• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA DI SMP N 1 BUKITTINGGI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA DI SMP N 1 BUKITTINGGI SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Disusun oleh:

Nota Fitri Yenti (2116205) Dosen Pembimbing:

Dr. Junaidi, S.Ag, M.Pd NIP: 197706162003121003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020 M/1441

(2)

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Di Smp N 1 Bukittinggi”

yang ditulis oleh Nota Fitri Yenti 2116.205, memandang bahwa skripsi yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk di munaqasyahkan.Demikianlah persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 27 Juli 2020

Dosen Pembimbing

Dr. Junaidi, S.Ag, M.Pd

NIP: 197706162003121003

(3)
(4)

Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN Bukittinggi.

Skripsi ini dilatar belakangi oleh terkait materi pendidikan agama Islam ada yang mempelari al-Qur’an dan di SMP N 1 Bukittinggi merupakan salah satu sekolah menerapkan hafalan al-Qur’an yang harus dicapai/dipenuhi, sedangkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa memiliki beberapa variasi dan masih ada siswa yang belum lancar, dan masih ada siswa yang membaca al-Qur’an belum sesuai dengan ilmu tajwid. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mendalami dan mengetahui apa saja upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an siswa dan bagaimana apaya guru PAI mengambangkan kemampuan siswa yang sudah lancar membaca al-Qur’an.

Penelitian ini adalah penelitian (Field Research) penelitian lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif, yang menggambarkan apa yang ada di lapangan sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dan menghafal al-Qur’an siswa SMP N 1 Bukittinggi yaitu: 1) pertama guru PAI menyampaikan kepada siswa kelebihan- kelebihan orang yang mampu membaca serta menghafal al-Qur’an siswa, 2) melaksanakan tadarus rutin pada setiap pagi sebelum jam pertama, 3) melaksanakan program tahfiz dan tilawah sebagai program penunjang. Dengan metode latihan yang di aplikasikan ke dalam tadarus rutin dan metode angsuran atau pertahap untuk meningkatkan kemapuan menghafal al-Qur’an siswa. Adapun faktor penghambat upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an yaitu, Godaan syaitan yang membuat siswa enggan untuk membaca dan menghafal al-Qur’an berasal dari siswa itu sendiri, dan siswa tidak mau peduli dengan bacaan dan hafalan al-Qur-annya. Dan faktor yang mendukung upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an yaitu kerjasama yang baik antara, wali kelas, guru PAI dan orang tua siswa dalam memantau bacaan dan hafalan al-Qur’an siswa.

Kata kunci: Upaya Guru PAI, Kemampuan, Membaca Dan Menghafal Al-Qur‟an

(5)

yang telah memberikan rahmad dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriringan salam tak lupanya kita curahkan kepada junjungan kita kepada kita yakni Nabi Rasulullah saw, yang telah membawa umat-Nya dari zaman kebodohan ke zaman yang yang berilmu pengetahuan.

Skripsi ini berjudul “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa di SMP N 1 Bukittinggi”.Banyak hal yang menjadi kendala dalam penulisan skripsi ini, dengan segala upaya yang dilakukan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan skripsi masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. dan penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat, ucapan terima kasih yang sebanya-banyaknya serta penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1) Rector Institus Iagama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum, wakil rector 1 Bapak Dr. Asyari, S.Ag.M.Si, wakil rector 2 Bapak Dr. Novri Hendri, M.Ag, dan walik rector 3 Bapak Dr.

Miawardi, M.Hum yang telah memberikan dan fasilitas kepada penulis dalam menambah ilmu dan bantuan berbagai hal dalam menyelesaikan perkuahan ini.

(6)

a) Bapak Dr. Junaidi, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya di sela-sela kesibukannya telah memberikan bimbinga, arahan, serta pelajaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

b) Seluruh dosen fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan dengan atas kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing, mengamalkan dan mentransfer ilmunya kepada penulis.

c) Bapak Yusrizal M.Pd sebagai salah kepala sekolah di SMP N 1 Bukttinggi yang telah telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP N 1 Bukittinggi.

d) Kepada Bapak Zulkifli, S,HI sebagai salah satu guru PAI di SMP N 1 Bukittingg yang telas bersedia memberikan informasi- informasi terkait dengan karya ilmiah penulis.

e) Kepada seluruh pegawai dan staf perpustakan Intitus Agama Islam Negri Bukittinggi yang telah menfasilitasi penulis penulis, terutama dalam peminjaman buk, sehingga memudahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

f) Teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta, Masnidar dan ayahnda tersayang Pico yang selalu menyemangatiku dan memberikan dukungan. Dan ucapan terimakasi atas jerih payahnya

(7)

telah mereka lakukan dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.

g) Buat kakak, Harteti Resmita, abang Nodi Hendra dan adiku Robi Saputra dan Muhammad Akbar tersayang terimakasih atas motivasi dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

h) Teruntuk teman penulis Hikmah Silvira, Dicky Satriawan Adid E, dan Muhammad Hendra, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan selalu mensuport penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini

i) Buat sahabat dan teman-teman terimaksih selalu ada, membantu, mendukung menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak atas semua doa dan telah memberikan arahan bimbingan dan dukungan kepada penulis. Semoga allah membalas semua kebaikan dan amal ibadah yang sudah mereka berikan kepada penulis.

Bukittinggi, 27 Juli 2020 Penulis

Nota Fitri Yenti NIM: 2116.205

(8)
(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam sebagai salah suatu proses pengembangan segala potensi peserta didik, yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya, bangsa dan Negara serta Agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.1 GBPP PAI menjelaskan bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.2

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran yang berisi tuntutan bagi siswa dalam menjalankan kehidupan agar memiliki pribadi yang sholeh dan sholeha.3Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa

1Dr. Armi Arief, M.A.,Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002) Cet. 1, h, 3

2 Drs Muhaimin, M.A. et. at, Paradigm Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet 3, h. 75-76.

3 Drajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hlm 52

(10)

untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunan pengalaman.Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial.

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yang menjadi sumber pendidikan agama adalah al-Qur’an, karena berisi kandungan ajaran-ajaran ajaran yang lengkap tentang aturan ibadah, akhlak mulia, hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia dengan manusia, manusia dengan dirinya, manusi dengan makhluk lain dan lingkungan alam.4Kitab al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat manusia yang di dalamnya mengatur berbagai aspek kehidupan dan keselamatan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Keyakinan akan kebenaran al-Qur’an merupakan bagian dari rukun iman. Dan isi kadungan al-Qur’an tidak diragukan lagi. Mengingat pentingnya peran al-Qur’an dalam kehidupan manusia maka pengenalan al- Qur’an mutlak diperlukan.Dengan itu, langkah pertama yaitu harus pandai dalam membaca al-Qur’an. Berdasarkan dari wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw yaitu surat al-alaq/ 1-5:

4Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Raja Garfindo Persada, 2013) hlm, 26

(11)

َقَلَخ يِﺬَّلٱ َكِّب َﺭ ِن ۡسٱِب ۡأ َﺮۡقٱ ١

ٍقَلَع ۡيِه َي ََٰسًِ ۡلۡٱ َقَلَخ ٢

ُم َﺮ ۡكَ ۡلۡٱ َكُّب َﺭ َو ۡأ َﺮۡقٱ ٣

يِﺬَّلٱ

ِنَلَقۡلٱِب َنَّلَع َلۡعَي ۡنَل اَه َي ََٰسًِ ۡلۡٱَوَّلَع ٤

ۡن ٥

Artinya: 1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha mulia, 4) yang mengajarkan dengan pena, 5) Dia mengajarkan (manusia) apa yang tidak ketahuinya.

