• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (A.Md.RMIK) dari Program Studi DIII RMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (A.Md.RMIK) dari Program Studi DIII RMIK"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN FILLING

UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN REKAM

MEDIS

DI FILLING RAWAT JALAN RUMAH SAKIT KHUSUS

BEDAH KARIMA UTAMA SUKOHARJO

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Diploma (A.Md.RMIK) dari Program Studi DIII RMIK

Oleh :

DIYAN LESTARI

D22.2013.01333

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2016

(2)

HALAMAN HAK CIPTA

© 2016

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini secara khusus kupersembahkan kepada :

Terima Kasih Kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah NYA

kepada kita semua.

Bapak Suprat dan Ibu Sri yati terima kasih atas dukungan dan doa nya.

Kakak ku tersayang Siti Wiyanti terima kasih selalu memberikan doa dan

dukungan nya.

Keluarga Besar Wagimen Damsuki terima kasih atas doa dan dukungan nya.

Tetap piknik tahunan dan kompak selamanya ya.

Kakak Syifa Cahaya Wulandari dan dek Aditya Munadhil Fayat Anwar

makasih yah sudah menghibur bulek dengan cerewetan kalian berdua. Peluk

cium dari bulek ya nak ya, kalian harus lebih hebat dari bulek :*

Kepada Dosen Pembimbing Bapak Arif Kurdiadi,M.Komterima kasih telah

sabar membimbing dalam pembuatan karya tulis ini.

Teman-teman ku yang selalu support dan gila selau,

zidnal,iza,silmi,intun,ita,ndut,nenes,isti,ganis,yiyis,pepy,vita,yulia,wanda,katar

i,nisak,roviana,si crewet indri,photographer amah,om faris, mz wahyu ndut,dan

si kembar ashim,bayu.luve you 61.dan buat kamu terimakasih mas sudah

menjalankan tugas mu dengan luar biasa,sudah menjadi teman yang sungguh

hebat dan mulia,terimakasih selalu ada dari awal aku masuk kuliah sampai aku

memakai Toga terimakasih Yusuf Ratno Saputro.

Almamater tercinta Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Diyan Lestari

Tempat Tanggal Lahir

: Kab.Semarang, 17 Desember 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Dr Sutomo Kp Wonosari III No 64E

RT 08RW 04 Kel.Randusari Kec. Semarang

SelatanKota Semarang

Riwayat Pedidikan :

1. SDN Jati-Jajar 02 tahun 2004-2007

2. SMP PGRI Bergas tahun 2007-2010

3. SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun 2010-2013

(9)

PRAKATA

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul ’Evaluasi Pengelolaan Filling Untuk Meningkatkan

Mutu Pelayanan Rekam Medis di Filling Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utma Sukoharjo Tahun 2016’ ini tepat pada waktunya.Karya tulis ini

merupakan syarat dalam menyelesaiakn pendidikan Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Peneliti sangat menyadari bahwa selesainya penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

3. Dr. Pamuji Utomo,Sp.OT selaku pemilik Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo. 4. Dr. Nining Tri Maryani selaku Direktur Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo. 5. Dr. Humaimah selaku manager HRD dan Administrasi Rumah Sakit Karima

Utama Sukoharjo.

6. Arif Kurniadi, M.Kom, Selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, dan selaku pembimbing akademik.

(10)

7. Ivan Wahid Kristianto.Amk selaku Kepala Rekam Medis Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo.

8. Seluruh Staf Karyawan dan Karyawati Bagian Rekam Medis di Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo, yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.Kritik dan saran yang membangun diharapkan dari pembaca demi perbaikan menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan di rumah sakit agar lebih baik.

Semarang, Juni 2016

Peneliti Diyan Lestari

(11)

PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 ABSTRAK

DIYAN LESTARI

EVALUASI PENGELOLAAN FILLING UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN DI FILLING RAWAT JALAN RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH KARIMA UTAMA SUKOHARJO TAHUN 2016

ix+66 hal+6 Tabel+2 Gambar+9 Lampiran

Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo terhadap pengelolaan dokumen rekam medis pada 9 sub rak secara acak, terdapat 3000 dokumen rekam medis ditemukan dokumen rekam medis yang mengalami missfile. Sering terjadi DRM yang tidak ditemukan, maka untuk mempercepat pelayanan, petugas membuatkan DRM baru untuk pasien lama.Hal ini mengakibatkan tejadinya duplikasi penggunaan nomor rekam medis dan DRM.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan DRM di bagian Filing RS Karima Utama Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian adalah observasi dan wawancara. Instrumen penelitian menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara. dianalisis secara deskriptif dan selanjutnya dibandingkan dengan teori.

Berdasarkan hasil penelitian di unit filing Rumah Sakit Karima Utama Sukoharjo masih sering terjadi missfile. Dalam peminjaman dokumen rekam medis belum menggunakan tracer,buku ekspedisi dan kode warna .Selama ini hanya menggunakan bon pinjam.Penyimpanan DRM menggunakan sistem Desentralisasi dan sistem penjajaran yang dipakai adalah (straight numerical filing)SNF.RS Karima Utama Sukoharjo belum mempunyai Standar Operasional Prosedur tentang pengelolaan filling.Terdapat 3 petugas filing dan ada tugas

Saran bagi RS Karima Utama Sukoharjo adalah membuat tracer dan buku ekspedisi pinjam Standar Operasional Prosedur tentang pengelolaan filling,memperluas ruangan,melakukan retensi periodic,menambah penerangan.

Kata Kunci :Filing, pengetahuan petugas,sarana,pengelolaan RM,SOP Kepustakaan: 21 (1989 – 2015)

(12)

The Diploma Program on Medical Records and Health Information Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 ABSTRACT

DIYAN LESTARI

EVALUATION OF FILLING MANAGEMENT TO IMPROVE QUALITY OF SERVICE IN OUTPATIENT FILLING OF KARIMA MAJOR SURGERY HOSPITAL SUKOHARJO YEAR 2016

ix + 66 pages + 14 tables + 2 pictures + 9 appendix

Based on observations in Karima Major Surgery Hospital Sukoharjo against management of medical record document in 9 sub shelves randomly, there were 3000 missfile . It often happened that medical record documents did not find, then to speed up service, officer made new medical record documents for these patients. It caused duplicate of medical record number and medical record documents. The purpose of this study identified the management of medical record documents in Filing Karima Major Surgery Hospital Sukoharjo.

This type of research was descriptive. The research method were observation and interviews. Data analyzed descriptively and compared with theory.

Based on the research results in filing unit still occured missfile. Borrowing of document did not use tracer, book expedition and color codes. During this time only used borrow card. Storage of DRM was decentralized system and alignment system was straight numerical filing / SNF. RS Karima Sukoharjo did not have Standard Operating Procedure on filling management. There were 3 filing officers and already have description of the task.

Therefore, reseacher suggested RS Karima Sukoharjo use tracer and expeditions books, makes Standard Operating Procedure on filling management, expand the room, doing periodic retention, increase lighting in the filing room.

