• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,

MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

HUSNI MUBAROK

A24062979

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

HUSNI MUBAROK. Studi Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan

Tengah. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan DWIGUNTORO).

Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti iklim, fisiografik, dan biotik. Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut akan menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan digunakan.

Kegiatan magang bertujuan untuk melakukan studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit, mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya dalam pengelolaan gulma.

Metode yang dilakukan dalam kegiatan magang untuk mendapatkan data primer dan sekunder adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan bekerja aktif di lapangan sesuai jenjang jabatan, wawancara, serta melakukan pengambilan sampel gulma dan pengamatan gulma Asystasia intrusa. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi arsip kebun dari laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan). Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada piringan, gawangan, pasar rintis, TPH, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma manual dilakukan pada gawangan, dan mesin pemotong rumput digunakan pada TPH.

(3)

ii

Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukkan bahwa realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target, sedangkan pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Realisasi pemakaian biaya pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis lebih rendah 33.3 % untuk tenaga kerja dan 28.9 % untuk herbisida Starane dari target yang ditetapkan.

Realisasi pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma gawangan secara manual lebih tinggi 89 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target. Realisasi pemakaian bensin dan oli lebih rendah 33.7 % dan 33. 3 % dari target yang telah ditetapkan.

Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami merupakan jenis gulma rumput.

Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami adalah Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992.

Pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa yang dikendalikan dengan penyemprotan herbisida campuran Audit konsentrasi 0.8 % dan Starane konsentrasi 0.2 % menunjukan gulma tersebut mati setelah 1 MSA (minggu setelah aplikasi). Biji gulma Asystasia intrusa tumbuh kembali setelah 4 MSA. Pengamatan pada 6 MSA menunjukkan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa diikuti oleh pertumbuhan gulma Cleome rutidosperma.

(4)

ABSTRACT

HUSNI MUBAROK. Study of Weeds Management at Oil Palm (Elaeisguineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamans Plantation, Central Kalimantan. (Taught by Adiwirman and Dwi Guntoro)

Study of weeds management at oil palm Sekunyir Estate done to study management aspect and technical aspect. Management is done with restrain weeds according to chemistry and mechanical. Weeds control according to chemistry uses herbicide Audit and Starane done in palm circle and result collecting place, inter row and harvesting path, and Imperata cylindrica. Weeds control mechanically done with manual and weeds cutting machine. Weeds control according to chemistry in palm circle and result collecting place where does herbicide use Audit smaller 5 % from estimation, herbicide Starane bigger 47.7 % from estimation, and labour smaller 10 % from estimation. Weeds control in inter row and harvesting path according to where does herbicide use Starane smaller 33.3 % from estimation, and labour smaller 28.9 % from estimation. Labour use in weeds control with manual bigger 89 % from estimation. Weeds control with weeds cutting machine where does bigger labour use 5% from estimation, smaller oil use 33.3 % from estimation and smaller petrol use 33.7 % from estimation. Weeds that grow dominant in the year plant oil palm 1992-1995 is Centotheca lappacea with value Summed Dominance Ratio (SDR) highest 12.06 % in the year plant 1992. While weeds that grow dominant in the year plant 2005 and 2007 is Asystasia intrusa with value SDR highest 16.36 % in the year plant 2007. Labour cost use in weeds control in inter row and palm circle according to lower chemistry 89.4 % than according to manual.

(5)

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH,

MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

HUSNI MUBAROK A24062979

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(6)

Judul : STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE,

PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION,

KALIMANTAN TENGAH

Nama : HUSNI MUBAROK

NIM : A24062979

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS Dwi Guntoro, SP. MSi NIP. 19620416 198703 1 001 NIP. 19700829 199703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada tanggal 16 April 1987 dari pasangan Bapak Yusup dan Ibu Uning. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya pada tahun 1994 menempuh pendidikan di SDN Sukajadi Kabupaten Ciamis dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis menempuh pendidikan di SMPN 10 Bandung dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis menempuh pendidikan di SMAN 4 Bandung dan lulus tahun 2006.

Penulis pada tahun 2006 masuk IPB melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada program S-1 Mayor-Minor. Pada tahun 2007 penulis masuk Departemen Agronomi dan Hortikultura.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada:

1. Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang sampai penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Ade Wahjar, MS selaku urusan magang, yang telah mengusahakan

untuk mencari tempat kegiatan magang.

3. Dr. Ir. Harijadi, MS selaku dosen supervisi, yang telah berkenan untuk melakukan supervisi ke tempat kegiatan magang penulis.

4. Ibu Evita dan Bapak Farid yang telah berkenan menerima penulis untuk dapat magang di Minamas Plantation.

5. Bapak Andi Risman selaku Estate Manager Sekunyir Estate yang telah menerima penulis dengan baik selama kegiatan magang dilaksanakan. Bapak Untung Joko Nugroho, Bapak Musa, Bapak Winetou Budi Satria, Bapak Lukman, Bapak Aron S. Saragih, Bapak Iwan Kurniawan, Bapak Simpson Parapat, serta seluruh mandor dan karyawan yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

6. Orang tua yang selalu memberikan semangat, serta Anne syifaurrahmah, Dery kurniansyah, Wahyu Junaedi, Andri Indrayasa, Novrian Raharja yang telah membantu memberikan masukan-masukannya.

Bogor, Desember 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengelolaan Gulma ... 3

Teknik Pengendalian Gulma ... 5

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit... 7

METODE MAGANG ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Metode Pelaksanaan ... 10

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 11

Analisis Data dan Informasi ... 12

KEADAAN UMUM ... 14

Letak Geografis dan Administratif... 14

Topografi, Tanah, dan Iklim ... 14

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 15

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 16

Sarana dan Prasarana Kebun... 18

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum ... 20

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus ... 30

PEMBAHASAN ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Sekunyir Estate ... 11 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate... 16 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir

Estate ... 17 4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ... 17 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan ... 21 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman

Menghasilkan di Sekunyir Estate ... 25 7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan

TPH... 35 8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan

Pasar Rintis ... 37 9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan ... 40 10.Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong

Rumput ... 41 11.Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate ... 46 12.Pengamatan Kematian Asystasia intrusa ... 51 13.Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Sekunyir Estate ... 12 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate ... 31 3. Alat Pelindung Diri (APD) ... 33 4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada

Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate ... 43 5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma

secara Kimia di Sekunyir Estate ... 43 6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma

secara Mekanis di Sekunyir Estate ... 44 7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma

dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH ... 44

8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di

Gawangan secara Manual dan Mekanis ... 45

9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate .... 47

10.Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate ... 47 11.Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate ... 48 12.Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa ... 50

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan

Kelapa Sawit Sekunyir Estate ... 61

2. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate ... 61

3. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ... 64

4. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ... 65

5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) ... 66

6. Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate ... 69

7. Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate ... 69

8. Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate ... 70

9. Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate ... 70

10.Total Karyawan di Sekunyir Estate ... 70

11.Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate ... 71

12.Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate ... 72

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil yang batangnya lurus, tidak bercabang, dan tidak memiliki kambium. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Lubis, 2008).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan nasional. Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Menurut Ashton (1991) karakteristik lingkungan yang mempengaruhi suatu gulma tumbuh dominan pada suatu tempat adalah iklim, pisiografik, dan biotik. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, angin, atmosfer. Faktor pisiografik seperti edapik (pH, kesuburan, tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan organik), dan topografi. Faktor biotik seperti tanaman (kompetisi, penyakit, dan zat alelopati), dan hewan (serangga, parasit, dan mikroorganisme).

Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu

perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan digunakan.

Pengendalian gulma dengan herbisida yang tidak terencana dan terarah akan menimbulkan kerugian waktu dan biaya. Hal ini terjadi karena dengan mengabaikan komposisi gulma yang tumbuh, pergeseran jenis gulma dominan

(14)

2

karena perbedaan respon terhadap herbisida dapat mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan (Mangoensoekarjo et al., 2005).

Pengelolaan gulma sangat penting dilakukan karena kehadiran gulma pada suatu perkebunan kelapa sawit akan menyebabkan persaingan dalam menggunakan unsur hara dan faktor tumbuh antara tanaman budidaya dan gulma. Beberapa jenis gulma mengeluarkan alelopati yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal-hal demikian dapat menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah yang cukup besar, yang meliputi kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Pengelolaan gulma yang baik akan memperlancar pekerjaan pemanenan, pemupukan, pengawasan, dan pengendalian hama / penyakit.

Menurut Moenandir (1988) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit akan menurunkan hasil panen sekitar 20 - 80 %. Menurut Lubis (2008) Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dibagi ke dalam pengendalian pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TBM dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit berjalan dengan baik. Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TM dilakukan agar kualitas dan kuantitas hasil panen tetap baik.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami

aspek teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit.

2. Studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

(15)

Pengelolaan Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak tepat tempat dan waktunya. Gulma tumbuh di sekitar tanaman budidaya dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma tumbuh pada tempat yang kaya unsur hara sampai yang kurang unsur hara. Gulma pada umumnya mudah dalam melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan memperoleh ruang tumbuh, cahaya, air, unsur hara, dan CO2 dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008).

Analisis vegetasi gulma diperlukan untuk memperoleh gambaran umum dan sifat biologi gulma, sehingga pengelolaan gulma akan lebih terarah. Secara umum gulma digolongkan menjadi gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit, gulma pakis dan gulma teki. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan gulma semusim, sedangkan yang telah lama ditanami merupakan gulma tahunan (Tobing et al., 1999).

Menurut Aldrich (1984) pengelolaan gulma merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap gulma, pengendalian jumlah gulma, dengan cara yang sudah ditetapkan. Pengelolaan gulma dilakukan untuk mengurangi biji yang tersimpan dalam tanah, mencegah kerusakan dari gulma terhadap tanaman budidaya, dan meminimalisir persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.

Pengelolaan gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman budidaya harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman budidaya. Pengelolaan gulma yang dilakukan harus tepat agar tidak meningkatkan daya saing gulma (Pahan, 2008).

Tingkatan dalam melakukan pengelolaan gulma adalah pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah pertumbuhan gulma baru pada suatu tempat serta membatasi pertumbuhan gulma di kebun. Pengendalian dilakukan dengan cara mengurangi populasi gulma pada tingkat yang tidak mengganggu pada tanaman. Sedangkan pemberantasan dilakukan dengan memberantas gulma secara keseluruhan pada suatu areal.

(16)

4

Pemberantasan mencakup siklus hidup tanaman dan bagian reproduktif tanaman yang terdiri dari biji dan bagian vegetatif. Kegiatan pengelolaan gulma dilakukan melalui tindakan secara mekanis, kultur teknis, biologi, dan kimia (Ashton et al., 1991).

Pengelolaan gulma yang baik harus menerapkan sistem pengendalian gulma terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semua teknik pengendalian gulma yang sesuai agar populasi gulma berada pada ambang yang tidak mengakibatkan kerusakan ekonomi (Pahan, 2008). Pengendalian gulma harus seefektif mungkin agar tidak banyak mengurangi pendapatan dengan cara memanfaatkan proses ekologi di lingkungan tersebut. Prinsip umum manajemen gulma adalah melakukan manipulasi terhadap temperatur tanah, kelembaban, nutrisi, dan mengontrol sisa bahan kimia di tanah (Liebman et al., 2001).

Metode yang digunakan dalam pengendalian gulma harus lebih dari satu metode. Suatu metode dapat menekan spesies tertentu, akan tetapi dapat menguntungkan spesies lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Spesies gulma yang dikendalikan dapat digantikan oleh spesies gulma lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan masalah baru dalam pengendalian gulma (Pahan, 2008).

Menurut Lubis (2008) pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dilakukan secara mekanis dan kimia. Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen serta menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.

Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) biaya pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit mencapai 50 % - 70 % dari total pemeliharaan selama TBM dan 20 % - 30 % selama TM. Menurut Purba (2009) biaya pengendalian TM lebih kecil karena kanopi tanaman dewasa yang semakin berdekatan antara satu dengan yang lain sehingga akan mengurangi intensitas cahaya yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma menjadi terhambat.

Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan

(17)

kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Pengendalian gulma harus dilakukan dengan memperhatikan ambang ekonomi. Selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan (Pahan, 2008).

Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian Gulma secara Mekanis

Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan cara memotong atau membongkar gulma. Jenis pengendalian gulma secara mekanis diantaranya

dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput (Liebman et

al., 2001).

Menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara manual dilakukan pada pasar rintis, gawangan dan piringan dengan rotasi yang sama. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara membabat dan menggaruk. Akan tetapi pada tanah yang mudah terkena erosi dilakukan dengan cara pembabatan saja. Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar tanaman, memerlukan biaya yang mahal, dan tidak efektif dilakukan pada musim hujan. Kombinasi antara pengendalian manual kemudian diikuti oleh pengandalian secara kimia merupakan cara terbaik.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk mengendalikan jenis gulma berkayu. Gulma berkayu yang dikendalikan secara manual diantaranya adalah Melastoma malabathricum, Ficus sp, Lantana camara, dan anakan sawit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara memotong dan membongkar gulma agar tidak tumbuh kembali (Armi, 2006).

Menurut Kusnanto (1991) pengendalian gulma secara manual menunjukkan waktu yang paling cepat dalam mencapai persentase daya berantas dan pertumbuhan kembalinya, yang kemudian diikuti oleh perlakuan herbisida kontak dan yang terakhir perlakuan herbisida sistemik. Perlakuan secara manual terhadap berat kering gulma rerumputan ternyata memberikan hasil berat kering yang lebih tinggi daripada pengendalian secara kimia.

(18)

6

Pengendalian Gulma secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk mengendalikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan bagi manusia dan lingkungan. Pengendalian gulma secara kimia harus ditekankan agar bahan tersebut tepat sasaran dan tidak menimbulkan pencemaran bahan kimia (Mangoensoekarjo et al., 2005).

