah 8 kali, Form wajib dilampirkan di laporan Skripsi.

Tanda Tangan Pembimbing

(3)

B. Turnitin

C. Transkrip Wawancara

1. Febri Aryandi (Vice President of Strategy Asumsi )

a) Wawancara Pertama , 22 April 2021

Kak Febri : Febri Aryadi, aku VP (vice president)

operations di Asumsi. Kalau untuk job descriptionnya actually palugada dalam arti semuanya dikerjain gitu ya, karena kita kan masih startup kecil gitu kan ya jadi kebanyakan apa aja dikerjain. Mostly mulai dari operation, ngomongin soal human resource, ngomongin soal finance, ngomongin juga daily operations, kayak anak-anak itu fasilitasnya gimana dan lain-lain, dan ga nutup juga aku juga sering ngurusin sales, pitching.

Pewawancara: sebenarnya di Asumsi itu model bisnis

yang diterapkan atau jalankan tuh apa sih?

Skala perusahaan yang kecil, mempengaruhi job debscription

(4)

Kak Febri : Model bisnisnya... bentar... Maksudnya..

sebelumnya gue tanya dulu deh sama lu, gue tanya balik..

Pewawancara: boleh-boleh..

Pewawancara: Lu lihat Asumsi gimana?

Pewawancara: Kalau aku pribadi asumsinya lebih ke arah

media..

Kak Febri : objek penelitian ya.

Pewawancara: Aku lihat asumsi itu lebih ke arah media

alternatif jadi kalau dilihat atau konten-konten mereka itu bisa dibilang lumayan cukup berbeda dengan yang lainnya walaupun beritanya ada yang masih dibahas tapi secara garis besar stylenya asumsi itu beda dengan yang lain.

Kak Febri : Kamu menikmati produknya asumsi apaan aja

kalau aku boleh tahu jadi biar gue juga nggak terlalu jauh jelasinnya?

Pewawancara: Kalau aku pribadi yang aku nikmati sejauh

ini tu konten-konten di yang pasti konten-konten visual dia minta sosial media Ya aku juga berlangganan newsletter.

Kak Febri : Video sering nonton?

Pewawancara: Video-video lumayan sering.

Kak Febri : Berarti kamu kalau aku bikin jadi presentase

60% teks dan sosial media?

Pewawancara: iya bener..

Kak Febri : Oh oke menarik-menarik.

Kak Febri : Engga soalnya audience yang ngajak

(5)

ke video soalnya biasanya sering bahas video jarang yang teks.

Kak Febri : Jadi kalau tanya, kan Maria tanya business

modelnya kayak gimana.

Kak Febri : Model bisnis Asumsi sebenernya nggak jauh

berbeda sama business model media-media online konvensional gitu. Ada brand tape in gitu ya, kalau lihat di kerah biru yang lihat video YouTube di kerah biru yang Indomie itu kan indomie clear itu pedangang warmindo kayak gitu.

Kak Febri : Yang kedua kayak di pangeran mingguan ada

juga yang product placement doang itu ada di bukalapak setau gue di 2019 itu ada. Terus ada juga yang kita diminta untuk bikin video buat mereka kayak misalnya Kementerian Parekraf yang di YouTube coba cek di YouTube itu ada tu. Kita bikin beberapa video, kita bikin beberapa seri, trus juga ada lagi event. Intinya ya sih semacam itu lah, cara jualannya sama tapi idenya beda, terus kalau lu mungkin penggemar artikel, kita juga ada build in advertisment gitu tayang di website kita jadi kita bikin artikel untuk klien.

Kak Febri : Tapi kalau secara porsi, aku coba jelasin

porsinya 50% bisnis model kita datang dari YouTube dalam hal ini video ya, brand to placement, dll. 20% dari podcast terus 10% itu mereka meminta itu minta kita services As misalnya bikin video or whatever misalnya bikin event, klien minta gitu. Trus 10% itu sosmed juga sisa terakhir itu di artikel sekitar 5%. Karena mungkin artikel kan ga banyak orang yang sekarang suka baca, jeleknya indonesia kan gitu mau dipush segimana pun kalau ga gede detik, kalau ga spamming detik mungkin kita ga mungkin ngejar mereka lah, kalau soal artikel. Itu yang pertama dari brand placement.

Kak Febri: Yang kedua kita punya dari adsense. But its

not acctualy its just ot Jadi we don't take it for our main revenue gitu, jadi kita nggak ngambil itu sebagai main

Menggunakan Multiple revenue streams (lebih dari satu sumber pendapatan)

Adsense hanya sebagai pelengkap bukan yang utama.

Mendapatkan adsense dari artikel dan youtube

Model bisnis yang di jalankan oleh Asumsi adalah Brand in placement dan service.

(6)

revenue tapi just another Bonus aja gitu. Oh ya punya revenue dari Adsense dari YouTube dari artikel sekitar 20

juta kita take it aja.

Kak Febri : Trus yang ketiga, sebenarnya yang sedang

kita coba gaungkan itu adalah kita memproduksi produk kita sendiri yaitu kita jualan ke audience. Kemarin kita udah rilis buku,berkali-kali rilis tshirt dan lain-lain ya .

Kak Febri : Jadi kalau mau dibagi-bagi itu ya ada brand

placement, terus juga ada services, ketiga ada mungkin akan adsence as a bonus, dan terakhir ada promo audience.

Pewawancara: Aku mau make sure lagi ya tadi tentang

brand to placement 50% dari YouTube?

Pewawancara: Dari video, sorry

Pewawancara: 20% itu yaitu dari podcast lalu 10% nya

itu dari saya permintaan video dari klaen gitu kan?

Kak Febri : iya itu kita creating tapi harus buat program

or whatever gitu.

Pewawancara: Berarti itu jatohnya bukan punya asumsi

atau gimana?

Kak Febri : Tanyangnya tetap di Asumsi

Kak Febri : Misalnya Maria pengen ngangkat, misalnya

kampus lu punya pensi gitu ya. lu mau placement di Asumsi, bisa engga bikinin gw tentang sejarah pensi trus endingnya ngarahin buat daftar buat pensi gw. tuh kayak gitu. Itu yang tidak pernah ada di asumsi sebelumnya, yang tidak pernah masuk ke kerah biru, tidak masuk ke distrik, tidak masuk ke pangerang, tidak masuk ke yang lain-lain tapi kita bisa bantu buatin itu.

Pewawancara: Oalah semacam media patner gitu ya?

(7)

Kak Febri : hmmm. contoh lain de, kalau lu ngambil media

patner itu sempit banget.

