• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MANAJEMEN SURAT KABAR DAERAH SUMUT POS DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA. (Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Sumut Pos) TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI MANAJEMEN SURAT KABAR DAERAH SUMUT POS DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA. (Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Sumut Pos) TESIS"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Sumut Pos)

TESIS

Oleh

FRINA ANGGITA SARI SIMANUNGKALIT 157045023

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Sumut Pos)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRINA ANGGITA SARI SIMANUNGKALIT 157045023

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)
(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 September 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Lusiana A. Lubis, MA, Ph.D ANGGOTA : 1. Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D

2. Dra. Fatma wardy Lubis, MA 3. Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D 4. Dr. Humaizi, MA

(5)
(6)

STRATEGI MANAJEMEN SURAT KABAR DAERAH SUMUT POS DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MEDIA

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Sumut Pos)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dan mengevaluasi Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Menghadapi Persaingan Media.

Penelitian ini menggunakan Teori Niche dari Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) dan Teori Hirarki Media dari Shoemaker dan Reese (1996). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah pimpinan manajemen di Sumut Pos Medan yang berjumlah 7 (tujuh) orang. Pengumpulan data melalui Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data adalah analisis interaktif. Triangulasi data dilakukan kepada 2 (dua) orang pembaca dan pengiklan di Sumut Pos. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Sumut Pos melakukan strategi terkait pemenuhan ketiga sumber penunjang kehidupannya, yaitu dari segi type of content yakni manajemen SDM, standar penulisan jurnalistik, dan strategi mempertahankan etika dalam berbisnis terkait kerjasama iklan, kemudian dalam segi type of audience yakni strategi STP marketing (segmentation, targeting, positioning), dan juga segi capital yaitu strategi marketing mix yaitu 4Ps : Product, Price, Place, Promotion dan marketing communication strategy. Hasil evaluasi menunjukkan strategi manajemen Sumut Pos saat ini masih efektif untuk bertahan dalam persaingan dengan kelima surat kabar pesaing utamanya di Sumut, yakni Analisa, Waspada, SIB, Tribun Medan dan Andalas. Namun strategi saat ini juga belum cukup kuat untuk menggantikan market leader surat kabar lokal di Sumut saat ini yaitu Analisa, Waspada dan SIB.

Kata Kunci :Strategi, Manajemen Surat Kabar, Persaingan Media, Sumut Pos.

(7)

STRATEGY IN MANAGING LOCAL NEWSPAPER, SUMUT POS, IN FACING MEDIA COMPETITIVENESS

(A Descriptive Qualitative Study in Newspaper, Sumut Post)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze and evaluate the Strategy in Managing Newspaper, Sumut Pos, in Facing Media Competitiveness. The research used Niche Theory from Dimmick and Rohtenbuhler (1984). It used descriptive qualitative method. The research subjects were 7 Management Personnel of Sumut Pos Medan. The data were gathered by conducting observation, interviews, and documentary study and analyzed by using interactive analysis. Data triangulation was done to 2 (two) readers and advertiser in Sumut Pos. The result of the research showed that the newspaper did the strategy in meeting its three supporting sources for its survival: from its type of content:

management of human resources, journalistic writing standard, and the strategy in maintaining ethics concerning advertisement cooperation; from its types of audience: strategy of STP marketing (segmentation, targeting, positioning), and from its capital: marketing mix strategy in P4: Product, Price, Place, Promotion, and marketing communication strategy. The result of the evaluation showed that management strategy of Sumut Post is effective to survive in the competition with its other main competitors in North Sumatera: Analisa, Waspada, SIB, Tribun Medan, and Andalas, but now the strategy is not strong enough to substitute the market leader of local newspapers in North Sumatera such as Analisa, Waspada, and SIB.

Keywords: Strategy, Newspaper, Media Competition, Sumut Pos

(8)

MANAGEMENT STRATEGIES OF THE REGIONAL NEWSPAPER SUMUT POS FOR FACING MEDIA COMPETITION

(Qualitative Descriptive Study on Sumut PosNewspaper)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze and evaluate the Management Strategy of Sumut Pos Newspapers in Facing Media Competition. This study uses the Niche Theory of Dimmick and Rohtenbuhler (1984) and the Media Hierarchy Theory of Shoemaker and Reese (1996). This study uses descriptive qualitative methods. The research subjects were management leaders in North Sumatra in Medan totaling 7 (seven) people. Data collection through observation, interviews and documentation. Data analysis is interactive analysis. Data triangulation is done to 2 (two) readers and advertisers in Sumut Pos. The results showed that Sumut Pos carried out a strategy related to the fulfillment of the three sources of life support, namely in terms of type of content namely HR management, standart of journalistic writing, and strategy to maintain ethics in business related to advertising cooperation, then in terms of type of audience namely STP marketing strategy (segmentation, targeting, positioning), and also aspect of capital, namely the marketing mix strategy, namely 4Ps: Product, Price, Place, Promotion and marketing communication strategy. The evaluation results show that the current Sumut Pos management strategy is still effective to survive in the competition with the five main competitor newspapers in North Sumatra, namely Analisa, Waspada, SIB, Tribun Medan and Andalas. However, the current strategy is also not strong enough to replace the market leader of the local newspapers in North Sumatra today, namely Analisa, Waspada and SIB.

Keywords: Strategy, Newspaper Management, Media Competition, North Sumatra Post.

(9)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah kasih-Nya yang selalu menyertai saya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Strategi Manajemen Surat Kabar Daerah Sumut Pos Dalam Menghadapi Persaingan Media. Ucapan hormat dan terima kasih yang terdalam saya persembahkan kepada kedua orang tua, mama saya Dra.

Sarida Simbolon dan papa saya Drs. N.M. Simanungkalit, Msi yang tercinta, telah banyak memberikan dukungan baik materi, moral dan doa selama saya perkuliahan hingga selesainya tesis ini. Untuk saudara dan kerabat terkedekat yang juga memberikan perhatian dan doanya kepada saya. Tesis ini dibuat sebagai salah satu pemenuh syarat kelulusan dan perolehan gelar Magister saya dari Fakultas ilmu sosial dan Politik, Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelakasanaan, penelitian dan penyusunan Tesis ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D, selaku ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Ketua Penguji dalam seminar kolokium, seminar hasil dan ujian meja hijau untuk tesis ini.

4. Bapak Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D dan Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sampai penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D dan Bapak Dr. Humaizi, MA selaku Tim Dosen Penguji dalam seminar kolokium, seminar hasil dan

(10)

ujian meja hijau untuk tesis ini, yang juga telah banyak memberi masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Magister Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus saya sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

7. Seluruh informan penelitian di Sumut Pos, terkhusus untuk pimpinan perusahaan Sumut Pos yaitu Bapak Valdesz Djunianto Nainggolan, M.SP yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data dan informasi terkait penelitian.