Kelapa sawit TM cenderung menghasilkan persentase pertumbuhan kembali yang lebih lambat dibanding TBM meskipun dosis herbisida yang digunakan umumnya lebih rendah. Aplikasi herbisida campuran menghasilkan daya penekanan yang lebih lama dibandingkan aplikasi tunggal. Hal ini karena mampu mengendalikan lebih banyak jenis gulma baik untuk gulma golongan berdaun sempit maupun gulma golongan berdaun lebar. Pada kelapa sawit TBM biaya pengendalian gulma selama satu tahun menunjukan pengendalian menggunakan herbisida kontak lebih rendah 13 % - 21 % jika dibandingkan pengendalian manual. Herbisida sistemik lebih rendah 33 % - 42 % dibanding menggunakan pengendalian manual (Kusnanto, 1991).

Pengendalian gulma secara kimia memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dapat memperkecil kerusakan struktur tanah, tidak mengganggu sistem perakaran tanaman utama, serta waktu yang diperlukan lebih singkat. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma secara kimia adalah jenis bahan aktif yang digunakan, dosis, keadaan cuaca, stadia gulma, serta pelaksanaan pengendalian di lapangan. Pengendalian gulma secara kimia seringkali berakibat suksesi atau perubahan jenis gulma yang tumbuh dominan (Syamsuddin et al., 1999).

Komponen yang diperhitungkan dalam pengendalian gulma secara kimia pada perkebunan kelapa sawit TM dan TBM selama periode tertentu diantaranya adalah biaya bahan (herbisida dan air), tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan frekuensi pengendalian. Kebutuhan herbisida dan air pada kelapa sawit TBM lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelapa sawit TM (Kusnanto, 1991).

(19)

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan untuk mengurangi kompetisi unsur hara antara kelapa sawit dengan gulma (Pahan, 2008). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dilakukan pada areal gawangan dan piringan. Pembukaan piringan dilakukan setelah tanaman kacangan menutup lahan tanaman kelapa sawit. Jari-jari piringan bergantung pada umur tanaman, umumnya berkisar antara 0.75 - 2.50 m. Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati, baik secara manual maupun kimia (Syamsuddin et al., 1999).

Pengendalian gulma pada piringan secara manual dilakukan dengan cara penggarukan. Penggarukan dilakukan untuk mengendalikan gulma dan memperbesar radius piringan berdasarkan perkembangan tajuk tanaman. Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan luar piringan agar tidak terjadi cekungan di piringan, dan dijaga agar pelepah daun tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008).

Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, garuk, dan parang babat. Rotasi dilakukan satu kali dalam satu bulan, dengan keperluan tenaga kerja 1 - 2 HK/ha untuk setiap kali rotasi. Jumlah keperluan tenaga kerja dipengaruhi oleh jari-jari piringan serta kerapatan tanaman (Syamsuddin et al., 1999).

Menurut Syamsuddin et al. (1999) pengendalian gulma secara kimia pada piringan menggunakan herbisida purna tumbuh. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati dan terarah pada piringan dan pasar rintis. Jika titik tumbuh kelapa sawit terkena semprotan herbisida, maka pertumbuhan tanaman selanjutnya akan abnormal atau melengkung. Sedangkan menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara kimia pada piringan dilakukan menggunakan herbisida pra tumbuh. Pemakaian herbisida jenis ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan pembungaan seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous.

Pengendalian gulma secara manual pada gawangan dilakukan pada waktu membangun tanaman kacangan penutup tanah, maka penggarukan dimulai pada

(20)

8

saat penanaman kacangan. Rotasi pada 6 bulan pertama setelah penanaman dapat dilakukan 2 minggu sekali, pada periode 3 bulan pertama memerlukan tenaga kerja 20 - 30 HK/ha, dan 3 bulan berikutnya memerlukan 4 - 6 HK/ha untuk setiap rotasi. Rotasi berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali dengan pemakaian tenaga kerja 3 - 4 HK/ha setiap rotasinya (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma pada gawangan secara manual dilakukan dengan cara mencabuti dan menggulung gulma yang tumbuh menjalar, gulma berkayu harus dipotong dan didongkel agar tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008).

Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman kacangan penutup tanah. Rotasi pada periode tiga bulan pertama yang dianjurkan adalah sekali dalam dua minggu, selanjutnya rotasi dapat dilakukan sebulan sekali tergantung pada perkembangan tanaman kacangan penutup tanah. Herbisida pra tumbuh yang dianjurkan adalah herbisida dengan bahan aktif Ametryne, Diuron, Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 hari sebelum atau setelah penananaman kacangan (Syamsuddin et al., 1999).

Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas panen. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan pada areal piringan, gawangan, pasar rintis, dan TPH. Teknik pengendalian gulma yang dilakukan adalah pengendalian gulma secara mekanis dan kimia (Pahan, 2008).

Rotasi pengendalian gulma secara manual dilaksanakan secara bersamaan pada piringan, pasar rintis, TPH dan gawangan. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan membabat dan mendongkel. Tanah yang mudah terkena erosi sebaiknya dilakukan dengan cara dibabat saja. Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar, dan biayanya mahal (Lubis, 2008).

Pengendalian gulma secara kimia pada tanaman kelapa sawit TM dapat menggunakan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif Fluroksyfyr, Glifosat, Dicamba, Dalapon,

(21)

dan Dicamba. Herbisida pra tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif Alpachlor, Prometryne, Amertryne, dan Triazine (Lubis, 2008).

Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pemberantasan gulma di sekitar piringan dan pasar rintis adalah Paraquat dan Glifosat, dengan rotasi 2 - 3 kali setiap bulan untuk Paraquat dan 4 - 5 kali untuk Glifosat. Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah 2,4 - D dimetil amin dan Glifosat (Syamsuddin, et al., 1999).

Gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit TM tidak semuanya untuk diberantas. Jenis gulma tahunan sperti rumput lunak, berakar dangkal, dan tidak tumbuh tinggi di gawangan, tanaman tersebut masih dapat ditoleransi untuk tidak dikendalikan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tanah gundul sehingga mengurangi terjadinya erosi (Pahan, 2008).

(22)

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai dengan 15 Juni 2010 di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Sekunyir Estatet, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan khusus. Metode pelaksanaan kegiatan utama yang dilakukan selama magang terdiri dari metode langsung dan metode tidak langsung yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Metode langsung yang dilakukan adalah praktik kerja langsung di lapangan, dan wawancara dengan asisten dan mandor. Metode tidak langsung dilakukan dengan mempelajari RKT (rencana kerja tahunan) dan laporan kerja harian.

Kegiatan magang pada bulan pertama adalah mengumpulkan data sekunder kebun dan menjadi pendamping mandor. Pengumpulan data sekunder kebun dilakukan di kantor besar Sekunyir Estate. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan karyawan di lapangan serta membuat laporan kerja harian. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor terdapat pada Lampiran 3.

Kegiatan magang pada bulan kedua adalah menjadi pendamping asisten dan melakukan pembuatan herbarium, administrasi Kantor BSS, serta pengambilan sampel gulma secara khusus. Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi pendamping asisten adalah melakukan pengecekan pekerjaan karyawan, serta melakukan administrasi di Kantor Divisi. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten terdapat pada Lampiran 4.

