• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA KELOMPOK B DI TAMAN KANAK- KANAK PUSAT PAUD BUNGA MAWAR JULUMATE NE KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA KELOMPOK B DI TAMAN KANAK- KANAK PUSAT PAUD BUNGA MAWAR JULUMATE NE KABUPATEN GOWA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NAMIRA FAUSIAH 10545 11074 16

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

“Ambillah kebaikan dari apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakannya”

(Nabi Muhamad SAW)

“Memulai dengan penuh keyakinan menjalankan dengan penuh keikhlasan menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan’’

PERSEMBAHAN

Karya Ini Saya Persembahkan Kepada : 1. Kedua Orang Tuaku, Bapak Ahmad Muthalib Dan Ibu Ratnah Yang Senantiasa Memberikan Semangat, Dukungan, Dan Doa Sepanjang Waktu.

2. Keluarga besar saya yang selalu menantikan kelulusan saya.

3. Almamater Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan kemampuan dalam belajar.

(7)

vii

Eksperimen Pada Kelompok B di Taman Kanak- Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Sukmawati dan Pembimbing II Arie Martuty.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat PAUD Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk meningkatkan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat PAUD Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Tanggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan sains anak di kelompok B Taman Kanak-kanak Pusat PAUD Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa telah mengalami peningkatan. Hal ini di tunjukkan pada siklus 1 mencapai nilai rata-rata 63,8 % dan pada siklus II mencapai presentase 82,7 %. Jadi presentase 82,7 % telah mencapai kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB).

(8)

viii

segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa rasio padamu sang khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan hanyalah bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar akan semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejahuan tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyelesaian tulisan ini. Dengan segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya Ahmad Muthalib dan Ratnah yang telah berjuang, berdoa, membesarkan dengan penuh kasih sayang, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar yang tak hentinya memberikan motivasi dan bantuan untuk penulis, kepada Ibu Dr. Hj. Sukmawati, M.Pd dan Ibu Arie Martuty, S.Si., M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan ilmu, arahan, dan motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(9)

ix

Ibu Nurmiati S.Pd selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Pusat PAUD Bunga Mawar Julumate’ne yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Angkatan 2016 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberikan pelangi dalam hidupku.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar , Februari 2021 Namira Fausiah

(10)

x

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5 1. Identifikasi Masalah ... 5 2. Pemecahan Masalah ... 5 3. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

(11)

xi

3. Metode Eksperimen ... 15

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 24

C. Proseduer Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data dan Validasi... 30

G. Indikator Keberhasilan ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Kondisi Sekolah ... 33

2. Paparan Siklus ... 33

B. Pembahasan ... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN

(12)

xii

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Observasi Kemampuan Sains 29 4.1 Observasi Guru Siklus 1 Pertemuan 1 40 4.2 Observasi Guru Siklus 1 Pertemuan 1I 47 4.3 Hasil Observasi Siklus I, Peningkatan Kemampuan Sains 50 4.4 Rekapitulasi hasil kemampuan sains 52 4.5 Observasi Guru Siklus II Pertemuan I 63 4. 6 Observasi Guru Siklus II Pertemuan II 68

4.7 Hasil Observasi Siklus II. Peningkatan Kemampuan 71 4.8 Rekapitulasi hasil kemampuan sains 73 4.9 Rekapitulasi siklus I dan II .Peningkatan kemampuan 74

(13)

xiii

2.1 Kerangka Pikir 22 3.1 Prosedur Penelitian 25

(14)

xiv

1. Hasil Observasi Anak Didik 84

2. Hasil Observasi Guru 107

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) 119

4. Dokumentasi 127

5. Surat Pengantar Penelitian dari TU 131

6. Surat Izin Penelitian Dari LP3M 132

7. Surat izin dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provensi Sulawesi Selatan 133

8. Surat izin dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gowa 134

9. Surat Keterangan Validasi 135

10. Kartu Kontrol Penelitian 136

11. Surat Keterangan Selesai penelitian 137

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diberikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan melalui pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Susanto (2017: 16), “Melalui PAUD, diharapkan anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, fisik, emosional, bahasa, seni, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan, serta memiliki motivasi dan sikap belajar untuk berkreasi”.