Keywords : Filing, knowledge, facilities, management medical record,

procedures

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... iv

KEASLIAN PENELITIAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

(14)

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 4

F. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis ... 8

B. Filing ... 8

C. Pencegahan Salah Letak DRM ... 9

D. Faktor – faktor yang Mempengatuhi Pengelolaan DRM ... 10

E. Kegunaan Rekam Medis ... 12

F. Mutu Pelayanan Kesehatan ... 13

G. Sistem Penyimpanan Rekam Medis ... 16

H. Sistem Penomoran ... 18

I. Sistem Penjajaran Rekam Medis ... 20

J. Sumber Daya Manusia ... 24

K. Sarana ... 24

L. Standar Operasional Prosedur ... 24

(15)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Jenis Penelitian... 26

C. Variabel Penelitian ... 26

D. Definisi Operasional ... 27

E. Subjek dan Objek ... 29

F. Pengumpulan Data ... 29

G. Pengolahan Data ... 31

H. Analisis Data ... 31

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit ... 32

B. Gambaran Khusus Unit Rekam Medis ... 44

C. Hasil Penelitian ... 46

BAB V :PEMBAHASAN A. Pembahasan ... 55

(16)

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61

(17)

DAFTAR TABEL

1.1 Tabel Keaslian Penelitian ... 5

2.1 Tabel Kode Warna ... 8

3.1 Tabel Definisi Operasional ... 29

4.1 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis ... 47

(18)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Kerangka Teori ... 27 2.2 Gambar Kerangka Konsep ... 28

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Penelitian

LAMPIRAN 2 Surat Balasan Penelitian

LAMPIRAN 3 SOP Penyimpanan Dokumen Rekam Medis LAMPIRAN 4 Usulan Tracer

LAMPIRAN 5 Usulan Buku Ekspedisi

LAMPIRAN 6 Hasil wawancara Petugas Filling LAMPIRAN 7 Kuosioner

LAMPIRAN 8 Pedoman Observasi LAMPIRAN 9 Dokumentasi

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemuliahan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.(1)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari dokter atau dokter gigi dan atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging) dan rekaman elektrodiagnostik.(2) Pelayanan dan perawatan medis tidak bisa dijalankan secara efektif bilamana dokumen rekam medis (DRM) rusak atau hilang karena tidak adanya kesinambungan informasi medis. Fungsi dari dokumen bagi rumah sakit adalah sebagai sumber informasi dalam rangka melaksanakan perencanaan, penganalisaan, pengambilan keputusan, penilaian dan dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya, untuk mendukung terciptanya keberhasilan penyimpanan, dan pengamanan, serta

pemliharaan DRM.sebagai tujuan utama pelayanan kesehatan dan dari hasil survei yang menjadi dugaan masalah terkait sarana, Standart

operasional prosedure (SOP) penyelolaan dan pengetahuan petugas

filing.

Karena DRM seringkali salah letak (misfile), mengingat isi DRM berisi tentang riwayat kesehatan pasien yang menjamin keselamatan pasien, pelayanan kesehatan pada suatu rumah sakit harus

berkesinambungan.Misfile sendiri sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan kecepatan suatu pelayanan sehingga akan menyebabkaan terjadinya penurunan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit itu sendiri, maka dari hasil survei yang menjadi dugaan masalah terkait sarana yaitu, standart operasional procedure dan pengetahuan petugas filing.

(21)

RS Khusus Bedah Karima Utama Sukoharjo adalah rumah RS tipe C dan telah melaksanakan pengelolaan DRM namun sering terjadi DRM yang tidak ditemukan, maka untuk mempercepat pelayanan, petugas membuatkan DRM baru untuk pasien lama.Hal ini berakibat tejadinya duplikasi DRM, sedangkan DRM berisi riwayat kesehatan pasien sebagai dasar pengobatan selanjutnya dan apabila dibutuhkan sewaktu-waktu bisa di temukan. Hal yang mengakibatkan terjadinya masalah tersebut yaitu dari faktor manusia yang dilihat dari keterampilan, pengalaman, ketelitian, serta beban kerja petugas, faktor kedua yaitu belum adanya tracer.

Peneliti menemukan belum adanya tracer untuk DRM yang sedang di pinjam.Pendistribusian DRM ke bagian rawat jalan, rawat inap atau UGD sering terlambat di karenakan ruang filing yang terlalu sempit dan

banyaknya dokumen yang salah letak (missfile).RS Karima Utama Sukoharjo belum terdapar procedure teap(PROTAB) untuk pengelolaan filling rawat jalan hanya berpedoman menggunakan standart operasional

procedure (SOP) yang ada saat ini.

Dari hasil survey pada bulan januari 2016 pengambilan 60 DRM terdapat misfile dengan prosentase 15% dari lama buka klinik per 10 DRM yang menjadi sampel awal.Sistem penyimpanan pada RS Karima Utama adalah desentralisasi yaitu system penyimpanan yang memisahkan antara dokumen rawat inap dan dokumen rawat jalan.,pada rs sendiri sudah mempunyai petugas khusus untuk filling rawat inap 1 petugasan dan untuk filling rawat jalan 1 petugas, untuk filling rawat inap system penjajaran menggunakan terminal digit filling(TDF) sedangkan pada rawat jalan system penjajaran menggunkan straight numerical filling (SNF)karena keterbatasan ruangan. Selain itu pengembalian DRM tidak hanya di lakukan petugas filling, namun juga di lakukan oleh petugas pendaftaran namun hal ini di lakukan untuk petugas yang berjaga malam hari, di karenakan keterbatasan petugas untuk filling rawat jalan. Hal ini yang menyebabkan terjadinya misfile karena kurang focus dengan tugas masing-masing Atas dasar tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengelolaan filling untuk meningkatkan mutu pelayanan rekam medis di filling rawat jalan RSKU sukoharjo tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan alur DRM di filling rawaj jalan RS Karima Utama pada tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi pengelolaan bagian Filing rawat jalan RS Karima Utama Sukoharjo tahun 2016.

(22)

a. Mengidentifikasi pengetahuan petugas filling rawat jalan RS Karima Utama Sukoharjo.

b. Mengidentifikasi sarana pengelolaan rekam medis di filing rawat jalan RS Karima Utama,Sukoharjo

c. Mengidentifikasi pengelolaan rekam medis di filing rawat jalan RS Karima Utama, Sukoharjo

d. Mengidentifikasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan rekam medis di RS Karima Utama , Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, gagasan dan pengalaman tentang pengelolaan filling rawat jalan untuk meningkatkannya mutu pelayanan kesehatan rekam medis sebagai sarana menerepakan ilmu yang telah di peroleh selama kuliah dengan kondisi yang ada di lapangan, khususnya di bagian Filing Unit Rekam Medis khususnya filling rawat jalan.

2. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi rumah sakit karena penelitian ini bisa di jadikan sebagai sumber referensi data atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada di RS Karima Utama Sukoharjo. 3. Bagi Akademik

Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi bacaan guna menambah wawasan bagi mahasiswa, masyarakat umum, dan juga sebagai bukti bahwa penulis telah menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Program DIII Perekam Medis.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian adalah rekam medis dan ilformasi kesehatan.

2. Lingkup Materi

Materi yang di ambil/digunakan adalah alur procedure pelayanan di filling rawat jalan.

(23)

3. Lingkup lokasi

Penelitian ini di lakukan di filling rawat jalan RS Karima Utama Sukoharjo.