Kegiatan magang pada bulan ketiga dan keempat adalah menjadi Buruh Harian Lepas (BHL). Penulis juga melakukan observasi ke pabrik dan melakukan

(23)

ekstraksi buah di laboratorium pabrik. Kegiatan penulis selama menjadi BHL terdapat pada Lampiran 5.

Kegiatan khusus magang adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma, serta melakukan pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa. Kegiatan studi pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara, dan menganalisis RKT (rencana kerja tahunan) serta laporan kerja harian. Analisis vegetasi gulma dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel gulma secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa dilakukan dengan mengamati kematian dan pertumbuhan kembali setelah penyemprotan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengambilan sampel gulma dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) berdasarkan tahun tanam. Sampel gulma diambil secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran ukuran 1m x 1m. Jumlah sampel yang diambil adalah 780 buah. Data sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1.

Tabel 1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Tahun Tanam Blok Luas Lahan (ha) 5 % Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel (buah) Jumlah Sampel Blok (buah) Rata-rata Sampel/Blok (buah) 1992 B 637.06 31.85 78 8 10 C 606.80 30.34 74 7 11 D 561.40 28.07 69 7 10 E 614.35 30.72 75 7 11 F 271.21 13.56 34 4 9 1993 D 58.42 2.92 35 2 18 E 75.24 3.76 45 3 15 1994 A 280.21 14.01 160 7 23 1995 A 253.11 12.66 150 5 30 2005 Sisipan 21.80 1.09 30 1 30 2007 Sisipan 3.80 0.19 30 1 30

(24)

12

Gambar 1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Keterangan : : Tahun Tanam 1992, : Tahun Tanam 1993, : Tahun Tanam 1994, : Tahun Tanam 1995, : Tahun Tanam 2005, : Tahun Tanam 2007 : Areal pengambilan sampel

Analisis Data dan Informasi

Analisis yang dilakukan untuk mengolah data gulma yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan pertumbuhan kembali gulma Asystasia intrusa. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah dengan menggunakan matematika sederhana seperti rata-rata dan persentase. Analisis tersebut digunakan untuk menghitung perbandingan target dan realisasi pengendalian gulma secara kimia dan mekanis. Perhitungan yang digunakan untuk menganalisis vegetasi gulma yang tumbuh

dominan menggunakan summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan

dominansi suatu gulma yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate. Jika nilai SDR suatu gulma tinggi, maka dominansi gulma tersebut tinggi.

F E D C B A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nomor Blok Blok

(25)

Begitupun sebaliknya, jika nilai SDR suatu gulma rendah, maka dominansinya rendah.

Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu spesies gulma tertentu

dalam petak contoh

Kerapatan Nisbi (KN) = KM spesies tertentu x 100%

Jumlah KM semua spesies

Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh

Berat Kering Nisbi (BKN) = BKM spesies tertentu x 100%

Total BKM semua spesies

Frekuaensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies

tertentu

Frekuensi Nisbi (FN) = FM spesies tertentu x 100%

Total FM semua spesies

Nilai Penting = KN + BKN + FN

Summed Dominance Ratio (SDR)

= KN + BKN + FN 3

(26)

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate secara administratif berlokasi di Desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan tengah. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada 20 23’ 29’’ LS-20 23’ 36’’ LS dan 1110 59’ 10’’ BT-1120 4’ 55’’ BT. Batas-batas perkebunan tersebut bagian selatan berbatasan dengan PT. Wana Sawit, bagian utara berbatasan dengan PT. BJAP dan PT. Indotruba Timur, bagian barat berbatasan dengan areal transmigran SP1, dan bagian timur berbatasan dengan PT. Tapian Nadegan (Sinar Mas Group).

Lokasi Sekunyir Estate dapat dicapai dengan waktu sekitar 2 jam dari Kota Pangkalanbun menggunakan kendaraan roda empat. Lokasi perkebunan sangat strategis karena berdekatan dengan akses jalan raya dan dekat dengan pemukiman transmigran. Akses yang dekat ke jalan raya membuat Sekunyir Estate mudah untuk diakses. Akses yang mudah tersebut dapat mempermudah operasional kebun. Pada pemukiman transmigran terdapat pasar sehingga memudahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup karyawan.

Topografi, Tanah, dan Iklim

Topografi areal Sekunyir Estate berada pada ketinggian kurang dari 200 m dpl (diatas permukaan laut) dengan kemiringan 0 - 150 yang merupakan daerah tergenang sampai bergelombang. Kelas lahan sekunyir Estate sekitar 2 629.46 ha (78 %) merupakan kelas S2 (sesuai) dan sisanya 742.28 (22 %) merupakan kelas S3 (kurang sesuai). Tanahnya sebagian besar berada pada landform fluvio-marin dengan bahan induk alluvium yang merupakan hamparan areal dengan tekstur tanah berpasir, dan sebagian kecil berada pada landform tektonik dengan bahan induk sedimen yang memiliki tekstur tanah berliat.

Sekunyir Estate memiliki tiga jenis ordo tanah yaitu Ordo Ultisol 2 515 ha (75 %), Ordo Spodosol 742 ha (22 %), dan sisanya Ordo Inceptisol. Sekunyir Estate memiliki pH tanah 4 - 4.5 yang tergolong sesuai, akan tetapi kandungan

(27)

unsur hara Mg dan Ca tergolong rendah sampai sangat rendah, sehingga diperlukan pemupukan dolomit.

Iklim di Sekunyir Estate memiliki iklim sangat basah, dimana curah hujannya sangat tinggi untuk setiap tahunnya. Curah hujan merata sepanjang tahun, sehingga persediaan air untuk tanaman kelapa sawit mencukupi. Curah hujan yang terjadi selama 5 tahun terakhir berkisar 2 057 - 3 438 mm/tahun. Rata-rata curah hujan tahunan di Sekunyir Estate adalah 2 929 mm/tahun. Pola curah hujan di Sekunyir Estate bervariasi serta memiliki distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Data curah hujan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 13.

Berdasarkan konsep Oldeman bulan basah (curah hujan > 200 mm) dan bulan kering (curah hujan <100 mm) menunjukan bahwa curah hujan di kebun Sekunyir Estate termasuk ke dalam zona agroklimat A1 sampai B3. Sekunyir Estate memiliki rata-rata bulan kering selama satu bulan pada bulan Agustus, akan tetapi pada tahun-tahun tertentu bulan keringnya terjadi selama empat bulan. Sedangkan rata-rata bulan basah terjadi selama 8 bulan yang terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Mei. Suhu di perkebunan tersebut antara 29 - 30 0C, dengan penyinaran matahari lebih dari 5 jam/hari.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate merupakan bagian dari PT. Indotruba Tengah. PT. Indotruba Tengah memiliki dua buah kebun yang

terdiri dari Sekunyir Estate dan Seruyan Estate. Luas keseluruhan PT. Indotruba Tengah adalah 7 763 ha, dimana 7 735 telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha, dan 28 ha masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat HGU. Luas lahan tersebut digunakan sebagai areal tanam sekitar 6 605 ha (85.41 %), dan 1 121 ha (14.49 %) digunakan untuk sarana penunjang kebun. Luas dari Sekunyir Estate adalah 3 356 ha, dan Seruyan Estate adalah 3 249 ha.