Iqra’( bacalah). Sedemikian pentingnya kata ini sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Ulama berbeda pendapat mengenai apa tujuan pengulangan kata tersebut. Beberapa ulama ada yang menyatakan bahwa perintah ditujukan pada pribadi Nabi Muhammad saw, sedangkan yang kedua untuk umatnya. Pendapat kedua menyatakan bahwa perintah perama untuk membaca dalam shalat, sedangkan yang kedua membaca diluar shalat. Pendapat ketiga menyatakan bahwa yang pertama perintak untuk belajar, sedangkan yang kedua adalah perintah mengajarkan orang lain.

Pendapat keempat menyatakan bahwa perintah pertama adalah perintah agar Nabi Muhammad membaca, segangkan perintah kedua adalah berfungsi untuk mengukuhkan guna menanamkan rasa percaya diri kepada nabi Muhammad saw tentang kemampuan beliau membaca, dikarenakan sebelumnya beliau tidak pernah membaca.5

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah menciptakan benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberikannya pengetahuan.

5M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an , Jilid 15 Juz‟amma (Jakarta:Lentera Hati,2006) Cet VI, h 398

(12)

Membaca al-Qur’an merupakan salah satu kemampuan dasar bagi siswa, untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an.Al- qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menyempurnakan ajaran-ajaran yang ada sebelumnya.Danal-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh makhluk alam. Untuk itu umat Islam diperintahkan untuk pandai membaca al-Qur’an dengan fasih sesuai dengan kaidah bacaan ilmu tajwid dan setelah itu memahami kandungan ayat sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila terjadi kesalahan huruf dalam bacaannya maka akan terjadi kesalahan arti.

Sebagaimana Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat al-Muzammil: 4

الًيِت ۡﺮَت َىاَء ۡﺮُقۡلٱ ِلِّت َﺭ َو ...

٤

Artinya:“…dan bacalah al-Qur‟an itu dengan tartil” (Q.S al- Muzammil: 4)

Yang di maksud dengan tartil dalam ayat di atas adalah membaca secara perlahan-lahan dan membaca huruf-huruf dengan baik dan mengetahui tempat-tempat waqaf.

Jadi dapat simpulkan bahwa ayat diatas untuk mengajarkan agar dalam membaca al-Qur’an haruslah dengan perlahan, mengucapkan huruf- huruf dengan tepat dan sesuai dengan ilmu tajwid dengan baik dan benar. Jika huruf-huruf tersebut dilafalkan sebagaimana tata caranya, maka fungsi tajwid sebagai ilmu yaitu memperbaiki tata cara membaca al-Qur’an terpenuhi dan menyelamatkan pembaca dari perbuatan yang diharamkan, namun jika hal itu di abaikan, maka menjerumuskan pembaca pada perbuatan yang di haramkan

(13)

atau dimakruhkan. Misalnya berhenti pada kalimat yang haram wakaf, jika tuntunan ini di abaikan, menjadikan perubahan makna yang menyalahi tujuan makna aslinya, dan mengakibatkan dosa bagi pembaca.6

Untuk membaca al-Qur’an dengan tartil memerlukan

Berdasarkan kurikulum Pendidikan Agama Islam pada tahun 1994, tujuan dari pembelajaran al-Qur’an sebagai salah satu unsur pokok mata pelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan pertama, peserta didik dituntut memiliki empat kemampuan yaitu: 1) fasih membaca ayat-ayat al-Qur’an, 2) menyalinnya dengan baik, 3) mengartikan dengan benar, 4) menjelaskan kandunganya.7 Agar peserta didik mampu memiliki ke 4 aspek tersebut maka dari itu, tugas guru Pendidikan Agama Islam melakukan beberapa upaya agar tercapainya apa yang diinginkan. Tidak hanya itu seorang guru juga harus bisa mendidik, membimbing dan mengajarkan anak didiknya bisa membaca al-Qur’an yang mana pandai membaca al-Qur’an merupakan suatu ibadah dan merupakan keharusan bagi anak didik untuk bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

Jadi di sini guru PAI diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an, meskipun mereka pada dasarnya sudah memiliki kemampuan dasar, namun masih sangat diperlukan

6Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi.Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya: Karya Abditama 1995) hlm17-18

7 Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk SMA, (Jakarta: 1999/20 00), h 73

(14)

bimbingan dari kekeliruan penyebutan kaidah tajwid, wakaf, makhraj huruf dan lain sebagainya.

Berdasarkanhasil observasil awal, dimana di SMP N 1 Bukittinggi merupakan salah satu lembaga sekolah yang menerapkan hafalan ayat yang harus dicapai/dipenuhi oleh peserta didik. Dan Dan hasil observasi awal yang dilakukan kemampuan membaca al-Qur’an siswa memiliki beberapa variasi yaitu siswa yang sudah lancar dan siswa yang kurang lancar membaca al- Qur’an.Yang mana siswa yang kurang lancar ini, masih ada yang belum bisa menerapkan bacaan ilmu tajwid dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kepada guru pendidikan Islam untuk memperbaiki kekeliruan bacaan siswa yang masih kurang lancar dalam membaca al-Qur’an guru terkhususnya guru Pendidikan agama Islam harus tebih memperhatikan bacaan al-Qur’an siswa,

Dengan permasalahan yang terpapar di atas sangat diharapkan guru pendidikan agama Islam melakukan upaya-upaya pembinaan dan bimbingan dari guru PAI dalam memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan membaca al-Qu’an siswa sampai siswa hanya fasih dan lancar dalam membaca al-Qur’an, dan diharapkan siswa memilik satu variasi dalam membaca al-Qur’an (lancar). Maka dari itu penelitiberinisiatif mencari dan mengkaji apa saja upaya-upaya yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an, sehingga peneliti menganggap perlu untuk mengadakan penelitian di SMP N 1

(15)

Bukittinggi yang berjudul “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an Siswa Di SMP N 1 Bukittinggi.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Teridentifikasi bahwa kemampuan membaca al-Qur’an di SMP N 1 Bukittinggi bervariasi seperti siswa yang sudah lancar dan siswa yang belum lancar.

2. Teridentifikasi masih ada siswa yang yang belum lancar membaca al-Qur’an tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid dengan benar.

