BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil perusahaan, proses produksi, serta data claim tire Original Equipment Manufacturing selama tahun 2007.
4.1 Profil Perusahaan
PT. Gajah Tunggal, Tbk. didirikan pada tanggal 24 Agustus 1951 diatas tanah seluas 13.000 m2 yang terletak di Jalan Bandengan Utara No. 73 – 75, Jakarta Utara. PT. Gajah Tunggal, Tbk. memulai usahanya dalam bidang industri ban sepeda dan becak.
Pada tahun 1972, PT. Gajah Tunggal, Tbk. berhasil menjalin kerja sama teknik dengan Inoue Rubber Co. Ltd. Jepang untuk memproduksi ban sepeda motor IRC. Karena lokasi pabrik sudah tidak memungkinkan untuk peningkatan kapasitas produksi, maka lokasi pabrik dipindahkan ke Desa Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kabupaten Tangerang, Banten dengan luas areal 55 Ha. Dan pada tahun 1978, PT. Gajah Tunggal, Tbk. mulai melakukan perluasan teknologi seiring pesatnya perkembangan dunia otomotif yaitu dengan mulai memproduksi ban mobil.
Pada tahun 1980, PT. Gajah Tunggal, Tbk. kembali menjalin kerja sama teknik dengan Yokohama Rubber Co.Ltd. Japan untuk memproduksi ban mobil. Karena kebutuhan pasar semakin meningkat, pada tahun 1993 PT. Gajah Tunggal, Tbk. mendirikan pabrik yang khusus memproduksi ban radial untuk ban passenger (Penumpang) dan LT (Light Truck) yang kemudian dikenal dengan Plant D Radial.
Berikut ini gambaran sejarah perusahaan dari tahun 1951 hingga 2004 :
Tahun Penjelasan
1951 Perusahaan mulai berdiri di Jakarta dengan memproduksi ban dalam dan ban luar sepeda.
1972 Menjalin kerja sama teknik dengan Inoue Rubber Company Ltd. Japan untuk memproduksi ban sepeda motor dan scooter.
1978 Perusahaan pindah ke Tangerang dan mulai memproduksi ban mobil.
1980 Menjalin kerja sama teknik dengan Yokohama Rubber Company Ltd. Japan untuk memproduksi ban mobil selama 15 tahun (1980 – 1995) dalam wujud Technical Assistance Agreement (TAA).
1981 Mulai memproduksi ban bias untuk mobil penumpang dan komersial.
1989 Mulai memproduksi ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.
1991 Mengakuisisi PT. GT. Petrochem Industries, Tbk. Produsen kain ban dan benang kain ban nylon (PT. Andayani Megah).
1992 Perusahaan mulai memproduksi ban OTR.
Depository Receipts (SDR) perusahaan tercatat di Bursa Efek Singapura.
1993 Mulai membangun Plant D yang dikhususkan memproduksi ban radial.
1995 Perusahaan mengakuisisi PT. Langgeng Baja Pratama (Produsen Bead Wire).
1996 Perusahaan mengakuisisi PT. Meshindo Alloy Wheel Coorporation (Produsen Velg aluminium terbesar kedua di Indonesia).
1997 Mulai kerja sama dengan Pirelli North America (Off Take) memproduksi ban radial untuk ban mobil penumpang untuk pasaran Kanada dan Amerika serikat.
1998 Mengadakan kerja sama lain dengan Pirelli Tire Europe S.A. (Off Take) untuk memproduksi ban radial untuk pasaran Eropa.
Perusahaan mulai mengembangkan produksi massal Tire series VR rating 50/55.
1999 Perusahaan terus mengembangkan produksi massal ban salju (merupakan perusahaan ban lokal satu – satunya di Indonesia). Produk ban salju yang pertama kali dihasilkan adalah ban PCR Champiro WT.
2000 Mulai penelitian ban TBR.
2001 Perusahaan mulai memproduksi ban dengan performa tinggi dengan aspek rasio rendah, contohnya Champiro series 40 / 45 / 50 / 55.