4. Lingkup metode

Penelitia ini menggunakan metode wawancara dan observasi. 5. Lingkup waktu

Penelitian ini di lakukan pada bulan januari 2016.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

NAMA JUDUL METODE DAN HASIL

INDRA NUR ASMAYANTI tinjauan tata kelola system filling rekam medis rawat jalan di RSUD Datu Sanggul Rantau TAHUN 2011

Penelitian ini menggunakan metode observasi hasil penelitian system penjajaran dengan system angka langsung yang ada di RSUD Datu Sanggul belum di

terapkan dengan benar.dimana rekam medis kelompok angka ke dua sudah tersusun dengan benar tetapi dengan nomor kelompok angka ketiga masih belum di urutkan dengan benar SUSENO tinjauan aspek keamanan

dan kerahasiaan DRM di bagian filling RS Tugurejo Semarang periode 2004

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, hasil dari penelitian yang di lakukan bahwa dalam pengembalian DRM dari poli sering

mengalami keterlambatan dan tidak menggunkan buku ekspedisi secara maksimal. ESTY SUCI LESTARI TinjauanAspek Keamanan

Isi dan Fisik DRM di RSUD Blora bulan maret 2004

metode yang di gunakan dalam penelitian ini adlah metode observasi ,hasil dari penelitian yang di lakukan yaitu menjaga keamanan isi dan fisik DRM

ISNI CHASANAH Tinjauan Pengelolaan DRM Rawat Inap Nonaktif Di RSUD DR. M ASHARI Kabupaten Pemalang

Metode ini penelitian menggunakan metode deskriptif, dengan metode obsevasi dan wawancara pendekatan cross sectional. Hasildari penelitian ini adalah pelaksanaan retensi di RSUD DR. M Ashari tidak terdapat jadwal retensi, tidak

menggunakan dokumen pendukung, tidak terdapat tata

(24)

cara pelaksanaan. ISTIQOMAH Tinjauan Pengelolaan DRM

Rawat Inap Nonaktif Di RSUD DR. M ASHARI Kabupaten Pemalang

Metode ini penelitian menggunakan metode deskriptif, dengan metode obsevasi dan wawancara pendekatan cross sectional. Hasildari penelitian ini adalah pelaksanaan retensi di RSUD DR. M Ashari tidak terdapat jadwal retensi, tidak

menggunakan dokumen pendukung, tidak terdapat tata cara pelaksanaan.

Adapun perbedaan antara peneliti sebelumnya dengan yang peneliti saat ini teliti adalah tempt lokasi penelitian waktu dan tahun penelitian. Variable yang di gunakan juga hampir sama, tetapi dengan permasalahan yang berbeda, peneliti hanya ingin mengetahui pemeliharaan system penomoran di filling rs Karima Utama, system penjajaran yang ada di filling rs Karima Utama, dan kebijakan rs tentang protab filling, serta pengetahuan petugas filling untuk tata pelaksanaan filling di rs Karima Utama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

(25)

Menurut Huffman EK menyampaikan batasan rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang di berikan kepada pasien selama masa

perawatan yangmemuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang di peroleh serta informasi yang cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta rekam hasilnya.(4)

Rekam medis adalah fakta tentang ciri-ciri dan kondisi pasien,

permintaan diagnosis dan pengobatan, hasil pemeriksaan dan kemajuan yang dicapai dan persetujuan pasien atas tindakan-tindakan.(5)

2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan utama rekam medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa adanya dukungan suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib administrasi di rumah sakit tidak akan berhasil sesuai yang diharapkan. Tertib administrasi

merupakan salah satu factor yang menentukan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.(6-7)

B. Filing

Bagian filing adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang mempunyai tugas pokok :

1. Menyimpan DRM dengan metode tertentu sesuai dengan kebijakan penyimpanan penyimpanan DRM.

2. Mengambil kembali (retrive) DRM untuk berbagai keperluan.

3. Menyusutkan (meretensi) DRM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sarana pelyanan kesehatan.

4. Memisahkan penyimpanan DRM in-aktif dari aktif. 5. Membantu dalam penilaian nilai guna rekam medis. 6. Menyimpan DRM yang dilestarikan (diabadikan).

7. Membantu dalam pelaksanaan pemusnahan rekam medis. Fungsinya dalam pelayanan rekam medis yaitu sebagai : 1. Penyimpanan DRM.

2. Penyedia DRM untuk berbagai keperluan.

3. Perlindungan arsip-arsip DRM terhadap kerahasian isi data rekam medis .(3)

(26)

C. Pencegahan Salah Letak DRM (misfile)

Pencegahan salah letak dapat diminimalisir dengan pemberian kode warna. Pemberian kode warna dapat dilakukan pada metode penomoran angka akhir dan metode penomoran angka tengah, dengan cara member warna 2 angka kelompok terakhir untuk TDF (Terminal Digit Filing) dan kelompok tengah untuk MDF (Middle Digit Filing).

Kode warna yang dimaksud adalah setiap angka diberi tanda warna tertentu :

Tabel 2.1 Kode Warna DRM

Angka Warna 1 Ungu 2 Kuning 3 Hijau tua 4 Oranye 5 Biru muda 6 Coklat 7 Kemerahan/magenta 8 Hijau muda 9 Merah 0 Biru tua

Sumber dari (Depkes RI, 1991 : 27).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan Filling Rawat Jalan di Rumah SakitKhusus Bedah Karima Utama Sukoharjo

1. Man (Manusia)

Faktor terpenting dari suatu pelaksanaan sistem untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal adalah manusia.Dalam pengelolaan DRM sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting. Semua petugas harus mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan yang berguna untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang rekam medis.Kejadian missfiledan duplikasi DRM yang dapat terjadi akibat dari faktor manusia diantaranya :

a. Tingkat pendidikan petugas, tingkat pendidikan petuga filling di RS Karima Utama Sukoharjo sangat berpengaruh terhadap tingkat kejadian

b. Pengetahuan perugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis di RS Karima Utama Sukoharjo

(27)

Dana adalah salah satu hal yang paling berperan untuk mencapai pelaksanaan suatu sistem di rumah sakit agar terciptanya pelayanan yang baik dan cepat sesuai dengan yang diharapkan pasien. Apabila dana di rumah sakit tidak memenuhi dalam pengadaan pendukung maka tingkat terjadinya missfile semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya.

3. Materials (Sarana)

Bahan adalah suatu produk atau fasilitas yang digunakan untuk menunjang tujuan dalam pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang di butuhkan rumah sakit.Apabila bahan tidak memenuhi persyaratan maka tingkat kejadian missfile semakin tinggi.

4. Methode (Metode)

Metode yang tepat dapat sangat membantu tugas tugas seorang petugas filling, sehingga akan lebih cepat dalam pelaksanaan sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Beberapa hal yang ada pada metode adalah :

a. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem penyimpanan sentralisasi dan desentralisasi.

b. Sistem penomoran yang digunakan adalah SNF (Serial

numberingsystem), UNS (Unit numberingsystem), SUNS (Serial unit numberingsystem).

c. Sistem penjajaran yang digunakan adalah SNF (Straight numerical

filling), TDF (Terminal digit filling), MDF (middle digit filling).

d. Dalam penyimpanan dokumen menggunkan kode warna atau tidak. e. Dalam ruang filling menggunakan tracer apa tidak.