8. Kak Dani, Zikra, Andrizal, dan Hose yang telah membantu pada setiap urusan administrasi yang diperlukan peneliti.

9. Ferlando Simanungkalit dan Daniel Febrian Simanungkalit yang merupakan saudara sekandung dari peneliti yang selalu memberikan semangat dan membantu peneliti.

10. Buat semua teman-teman kuliah MIKOM 2015, terkhusus untuk Tifany Natasha Panggabean, Angelia Sembiring, dan Isabella Deliana Simamora terimakasih untuk kebersamaan dan supportnya.

11. Akhirnya kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan yang Maha Esa akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. AMIN.

Medan, Agustus 2018 Peneliti,

Frina Anggita

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS... ... i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...ii

PERNYATAAN...iii

ABSTRAK ... ...iv

ABSTRACT... ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Fokus Masalah ... 13

I.3. Tujuan Penelitian ... 13

I.4. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

II.1. Paradigma Penelitian ... 15

II.2. Penelitian Terdahulu ... 18

II.3. Uraian Teori... 22

II.3.1. Komunikasi Massa ... 22

II.3.1.1. Media Massa ... 23

II.3.1.2. Media Massa Cetak... 25

II.3.1.3. Surat Kabar ... 26

II.3.2. StrategiManajemen... 27

II.3.2.1. Definisi Strategi ... 27

(12)

II.3.2.2. Peranan Strategi ... 28

II.3.3. Manajemen... 30

II.3.3.1. Strategi Manajemen Media Massa Cetak... 30

II.3.3.2. Strategi Manajemen Surat Kabar ... 32

II.3.4. Pemasaran Media Cetak... 37

II.3.4.1. Strategi Produk... 43

II.3.4.2. Strategi Penentuan Harga ... 44

II.3.4.3. Strategi Distribusi ... 45

II.3.4.4. Strategi Komunikasi Pemasaran ... 47

II.3.5. Evaluasi Strategi Organisasi ... 49

II.3.6. Teori Media Marxist ... 50

II.3.7. Teori Niche ... 52

II.3.8.Teori Hierarki Pengaruh Isi Media ... 56

II.4. Kerangka Pemikiran... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63

III.1. Lokasi Penelitian ... 64

III.2. Objek Penelitian ... 64

III.3. Subjek Penelitian... 64

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 65

III.5. Teknik Analisis Data ... 66

III.6. Keabsahan Data ... 67

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ... 70

IV.1 Sejarah dan Profil Umum Perusahaan ... 70

IV.1.1 Sejarah Jawa Pos Grup... 70

IV.2 Hasil Penelitian...79

IV.3 Informan Tambahan...124

IV.4 Temuan Penelitian ...131

IV.4.1 Data Media Sumut Pos ...131

IV.4.2 Peta Persaingan Surat Kabar di Sumatera Utara ...138

(13)

BAB V PEMBAHASAN ...146

V.1 Analisa Strategi Manajemen Sumut Pos dalam Persaingan Media menurut Teori Niche ...146

V.1.1. Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Meningkatkan Kualitas Isi Berita (Type of Content) ...148

V.1.1.1 Level Faktor Individual Sumut Pos...149

V.1.1.2 Level Rutinitas Media Sumut Pos ...153

V.1.1.4 Level Ekstra Media Sumut Pos ...157

V.1.2. Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Meningkatkan Khalayak Sasaran (Type of Audience) ...158

V.1.3 Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Meningkatkan Pendapatan/Modal (Capital) ...161

V.2 Evaluasi Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Persaingan Media ...165

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...168

VI.1 Simpulan ...168

VI.2 Saran ...170

VI.2.1 Saran Teoritis...170

VI.2.2 Saran Praktis...170

VI.2.3 Saran Akademis...171

DAFTAR PUSTAKA ...172

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.3.8 Lima Lingkaran Pengaruh Terhadap Isi Media... 56

2.4 Gambaran Kerangka Pemikiran... 62

4.1.1 Jaringan Jawa Pos di Seluruh Indonesia ... 71

4.1.4 Struktur Organisasi PT Sumut Pos ... 78

4.4.1a Pengakuan Publik Atas Surat Kabar Sumut Pos ... 134

4.4.1b Jaringan Surat Kabar Sumut Pos Grup... 135

4.4.1c Wilayah Edaran Surat Kabar Sumut Pos... 136

4.4.1d Kantor Oprasional Surat Kabar Sumut Pos... 137

4.4.2b Grafik Pendapatan Omset Iklan Sumut Pos 2017 ... 145

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.2 Perbandingan antara Penelitian terdahulu dengan penelitian Strategi

Manajemen Sumut Pos Dalam Menghadapi Persaingan Media... 21 4.4.2a Rata-rata Oplah Sumut Pos Per Hari Tahun 2016-2018... 144

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Surat kabar menjadi salah satu media informasi andalan masyarakat dikarenakan surat kabar merupakan media yang murah dan cukup praktis untuk digunakan. Melalui surat kabar masyarakat dapat mengetahui perkembangan informasi yang terjadi setiap harinya, seperti berita kriminal, dunia politik, budaya, informasi olah raga dan bahkan promosi tentang produk barang dan jasa yang biasa ditampilkan dalam rubrik iklan di setiap surat kabar.

Surat kabar sebagai media massa di Indonesia dimulai dari kemunculan surat kabar pertama Indonesia yakni Bataviasche Nouvelles yang terbit pada 7 Agustus 1744 (Fuady, 2002). Surat kabar di Indonesia telah hadir sebelum kemerdekaan Republik Indonesia bahkan turut berperan penting dalam perkembangan sejarah bangsa. Sejarah media massa khususnya surat kabar di Indonesia tercatat mengalami perkembangan yang paling pesat sejak memasuki era reformasi. Menurut Serikat Penerbit Surat Kabar, sejak bulan Mei 1998, jumlah surat kabar melonjak pesat dari dua ratus enam puluh menjadi tujuh ratus.

Pada tahun 2000-2001, terjadi penambahan lagi sebanyak lima ratus penerbitan baru, sehingga jumlahnya mencapai 1.051 penerbit (Santana, 2005). Berdasarkan sejarah yang ada terlihat bahwa dalam suatu negara khususnya Indonesia, media massa menjadi hal vital dalam perkembangan suatu negara. Sebuah media akan mendorong kesadaran nasional masyarakatnya. Melalui surat kabar masyarakat

(17)

terbiasa berpikir secara teks bukan hanya sekedar pendengar kabar dari mulut ke mulut, sehingga media massa semakin yang dibutuhkan terus berkembang.