2002 Melanjutkan penelitian untuk memproduksi ban dengan teknologi Kevlar dan ban Assymetrik.
2003 Mengadakan penelitian pembuatan ban menggunakan New Silica Compound.
2004 Mengadakan perjanjian kerja sama (Off Take) dengan perusahaan Michelin North America.
2004 Mengembangkan pembuatan ban HPT rim 20 inch dengan aspek rasio 35.
2004 Mengakuisisi pabrik kain ban (PT. GT. Petrochem Industries menjadi PT. Gajah Tunggal Tire Cord Division) dan PT. Sentra Sintetika Jaya.
4.1.1 Klasifikasi Produk PT. Gajah Tunggal, Tbk.
Berikut ini produk yang dihasilkan PT. Gajah Tunggal, Tbk. :
Plant A Automobile Bias Tire (OTR, TB, LT, ULT, ID, AG, PC). Plant B Motorcycle Tube – Tire (MC, SC) dan Flap.
Plant C Automobile Tube (OTR, TB, LT, ULT, ID, AG, PC) dan Bladder.
Plant D Automobile Radial Tire (LT, PCR, 4 x 4, HPT).
Plant E Reclaimed Rubber dan Crumb Rubber (Natural, Butyl).
4.1.2 Pemasaran Hasil Produksi ( Market )
Pemasaran produk PT. Gajah Tunggal, Tbk. diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pasar Lokal (Replacement).
2. Assembling (Original Equipment of Manufacturing / OEM). 3. Eksport (Amerika, Eropa, Asia, Australia, Timur Tengah dan
Afrika).
4.1.3 Plants, Fasilitas dan Lokasi PT. Gajah Tunggal, Tbk.
Plants Land ( m2 ) Buildings ( m2 )
Plant A 246539 121783
Plant C 13273 7410 Plant D 331747 244402 Plant E 16383 4770 Other Facilities 346676 195084 Total 1201357 671177
Gambar 4.1 Plane View PT. Gajah Tunggal, Tbk.
Lokasi Pabrik : Jl. Gatot Subroto Km.7 Komplek Industri Gajah Tunggal Pasir Jaya, Tangerang 15135, Banten, Indonesia.
Kantor Pusat : Wisma Hayam Wuruk 10th Floor
Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta – 10120, Indonesia. 4.2 Penjelasan Process Produksi
4.2.1 Banbury / Mixing
Proses ini merupakan proses awal produksi pembuatan Tire dan Tube di PT.Gajah Tunggal,Tbk. Proses Banbury / Mixing adalah suatu proses pengolahan raw material ( material dasar ) yang terdiri dari Karet / Rubber (Natural atau Synthetic Rubber ), Oli, Carbon Black dan Powder ( Chemical ) dalam kondisi tertentu menggunakan mesin Mixer untuk menghasilkan produk berupa Compound.
1. Mastikasi Rubber ( MR )
Proses ini adalah proses untuk mengurangi tingkat viskositas pada Rubber. Umumnya Rubber RSS melalui step proses ini karena tingkat viscositasnya yang sangat tinggi.
2. Proses pengolahan raw material menjadi compound BO ( Belum Obat )
Proses ini dikenal dengan proses Non Produktif Compound ( Non Pro Compound ). Dalam proses ini, raw material yang diolah adalah Rubber, Oli, Carbon Black dan Chemical untuk BO.
3. Proses pengolahan compound BO menjadi compound SO (Sudah Obat)
Proses ini dikenal dengan proses Produktif Compound (Pro Compound). Pada proses ini compound BO akan dicampur dengan bahan Chemical (Accelerator, Vuilcanizing Agent, dan lain – lain). Produk yang dihasilkan kemudian diberi identitas untuk selanjutnya dapat digunakan pada proses produksi selanjutnya.
Setelah melalui pengujian, compound yang dinyatakan OK baru dapat digunakan sebagai In – Process Material pada tahap proses produksi selanjutnya. Proses – proses produksi tersebut diantaranya :
1. Proses Topping Calender 2. Proses Bead Grommet 3. Proses Extruding
Compound yang digunakan pada proses produksi MC Tire, Tube dan Flap di Plant B berasal dari proses Banburry / Mixing Plant lainnya (Plant A, C, D dan E). Hal ini dikarenakan Plant B belum memiliki mesin Mixer untuk proses pembuatan compound.