5. Machine (Alat)

Alat yang digunakan manusia untuk melakukan sesuatu pekerjaan agar lebih cepat selesai dan sebagai penunjang

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit yang diantaranya adalah komputer (yang digunakan untuk membantu pencarian dokumen).(8)

(28)

E. Kegunaan Rekam Medis

Untuk lebih memudahkan atau manfaat, dari rekam medis sering disingkat menjadi ALFRED, yaitu :

1. Administrative value (Adminitrasi) : Rekam Medis merupakan rekaman data administrative pelayanan kesehatan.

2. Legal value (Legal/Hukum): Rekam Medis dapat dijadikan bahan pembukaan di pengadilan.

3. Financial value (Dana/Uang): Rekam Medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien. 4. Research value (Penelitian): Data Rekam Mediis dijadikan bahan untuk

penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan. Kegunaan Rekam Medis menurut Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI No. 78

tahun 1991, dapar digunakan sebagai :

a. Sumber informasi dari pasien yang berobat ke rumah sakit untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien.

b. Alat komunikasi antar dokter satu dengan yang lain, antara dokter dengan paramedik dalam usaha memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan.

c. Bukti tertulis tentang pelayanan yang telah diberikan rumah sakit dan keperluan lain.

d. Alat untuk analisis, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit.

e. Alat bukti hukum yang dapat melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokumen tenaga kesehatan lainya di rumah sakit.

f. Menyediakan data-data khusus untuk penelitian dan pendidikan. g. Perencanaan dan pemanfaatan sumber daya.

(29)

Fungsi rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode

dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah sistem, kebijakan, dan proses pengumpulan termasuk dengan penyimpanan secara mudah diakses disertai dengan keamanan baik.(9)

F. Mutu Pelayanan Kesehatan

Ketika pihak manajemen suatu organisasi mengerti definesi mutu dari konsumen dan berniat untuk dimengerti sebagai produsen barang atau jasa yang bermutu, semua karyawan harus mengerti dan mengimplementasikan konsep bahwa :

1. Mutu harus direncanakan, dirancang dan dibangun kedalam suatu produk atau jasa yang mana mutu tidak dapat diinspeksikan produk atau jasa.

2. Mutu adalah mengenai pencegahan bukan mendeteksi kesalahan, oleh karena itu harus memulai dengan benar sejak tahapan awal dari suatu operasi bisnis untuk menjamin bahwa proses akan menambah nilai bukan biaya. Pencegahan akan melibatkan perencanaan, training, kalibrasi inspeksi/uji, control terhadap, ketidaksesuaian, audit mutu internal dan tindakan perbaikan.

3. Mutu adalah mengenai peningkatan yang berkelanjutan dan organisasi harus secara konstan menyadari adanya perubahan/ perkembangan baru dan peningkatan secara terus – menerus untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan yang selalu berubah.

4. Hanya dapat dijamin melalui perencanaan yang matang dan kerja keras dari seluruh staf di dalam organisasi.

5. Adalah tanggung jawab dari semua karyawan, tidak hanya staf mutu dan pimpinan, untuk mutu harus datang dari pihak manajemen puncak.

(30)

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dilakukan dengan pendekatan sistem, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak input/struktur, prosess, dan outcome.

a. Input atau Struktur

“Karakteristik yang relative stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat dan sumber daya yang diperhunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan kerja.Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk

memberikan pelayanan medis”.Struktur digunakan sebagai

pengikuran tidak langsung dari kualitas pelayanan.Hubungan antara sturuktu dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan.

b. Prosess

Beberapa pengertian tentang proses : interaksi professional antara pemberian pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan antara dokter dan

pasien.Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasienya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan tidak proses itu bagi pasien, efektivitas

prosesnya, dan kualitas transakasi asuhan terhadap pasien. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan mengubah input menjadi output. Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi menjadi keluaran yang berbentuk produk dan jasa.

c. Output/Outcome

Tentang Output/OutcomeI, Donabedian memberikan penjelasan bahwa Outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menialai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah ditelah dikerjakan.

Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut :

1) Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ? 2) Apanya yang diukur ?

(31)

Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang pengertian indikator, kriteria dan standar.

a) Indikator : Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Contoh : petunjuk indikatot atau tolak ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indicator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indicator adalah fenomena yang dapat diukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses dan outcome.

b) Indikator struktur : Tenaga kesehatan professional (dokter, paramedis, dan sebagainya). Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain – lain. Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat – obatan. Dan metode (adanya standar opersional prosedur masing – masing unit, dan sebagainya).

c) Indikator proses : Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur, diagnose, pengobatan dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar.

d) Indikator outcome : Merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI dan indikator klinis lain seperti : Angka Kesembuhan Penyakit Angka

(32)

Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan sebagainya.

e) Kriteria : Indikator dispesifikasikan dalam berbagai criteria. Sebagai contoh : indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria : tinggi badan, berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.

f) Standar : Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar – standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal - hal yang standar baik. Misalnya : panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata – rata (standarnya) adalah 50 cm.

g) Berat badan bayi baru lahir yang sehat standar adalah 3kg. Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, criteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek – aspek struktur, proses, dan

outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.(10)

G. Sistem Penyimpanan Rekam Medis

Sebelum menentukan sistem penyimpanan yang akan dipakai, perlu terlebih dahulu mengetahui bentuk penyimpanan yang diselenggrakan di dalam pengelolaan instalasi rekam medis.

Ada 2 cara penyimpanan berkas di dalam penyelenggaraan rekam medis yaitu :

1. Sentralisasi

Sentralisasi di artikan penyimpanan berkas rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan – catatan kunjungan poliklinik maupun catatan – catatan selama seorang dirawat.Penggunaan sistem ini memliki kelebihan dan kekurangannya.

(33)

Kelebihannya :

a. Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan DRM

b. Mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan ruangan.

c. Tata kerja dan pengaturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasikan.

d. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan. e. Mudah untuk menerapkan sistem unit record.

Kekurangan :

a. Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan rawat inap.

b. Tempat penerimaan pasien harus bertenaga selama 24 jam. 2. Desentralisasi

Denan cara desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan rekam medis penderita dirawat. Berkas rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan di tempat penyimpanan yang tepisah. Kelebihan :

a. Efisiensi waktu sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat. b. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.

Kekurangan :

a. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.

b. Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih panjang. Secara teori cara sentralisasi lebih baik daripada desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi masing – masing rumah sakit. Hal yang berkaitan dengan situasi dan kondisi tersebut antara lain :

a. Karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang menagani pengelolaan rekam medis.

(34)

b. Kemampuan dana rumah sakit terutama rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah.

Penggunaan sistem sentralisasi merupakan sistem yang paling tepat untuk dipilih mengingat pelayanan akan mudah diberikan kepada pasien.(11)

H. Sistem Penomoran

Sistem pemberian nomor rekam medis dalam pengelolaan rekam medis yaitu tata cara penulisan dan pemberian nomor rekam medis yang diberikan kepada pasien yang datang berobat dan setiap formulir rekam medis serta folder rekam medis atas nama pasien yang bersangkutan.

Nomor rekam medis memiliki berbagai kegunaan atau tujuan yaitu:

1. Sebagai pedoman dalam tata cara pendaftaran pasien di admission

office.

2. Sebagai petunjuk folder DRM pasien yang bersangkutan.

3. Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan (penjajaran) DRM. 4. Sebagai petunjuk dalam pencarian DRM yang telah tersimpan di rak file.

Ada 3 sistem pemberian nomor rekam medis pasien untuk penderita masuk :

1. Pemberian Nomor Cara Seri (Serial Numbering System)

Pemberian nomor secara seri atau dikenal dengan Serial Numbering

System adalah suatu sistem pemberian nomor rekam medis kepada

setiap pasien yang datang berobat baik pasien yang baru datang maupun berobat ulang. Selain itu pemberian nomor rekam medis itu, dibuatkan pula dokumen rekam medis atas nama pasien tersebut.