3. Teridentifikasi masih ada siswa yang terbata-bata dalam membaca al-Qur’an.

4. Teridentifikasi masih ada siswa yang belum tepat dalam pengucapan silfatulhuruf.

5. Teridentifikasi masih ada siswa yang belum menghafal ayat sesuai dengan yang ditargetkan.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi di atas, penulis membatasi penelitian ini agar lebih terfokus pada Upaya Guru PAI Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di SMP N 1 Buikittinggi.

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirimuskan pokok masalah sebagai berikut:

(16)

1. Bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca dan hafalan al-Qur’an siswa di SMP N1 Bukittinggi.

2. Metode apa saja yang diterapkan dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an siswa di SMP N 1 Bukittinggi.

3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an siswa di SMP N 1 Bukitttinggi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum dari peneliti dari ini, yakni setelah siswa mampu meningkatkan membaca al-Qur-an dengan baik dan benar, maka di harapkan membaca al-Qur’an menjadi aktivitas rutin yang dilakukan siswa sehingga terbentuk generasi al-Qur’an.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca serta menghafal al-qur’an siswa di SMP N 1 Bukittinggi.

2. Untuk menganalisis dan merumuskan apa saja solusi yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi faktor penghambat guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca serta menghafal al- qur’an siswa di SMP N 1 Bukittinggi.

F. Kegunaan Penelitian

Untuk mengetahui guna dan manfaat dari penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa diantaranya:

(17)

1. Untuk lembaga sekolah

a. Memberikan masukan untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan baca serta hafalan al-Qur’an siswa di SMP N 1 Bukittinggi.

b. Dapat memberi masukan agar lebih giat lagi dalam belajar dan meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal al-Qur’an c. Sebagai informasi dalam upaya perbaikan dan peningkatan

kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an.

2. Untuk peneliti

a. Dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti itu sendiri.

b. Memberikan bagaimana cara dalam memperbaiki dan mengembangkan membaca al-qur’an.

c. Memberikan pembelajaran bagi peneliti bagaimana cara menerapkan metode yang tepat dalam mengajarkan siswa yang memiliki kemampuan baca al-Qur’an yang berbeda-beda.

d. Menambah pengalaman bagi peneliti.

G. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalahan terhadap judul penelitian ini penulis menjelaskan judul penelitian sebagai berikut:

a. Pendidikan agama Islam: Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa dalam untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,

(18)

berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunan pengalaman. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang menjadi sumber pendidikan agama adalah al-Qur’an, karena berisi kandungan ajaran-ajaran ajaran yang lengkap tentang aturan ibadah, akhlak mulia, hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia dengan manusia, manusia dengan dirinya, manusi dengan makhluk lain dan lingkungan alam.8

b. Guru PAI: adalah guru yang mengajar mata pelajaran akidah akhlak, al-Qur’an hadis, fiqih, dan sejarah kebuddayaan Islam (SPI) di sekolah atau madrasah.9

c. Kemampuan membaca al-Qur’an: merupakan suatu kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam melakukan suatu hal setalah kegiatan yang lain di lakukan.10Selanjutnya membaca dapat dipahami sebagai usaha mendapat suatu yang ingin diketahui, mempelajari sesuatu yang akan dilakukan, atau mendapat kesenangan atau pengalaman, atau melihat isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati).11 Membaca adalah kunci dasar dalam pembelajaran al-Qur’an. Jadi kemampuan membaca

8Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Raja Garfindo Persada, 2013) hlm, 26

9 Wahab, Kompetensi Guru Agama Tersentifikasi, (Semarang: Robar Bersama, 2011) hlm 63

10Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1999) h 62

11M.Quraush Shihab. Membumikan Al-Qur‟an Fungsi Dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat,( Bandung:Mizan, 1992), h. 72

(19)

al-Qur’an adalah kecakapan yang yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kemampuan membaca al-Qur’an merupakan hasil yang di capai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas dalam jangka waktu tertentu.

d. Al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril sampai kepada kita secara mutawatir.12

H. Sistematika Penelitian.

BAB 1:Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan judul penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II:Berisi Landasan Toeri, yang menguraikan tentang tinjauan umum upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan penelitian yang relevan.

BAB III:Metodologi Penelitian yang memaparkan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.

12Kadar. M. Yusuf. Studi Al-Qur‟an, (Jakarta: AMZAH, 2012) h 1

(20)

BAB IV: Berisi Hasil Penelitian, yang memaparkan deskripsi temuan umum, temuan khusus penelitian yang diperoleh dilapangan dan hasil penelitian.

Bab V : Berisi Penutup, yang mana memuat kesimpulan dan saran.

(21)

13 BAB II

LANDASAN TEORI A. Upaya Guru PAI

1. Pengertian Upaya Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, jalan keluar, daya upaya).13 Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mewujudkan tujuan ataupun maksud dari apa yang dikerjakan. Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (ikhtiar dan upaya) untuk mencapai sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian upaya yakni:

Upaya adalah suatu tindakana yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan atau merupakan sebuah strategi.

Upaya merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu.Upaya juga dijelaskan sebagai suatu kegiatan yang yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau timbul.

Melihat apa yang tepapar di atas tentunya upaya tersebut dapat dilaksanakan secara serius, terarah dan mempunyai kemaun yang tinggi untuk mewujudkannya. Dan upaya tersebut harus dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan hingga suatu persoalan agar dapat terpecahkan dan dapat mencapai sasaran dan tujuan yang

13 Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 1999) hlm 568

(22)

diharapkan.Dengan adanya upaya-upaya tersebut diharapkan berbagai kendala yang menghambat suatu tujuan dapat teratasi.

Oleh sebab itu, guru mempunyai komponen terpenting dalam mengupayakan meningkatkan kemampuan siswanya. Sebagai pembimbing guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan prilaku peserta didik kearah yang positif, dan menunjang pembelajaran.Dengan demikian apabila guru sudah berupaya bagaimana peserta didik bisa berkemampuan tinggi dalam mencapai sesuatu, maka hasil atau kualitas peserta didik bagus.

Dan oleh karena itu, upaya guru sebagai guru pendidikan agama Islam diharapkan mampu dan bisa dalam mewujudkan tujuan untuk keberhasilan dalam pembelajaran siswa khususnya dalam pendidikan membaca al-Qur’an

Jadi dapat disimpulkan bahwa upaya adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah, dan bekesinambungan.

