• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian intertekstual novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian intertekstual novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN INTERTEKSTUAL

NOVELDROP OUTKARYA ARRY RISAF ARISANDI

DENGAN

NOVELCINTAKU DI KAMPUS BIRUKARYA ASHADI SIREGAR

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Oktavianus Ari Dwi Kristanto NIM: 074114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

KAJIAN INTERTEKSTUAL

NOVEL DROP OUT KARYA ARRY RISAF ARISANDI DENGAN

NOVEL CINTAKU DI KAMPUS BIRU KARYA ASHADI SIREGAR

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Oktavianus Ari Dwi Kristanto NIM: 074114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi ABSTRAK

Ari, Oktavianus. 2013. Kajian Intertekstual Novel Drop Out Karya Arry Risaf Arisandi dengan Novel Cintaku di Kampus Biru Karya Ashadi Siregar. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Prinsip intertekstual didasari asumsi bahwa setiap teks baru akan bermakna penuh jika dihubungkan dengan teks lain. Dalam hal ini, peneliti menemukan keterkaitan antara novel Drop Out (DO) karya Arry Risaf Arisandi dan novel Cintaku di Kampus Biru (CKB) karya Ashadi Siregar dalam lima unsur intrinsiknya, yakni alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta sudut pandang. Kajian ini bertujuan menganalisis keempat unsur tersebut dalam kedua novel dan meneliti bentuk-bentuk hubungan intertekstualnya.

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan objektif dalam menganalisis struktur kedua novel tersebut dan pendekatan intertekstual untuk mengkaji hubungan di antara struktur kedua novel. Dalam menjalankan penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis untuk menguraikan objek penelitian dan metode deskriptif untuk menjelaskan dan menyajikannya.

(8)

vii ABSTRACT

Ari, Oktavianus. 2013. Intertextual Study Novel Drop Out By Arry Risaf Arisandi with Novel Cintaku di Kampus Biru By Ashadi Siregar. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Literature Studies, Faculty of Letters, University of Sanata Dharma.

The main principal of the intertextual is the assumption that every new text will have a full meaning if it connect with the other text. In this case, the writer found the interconnection between a novel titled Drop Out (DO) by Arry Risaf Arisandiand the novel titled Cintaku di Kampus Biru (CKB) by Ashadi Siregar in the five intrinsic element. They are the allure, the characters and the characteristics, background, theme, and point of view. The purpose of the research is to analize those four elements in those novels and to analyze the forms of the intertextual connectivity.

This research used objective research to analyze the structure of those two novels and intertextual research to analyze the connectivity of those novels. To do this research, the writer used analytic method in order to have details object of the research and the descriptive method is to explain and to give it to the reader.

Structural analytic that used in those novels resulted deeper understanding about the structure to build the story inside. Intertextual analytic research on those novels shows the intertextual connectivity on the allure, which is inside the five motives. Those are Characters and characteristics that has same character, the similarity of the background seeing through contextual aspect, and the theme, in the minor theme and major theme. DO has advantages to transform CKB which becomes the hypogram.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas

segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan untuk

memenuhi dan melengkapi syarat mencapai gelar Sarjana Fakultas Sastra

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa proses penyusunan penelitian ini tidak lepas

dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala hormat, peneliti hendak

menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yanng terlibat:

1. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang

telah mendampingi dan membimbing serta membuka komunikasi dengan

memberikan pertimbangan dalam penyususnan skripsi ini.

2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk mengarahkan penulis sehingga skripsi ini

dapat selesai dengan lebih baik.

3. Bapak dan ibu dosen serta staf di Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

4. Ibu M.M. Kartilah, ibu yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang,

dan permohonan yang terangkum dalam doa.

5. Bapak Alphonsus Paijan D.L., ayah senantiasa memberi dukungan atas

terselesaikannya skripsi ini yang cukup memakan waktu.

6. Thetul, selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan motivasi kepada

(10)

ix

7. Teman-teman mahasiswa Prodi Sastra Indonesia atas pahit manisnya

persahabatan kita.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Upaya kerja keras telah peneliti lakukan demi terselesaikannya skripsi ini.

Isi sepenuhnya merupakan tanggung jawab peneliti. Dengan penuh kesadaran

peneliti menyadari segala kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi

ini. Oleh karena itu, peneliti terbuka untuk menerima semua kritik dan saran yang

membangun sebagai penyempurna skripsi ini.

(11)

x

Sadaya pambudidaya punika mboten saged kalampahan

tanpa panyengkuyung tuwin panyaruwe panjenengan,

mboten saged mawujud kanthi nyata tanpa pinaringan kekiyatan

saha berkah saking ngarsa Dalem Gusti ingkang Maha Asih,

mboten saged kasil tanpa panyuwunan sarana pandonga (Manungku Puja).

Awit inggih namung wisiing Hyang Widi ingkang saged nentremaken manah,

duk rikala kawula ngraos benget lan goreh.

Panyaruwe panjenengan ingkang ngiyataken manah kula,

minangka rongeh saha mboten tumetep.

Kasiling pakaryan ingkang tebih saking kasampurnan punika

kawula aturaken kanthi raos tresna, pakurmatan,

minangka pangabdi kula dhumateng panjenengan.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…...…………... v

ABSTRAK…... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... x

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis... 5

1.4.2 Manfaat Praktis... 6

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori... 6

1.5.1 Tinjauan Pustaka... 6

(13)

xii

1.5.2.1 Analisis Struktural... 8

1.5.2.1.1 Alur... 10

1.5.2.1.2 Tokoh dan Penokohan... 12

1.5.2.1.3 Latar... 14

1.5.2.1.4 Tema... 16

1.5.2.1.5 Sudut Pandang……..…..……….. 17

1.5.2.2 Kajian Intertekstual... 21

1.6 Metode dan Teknik Penelitian... 24

1.6.1 Metode Penelitian... 24

1.6.2 Metode Pengumpulan Data... 25

1.6.3 Metode Analisis Data... 25

1.6.4 Penyajian Hasil Analisis Data... 26

1.7 Sumber Data... 26

1.8 Sistematika Penyajian... 26

BAB II ANALISIS STRUKTURAL NOVEL DROP OUT KARYA ARRY RISAF ARISANDI DENGAN NOVEL CINTAKU DI KAMPUS BIRU KARYA ASHADI SIREGAR 2.1 Pengantar... 28

2.2 Analisis Struktur Novel Drop Out... 28

2.2.1 Analisis Alur Novel Drop Out... 29

2.2.1.1 Pemaparan atau Pengenalan Situasi... 29

(14)

xiii

2.2.1.3 Peningkatan Konflik... 31

2.2.1.4 Klimaks... 32

2.2.1.5 Penyelesaian... 33

2.2.1.6 Pembahasan Alur... 34

2.2.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Drop Out... 34

2.2.2.1 Tokoh Protagonis... 34

2.2.2.2 Tokoh Antagonis... 37

2.2.3 Analisis Latar Novel Drop Out... 39

2.2.3.1 Latar Tempat... 39

2.2.3.2 Latar Waktu... 40

2.2.3.3 Latar Sosial... 41

2.2.4 Analisis Tema Novel Drop Out... 42

2.2.4.1 Tema Minor... 42

2.2.4.1.1 Dibutuhkan Kesabaran Demi Suatu Perubahan... 42

2.2.4.1.2 Masalah Pribadi Hendaknya Tidak Dikaitkan dengan Permasalahan Umum.. 44

2.2.4.2 Tema Mayor: Kejujuran, Niat, dan Ketulusan Cinta akan Berdampak Positif... 45

2.2.5 Analisis Sudut Pandang Novel Drop Out………...…..…... 46

2.3 Analisis Struktural Novel Cintaku di Kampus Biru... 48

2.3.1 Analisis Alur Novel Cintaku di Kampus Biru... 48

(15)

xiv

2.3.1.2 Penggawatan atau Timbulnya Konflik... 49

2.3.1.3 Peningkatan Konflik... 50

2.3.1.4 Klimaks... 51

2.3.1.5 Penyelesaian... 52

2.3.1.6 Pembahasan Alur... 53

2.3.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Cintaku di Kampus Biru………. 54