Keuntungannya : bagi pasien yang mendaftar untuk berobat ulang (kunjungan berikutnya) akan lebih cepat dilayani karena pasien langsung memperileh nomor rekam medis berikut DRMnya dan petugas tidak perlu mencari DRM lamanya. Selain itu, pasien tidak perlu membawa KIB serta petugas tidak perlu mencatat dan mengelola KIUP.

Kerugianya sebagai berikut

a. Terhadap Pasien yang pernah datang berobat, informasi medis yang tercatat di dalam dikumen rekam medis pada kunjungan yang lalu tidak dapat dibaca pada kunjungan berikutnya.

(35)

b. Terhadap penyimpanan DRM, sehubungan dengan setiap pasien yang datang berobat memperoleh DRM baru akibatnya tempat penyimpanan DRM akan cepat bertambah sehingga beban penyimpanan cepat penuh.

2. Pemberian Nomor Cara Unit (Unit Numbering System)

Pemberian nomor cara unit atau dkenal dengan Unit Numbering

System adalah suatu sistem pemberian nomor rekam medis bagi pasien

yang datang mendaftar untuk berobat dan nomor rekam medis tersebut akan tetap digunakan pada kunjungan berikutnya bila pasien datang mendaftar untuk berobat ulang. Untuk mempermudah pengertian, 1 pasien memperoleh nomor rekam medis dan DRM hanya 1 kali seumur hidup selama menjalankan pelayanan di sarana kesehatan yang

bersangkutan.

Kelebihan pada unit numbering system adalah bagi pasien yaitu informasi yang dihasilkan hasil – hasil pelayanan medis dapat

berkesinambungan dari waktu ke waktu dan dari tempat pelayanan lain karena semua data dan informasi mengenai pasien dan pelayanan diberikan terdapat dalam satu folder DRM.

Kekurangannya adalah pelayanan pendaftaran pasien yang pernah berkunjung berobat atau sebagai pasien lama akan lebih lama

dibandingkan dengan cara Serial Numbering System.

3. Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System) Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit

Numbeing System adalah suatu sistem pemberian nomor tengah dengan

menggabungkan sistem seri dan sistem unit, yaitu setiap pasien datang berkunjung untuk mendaftar berobat diberikan nomor rekam medis baru dengan DRM baru.

Kelebihan dari sistem ini yaitu pelayanan menjadi lebih cepat karena tidak memilah antara pasien baru atau lama semua pasien yang datang seolah-olah dianggap sebagai pasien baru.

Kekuranganya yaitu :

a. Petugas menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan.

b. Infomasi medis pada saat pelayanan dilakukan tidak ada kesinambungan (kesinambungannya terjadi pada pelayanan berikutnya lagi.(12)

(36)

1. Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing System)

Dalam sistem angka akhir, file tersebut terbagi menjadi 100 bagian utama, dimulai dengan 00 akhir diakhiri dengan 99.Untuk itu pertama kita ke bagian rekam medis yang berkaitan dengan digit utama dalam jumlah pasien yang terlihat pada bagian rekam medis yang cocok dengan angka sekunder dalam jumlah. Maka file catatan numerik sesuai dengan digit.(17)

60 60 60

Angka Ketiga Angka Kedua Angka Pertama Pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka – angka pertama dan membawa rekam medis tersebut ke daerah rak penyimpanan untuk kelompok angka – angka pertama yang

bersangkutan.Pada kelompok angka pertama ini rekam medis – rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka kedua, kemudian rekam medis disimpan di dalam urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan nomor – nomor pada kelompok angka ketiga (tertiary digits) yang selalu berlainan.

Sistem penomoran dengan menggunkan angka kahir lebih banyak dipilih karena secara umum dipakai lebih mudah, efektif dan efisien.

Lihat contoh berikut ini :

46-52-02 98-05-26 98-99-30

47-52-02 99-05-26 99-99-30

48-52-02 00-06-26 00-00-31

49-52-02 01-06-26 01-00-31

Banyaknya keuntungan dan kebaikan daripada sistem penyimpanan angka seperti ini :

c. Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke 100 kelompok (bagian atau wilayah) di dalam rak penyimpanan. Petugas – petugas penyimpanan tidak akan terpaksa berdesak – desakan disatu tempat (bagian atau wilayah). Di mana rekam medis harus di simpan di rak.

d. Petugas – petugas dapat diserahi tanggung jawab unukk sejumlah section tertentu, misalnya ada empat petugas masing – masing diserahi : bagian 00-24, bagian 25-49, bagian 50-74, bagian 75-99.

(37)

e. Pekerjaan terbagi rata mengingat setiap petugas rata – rata mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama setiap harinya untuk setiap bagian.

f. Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap section, dapat saat ditambahnya rekam medis baru di bagian tersebut.

g. Jumlah rekam medis untuk tiap – tiap section terkontrol dan bisa di hindarkan timbulnya rak – rak kosong.

h. Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis, membantu memudahkan perencanaan peralatan penyimpanan (jumlah rak).

i. Kekeliruan penyimpanan atau (missfile) dapat dicegah, karena petugas penyimpanan hanya memperhatikan dua angka saja dalam memasukkan rekam medis ke dalam rak, sehingga jarang terjadi kekeliruan membaca angka.

2. Sistem Angka Tengah (Midle Digit Filing System)

Sistem angka tengah menggunakan enam digit, di mana tiga nomor bagian yang sama dengan pengajuan terminal digit. Perbedaannya adalah dalam posisiprimer, sekunder, dan tersier.Pasangan sistem angka terakhir adalah yang utama, pasangan kiri sekunder dan tersier pasangan kanan.

Misalkan :

04 89 23

Sekunder primer tersier

Lihat contoh di bawah ini :

58-78-98 99-78-96 58-78-97 99-78-97 58-78-98 99-78-98 58-78-99 99-78-99 59-78-00 00-79-00 59-78-01 00-79-00

(38)

Pada contoh ini melihat bahwa kelompok 100 buah rekam medis (58-78-00 sampai dengan 58-78-99) berada dalam urutan langsung.

Beberapa keuntungan dan kebaikan sistem ini :

a. Memudahkan pengambilan 100 buah rekam medis yang nomornya berurutan.

b. Penggantian dari sistem nomor langsung ke sistem angka tengah lebih mudah daripada penggantian sistem angka langsung ke sistem angka akhir.

c. Kelompok 10 buah rekam medis yang nomornya berurutan, pada sistem nomor langsung adalah sama persis dengan kelompok 100 buah rekam medis untuk sistem angka tengah.

d. Dalam sistem angka tengah penyebaran nomor telah merata pasa rak penyimpanan, jika dibandingkan dengan sistem nomor langsung, tetapi masih tidak sama sistem angka akhir.

e. Petugas – petugas penyimpanan, dapat dibagi untuk petugas pada sesi penyimpanan tertentu, dengan demikian kekeliruan penyimpanan dapat dicegah.

Beberapa kekurangan sistem penyimpanan angka tengah adalah : a. Memerlukan latihan dan bimbingan yang lebih lama.

b. Sistem angka tengah tidak dapat dipergunakan dengan baik untuk nomor – nomor yang lebih dari angka.