2. Guru PAI

Guru merupakan sosok yang menjadi panutan dalam setiap tingkah laku, ucapan dan perkataan. Selain itu, guru juga menjadi figur dalam menjalani setiap kehidupan. Guru dikenal dengan al-mu’alimin atau al- ustadz dalam bahasa arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis taklim. artinya guru adalah seseorang ynag memberikan ilmu. Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi lain

(23)

sebagai pendidik dan pelatih). Guru juga disebut dengan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak.14

Guru menjadi sumber utama informasi dan ilmu pengetahuan bagi anak didiknya. Guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual, dan kecerdasan intelektual, tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah. Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi siswa di samping mengajarkan agama kepada siswa.Seorang guru agama juga memiliki tugas memelihara dan membimbing fitrah dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan fitrah itu sendiri, ke arah tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam, yaitu menjadi manusia yang berkepribadian yang sesuai dengan tuntutan agama. Menurut Muhaimin dalam bukunya terkai guru Agama Islam menjelaskan yakni:

Secara etimologi Guru Agama Islam dalam literature Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu‟alim, murabbiy, mudarris, dan mu‟addib, yang artinya, orang yang memberikan ilmu pengetauan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.15

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa guru agama Islam adalah seseorang yang menyampaikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi generasi yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik

14 Siprihatiningrum Jamil, Guru Professional Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru, (Jogjakarta:Ar-Ruzz, 2016) hlm 23

15 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada 2005), h 44

(24)

dan memiliki kepribadian yang berakhlak mulia.Dan guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengajarkan materi saja, melainkan juga harus bisa membentuk dan membangun akhlak dan kepribadia peserta didik yang baik.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru PAI adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seorang guru PAI berupa bimbingan, binaan dan asuah terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan menghayati apa yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kompetensi Guru PAI

Kompetensi berasal dari bahasa inggris “competence” yang berarti kecakapan dan kemampuan.Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Kalau kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini erat kaitannya dengan pemilikan, pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan guru.Kompetensi juga merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direflekkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Agar guru memiliki kemampuan, ia perlu membina secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara professional dalam proses belajar mengajar.

Makna kompetensi jika merujuk pada SK Mendiknas No. 048/U 2002, dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas yang penuh

(25)

tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu. Kompetensi guru PAI diharapkan benar-benar dapat di aplikasikan dalam proses belajar mengajar, baik bagi peserta didik maupun tenaga pendidiknya sehingga tercapai tujuan dari pendidikian itu, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa. Jadi dapat disimpulkan kompetensi merupakan kemanpuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.Jadi kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi merujuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan.16 Kompetensi guru meliputi:

a. kompetensipedagogik adalah kemampuan mengelolah pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelakssanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang matap, stabil dewasa, arif, wibawa, dan menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

16Akmal Hawi,Kompetensi Guru PAI. ( Depok: Raja Grafindo Persada, 2013) h 1-4

(26)

membimbing siswa memenuhi standard kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.

d. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan masyarakat sekitar.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru PAI adalah yang mana seorang guru PAI harus pndai dan bisa menguasai dan mengembangkan ilmunya dan memiliki keterampilan yang mantap sehingga mampu mengelolah proses belajar mengajar dengan baik.

4. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama.Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat.Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggujawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.Tugas guru bukan saja menyangkut kegiatannya dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula melakukan hal-hal atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru.Menurut Peters tugas dan tanggung jawab guru adalah: 1) sebagai pengajar, 2) sebagai pembimbing, 3), dan sebagai administrasi kelas.

Menurut Moh. User Isman guru memiliki banyak tugas baik yang terkait oleh dinas (bentuk pengabdian). Tiga jenis guru yaitu:

17Chaerul Rochman Dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2017) Cet V, h. 26-27

(27)

a. Tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Sedngkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan melatih berarti mengembangkan keterampilan dalam diri siswa.

b. Tugas guru dalam bidang kemanusian, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.

Pekerjaan apa pun yang diberikan hendaknya bisa memotivasi siswannya dalam belajar.

c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, dimana guru berkewajiban mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warha Negara Indonesia yang bermoral Pancasila serta mencerdaskan bangsa Indonesia.

Sedangkan menurut Piet. A. Sahertian dkk., tugas guru dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Tugas professional

Tugas professional menjadikan guru memiliki perana profesi. Di antara yang termasuk peranan professional adalah: a) guru menguasai pengetahuan, b) guru menguasai psikologi anak, c) guru sebagai penanggung jawab disiplin anak. Penilai fdan

(28)

konselor terhadap kegiatan siswa, dan d) guru sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat.

b) Tugas personal

Tugas guru sebagai pemberi contoh an mampu menampakkan sosok seorang guru yang baik yang memiliki konsep dan pribadi yang baik.

c) Tugas sosial

Seorang guru harus punya komitmen terhadap masyarakat dalam peranannya sebagai agen pembaharuan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas guru tidaklah hanya mengajar siswa, tetapi juga membina, membimbing, mengayomi dan memberikan suri tauladan yang baik bagi siswanya. Guru juga bertugas meningkatkan kemampuan siswa, baik itu dalam belajar siswa maupun dalam bidang keagamaan siswa seperti salah satu contohnya, dalam membaca al-Qur’an siswa yang masih dibilang kategori rendah dan mengembangkan kemampuan tersebut.

Menurut Cece Wijaya tanggung jawab guru meliputi bidang moral, pendidikan di sekolah, bidang kemasyarkatan dan bidang keilmuan.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik tanggung jawab guru meliputi:

d) Menuntut murid belajar.

e) Turut serta dalam membina kurikulum di sekolah.

f) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa.

g) Memberikan bimbingan.

h) Melakukan diagnosa kesulitan belajar dan kemajuan belajar.

(29)

i) Mengenal masyarakat dan ikutserta aktif menyukseskan pembangunan.

j) Membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamain dunia.

k) Menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila.

l) Meninggikan prefesionalan guru,

Disamping itu ilmuan muslim juga mengemukakan beberapa tugas guru. Tugas guru pendidik muslim umumnya yaitu memberi pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. Menurut Abdurrahman al-Nahwi, guru hendaknya mencontoh peranan yang dilakukan Nabi. Tugas mereka yang pertama ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi sesuai dengan ayat al-Qur’an Ali-Imran ayat 79:18

اَي َُُيِتۡؤُي ن َ

أ ٍ َشََبِه َن َكَ

ٱ ُهَّول َبَٰ َتِمۡه ٱ َو ٱ َىۡكُ ۡ

لۡ

َو ٱ َّوُتُّلن ِنوُد ٌِي ِ لّ اٗداَتِع ْاوٍُوُل ِساََّوِل َلوُقَي َّىُث ّ َة

ِه َّول ٱ ِّيَََِّٰبَر ْاوٍُوُل ٌِكََٰلَو َنوًُِّوََُت ۡىَُُُل اًَِة ٌَ ۧ

َبَٰ َتِمۡه ٱ َنوُسُرۡدَت ۡىَُُُل اًَِبَو ٧٩

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, hendaklah kamu mejadi penyembah-penyembah-Ku buka penyembah Allah. Akan tetapi (di berkata): „Hendaklah kamu mejadi orang-orang yang rabbani karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.19

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru meliputi tugas di sekolah dan di luar sekolah. Tugas di sekolah barkaitan dengan transfer ilmu pengetahuan dan pembentukan kepribadian siswa. Sedangkan tugas di luar sekolah

18Akmal Hawi,Kompetensi Guru PAI,, h 46

(30)

berkaitan dengan peran dan posisi guru di tengah masyarakat.Sedangkan tanggung jawab guru selain memberikan pengetahuan juga menanamkan aspek kepribadian pada diri peserta didik.

B. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Kemampuan membaca al-Qur’an

Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang mendapat awalan ke akhiran an yang berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.20Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, maksudnya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang di amatinya.21Kemampuan juga memiliki unsur seperti, skill (keterampilan), yang mana keterampilan merupakan salah saru unsur penerapannya.Suatu keterampilan merupakan suatu keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang.22

Kata baca atau membaca berasal dari KBBI yang berarti melihat, mengeja, serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).23

Menurut Rahim membaca merupakan kegiatan mental fisik untuk menentukan makna dari tulisan walaupun dalam kegiatan ini terjadi

20Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia.Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),h. 623

21Dikutip dari tesis Wahyudi “Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan Metode Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP N Anninda Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2015/2016”, 2016.

22 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Professional, (Jogyakarta: Prismasophie, 2004) Cet. 1, h. 144

23WJS. Poerdarminti, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1987), h 628

(31)

pengenalan huruf-huruf.24Membaca adalah kunci dasar pembelajaran al- Qur’an. Setiap muslim wajib hukumnya mempelajari dan memahami al- Qur’an.

Kemampuan mengenal huruf dalam dilakukan dengan cara melihat memperhatikan guru menulis. Dan sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan.Berbeda dengan membaca al-Qur’an, karena membaca al-Qur’an tidak hanya memahami isi kandungannya tetapi juga ada tahap melafalkan ayat-ayat dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan sepetri makhrijul huruf dan kaidah tajwid sehingga tidak terjadi perubahan arti dari al-Qur’an itu sendiri.

Berdasarkan kurikulum Pendidikan Agama Islam pada tahun 1994, tujuan dari pembelajaran al-Qur’an sebagai salah satu unsur pokok mata pelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan pertama, peserta didik dituntuk memiliki empat kemampuan yaitu: 1) fasih membaca ayat-ayat al-Qur’an, 2) menyalinnya dengan baik, 3) mengartikan dengan benar, 4) menjelaskan kandunganya.25

Adapun kemampuan-kemampuan membaca al-Qur’an 1) Identifikasi huruf

Menenal huruf-huruf hijaiyah mulai dari tempat keluarnya sampai dengan sifat yang keluar dari huruf tersebut.

2) Makharijul huruf

24 Frida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekoah Dasar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007) h 73

25 Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam…. h 73

(32)

Yaitu mengetahui tempat keluarnya huruf hijaiyah.

3) Tajwid

Tajwid adalah membaguskan dan tepat.Menurut istilah tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak huruf dan mustahaq-nya.26Jadi membaca merupakan kunci dasar dalam pembelajaran al-Qu’an.Seseorang harus memiliki kemampuan membaca al-Qu’an dengan baik dan benar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca al-Qur’an adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid.

2. Al-Qur’an

Secara bahasa, al-Qur’an diambil dari akar qara‟a yang berarti menghimpun atau mengumpulkan, dan qira‟ah berarti mengimpun huruf- huruf dan kata-kata menjadi satu dalam ucapan yang tersusun rapi.

Menurut istilah al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan Allah swt kepada Nabi saw disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya dan ditulis dalam mushaf.27

Dalam kajian ilmu fiqih al-Qur’an merupakan objek pertama dan utama pada kegiatan penelitian dalam memecahkan suatu hukum.

Menurut bahasa al-Qur’an berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul

27Manna Khalil Al-Qatta, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an,(Jakarta, PT Litera Antarnusa, 1992), hlm 16

(33)

fiqih al-Qur’an berarti kalam (perkataan) Allah yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan bahasa arab serta dianggap beribadah bagi orang yang membacanya.28

Sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadah dan sebagai sumber umat agama Islam.Al-Qur’an adalah buku undang-undang yang memuat hukum-hukum Islam.Dia (al-Qur’an) merupakan sumber yang melimpahkan kebaikan dan hikmah pada orang yang beriman.Dan merupakan sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

dengan membacanya.29 Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. untuk melemahkan orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang pendek, dan membacanya termasuk ibadah.30

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuann membaca al-Qur’an adalah suatu kesanggupan yang dimiliki oleh peserta didik dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan tajwid yang baik dan benar.

C. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Ilmu Tajwid

a) Pengertian ilmu tajwid

Menurut bahasa tajwid adalah membaguskan dan tepat.Menurut istilah tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya

28 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an,(1), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 18

29Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis Dan Lengkap, (Jakarta: Bintang Terang) h 79

30 M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur‟an, (Surabaya:Pt. Bina Ilmu, 1991), h 1

(34)

dengan memberikan hak huruf dan mustahaq-nya.Adapun hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti sifat al-jahr/ jelas dan syiddaah/penekanan.Mustahaq huruf adalah sifat yang Nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim/ tebal atau tarqiq/tipis.31

Para ahli mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tajwid adalah menghiasi bacaan al-Qur’an, yakni memperlakukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya, mengembalikan huruf pada makhrajnya masing-masing, melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna tanpa berlebih-lebihan dan hal-hal lainnya sebagaimana diisyaratkan oleh sabda Nabi, “Siapa saja yang menghendaki bacaan al-Qur‟an yang sama persis ketika diturunkan, bacalah dengan mengikuti bacaan ibnu Umm Abd.” (yakni Ibnu Mas’ud).

Para ulama memandang ceroboh terhadap orang yang membaca al- Qur’an tanpa dengan tajwidnya.32Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, sedangkan mengamalkannya/membaca al- qur’an sesuai dengan aturan ilmu tajwid adalah fardu ain.Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu tajwid adalah membaguskan bacaan dalam membaca al-Qur’an sesuai tuntutan dengan baik dan benar.

b) Tujuan mempelajari ilmu tajwid

31Gus Arifin, Membuka Pintu Rahmat Denga Membaca Al-Qur‟an, (Jakarta:Zikrul Haki, 2009), h. 28

32 Muhammad Bin Alawi Al- Maliki Al Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Tajwid, (Bandung:

CV Pustaka Setia, 1999), h. 54

(35)

Dan tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah mwnjaga lidah/lisan dari ketidaktepatan/kesalahan (secara gramatikal) salam membaca al- Qur’an.

Adapun tujuan yang dimaksud adalah;

1) Agar pembaca dapat melafalkan huruf-huruf hiyaiyah dengan baik, yang disesuaikan dengan makhraj huruf dan sifatnya.

2) Agar dapat memelihara kemurnian bacaan al-Qur’an yang benar, sehingga keberadaan bacaan al-Qur’an dewasa ini sama dengan bacaan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah, mengingat bacaan al-Qur’an bersifat “tanqifi” yakni mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah;

َّنِإ ََُُۡ َجَ اََۡيَوَع ۥ

ٍَُُاَءۡرُقَو ۥ ١٧ َُُٰ َن ۡ

أَرَق اَذِإَف َف

ۡعِتَّت ٱ ٍَُُاَءۡرُق ۥ ١٨

“Sesngguhnya mengumpulkan al-Qur‟an dan membacanya adalah tanggung jawab kami, jika telah membacakan, maka kamu ikuti bacaan itu.”(Q.S al-Qiyamah/75:17-18)

3) Menjaga lidah/lisan dari ketidaktepatan/kesalahan dalam membaca al-Qur’an.