Kejayaan surat kabar Indonesia terlihat saat memasuki era reformasi, namun akhir-akhir ini terutama semenjak kehadiran internet di tanah air, hampir semua tulisan dan diskusi tentang masa depan surat kabar selalu diisi dengan prediksi, cerita dan gambaran suram. Kemajuan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat membawa perubahan signifikan pada bentuk dan media penyajian informasi. Informasi pada masa kini disajikan tidak hanya dalam bentuk tercetak namun disajikan juga dalam berbagai media/bentuk elektronik yang dapat di akses melalui jaringan internet. Perkembangan teknologi komunikasi memicu munculnya media alternatif, yang mampu memangkas hambatan jarak, waktu dan nilai sosial budaya yang ada di tengah masyarakat.

Media baru dengan karakternya yang fleksibel dan mudah diperoleh ini kemudian membuatnya menjadi media yang semakin akrab di masyarakat dan menggeser media konvensional seperti surat kabar.

Anggapan yang muncul kemudian adalah persaingan yang terjadi saat ini akan mematikan media cetak sebagai media yang paling konvensional saat ini karena gencarnya pemberitaan dari media elektronik dan terutama media internet saat ini. Seperti disampaikan oleh chairman dan CEO News Corp Rupert Murdoch dalam berbagai kesempatan, mengenai akhir era koran yang diakibatkan kemunculan teknologi digital. Pada awal tahun 2000, dia memprediksi bahwa media cetak akan mati dalam dua puluh tahun ke depan. Dengan munculnya internet, surat kabar kertas akan digantikan berita digital di mana banyak pembaca

(18)

akan beralih ke komputer tablet atau smartphone (Prihartono, 2016).

Kecenderungan turunnya oplah koran dipicu oleh beralihnya sebagian besar pembaca muda dari membaca koran melalui media cetak ke membaca koran melalui media internet lewat smartphone yang hampir dapat dipastikan dimiliki oleh seluruh generasi milenial saat ini.

Secara praktis, data memperlihatkan penurunan oplah surat kabar. Data dari Asosiasi Surat Kabar Dunia, sepanjang 1995-2003 oplah koran turun lima persen di AS, tiga persen di Eropa, dan dua persen di Jepang. Sementara di Indonesia, survey Kementrian Komunikasi dan Informasi menunjukkan oplah koran yang sejumlah enam juta eksemplar di awal era reformasi (1998) kemudian hanya tinggal 4,3 juta eksemplar pada 2003 (Usman Ks, 2009). Dengan berkurangnya pembaca surat kabar, maka juga diiringi dengan menurunnya pengiklan di surat kabar. Oleh karena itu pemasukan surat kabar yang makin menurun telah sampai pada kondisi yang mengkhawatirkan hingga dapat mengancam eksistensi perusahaan surat kabar.

Penelitian kemudian semakin menunjukkan data mengenai fenomena menurunnya jumlah surat kabar yang berbanding terbalik dengan meningkatnya jumlah media digital dan peminatnya seperti pemberitaan yang dimuat pada situs Kompas.com. Pada daerah Amerika Serikat disebutkan bahwa kematian media cetak mulai terjadi karena tidak mampu melawan perubahan atas berkembangnya teknologi informasi yakni media online. Contoh nyatanya adalah Newsweek.

Majalah paling populer yang berumur delapan puluh lima tahun berhenti cetak pada akhir 2012 dan kemudian berganti wajah menjadi media digital per Januari

(19)

2013. Sebelumnya pada 2009, The Rocky Mountain News memutuskan mengakhiri edisi cetak dan meninggalkan 117.600 pembacanya. The Seattle Post Intelligence yang sudah berusia 146 tahun juga bernasib sama. Revolusi teknologi informasi, seperti perkembangan internet juga mengganggu “kesehatan” koran besar di AS. The Washington Post yang sering menjadi kiblat koran dunia yang terpaksa harus memangkas sejumlah biaya dengan menutup sejumlah biro dan mengurangi jumlah karyawan mereka. Fenomena ini terjadi secara global dan bahkan terjadi pada perusahaan surat kabar besar, sehingga dapat dipastikan bahwa keberadaan media baru memang sangat berpengaruh kepada keberlangsungan media cetak (Prihartono, 2016).

Fenomena serupa kemudian mulai melanda Indonesia. Tercatat pada tahun 2015, Sinar Harapan, Harian Bola dan Jakarta Globe menyatakan tutup. Mereka tidak mampu bertahan di industri media cetak karena gempuran media online (Prihartono, 2016). Namun di Indonesia masih besar harapan lima tahun kedepan media cetak masih dapat menaikkan oplah, karena di Indonesia masih mempunyai pasar pembaca media cetak yang belum tergarap secara intensif.

Sesungguhnya di tengah pesimisme yang dihadapi media cetak terhadap gempuran media digital saat ini, masih saja ada beberapa pihak yang menilai tetap masih ada harapan untuk bertahan bagi media cetak. Meskipun Marshall McLuhan, pernah meramalkan bahwa kehadiran media elektronik seperti televisi dan komputer akan mematikan keberadaan media massa tercetak. Namun ramalam McLuhan sampai sekarang tidak terbukti dan malahan masing-masing

(20)

media massa berkembang menjadi saling melengkapi secara saling mendukung positif atau terjadi hubungan complementary.

Departemen Jurnalistik Universitas New York menyimpulkan ketika koran tidak hadir akibat pemogokan, orang-orang pun merasa sangat kehilangan.

Mereka mencoba berpaling ke radio atau televisi untuk memperoleh informasi dan hiburan namun keduanya tak dapat sepenuhnya menggantikan koran. Para pembaca koran itu tetap merasakan ada sesuatu yang hilang, miskipun kebanyakan tidak dapat menjelaskan secara pasti perasaan itu. Ketika ditanya apakah kehidupan harian mereka terganggu, mereka menjawab: “Tidak, tapi saya merasa sangat kehilangan sesuatu” (Rivers, dkk, 2004). Jadi meskipun pada era globalisasi ini semua hal seolah dituntut serba canggih. Akan tetapi dari antaranya, pasti tetap saja masih ada kalangan tertentu yang tetap mengandalkan surat kabar untuk memenuhi kebutuhan informasinya ataupun pengiklan untuk memasarkan produk mereka.

Menurut survey Nielsen Consumer & Media View (CMV) kuartal III 2017 yang dilakukan di sebelas kota dan menginterview tujuh belas ribu responden, saat ini media cetak (termasuk koran, majalah dan tabloid) memiliki penetrasi sebesar delapan persen dan dibaca oleh empat setengah juta orang. Dari jumlah tersebut, delapan puluh tiga persennya membaca koran. Alasan utama para pembaca masih memilih koran adalah karena nilai beritanya yang dapat dipercaya. (www.nielsen.com, 2017)

Peluang yang masih terbuka pada saat ini, membuat surat kabar berlomba- lomba bersaing meningkatkan jumlah pemasang iklan, sehingga persaingan bisnis

(21)

pun semakin panas terjadi. Dilihat dari sisi belanja iklan, meskipun jumlah pendapatan belanja iklan turun sebelas persen dari tahun 2013 ke tahun 2017, namun total pendapatan iklan koran yang masih tetap berada di angka Rp 21 Triliun adalah gambaran bahwa media cetak masih memiliki peluang mendapatkan kue iklan yang signifikan.