3. Sistem Angka Langsung (Straight Numerical Filing System)

Bentuk yang paling sederhana yaitu sistem angka langsung. Setiap nomor diajuakan berurutan tergantung pada nomor yangditetapkan.(16) Urutan dalam sistem angka langsung yaitu sebagai berikut : 50-23, 46-50-24, 46-50-25

Dengan demikian sangatlah mudah sekaligus mengambil 50 buah rekam medis dengan nomor yang berurutan dari rak pada waktu yang diminta untuk keperluan pendidikan, maupun pengambilan rekam medis yang tidak aktif.

(39)

Mungkin satu hal yang memungkinkan dari sistem ini adalah mudahnya melatih tugas – tugas yang harus melaksanakan pekerjaan penyimpanan tersebut. Namun sistem ini mempunyai kelemahan – kelemahan yang tidak dapat dihindarkan.(13)

J. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada didalam suatu wilayan tertentu beserta karakteristik ataupun cirri demografis, social maupun ekonominya yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau

kemampuannya.(14)

K. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sarana juga sebagai alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan didalam publik, karena apabila dilakukan tidak tersedia akan mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.(15)

L. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar operasional proseduradalah pedoman standar operasinal dalam mengimplementasikan keputusan dalam suatu tindakan yang terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan.Monitoring dan evalusai berfungsi untuk selalu memonitori dan mengevaluasi kualitas, kelancaran operasional dan

pemanfaatan dari komponen siklus. Melalui monitoring dan evaluasi diharapkan dinamika proses dalam siklus dapat diikuti dan pemanfaatan sistem dapat optimal.(16)

M. Definisi Evaluasi

Evaluasi berdasar dari kata Evalution (bahasa ingris). Kata tersebut di serapdalam pembendaharaan istilah bahasaindonesia dengan tujuan mempertaruhkan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal indonesia menjadi “Evaluasi’’. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu untuk mendapatkan evaluasi yang menyakitkan dan objektif di mulai dari dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif.

(40)

Menurut suchman yang di kutipo oleh arikunto bahwa memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah di capai beberapa kegiatan yang di rencanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Menurut abdul basir evaluasi adalah proses pengumpulan data yang diskriptif, informatif, prediktif,di laksanakan secara sistematik dan bertahap untuk menentukan kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki pendidikan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa evaluasi adalah proses kegiatan yang berkenaan dengan mengumoulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informai tersebut di gunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan tentang bagaimana berbuat bak pada waktu-waktu mendatang sesuai dengan yang telah diencanakan. Perencaan pada hkikatnyaadalah keputusan atas sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan di laksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang di kehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaanya yang di lakukan secara sistematis dan beresinambungan.

Secara umum, pengertian evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Dalam pengertian yang lain, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa

(41)

pengertian evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.

Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dan pembangunan proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak mengapa terjadi demikian, dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya. Hasil dari kegiatan evaluasi adalah bersifat kualitatif. Sudijono (1996) mengemukakan bahwa pengertian evaluasi adalah interpretasi atau penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.

Proses evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan.

 Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam bidang apapun, apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada suatu program kerja. Di sana banyak terdapat aspek-aspek yang sekiranya dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, umumnya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi

key-success factors-nya

 Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, harus ditentukan terlebih dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

(42)

 Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

 Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang

 dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara Fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

 Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis.(21)

(43)

N. Kerangka Teori

Kerangka Teori

Gambar 2.1

Sumber : modifikasi antara teori Syahu Sugian O dalam bukunya Kamus Manajemen Mutu dengan teori George R. Terry dalam bukunya

Principle of ManagementdanHatta, Gemala R. Pedoman Manajemen

Informasi Kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. TPPRJ MONEY MATHERIAL MAN Pengelolaan DRM Mutu Pelayanan rekam Medis Mutu pelayanan METHODS MACHINES Poliklinik Filling

(44)

BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka Konsep Gambar 3.1 B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di teliti adalah metode diskriptif, Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objek. (17-18)

C. Variabel penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai cirri, sifat, atau ukuran yang di miliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu.(17-18)

Variable-variabel penelitiannya sebagai berikut : 1. Man 2. Machine 3. Metode MAN MACHINE METODE MATERIAL Mutu pelayanan rekam medis Evaluasi pengelolaa n filling rawat jalan untuk meningkat kan mutu

(45)

4. Material

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

1 Man Faktor terpenting dari suatu

pelaksanaan sistem untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal adalah manusia. Dalam pengelolaan DRM sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting.

diantaranya:

1. Tingkat pendidikan petugas rekam medis di RS Karima Utama Sukoharjo

2. Pengetahuan petugas rekam medis di RS Karima Sukoharjo

2 Machine Alat yang digunakan manusia

untuk melakukan sesuatu

pekerjaan agar lebih cepat selesai dan sebagai penunjang

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit yang diantaranya adalah

computer.dinataranya : 1. jumlah rak filling yang

tersedia 2. meja / kursi 3. tangga bantuan 4. alat tulis (ATK)

3 Metode Metode yang tepat dapat sangat

membantu tugas tugas seorang petugas filling, sehingga akan lebih cepat dalam pelaksanaan sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Beberapa hal yang ada pada metode.diantanya:

1. system penyimpanan yang di gunakan adalah

(46)

desentralisasi, yaitu penyimpanan yang

membedakan antara rawat inap dan rawat jalan. 2. Sistem penomoran yang

digunakan adalah unit numbering system yaitu memberikan satu nomor rekam medis kepada pasien berobat baik rawat jalan,rawat inap maupun gawat darurat.

3. Sistem penjajaran yang digunakan dengan 2 sistem penjajaran yang pertama pada filing rawat jalan ,Straight numerical

filling yaitu pemberian

nomor rekam medis secara urut . dan system

penjajaran pada filling rawat inap menggunakan

Terminal digit filling yaitu

mengurutkan nomor rekam medis sesuai 2 angka terakhir .

4. Dalam penyimpanan dokumen rekam medis sebagian sudah

menggunakan kode warna pada map.

4 Material Alat yang digunakan manusia

untuk melakukan sesuatu

pekerjaan agar lebih cepat selesai dan sebagai penunjang

pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit yang diantaranya diantaranya:

1. Standart operasional

procedure,untuk

memudahkan petugas dalam menjalankan tugas sebagai panduannya 2. Computer untuk mencari

DRM yang tidak ada di rak , untuk melihat status terakhir dokumen

(47)

E. Subjek dan objek penelitian

1. subjek

subjek penelitian nya adalah petugas filling rumah sakit karima utama yang berjumlah 3 orang dengan inclusi

a. lama kerja lebih dari 1 tahun b. bersedia menjadi responden c. tidak sedang cuti

2. objek

objek penelitian adalah jumlah rak filling,tracer,komputer,dokumen rekam medis , dan standart operasional procedure.

Jumlah keseluruhan dokumen rekam medis rawat jalan RS karima Utama, Sukoharjo pada saat survey awal kemarin adalah 30.000 dokumen rekam medis. Dari keseluruhan dokumen rekam medis tersebut peneliti mengambil sampel 60 dokumen rekam medis pada filling rawat jalan di rumah sakit karima utam,sukoharjo.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis dan sumber data a. Data Primer

Data Primer ialah data yang didapatkan dari hasil obesevasi, dalam penelitian yang peneliti teliti saat ini data primernya adalah system penomoran, dan system penjajaran dokumen rekam

(48)

medis,system penyimpanan dokumen rekam medis, kode warna, dan pengetahuan petugas filing di RS Karima Utama, Sukoharjo.

b. Data Sekunder

Data sekunder nya meliputi dokumen rekam medis, standart operasional procedure,index penyakit untuk mempermudah pelacakan dokumen rekam medis.