2.3.2.1 Tokoh Protagonis... 54

2.3.2.2 Tokoh Antagonis... 58

2.3.2.3 Tokoh Tritagonis... 61

2.3.3 Analisis Latar Novel Cintaku di Kampus Biru... 63

2.3.3.1 Latar Tempat... 63

2.3.3.2 Latar Waktu... 64

2.3.3.3 Latar Sosial... 65

2.3.4 Analisis Tema Novel Cintaku di Kampus Biru... 66

2.3.4.1 Tema Minor... 67

2.3.4.1.1 Masalah Pribadi Hendaknya Tidak Dikaitkan dengan Permasalahan Umum... 67

2.3.4.1.2 Cinta Adalah Pilihan dan Menuntut Kejujuran... 68

(16)

xv

2.3.5 Analisis Sudut Pandang Novel Cintaku di Kampus Biru.... 72

2.4 Tabel Struktur Novel DO – CKB... 74

BAB III ANALISIS INTERTEKSTUAL NOVEL DROP OUT KARYA ARRY RISAF ARISANDI DENGAN NOVEL CINTAKU DI KAMPUS BIRU KARYA ASHADI SIREGAR 3.1 Pengantar... 78

3.2 Hubungan Intertekstual Unsur Alur... 79

3.2.1 Motif Mahasiswa yang Terancam DO... 80

3.2.2 Motif Percintaan dengan Dosen... 81

3.2.3 Motif Biaya Kuliah dari Orangtua yang Terancam Dihentikan………..……... 83

3.3 Hubungan Intertekstual Unsur Tokoh dan Penokohan... 84

3.3.1 Tokoh Pemicu Penyelesai Masalah... 85

3.3.2 Tokoh Pemecah Masalah... 86

3.3.3 Tokoh Pemicu Timbulnya Masalah... 87

3.4 Hubungan Intertekstual Unsur Latar... 89

3.5 Hubungan Intertekstual Unsur Tema... 89

3.5.1 Masalah Pribadi Hendaknya tidak Dicampuradukkan dengan Masalah Pendidikan... 90

3.5.2 Cinta Merupakan Pilihan yang Menuntut Kejujuran... 91

(17)

xvi BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 97

4.2 Saran... 100

DAFTAR PUSTAKA... 102

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penulisan sebuah karya sastra tidak lepas dari sejarah sastra pada masa itu

karena tidak ada sebuah karya sastra yang lahir dalam kekosongan situasi (Teeuw,

1980: 11). Hal inilah yang mendasari sebuah kajian intertekstual. Hubungan

intertekstual dapat diartikan sebagai keterkaitan sejarah baik berupa pertentangan

maupun persamaan antarsejumlah teks dengan asumsi sebuah teks merupakan

transformasi teks lainnya (Pradopo, 1995: 167). Kajian intertekstual dapat

dipahami sebagai usaha menemukan makna baru dari sebuah karya sastra dengan

cara membandingkan unsur-unsur yang ada di dalam sebuah karya sastra yang

satu dengan karya satra yang lain yang menjadi latar belakang sejarahnya. Kajian

intertekstual didasarkan pada asumsi bahwa kapan pun karya tulis dibuat, tidak

mungkin lahir dari situasi tanpa budaya. Unsur budaya tersebut termasuk semua

tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks sastra yang

ditulis sebelumya.

Secara luas interteks diartikan sebagai hubungan antara satu teks dengan

teks lain. Makna dalam interteks terjadi melalui proses. Interteks akan

menciptakan kemiripan cerita yang terkandung antara karya sastra yang satu

dengan karya sastra yang lain. Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian

(19)

2

adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, alur,

penokohan, gaya bahasa, di antara teks yang dikaji.

Penelitian ini mengangkat tentang hubungan intertekstual yang

tergambarkan dalam novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi (2006) dengan

novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar (1974). Hal menarik yang

terdapat pada novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi dan novel Cintaku di

Kampus Biru karya Ashadi Siregar adalah kemiripan proses penceritaan.

Kemiripan di antaranya meliputi unsur-unsur intrinsik berupa plot atau alur, tokoh

dan penokohan, latar, tema, serta sudut pandang. Selain itu kedua novel ini juga

memiliki motif yang sama. Oleh sebab itu, penulis akan menganalisis keterkaitan

hubungan intertekstual secara mendalam terhadap kedua novel tersebut.

Peneliti tertarik untuk mendalami dan mengkaji kedua novel tersebut

karena menemukan adanya hubungan pada struktur kedua novel. Selain itu

menurut pengamatan peneliti, karya-karya ilmiah yang dikaji berupa novel

khususnya novel tentang dinamika kependidikan dalam tingkat perguruan tinggi

cukup minim dan jarang ditemui. Dari penelitian ini penulis terlebih dahulu akan

memberi sedikit gambaran bahwa novel Cintaku di Kampus Biru merupakan

hipogramnya novel Drop Out.

Novel Drop Out mengisahkan tentang perjuangan seorang mahasiswa

yang berjuluk mahasiswa abadi. Mahasiswa yang sejak kecil tidak memiliki

cita-cita. Dari SD sampai menduduki perguruan tinggi mahasiswa itu sama sekali tidak

memiliki cita-cita. Mahasiswa tersebut memiliki kepribadian buruk, ia sangat

(20)

3

parahnya lagi ia sesekali bermain judi dan minum-minuman beralkohol. Saat

mata kuliah berlangsung yang dilakukannya hanya tidur, menggambar pohon, dan

melamun. Teman-teman seangkatannya telah lulus, bahkan ada yang sudah

meninggal. Namun, mahasiswa itu masih setia untuk kuliah sampai tahun ke tujuh

tanpa ada tanda-tanda kelulusannya. Mahasiswa tersebut divonis akan drop out

seandainya ada nilai E dalam salah satu mata kuliah yang harus diselesaikannya

pada dua semester. Melalui bantuan bekas mahasiswa seniornya yang sudah

menjadi dosen, mahasiswa itu berjuang untuk menghadapi drop out.

Novel Cintaku di Kampus Biru menceritakan seorang mahasiswa yang

memiliki kemampuan dalam berorganisasi, cerdas, dan dikenal di kalangan dosen.

Kesan terhadap tokoh tersebut sekilas akan menimbulkan tanda tanya besar, sebab

ia mahasiswa yang aktif dan cerdas, tetapi selalu mengalami kesulitan dalam hal

akademik sampai-sampai mahasiswa tersebut terancam tidak mendapatkan biaya

kuliah dari orangtuanya karena orangtuanya merasa sudah tidak mampu

membiayai kuliahnya. Lebih menyakitkan lagi melihat kenyataan bahwa

mahasiswa tersebut telah menjalani mata kuliah Literatur sebanyak enam kali

tetapi belum lulus juga. Dosen mata kuliah Literatur tersebut di kenal sebagai

perawan tua, sinis, dan kejam dalam pemberian nilai. Mahasiswa itu merasa

bahwa dosen Literaturnya memiliki permasalahan pribadi terhadapnya.

Berdasarkan pengamatan singkat di atas, kedua novel tersebut memiliki

kemiripan dalam penceritaan meskipun pada penonjolan kepribadian kedua tokoh

utama cenderung berlawanan. Kesamaan kedua novel ini antara lain sama-sama

(21)

4

sebagai tokoh utama juga menjadi kemiripan, yaitu kisah cinta dan perjuangan di

lingkungan akademik untuk menghindari DO. Kajian intertekstual yang

terkandung dalam novel Drop Out dan novel Cintaku di Kampus Biru dipilih

sebagai topik dalam penelitian ini didasari alasan sebagai berikut. Pertama, kedua

novel memunculkan tokoh utama yaitu mahasiswa. Kedua, latar belakang dari

masing-masing tokoh dalam kedua novel tersebut menunjukkan adanya kemiripan

secara struktur yang mendukung proses penceritaan karya sastra. Ketiga, adanya

kesamaan struktur dalam novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru

sehingga kedua novel tersebut dapat dikaji dalam kajian intertekstual. Dengan

demikian penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam terkait hubungan

intertekstual kedua novel tersebut dengan judul “Kajian Intertekstual Novel Drop

Out Karya Arry Risaf Arisandi dengan Novel Cintaku di Kampus Biru karya

Ashadi Siregar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan peneliti bahas adalah

sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi dan novel

Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar?