Compound yang digunakan untuk proses produksi MC Tube di Plant B menggunakan jenis compound Natural dan Butyl, sedangkan untuk proses produksi Tire dan Flap, Plant B menggunakan compound jenis Natural Rubber seperti halnya proses produksi AM Tire di Plant A, Radial Tire di Plant D dan
Bladder di Plant C. Berbeda dengan proses pembuatan AM Tube di Plant C yang seluruhnya menggunakan compound jenis Butyl.
4.2.2 Extruding
Proses yang terjadi pada tahap ini adalah proses extrude, yaitu suatu proses pembentukan compound menggunakan cetakan (dies) yang profilnya disesuaikan dengan size dari Tire atau Tube yeng hendak diproduksi untuk menghasilkan produk berupa Tread, Green Stick (Tube, Bladder dan Flap) dan Side Wall.
Dalam proses extruding ini dikenal adanya proses Tread Extruding dan Tube Extruding. Untuk proses pembuatan tread, green stick Flap dan Bladder, dies yang digunakan berbeda dengan proses pembentukan Green Stick Tube. Dies untuk Tube memiliki spindle pada bagian tengahnya. Spindle ini berfungsi untuk menyemprotkan bubuk talc dibagian tengah Tube agar Green Stick Tube tidak saling menempel.
4.2.3 Bead Grommet
Bead grommet merupakan proses pelapisan bead wire dengan compound yang kemudian dibentuk menjadi lingkaran (Bead Forming) dan dilanjutkan dengan proses Bead Finishing sehingga menghasilkan produk berupa Bead Finished (Bead).
Ukuran bead (BIC, T x S) diatur menggunakan setting Former yang sesuai dengan ukuran bead yang akan dibuat. Untuk kontrol terhadap appearance bead, dapat menggunakan Limit Sample sebagai acuannya.
4.2.4 Topping Calender
Proses Topping Calender merupakan proses pelapisan kain nylon / polyester dengan compound yang akan menghasilkan produk (In Process Material) berupa Treatment dengan lebar dan tebal compound tertentu sesuai dengan spesifikasi Tire yang akan dibuat. Material yang digunakan pada proses Topping Calender antara lain:
a. Nylon Cord / Polyester
Nylon merupakan komponen inti dalam proses treatment. Biasanya nylon yang digunakan adalah nylon 6 dan nylon 66
b. Final Batch Compound
Digunakan untuk melapisi lapisan Nylon, dimana ketebalannya diatur dengan mengatur GAP Roll Calender sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
c. Kain Liner
Digunakan untuk melindungi treatment yang telah diproduksi agar antara lapisan treatment tidak saling menempel.
Terdapat beberapa item yang harus diperhatikan dalam proses Calendering, antara lain : ketebalan treatment, jumlah nylon cord tiap 5 cm (jumlah Ends/5 Cm ), jenis compound yang digunakan dan sebagainya.
4.2.5 Bias Cutting
Bias cutting merupakan proses pemotongan treatment hasil produksi proses Calendering menjadi lembaran-lembaran yang disebut ply. Besar sudut potong dan lebar ply disesuaikan dengan spesifikasi masing – masing produk yang akan dihasilkan. Kemudian hasil pemotongan treatment (ply) digulung dalam bentuk rol dengan lapisan kain liner diantara ply untuk mencegah menempelnya masing – masing ply.
Dalam proses produksi Radial Tire di Plant D, proses ini dikenal dengan proses Steel Cutting, yaitu suatu proses pemotongan treatment dengan sudut 24º atau 27º dan lebar sesuai dengan spesifikasi masing-masing ukuran ban yang disebut Steel Belt dan disambung serta digulung dalam bentuk rol.
4.2.6 Building
Proses Building merupakan proses penyusunan (assembling) material – material pembentuk Tire, seperti ply, tread dan bead menggunakan mesin Building untuk menghasilkan produk berupa Green Tire.
4.2.7 Curing
Proses Curing yaitu proses vulkanisasi atau pemasakan Green Tire hasil proses Building dengan suhu, tekanan steam dan waktu tertentu untuk menghasilkan produk berupa Tire ( Ban Jadi ).