Suyadi (2013 : 1) Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk institusi atau lembaga pendidikan yang harus memasukan neurosains ke dalam pembelajaran.Memang pendidikan tidak membidangi neurosains (ilmu otak), tetapi pendidikan adalah bagian dari salah satu lembaga profesi yang pekerjaannya setiap hari mengubah otak manusia.Semakin luas pengetahuan seseorang pendidik terhadap neurosains semakin mudah iya menyukseskan pembelajaran.

Adapun menurut Anita (2011: 32), “Masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk berbagai macam ransangan dari lingkungan guna menunjang perkembangan jasmani dan rohani, yang ikut menentukan keberhasilan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di kemudian hari”. Susanto (2017: 16)

(16)

Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 Pasal 5 berkaitan dengan struktur kurikulum PAUD yang memuat program-program pengembangan yang mencakup nilai agama, dan moral, fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Masa usia dini merupakan masa paling penting untuk sepanjang kehidupannya, sebab masa usia dini adalah masa pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya, demikian pentingnya usia dini maka kebutuhan anak usia dini mutlak dipenuhi. Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan yaitu aspek kognitif dimana meningkatkan kemampuan sains anak dalam pembeajaran Sains.

Menurut Permendikbud RI Nomor 137 tahun 2014 tentang standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Kognitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: belajar dan pemecahan masalah yaitu mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru, berfikir logis yaitu mencakup berbagai (perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat), berfikir simbolik yaitu mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu mempresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

Menurut Nugraha (Khadijah, 2016: 150) “Sains atau science berasal dari bahasa latin yaitu scientia artinya pengetahuan yang tersusun atau terorganisasi secara sistematis”. Sedangkan menurut Conant (Khadijah, 2016 : 150) “Mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain.yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang ada di sekitar anak”.

(17)

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa seharusnya pembelajaran sains membantu pemahaman anak tentang konsep sains, membantu meletakkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains. Sains sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang ada di sekitar anak.

Pembelajaran sains merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan sehingga tidak membosankan bagi anak, karena dalam pembelajaran sains anak diberi kesempatan untuk terlibat langsung dan dapat menggali rasa ingin tahu anak. Program pendidikan yang dapat memberikan pengalaman yang menarik bagi anak melalui kegiatan bereksplorasi. Dalam pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan anak untuk melatih kemampuan berpikir.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa di kelompok B yang peserta didiknya berjumlah 18 anak, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Tanggal 13-14 agustus 2020 peneliti menemukan berbagai macam permasalahan salah satunya: dari 18 anak yang ketika diminta untuk menjawab pertanyaan tentang konsep-konsep sederhana seperti membedakan rasa, pencampuran warna, tenggelam terapung anak masih banyak yang bingung. Guru juga masih melakukan proses belajar bersifat informasi sepihak dengan metode ceramah dan guru cenderung memberikan tugas melalui lembar kerja. Sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk mempraktekkan sendiri, guru jarang melakukan pembelajaran sains dalam meningkatkan kemampuan sains anak.

(18)

Berdasarkan masalah di TK Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa”. Pusat Paud bunga mawar julumate’ne kabupaten gowa”, maka peneliti mencari solusi untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan menggunakan Metode eksperimen kemampuan sains anak meningkat. Peneliti menggunakan pembelajaran sains karena untuk melatih berpikir anak, dan menjadikan pembelajaran yang menyenangkan, agar anak mau mengungkapkan pendapatnya secara sederhana apa yang mereka ketahui dan mereka lihat, dan memberikan pengalaman secara nyata bagi anak.

Melihat permasalahan diatas maka peneliti merasa sangat perlu untuk mengadakan perbaikan terhadap pembelajaran dalam peningkatan kemampuan sains anak melalui metode eksperimen. Adapun judul yang sesuai yaitu “Peningkatan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa”.