Kompetisi yang berlangsung tidak hanya terjadi antar populasi saja (misalnya antara televisi dengan radio, surat kabar dengan majalah, ataupun radio dengan surat kabar), tetapi juga antar sesama warga populasi (misalnya antar surat kabar, antar stasiun radio siaran, antar stasiun televisi) (Dalgic, 2007:90).

Bertambahnya jumlah media cetak mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat antara sesama penerbitan pers. Munculnya para kompetitor baru ini dilandasi oleh beragam pertimbangan, ada yang dilandasi idealisme, orientasi bisnis, atau sekedar meramaikan industri surat kabar semata. Beberapa pers muncul dengan format yang beragam seperti koran, tabloid, majalah, bulletin, dan sebagainya.

Bahkan lebih spesifik koran terbagi lagi menjadi koran nasional dan lokal yang menyasar pembaca yang berbeda karena konten isi media yang berbeda skala, yakni nasional dan lokal.

Pembahasan lebih lanjut terkait konten media, menurut hasil survey dari Nielsen pada tahun 2017 (www.nielsen.com, 2017) pada kenyataannya konten muatan lokal masih menarik perhatian para pembaca di beberapa kota di Indonesia, baik yang dibaca melalui media cetak ataupun yang diakses di media online. Seperti di Makassar, sebanyak delapan puluh persen konsumen membaca konten lokal melalui Koran dan enam puluh persen mengakses konten

(22)

lokal melalui internet. Di Surakarta, lima puluh empat persen konsumen membaca konten lokal malalui koran dan tiga puluh enam persen mengaksesnya melalui internet. Oleh karena alasan ini pula penulis lebih tertarik untuk memfokuskan penelitian pada koran lokal.

Kompetisi yang semakin ketat ini juga seringkali menjadi faktor penting untuk meningkatkan kinerja media. Kompetisi membuat media terus berusaha meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Kompetisi media menjadi kajian yang sangat menarik untuk dibahas. Kajian mengenai kompetisi teori Niche merupakan teori ekologi yang menjelaskan sebuah proses kompetisi (John W.

Dimmick, 2003). Niche dapat diartikan sebagai celung atau ruang kehidupan.

Menurut teori ini, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap makhluk hidup memerlukan sumber penunjang yang ada di alam sekitarnya. Bila sumber penunjang kehidupan yang diperlukan itu sama dan jumlahnya terbatas, maka akan terjadi perebutan atau persaingan. Dalam perusahaan media surat kabar dapat bertahan dari ketatnya kompetisi dalam memperebutkan khalayak dan iklan yang tentunya menjadi kelangsungan hidup perusahaan surat kabar.

Menurut John W. Dimmick dan Eric Rothenbuhler, terdapat tiga sumber utama yang menjadi sumber kehidupan industri media yaitu capital (misalnya pemasukan iklan, iuran berlangganan), types of content (jenis isi media misalnya hiburan ataupun informasi), dan types of audience (jenis khalayak sasaran, misalnya menengah ke atas, regional atau berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya) (Dalam Rahmat Kriyantono, 2006). Dalam prakteknya, terdapat korelasi antara ketiga sumber kehidupan tersebut, yakni

(23)

semakin baik isu suatu media, maka semakin banyak khalayak sasaran yang dapat direbut, dan semakin besar pemasukan iklan bagi media tersebut.

Persaingan ketat yang terjadi antar media saat ini, mendorong perusahaan surat kabar saat ini untuk berinovasi dalam membuat strategi bertahan. Namun tidak semua surat kabar dapat bertahan meskipun sudah menjalankan strategi yang populer diambil oleh surat kabar lainnya. Perubahan teknologi komunikasi cepat terjadi, sehingga untuk bertahan media cetak perlu bekerja lebih keras lagi.

Kompetisi antar industri media ini adalah kompetisi untuk memperebutkan sumber penunjang kehidupan. Sebagai industri, pasar dari surat kabar adalah pengiklan dan pembaca. Jumlah pembaca yang melimpah akan memudahkannya menjual ruang di medianya kepada pengiklan. Media massa juga perlu mengidentifikasi audiens yang potensial agar dapat melihat kemungkinan- kemungkinan dan pasar yang dapat menguntungkan media massa.

Menurut Burton (2008) bahwa media sebagai sebuah industri mengusahakan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya yang didapatkan dari pengiklan. Namun sayangnya pada saat ini baik sirkulasi maupun pendapatan iklan cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun (Usman, 2009).

Kebergantungan surat kabar pada pengiklan juga memberi pengaruh pada sistem strategi manajemen surat kabar. Karena di sisi lain, pengiklan sering kali mempengaruhi isi media. Pengiklan yang memasang iklan di media seringkali mengancam akan menarik iklan jika surat kabar harus memberitakan hal buruk mengenai pengiklan, walaupun berita itu sebuah fakta.

(24)

Dari paparan ini, dapat terlihat latar belakang yang menjelaskan kondisi kompetisi antar media, khususnya persaingan surat kabar daerah dalam memperebutkan ketiga sumber penunjang kehidupannya merupakan sebuah perspektif yang menarik untuk diteliti. Fenomena ini mengharuskan media cetak mengembangkan pasar secara dinamis dengan melakukan inovasi produk, pelayanan atau proses agar dapat bersaing dengan kompetitornya. Oleh karena itu strategi pemasaran dan bisnis yang dilakukan oleh setiap penerbit juga menjadi bervariasi dan selalu berkembang, apalagi dengan semakin ketatnya persaingan dalam era pasar bebas dan liberisasi perekonomian yang tak mengenal batas wilayah dan dimensi ruang serta waktu.