Sebelum memasuki tahap proses Curing, Green Tire harus melalui tahapan proses awal berikut :
1. Green Tire Inside Painting ( GIP ), yaitu penyemprotan cairan
Silicon pada bagian dalam Green Tire untuk mencegah melekatnya Green Tire dengan Bladder saat proses Curing.
2. Green Tire Outside Painting ( GOP ), yaitu penyemprotan lapisan
luar Green Tire dengan cairan PCP agar Green Tire tidak menempel pada mould saat berlangsung proses Curing.
3. Venting, yaitu penusukan Green Tire untuk mencegah terjadinya
udara terjebak pada Tire ( Blown Tread / Ply ).
Proses Curing terdiri dari beberapa step ( tahapan ) proses, seperti High Pressure steam, Low Pressure Steam, Drain dan Vacuum, tergantung dari masing – masing spesifikasi proses. Setiap step dalam proses Curing memiliki kriteria tertentu yang harus dipenuhi, seperti waktu masing – masing step, tekanan steam, dan tekanan udara dan sebagainya.
Pada proses produksi MC Tire di Plant B, sebelum masuk kepada proses Curing, Green Tube harus terlebih dahulu melalui proses Shaping (pemberian angin untuk membentuk tube) mencapai 80 % dari maksimum udara yang harus diberikan.
Mesin Curing di Plant B menggunakan metode Platten, dimana proses Curing berlangsung dengan pemanasan plat menggunakan panas steam. Kemudian plat akan memanaskan mold (cetakan). Suhu platten bisa mencapai 164 º C, sedangkan suhu / temperatur mold bisa mencapai 162 º C dengan tekanan steam 7,5 kg/cm2 dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali proses Curing mencapai 10 s/d 15 menit. Sedangkan proses curing TUB di Plant C menggunakan sistem Auto Clave.
Untuk setting awal proses curing, perlu dilakukan pemanasan awal
terhadap Bladder hingga Bladder mencapai suhu 120 º C (10 s/d 15 menit) dengan life time dari Bladder mencapai 700 kali proses Curing.
Setelah proses Curing selesai, Tire harus mengalami proses PCI (Past Cure Inflation), yaitu proses pembentukan Tire untuk menghindari deformasi pada Tire (bentuk tire mekar). Waktu yang dibutuhkan untuk proses PCI sama dengan waktu proses Curing.
4.2.8 Final Inspection ( FI )
Final Inspection merupakan proses pengecekan terakhir (finishing) sebelum Finished Product dikirim ke Gudang (Storage)
Proses inspeksi yang dilakukan tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Berikut ini item – item pemeriksaan yang harus dilakukan pada produk ban (tire) :
1. Trimming, yaitu pencukuran rambut pada tire (untuk proses produksi Plant A dan D).
2. Checking, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada tire secara visual untuk mengetahui defect – defect yang ada pada tire (Plant A, B dan D).
3. Static Balance, yaitu pemeriksaan titik teringan pada Tire pada saat posisi diam (static) yang nantinya akan menjadi acuan tempat pemasangan valve.
4. Dynamic Balance, yaitu pemeriksaan titik keseimbangan Tire saat Tire dalam kondisi bergerak (Plant A dan D).
5. Uniformity Test, yaitu untuk mengetahui keseragaman struktur lapisan-lapisan penyusun ban (Plant A dan D).
6. Wobling, yaitu penentuan titik berat pada tire (khusus MC Tire / Plant-B)
Proses checking pada tube meliputi pemeriksaan Appearance, dimensi maupun assembling ring, inside core dan baut pada tube. Selain item pemeriksaan tersebut, untuk MC Tube (Plant B) dilakukan pula pengujian kebocoran pada tube. Metode pengujian ini dikenal dengan Water Leaky Tester.
Khusus pada produk OEM pada MC Tube (Plant B) dilakukan inflate 130% terhadap tube. Kemudian tube akan dikarantina selama 2 jam untuk kemudian dilakukan pengecekan dimensi dengan tujuan unutk menghindari produk yang over dalam hal dimensi.