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah berikut:

a. Sebagian besar anak didik kemampuan sainsnya masi kurang. b. Guru menggunakan metode ceramah

(19)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan pengamatan dengan permasalahan yang ada tentang “Upaya Peningkatan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa”. Maka peneliti menerapkan pembelajaraan Sains Eksperimen untuk meningkatkan kemampuan Sains anak.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penilitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan dan menjadi salah satu rujukan dalam penelitian selanjutnya terkait peningkatan kemampuan Sains anak dalam pembelajaran sains.

(20)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Anak

Dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam pembelajaran sains b. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam pembelajaran sains sederhana dan memberikan inovasi dan pengalaman baru dalam pembelajaran eksperimen.

c. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD) melalui peningkatan prestasi anak dan kinerja guru, mengembangkan penerapan pembelajaran sains bagi anak usia dini.

(21)

7

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang menyerupai dengan judul yang diangkat yaitu “Peningkatan Kemampuan sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada kelompok B’’ yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengadakan penelitian dan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain:

a. Penelitian Evi Setyowati (2014), tentang “Meningkatkan kemampuan sains dalam pembelajaran sains pada kelompok B di TK Aisyiyah sanggir, paulan, colomadu, karanganyar”. Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu, sama-sama meningkatkan kemampuan sains anak dalam pembelajaran sains, perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu, media yang digunakan.

b. Penelitian Endang Tri Hastuti (2014), tentang “Upaya pengembangan kognitif dalam pembelajaran sains pada kelompok B Tk Mojorejo 3 karawangmalang sragen”. Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu, hal yang ingin di kembangkan yaitu kemampun kognitif dalam pembelajaran sains, perbedaan dengan peneliti sekarang yaitu metode penelitian yang dipakai berbeda.

(22)

2. Pengertian sains bagi anak usia dini a. Sains untuk anak usia dini

Suci Utami, (2019: 8),

Anak usia dini memiliki sifat yang unik karena selalu ingin tahu apa yang ada di lingkungan sekitarnya, rasa ingin tahu tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk mengarahkan mereka ke dalam pencarian informasi dalam rangka menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka sendiri ajukan”. Sains bagi anak usia dini bukan hanya sekedar kumpulan fakta fakta melainkan melibatkan aktivitas mengobservasi tentang apa yang terjadi, mengklasifikasi atau mengorganisasikan informasi, memprediksikan tentang apa yang terjadi menguji prediksi melalui kegiatan terbimbing serta merumuskan kesimpulan.

Hal senada juga disampaikan oleh Eggers (Suci Utami,2019), yang menguraikan beberapa aktifitas didalam proses ilmiah dalam konteks pembelajaran sains untuk anak usia dini:

1. Observasi

Anak dapat melakukan pengamatan terhadap proses pertumbuhan biji, menjadi tanaman berbunga lalu menjadi biji lagi. Anak juga dapat mengamati bagian-bagian tanaman dan menggali persamaan serta perbedaan diantara berbagai tumbuhan seperti misalnya warna, bentuk, ukuran, dan tekstur. Anak juga dapat melakukan pengamatan mengenai pengaruh komponen abiodik seperti misalnya air, cahaya, suhu dan lainnya.

2. Prediksi

Guru harus mengajukan pertanyaan kepada anak yang bersifat open-ended yang tidak mengarahkan pada suatu jawaban yang benar agar anak dapat menebak dan memperkirakan jawabannya.misalnya mendorong anak untuk memperkirakan tumbuhan yang akan tumbuh pertama dan lebih tinggi.

(23)

3. Melakukan percobaan

Mengajak anak melakukan percobaan yang didasarkan pada pertanyaan anak dengan mengkondisikan berbagai material seperti biji, tanah, cahaya dan air dan lain-lain yang dapat dilakukan anak dalam percobaan. Guru dapat merekam atau mencatat kegiatan pengamatan anak dan pertanyaan yang di hasilkan dalam percobaan. Guru juga dapat menyediakan kertas, buku catatan, pensil, dan krayon yang dapat digunakan anak pada saat mencatat hasil observasinya atau kemajuan hasil percobaan.