1.2.2 Bagaimana hubungan intertekstual novel Drop Out karya Arry Risaf

(22)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu:

1.3.1 mendeskripsikan unsur-unsur struktur novel Drop Out karya Arry Risaf

Arisandi dan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar, yang

meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta sudut pandang,

1.3.2 mendeskripsikan hubungan intertekstual novel Drop Out karya Arry Risaf

Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini adalah hubungan intertekstual novel Drop Out karya

Arry Risaf Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar

yang diperoleh dari struktur masing-masing novel.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis

maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan studi sastra

Indonesia, khususnya dalam kajian intertekstual. Penelitian ini juga diharapkan

mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dalam mengungkap hubungan

karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lain.

Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dalam

penulisan karya sastra. Sebagaimana telah dijelaskan keterkaitan karya sastra yang

(23)

6 1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bacaan dalam

bidang kajian dan apresiasi novel Drop Out dan Cintaku di Kampus Biru, selain

itu penelitian ini diharapkan membantu pembaca untuk lebih memahami novel

Drop Out dan Cintaku di Kampus Biru.

Penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan pada pembaca

terkait hubungan sebuah karya sastra satu dengan karya sastra yang lain, dengan

adanya transformasi dari karya sastra yang terdahulu. Selain itu, juga mengenai

bagaimana pengaruh karya sastra terdahulu dapat menginspirasi karya-karya pada

masa sekarang.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori 1.5.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai novel Drop Out terkait dengan kajian intertekstual

sejauh ini belum pernah di temukan oleh peneliti. Kebanyakan tulisan hanya

berbentuk resensi atau sinopsis novel tersebut di beberapa blog dan web. Begitu

pula dengan novel Cintaku di Kampus Biru, peneliti hanya menemukan resensi

dan sinopsis.

Penelitian mengenai hubungan intertekstual baik novel maupun cerpen

Indonesia telah banyak dilakukan. Marcellina (1999) yang meneliti hubungan

intertekstual cerpen Negeri Kabut dan cerpen Tempat Yang Terindah Untuk Mati

karya Seno Gumira Ajidarma. Hubungan intertekstual yang terdapat dalam cerpen

(24)

7

Agustini (2009), meneliti hubungan intertekstual novel Misteri Cincin

Yang Hilang karya S. Maria GD dan novel Kubur Berkubah karya Agatha

Christie. Hubungan intertekstual yang dikemukakan dalam novel tersebut terdapat

pada plot, tokoh dan penokohan, serta tema. Keterkaitan yang terkandung antara

lain mengenai kriminalitas kasus pembunuhan, kejahatan yang ditutup-tutupi

akhirnya tebongkar juga. Selian itu unsur tentang adanya hubungan percintaan

juga dipaparkan dalam penelitian ini.

Penelitian mengenai intertekstual telah dikemukakan antara lain oleh

Faruk melalui bukunya Metode Penelitian Sastra (2012: 43). Dalam tulisannya

berjudul Intertekstualitas Suluk Syekh Wali Lanang dengan Centhini Tambang

Raras-Amongraga Jilid I diungkapkan bahwa pengarang mengambil

komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua

itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu ditambah supaya

menjadi sebuah karya yang utuh. Sesuai pernyataan Julia Kristeva, bahwa

pertama, pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses

penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis

rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses

pembacaan. Pada dasarnya belum ada pembahasan secara khusus mengenai kajian

intertekstual novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini bukan merupakan pengulangan dari

(25)

8 1.5.2 Landasan Teori

Suatu penelitian memerlukan teori-teori atau pendekatan yang tepat dan

sesuai dengan objeknya. Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah

(i) analisis struktural dalam karya sastra yang terdiri dari alur, tokoh-penokohan,

latar, tema, dan sudut pandang, (ii) pengertian kajian intertekstual dalam karya

sastra. Berikut ini akan dipaparkan teori-teori tersebut.

1.5.2.1Analisis Struktural

Sebuah karya sastra tersusun atas unsur-unsur intrinsik yang menjadi

pembangunnya. Untuk memahami struktur tersebut dapat dilakukan analisis

struktural. Analisi struktural merupakan analisis yang mengidentifikasi, mengkaji

dan menggambarkan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik sebuah karya sastra

sehingga membentuk sebuah pemaknaan yang utuh dan terpadu (Nurgiyantoro,

2005: 37).

Fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik dalam penelitian ini adalah

bahwa setiap unsur intrinsik memiliki fungsinya, seperti alur dalam sebuah karya

sastra berfungsi memberi rasa pada karya sastra tersebut. Permainan alur

bertujuan untuk membawa pembaca masuk ke dalam situasi penceritaan karya

sastra. Setiap unsur intrinsik memiliki keterkaitan satu dengan yang lain,

keterkaitan tersebut yaitu dengan unsur tokoh dan penokohan yang kemudian

akan membawa tema dalam rangkaian latar dan latar secara keseluruhan. Tokoh

dan penokohan memberikan efek tertentu melalui pertemuan tokoh yang satu

(26)

9

atau sebaliknya, mencari dan menemukan jalan keluar dari konflik yang terjadi.

Hal itu mewujudkan karya sastra yang hidup dengan adanya irama dalam

rangkaian cerita. Begitu juga dengan latar, latar akan memunculkan imajinasi

pembaca untuk lebih mendalami setiap peristiwa pada karya sastra yang kemudian

akan menemukan dan menyimpulkan tema yang mengikat keseluruhan unsur

dalam sebuah karya sastra.

Dalam usaha meneliti hubungan intertekstual novel DO dan CKB, peneliti

akan melakukan analisis struktural terlebuh dahulu yang meliputi alur,

tokoh-penokohan, latar, tema, dan sudut pandang. Dijelaskan oleh Teeuw (1983: 61),

dalam menganalisis sebuah karya sastra dari segi manapun, analisis struktural

merupakan tugas prioritas yang oleh karenanya harus dilakukan terlebuh dahulu

sebelum analisis lainnya. Dengan kata lain, prinsip intertekstual memerlukan

pendekatan struktural.

Struktur penceritaan dalam karya sastra sama halnya dengan gaya

penceritaan sebuah karya sastra. Hal-hal yang mendukung struktur penceritaan

yaitu alur, tokoh dan penokohan, tema, latar dan sudut pandang. Dalam penelitian

ini, analisis struktural akan dibatasi pada lima unsur intrinsik. Hal tersebut

dikarenakan keterkaitan antarunsur intrinsik di atas dianggap cukup dan sudah

mencakup segala hal untuk diteliti sebagai unsur yang mendukung adanya

(27)

10 1.5.2.1.1 Alur

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang

menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain.

Alur memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa yang

susul-menyusul, tetapi ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri atau tepatnya: ia lebih

dari sekedar rangkaian peristiwa (Nurgiyantoro, 2005: 110-111).