Sebagai tahap akhir pemeriksaan, Finished Product akan ditentukan statusnya oleh Departemen Quality Control (QC), apakah termasuk dalam produk OE (untuk OEM product), OK, Repair atau Scrap. Baru kemudian Finished Product yang OK dan OE dikirim ke Gudang (Storage).
4.2.9 Storage
Setelah Finished Product melalui proses inspeksi / pengecekan oleh inspector dari Departement QC dan telah dinyatakan OK, maka selanjutnya
Finished Product (Tire, Tube, Flap dan Bladder) akan disimpan di areal gudang dengan metode, packing dan aturan penyimpanan yang telah ditentukan.
Sistem FIFO (First In First Out) harus diperhatikan dalam proses penyimpanan Finished Product di gudang. Hal ini bertujuan agar distribusi Finished Product teratur dan untuk menghindari adanya overage pada Finished Product. Dalam proses penyimpanan juga harus diperhatikan bahwa Finished Product harus terhindar dari sinar matahari secara langsung, air dan sumber – sumber panas untuk tetap menjaga kualitas produk.
4.2.10 Warm Up Open Mill
Warm Up Open Mill adalah mesin yang digunakan untuk menggiling (milling) dan sebagai tahap pemanasan awal compound hasil proses Banbury / Mixing dengan tujuan untuk memperoleh compound yang benar – benar homogen.
4.2.11 Feeding Open Mill
Feeding Open Mill adalah mesin untuk menggiling compound (merupakan proses penggilingan tahap lanjut) dari Warm Up Open Mill dengan tujuan untuk menghasilkan compound yang benar – benar homogen dan memberi supply (transfer) compound ke proses selanjutnya, yaitu proses Extruding.
Salah satu hal yang harus menjadi perhatian pada proses ini adalah tidak terjadinya sortage (pemutusan supply) compound ke mesin Extruder. Karena akan berakibat pada berkurangnya volume produk yang akan dihasilkan pada proses Extruding.
4.2.12 Straining
Straining merupakan proses penyaringan compound menggunakan kawat mesh untuk menghasilkan compound yang benar – benar bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari hasil Finish Product dengan tingkat kebocoran udara (air leakage) yang tinggi.
4.2.13 Splicing
Splicing merupakan proses penyambungan Green Stick Tube untuk menghasilkan produk berupa Green Tube. Mesin yang digunakan pada proses ini adalah mesin dengan Rubber Holder maupun Metal Holder. Green stick tube dipotong kemudian dipress menggunakan holder pada mesin splicing. Proses penyambungan Green Stick Tube pada proses Splicing ini sangatlah rentan dengan defect berupa Open Splice dan Crack sehingga diperlukan perhatian khusus untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
4.2.14 Cementing Valve
Proses Cementing Valve merupakan proses pelapisan bagian dasar valve menggunakan Cement hasil produksi Cement House yang dilanjutkan dengan proses pengeringan. Hasil cementing valve dikirim ke bagian Extruding untuk selanjutnya dilakukan proses pemasangan (assembling) pada green stick tube.
4.2.15 Cement House
Cement house di PT. Gajah Tunggal, Tbk. memproduksi produk berupa cement sebagai material bantu (Auxiliary Material) proses produksi Plant A, B, C dan D. Penggunaan cement dalam proses produksi sangatlah penting. Hal ini dapat dilihat dari fungsi dan kegunaan dari berbagai jenis cement yang diproduksi oleh Cement House, antara lain :
1. CM – 12 berfungsi sebagai Cement Bead Joint MC Tire dan Wrapping Tape.
2. CM – 01 berfungsi sebagai Cement Under Tread dan Splice Tread AM Tire.
3. CM – 02 berfungsi sebagai Cement Marking Tread (White). 4. CM – 06 berfungsi sebagai Cement Marking Tread (Yellow).
5. CM – 25 BL berfungsi sebagai Cement Marking Squeegee (Blue).
6. CM – 08 berfungsi sebagai Cement Valve (Plant C).
7. CM – 15 berfungsi sebagai Cement MC Tube Valve (Plant B). 8. CM – 10 berfungsi sebagai Cement Tube Brand.
9. CM – 18 berfungsi sebagai Tube Marking Paint (Blue). 10. CM – 05 berfungsi sebagai Cement Pre Cure Paint. 11. CM – 16 berfungsi sebagai Cement Repaired Tire.