4. Menginterprestasikan

Anak dapat belajar dengan baik dari hasil interprestasi mereka sendiri di banding dari informasi yang dikemukakan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengajukan pertanyaan yang bersifat open ended lagi untuk memproses dan merumuskan kesimpulan tentang apa yang telah dilihat selama kegiatan percobaan. Proses ini akan menstimulasi munculnya lebih banyak pertanyaan dan percobaan lebih lanjut

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains untuk anak usia dini harus diinisiasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat munculnya jawaban yang berisi dari anak. Hal ini akan memungkinkan terjadi apabila pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kontek kehidupan nyata yang pernah dialami atau berkaitan dengan objek nyata yang mudah diamati oleh anak. Pertanyaan tersebut merupakan kemudi awal bagi guru untuk mengarahkan anak berikutnya yaitu melakukan pengamatan dan percobaan sederhana. Pada tahap ini guru membimbing anak dalam melakukan pencatatan

(24)

data atau fakta yang diperoleh. Proses pencatatan data atau fakta pada anak usia dini dapat dilakukan dengan cara membuat gambar lalu mewarnai atau mencatat data dalam bentuk teks atau kosa kata sederhana yang dapat dijadikan dasar untuk merumuskan kesimpulan. Proses perumusan kesimpulan pada anak usia dini dapat di bantu oleh guru melalui pengajuan pertanyaan - pertayaan lanjutan yang dapat membantu anak memahami objek atau peristiwa yang di amati.

Tabel 2.1. Kemampuan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun Bidang Pengembangan Kognitif

Pengetahuan Umum dan Sains (Kognitif)

1. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi jika air ditumpahkan)

2. Menunjukkan sikap kreatif dan menyelesaikan masalah ( Ide, gagasan di luar kebiasaan )

3. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah). Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 146 tahun 2014

b. Strategi Pembelajaran Sains

Aziz (2017:185), “Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya dilakukan secara mudah, indah, santai dan menyenangkan, proses pembelajaran ini dilakukan dengan melibatkan semua aspek kemampuan anak sekaligus

(25)

kehendak anak, sehingga proses pembelajaran melibatkan semua aspek kemampuan anak sekaligus kehendak anak, sehingga proses pembelajaran melibatkan kondisi psikologis, indera, gerak motorik, aspek rasa dan sebagainya.

Terlebih pada pembelajaran bidang sains harus dilakukan dengan beberapa kegiatan pokok diantaranya: mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan (collection), mengasosiasi (associating), mengkomunikasikan

(communicating)

1) Mengamati (Observing)

Mengamati merupakan kegiatan melakukan pengamatan melalui seluruh indera yang dimiliki oleh anak usia dini guna mengetahui berbagai benda yang berada di sekelilingnya.

2) Bertanya (Questioning)

Bertanya (Questioning) yakni anak diberikan kebebasan dan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan informasi melalui bertanya kepada guru, orang tua, ataupun orang lain di sekitarnya memberi kebebasan untuk bertanya bagi anak usia dini disebabkan mereka memiliki kepribadian kritis terhadap sesuatu yang dilihatnya.

3) Mengumpulkan (collecting)

Mengumpulkan (collecting) merupakan proses mengulang suatu pekerjaan yang sama baik dilakukan secara sendiri-sendiri ataupun bersama kawan-kawan.

4) Mengasosiasi (associating)

Kegiatan mengasosiasi bagi anak usia dini berarti anak diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk belajar mengasosiasi atau menghubungkan suatu pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang didapatkan atau yang ada di sekitar.

(26)

5) Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan berarti anak senantiasa di ajak belajar untuk berpendapat, berargumen, menjawab ataupun menjelaskan sesuatu yang sedang di komunikasikannya.

c. Manfaat pembelajaran sains

Mursid (2017:83), “Manfaat pembelajaran sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada anak tentang alam dan isinya yang memberikan makna terhadap kehidupannya di masa yang akan datang”.

Widya Astuti (2016:171), “Sains biasa diartikan sebagai produk dan proses. Sebagai produk sains adalah pengetahuan yang terorganisasi dengan baik mengenai dunia fisik alami”. Adapun sebagai proses sains mencakup kegiatan menelusuri, mengamati serta melakukan percobaan kegiatan sains sangat penting di biasakan bagi anak usia dini karena mengandung banyak manfaat, sebagaimana disebutkan sebagai berikut:

1) Menumbuhkan semangat eksplorasi dan investigasi yaitu, kegiatan mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam.