(28)

16

Keadaan Tanaman dan Produksi

Kelapa sawit yang ditanam pertama kali di Sekunyir Estate pada tahun 1992 sampai tahun 1995. Kemudian pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan penanaman kelapa sawit sisipan. Umur tanaman di perkebunan Sekunyir Estate sebagian besar berkisar antara 15 - 18 tahun, dan peremajaan (replanting) baru dilakukan pada umur 25 - 30 tahun. PT. Indotruba Tengah merupakan kebun pertama di Kalimantan Tengah sehingga menjadi contoh bagi kebun lainnya di daerah ini.

Jenis benih yang ditanam berasal dari Pusat Penelitian Marihat (PPM) dan PT. Socfin Indonesia. Varietas yang ditanam adalah jenis persilangan dari Dura dan Pisifera. Persilangan antara Dura dan Pisifera akan menghasilkan Tenera. Ketebalan cangkang Tenera adalah 1 - 2.5 mm, dengan ketebalan pericarp 3 - 10 mm. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga jumlah tanaman dalam 1 ha adalah 136 tanaman.

Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) di Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir adalah 22.8 ton/ha/tahun. Pada waktu empat tahun yang akan datang diproyeksikan produksi TBS perkebunan Sekunyir Estate sekitar 23 - 25 ton/ha/tahun. Rata-rata produksi TBS Sekunyir Estate dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate

Tahun Rata-rata TBS (ton/ha/tahun) 2003 17.19 2004 20.51 2005 18.28 2006 26.51 2007 23.39 2008 29.85 2009 23.95

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir memiliki rata-rata mutu pengolahan TBS yang terdiri dari OER (oil extraction ratio), KER (kernel extraction ratio), dan FFA (free fat acid). Rata-rata mutu TBS untuk OER menghasilkan 23.87 % , KER 4.62 % dan FFA 3.23 %. Data tersebut menunjukan bahwa kualitas pengolahan TBS yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

(29)

Kualitas yang baik diakibatkan proses dari kebun sampai pabrik berjalan dengan baik. Rata-rata pengolahan TBS yang dihasilkan Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate

Tahun OER KER FFA

……….…………..……… % ……… 2003 24.82 4.65 3.55 2004 24.84 4.76 3.20 2005 24.28 4.49 3.26 2006 23.83 4.81 3.55 2007 23.02 4.53 2.92 2008 22.91 4.47 3.45 2009 23.39 4.66 2.70

Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Keterangan : OER : Oil Extraction Ratio

KER : Kernel Extraction Ratio FFA : Free Fat Acid

Sebagian besar tanaman kelapa sawit di Sekunyir Estate ditanam pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993, 1994, dan 1995 dilakukan penanaman lanjutan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan penanaman sisipin dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Areal perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Tahun Tanam Blok Luas Lahan (ha)

1992 B 637.06 C 606.80 D 561.40 E 614.35 F 271.21 1993 D 58.42 E 75.24 1994 A 280.21 1995 A 253.11 2005 Sisipan 21.80 2007 Sisipan 3.80

(30)

18

Sarana dan Prasarana Kebun

Sarana dan prasana yang terdapat di kebun akan menjadi faktor pendukung operasional kegiatan kebun. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari rumah, bangunan umum, jalan, jembatan, sungai/parit, dan waduk. Fasilitas rumah terdiri dari rumah staff, mess, dan karyawan. Perumahan staff dan mess terletak di emplasment. Perumahan karyawan terletak di sekitar masing-masing kantor divisi. Perumahan karyawan Divisi I dan Divisi II berdekatan, karena kantornya berdekatan. Sedangkan perumahan karyawan Divisi III terpisah dari Divisi yang lainnya, karena kantornya berbeda tempatnya. Rumah karyawan terbuat dari kayu bersifat semi permanen. Sedangkan rumah untuk staff dan mess bersifat permanen. Kantor operasional terdiri dari kantor besar dan kantor divisi.

Sarana olah raga terdiri dari lapangan golf, sepak bola, tenis, bulu tangkis, bola voli, dan tenis meja. Sarana pendidikan terdiri dari gedung TK, SD, dan SMP. Sarana ibadah terdiri dari bangunan mesjid yang berada di setiap divisi dan gereja yang terletak di Divisi III. Listrik di perumahan staff menyala selama 24 jam, sedangkan di perumahan karyawan menyala selama 7 jam. Di Sekunyir Estate terdapat waduk yang berfungsi sebagai sumber air bagi tanaman. Selain itu waduk dijadikan sebagai sarana memancing karyawan. Sarana yang masih kurang adalah air bersih bagi karyawan. Karena karyawan hanya memanfaatkan sumur yang mereka buat di sekitar rumah yang kualitas airnya keruh. Sehingga disarankan untuk membuat sarana air bersih bagi karyawan agar kesehatannya terjaga.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pimpinan tertinggi di Sekunyir Estate adalah manajer kebun yang bertugas mengkoordinir dan membuat kebijakan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten, dua orang asisten divisi, dan satu orang KTU. Senior asisten selain bertugas sebagai kepala divisi, juga bertugas mengkoordinir security, poliklinik, dan traksi. Asisten divisi bertugas untuk mengkoordinir seluruh kegiatan divisi yang dipegangnya. KTU bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan

(31)

kebun. Selain itu KTU juga bertugas untuk mengkoordinir gudang, kantor besar, dan sekolah. Struktur organisasi Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 6.

Sekunyir Estate memiliki tiga divisi yang masing-masing divisi dipimpin oleh seorang asisten. Seorang asisten membawahi kerani divisi, mandor satu, mandor panen, kerani panen, mandor perawatan, dan mandor transport. Untuk mandor pupuk berada di bawah tanggung jawab asisten divisi I, mandor semprot berada dibawah tanggung jawab asisten divisi II, dan mandor pengendalian gulma manual berada di bawah tanggung jawab divisi III. Pemberian tanggung jawab secara khusus kepada asisten tersebut dilakukan agar pengendalian gulma secara kimia, pemupukan, dan pengendalian gulma secara manual mudah dalam pengkoordiniran dan pengawasan. Struktur organisasi tingkat divisi disajikan pada Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.

Seorang mandor satu bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh mandor yang ada di divisinya. Setiap mandor memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan karyawannya. Pada umumnya karyawan memiliki pekerjaan yang tetap setiap harinya. Akan tetapi jika terjadi kendala pekerjaan, maka karyawan dapat ditugaskan untuk melakukan pekerjaan jenis yang lainnya. Kerani divisi bertugas untuk melakukan administrasi di kantor divisi. Setiap harinya kerani divisi melakukan pencatatan jumlah buah yang di panen, pemupukan, penyemprotan, pemakaian tenaga kerja, dan administrasi lainnya.