4.3 Data Claim Tire Original Equipment Manufacturing
Berikut adalah data claim tire Original Equipment Manufacturing selama tahun 2007. Penjelasan tabelnya adalah sebagai berikut :
NO JENIS KERUSAKAN ITEM JUMLAH KERUSAKAN / BULAN KODE Total
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 OPEN BASE VA MC TUBE 113 79 78 33 74 53 44 54 28 27 35 24 OV 642 2 TREAD SEPARA MC TIRE 32 17 27 106 80 18 31 95 15 18 19 14 TS 472 3 OPEN SPLICE MC TUBE 52 35 59 34 32 31 41 47 9 8 8 24 OS 380 4 BBA BIAS 73 32 30 110 22 BA 267 5 BLOWN SIDEWA MC TIRE 3 5 3 22 1 2 3 73 1 1 3 2 BS 119
6 SIDE BARE BIAS 10 20 13 9 3 3 4 4 5 SB1 95
7 SIDE BARE MC TIRE 2 30 SB2 83
8 FOREIGN MATE MC TUBE 4 18 32 17 24 FM 76 9 BROKEN VALVE A AM TUBE 1 BV1 71
10 BROKEN VALVE A MC TUBE 8 2 14 9 8 7 3 9 7 6 9 1 BV2 57
11 CRACK JOINT MC TUBE 16 1 2 3 5 6 13 9 7 7 7 CJ 49 12 LATERAL CREA MC TIRE 7 1 4 LC1 32
13 LATERAL CREA MC TUBE 16 30 5 2 1 2 1 LC2 26
14 PULL OUT VAL MC TUBE 1 5 13 14 11 2 1 2 PV 23 15 INFERIOR VAL AM TUBE 1 1 IV1 19
16 INFERIOR VAL MC TUBE 10 7 3 6 IV2 19
17 KINKED BEAD MC TIRE 1 2 8 6 4 1 1 KB 14 18 UNDER CURED MC TIRE 1 6 1 1 UC1 14
19 UNDER CURED MC TUBE 7 2 1 1 1 UC2 12
20 TREAD OPEN S BIAS 1 TO1 12 21 TREAD OPEN S MC TIRE 3 6 2 3 5 TO2 12
22 FAULTY KNIFE BIAS 1 2 1 FK1 11
23 FAULTY KNIFE MC TIRE 2 9 FK2 11 24 PLY OPEN SPL MC TIRE 7 3 1 1 2 PO 9
25 FLOW CRACKIN MC TIRE 1 6 3 1 1 FC 9
26 LIGHT GAUGE AM TUBE 1 1 LG1 7 27 LIGHT GAUGE MC TUBE 1 1 3 3 1 LG2 6
Tabel 4.1 Pencapaian Deffect Tire Claim OEM Tahun 2007
Berdasarkan data pencapaian deffect tire claim OEM tahun 2007, dapat kita buat diagram pareto sebagai berikut :
Tabel 4.2 Pencapaian Deffect Tire Claim OEM Tahun 2007
NO JENIS KERUSAKAN ITEM Qty Percentage Accumulasi
1 OPEN BASE VA MC TUBE 642 24.95%
24.95%
2 TREAD SEPARA MC TIRE 472 18.34% 43.30%
3 OPEN SPLICE MC TUBE 380 14.77%
58.06%
4 BBA BIAS 267 10.38% 68.44%
5 BLOWN SIDEWA MC TIRE 119 4.62% 73.07%
6 SIDE BARE BIAS 95 3.69% 76.76%
7 SIDE BARE MC TIRE 83 3.23% 79.98%
8 FOREIGN MATE MC TUBE 76 2.95% 82.94% 9 BROKEN VALVE A AM TUBE 71 2.76% 85.70%
10 BROKEN VALVE A MC TUBE 57 2.22% 87.91%
11 CRACK JOINT MC TUBE 49 1.90%
89.82% 12 LATERAL CREA MC TIRE 32 1.24% 91.06%
13 LATERAL CREA MC TUBE 26 1.01% 92.07%
14 PULL OUT VAL MC TUBE 23 0.89%
92.97% 15 INFERIOR VAL AM TUBE 19 0.74% 93.70%