Kak Febri : Misalnya gue dari BNI, gue mau rilis KPR.

Gw mau rilis supaya orang-orang datang ke KPR di Pamulang, misalnya gitu terus gue (Asumsi) bikin investigasi tentang rumah macet apa segalam macam itu kan ga pernah ada di Asumsi. Ga pernah ada Asumsi bahas soal investigasi, ibaratnya kita buat program baru.. program lepasan lah gitu.

Pewawancara: Oke paham. Selanjutnya itu 10% nya sosial

media, sisanya artikel, lalu ada adsence dan yang terakhir ada promo produk Asumsi.

Kak Febri : Yes.

Pewawancara: Tahun lalu Asumsi platform crowdfunding. Apakah itu salah satu model bisnis yang lagi dijalankan?

Kak Febri : Oke berarti yang mau dibahas adalah Your

medianya berarti kalau ngomongin Yourmedia dengan kondisi audience saat ini kita pemisis kalau misalnya audiencenya itu mau bayar untuk mendapatkan konten yang mereka mau gitu itu, dalam hal ini konteksnya untuk media. Karena mereka memang hariannya memang sudah di kasih gratis. Kita ambil contoh anggaplah di Inggiris, jadi Guardian udah bikin sistem donasi, disaat apa tu namanya. Disaat banyak platform media lain juga bayar tapi ketika kita datang ke Indonesia kita ngelihat tempo juga bayar gitu kan, beritanya bagus bagus tapi sayangnya ga ada yang dibeli. Ketika kumparan juga, kita ngobrol barangnya juga masih sedikit yang beli meskipun harga murah banget. Di situ kita skeptis dengan landscape yang kemungkinan besar ga akan siap sama output yang kita pakai. Oleh karena itu kita coba bikin beberapa ebi testing.

Kak Febri : Itu kan Ebis testing, ini kan konteksnya itu

donasi ya donation, crowdfunding kan donation kan ya kita

Dengan kondisi audience saat ini, potensi YourMedia untuk berkembang masih kecil.

Apabila crowdfunding dilakukan dengan memberikan intensif bagi audience maka akan memperoleh hasil yang baik.

Audience yang belum siap dengan crowdfunding atau sistem donasi.

(8)

bikin beberapa tes. Yang pertama itu kita mengajak orang untuk menyumbang, untuk berdonasi dengan produk yang kita punya tapi mereka bisa dapet tshirt. Mereka dapat insetif dari situ, kalau maria mungkin ketinggalan ada Tshirt distrik dan lain-lain itu dapat dari situ. Bagus itu, apa namanya incomenya bagus, kita dalam dua minggu itu kita dapat 40 jutaan setau gua sekitar 400 orang yang nyumbang gitu ya. ini data gue raw ya, gue engga ingat secara spesifik. Tapi lu bisa ngambil case mostly casenya sama. Trus kita optimis ambil satu case pertama, audience donasi trus dapat insentif. Case yang kedua audience donasi tanpa insentif, itu yang nyumbang dua juta kalau ga salah hahaha.. atau 20 orang iya dua juta lah kan kita ga tau jumlah berapa yang nyumbang dan hypenya ga gede gitu.

Pewawancara: Secara ide model bisnis crowdfunding ini

di usulkan oleh siapa pihak manajemen atau dari redaksinya dan apakah bisa berkembang?

Kak Febri : Kalau ngomongin soal disarankan apa nggak,

kita sebenarnya pengen gitu bikin model bisnis kita donasi apa segala macam gitu, idealnya kan gitu, kita ditopang sama audience lu sendiri, tapi setelah kita teliti itu engga bisa happend gitu, kalau kita ngacu sama hal itu bisa mati kita. Mereka juga media-midia edgy seperti magdeline, jurnal ruang, juga ada beberapa media-media kecil yang juga basisnya crowdfunding itu ga happen gitu, endingnya ngarapin dari crowdfunding apa, pekerja-pekerja dibayar di bawah standart, misalnya freelance jadinya permasalahannya atau audiencenya yang belum siap gitu. kalau kita mengedepankan yang kesitu ... (suara narasumber tidak jelas) probability kita bubar, makanya kita bikin seasonal engga yang engga terus menerus gitu, karena kan kalau orang terus menerus ada yang peaknya makanya ini kita bikin momentum aja lah, kita dapat income dan kita dapat perhatian dari audiencenya juga. tapi lu bisa masukin semakin salah satu incomenya asumsi sih.

Tanpa insentif, crowdfunding kurang berhasil dilakukan.

Tidak dapat bergantung pada crowdfunding.

crowdfunding tidak dapat menunjang biaya operasional perusahaan media.

Membuat crowdfunding seasonal agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.

(9)

Pewawancara: Model bisnis yang dijalankan yang paling

efektif untuk menunjang operasional Asumsi itu yang mana dari tiga hal yang disebut?

Kak Febri : Brand placement, walaupun cita-cita kita itu

kita pengen produksi, kita ngedein produk. selama ini kita jualan produk sendiri. kamu kan dari jurnalistik, kalau kamu tau marketing kan makin kesini, biaya marketing orang itu makin lama makin sedikit. Maksudnya gitu sekarang itu orang itu bisa buat media sendiri trus perusahaan bikin media sendiri trus bisa placement sendiri, bisa bikin instagram sendiri, once mereka mereka semua udah punya media masing-masing kita sebagai media mau jadi apa, gitu pertanyaanya. Coba lu pikirin lu sebagai orang yang mau kerja di dunia jurnalistik coba pikirin lu bakal dapat uang dari mana gitu nantinya ketika semua orang itu bisa bikin media. Lu lihat di Instagram konten-konten gitu ya yang enak dibaca. Konten-konten-konten slide yang enak di dibaca, slide per slidenya kamu sering lihat kan pastinya. entah itu feeds, entah itu apa yang sebenarnya dari dulu sudah ada, jurnalis sudah bikin, jurnalis entertaiment sudah bikin, jurnalis lifestyle sudah bikin tapi ketika itu pindah platform itu dinikmati semua orang.

Kak Febri : Ya itu ketika semua bikin media, later yang

bikin placement itu siapa. Berangkat dari kesalahan itu, cita-cita kita saat ini pengennya itu ngegedein produk yang dijual ke audience gitu. Misalnya kita bisa ngegedein produk kita sendiri gitu. Kayak misalnya, siapa sih media yang kalau lu mau pakai baju Kompas Gramedia kalau lagi jalan kan ga juga gitu. nah ini kita mau orang proud kalau pakai baju asumsi, itu yang mau kita bangun sebenarnya. Brand massage yang mau kita bangun, harapannya kita bisa berpangku sama diri kita sendiri gitu.