Stanton (1965, lewat Nurgiyantoro, 2005: 111) mengemukakan bahwa alur

adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Alur dalam karya sastra memiliki tahapan sebagai berikut:

a. Pemaparan atau Pengenalan Situasi

Bagian ini merupakan awal yang berisi keterangan mengenai

pengenalan tokoh serta latar. Bagian ini berfungsi mengantar pembaca

ke dalam persoalan utama yang menjadi isi cerita.

b. Penggawatan atau Timbulnya Konflik

Tahapan ini muncul ketika ada kekuatan, kemauan, sikap atau

pandangan yang saling bertentangan. Peristiwa ini sering diakibatkan

oleh munculnya satu peristiwa yang mengacaukan.

c. Peningkatan Konflik

Konflik semakin berkembang. Peristiwa menjadi dramatik dan

(28)

11 d. Klimaks

Tahapan ini merupakan puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau

titik balik. Konflik ditandai dengan perubahan alur cerita.

e. Penyelesaian

Dalam tahapan ini ketegangan menurun. Tokoh-tokoh yang

meruncingkan persoalan telah meninggal atau menemukan jalan

penyelesaian (Nurgiyantoro, 2005: 149-150).

Alur terdiri dari banyak jenis. Jenis alur dapat dikelompokkan dengan

menggunakan berbagai kriteria. Berikut ini akan dikemukakan jenis-jenis alur

berdasarkan kriteria urutan waktu.

Alur Maju

Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur

progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju,

secara runtut dari tahap awal, tengah, hingga akhir.

Alur Mundur

Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot balik,

regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap

akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya.

Alur Campuran

Alur campuran merupakan perpaduan alur maju atau progresif

dan alur mundur atau regresif.

(29)

12

Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, alur terbagi dalam dua jenis

berikut ini.

Alur tertutup

Alur yang memiliki penyelesaian yang jelas, penampilan

kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas.

Alur terbuka

Alur yang memiliki penyelesaian yang tidak jelas atau

menggantung. Penampilan kisahnya diakhiri secara tidak pasti, tidak

jelas, serba mungkin. Jadi akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi

pembaca atau penonton.

(http://winawimala.wordpress.com/2011/03/24/jenis-alur-drama/).

1.5.2.1.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif.

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di

dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Menurut Abrams (1981, lewat

Nugiyantoro, 2005: 165), tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas

moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Luxemburg (lewat Nurgiyantoro,

2005: 180), tokoh dapat dikategorikan protagonis jika tokoh tersebut diberi lebih

banyak kesempatan untuk mengemukakan visi, sikap, atau pandangan sehingga

(30)

13

tokoh protagonis dapat membuat pembaca mengidentifikasi diri dengannya dan

melibatkan diri secara emosional terhadapnya. Tokoh antagonis adalah tokoh

yang beroposisi atau bertentangan dengan tokoh protagonis sehingga

memunculkan konflik.

Berdasarkan peran, tokoh dalam karya sastra dibedakan sebagai berikut:

a. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang berprakarsa dan berperan

sebagai penggerak alur. Biasanya hanya ada satu atau dua tokoh

protagonis yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat

dalam lakuan. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama yang

menghadapi masalah dan terbelit kesulitan. Tokoh protagonis sangat

berkaitan erat dengan tokoh cerita. Tidak ada “ia” maka tidak ada

cerita. Pengarang “menaruh hati” dan pembaca “bersimpati”

kepadanya. (Nurgiyantoro, 2005: 178-181).

b. Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis berfungsi sebagai penghalang dan masalah

bagi tokoh protagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh

protagonis baik fisik maupun batin. Biasanya seorang tokoh antagonis

dan beberapa orang tokoh yang ikut berperan sebagai

penghalang/masalah bagi tokoh protagonis. Penyebab terjadinya

konflik dalam cerita adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, (tidak

harus orang/tokoh, bisa juga suasana, bencana yang direspon oleh

(31)

14 c. Tokoh Tritagonis

Tokoh yang berpihak pada protagonis atau antagonis atau

berfungsi menjadi penengah antara kedua tokoh tersebut

(Nurgiyantoro, 2005: 178-181).

Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh, meliputi siapa

tokoh cerita, pelukisan tokoh, dan karakterisasi (Nurgiyantoro, 2005: 164-165).

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, yaitu pelaku cerita. Watak, perwatakan,

dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan

oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan

dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan

yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu

dalam sebuah cerita.

1.5.2.1.3 Latar

Abrams (1981, lewat Nurgiyantoro, 2005: 216) menjelaskan latar atau

setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Tahap awal karya fiksi pada umumnya berisi penyituasian, pengenalan

terhadap berbagai hal yang akan diceritakan. Misalnya, pengenalan tokoh, alur,

pelukisan keadaan alam, lingkungan, suasana tempat, mungkin juga hubungan

waktu, dan lain-lain yang dapat menuntun pembaca secara emosional kepada

(32)

15

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai

berikut:

a. Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2005: 227-234).

b. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah

“kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu

yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah

(Nurgiyantoro, 2005: 227-234).

c. Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,

cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual

seperti dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar sosial juga

behubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya

(33)

16 1.5.2.1.4 Tema

Tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah

karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan

sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita

(Nurgiyantoro, 2005: 70).

Dalam sebuah cerita, tema dapat berjumlah lebih dari satu. Tema dapat

dibagi menjadi dua, yakin tema mayor (tema utama) dan tema minor (tema

tambahan). Tema minor sebagai makna-makna tambahan yang ada dalam sebuah

cerita bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak berkaitan dengan makna

pokok. Dengan demikian tema mayor memiliki makna sebagai rangkuman dari

tema-tema minor (Nurgiyantoro, 2005: 82-83).

Penentuan tema dapat dilakukan dengan memahami cerita secara

keseluruhan terlebih dahulu, kemudian mencari kejelasan ide-ide perwatakan,

peristiwa-peristiwa dan konflik, dan latar. Tema disaring dari motif-motif yang

ada dalam cerita. Empat kriteria dalam usaha menemukan tema sebuah novel

ditemukan oleh Stanton (Nurgiyantoro, 2005: 87). Pertama, dengan

mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, tidak bertentangan

dengan tiap detil cerita. Ketiga, tidak mendasarkan pada bukti-bukti yang tidak

dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang

bersangkutan, tema tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan,

imajinasi, atau informasi lain yang diragukan. Keempat, dengan mendasarkan diri

(34)

17

Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi haruslah disimpulkan dari

keseluruhan cerita. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak sengaja

disembunyikan, karena justru hal itulah yang ditawarkan kepada pembaca.

Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan

sendirinya ia akan “tersembunyi” di balik cerita yang mendukungnya. Jika dilihat

dari sudut pengarang, dasar cerita dipakai sebagai panutan pengembangan cerita,

dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat sebaliknya. Berdasarkan cerita yang

dibeberkan itulah pembaca berusaha menafsirkan apa dasar utama cerita itu, apa

tema cerita itu, dan hal itu akan dilakukan berdasarkan detil-detil unsur yang

terdapat dalam karya yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 68-70).

1.5.2.1.5 Sudut Pandang

Sudut pandang disebut juga sebagai strategi, teknik, siasat, yang secara

sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya

(Nurgiyantoro, 2005: 248). Unsur intrinsik (sudut pandang) akan diteliti pada

novel DO dan novel CKB karena sudut pandang merupakan salah satu hal yang

penting dalam unsur intrinsik. Sudut pandang merupakan teknik yang

dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya

artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca (Nurgiyantoro,

2005: 249). Sudut pandang adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca

(35)

18

Sudut pandang secara garis besar dapat dibedakan dalam dua macam yaitu

persona pertama, first-person, gaya “aku”, dan persona ketiga third-person, gaya

“dia”. Jadi dari sudut pandang “aku” atau “dia” dari berbagai variasinya, sebuah

cerita dikisahkan. Kedua sudut pandang tersebut masing-masing menyaran dan

menuntut konsekuensinya sendiri. Oleh karena itu, wilayah kebebasan dan

keterbatasan perlu diperhatikan secara objektif sesuai dengan kemungkinan yang

dapat dijangkau sudut pandang yang dipergunakan (Nurgiyantoro, 2005: 249).