Karyawan di Sekunyir Estate terdiri dari Syarat Kerja Umum (SKU) dan tenaga Buruh Harian Lepas (BHL). Karyawan SKU terdiri dari SKU bulanan dan SKU harian. Karyawan BHL merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya setiap hari kerja. Jadi pembayarannya dilihat dari jumlah kehadiran dalam kerja. Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapat gaji juga mendapatkan beras bulanan dan berbagai tunjangan.

Karyawan SKU bulanan merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya setiap bulan. Sedangkan karyawan SKU harian merupakan tenaga kerja yang pembayarannya berdasarkan kehadiran kerja. Semua karyawan SKU mendapatkan tunjangan kesehatan, asuransi, dan uang pensiun. Jumlah karyawan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 10.

(32)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum

Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan

dan manajemen kebun dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan Best

Development Practices (BDP) yang ada di kebun tersebut. Best Development Practices merupakan kegiatan kerja terbaik yang diterapkan oleh kebun Sekunyir Estate. Best Development Practices (BDP) terdiri dari kegiatan pemanenan, pemupukan, konservasi tanah dan air, dan perawatan.

Pemanenan

Sistem pemanenan yang digunakan di Sekunyir Estate adalah Block Harvesting System (BHS). Block harvesting system merupakan sistem pemanenan yang terkonsentrasi pada suatu seksi panen berdasarkan interval yang telah ditentukan, dengan dimulai dan diakhiri pada blok yang sama. Tujuan panen adalah memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen.

Jumlah seksi panen di Sekunyir Estate adalah 6 seksi panen. Sedangkan jumlah pusingan panen adalah 7 - 9 pusingan. Kegiatan potong buah yang dilakukan di Sekunyir Estate menggunakan sistem Division Of Labour (DOL) - 2. Sistem DOL - 2 merupakan sistem panen dimana dalam satu kelompok pemanen terdiri dari 2 orang, yaitu pemotong buah (cuter), dan pembrondol (picker).

Taksasi Produksi. Taksasi produksi dilakukan dengan cara mengambil 15 % sampel tanaman sawit yang akan dipanen secara acak untuk mengetahui kerapatan buah. Kerapatan buah dihitung dengan cara membandingkan jumlah buah dengan jumlah pokok sampel yang diambil kemudian dikalikan dengan luas lahan di blok tersebut. Setelah kerapatan buah diketahui, maka tentukan jumlah output yang diharapan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Taksasi produksi sangat penting dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan hasil panen yang didapatkan.

(33)

Potong Buah. Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah matang yang akan dipanen memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang yang jatuh dan penampakan visual berwarna merah tua. Kriteria buah di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan

Jenis Buah Kriteria

Buah mentah (unripe) 0-4 brondol lepas Kurang matang (under ripe) 5-9 brondol lepas Buah matang (ripe) > 10 brondol lepas Terlalu matang (over ripe) > 25% brondol lepas Janjang kosong (empty bunch) Brondol semua lepas Buah sakit Buah tidak normal

Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Minamas Plantation

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemanenan pada tanaman tahun tanam 1992 adalah 10 janjang, sedangkan basisnya adalah 63 janjang. Rendahnya pemanenan tersebut karena tingginya tanaman dan masalah keselematan. Penulis melakukan dua kali panen pada tanaman sisipan, hasil panennya adalah 25 dan 30 janjang sedangkan basisnya adalah 130 janjang. Data basis dan premi panen di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 12.

Kutip Brondolan. Pembrondol mulai masuk hancak setelah buah dikeluarkan oleh pemanen. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi brondolan yang jatuh dari buah. Sehingga tidak terjadi looses akibat brondolan tidak terkutip. Pembrondol mengutip brondolan yang tersangkut di pokok panen, piringan, dan gawangan secara hand picking. Brondolan dikumpulkan ke dalam ember, kemudian dimasukan ke dalam karung yang berada di atas angkong. Brondolan yang sudah ditakar dengan ember ukuran 6 kg diletakan di TPH dengan alas karung goni. Penulis melakukan kutip brondolan sebanyak dua kali, hasilnya 180 kg dan 250 kg, sedangkan basisnya 200 kg.

Transport Buah. Buah dari TPH diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) Sekunyir Estate oleh tenaga pemuat. Jumlah pemuat yang menaikan buah dan brondolan adalah 3 orang dan satu orang sopir. Pemuat mendahulukan

(34)

22

memasukan brondolan ke dalam truk kemudian buahnya. Buah dipindahkan ke truk dengan menggunakan tonjok.

Pemuat tidak boleh meninggalkan janjang di TPH untuk menghindari selisih jumlah janjang yang tertera di bin card. Pemuat juga mengutip brondolan yang tercecer di TPH sampai bersih. Penyusunan buah di truk maksimal 3 sap dari tinggi bak agar buah tersebut dapat diterima oleh PKS. Mandor transport membuat surat pengangkutan buah (SPB) berdasarkan bin card. Penulis melakukan transport buah sebanyak 8 rit, sedangkan basisnya 12 rit.

Sistem Alas Brondolan. Pemuat mengumpulkan alas brondolan sampai TPH dimana TBS terakhir dimuat. Alas brondolan diturunkan kembali di TPH awal dimana TBS berikutnya akan diangkut. Pemuat menurunkan alas brondolan di tempat penyimpanan pada rit terakhir. Kerani panen menghitung dan menyusun alas brondolan setelah pengangkutan TBS selesai. Alas brondolan yang telah disusun rapi disimpan ke lemari penyimpanan untuk digunakan keesokan harinya.

Mantri Buah. Mantri buah bertugas untuk melakukan pengecekan hancak panen dan mutu buah yang telah dipanen di TPH. Dalam proses kerjanya mantri buah mengambil beberapa sampel pokok yang telah dipanen. Cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh mantri buah adalah berjalan 1/2 rintis sampai pasar tengah, kemudian bergeser 4 rintis menuju ke rintis berikutnya. Penulis melakukan pengecekan hancak panen bersama mantri buah di Blok B001.

Quality Assurance (QA). Departemen QA bertugas untuk mengontrol dan mengawasi kualitas dan kuantitas buah di kebun dan pabrik. Anggota tim QA mengambil sampel pokok sawit di kebun dan mengambil sampel TBS dan brondolan di pabrik. Jumlah sampel yang diambil oleh tim QA di lapangan adalah 15 % jumlah pokok setiap blok yang telah dipanen. Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara zigzag. Dimana setelah pengambilan 10 pokok dalam satu baris pindah ke baris lain. Tujuan dari pengambilan sampel di lapangan adalah untuk mengetahui buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip. Buah dan brondolan yang tertinggal akan dilaporkan ke kantor pusat minamas

(35)

Jumlah sampel yang diambil di pabrik adalah 15 % dari total TBS yang dipanen. Dalam satu kali pengambilan sampel adalah 100 janjang TBS dan brondolan yang jatuh bersama TBS yang kemudian dikelompokan menjadi 10 kelompok. Tujuan dari pengambilan sampel TBS dan brondolan adalah untuk mengetahui mutu buah. Penulis membantu melakukan grading buah di pabrik sebanyak 8 truk.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan di Sekunyir Estate terdiri dari pemupukan anorganik dan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk urea, MOP, kieserite, dolomit, HGFB, dan rock phospat. Sedangkan pemupukan organik terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.