Khusus untuk daerah Sumatera Utara, masih terdapat beberapa surat kabar yang bertahan menghadapi kerasnya persaingan saat ini. Beberapa surat kabar di Sumatera Utara yang masih eksis antara lain Analisa, Andalas, Sinar Indonesia Baru, Waspada dan Sumut Pos. Surat kabar daerah Sumut Pos menjadi yang paling menarik untuk diteliti diantara koran daerah Sumatera Utara yang masih tetap eksis bertahan dengan format surat kabar cetak. Sumut Pos berada pada naungan Jawa Pos Group yang merupakan kerajaan bisnis Koran terbesar kedua setelah Kompas-Gramedia. Sumut Pos yang terbit pertama pada 1 Oktober 2001 ini telah menggunakan format koran modern dengan tujuh kolom. Meskipun Sumut Pos merupakan koran lokal, namun Sumut Pos juga tetap menyajikan berita dari berbagai penjuru Indonesia dan juga dunia (www.anneahira.com, 2017) Sumut Pos memiliki dua jenis sistem pemasaran yakni pelanggan dan eceran. Pelanggan: Sumut pos memiliki loper (pengantar koran) dimana sumut

(25)

pos memiliki loper sendiri yang tersebar dikota medan, guna memenuhi permintaan pelanggan koran sumut pos yang terdaftar langsung dikantor sumut pos. Eceran terbagi dua yaitu : eceran bergerak dan eceran non bergerak. Eceran bergerak bisa juga disebut asongan yang dijual di persimpangan atau sistem penjualannya yang menjual kebeberapa tempat. Eceran non bergerak bisa disebut s point seperti kios atau toko-toko buku yang sudah dianggap kerjasama.

Sementara agen kota maupun agen daerah bisa juga disebut sebagai aceran karena sistem penjualannya sudah ditangani pihak ke ketiga.

Dari data penjualan Sumut Pos Tahun 2017, terlihat persentase pertumbuhan penjualan koran terbilang kecil namun tetap dapat bertahan, dimana oplah koran mencapai 6.400 eksemplar/ hari. Menurut pihak manajemen Sumut Pos, penjualan Sumut Pos Cetak tersebut cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk saat ini, pihak manjemen mengatakan bahwa sangat berat untuk mengelola bisnis surat kabar di era media digital, oleh karena itu mereka terus melakukan inovasi dalam strategi manajemen Sumut Pos agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi persaingan. Oleh karena itu, untuk mengimbangi biaya oprasional, Sumut Pos juga telah mengembangkan strategi konvergensi media melalui Sumut Pos Online. Terlihat bahwa Sumut Pos telah bersiap dalam menghadapi persaingan di era digital ini. Sumut Pos memiliki website berita yaitu sumutpos.co yang juga dapat diakses secara gratis. Bahkan Sumut Pos juga menjual Sumut Pos Epaper, dimana para pembaca dapat berlangganan koran Sumut Pos secara online. Sumut Pos juga turut serta mengambil kesempatan dalam tren media online yang makin digemari masyarakat. Berbagai strategi ini

(26)

sangat menarik untuk diteliti. Keberadaan Sumut Pos Online ini diharapkan dapat mendongkrak pemasukan iklan agar dapat mempertahankan bisnis ditengah persaingan ketat di era digital saat ini.

Selain dari tampilan dan strategi surat kabar Sumut Pos, hal lain yang juga menarik adalah manajemen koran Sumut Pos yang merupakan anak perusahaan dari Jawa Pos Group. Sumut Pos sebagai koran lokal memiliki otonomi manajemen di tingkat lokal, namun tetap diawasi dan dikontrol oleh manajemen Jawa Pos Group di Jawa. Hal ini membuat peneliti merasa pemilihan Sumut Pos sebagai objek penelitian akan menjadi kajian yang menarik, karena pengelolaan surat kabar menjadi lebih kompleks dibandingkan koran lokal sejenis di Sumatera Utara.

Berdasarkan paparan sebelumnya, ketiga sumber penunjang kehidupan dalam industri media menurut Niche menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan supaya bisnis tetap dapat bertahan menghadapi kompetisi. Ketiganya perlu diusahakan karena dalam prakteknya memiliki pengaruh satu sama lain.

Sajian isi berita (type of content). Sajian berita tidak hanya dituntut menarik, tetapi juga informatif dan bermanfaat bagi khalayak pembaca. Kualitas isi berita yang baik akan secara langsung menarik lebih banyak pembaca yang lebih luas (type of audience) dan sejalan dengan itu pula peningkatan jumlah pembaca juga akan meningkatkan jumlah iklan yang masuk. Sehingga kemudian, banyaknya iklan yang masuk akan meningkatkan jumlah dana produksi dan keuntungan (capital) yang diperoleh.

(27)

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana strategi manajemen Sumut Pos dalam memenuhi ketiga sumber kehidupan industri media berdasarkan teori Niche, yakni capital, type of content dan types of audience. Teori niche membahas adanya kompetisi media yang hidup di dalam satu ruang lingkup dalam memenuhi kebutuhannya yang peneliti lihat sesuai untuk membahas penelitian mengenai startegi manajemen media.

Manajemen banyak digunakan pada sebuah perusahaan dan dalam penelitian ini manajemen yang dibahas adalah manajemen dalam sebuah perusahaan media yaitu surat kabar. Manajemen secara umum dapat diartikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memprakarsai dan mengendalikan organisasi yang dilakukan berbagai kelompok orang dalam organisasi.

Manajemen atau pengorganisasi pada perusahan media surat kabar tidak hanya memproduksi kerja berupa berita tetapi juga mencakup pekerjaan administrasi perusahaan, teknis percetakan, serta penjualan dan pencarian pemasaran dari iklan. Untuk itu dibutuhkan sebuah kerangka majemen yang berbeda dengan sistem kerja perusahaan pada umumnya. Mereka menetapkan falsafah perusahaan, sikap dasar , tujuan dan strategi dan memilih arah tindakan yang terbaik untuk mencapai apa yang direncanakan (Sularto, 2011). Manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkannya.

Penerbitan pers harus dapat memposisikan diri secara startegis dalam eksistensinya dan interpendensinya dengan negara, masyarakat dan bisnis. Dalam penelitian ini peneliti lebih memilih meneliti top manajemennya karena top

(28)

manajemen dalam perusahaan surat kabar merupakan bagian yang bertanggung jawab dalam membuat strategi untuk menjalankan bisnis surat kabar. Untuk dapat menjalankan fungsi fundamental dari surat kabar, manajemen surat kabar harus dijalankan secara bisnis agar dapat membiayai kegiatan penerbitannya secara mandiri tanpa harus disubsidi. Ini berarti, manajemen pers surat kabar harus berpijak pada landasan manajemen yang sehat untuk menjamin kelanggengan penerbitannya.

2. Fokus Masalah

Adapun fokus masalah dalam kajian mandiri ini adalah: “Bagaimana Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos Dalam Menghadapi Persaingan Media?”

3.

1.

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk menganalisa Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam

2.

Menghadapi Persaingan Media.

Untuk mengevaluasi Strategi Manajemen Surat Kabar Sumut Pos dalam Menghadapi Persaingan Media.

4.