Melihat ketiga tujuan tersebut, maka dalam proses belajar mengajar ilmu tajwid harus mempunyai kiat tersendiri untuk memenuhi tujuan yang diinginkan. Kiat dapat berupa upaya sebagai berikut:

(36)

a. Antara guru dan siswa dalam proser belajar mengajar harus berhadap-hadapan, sehingga siswa mengerti benar suara yang dialunkan sekaligus dapat melihat mimik gurunya. Sehingga, hal tersebut sangat membantu delam mengetahui kedudukan huruf secara pasti, baik berkaitan dengan makhraj maupun sifatnya.

b. Setelah pemberian teori, ilmu tajwid, guru langsung mempraktekkan teorinya, sehingga apa yang sudah dimiliki siswa tidak terlupakan dan memberikan pengalaman praktik secara benar.

c. Perlu pembiasaan membaca secara tekun, rajin, dan tabah bagi siswa dan seorang guru tetap memperhatikan bacaan siswanya.

d. Dalam praktik membaca al-Qur’an, tidak perlu mengejar kuantitas (membaca yang banyak) tetapi yang lebih penting adalah meraih kualitas (biar sedikit asalkan benar), karena dengan belajar praktiksedikit yang benar, maka mempermudah praktik selanjutnya. Sebaiknya jika yang sudah dibaca itu banyak kesalahan, maka akan sulit untuk memperbaikinya.

2. Pengenalan Dasar Huruf Hijaiyah a) Pengertian huruf hijaiyah

Huruf adalah bentuk jamak dari al harfu yang berarti bagian terkecil dari lafal yang tidak dapat membentuk makna tersendiri kecuali harus dirangkai dengan huruf lain. Kumpulan huruf yang dapat membentuk arti biasanya 3 huruf, misalnya (ىقو ) “memelihara”,

(37)

namun pada bentuk tertentu ada satu huruf yang sudah mempunyai arti misalnya bentuk amar (perintah) dari (ىقو ) adalah (ق)

"peliharalah". Sedangkan hijaiyah berasal dari akar kata haja- hayju- hijaa a yang berarti ejaan. Maksud ejaan di sini adalah ejaan Arab sebagai bahasa asli al-Qur’an.Jadi huruf hijaiyah adalah huruf-huruf ejaan bahasa Arab sebagai bahasa asli al-Qur’an.

b) Bentuk-bentuk huruf hijaiyah

Huruf-huruf hijaiyah yang digunakan dalan al-Qur’an terdapat 29 macam, dan jumlah tersebut termaksud alif. Pada dasarnya alif sama dengan hamzah, hanya saja bersyakal (berharakat) mati, sedangkan hamzah merupakan alif yanh hidup dengan syakal tertentu.

Huruf-huruf hijaiyah yaitu

No Huruf Bunyinya Trensliterasi 1.

2.

3

4 5 6

ا ﺐ ﺖ

ﺙ ﺝ

Alif

Ba`

Ta`

Tsa`

Jim Ha`

A

b t

ts j h

(38)

7

8 9 10

11 12

13 14

15 16 17

18 19 20

21 22

23 ﺥ

ﺪ ﺫ

ﺭ ﺯ

ﺱ ﺶ ﺺ

ﺾ ﻁ ﻆ

ﻉ ﻍ

ﻑ ق

ك ل

Kha`

Dal Dzal Ra`

Za`

Sin

Syin Shad

Dhad Tha`

Zha`

`Ain Ghain Fa`

Qaf Kaf

Lam

kh

d dz r

z s

sy sh

dh th zh

-`- Gh F

Q K

L

(39)

24

25 26 27

28 29

م

ى و

ﻫ ﺀ

ي

Mim

Nun Wawu Ha`

Hamzah Ya`

M

N W H

-`- y

c) Macam macam pengucapan huruf hijaiyah

Dari sudul hafalan (pengucapan) huruf hijaiyah dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Asmaul Husna, sebutan bagi nama-nama huruf.

b. Musammahyatul huruf, yaitu sebutan cara mengucapkan huruf.

Dalam pengucapan al-Qur’an, pembaca diwajibkan menggunakan musammayatul huruf, kecuali jika pada permulaan surat-surat tertentu (fawatihush shuwar),maka cara membacanya dengan asmaul husna. Pada dasarnya musammayatul huruf merupakan konsonan mati ang tidak dapat dibunyikan, kecuali dengan bantuan yang lain. Untuk mengetahui bunyi huruf musammayatul huruf itu dapat dilakukan dengan 2 cara:

(40)

a. Diberi hanzah washal di awal kata.

b. Diberi ha` yang mati di akhir kata.

Dengan kedua cara itu, maka konsonan tersebut dapat dibunyikan.

3. Tanda Baca Huruf Hijaiyah 1) Pengertian tanda baca

Tanda baca huruf-huruf hijaiyah yang digunakan sering disebut dengan harakat atau syakal.Tanda baca digunakan untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah.Jadi yang dimaksud dengan tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan dalam huruf-huruf hijaiyah yang berguna untuk membunyikan huruf-huruf tersebut.

2) Bentuk-Bentuk Tanda Baca

a. Tanda baca baris satu, yaitu jika di atas berupa alif disebut fahtah, jika dibawah berupa alif disebut kasrah, dan jika di atas berupa wawu disebut dhamah.

b. Tanda baca baris dua atau tanwin, yaitu tanda baca yang disebut tanwin yang kejadiannya sama dengan tanda baca baris satu dengan dirangkap dua.

c. Tanda baca mati (sukun)

d. Tanda baca ganda yaitu tanda baca yang disebut “tasydid” atau ada yang mengatakan “tazh’if”

(41)

e. Tanda baca panjang, yaitu tanda baca yang digunakan untuk bacaan mad, yang cara membacanya dipanjangkan.33

4. Makhrijul Huruf

a) Pengertian makhrijul huruf

Makhrij mempunyai akar kata dari fi’il madhi yang berarti

“keluar”.Akar kata tersebut selanjutnya dijadikan bentuk isim makan (yang menunjukkan tempat), sehingga menjadi makhraj yang berarti tempat keluar.Sedangkam makhrij merupakan bentuk jamak dari makhraj.Jadi makhraj huruf adalah tenpat keluar huruf dai huruf pembaca. Semua huruf mempunyai tempat asal yang dikeluarkan pembaca, sehingga membentuk bunyi tertentu.Jika huruf itu tidak dikeluarkan dari tempat asalnya, maka menjadikan kekaburan dapat dibedakan antara huruf satu dengan huruf lainnya.

b) Tujuan mengetahui makhraj huruf

Seseorang tidak akan dapat membedakan huruf-huruf tertentu tanpa mengerti atau melafalkan huruf-huruf itu pada tempat asalnya.