Pupuk Anorganik. Pemupukan pupuk anorganik di Sekunyir Estate menggunakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan suatu proses pemupukan yang dilakukan secara simultan, dilakukan dari blok ke blok, dan dari pokok ke pokok dengan pembagian tugas tenaga kerja yang jelas (until, ecer, langsir, dan tabur). Pengaturan dan administrasi pemupukan di Sekunyir Estate dilakukan secara terpusat oleh Divisi I. Data basis dan premi pemupukan ditampilkan pada Lampiran 11.

Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang dinamakan Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri dari 5 orang, dimana 3 orang bertugas sebagai penabur dan 2 orang yang melangsir pupuk. Dalam pemupukan terdapat pembagian kerja yang terdiri dari tenaga until, tenaga ecer, dan tenaga tabur.

Tenaga Until. Tenaga until bertugas untuk menguntil pupuk menjadi bagian yang kecil ke karung lain sesuai dengan dosis pupuk. Berat bersih rata-rata 1 karung pupuk urea, kiesrit, MOP, dan dolomit adalah 50 kg. Tempat proses penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Tempat penguntilan pupuk menggunakan alas dari terpal agar pupuk tidak tercecer. Pupuk yang sudah ada di tempat penguntilan dibuka karungnya kemudian dihancurkan dengan alat podem yang terbuat dari kayu. Pupuk dimasukan ke dalam karung until dengan takaran yang

(36)

24

telah dibuat sesuai dosis pupuk. Penulis melakukan penguntilan pupuk MOP sebanyak dua kali dengan hasil 805 kg dan 800 kg, sedangkan basisnya adalah 1 500 kg.

Tenaga Ecer. Tenaga ecer bertugas untuk membawa pupuk dari tempat penguntilan/gudang pupuk ke lapangan. Pengecer meletakan pupuk di TPP primer yang merupakan TPH bagi pemanen. Jumlah untilan di TPP primer disesuaikan dengan dosis yang digunakan. Jalur yang digunakan untuk mengecer pupuk adalah jalur jalan collection road. Pengeceran pupuk dilakukan pada waktu pagi hari, agar pupuk siap dilangsir dan ditabur ketika tim tabur tiba di kebun. Penulis membantu melakukan pengeceran pupuk HGFB sebelum penulis melakukan penaburan pupuk HGFB sebanyak 1 500 kg, sedangkan basisnya 4 500 kg.

Tenaga Tabur. Tim penabur terdiri dari dua bagian, yaitu penabur dan pelangsir. Tim langsir bertugas untuk melangsirkan pupuk dari TPP primer ke TPP sekunder menggunakan angkong. Tim langsir dalam setengah rintis menyebar 3 until pupuk, diletakan di tanaman pertama sebanyak 1 until pupuk, dan 2 pupuk lainnya di tanaman nomor 12.

Tim tabur mengambil untilan pupuk di tanaman pertama yang akan ditabur sampai tanaman 11. Kemudian untilan pupuk pada tanaman 12 ditabur sampai tanaman 17 di pasar tengah. Dari pasar tengah penabur memutar ke baris kedua dalam satu rintis sampai tanaman 13. Untilan pupuk dari tanaman 12 ditabur sampai baris pertama. Tim tabur menaburkan pupuk ke rumpukan pelepah di piringan. Penaburan pupuk dilakukan di atas pelepah karena pada pelepah tersebut terdapat akar aktif yang mampu untuk menyerap pupuk. Penaburan pupuk dilakukan menggunakan takaran dengan volume 0.42 - 0.5 kg.

Penulis melakukan pelangsiran pupuk HGFB sebanyak 3 000 kg sedangkan basisnya adalah 4 500 kg. Penulis juga melakukan pemupukan pupuk HGFB sebanyak dua kali dengan hasil 5 ha dan 5.5 ha, sedangkan basisnya adalah 8 ha. Penulis juga melakukan pengawasan pemupukan rock phospat.

Dosis dan rotasi pemupukan yang digunakan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan kandungan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Dosis dan rotasi pemupukan anorganik di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 6.

(37)

Tabel 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan

Aplikasi

Jenis Pupuk

Urea Rock Phospat MOP/KCL Kieserite Dolomit HGFB

...…..………... kg/pohon .………

1 1.14 0.28 1.38 - 0.92 0.1

2 0.99 0.01 1.24 - - -

Total 2.13 0.29 2.62 - 0.92 0.1

Sumber : Buku Target Pemupukan 2009/2010 Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Pupuk Organik. Pupuk organik yang diaplikasikan berasal dari sisa pengolahan kelapa sawit di pabrik yang diaplikasikan ke lapangan. Aplikasi pupuk organik di Sekunyir Estate terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.

Aplikasi Janjang Kosong. Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar. Rotasi dari aplikasi janjang kosong dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Dosis dari aplikasi janjang kosong adalah 25 ton/ha/tahun. Dosis janjang kosong yang diaplikasikan adalah 180 kg/titik pada setiap tanaman, jika menggunkan angkong rata-rata sebanyak 2 angkong. Janjang kosong yang akan diaplikasikan di lapangan diletakkan dekat collection road oleh mobil yang mengangkut janjang kosong ke kebun.

Penulis membantu aplikasi janjang kosong di Blok A005 selama 7 jam, aplikasi janjang kosong menggunakan sistem borong. Basis dari aplikasi janjang kosong adalah 30 titik.

Aplikasi Solid. Solid di pabrik kelapa sawit berasal dari sludge yang dihasilkan dari stasiun pemurnian yang telah diolah oleh mesin decanter. Solid berfungsi untuk menambah bahan organik dalam tanah. Rotasi yang dilakukan dalam aplikasi solid adalah sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Solid diaplikasikan di lapangan dengan dosis satu titik adalah 200 kg/pohon/tahun atau sekitar 2 angkong. Sedangkan dosis setiap hektar dari aplikasi solid adalah 25 ton/ha/tahun. Solid yang diaplikasikan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, dan

(38)

26

mengembalikan unsur hara. Prestasi kerja penulis adalah 9 titik, sedangkan basis dalam aplikasi solid adalah sebanyak 10 titik.

Efluent. Efluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge. Efluent di pabrik berasal dari air condensat rebusan dan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Efluent dari kolam pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6 inci, pipa yang masuk ke blok 4 inci, dan pipa ke flat bad 2 inci. Di dalam blok yang diaplikasikan efluent terdapat flat bad yang berukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m, dan kedalaman 0.5 m.

Dalam 1 ha terdapat 150 - 160 flat bad, dimana satu flat bad berkapasitas 3 ton. Efluent diaplikasikan di lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah rotasi dari aplikasi efluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua blok diaplikasi dengan efluent, akan tetapi hanya beberapa blok percobaan. Blok-blok yang diaplikasi dengan efluent adalah blok E5, E6, E7, D5, D9, D10. Penulis melakukan pengaturan aliran efluent ke flat bad dan membersihkan sampah di flat bad.