Pentingnya sudut pandang dalam karya fiksi tidak lagi diragukan. Sudut

pandang dianggap sebagai salah satu unsur fiksi yang penting dan menentukan

(Nurgiyantoro, 2005: 250). Sebelum pengarang menulis cerita, mau tak mau, ia

harus telah memutuskan memilih sudut pandang tertentu. Pemilihan sudut

pandang menjadi penting karena hal itu tidak hanya berhubungan dengan masalah

gaya saja. Namun, biasanya pemilihan bentuk-bentuk tersebut bersifat sederhana,

di samping hal itu merupakan konsekuensi otomatis dari pemilihan sudut pandang

tertentu. Pemilihan sudut pandang membutuhkan konsekuensi disamping ada

berbagai kemungkinan teknis penyajian sudut pandang yang dapat dimanfaatkan

dan sekaligus dapat dikreasikan oleh pengarang (Nurgiyantoro, 2005: 250).

Penggunaan sudut pandang “aku” atau pun “dia”, biasanya juga berarti

tokoh “aku” atau tokoh “dia”, dalam karya fiksi adalah untuk memerankan dan

menyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan pengarang. Ada beberapa macam

(36)

19 1. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita yang menggunakan pengisahan sudut pandang

persona ketiga “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita

yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata

gantinya; ia, dia, dan mereka. Sudut pandang “dia” terbagi dalam dua

golongan, yaitu:

a. Sudut Pandang “Dia” Mahatahu

Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut

“dia”, tetapi pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal

-hal yang menyangkut tokoh “dia” dan narator bersifat mahatahu.

b. Sudut Pandang “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai Pengamat

Dalam sudut pandang ini, pengarang melukiskan apa yang

dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita,

tetapi terbatas hanya pada seorang tokoh saja (Nurgiyantoro, 2005:

259).

2. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”

Sudut pandang ini, narator adalah seseorang yang ikut terlibat

dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan

kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang

diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan serta sikapnya terhadap

orang lain. Sudut pandang persona pertama digolongkan menjadi dua

(37)

20 a. “Aku” Tokoh Utama

Dalam sudut pandang ini, si “aku mengisahkan berbagai peristiwa

dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri

sendiri, maupun fisik, serta hubungannya dengan sesuatu yang diluar

dirinya. Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Segala

sesuatu yang diluar diri si “aku”, peristiwa, tindakan, dan orang,

diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, atau dipandang

penting.

b. “Aku” Tokoh Tambahan

Sudut pandang ini, “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama,

melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh “aku” hadir untuk

membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan

kemudian “dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai

pengalamannya.

3. Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang bersifat campuran mungkin saja

berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia”

mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik

“aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebgai saksi, bahkan

dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara “aku”

(38)

21 a. Campuran “Aku” dan “Dia”

Penggunaan kedua sudut pandang tersebut dalam sebauh novel

terjadi karena pengarang ingin memberikan cerita secara lebih banyak

kepada pembaca.

b. Teknik “kau”

Penggunaan teknik kau untuk menyebut dan melihat dirinya

sendiri, baik oleh tokoh yang disudutpandangi “aku” maupun “dia”.

1.5.2.2Kajian Intertekstual

Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks

dengan teks yang lain. Lebih dari itu, teks itu sendiri secara etimologis berarti

tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, dan jalinan. Produksi makna terjadi

dalam interteks, yaitu melalui proses oposisi, permutasi, dan transformasi.

Teks-teks yang dikerangkakan sebagai interTeks-teks tidak terbatas sebagai persamaan genre,

interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk

menemukan hypogram. Interteks dapat dilakukan antara novel dengan novel,

novel dengan puisi, novel dengan mitos. Hubungan yang dimaksudkan tidak

semata-mata sebagai persamaan melainkan juga sebaliknya sebagai pertentangan,

baik parodi maupun negasi (Ratna, 2012: 172-173).

Intertekstualitas merupakan hasil dari proses kreatif pengarang yang antara

lain mengolah bahan-bahan yang berasal dari teks lain, melakukan modifikasi,

perubahan, pengurangan, penambahan terhadap teks-teks yang menjadi bahannya

(39)

22

Intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang diciptakan oleh peneliti

Prancis Julia Kristeva. Julia Kristeva lebih dikenal sebagai pelopor teori interteks.

Kristeva mendiskonstruksi hegemoni kebudayaan Barat dengan menampilkan teks

sebagai material produksi (Ratna, 2012: 199).

Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan,

mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar

untuk penciptaan karyanya. Untuk lebih menegaskan pendapat itu,

Kristeva mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang adalah seorang pembaca

teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak

bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua,

sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya

penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan

(Worton, 1990: 1). Setiap teks sebagai mosaik kutipan-kutipan yang diserap dan

ditransformasikan dari teks-teks lain (Teeuw, 1984: 120).

Menurut Bakhtin, pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa

sebuah teks sastra dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada

kerangka teks-teks sastra lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau

kutipan (Noor, 2007: 4-5).

Rachmat Djoko Pradopo dalam Pengkajian Puisi (2009: 223), karya sastra

tidak begitu saja lahir, melainkan sebelumnya sudah ada karya sastra lain, yang

tercipta berdasarkan konvensi dan tradisi sastra masyarakat yang bersangkutan.

Dengan demikian, karya sastra itu meneruskan konvensi yang sudah ada ataupun

(40)

23

sastra itu karya kreatif yang menghendaki adanya kebaruan, tetapi tentu tidak baru

sama sekali, sebab bila sama sekali menyimpang dari konvensi, maka ciptaan itu

tidak akan dikenal ataupun tidak dapat dimengerti oleh masyarakatnya.

Masalah ada tidaknya hubungan antarteks ada kaitannya dengan niat

pengarang dan tafsiran pembaca. Dalam kaitan ini intertekstualitas sama halnya

menulis dan membaca dalam suatu interteks suatu tradisi budaya, sosial, dan

sastra yang tertuang dalam teks-teks. Setiap teks sebagian bertumpu pada

konvensi sastra dan bahasa serta dipengaruhi oleh teks-teks sebelumnya.

Kajian intertekstual diawali dari pengertian bahwa kapan pun karya tulis

dibuat, tidak mungkin lahir dari situasi tanpa budaya. Unsur budaya termasuk

semua tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks sastra

yang ditulis sebelumnya. Karya sastra yang ditulis biasanya mendasarkan diri

pada karya-karya lain yang telah ada sebelumnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, baik dengan cara meneruskan maupun menyimpang.

Dalam kajian interteks dikenal istilah hypogram. Hypogram adalah teks

yang secara metodologis dibayangkan sebagai sumber interteks. Hypogram

merupakan landasan untuk menciptakan karya-karya yang baru, baik dengan cara

menerima maupun menolaknya (Ratna, 2012: 172-176). Karya sastra yang

dijadikan dasar penulisan bagi karya yang lain disebut sebagai hipogram. Adanya

pengaruh dari suatu karya terhadap penulisan karya sesudahnya ini menjadi

perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara sebuah

karya dengan karya lain yang diduga menjadi hipogramnya. Adanya unsur

(41)

24

oleh pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya

mungkin berwujud dalam sikapnya yang meneruskan atau sebaliknya, menolak.

Dalam kaitannya dengan hipogram, tiap teks merupakan sebuah

kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan perubahan dari teks-teks lain. Hal

itu berarti, bahwa tiap teks mengambil unsur-unsur tertentu yang dipandang baik

dari teks sebelumnya, yang kemudian diolah dalam karya sendiri berdasarkan

tanggapan pengarang yang bersangkutan. Dengan demikian, meskipun sebuah

karya mengandung unsur ambilan dari berbagai teks lain, karena telah diolah

dengan pandangan dan daya kreativitasnya sendiri dengan konsep estetika dan

pikiran-pikirannya, karya yang dihasilkan tetap mengandung dan mencerminkan

sifat kepribadian penulisnya.

1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

objektif. Pendekatan objektif berpijak dari pandangan yang menekankan karya

sastra sebagai struktur yang sedikit banyak bersifat otonom (Teeuw, 1984: 100).