1.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai berikut : Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi kontribusi pengetahuan yang

(29)

baru terkait strategi manajemen surat kabar Sumut Pos dalam menghadapi persaingan media, baik bagi peneliti maupun bagi pembaca. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat dalam menambah pengetahuan teoritis penulis selama mengikuti studi di Magister Ilmu Komunikasi, FISIP USU.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi variasi kajian penelitian ilmu komunikasi dalam bidang strategi manajemen media massa cetak surat kabar dalam menghadapi persaingan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi kebijakan pengelola media cetak dalam mempertahankan eksistensinya dalam persaingan media.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memiliki tujuan untuk melakukan rekonstruksi pemahaman. Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis atau paradigma transmisi (Eriyanto, 2011:43).

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis.Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis.

Paradigma ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Pengandaian jika tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada.

(31)

Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan dibuat dan diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima (Eriyanto, 2011: 46). Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.

Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya.Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.

Pemikiran konstruktivisme mengacu pada pengetahuan manusia yang merupakan hasil konstruksi dari manusia itu sendiri. Paradigma sekurang- kurangnya mencakup empat dimensi, yakni :

a. Epistemologis, yang antara lain menyangkut asumsi mengenai hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam proses untuk memeroleh pengetahuan mengenai obyek uang diteliti. Kesemuanya menyangkut teori pengetahuan yang melekat dalam perspektif teori dan metodologi.

b. Ontologis, yang berkaitan dengan asumsi mengenai obyek atau realitas sosial yang diteliti.

c. Metodologis, yang berisi asumsi-asumsi mengenai bagaimana cara memeroleh pengetahuan mengenai suatu obyek pengetahuan.

d. Aksiologis, yang berkaitan dengan posisi value judgment, etika, dan pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian. (Hidayat, 1999)

(32)

Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.

Realitas subyektif berupa pengetahuan individu. Selain itu, realitas subyektif merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses intrnalisasi. Realitas subyektif yang dimilik masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berkemampuan melakukan obyektivikasi dan memunculkan sebuah konstruksi realitas obyektif yang baru (Margaret, 2010). Sedangkan realitas obyektif dimaknai sebagai fakta sosial.

Disamping itu realitas obyektif merupkan suatu kompleksitas definisi realitas serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta.

Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. meskipun institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi.

Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Berger dan Luckmann menyatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan

(33)

masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Bungin, 2008).

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Ada beberapa penelitian yang menyoroti tentang persaingan media dan manajemen media massa, hal ini menjadi perhatian peneliti sebagai kajian pendahulu agar penelitian ini dapat mengungkapkan sisi lain sekaligus melengkapi penelitian yang sudah ada sebelumnya. Kajian terdahulu dibutuhkan untuk menjadi bahan referensi dan sumber rujukan bagi seorang peneliti.

Sebuah penelitian yang menyoroti persaingan surat kabar daerah di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Agnes P. Sinaga (2011) yang menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan antara harian ANALISA dan GLOBAL dalam kompetisi memperebutkan types of content yakni pada kategori Pendidikan dan Seni Klasik. Perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian peneliti adalah penelitian ini hanya menjelaskan perbedaan antara surat kabar harian ANALISA dan harian GLOBAL dalam memperebutkan types of content yang ditinjau dengan teori niche. Penelitian terdahulu ini belum dapat menjelaskan tentang kompetisi antar industri media di daerah Sumatera Utara yang bersifat lebih komprehensif, dengan memperhitungkan seluruh sumber penunjang kehidupan industri media yaitu types of content, type of audience dan capital. Selain itu, penelitian Agnes menggunakan metode kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti ini adalah objek penelitiannya yang sama-sama meneliti tentang persaingan surat kabar daerah di Sumatera Utara yang menggunakan teori Niche.

(34)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Vidya Ayunita pada tahun 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi manajemen Suara Merdeka untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dalam menghadapi media kompetitor di Jawa Tengah dengan meningkatkan segmen dan market share. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang merujuk pada metode penelitian studi kasus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Suara Merdeka perlu meningkatkan kembali segmen dan market share untuk mempertahankan eksistensi perusahaan sebagai market leader di Jawa Tengah. Perbedaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian peneliti terletak pada pembahasan penelitian ini yang memang telah membahas cukup lengkap mengenai strategi manajemen surat kabar dalam menghadapi persaingan media online, namun hasilnya tidak dapat dipastikan bisa menggambarkan situasi persaingan yang terjadi di daerah lain dan juga bagaimana strategi manajemen surat kabar di daerah lainnya. Karena yang menjadi kajian penelitian ini adalah koran daerah di Jawa Tengah, setiap koran daerah memiliki tantangan dan situasi persaingan antar media di daerah masing-masing. Sehingga tidak ada salahnya untuk mengembangkan penelitian sejenis untuk surat kabar lokal di daerah lainnya untuk menambah pengetahuan di bidang strategi manajemen pada media cetak. Sementara persamaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian saat ini adalah objek penelitiannya yang sama-sama membahas persaingan surat kabar.

Selanjutnya penelitian dari Halimatus Sa‟diyah pada tahun 2014.

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan latar belakang Unit Bisnis Kelompok Pers Daerah /Persda KKG menerbitkan koran daerah disaat penetrasi internet secara lokal dan nasional mengalami kenaikan serta alasan dan rumusan

(35)

penentuan harga koran seribu rupiah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif diskriptif dengan metode studi kasus dan menggunakan paradigma konstruktivisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tujuan KKG menerbitkan koran Tribun Jateng adalah untuk memperluas bisnis dan ini didukung oleh pasar daerah (Kota Semarang) yang potensial berdasarkan Teori Niche. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yang dilakukan di daerah Jateng, sehingga tidak dapat juga langsung mewakili strategi koran daerah lain karena setiap koran daerah memiliki tantangan dan situasi persaingan antar media di daerah masing- masing. Persamaannya adalah sama-sama meneliti strategi persaingan surat kabar daerah.

Penelitian terdahulu yang selanjutnya oleh Reni Nuraini Putri Habibi (2010). Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang menggambarkan secara keseluruhan mengenai manajemen redaksi pada media cetak. Hasil penelitian terdahulu ditemukan bahwa sistem manajemen redaksi Republika bersifat terbuka, setiap hari mengadakan rapat redaksi dan setiap karyawan memberikan pendapat. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti terletak pada jenis surat kabar, pembahasan penelitian terdahulu yang terletak hanya pada manajemen redaksi sedangkan penelitian peneliti meneliti keseluruhan dari manjemen surat kabar yang artinya bahwa penelitian peneliti lebih lengkap membahas terkait strategi manajemen surat kabar.

Penelitian terdahulu tidak menggunakan teori Niche untuk membahas persaingan yang terjadi dalam industri media cetak serta lokasi penelitiannya. Persamaanya adalah sama-sama membahas tentang manajemen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(36)

Tabel 2.2

Perbandingan antara Penelitian terdahulu dengan

penelitian Strategi Manajemen Sumut Pos Dalam Menghadapi Persaingan Media

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Kompetisi Industri Surat Kabar (Studi Analisis Isi dan Aplikasi Teori Niche pada Kompetisi Industri Surat Kabar Harian ANALISA dan Harian GLOBAL Oleh Agnes P. Sinaga. 2011.