16 INFERIOR VAL MC TUBE 19 0.74% 94.44%
17 KINKED BEAD MC TIRE 14 0.54%
94.99% 18 UNDER CURED MC TIRE 14 0.54% 95.53%
19 UNDER CURED MC TUBE 12 0.47% 96.00%
20 TREAD OPEN S BIAS 12 0.47% 96.46% 21 TREAD OPEN S MC TIRE 12 0.47% 96.93%
22 FAULTY KNIFE BIAS 11 0.43% 97.36%
28 NO PCI MC TIRE 2 1 8 NP 4
29 INNER PASTE MC TIRE 1 6 IP 4 30 OPEN MOLD AM TUBE 1 3 1 2 2 1 4 OM1 4
31 OPEN MOLD MC TUBE 2 OM2 3
32 NARROW BEAD MC TIRE 5 1 NB 2 33 TRANSP. DAMA BIAS 3 1 TD 2
34 OZONE/SUN CR A PCR 4 OC 2
35 LEAKY BLADDE MC TIRE 1 1 1 LB 1 36 KINKED VALVE A AM TUBE 1 4 1 1 8 4 KA 1
37 RADIAL CREAS MC TUBE 1 RC 1
38 SPLICING OVE MC TUBE 1 SO 1 39 DIRTY MOLD BIAS 1 DM 1
23 FAULTY KNIFE MC TIRE 11 0.43% 97.78% 24 PLY OPEN SPL MC TIRE 9 0.35% 98.13%
25 FLOW CRACKIN MC TIRE 9 0.35% 98.48%
26 LIGHT GAUGE AM TUBE 7 0.27% 98.76% 27 LIGHT GAUGE MC TUBE 6 0.23% 98.99%
28 NO PCI MC TIRE 4 0.16% 99.14%
29 INNER PASTE MC TIRE 4 0.16% 99.30% 30 OPEN MOLD AM TUBE 4 0.16% 99.46%
31 OPEN MOLD MC TUBE 3 0.12% 99.57%
32 NARROW BEAD MC TIRE 2 0.08% 99.65% 33 TRANSP. DAMA BIAS 2 0.08% 99.73%
34 OZONE/SUN CR A PCR 2 0.08% 99.81%
35 LEAKY BLADDE MC TIRE 1 0.04% 99.84% 36 KINKED VALVE A AM TUBE 1 0.04% 99.88%
37 RADIAL CREAS MC TUBE 1 0.04%
99.92%
38 SPLICING OVE MC TUBE 1 0.04% 99.96% 39 DIRTY MOLD BIAS 1 0.04% 100.00%
Total 2573 100.00%
100.00%
PARETO CHART DEFECT TIRE
380 267 119 95 83 76 71 57 49 32 26 23 19 19 14 14 12 12 12 11 11 9 9 7 6 4 4 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 642 472 0 100 200 300 400 500 600 700
OV TS OS BA BS SB1 SB2 FM BV1 BV2 CJ LC1 LC2 PV IV1 IV2 KB UC1 UC2 TO1 TO2 FK1 FK2 PO FC LG1 LG2 NP IP OM1 OM2 NB TD OC LB KA RC SO DM
JENIS DEFECT 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Jumlah Defect Acc % Defect
Berdasarkan pareto diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa defect Open base valve MC Tube menempati posisi teratas dengan total quantity sebanyak 642 pcs tire atau 24.95 % dari total deffect yang terjadi.
Akan tetapi sesuai dengan pembatasan masalah yang telah kita tetapkan sebelumnya bahwa penulis akan membahas lebih lanjut untuk permasalahan yang menempati empat besar, hal ini mengingat waktu maka penulis akan membahas juga permasalahan selanjutnya, yaitu : Tread separation MC Tire (18.34 %), Open splice MC Tube (14.77%) dan Bead Burst Accepted AM Tire (10.38%)