Pendekatan intertekstual menekankan bahwa dalam usaha mendapatkan makna

penuh dari teks sastra harus didasarkan pada teks lain yang menjadi latar belakang

penciptaannya (Teeuw, 1984: 120). Dalam penelitian ini unsur alur, tokoh

penokohan, latar, tema, dan sudut pandang yang menjadi jembatan untuk

mendapatkan analisis struktural dalam novel Drop Out dengan novel Cintaku di

(42)

25 1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka, yaitu

peneliti membaca serta mempelajari buku-buku yang berkaitan. Penelitian ini

menggunakan teknik catat, yaitu mencatat data-data berupa kata, kalimat, dan

paragraf yang mengungkapkan makna karya sastra (Moleong, 1989: 167-176).

Penelitian ini menganalisis data novel Drop Out karya Arry Risaf Arisandi

yang terbit pada tahun 2006 oleh penerbit Gagas Media, Jakarta dengan novel

Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar terbitan tahun 1974 oleh penerbit

PT Gramedia, Jakarta.

1.6.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan tahap ketika data diberi arti atau makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1985: 405). Dalam

penelitian ini digunakan metode formal dan metode analisis isi.

Metode formal menganalisis unsur-unsur karya sastra dengan totalitasnya

(Ratna, 2012: 49-51). Metode ini digunakan untuk menganalisis struktur dalam

novel Drop Out dengan novel Cintaku di Kampus Biru.

Metode komparasi atau perbandingan digunakan dalam kajian sastra

perbandingan. Metode ini diterapkan untuk membandingkan dua karya sastra atau

lebih. Metode ini digunakan untuk menganalisis kajian intertekstual dalam novel

(43)

26 1.6.4 Penyajian Hasil Analisis Data

Analisis data disajikan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu

hasil analisis data berupa pemaknaan karya sastra yang disajikan secara

desrkriptif. Hasil analisis penelitian ini berupa penafsiran mengenai isi cerita yang

saling berkitan dalam bentuk deskriptif.

1.7 Sumber Data

1.7.1 Judul Novel : Drop Out (DO)

Pengarang : Arry Risaf Arisandi

Penerbit : Gagas Media, Jakarta

Tahun Terbit : 2006, cetakan pertama

Tebal : 190 halaman

1.7.1 Judul Novel : Cintaku di Kampus Biru (CKB)

Pengarang : Ashadi Siregar

Penerbit : PT Gramedia, Jakarta

Tahun Terbit : 1974, cetakan pertama

Tebal : 127 halaman

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika penelitian ini dirinci

sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini

(44)

27

penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi kajian struktural dalam novel Drop Out karya Arry Risaf

Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar yang

menjadi dasar analisis intertekstual.

Bab III berisi deskripsi analisis intertekstual dalam novel Drop Out karya

Arry Risaf Arisandi dengan novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar.

(45)

28 BAB II

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL DROP OUT KARYA ARRY RISAF ARISANDI DENGAN

NOVEL CINTAKU DI KAMPUS BIRU KARYA ASHADI SIREGAR

2.1 Pengantar

Bab ini berisi pembahasan mengenai kajian struktural novel Drop Out

karya Arry Risaf Arisandi yang selanjutnya akan disingkat menjadi DO dengan

novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar yang selanjutnya akan

disingkat menjadi CKB, yang menjadi dasar analisis intertekstual. Analisis

struktural merupakan kajian untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang

ada dalam sebuah karya sastra dan menggambarkan hubungan antarunsur tersebut

untuk mendapatkan kesatuan makna. Peneliti akan menganalisis struktur novel

DO terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan analisis struktur novel

CKB.

2.2 Analisis Struktur Novel Drop Out

Dalam penelitian ini, analisis struktural yang dilakukan pada novel DO

meliputi unsur alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan sudut pandang.

Analisis alur akan dilakukan terlebih dahulu supaya didapatkan pemahaman cerita.

Dari analisis alur tersebut, dapat dianalisis tokoh dan penokohan yang

dimunculkan. Analisis alur dan penokohan akan mengerucut pada bagian tema.

(46)

29

sedangkan sudut pandang akan memperjelas bagaimana alur dapat berjalan dan

siapa saja yang menjadi penggeraknya. Berikut analisis keempat unsur tersebut

secara berurutan.

2.2.1 Analisis Alur Novel Drop Out

Novel DO terdiri dari 190 halaman, secara keseluruhan menceritakan

bagaimana lika-liku kehidupan mahasiswa dalam memperjuangkan kelulusan

dalam perkuliahan yang telah mencapai semester empat belas. Perjuangan

akademik yang kemudian menjalar pada kisah cinta antara mahasiswa dan

dosennya. Berikut uraian alur yang dibagi menjadi lima tahapan sesuai dengan

urutan cerita yang ada.

2.2.1.1Pemaparan atau Pengenalan Situasi

Pada bagian awal diceritakan mengenai pengenalan situasi, keterkaitan

masing-masing tokoh, serta latar. Cerita novel DO dimulai perkenalan tokoh Jemi,

seorang mahasiswa jurusan Akuntansi PTN Bandung (Perguruan Tinggi Negeri).

Jemi divonis akan drop out seandainya ada nilai E dalam salah satu mata kuliah

yang harus diselesaikannnya dalam dua semester. Jemi memiliki julukan

mahasiswa abadi karena sampai semester tiga belas ia belum juga lulus dari

perguruan tinggi. Sejak kecil Jemi tidak memiliki cita-cita. Jemi yang menginjak

semester empat belas di tuntut untuk mengubah cara hidupnya yang pemalas.

Sejak kecil Jemi memang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Sosok

(47)

30

bersenang-senang dan menghabiskan waktunya secara percuma tanpa disadari

membuat dirinya semakin terpuruk. Kebiasaan Jemi dari hobi menonton film

kartun, menghabiskan waktunya untuk tidur, bermain kartu di tetangga kosnya.

Jemi juga doyan minum minuman beralkohol, Jemi semakin tidak terkontrol

karena kehidupannya yang jauh dari orang tua dan tinggal di lingkungan kos. Jemi

yang berkuliah di Bandung sedangkan orang tuanya berada di Jakarta membuat

kurangnya pengawasan dan perhatian terhadap Jemi. Kehidupan kos Jemi yang

dipenuhi kehidupan kaum muda yang liar membuatnya semakin sulit untuk

berubah. Teman-teman kos Jemi yang memang terbilang anak nakal karena ada

yang menjadi bandar narkoba, ada yang suka mengutil barang teman satu kostnya,

bahkan mencuri mobil. Dalam situasi tersebut Jemi masih terbilang anak yang

alim karena ia tidak terbawa oleh banyaknya keburukan teman-teman satu kosnya.

Leah, bekas senior Jemi, kini telah menjadi dosen Akuntansi, mata kuliah

yang saat itu diambil oleh Jemi. Kemunculan tokoh Leah diceritakan sebagai

pendukung dan membantu Jemi terhindar dari DO. Kehidupan Jemi yang yang

semula kacau menjadi sedikit berubah dengan kehadiran Leah. Jemi diketahui

sudah sejak lama menaruh perasaan suka dengan Leah, tetapi perasaan itu hilang

saat Leah lulus dari kuliahnya dan melanjutkan studi S2 di Inggris. Jemi berniat

melanjutkan rasa cintanya terhadap Leah, mengingat Leah telah kembali meski

dengan status yang sudah berbeda yaitu sebagai dosennya. Pola pikir dan pola

laku Jemi merupakan sisi jelek yang sangat sulit untuk diubah. Sifat malas adalah

(48)

31 2.2.1.2Penggawatan atau Timbulnya Konflik

Konflik yang mulai timbul pada bagian pertama adalah perjalanan menuju

perbaikan hidup yang sudah direncanakan Jemi supaya terhindar dari DO.