Kak Febri : Jadi nggak terlalu banyak variabel yang

berpengaruh tapi kalau kamu saat ini yang paling efisien apa tentu aku bisa jawab secara jujur brand placement gitu. Dari total itu 90% lah kita dapat duit dari sana brand placement dalam bentuk apapun.

Brand placement menjadi model bisnis yang paling efektif.

Membangun brand awareness untuk produk-produk Asumsi.

(10)

Pewawancara: Asumsi itu berapa divisi?

Kak Febri : Ada beberapa divisi di Asumsi. Pertama divisi

editorial itu jelas kontennya, yang kedua ada divisi bisnis operation itu di gue, terus ada juga divisi kreatif, terus juga ada juga divisi teknologi.

Pewawancara: Ini divisinya rapat rutinnya kapan si?

Kak Febri : Rutin kita biasanya kalau in crew division

seminggu sekali. tapi untuk rapat jeneral itu sebulan sekali.

Pewawancara: Kalau misalnya ini ya, Tadi kan kak bilang

kalau misalnya mau membangun brand asumsi ini untuk cita-citanya seperti itu pengen bangun brand Asumsi itu kuat itu untuk bisa menghasilkan yang lainnya produknya dan lain sebagainya. Itu kan berarti butuh upaya butuh kerjasama dengan contoh editorial yang paling kuat ya secara konten mereka kan ini kan corenya kan media sebenarnya. Gimana cara koordinasi antara divisi?

Kak Febri : Biasa yang cek-cok itu bisnis dan editorial itu

selalu. Di media mana pun pasti bisnis dan editorial selalu cek cok gitu, Bisnis punya keperluan lain tapi editorial Pengen yang berbau jurnalistik terus gitu ya, mengutamakan kaidah jurnalistik, seperti itu lah, lu sebagai anak jurnalistik pasti tau ketika sebuah niatan Teguh untuk ngasih sesuai yang the fact ya itu wajar tapi pada nyatanya kalau gue boleh cerita ya lihat sendiri gimana TV ONE, RCTI, Metro TV, dll gue ga perlu mention masalahnya kayak gimana tapi itu selalu terjadi di media indonesia karena bisnis itu nuntut untuk lebih ngepop, lebih ndulang traffic karena basicly harus jualan. Mostly mereka koordinasinya dalam bentuk meeting kayak misalnya

Kak Febri : kita menargetkan buat jualan ke A group

pemerta yang berbauh UMKM gitu, Coba bikin acara-acara yang berbauh UMKM misalnya gitu. Trus misalnya kita mau bikin tentang financial dan perbankan, Coba nih

Divisi yang banyak diskusi adalah editorial dan bisnis lantaran keduanya punya kepentingan masing-masing.

(11)

ngulik-ngulik produk-produk jurnalistik yang membahas tentang finansial kayak gitu. Jadi ambil jalan tengahnya seperti itu.

Kak Febri : Lu nonton kerah biru engga?

Pewawancara: pernah sekali

Pewawancara: Lebih lebih sering ikut ini artikel daripada

yang di YouTube.

Kak Febri : oh oke.

Pewawancara: Dengan output yang banyak dan jumlah

orang yang terbatas gimana cara koordinasinya?

Kak Febri : itu semua main power planning dan bantuan

freelancer. Contohnya gue juga bantu cari cerita.

Kak Febri : kita ngelihat satu orang bisa isi berapa lot itu

yang pertama, ketika lot itu sudah terpenuhi terpenuhi bisa engga kalau itu ditambah gitu itu tapi dengan catetan belum ketemu dengan goals yang mau kita dapat biasanya kita tambahin dengan freelancer. Jadi kita punya goals dulu, kita mau create apa aja, oke kita tau kita punya keterbatasan tapi kita punya goals dulu bulan ini kita mau create apa aja. Misalnya A-Z, oh untuk buat A-Z itu kita buat, kurang ni anggota kita kalau anggota segini, oh kita tambah dengan beberapa freelancer.

Kak Febri : Dan karena kita itu tim yang kecil dengan

Speed. Jadi kalau bikin apa-apa tuh cepet tu, tiba-tiba kepikiran bikin A tapi setengah jalan kalau timnya gede segede media-media yang keluar tuh susah. Bikin podcast aja tu, ibaratnya Rayestu itu kan bukan Asumsi kan. Rayestu itu sebenarnya podcast Asumsi bersuara tapi sebenarnya bukan orang Asumsi tapi ya bantuin kita.

Kak Febri : Intinya kalau team kita gede se gede

media-media lain juga mungkin kekuatannya ga akan sama.

Main power planning dan bantuan freelancer.

Dengan ukuran team yang ada, koordinasi team menjadi cepat.

(12)

Karena bawa motor tiger akan susah, karena kita bisa bawah mio kita mudah untuk selap -selip cuman ya itu kecil atau yang gedenya bisa lebih oke ya abis kita. Intinya kalau secara personal sih ya itu main power planning.

Pewawancara: Upaya yang akan dilakukan untuk

membangun model bisnis kedepan?

Kak Febri : Upaya kedepannya kita mau ngedevelop

teknologi bisnis. Kita bikin platform sendiri, kita bikin news aggregator juga, kita bikin media reporting, bikin media analysis, jadi bikin teknologi bisnis jadi kita nge-calling banyak media di luar sana trus nanti kita tampilkan di website kita trus nanti setelah itu kan nanti data yang kita pegang itu yang bisa kita sajikan buat media sendiri ataupun audience. Dan masih banyak juga service-service yang kita kasih dalam bentuk teknologi kayak misalnya ini ide liar aja, bisa ga si kita ngeforcast ada berita apa, kalau cuaca aja bisa di forecast kenapa berita ga bisa forecast, stress kan lu mikirnya tapi itu can happen.

Intinya banyak hal yang inovasi dan teknologi yang mau kita gabungkan sama media kayak misalnya hal-hal yang bisa mempermudah media untuk kerja secara operasional yang pertama itu tadi bisa engga news itu kita forecast gitu cuma itu impiannya tinggi dengan kondisi segala platform itu bisa live, bisa engga semua media itu bisa live di instagram gitu dengan kita bisa bikin dengan editornya itu kerja dengan mudah, kita coba buatkan teknologinya gitu.

Rencananya pengen bikin orang baca berita dengan quiz/ newsgame.

Pewawancara: Target audience dan topiknya itu apa aja?

Corenya Asumsi apa?

Upayakan mengembangkan teknologi bisnis.

Akan mengembangkan news games.