Karena itu sangat penting mempelajari makhrijul huruf agar pemvaca terhindar dari hal-hal sebagai berikut:

a. Kesalahan mengucapkan huruf yang mengakibatkannya berubah makna. Misalnya mengucapkan

(ياﻫ)

yang berarti mudah. Di ucapkan dengan (ياﺤ) yang berarti sudah tiba waktunya.

33 Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid… h, 33

(42)

b. Kekaburan bentuk-bentuk bunyi huruf, sehingga tidak dapat dibedakan huruf satu dengan huruf huruf yang lain.

Misalnya huruf alif dengan `ain, ha` (ﺡ) dengan ha` (ﻫ), kaf`

(ك) dengan qaf (ق).

c) Cara mengetahui makhrijul huruf

Dalam musammayatul huruf bahwa cara melafalkan sekaligus mengetahui tempat-tempat asal keluar dapat di tempuh melalui tiga cara yaitu:

a. Diberihamzah washal sebelumnya, kemudian huruf yang dicari tempat keluarnya itu disukunkan. Contoh

Huruf ﺚ dibaca ٛﺚا Huruf ٌ dibaca ٌٛا

b. Diberihamzah washal sebelumnya, kemudian huruf yang dicari tempat keluarnya itu ditasydidkan. contoh

Huruf ق dibaca ّقا

c. Setelah huruf yang di cari tempat asal keluarnya, supaya diberi ha` ﻪ. Contoh:

Huruf ﺺ dibaca ٛﻪﺼ Huruf ﻄ dibaca ٛﻪﻁ d. Aturan Dalam Al-Qur’an

1. Adab Sopan Santun Membaca Al-Qu’an Dan Mendenganrkannya Dalam membaca al-Qur’anul karim ada sopan santun yang harus diketahui oleh setiap orang yang membaca al-Qur’anul karim yaitu:

(43)

a. Hendaklah pembeca al-Qur’an itu menghadap kiblat.

b. Hendaklah membersihkan gigi (menggosok gigi) untuk mengagungkan al-Qur’an.

c. Hendaklah suci dari kedua hadats (hadats besar dan hadats kecil).

d. Hendaklah menyucikan badan dan pakaian dari segala najis.

e. Hendaklah membaca al-Qur’an dalam keadaan khusyu’, tafakur, dan tadabur (merenungkan isi kandungan al-Qur’an).

f. Disunahkan membaca al-Qur’an itu disertai dengan menangis bilamana ayat yang menyangkut ayat azab (siksaan), apabila tidak bisa, maka usahakan bisa menangis.

g. Hendaklah menghiasi bacaan al-Qur’an dengan suara yang merdu, apabila tidak bisa dengan suara sesuai dengan ilmu tajwid, maka hendaklah tetap menjaga bacaan itu sesuai dengan ilmu tajwid.

Artinya harus tetap menjaga panjang pendeknya bacaab, ikhfa, idgham, izhar, dan lainnya.

h. Hendaklah menjaga sopan santun ketika membaca al-Qur’an, maka jangan sambil ketawa-ketawa, jangan pula bermuka masam, dan janganlah memandang/memperhatikan kepada masalah lain (selain al-Qur’an yang sedang dibaca), tetapi merenungkan isinya dan mengingat pesan-pesannya. Dalam hal ini dijelaskan pada firman Allah SWT,

بَٰ َتِل ۡهَزٍ َ

أ َُُِِٰ َياَء ْآوُرَّةَّدَ ِّلَ ٞكَرََٰبُي َكۡ َلَِإ ََُُٰن ۦ

ْاوُلْو ُ

أ َرَّلَذََُ ِلََو ِبَٰ َب ۡهَ ۡلۡ ٱ

٢٩

(44)

Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”(Q.S Sahaad:29)

2. Tata Cara Membaca Al-Qu’an

Allah Swt. Telah mensyariatkan kepada orang yang membaca al-Qur’an, dimana pertama kali Allah Swt. Menyuruh Nabi Muhammad saw. untuk membaca al-Qur’an, sebagimana firman-Nya,

. . . ِنِّتَرَو ٱ َناَءۡرُقۡه الًيِتۡرَت ٤

“…Dan bacalah al-Qur‟an itu dengan perlahan-lahan.”(Q.S al- Muzammil: 4)

Ayat di atas mengandung arti bahwa dalam membaca al-Qur’an dengan tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya dan membacanya secara tarqiq dan dibaca tebal (tafkhin) bilamana bacaan itu termasuk bacaan tafkhin. Juga dibaca pendek apabila bacaan itu harus dibaca pendek, yang dibaca panjang dipanjangkan, yang dibaa jelas (izhar) maka harus dibaca jelas, yang dibaca dengung maka harus dibaca dengung, yang dibaca sama (ikhfa) harus disamarkan. Dan huruf yang dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya (makharijul huruf) dan janganlah mencampurdukkan antara yang satu dan yang

(45)

lainnya (misalnya, bacaan izhar harus dibaca izhar, jangan dibaca ikhfa, dan lainnya).34

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam membaca al-Qur’an tidak terlepas dari ilmu tajwid.Oleh karena itu, membaca al-Qur’an tanpa mengetahui ilmu tajwid maba bacaan tersebut sulit untuk disebut bacaan yang benar, bahkan termasuk bacaan yang salah dan bacaan yang salah akab berakibat dosa dan mengubah arti dari baca al-Qur’an itu sendiri.

3. Tingkatan Bacaan Al-Qur’an

a) Tartil, yaitu membaca dengan lambat sesuai dengan aturan ilmu tajwid serta mentadabburkan. Menurut para ulama, bacaan ini adalah yang paling baik sebagaimana firman Allah:

. . . .

ٗ لًيِتۡرَت َُُٰ َنۡوَّتَرَو ٣٢

Atrinya: “Dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.

(Q.S al-Furqan:32)

b) Tahqiq, yaitu becaan yang lebih lambat daripada tartil, biasanya untuk mengajar al-Qur’an dengan baik.

c) Hard, yaitu bacaan yang cepat, namun tetap sesuai dengan aturan tajwid.

34Otong Surasman, Metode Insani Kunci Praktis Membaca Al-Qur‟an Baik Dan Benar, (Jakarta: Gema Insani, 2002), H.23

(46)

d) Tadwir, yaitu becaan yang tidak terlalu cepat dan lambat/pertengahan hadr dan tartil.