Perjuangan Jemi terus berlanjut dengan kehadiran Leah. Perasaan Jemi yang sejak

lama suka dengan Leah menimbulkan sedikit perubahan sikap dari Jemi. Namun

cinta Jemi terbentur masalah dengan Doktor M, dosen statistika yang saat itu

menjadi mata kuliah terberat Jemi. Jemi telah mengulang mata kuliah tersebut

sebanyak enam kali. Doktor M diketahui sudah sejak lama sangat terobsesi

dengan Leah, bahkan saat Leah masih menjadi seorang mahasiswa. Doktor M

meminta supaya Jemi membantu untuk menyatakan perasaannya terhadap Leah.

2.2.1.3Peningkatan Konflik

Peningkatan bermula pada saat Jemi yang merasa tidak rela jika ia harus

mengurungkan rasa cintanya terhadap Leah, mengingat Leah wanita idamannya

sejak dulu. Jemi yang diminta untuk membantu Doktor M awalnya menolak,

meski dengan imbalan kelulusan dan nilai A pada mata kuliah statistika. Akan

tetapi pada bab kedua konflik pada diri Jemi semakin meningkat saat Jemi melihat

acara televisi tentang demo karyawan yang di PHK. Tanpa disadari ternyata ayah

Jemi tersorot oleh kamera, Jemi pun menyadari bahwa demo yang disiarkan di

TV tersebut adalah demo karyawan tempat di mana ayahnya bekerja. Perusahaan

yang bangkrut membuat ayah Jemi menjadi salah satu dari banyaknya karyawan

yang di PHK. Jemi bertekad untuk segera menyelesaikan kuliahnya. Jemi berubah

(49)

32

Jemi yang menyetujui perjanjian dengan Doktor M memulai usaha tersebut

dengan mempertemukan Leah dengan Doktor M di sebuah kafe.

2.2.1.4Klimaks

Tahapan ini merupakan puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau titik

balik. Konflik ditandai dengan perubahan alur cerita. Pada novel DO klimaks

yang terlihat yaitu pada saat rencana yang dijalankan Jemi dan Doktor M.

Rencana untuk mempertemukan Leah dan Doktor M di kafe ternyata disadari oleh

Leah. Leah marah dan sakit hati karena telah merasa dijual oleh Jemi dengan

imbalan nilai A mata kuliah Statistika. Kemarahan Leah berlanjut ketika ia jarang

menemui Jemi, ia selalu menghindar apabila Jemi ingin meminta maaf. Rumitan

yang terjadi juga semakin nampak ketika Jemi yang terus didesak oleh Doktor M.

Jemi yang merasa bersalah terhadap Leah, ingin mengakhiri kesepakatan dengan

Doktor M. Namun Jemi malah mendapat ancaman dari Doktor M. Jika Jemi tak

mau membantunya maka Jemi tak akan mendapatkan apa-apa dan dipastikan

di-DO dari kampus. Perasaan Jemi terus bergejolak, ia sangat bimbang dengan

tawaran dan ancaman Doktor M, akan tetapi Jemi juga tidak rela apabila

menyerahkan Leah pada Doktor M, dosen yang memiliki kepribadian buruk itu.

Perubahan sikap antara Leah mulai nampak pada bab sepuluh. Usaha Jemi

untuk meminta maaf berlangsung lama dan tak membuahkan hasil. Sekitar dua

(50)

33 2.2.1.5Penyelesaian

Tahap penyelesaian pada novel DO nampak pada bab dua belas sampai

akhir. Jemi tak kunjung mendapatkan maaf dari Leah, memutuskan untuk

mengakhiri perjanjian dengan Doktor M. Perasaanya Jemi terhadap Leah lebih

kuat dibanding kelulusan mata kuliah Statistik. Jemi memutuskan untuk berusaha

mencapai kelulusan sendiri. Meski mustahil, tetapi paling tidak ia tidak merusak

masa depan Leah menyerahkan Leah pada Doktor M. Usaha Jemi bermula saat ia

memutuskan untuk pindah kost bersama Dayat. Tokoh Dayat yang muncul pada

bagian tengah cerita, menjadi sosok yang membantu Jemi dalam belajar.

Kepindahan Jemi berdampak baik karena ia mulai ada kemauan untuk membaca

dan belajar. Dayat juga menjadi tempat sharing dan berbagi kesedihan. Dua bulan

setelah putusnya komunikasi antara Leah dan Jemi, membuat Leah secara

tiba-tiba menghubungi Jemi. Jemi yang tak menyangka akan hal tersebut sangat

gembira karena Leah mulai dapat memaafkan Jemi. Perjuangan Jemi menghindari

DO mendapat dukungan dari Leah, Jemi kembali mendapat bimbingan belajar

dari Leah. Latihan demi latihan diberikan Leah, meski tidak begitu menunjukkan

perubahan yang signifikan Leah merasa bangga atas kemauan yang mulai tumbuh

dari Jemi. Hubungan mereka berdua juga semakin mesra. Meski tak ada ikatan

atau status yang disepakati, kedekatan mereka bagaikan sepasang kekasih. Masa

ujian telah dilewati Jemi, rasa penasaran Jemi terjawab saat ia mengetahui bahwa

ia lulus pada mata kuliah Statistika dengan nilai C, ia merasa sangat bangga

karena dapat melewati mata kuliah Doktor M tersebut, mata kuliah yang menjadi

(51)

34 2.2.1.6Pembahasan Alur

Berdasarkan cara penyusunan peristiwa, novel DO beralur maju. Diawali

dari penggambaran Jemi sebagai seorang mahasiswa abadi yang hampir DO,

memiliki kehidupan yang kacau. Kemudian pertemuan Jemi dengan seorang

wanita bernama Leah, mantan senior, sekaligus dosen Akuntansi yang menjadi

wanita pujaannya sejak lama. Selanjutnya Jemi yang dihadapkan dengan

kenyataan untuk harus memilih antara Leah dengan kelulusan mata kuliah

Statistika, dan diakhiri dengan perubahan dalam diri Jemi.

Pada akhir cerita pengarang tidak memberi kesempatan pembaca untuk

menafsirkan sesuatu lain pada tokoh-tokohnya. Persoalan yang dihadapi para

tokoh dapat diselesaikan secara tuntas. Romansa cinta yang terjadi antara Jemi

dengan Leah memengaruhi keberhasilan Jemi untuk mengubah segala sifat

buruknya, meski pada akhirnya Jemi tidak terhindar dari DO.

2.2.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Drop Out 2.2.1 Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis merupakan tokoh yang menggerakkan cerita dari awal

hingga akhir cerita. Tokoh protagonis pada novel DO adalah Jemi dan Leah.

Kedua tokoh tersebut sama-sama mengalami konflik atau permasalahan. Berikut

penjelasan mengenai tokoh-tokoh tersebut.

Jemi sebagai seorang mahasiswa jurusan Akuntansi PTN Bandung

(Perguruan Tinggi Negri). Sebagai tokoh protagonis, Jemi selalu muncul dari awal

(52)

35

yang mengendalikan berjalannya alur cerita dalam novel DO. Jemi merupakan

tokoh yang mengalami dan merasakan konflik.

Perkuliahan Jemi memasuki tahun ke tujuh, memiliki sifat pemalas,

semaunya sendiri. Lamanya Jemi berkuliah menjadikan Jemi memiliki julukan

sebagai mahasiswa abadi. Pada bagian awal diceritakan Jemi sebetulnya sangat

ingin mengubah kebiasaan buruknya selam ini, dan berkeinginan agar segera

lulus. Namun keinginannya tersebut selalu kandas dan kalah oleh rasa malas.

Segala perubahan yang ingin dicapainya hanya terhenti pada keinginan semata.

Keseharian Jemi yang susah bangun pagi, senang nonton film kartun, menjadi

salah satu faktor besar atas kekacauan yang terjadi dalam perkuliahannya. Jemi

divonis akan drop out seandainya ada nilai E dalam salah satu mata kuliah yang

harus diselesaikannnya dalam dua semester.