(13)

Kak Febri : 18-30an. Dari anak kuliah yang baru masuk

sampai yang 35an . kalau untuk topik Current Issue sih, tapi kita mau development lagi di sport kita mau development lagi di teknologi, di topiknya nanti topiknya di finance juga itu juga.

Pewawancara: Jadi semakin luas ya?

Kak Febri : Iya karena Asumsi itu lekat banget sama

politik. Jadi kalau mau dibawah kemana juga ga bakalan kena, Orang ke Asumsi juga karena politik.

Pewawancara: Asumsi ni kan punya slogan kalau dia

adalah media yang mendengarkan masyarakat, upaya apa yang dilakukan untuk merealisasikan slogan itu?

Kak Febri : Oke, itu slogan udah lama banget ya. Jadi di

kerah biru itu kita kasih panggung untuk orang-orang yang ga pernah muncul di TV sebelumnya kayak supir Ambulance, supir angkot perempuan, dll. Di video Distrik, kita kasih ke daerah -daerah yang penuh masalah tapi ga pernah diangkat. Trus di Artikel itu kita sering banget angkat isu tentang minoritas, perempuan, lingkungan gitu. Menurut gue kayak gitu sih, kita kasih banyak ruang untuk orang-orang yang ga dapat ruang.

Pewawancara: Fokus dari program-program apa aja

yang ada di Asumsi?

Kak Febri: Podcast Asumsi cuma punya satu yaitu yang

Asumsi bersuara aja. Podcast itu bahas current isu, itu jelas.

Lalu kita ada video distrik itu kita membahas tentang tata kota dan letak daerah, dll. Daerah dan permasalahannya, jadi fokusnya membahas tentang masalah sosial.

Kerah biru itu membahas ke tentang pekerjaan non-formal, kita dibahas mereka yang ga pernah di bahas sebelumnya

Salah satu karakteristik media alternatif.

Fokus pemberitaan saat ni current issue.

Isu yang akan di development adalah teknologi dan finance.

Identitas yang melekat pada Asumsi adalah topik politik.

(14)

gitu. Dan kita juga bisa kasih opsi buat temen-temen yang lagi cari kerja bahwa di luar sana banyak pekerjaan non-formal yang sebenarnya itu keren atau sebenarnya itu engga keren tapi duitnya banyak gitu. Tujuannya ke sana.

Artikel itu tergantung di hari tersebut dan berdasarkan editorial itu mau mengangkat apa.

a) Wawancara Kedua , 22 Mei 2021

Pewawancara: Kriteria klien untuk brand placement di

Asumsi itu seperti apa?

Pak Febri: Actualy, Semuanya itu bisa sih. Baik Itu ya baik itu

yang brand FMCG, brand Finansial, brand bank gitu ya atau juga kadang-kadang ada personal juga itu kayak misalnya ada beberapa pengusaha gitu ya pengen lebih mau. membranding dirinya semacam itu juga pernah.

Pewawancara: Apa ada kentuan dari sisi redaksi misalnya

apa yang boleh dan apa yang tidak?

Pak Febri: Ada jelas, kita strict punya dua brand yang tidak

boleh kita promosikan gitu. Pertama adalah Freeport itu, kita sudah streak sama satu brand gitu mungkin definisinya tidak meluas tapi brand satu itu end to end banyak sekali masalah. Kedua adalah sawit gitu. Jadi kita ada sisi pro ke alamnya juga dan sebagai media yang harapannya bisa apa namanya menyambung banyak suara orang dan mendengarkan banyak orang. kami rasa dua perusahaan tersebut itu paling banyak kontroversinya di Indonesia.

Pewawancara: Daya tarik apa yang Asumsi itu jual ke client

dan apa sih ditawarin ke client?

Pak Febri: Mau tambahin dulu ke point pertama tadi dulu ya

tadi. Untuk jenis-jenisnya kita biasanya kita biasanya tidak memasuki beberapa hal kontraproduktif dengan apa yang kita pegang gitu. Kayak misalnya pro-pemerintah dan yang lain gitu

Kriteria klien brand placement di Asumsi

Dua perusahaan yang tidak boleh dipromosikan adalah Freepot dan Sawit.

Asumsi pro- pada pelestarian lingkungan dan dua

perusahaan tersebut merupakan media yang memiliki kontroversi di Indonesia

Klien brand placement di Asumsi tidak bertentangan dangan apa yang menjadi value dari perusahaan

(15)

kan kita juga punya sendiri Kita juga punya meteran sendiri, Kita juga punya standar sendiri nah standart perusahaan itu mungkin masih bilang rahasia perusahaan tapi pada value-value.

Pak Febri: Untuk apa aja tawarkan. Kita nawarin seluruh

produk yang kita punya gitu mulai dari YouTube, video,sosial media, lalu podcast. Jadi kalau kamu mau bayangan keseluruhan YouTube/ video itu ada banyak jenisnya yaitu ada yang ada yang brand placement doang dalam arti naruh logo, promosi, dan lain-lain. Ada juga kita bikin video buat mereka, jadi bertindak sebagai semi-semi production house dan juga ada yang tayang di kita. Terus untuk sosial medianya ada yang bentuknya konversi, ada juga yang menentukan ya postingan aja edukasi dan yang gitu gitu. Di podcast ada yang bentukannya misalnya promo code di depan bumper, ada juga bentukan adlips, ada juga yang bentukannya blocking Kayak misalnya satu episode khusus ngebahas sisi tentang klien gitu-gitu sih.

Pewawancara: Hasil outputnya itu di tentukan oleh si Klien atau dari Asumsi sendiri?

Pak Febri: Kalau urusan begitu biasanya klien tuh masih

objektif. Kita juga pengen jadi suporter atau ga pengen dalam tanda kutip "ngerampok" duit doang gitu. Kalau kerja sama tidak sustain itu biasanya gampangnya “yang penting lu placement lah gitu kan”. Jadi pertamanya itu kita tanya dulu objektif lu itu apa misalnya objektifnya awareness gitu, oh yaudah awareness berarti nanti kita susun strateginya dari a sampai z gitu. Bahkan barang-barang yang dalam tanda kutip kita nggak punya juga bisa kita tawarin karena kan kita punya relasi ke banyak hal, ke banyak orang gitu jadi bisa kita tawarin juga. Jadi kalau kamu tanya gitu, klien punya objektif apa kita tawarin strateginya nanti kita cari jalan tengahnya mana yang cocok untuk client dan mana yang tidak.

Pewawancara: Indikator-indikator brand placement di

Asumsi itu berhasil?

Bentuk brand placement pertama adalah implicit product placement.