• Meneliti Kompetisi Industri Surat Kabar di Sumatera Utara.

• Menggunakan teori Niche.

• Fokus penelitian hanya pada persaingan types of content yang ditinjau dengan teori niche.

• Menggunakan metode kuantitatif 2. Strategi Manajemen Suara Merdeka Untuk

Mempertahankan Eksistensi Perusahaan Dalam Menghadapi Media Kompetitor di Jawa Tengah Oleh Vidya Ayunita. 2013.

• Meneliti strategi manajemen dalam berkompetisi

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Penelitian koran lokal di jawa Tengah.

3. Strategi Koran Tribun Jateng Di Era Media Baru (Strategi Komunikasi Pemasaran, Harga/Iklan, Distribusi, dan Isi) oleh Halimatus Sa‟diyah. 2014.

• Meneliti strategi manajemen dalam berkompetisi

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Penelitian koran lokal di jawa Tengah.

• Penelitian lebih mengkhususkan persaingan antar media cetak dan online dalam era media baru

4. Manajemen Redaksi Harian Republika dalam Menghadapi Persaingan Industri Media Cetak oleh Reni Nuraini Putri Habibi. 2010.

• Membahas tema manajemen dalam persaingan surat kabar

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Fokus penelitian hanya sampai pada Manajemen Redaksi

• Tidak menggunakan teori Niche untuk membahas persaingan yang terjadi dalam industri media cetak 5. Implementasi Integrated Marketing

Communication (IMC) Pada Media Cetak Harian Riau Pos Dalam Mempertahankan Pelanggan oleh Evawani Elysa Lubis dan Wido Sulviawati. 2012.

• Membahas tentang strategi surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Fokus penelitian pada strategi IMC yang digunakan surat kabar dalam mempertahankan pelanggan

6 Aplikasi Strategi Komunikasi Pemasaran Surat Kabar Harian Surat Kabar Rakyat Bengkulu Dalam Menjaring periklanan oleh Vethy Octa viani. 2014.

• Membahas tentang strategi surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Berfokus untuk membahas strategi komunikasi pemasaran surat kabar.

7 Bauran Promosi Dalam Meningkatkan Jumlah Pemasang Iklan (Studi Deskriptif Kualitatif pada Surat Kabar Harian Jogja) oleh Mimip Tahurrohmat. 2015.

• Membahas tentang strategi surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Berfokus pada strategi surat kabar dalam meningkatkan pemasangan iklan

8 Strategi Komunikasi Pemasaran Koran Tempo Dalam Memasarkan Ruang Iklan (Studi Kasus Sisipan Tempo Gading November 2008- Januari 2009) oleh Tri Handiyanto. 2009.

• Membahas tentang strategi surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan penelitian kualitatif

• Berfokus pada strategi surat kabar dalam meningkatkan pemasangan iklan

9 Kompetisi Surat Kabar Lokal di Yogyakarta (Analisis dan Aplikasi Teori Niche pada Headline Surat Kabar Harian Tribune Jogja dan Harian Jogja) oleh Sri Mulyani. 2016.

• Membahas tentang kompetisi yang terjadi pada surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan teori Niche

• Berfokus menganalisa tingkat kompetisi surat kabar hanya dari segi jenis isi berita pada headline (types of content) yang ditinjau dengan teori niche.

• Menggunakan penelitian kuantitatif

10 Persaingan Media Cetak Lokal Dalam Memperebutkan Iklan di Yogyakarta (Analisis Isi Tingkat Persaingan Media Cetak Lokal Dalam Memperebutkan Iklan di Yogyakarta Antara Surat Kabar Koran Merapi Dan Harian Meteor dengan Aplikasi Teori Niche) oleh Yandi Jamaluddin Ilyas . 2009.

• Membahas tentang kompetisi yang terjadi pada surat kabar dalam persaingan media

• Menggunakan teori Niche

• Berfokus menganalisa tingkat kompetisi surat kabar hanya dari segi perebutan iklan (capital) yang ditinjau dengan teori niche.

• Menggunakan penelitian kuantitatif

(37)

2.3 URAIAN TEORI 2.3.1 Komunikasi Massa

Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjukan pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa.

Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca (Nurdin, 2009)

Menurut Defleur dan McQuail (Dalam Riswandi, 2009), terdapat tujuh komponen komunikasi massa, diantaranya:

1. Komunikator.

2. Pesan.

3. Media.

4. Komunikan.

5. Gangguan.

6. Timbal Balik.

Menurut Defleur dan McQuail (Dalam Riswandi, 2009) komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak khalayak yang besar dan berbeda beda dengan melalui berbagai cara. Sementara itu, lebih jauh menurut Nurudin (2009), Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar- pemancar yang berbentuk audio dan atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih

logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

(38)

Menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi dalam penciptaan makna bersama melalui media massa kepada khalayaknya. Komunikasi massa dapat disampaikan melalui berbagai jenis media untuk menyampaikan pesannya.

2.3.1.1 Media Massa

Media massa merupakan tempat untuk mempublikasikan berita. Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada publik atau masyarakat. Kata media massa terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “massa”. Kata media dekat dengan pengertian “medium” yang berarti penengah atau penghubung, sedangkan kata massa berarti sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak (Wiryawan, 2007). Sehingga dapat diartikan media massa adalah suatu lembaga netral yang berhubungan dengan orang banyak atau lembaga yang netral bagi semua kalangan atau masyarakat banyak. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan istilah pers.

Perlu ditekankan bahwa dalam hal ini yang dimaksud media adalah media atau alat yang menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa, bukan media tradisional seperti wayang, kethoprak, ludruk, dan lain sebagainya. Sedangkan media massa modern terbagi menjadi dua yaitu media massa yang tercetak dalam sebuah kertas (media cetak) dan media yang terdiri dari perangkat mesin – mesin (media elektronik), media massa cetak misalnya majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Serta media elektronik seperti radio dan televisi (Nuruddin, 2009). Sehingga dalam hal ini media yang dimaksud

(39)

adalah media yang merupakan hasil dari adanya teknologi terbaru atau modern yang dapat menyampaikan sebuah informasi terkini yang meliputi kehidupan bermasyarakat dan penting diketahui oleh masyarakat.

Menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories, ada enam perspektif dalam hal melihat peran media yakni:

1. Melihat media massa seabagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

3. Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya.

Disini khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

(40)

4. Media massa seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

6. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif (McQuail, 2011).