(1)

Pertama, aku bakal mengapus jatah tidur siangku. Waktuku banyak tersita buat tidur. Aku tidur lebih lama dari bayi pemalas. Aku ini orangnya emang gampang ngantuk. Ngeliat papan iklan spring bed di jalan aja, aku langsung nguap. (DO: 07)

(2)

Kedua, menonton film kartun. Aku bisa duduk seharian di depan TV khusus buat nonto acara ini. (DO: 07)

(3)

Kuliah Dasar-Dasar Akuntansi I baru aja bubar sewaktu aku nyampe di kampus. Mudah-mudahan ini yang terakhir kalinayaku berangkat dari rumah pukul sembilan untuk jadwal kuliah pukul tujuh. (DO: 11)

(4)

(53)

36

setia kuliah sampe tahun ketujuh dan belum ada tanda-tanda dia bakal segera lulus. (DO: 62)

(5)

Kuliah tahun ketujuh ini menjadi kesempatan terakhirku. Kalo aku nggak lulus juga, aku bakal kena DO. Empat belas SKS yang aku ambil semester ini harus lulus semuanya. Sisa sembilan SKS aku ambil semester berikutnya, sekalian nyususn skripsi. (DO: 03-04)

(6)

Buku yang aku bawa judulnya Pengantar Statistika. Aku perlu baca buku ini karena aku udah ngambil mata kuliah ini enam kali dan belum lulus-lulus juga. (DO: 19)

Tokoh protagonis selanjutnya yaitu Leah, seorang wanita cantik, pandai,

dan menjadi pujaan setiap laki-laki. Leah membantu Jemi dan mendampingi Jemi

untuk keluar dari permasalahan Jemi. Leah yang juga hadir dari awal hingga akhir

ini ada untuk mengubah nasib Jemi dan memberikan pengaruh besar terhadap

Jemi. Dalam novel DO Leah juga mengalami konflik. Leah ramah terhadap semua

orang (DO: 22-23). Leah merupakan mantan senior Jemi yang telah lulus dan

menjadi dosen. Leah pernah menjadi asisten praktikum Akuntansi Keuangan, di

mana Jemi pernah menjadi muridnya. Rasa cinta Jemi terhadap Leah yang pernah

terhenti karena kelulusan Leah. Rasa itu akhirnya muncul lagi sepulang

pendidikan S2 Leah di Inggris yang kini menjadi dosen PTN. Sosok Leah menjadi

tokoh yang membantu perjuangan Jemi dalam menghindari DO. Berawal dari rasa

prihatin terhadap keadaan Jemi, Leah berbaik hati dengan memberikan bimbingan

belajar terhadap Jemi.

(7)

(54)

37

dosen. Leah bukan mahasiswa baru. Dia lebih senior dua angkatan di atasku. Mungkin sekarang kuliah S2-nya udah lulus. (CKB: 12)

(8)

Dulu aku pernah suka sama Leah. Sekarang juga masih. Banyak banget yang aku sukai dalam diri leah, tapi yang paling aku suka adalah wangi tubuhnya. (DO: 22)

(9)

Leah ngajarin aku statistika dengan cara yang seribu kali lebih lembut. Aku merasa lebih lega. Pelan-pelan aku mulai belajar statistika lagi. Pelan-pelan kakiku bergerak maju di bawah meja. Pelan-pelan bibir Leah tersenyum bahagia. Semuanya terjadi pelan-pelan dalam waktu yang bergerak cepat. (DO: 127-128)

(10)

Jemi, udah hampir enam bulan kita.... kita sering pergi berdua. Kita belajar dan minum kopi bareng. Tapi aku harus bisa bedain posisiku sebagai dosen kamu dan sebagai... sebagai... apapun anggapan kamu. (DO: 178)

2.2.2 Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi pemicu timbulnya

permasalahan. Pada novel DO tokoh yang digambarkan sebagai tokoh antagonis

adalah Doktor M. Tokoh tersebut merupakan pemicu timbulnya masalah pada

tokoh protagonis. Berikut penjelasan tokoh antagonis pada novel DO.

Doktor M adalah satu-satunya tokoh antagonis dalam novel DO. Doktor

M tidak hanya hadir untuk menghalangi Jemi dan menjadi sumber masalah bagi

Jemi, melainkan juga sebagai sumber masalah bagi Leah. Doktor M muncul dan

memberikan konflik yang bersamaan bagi tokoh Jemi dan Leah. Bahkan Doktor

M tidak hanya menjadi satu masalah untuk Jemi, tetapi beberapa masalah yang

(55)

38

Doktor M sebagai dosen Statistika Jemi, dosen yang menurut Jemi sangant

pelit terhadap nilai, penampilannya tidak enak dilihat. Bergigi tonggos dan rambut

yang selalu klimis karena minyak. Dosen tersebut kurang disukai oleh Jemi

karena sudah enam kali Jemi mengulang mata kuliah yang dibawakan oleh Doktor

M, namun tak kunjung diluluskan. Selain itu Doktor M juga memiliki kelainan

seksual. Ia seringkali mengimajinasikan wanita termasuk Leah dalam imajinasi

liarnya. Doktor M ternyata juga menaruh pasa suka terhadap Leah, ia meminta

bantuan dari Jemi untuk menjodohkan Doktor M dengan Leah. Dengan Bantuan

Jemi, Doktor M berjanji akan meluluskan Jemi pada mata kuliah Statistika dengan

nilai A. Doktor M membuat Jemi menjadi bimbang harus memilih antara

perasaan cintanya dan harga dirinya sebagai mahasiswa.

(11)

Waktu lagi duduk dikamarku tadi, Doktor M cerita banyak tentang Leah. Dia tau banyak. Ukuran sepatu, binatang peliharaan favorit, penyanyi idola, sampe film kesukaannya Leah. Hebatnya lagi, Doktor M tau Leah suka pake baju perawat sambil bawa-bawa borgol di kamarnya.

Saat aku tanya, dari man Doktor M bisa tau apa yang dipake Leah di kamarnta? Doktor M gelagapan menjawabnya. “Uh, oh, eh itu Cuma imajinasi saya aja.” (DO: 32)

(12)

(56)

39 (13)

“Kamu bisa pegang kata-kata saya, Jemi. Terserah kamu mau nulis apa dalam kertas ujian nanti, nilai Statistika kamu tetep A.”

“Saya pertaruhkan jiwa raga teman-teman kost saya. Ngomong-ngomong, siapa cewek yang telah mencairkan hati Anda, Doktor M?” “Leah.” (DO: 30)

(14)

“Jangan sampai gagal, Jemi. Saya sangat menginginkan cewek ini” (DO: 30)

(15)

Dokt

Gambar

gambaran secara jelas mengenai apa yang saat itu dipikirkan, dirasakan, diperbuat,

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan yang mengganggu wanita hamil adalah cemas terhadap kesehatan badannya, kematian yang mungkin akan menimpanya, keadaan yang kurang menguntungkan

Dewasa ini dunia pendidikan mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan perhatian khusus terhadap bidang pengujian nilai-nilai pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum

Hasil Dari Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial Dari penerapan suatu nilai-nilai pendidikan sosial pada siswa-siswi di sekolah yang telah

Variabel terikat (Y) yaitu produktivitas kerja pegawai bank Syariah Bukopin.. kantor

Terdapat perbedaan kadar glukosa darah bermakna antara tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan pada kelompok yang diberi ekstrak buah labu siam (Sechium edule) dengan dosis

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini antara lain tentang kedudukan mediator dalam penyelesaian sengketa di Pengadilan, bagaimana efektivitas Perma Nomor 1 Tahun 2016

Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang telah didapat ialah dimana informasi tentang pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional atau tatap muka dalam kelas,

Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh tiga bulan Juni tahun dua ribu enam belas (23-06- 2016), Panitia Lelang Pengadaan Barang dan Jasa SUPM Negeri Tegal Tahun Anggaran 2016, telah