Bentuk brand placement kedua adalah dengan menjadi semi-semi production house. Memberikan jasa untuk membuat konten bagi klien.

Hasil akhir atau output dari brand placement merupakan hasil diskusi bersama dengan klien.

Indikator keberhasilan masing-masing brand berbeda-beda.

(16)

Pak Febri: Target beda-beda ya. Jadi setelah ketemu jalan

tengah itu, kita menentukan KPI (key permfomance indicator), dari KPI itu macem-macem jadi kita harus sepakat kita mau pakai tools apa, kita tentukan berapa viewsnya yang bakalan jadi target. Kadang-kadang ada beberapa klien yang kita coba edukasi, misalnya Asumsi itu akan bagus kalau misalnya bukan hardsell jadi ga terang-terangan iklan gitu. Kalau seandainya kliennya itu teredukasi itu biasanya performanya akan sesuai sama apa yang kira harapkan bareng-bareng. Tapi kalau kliennya ga bisa dikasih tau maka resikonya akan kurang bagus performancenya gitu. jadi kesepakatan masing-masing baik itu artikel baik itu sosial media baik itu video, kita udah punya angka masing-masing jadi kalau view misalnya untuk progam macam distrik atau pengeran mingguan itu bisa diangka 100.000, untuk kita bikin kerah biru itu pernah ada diangka 5000 views. Jadi angka detailnya itu masing-masing klien beda-beda dan itu juga kesepakatan bareng-bareng sama klien.

Pewawancara: Tadi sempat singgung soal hard selling itu kan

berdampak sama citra media di masyarakat. Ketika terlalu

menjual bangget, masyarakat akan punya gambaran atau stigma lain tentang media tersebut. Pernah ada survei gitu-gitu engga ke audiencenya?

Pak Febri: Mungkin first of all ini kan bisnis kan ya, dimana

bisnis kan pasti cari untung gitu ya, yang mana yang punya terkadang suka sok ngatur kadang-kadang. Di awal-awal kita ada brand placement kita, ya ada bebera klien yang ngomongnya itu kita ya Ada beberapa kelainan memang ngenyel maunya apa dll sehingga traficnya juga kurang bagus gitu, tapi itu kita tanggulangi dan kita jadikan sebagai learning ngomongnya gitu maunya apa dan lain-lain sehingga kurang bagus gitu Tapi itu kita tanggulangi dan kita jadikan sebagai learning.

Pak Febri: Jadi pernah satu dua kali memang sengaja kita

biarin aja dalam hal ini, jadi kita biarkan klien kita ini tetap pada pendiriannya, kita coba buat dan hasilnya sudah ditebak, kurang memuaskan. Hal itu kita jadikan sebuah learning untuk klien-klien selanjutnya jadi ketika klien yang selanjutnya itu

Salah satu alur dalam brand pleacement di Asumsi

Fakta bahwa media untuk dapat berkembang memelurkan keuntungan.

Pemahaman dari klien terkait dengan brand placement dan media asumsi menentukan keberhasilan placement

(17)

ngotot buat hard selling kita hasil tau pengalaman sebelumnya, kalau ini kondisinya dan itu ga works. Untuk audiencenya sendiri, itu berkaca sama beberapa klien-klien yang gue sebutin tadi itu, audiencenya komen-komen yang kurang bagus dalam ini "gue berasa lagi nonton iklan", dll. Tapi kalau buat kami di bisnis, audience juga kami sadar kalau misalnya itu adalah bagian dari bisnis media.

Pak Febri: Ini agak membingungkan, Karena Kebetulan

audience kami juga senang kalau kamu itu dapat iklan gitu karena tunjukin kalau kita bisa sustain dalam artian bisa panjang umurnya. Jadi karena ada langkah-langkah preventif tersebut jadi alhamdulillah ga ada yang terlalu parah itu kali ya dan kami kembalikan ke client serta itu juga ada learningnya juga, jadi kita punya langkah preventif gitu lah.

Pewawancara: Sistem dan harga dari brand placement di

Asumsi itu seperti apa?

Pak Febri: Untuk sistemnya berarti, Pertama present ke klien

dan kita jelasin produknya a sampai z. Kita sudah punya pricelist tersendiri, tentu sudah penuh dengan kita lihat dengan media lainnya standartnya gimana, ini bener atau engga kayak gitu. Selajutnya kita kasih sistemnya dan balik lagi client maunya yang mana, objektifnya apa, strateginya gimana, dll. Lalu klien approve perjanjian, keluarin SPK, lalu project jalan.

Pewawancara: Kelebihan dan kekurangan dari menjalankan

brand placement di Asumsi itu apa?

Pak Febri: kita punya unique selling point, kita bisa nyajiin

video panjang tanpa di skip, kita dibanding ke competitor lain itu, kita punya sebuah keunggulan yaitu longform documentary video gitu. Kedua, secara persona itu kita punya pangeran siahaan itu dan yang ketiga itu bisa dibilang kita cocok untuk klien-klien yang bunya brand imange SJW (Social Justice Warrior).

Pak Febri: Jadi ada beberapa clien yang mengutamakan value-

value yang bisa dibilang itu baik yang peduli pada isu-isu sosial

Langkah-langkah brand pleacement di Asumsi

Kelebihan asumsi dalam brand pleacement

Kelebihan kedua, Asumsi memiliki persona sorang Pangeran Siahaan. Asumsi sebagai media cocok dengan brand yang memiliki brand imange Sosial Justice Warrior)

(18)

seperti tentang ekonomi, kasih edukasi. Dan karena kitanya juga media yang dipercayai sama banyak orang dan seringkali mengkritik pemerintah terus juga punya audience yang kritis banget jadi kita cocok untuk klien yang begitu.

Pak Febri: Kekurangannya itu menurut gue saat ini, di produk

itu yang buat saat ini adalah artikel karena viewnya masih ga terlalu banyak dibandingin sama beberapa media lain.

Pewawancara: Untuk kekurangan di audiovisual gitu apa kak?

Pak Febri: Kalau Podcast kita jadi yang paling tinggi di antara

yang lain, video juga, alhamdulillah sih bisa jadi salah satu yang unggul.

Pewawancara: Dalam wawancara sebelumya Ka Febri

mention bahwa jaman sekarang orang sudah bisa dengan mudah buat media untuk promosi produk sendiri. Dalam hal ini apa yang diupayakan oleh Asumsi dalam brand placementnya?