2.3.1.2 Media Massa Cetak

Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi. Maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya ( Ardianto, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas, pengertian mengenai media cetak ini umumnya dipahami secara khusus, yang ditangkap ketika disebutkan „media cetak‟ adalah koran, buku, majalah dan sebagainya. Namun makna media cetak lebih luas lagi dari sekedar itu. Pada dasarnya media cetak adalah media untuk penyampaikan informasi untuk kepentingan umum atau orang banyak, dan bentuk penyampaiannya adalah tertulis.Pengertian media cetak secara umum, dimana

(41)

media cetak berisi informasi untuk kepentingan masyarakat umum, sehingga tidak terbatas hanya untuk kelompok tertentu.

Dari sisi internal, sebuah media cetak harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antarpelbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, kahlayak pelanggan dan pembaca, mitra kerja, agen, loper, pemasang iklan, dan biro iklan. Selain itu, interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik (Santana, 2005). Media cetak sebagai kelembagaan media harus menetapkan peranan, tujuan, visi, sikap serta orientasi nilai bagi masyarakat. Dengan menetapkan kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya yang baik, maka media cetak dapat dipercaya masyarakat sebagai lembaga penyapai informasi.

2.3.1.3 Surat Kabar

Menurut Onong Uchjana Effendy (1993) surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” Secara lebih luas, surat kabar merupakan bagian dari pers. Menurut Harimurti pers adalah media massa yang merupakan media cetak, merupakan terbitan yang memuat berita, risalah karya, iklan dan lain-lain. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara tercetak atau publikasi secara dicetak atau printed publications (Effendy, 2001). Jadi secara singkat pengertian pers adalah sebutan bagi penerbit/perusahaan/kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan.

(42)

Berdasarkan peraturan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers disebutkan bahwa Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2.3.2 Strategi Manajemen 2.3.2.1 Definisi Strategi

Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Para pelopor konsep strategi memberikan definisi tentang strategi. Adapun definisi tersebut yaitu:

menurut Anthony, Parrewe dan Kacmar (1999) strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk mencapai tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan di luar organisasi yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi.

Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

(43)

tujuan tersebut dapat dicapai. Kemudian pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan tiga strategi yaitu:

1. Strategi Manajemen.

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro.Misalnya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, srategi keuangan, dll.

2. Strategi Investasi

Strategi investasi Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu devisi baru atau startegi divestasi dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi/ operasi, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti, 2014).

2.3.2.2 Peranan Strategi

Peranan Strategi Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan

(44)

agar tujuan yang diinginkan tercapai. Strategi memiliki 3 peranan penting dalam mengisi tujuan manajemen, yaitu :

1) Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.

2) Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi Salah satu peranan penting strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi adalah untuk memberikan kesamaan arah bagi perusahaan

3) Strategi sebagai target Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan di mana perusahaan berada dalam masa yang akan datang.

Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan.Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target perusahaan (Grant, 1999:21).

Rencana strategis sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan agar perusahaan tersebut dapat maju dan berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut.Perusahaan merumuskan visi misi perusahaan sebagai acuan dalam melaksanakan bisnis perusahaan.Sehingga tujuan perusahaan untuk melaksanakan stategi bisnis yaitu untuk menetukan langkah-langkah dalam menyusun rencana perusahaan kedepannya, kelangsungan bisnis perusahaan dan profit maksimal perusahaan bisa dicapai dengan baik

(45)

2.3.3 Manajemen

Schein (2008) memberi definisi manajemen sebagai profesi.Menurutnya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat.

Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata.

Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan.

Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi- fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer.

2.3.3.1 Strategi Manajemen Media Massa Cetak

Manajemen menurut Soehoet (2002)mengandung dua pengertian: Pertama, POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Kedua, 6 M (Men,

(46)

Materials, Machine, Methods, Money, Market). Manajemen merupakan konsekuensi logis dari kepercayaan (responsibility) dan kenyataan (reality) yang harus dibuktikan melalui struktur organisasi media cetak yang bersifat formal dan kecakapan yang bersifat fungsional (authority). Diantaranya bidang: redaksi, iklan, pemasaran dll.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya: peluang usaha, kemampuan SDM, kapital, SWOT dengan kompetitor, keinginan pembaca, perubahan sosial berupa teknologi, ekonomi, politik, budaya dll. Langkah yang perlu dilakukan antara lain: perhatian terhadap lingkungan eksternal, menjual ruang untuk iklan, efesiensi di semua unit usaha, suntikan modal dll. Semua pendapatan diperoleh dari penjualan produk media cetak (eceran, langganan, barter dll), penjualan kolom (iklan baris, duka cita dll) dan penjualan jasa kegiatan off print seperti seminar, pameran dll untuk membentuk image posistif (Djuroto, 2000).

Sejalan dengan pendapat pakar komunikasi Kanada Marshall McLuhan yang mengatakan the press is the extention of man, Jakob Oetama mengatakan pers merupakan perpanjangan alat untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap informasi, hiburan, pendidikan dan keingintahuan mengenai peristiwa yang terjadi di sekitarnya (dalam Oetama, 1987). Inilah yang dimanifestasikannya dalam surat kabar KOMPAS, sebagai surat kabar nasional terbesar di Indonesia, yang didirikannya bersama dengan PK Ojong (alm) tanggal 28 Juni 1965 dengan struktur yang kurang lebih sebagai berikut:

1. Owner: pemilik perusahaan yang menerima laporan pertanggungjawaban dari top manager. Terkadang owner identik dengan top manajer.

Gambar

Gambar 2.4  Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1.4  78 Struktur Organisasi PT. Sumut Pos Medan
Grafik Pendapatan Omset Iklan Sumut Pos 2017

Referensi

Dokumen terkait

penyakit lansia mempengaruhi lama perawatan. Pendugaan sebaran lama perawatan untuk masing-masing kelompok penyakit dilakukan sama halnya seperti pendugaan sebaran

Pelaksanaan Retensi Dokumen Rekam Medis Aktif Dengan Standar. Akreditasi KARS MKI 12 Di Filing RSJD Dr.Amino Gondo

H 0 : Strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan- perusahaan dalam industri perhotelan tidak memiliki perbedaan terhadap posisi persaingan perusahaan.. H 0

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan, dengan memperhatikan Tabel 5, pada hasil rekapitulasi rerata nilai organoleptik 20 (dua puluh) orang responden, untuk

Nilai gizi protein suatu bahan pargan bukan saja oleh kadar protein yang di tetapi juga oleh ketersediaau atau dapat. protein tersebut digunakan oleh

[r]

Sedangkan untuk model III, yaitu kemitraan inti-plasma yang dikelola oleh petani secara individu, karena jumlah petani yang mengikuti program tersebut terbatas hanya sebanyak

akan dilihat dari komponen being, terutama yang berhubungan dengan kondisi pasien saat menderita penyakit kanker Ieber rahim yaitu mulai munculnya