4. Metode Membaca Al-Qur’an

Secara bahasa metode berasal dari Yunani, yaitu methodos, yang mana metha adalah melewati atau melampui, dan hodos adalah jalan atau cara. Menurut istilah metode adalah jalan atau cara yang yang digunakan oleh seorang pendidik dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsunya pembelajaran. Dalam proses belajar al-Qur’an, metode merupakan suatu cara yang sangat memiliki peranan yang sangat penting agar hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Secara umum metode yang digunakan adalah dalam suatu pembelajran al-Qur’an adalah:

a. Metode hafalan b. Metode latihan c. Metode Tanya jawab d. Metode demonstrasi35

Adapun metode khusus yang digunakan pendidik dalam mengajarkan membaca al-Qur’an yaitu:

a) At-Tarqiq, yaitu memperlakukan setiap huruf sesuai dengan haknya, yakni menyempurnakan penjangnya, mempertegas hamzahnya, menyempurnakan harkatnya, idzhar, dan tasydid-nya,

35 Zainal Aqib Dan Ali Murtadio, Kumpulan Metode Pembelajaran Kearif Dan Inovatif, (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejarah, 2016), h. 10

(47)

membunyikan sesuai dengan makhraj-nya, memperhatikan tempat yang diperbolehkan untuk berhenti, membacanya dengan hati-hati tanpa membuat kesalahan, tidak men-sukun-kan huruf yang berharkat dan juga tidak mendengungkannya.

b) Al-hard, yaitu mempercepat dan meringankan bacaan dengan caraqashr, pemberian harkat sukun, dengung (idzgham)yang berlebihan dan hamzah, serta hal-hal lain yang mendukung oleh riwayat Qira’an yang shahih dengan tetap menjaga berlakunya I’rab dan ketegasan lafazh, serta tanpa menukar-nukar huruf dan berlebihan dalam pemberian harakat, menghilangkan suara dengung (ghunnah), serta hal-hal melampaui batas lainya yang tidak pantas muncul dari qira‟ah.

c) At-tadwir, yaitu pertengahan antara kedua cara di atas, yakni cara yang di pakai oleh kebanyakan imam-imam qira’ah yang memanjangkan mad munfasil, tetapi tidak sampai pada isyba.36Hal yang terpenting dalam pembacaan al-Qur’an adalah memperindahnya (tajwid al-Qur’an). 37

5. 10 Jurus Hebat Cepat Menghafal Al-Qur’an 1) Tiga puluh menit dalam sehari.

a. Waktu khusus dan tempat yang nyaman

36Muhammad Bin Alawi Al- Maliki Al Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Tajwid, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 53

37Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid… h 46-66

(48)

Tempat yang baik dan lingkungan menghafal adalah faktoryang sangat penting dalam proses menghafal al-Qur’an. Waktu yang paling bagus untuk menghafal adalah di malam hari terutama di waktu sahur.waktu khusus dan tempat yang nyaman, maksudnya adalah waktu saat kita bisa fokus untuk menghafal al-Qur’an.

b. Membuat target yang jelas

Target dan proses pencapaian itu penting agar gol yang akan kita tuju lebih jelas, waktu akan lebih efektif, adenalin meningkat, dan semangat akan terpacu untuk segera menyelesaikan target yang sudah kita bangun sebelumnya, tanpa target kita akan lebih cepat patah semangat dalam menghafal.

c. One day one ayat

2) Mulai dengan juz yang mudah

Dr. Raghib as-Sirjani menyatakan bahwa menghafal al-Qur’an tidak mesti sesuai dengan urutan dalam al-Qur’an, apalagi sewaktu awal menghafal.Beliau lebih cendrung memulai dari juz-juz al-Qur’an yang lebih mudah.Hal ini dilakukan agar bisa menghafalnya dengan cepat, serta menghasilkan hafalan yang baik dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai contoh kita bisa memulai dari beberapa jiz berikut:

Pertamaa juz ke-30, kedua, juz ke-29, ketiga, surat al-Baqarah, keempat, surat Ali Imran.Selanjutnya yatu selesaikan hafalan yang pernah ada dan melanjutkan dengan menghafal surat pilihan seperti

(49)

surat-surat yang memiliki keistimewaan atau anjuran khusus dari Rasulullah Saw, untuk membacanya.

3) Ulangi 25 kali, pasti hafal.

Untuk memulai menghafal ada tiga metode yang bisa dilakukan yaitu:

a. Menghafal satu ayat satu ayat.

Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena hanya menghafal satu ayat. Namun, dalam kenyataannya, kata Ir. Ahmad Qasim dalam buku “hafal al-Qur’an dalam sebulan” dalah metode paling lambat, karena menghabiskan waktu minimal 20 menit untuk satu halama.

b. Membagi 1 halaman menjadi 2 atau 3 halaman

Dengan metode ini hubungan ayat satu dengan yang lainnya akan sempurna. Selain itu, kita bisa menyingkat waktu yang kita habiskan untuk mengulang-ulang setiap waktu.

c. Menghafal 1 halaman sekaligus

Metode ini mirip dengan metode sebelumnya, tapi targetnya adalah satu halaman penuh. Metode ini paling sulit, tapi sesungguhnya ini metode yang paling cepat sekaligus paling mudah dilakukan, asal yakin dengan kemampuan, penuh dengan konsentrasi dan tahu caranya.

(50)

4) Menyetorkan hafalan

5) Mushaf anda juga menetukan

Mushaf yang paling baik adalah mushaf yang dimulai dengan ayat dan diakhiri dengan ayat, agar hafalan ayatnya tidak terpotong.

6) Selalu bersama al-Qur’an 7) Menjaga shalat berjamaah

Mendenganrkan bacaan imam dalam shalat menjadi solusi terbaik atas berbagai macam pesoalan hidup.Bagi orang yang menghafal al-Qur’an mendenganrkan bacaan iman dalam shalat salah satu daya dukung yang kuat.

8) Lancarkan dulu, baru menambah hafalan 9) Perhatikan ayat-ayat yang mirip

Dalam hal ini, penghafal al-Qur’an harus bisa mengehatui mutasyabihat dalam al-Qur’an. Cara mengingat ayat mutasyabihat yakni:

a. Dengan cara memahami maknanya.

b. Dengan cara memperhatikan huruf dalam kalimat.

c. Dengan cara memahami bahwa kata tersebut hanya ada dalam surat atau juz tertentu.

10) Ikutilah musabaqah hifzil Qur’an38

38Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dasyat Hafal Al-Qur‟an,(Banyunyar Surakata: Ziyat, 2014), H. 73-127

(51)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif, yaitu menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada di lapangan (field research).Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan, memutuskan, dan menafsirkan apayang ada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif ini, pemasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara maka dari itu, teori yang digunakan dalam penyusunan juga bersifat sementara, dan akan mengalami perkembangan setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial.

Dalam penelitian kualitatif ini bersifat menenukan teori, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bersifat menguji hipotesis atau teori.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yang mana data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, atau gambar, bukan angka seperti penelitian kuantitatif.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Bukittinggi Jalan Jendral Sudirman dengan alasan yaitu terkait materi PAI (SK/KD) ada mempelajari al-Qu’an dan di SMP N 1 Bukittinggi juga menerapkan hafalan ayat yang harus dicapai/dipenuhi oleh siswa, sedangkan kemampuan mambaca al-Qu’an siswa memiliki beberapa variasi, ada siswa yang sudah

Referensi

Dokumen terkait

Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan penekatan deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau

Skripsi ini disusun berdasarkan data lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, dan memperoleh

Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan ( field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kemudian metode pengumpulan data yang digunakan yaitu,

Jenis penelitan ini merupakan penelitian lapangan (field research), yang bersifat kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatakan deskriptif

Jenis penelitian yang ini penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan ( field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam pengumpulan data ialah penelitian lapangan field research dengan metode Deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan atau