Pak Febri: Fakta yang pertama tuh benar bahwa setiap orang

itu bisa promosi sendiri tapi mereka juga masih punya plot untuk placement di publisher dan hal ini media-media jadi potongan Kuenya masih tetap ada. Dan karena kita punya brand value lain-lain itu yang kepake juga gitu. Jadi as along objektifnya masih bisa kita deliver si itu bisa lebih mudah untuk dapetinnya. Tambahan juga kita punya relasi juga sama klien si dan kita menempatkan diri sebagai problem solver bukan tukang sapi perah. Kan banyak media yang dapat uangnya, nah kita ga mau kayak gitu dan kita mau bareng-bareng cari solusi untuk client.

2. Yanuar Nazir (Creative Director Asumsi )

a) Wawancara , 22 April 2021

Views pada bagian artikel yang masih kurang mempengaruhi

Views pada bagian artikel yang masih kurang mempengaruhi

Meskipun publikasi konten bisa dilakukan dengan mudah, namun brand memerlukan media sebagai salah satu object.

Faktor brand value yang

mementingkan kepentinga umum menjadikan Asumsi mendatangkan klien-klien untuk brand pleasement. Faktor relasi menjadi asumsi tetapi yakin dengan model bisnis brand pleasement.

(19)

Pewawancara: Sebelumnya aku mau minta tolong Mas Yanuar perkenalkan nama, posisi, dan job description di Asumsi apa?

Mas Yanuar: Nama saya Yanuar Patrio Nazir sebagai creative

director di Asumsi dan tanggung jawab gua disitu sebenarnya lebih ke secara visual dan segala bentuk kreatif dalam komunikasi dan champaign-champaign itu aja sih deskripsi singkatnya.

Pewawancara: Sebagai creative director peranannya seperti

apa si?

Mas Yanuar: Creative director itu sebenarnya sama persis

kayak judulnya ya. kayak pengarah creative gitu, jadi ketika kantor punya kegiatan komunikasi apa, dari sisi creative perspektifnya kayak gimana gitu, disitu sebagai creative director mengarahkan team kreatif dan tim grafis untuk memproduksi konten-konten yang juga menarik gitu dan sesuai dengan target dan komunikasi yang kita inginkan.

Pewawancara: Secara garis besar creative director, apakah

mengambil peran untuk menentukan topik dan isi atau isu apa yang mau diangkat atau bagaimana di Asumsi?

Mas Yanuar: Kalau itu sebenarnya kita brainstroming. Kalau

konten atau segala macam emang terbuka dari siapapun karena kita kan ada group-groupnya. Jadi kalau kita punya sesuatu yang menarik dan kita kira cocok untuk dibahas di Asumsi bisa banget nyemplung ke situ. Cuma untuk penentuan konten sih pengambilan keputusannya bukan di gua, istilahnya masih ada divisi editor kalau itu. Jadi kalau creative mungkin secara sederhananya, gua penanggung jawab visual di sini, segala bentuk visual itu tanggung jawab di creative tapi berkaitan dengan pengambilan konten ya tetap balik lagi ke editor.

Mas Yanuar: Tapi gue juga masih bisa ngasih kontribusi itu,

misalnya ngasih referensi atau kasih materi-materi yang menarik gitu untuk dishare ya gitu-gitu sih.

Bertanggung jawab pada segala bentuk visual yang ada di Asumsi.co

Mengarahkan tim dalam memproduksi konten visual.

Tidak memiliki peranan yang besar dalam menentukan topik atau isu.

(20)

Pewawancara: Kalau konten visual di Asumsi apa lagi selain

video?

Mas Yanuar: Sosial media, video, cover untuk di spotify aja

kayak gitu. Maksudnya tampilan secara visual.

Pewawancara: Bentuk tanggung jawabnya itu mengenai

konten visualnya dan lain sebagainya. Jika dijelaskan dengan kata-kata stylenya Asumsi itu seperti apa sih?

Mas Yanuar: Menurut kita itu produk yang perlu dipelihara

dengan baik itu adalah sosial media dan YouTube itu jualannya kita juga. Mau nggak mau kita harus ngikutin trend yang ada dong kalau kita tap in dengan konsumen istilahnya news media gitu ikutin trendnya seperti apa. Mengetahui dahulu kondisi pasar tuh kayak gimana atau konsumennya seperti apa misalkan mereka suka "meme-nya" atau suka grafis- grafis yang keren, kita musti menghasilkan itu sesuai dengan target konsumen. Pertama Asumsi itu perlu up to date dengan pop culture-nya, apa segala macam, dan harus melek politik juga istilahnya.

Mas Yanuar: Untuk arahan di Asumsi itu memegang dua itu jadi

pop culture dan politik. Jadi istilahnya untuk orang-orang/ audience yang mengerti politik dan estetik. kita coba menawarkan informasi yang enak dilihat dan mengikuti trending-trending gitu. Maksudnya Kalau di sisi online news media, Asumsi sih seperti itu format seperti itu.

Pewawancara: Dasar pemilihan isu atau konten yang diangkat

termasuk yaitu berdasarkan pada apa? Sebagai media media jurnalistik kan ada kaidah-kaidah jurnalsitik yang harus diambil tapi di sisi lain untuk running bisnis kan butuh khalayak yang interest datang. Nah ini sebenarnya dasar-dasar pemilihan topik atau isu di Asumsi itu berdasarkan pada apa, apakah berat ke masyarakat semilsalnya masyarakat lagi minat ke topik ini atau bagaimana?

Mas Yanuar: Kalau misalkan kayak distrik, contoh-contoh

konten instagram untuk produk- produk distrik, seperti video dokumenter itu sebenarnya kan kita mengincar orang-orang

Sosial media dan Youtube menjadi aset dari Asumsi.

Mengikuti yang sedang trend.

Chief Editor bertanggung jawab untuk mentukan isu yang akan

(21)

emang istilahnya bangga sama daerahnya sendiri gitu, yang mengharumkan nama rumah sendiri. Gini sebenarnya kan konten di Asumsi itu tanggung jawab Chief Editor bukan gue tapi kalau gue lihat dari sisi creative, perspektif gue adalah emang target audiencenya adalah pemuda-pemuda yang emang pengen ngerti politik juga terus kaya mereka sebenarnya lebih pintar dari apa yang mereka omongin gitu, nah pengennya nyarinya (target audiencenya) yang kayak gitu gitu.

Mas Yanuar: Cuma kalau misalkan ada beberapa konten yang

harus naik itu kurang lebihnya gua nggak tahu ya. Bisa kan alasan utamanya kenapa diangkat itu kurang tau karena kita juga punya divisi sosial media, jadi maksudnya mereka juga bisa kasih input untuk konten apa gitu yang mau diangkat gitu. Jadi kalau misalkan alasan utamanya (pemilihan isu dalam konten) kenapa sih sebenarnya itu kurang tahu gue kalau ditanya, soalnya kan dari chief editor. Tapi kalau dilihat dari sisi creative, kita sebenarnya mengajak anak-anak muda untuk melek politik seperti menginformasikan bahwa melek politik itu bagus sebenarnya untuk kita juga.