2. Metode pengumpulan data a. Metode wawancara

Metode wawancara ialah teknik pengumpulan data yang di lakukan secara langsung antara peneliti dengan petugas yang di lakukan pada waktu tertentu.

b. Metode observasi dan lembar kuosioner

Metode observasi ialah suatu teknik untuk memperoleh data dengan cara melihat secara langsung pada suatu objek yang diamati .memberikan sebuah pertanyaan yang telah di susun pada kuosioner dan di berikan kepada pihak yang bersangkutan untuk mengisi pertanyaan tersebut sesuai dengan kondisi yang ada di RS Karima Utama Sukoharjo.

3. Instrumen Penelitian a. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yaitu membuat daftar-daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada petugas filing rawat jalan untuk

(49)

mengetahui dengan jelas tentang bagaimana cara pengelolaan filling rawat jalan di RS Karima Utama,Sukoharjo.

b. Pedoman observasi

Pedoman observasi di lakukan secara langsung pada unit filing rawat jalan pada RS Karima Utama, Sukoharjo dengan pengelolaan filling rawat jalan utuk meningkatkan mutu layanan kesehatan RS Karima Utama,Sukoharjo, serta hal yang akan di teliti adalah sistim penomoran dokumen rekam medis, system penjajaran,

Standar Operasional Prosedur (SOP), serta pengetahuan petugas

filing rawat jalan.

G. Pengolahan Data

1. Tabulating

Tabulating ialah pengumpulan data-data yang sudah diperoleh dan di urutkan berdasarkan jenis-jenis data untuk mendapatkan hasil dan mempermudah proses saat penyajian data.

2. Editing

Editing ialah penelitian dan pengecekkan kelengkapan dan keakuratan data yang telah didapatkan untuk bisa dijadikan informasi yang memiliki arti.

H. Analisis Data

Data-data yang di dapatkan dari penelitian selanjutnya dianalisis dengan mengolahnya secara deskriptif yaitu dengan menguraikan data tentang pengelolaan filling rawat jalan yang kemudian data-data tersebut di bandingkan dengan teori yang ada untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian yang saat ini peneliti lakukan.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RS Khusus Bedah Karima Utama Sukoharjo

Rumah sakit khusus bedah Karima Utama Surakarta hadir di tengah-tengah masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan perlunya sarana kesehatan. Dengan mengedepankan prinsip patient safety, didukung oleh dokter-dokteryang berkompeten dan berpengalaman dibidangnya, suasana rumah sakit yang aman dan nyaman guna mendukung proses penyembuhan bagi setiap pasien yang di rawat di Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama(RSKU). Rumah Sakit khusus Bedah Karima Utama berada di jl.Amarta Raya (Terminal Baru) No.8-10 Ngabeyan kartasura Sukoharjo. 1. Sejarah umum RS Karima Utama.

Pendirian Rumah Sakit Karima Utama sebagai Rumah Sakit Khusus yang mengutamakan pada pelayanan Bedah Orthopaedi dan Orthopaedi Traumatologi karena dilatar belakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Belum adanya Rumah Sakit Orthopaedi yang dikelola swasta dan

berlokasi di Surakarta

b. Semakin banyaknya kecelakaan yang terjadi dan semakin pesatnya industri yang menyebabkan meningkatnya tingkat kecelakaan c. Mengurangi angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas. d. Membuka lowongan tenaga kerja sesuai profesi.

e. Berperan serta untuk menyehatkan bangsa Indonesia

f. Mampu memberikan pelayanan yang tepat waktu,tepat sasaran,tepat pilihan dan tepat biaya.

(51)

g. Dibutuhkan Rumah Sakit yang memadai dari segi saranan prasarana dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menangani korban

kecelakaan.

2. Visi, Misi Rumah Sakit karima Utama a. VisI

Menjadi Rumah Sakit Bedah Terbaik b. Misi

Memberikan pelayanan bedah dengan mengutamakan keselamatan pasien dan menjaga mutu terbaik.

c. Tujuan

1) Memberikan pelayanan bedah dan penunjangnya yang memungkinkan pasien sembuh dan berfungsi optimal.

2) Memberikan pelayanan administrasi dan management yang transparan, akuntabel dan terjangkau.

3) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para SDM Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama sesuai standart profesi.

d. Motto

(52)

3. Structure Organisasi RS

a. Direkture RS : Dr.Nining Tri Maryani

1) Manager pelayanan :Dr. Agustinus Sarwoto 2) Kainstalasi IGD : Dr.Risky

3) Kainstalasi Radiologi : Selamet Amd.rad 4) Kainstalasi laborat : Ingrid.Amd

5) Kainstalasi farmasi : Dedi.Amd

6) Kainstalasi poliklinik : Kurnia Esa.Amk

7) Kainstalasi Rawat Inap pav,Ab,Ac,Aa : Dr.Fitria 8) Kainstalasi fisiotherapi : Diah.Amd

9) Kainstalasi Bc,Ca,HCU : Dr.adrini b. Komite Medik : Dr.Tunjung

c. Komite Keperawatan : partinah d. Komite PPI : Dr.Humaimah e. PMKM : Roleni

f. Manager HRD dan Administrasi :Dr.Humaimah 1) Kainstalasi RM dan FO : Ivan wahid kristianto.Amk 2) Kainstalasi IT : Saiful S.kom

3) Kainstalasi marketing : Ratih.Spd 4) Kainstalasi HRD : Setyo Nugroho.Amk g. Manager operasional : Orik Tri Hadi Sucahyo SE h. Kainstalasi cleaning service : Meta

(53)

j. Kainstalasi laundry : jajad

4. Jenis Pelayanan RS Karima Utama Kartasura, Sukoharjo a. Instalasi Gawat Darurat (UGD)

IGD RS Karima Utama mempunyai tujuan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian.

Tenaga medis di IGD RS Karima Utama telah bersertifikat ATLS, BTLS, ACLS dan PPGD. Pelayanan yang di berikan adalah sebagai berikut :

1) Amblance 24 jam 2) Bedah minor

3) Labolatorium, Radiologi (Rontgen) 4) Ruang Triage

5) Ruang Tindakan 6) Ruang observasi

7) Tim Penanggulangan Bencana b. Instalasi Kamar Bedah

Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta memiliki fasilitas kamar operasi yang memadai dan lengkap dengan dengan dokter ahli dan handal yang dibidangnya.