Leaf Sample Unit (LSU). Pengambilan sampel daun dilakukan untuk menentukan dosis rekomendasi pupuk. Data hasil analisis rekomendasi daun akan digunakan untuk penentuan anggaran pengadaan pupuk tahun yang akan datang. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah kantong plastik dan keresek, peralatan cat, parang, gunting, egrek, buku catatan, dan meteran. Cara pengambilan sampel adalah dengan sistem 18 x 13 jika luas lahannya lebih dari 60 ha, dan sistem 12 x 13 jika luas lahannya kurang dari 60 ha.

Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah nomor 9. Dalam menentukan pelepah nomor 17 terlebih dahulu menentukan daun nomor 1 kemudian daun nomor 9. Cara pengambilan pelepah nomor 17 adalah dengan cara dipotong di bawah pangkal lidi menggunakan egrek. Data yang diambil adalah tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, lebar pelepah, dan pengambilan 6 buah daun. Anakan daun yang diambil adalah 3 buah dari kiri dan 3 buah dari kanan. Helai anakan daun yang diambil adalah anakan daun yang

(39)

berhadapan. Penulis melakukan pengambilan sampel daun sebanyak dua kali di Blok A008 dan Blok B001 dengan luas lahan 87 ha dan 69.10 ha.

Perawatan

Kegiatan perawatan dilakukan untuk menajaga kualitas dan kuantitas hasil panen. Kegiatan perawatan terdiri dari kegiatan garuk piringan dan manajemen kanopi.

Garuk Piringan. Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan piringan dari sampah yang ada di piringan. Sampah yang ada di piringan berupa pangkal pelepah, bunga jantan, dan daun pelepah. Pangkal pelepah yang menempel pada batang akan lepas karena telah melapuk. Hal tersebut diakibatkan oleh usia tanaman kelapa sawit yang sebagian besar berusia diatas 15 tahun. Bahkan untuk tanaman yang telah berusia 18 tahun ada beberapa tanaman yang pangkal pelepahnya telah terlepas semua. Penulis melakukan garuk piringan sebanyak dua kali dengan hasil 1.5 ha dan 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 2 ha.

Manajemen Kanopi. Manajemen kanopi dilakukan agar tanaman dapat berproduksi optimal dan buah dapat dievakuasi, dimana jumlah pelepah disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk tahun tanam 1992 - 1993 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 48 - 56 pelepah, menggunakan songgo 1 - 2. Untuk tahun tanam 1994 - 1995 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56 - 64, menggunakan songgo 2 - 3. Akan tetapi untuk tahun tanam 2005 dan 2007 jumlah pelepah yang dipertahankan 64 pelepah, menggunakan songgo 3.

Program kegiatan penunasan pelepah ada 2 macam kegiatan yaitu tunas progresif dan tunas reguler. Tunas progresif dilakukan 3 kali dalam satu tahun, dimana pembayaran tunas progresif dilakukan 3 kali. Tunas progresif dilakukan sendiri oleh pemanen, ketika kegiatan panen dilaksanakan atau di luar jam kerja. Sedangkan kegiatan tunas reguler dilakukan 9 bulan sekali dalam satu tahun. Penulis mengikuti kegiatan tunas progresif selama 7 jam ketika kegiatan panen dilaksanakan.

(40)

28

Konservasi Tanah dan Air

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate sebagian besar jenis tanahnya merupakan tanah mineral/pasir sehingga mudah mengalami erosi. Oleh karena itu maka harus dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan konservasi tanah dan air dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas tanah dan air. Konservasi tanah dilakukan agar tanah tidak mudah terkikis akibat erosi. Jika tanah mengalami erosi, maka unsur hara yang terkandung dalam tanah akan ikut terkikis juga.

Rumpuk Pelepah. Sistem perumpukan pelepah yang dilakukan di Sekunyir Estate adalah u-shaped front stacking. Perumpukan pelepah pada areal datar-bergelombang disusun secara horizontal dan vertikal sepanjang gawangan mati membentuk susunan ’u-shape’. Sedangkan pada areal bergelombang-berbukit penyusunan tegak lurus membentuk susunan ’u-shape’ memotong arah lereng. Dengan tujuan untuk menurunkan tingkat aliran air permukaan dan kehilangan pupuk ketika hujan. Jarak antara rumpukan pelepah dengan pokok tanaman adalah 2 m. Jarak rumpukan tersebut sebagai penanda jari-jari piringan pada pokok tanaman. Penulis melakukan kegiatan rumpuk pelepah sebanyak 3 kali dengan hasil 0.5 ha, 0.5 ha, dan 0.75 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.

Perawatan Jalan. Jalan di perkebunan kelapa sawit merupakan sarana terpenting yang harus terjaga. Jalan merupakan sarana transportasi untuk mengangkut buah dari kebun ke pabrik. Jalan yang rusak akan mengakibatkan terlambatnya pengiriman buah ke pabrik. Pengiriman buah yang terlambat ke pabrik akan mengakibatkan menurunnya kualitas dari buah. Sehingga akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Perawatan jalan yang dilakukan terdiri dari penambalan jalan dan pembuangan air dari jalan. Penulis melakukan perawatan jalan dengan cara membuat aliran air dari jalan yang tergenang ke parit. Dalam pekerjaan ini hari kerjanya berdasarkan jam kerja.

Pengembangan Nephrolepis biserata. Nephrolepis biserata ditanam untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepis biserata di Sekunyir Estate ditekankan untuk memperkuat struktur tanah sehingga dapat

Gambar

Tabel  1.    Sebaran  Pengambilan  Sampel  Gulma  di  Perkebunan  Kelapa  Sawit  Sekunyir Estate
Gambar 1.  Peta  Blok Pengambilan Sampel Gulma  di  Perkebunan  Kelapa Sawit  Sekunyir Estate
Tabel 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate
Tabel 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perkebunan besar kelapa sawit tanaman menghasilkan, perusahaan biasanya menggunakan herbisida untuk pengendalian gulma, tetapi dirasa perlu untuk melalukan

Ekstrak Gulma Kirinyuh ( Chromolaena odorata ) sebagai Bioherbisida Pra Tumbuh untuk Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas herbisida berbahan aktif glyphosat terhadap pengendalian gulma Alang-alang (Imperata cylindrica L.), Percoban ini

Tujuan penelitian adalah sebagai untuk mengetahui efektivitas herbisida metil metsulfuron terhadap pengendalian pertumbuhan gulma total dan gulma dominan pada piringan

Pertama-tama yang di lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk kegiatan pengendalian gulma. Pengendalian gulma di tanaman menghasilkan menggunakan cara kimia

1) Kegiatan yang dilakukanselama PKL adalah pemeliharaan TM: pengendalian gulma secara kimia, perawatan gawangan, perawatan jalan, penunasan, pemupukan, analisa daun, dan panen serta

Pengendalian secara khemis dengan herbisida dinilai paling praktis, efektif dan ekonomis untuk mengurangi permasalahan gulma, kehilangan hasil dan menekan biaya produksi

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit menggunakan herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 2,25-5,25