Mas Yanuar: Lu harus ngerti juga arah politik kayak gimana

pergerakannya seperti apa segala macam. Untuk berpikir kritis aja deh sebenarnya tapi dengan dengan Visual yang menarik.

Pewawancara: Dari segi peranannya, editor punya peranan

lebih besar untuk menentukan isu apa yang akan diproduksi oleh Asumsi ya?

Mas Yanuar: iya yang menentukan editor in chief tapi

sebenarnya ada tim yang lain yang lain mungkin mengumpulin data apa kapan harus naik, apa yang lain trend, ngumpulin memenya apa kayak gitu-gitu sih.

Pewawancara: Apakah ada rapat antara divisi kreatif dan

editorial untuk bahas isu-isu atau diskusi tentang project dan seberapa sering dilakukan?

Mas Yanuar: Paling kalau misalkan mau ada produk baru si

misalkan kayak kemarin kita sempat meeting untuk distrik.

Chief Editor bertanggung jawab untuk mentukan isu yang akan diangkat.

(22)

Misalnya meeting untuk visual baru nya kayak gimana, itu perlu dimeetingin sih emang cuma kalau misalkan untuk urusan produksi itu meeting-meeting sendiri.

Pewawancara: Rangkaian proses dari pra, produksi, pasca

produksi itu kayak gimana \ kak ? boleh dijelasin nggak mungkin dari pertama dari mungkin dari muncul ide nya itu gimana, braindstroming, dan gimana biasanya?

Mas Yanuar: Pertama harusnya brainstorm dulu ya, nanti

produser melihat possible apa nggak dikerjain gitu. Masalahnya untuk naik, balik lagi ke pilihan topik kita harus cari hal menarik yang istilahnya punya valuenya gitu, yang menarik untuk ditonton 2 kali yang dicari yang punya value gitu, itu kita perlu mikir konten apa yang mau kita bawa itu.

Pewawancara: Kakak diminta untuk menjelaskan secara rinci

gitu proses dari pra, produksi, dan pasca produksi?

Mas Yanuar: Abis brainstrom, di pitching dulu kalau ga salah

gue lupa, pokoknya dipitching dulu, abis gitu ya udah kita lempar ke produser tadi ya.

Mas Yanuar: Kalau misalnya possible jalan, syuting kapan,

jalan bla-bla (masuk tahap produksi), tapi sebelumya pasti ada preparation meeting. Misalkan kayak angle yang mau diambil seperti apa itu harus dilist it, stock list-stock list, mau ambil shoot di kota mana, list cam-nya. Setelah video production selesai masuk ke proses editor yang nanti merapihkan videonya.

Pewawancara: Secara garis besar peran besar kak Yanuar itu

bagian mana?

Mas Yanuar: Sebetulnya karena gue nyemplungnya paling

banyak di video jadi gua di bagian editing akhir-akhir. Jadi masih dirapihin secara virtual dulu si, belum sampai ke pemilihan keputusan.

Pewawancara: Berarti secara garis besar perannya masih lebih

(23)

creative director. Jumlah tim editorial dan creative itu ada berapa orang?

Mas Yanuar: Struktur karyawan itu langsung,

Pewawancara: Jadi ini maksudnya struktur lebih ke divisinya

kakak sendiri, divisi kreatif ada berapa orang? lalu apakah tau engga di divisi editorial ada berapa orang?

Mas Yanuar: Kalau di grafis designer ada 3 orang dan 3 video

editor.

Pewawancara: jadi di creative ada 7 sama kakak ya?

Mas Yanuar: Iya tujuh sama saya.

Mas Yanuar: Sebetulnya kalau video itu punya divisi sendiri sih,

video production. Jadi gue cuma nyebarang-nyebrang aja.

Pewawancara: Oke akan masuk ke pertanyaan selanjutnya.

Aku di luar melihat Asumsi ini kayak banyak konten atau banyak outputnya, itu dengan jumlah apa orang atau pekerja yang terbilang sedikit itu cara kerjanya gimana?

Mas Yanuar: Sebenarnya kita bisa akalin dengan freelance juga

kadang-kadang (Ada gangguan sinyal, suara narasumber tidak terdengar jelas).

Pewawancara: Sorry kak tadi suaranya tidak terdengar.

Mas Yanuar: Ya jadi maksudnya itu untuk meringankan sih, Jadi

pas lagi pasca produksi itu udah ada itu sudah ada list detailnya.

Pewawancara: Jadi lebih ke main power plan untuk

project-nya yang lebih diperjelas kayak gitu ya? biasaproject-nya kalau produksi itu butuh waktu berapa lama sih? Apakah udah ada target atau sejalannya aja kayak gitu?

Menggunakan freelancer untuk memenuhi kebutuhan produksi konten.

(24)

Mas Yanuar: Udah ada ini sudah timelinya si. Kita sudah ada

jadwalin konten-konten yang akan naik di minggu ini dan di minggu depan gitu misalnya.

Pewawancara: Biasanya butuh berapa lama untuk satu

konten? misalnya distrik gitu

Mas Yanuar: Untuk distrik kita syuting ada yang tiga hari gitu

trus untuk post-production itu yang agak lama biasanya bisa sampai seminggu karena kan selain durasinya panjang terus proses editing bolak-balik istilahnya.

Mas Yanuar: So far masih bisa ke handle dengan keadaan

jumlah karyawan segini karena kita udah tau flownya kalau aja sih, kebantu dengan itu.

Pewawancara: Ka Yanuar sudah join di Asumsi dari kapan?

Mas Yanuar: Gue baru baru Oktober 2020 kemarin. Jadi

memang datang untuk melihat dan ngejagain visual aja sih sejauh ini sih masih masih work on progres jadi dari soalnya masih masih transisi kalau gue rasa.

Pewawancara: Kalau yang selama ini aku lihat Asumsi ini

tidak terus menerus upload konten, itu memang dari redaksi sendiri ada goals sendiri seperti post kotennya persesi/ session atau gimana?