IBS Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta melayani : 1) Tindakan elektrik (terencana)

(54)

2) Tindakan cito (Emergency)

3) IBS Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta mempunya 3 Kamar Operasi.Teknik operasi dengan metode minimal invansif sehingga pasien cepat pulang dan bisa menekan biaya perawatan.

c. Poliklinik Orthopedi dan Traumatology

Poliklinik Orthopedi dan Traumatologi Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta melayani pasien dengan keluhan nyeri di sendi dan tulang, cidera akut, kronis, trauma dan keluhan lain yang berhubungan dengan tulang. Tindakan bedah orthopedi yang dapat dilayani seperti : 1) Penggantin total sendi panggul (THR)

2) Penggantian total sendi lutut (TKR) 3) Laminectomi

4) Bedah scoliosis

5) Operasi pemasangan Pen (ORIF) 6) Operasi pelepasan Pen (ROI)

7) Operasi kelainan congenital dan muskuloskletal d. Poliklinik Bedah Umum

Poliklinik bedah umum di Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama menangani masaah-masalah antara lain sebagai berikut :

1) Appendiktomy

2) Laparatomy Appendiktomy 3) Herniostomy

(55)

5) Ileostomy + kolestomy 6) Tutup Kolestomy / Ileostomy 7) Mastectomy

8) BW Procedure-Hidrokel Dewasa 9) Eksisi FAM

10) Ekstirpasi kista, Ganglion 11) Hemikolektomy dextra / sinistra 12) Hernia Dextomy

13) Labioplasty

14) Debridement + Nekrotomy Ulkus DM 15) Pemasangan WDS

16) Sirkumsisi

17) Open kholesistektomy

18) Vena seksi Bayi /Anak / Dewasa 19) Perawatan luka Bakar

20) Parotidektomy e. Poliklinik THT

Poliklinik THT Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama memberikan layanan pemeriksaan kesehatan THT(Telinga Hidung dan Tenggorokan), diantaranya :

1) Pemeriksaan Polip 2) Pemeriksaan Sinus 3) Pemeriksaan Faring 4) Ekstrasi serumen 5) Ekstraksi Benda Asing

(56)

6) Operasi Amandel

7) Operasi Patah Tulang Hidung 8) Operasi Sinussitis

9) Operasi Kelaian THT-Kepala-Leher

10) Operasi Patah Tulang Maxila(Fracture Lefort)

f. Poliklinik Penyakit Dalam

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama memiliki poliklinik-poliklinik spesialis, diantaranya adalah poliklinik penyakit dalam.Poli penyakit dalam ini memberikan pelayanan penanganan masalah kesehatan organ dalam tanpa bedah, seperti diabetes mellitus, sakit ginjal, sakit lambung, lever, dll.Ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam yang professional dan berpengalaman dibidangnya serta di tunjang dengan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pasien, keluhan pasien mengenai penyakit dalam dapat ditangani dengan baik.

g. Poliklinik Anak

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Surakarta memiliki Klinik anak yang merupakan keseluruhan pelayanan untuk bayi dan anak dalam memberikan konsultasi bagi segala kelaian penyakit yang bisa diderita oleh bayi dan anak.

Mengenai masalah gastroenterology/pencemaran, respiratarologi(Infeksi Pencernaan), masalah keterlambatan tumbuh

(57)

kembang anak, penyakit infeksi (panas, diare, thypoid, demam berdarah, campak, cacar air), dan masalah kesehatan anak lainnya dapat di tangani di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta dengan yang handal, tenaga medis dan paramedic yang terampil, serta fasilitas dan sarana pendukung yang lengkap.

h. Farmasi (24 jam)

Instalasi farmasi Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama menyediakan berbagai jenis obat sesuai dengan formularium obat yang sudah di tetapkan baik itu obat paten maupun obat generic. Instalasi farmasi RSKB Karima Utama melayani 24 jam untuk pasien rawat inap, pasien rawat jalan dan pasien gawat darurat.

i. Ambulance (24 jam)

Rumah Sakit Karima Utama memiliki 2 Ambulans yang di lengkapi dengan peralatan kegawatdaruratan yang lengkap dan di operasikan oleh petugas yang professional yang telah lulus pelatihan BTLS, BCLS, ATLS, ACLS. Layanan Ambulance 24 jam mengutamakan respon time layanan yang cepat, siap menjemput dan merujuk pasien. Tujuan Ambulace Rumah Sakit Karima Utama :

1) Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan gawat darurat kepada pasien.

2) Mengurangi angka kematian dan kecamatan penderita dengan kasus gawat darurat.

(58)

3) Meningkatkan bentuk pelayanan ambulans Gawat Darurat yang professional.

j. Fisioterapi

Layanan fisioterapi yang tersedia :

1) Transcutaneous Electrical Nerves stimulation (TENS) 2) Shorwave dianthermy (SWD)

3) Terapi sendi lutut & bahu dengan CPM 4) Pararel BAR

5) Terapi infra Red (IR) 6) Ultrasound therapy 7) Terapi uap (nebulisasi) 8) Traksi Lumbal dan cervical 9) Terapi ;atihan (General Exercise)

k. Kamar VVIP

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai 12 kamar VVIP dimana tiap kamar mempunyai failitas :

1) 1 tempat tidur Elektrik 2) Sofa bed

3) AC 4) Party

(59)

5) LED TV 32 6) Lemari es 7) Nurse call 8) Fire alarm 9) Lampu baca

10) Welcome drink & fruit

11) Kamar mandi(shower,closset duduk,heater,wastafel) l. Kamar Kelas VIP

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai 12 kamar VIP dimana tiap kamar mempunyai fasilitas :

1) 1 tempat tidur 2) Sofa bed 3) AC 4) LCD TV 32” 5) Nurce call 6) Fire alarm

7) Kamar mandi(shower,closset duduk,heater,wastafel)

m. Kamar kelas 1

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai 22 kamar kelas 1 dimana tiap kamar mempunyai fasilitas :

1) 1 pasien 1 kamar 2) 3 kamar mandi di dalam 3) AC central

(60)

4) Oksigen central 5) Almari cabinet n. Kamar Kelas 2

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai ruang perawatan kelas 2 sebanyak 30 tempat tidur dengan fasilitas :

1) 1 pasien 1 kamar 2) AC central 3) Oksigen central 4) 6 kamar mandi dalam o. Kamar Kelas 3 AC

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai ruang perawatan kelas 3 sebanyak 9 tempat tidur, dimana tiap ruang berisi 3 pasien dengan fasilitas :

1) AC

2) Kamar mandi dalam 3) Wastafel

p. Kamar Kelas 3

Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama mempunyai ruang perawatan kelas 3 sebanyak 18 tempat tidur, dimana tiap ruang berisi 6 pasien dengan fasilitas :

1) Kamar mandi 2) Kipas angina 3) Wastafel

Gambar

Tabel 3.1  Definisi Operasional

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis

Map arsip adalah lipatan yang terbuat dari karton/kertas tebal atau plastik yang digunakan untuk menyimpan arsip/surat-surat. Arsip yang disimpan tidak terlalu

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 petugas filing rawat jalan, terdapat 2 petugas filing rawat jalan yang tidak tahu standar waktu pelayanan dokumen rekam

Hasil penelitian terhadap review pencatatan hal-hal yang dilakukan saat perawatan dan pengobatan pada dokumen rekam medis rawat inap tindakan cesarean section di RSUD

Dari hasil pengamatan menunjukkan untuk review pencatatan dari 82 dokumen yang diteliti pada masing-masing formulir dokumen rekam medis rawat inap penyakit Diare terdapat

Dengan usaha yang telah dilakukan Insya Allah dengan sungguh-sungguh sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Pekerjaan Ibu

Mengingat pentingnya hubungan antara spesifisitas diagnosis utama terhadap kode diagnosis yang akan dihasilkan, dan sebagai salah satu tolak ukur untuk kontrol

Rumah Sakit Permata Medika Semarang merupakan rumah sakit tipe C yang telah menggunakan ICD-10 sebagai pedoman koding, di rumah sakit tersebut belum pernah