Mas Yanuar: Pertama kita memang membaca naik turunnya,

apa ya istilahnya, kayak di digital itu suka juga data-data analitiknyalah, stastistiknya kayak gimana gitu. Misalnya Berapa atau kliknya berapa Atau segala macam kan kebaca tuh punya kita cuma baca itu sebenarnya jadi pengen nyoba untuk nunggangin ombaknya lah. Jadi sebenarnya kalau divisi creative Asumsi ini lebih flowy gue pengennya jadi lebih ngikutin trend yang ada.. (Gangguan Jaringan)

Pewawancara: Kak sorry tadi suara sempat hilang, Aku juga

takut sinyalnya yang bermasalah tadi sampai di ini kalau dari Creative itu lebih apa gitu dan abis gitu suaranya sendiri hilang.

Proses pra-produksi-pasca memerlukan lebih dari satu minggu.

Melihat data analisis untuk mengetahui laju perkembangan konten.

(25)

Mas Yanuar: lupa juga kan mau ngelanjutin apa.

Pewawancara: Jadi tadi sempat bahas kayak lihat data

analisisnya kalau mulai. Diimbangi dengan apa kayak gitu.

Mas Yanuar: Kalau itu sebenarnya di luar keputusan gua kalau

itu. Jadi untuk hal itu gua b enggak bisa ngasih komentar. Cuma kalau biasanya ada update tiba-tiba gitu dan membutuhkan semua divisi sampai kita creative juga perlu ya gue involve di situ. Misalnya kayak update ini, contoh kayak pakai yang catur kemarin tuh misalkan yang isi catur, kontennya lagi ada ini kita bisa (cari) apalagi ini mau dibahas gitu. Apalagi yang mau di bahas misalnya Deddy Corbuzier muncul mungkin muncul, segala macam kayak gitu-gitu sih.

Waktu itu sih Ada kemungkinan ini nggak sih kan karena nggak selalu ya kan semua kan tadi kan katanya bilang kalau misalnya

Pewawancara: Tadi kakaknya sempat bilang kalau ini nggak

selalu ada karena lihat data statistik nya gitu. Apakah Kalau turun data statistik nya Kalau turun baru putus Jadi ini Kak tadi aku tanya kalau seandainya data statistiknya turun itu jadi acuan untuk buat konten baru?

Mas Yanuar: Iya sih gitu itu. Maksudnya istilahnya jadi tolak

ukur kita ya, si klik itu jadi misalkan kayak diklik tapi nggak di like atau gimana Kan masalahnya berbeda alasannya gitu. Jadi intinya kayak gitu, hmm gimana ya menjelaskannya. Jadi kayak gitu istilahnya.

Pewawancara: Di creativenya Asumsi, apa sih jadi kendala

setiap kali ada project atau ketika eksekusi project ?

Mas Yanuar: Kalau creative lancar-lancar aja. Cuma mungkin

keteteran itu kan Asumsi ini adalah online news media maka harus up to date terus dong jadi kita nggak mungkin punya konten tabungan gitu loh, bisa aja tapi hanya beberapa konten aja gitu tapi untuk daily kontennya kita kan harus update terus jadi bisanya naik pagi siang sudah harus posting gitu, karena

Mengambil tindakan jika melihat traffic yang menurun.

Overload ketika banyak konten terbaru.

(26)

bentuknya berita jadi veluenya semakin cepat naik semakin tinggi.

Pewawancara: Kendala lainnya di creative apalagi?

Mas Yanuar: Ga ada si paling cuma itu kalau lagi kebanyakan

konten. misalnya yang harus naik hari ini kayak news flash yang harus naik hari nah kayak gitu kan harus masuk design grafis dulu, kayak harus di edit dulu baru masuk ke sosial media. Jadi kendalanya paling kayak gitu-gitu.

Pewawancara: Aku mau make sure lagi secara keseluruhan

pengambilan keputusan itu kayak gitu-gitu asli dari pihak editorial ya?

Mas Yanuar: iya dari redaksi gitu.

Pewawancara: Kalau boleh tahu selain editor ada enggak

pihak yang punya peranan besar dalam penentuan isu gitu itu ?

Mas Yanuar: setau gua si penentuan isu selalu melawati chief

editor karena pasti apa yang di dikeluarin itu, chief editor pasti tau. Cuma dari divisi lain dari brainstrome gitu.

Pewawancara: Oke. Itu selain aku make sure soal divisi dari

yang kak Yanuar divisi yang ada VCD asumsi itu ada apa aja Kak?

Mas Yanuar: Ada IT, Video Production, Creative, Redaksi, udah

kayaknya ada sosial media. itu aja kayaknya.

Pewawancara: Itu semuanya isi konten sosial medianya dari

reaksi gitu ya?

Divisi lain terlibat dalam proses berpikirnya.

Editor berperan dalam mengambil keputusan.

(27)

Mas Yanuar: Iya betul. Social media mungkin lebih ke

strateginya tapi untuk instagramnya sosmednya yang pegang si. Maksudnya editor tau tapi ga ngambil keputusan.

Pewawancara: Kalau aku sendiri memperhatikan, lebih aktif

sosial media nih. Kayak ada info apa tiba-tiba ga lama kemudian nanti ada di sosial media itu di up. Berarti kalau lagi rame isu apa nih, sosial media menentukan dan tinggal tek-tokan dengan visual, seperti itu ya?

Referensi

Dokumen terkait

5 Juni 2020 Kala Pemilik Ulayat di Papua Meninggal Usai Protes Lahan Tergusur Perusahaan

Saya menilai bahwa pengembangan vaksin dengan metode mengirim partikel mirip virus (Virus Like Particle) sudah dipakai untuk.. mengembangkan vaksin FLU, HPV, dan lainnya

1’ Bridging Topik • Podcaster memberikan resume atau ringkasan pembahasan di episode 1. • Podcaster menjelaskan isu atau topik yang akan dibahas di episode 2. •

AS Kalau soal pengumpulan data memang menurutku paling tricky ya paling susah dibanding sudah ada datanya baru dibuat visualisasi atau diinterpretasikan karena mengumpulkan data

executive nya harus mengetahui tahapan tahapan melayani customer seperti awal customer masuk kita melakukan greetings terlebih dahulu setelah itu kita menemani customer

Yang kayak tiba-tiba harus cabut dari kosan, terus jadi kayak jauh sama teman-teman, yang di mana kita udah enggak bisa ngandelin teman-teman karena kan mereka juga punya

Kalau saat ini kamu merasa baik- baik saja ketika menjalani hubungan yang toxic dengan pasanganmu, kamu harus mengecek ulang ke dalam dirimu, nih. Nyatanya,

KEBUGARAN JASMANI KALIAN / HOTEL KURETAKESO JUGA MENYEDIAKAN GYM LOH SOBAT TRAVEL // NAMUN DI MASA PANDEMI SEKARANG INI ADA PROTOKOL KESEHATAN YANG DI TETAPKAN /