2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu perasaan senang, serta kemauan melakukan kegiatan penemuan.

4) Memperoleh pengetahuan tentang berbagi benda, baik ciri, sturuktur, maupun fungsinya.

(27)

d. Tujuan pembelajaran sains

Mursid (2017:82) Tujuan pembelajaran antara lain:

1) Membantu menumbuhkan minat anak mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya.

2) Membantu agar memahami dan mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Membantu agar dapat mengenal dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa

Menurut Leaper (Mursid,2017), bahwa tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang di hadapinya. 2) Agar anak memiliki sikap ilmiah, hal-hal yang mendasar, misalnya: tidak

cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari bebagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3) Agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah yang lebih baik, dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang objektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

4) Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berbeda dan di temukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

(28)

e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sains

Menurut Yulianti (2010:24) pendekatan pembelajaran sains pada anak taman kanak-kanak yaitu:

1) Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak

Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis makan anak akan belajar dengan baik dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.tak terkecuali dalam pembelajaran sains yang dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman,membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu.

2) Bermain sambil bermain

Melalui kegiatan bermain anak di ajak untuk bereksplorasi menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.

3) Selektif, Kreatif ,dan Inovatif

Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melalui bermain. Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan melakukan hal-hal yang baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis artinya anak tidak saja dijadikan objek tetapi juga subjek dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu

(29)

dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran sains. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak di rancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada pada diri anak usia Taman Kanak-Kanak, dalam pelaksanaan pembelajaran sains harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak.

3. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Chairul (2014:112) Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak peserta didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan demikian metode ini anak didik diharapkan spenuhnya terlibat merencanakan eksperiment, melakukan eksperimen menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan masalah yang yang di hadapinya secara nyata. Metode Eksperimen (percobaan) adalah cara penerapan pembelajaran dimana anak melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini anak diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau suatu proses.

Menurut Anggraeni (2016) Metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran di mana anak secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Melalui metode

(30)

ini anak secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri mengikuti suatu proses, mengikuti suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan ataupun proses metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau penambahan materinya melalui percobaan atau mencoba sesuatu serta mengamati secara proses.

Eksperimen merupakan suatu kegiatan yang dapat mendorong kemampuan kreativitas, kemampuan berpikir logis, senang mengamati, meningkatkan rasa ingin tahu, dan kekaguman terhadap alam, ilmu pengetahuan dan tuhan. Melalui eksperimen anak belajar mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu, mengapa sesuatu dapat terjadi, bagaimana anak dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dana bagaimana anak menemukan manfaat dan kegiatan yang dilakukannya.

Dari pendapat para ahli diatas penulis dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode dimana anak diberi kebebasan untuk melakukan percobaan dengan petunjuk dan bimbingan dari guru. Metode ini mencoba membantu siswa untuk lebih terlibat aktif dalam kegiatan yang diberikan oleh guru.

b. Tujuan Metode Eksperimen

Anak Memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Sifat ingin tahu ini sesuai dengan perkembangan intelektual anak pada masa usia dini yang sedang berkembang sangat cepat. Simpul-simpul syaraf di otak sibuk membangun konstruksi pengetahuan dengan cara mengasimilasi dan mengkoordinasi rangsang-rangsang yang didapatnya melalui pengamatan dari lingkungan di sekitar. Salah satu cara untuk memuaskan keingintahuannya adalah dengan

(31)

melakukan eksplorasi dan percobaan. Oleh karena itu, metode eksperimen sangat mendukung optimalisasi potensi intelektual yang sesuai dengan tarif berpikir anak pada masa usia ini.

Terdapat beberapa tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran.Tujuan penggunaan metode eksperimen bagi anak adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan tentang proses terjadinya sesuatu.

b. Memberikan pengalaman kepada anak terhadapat proses terjadinya sesuatu.

c. Membuktikan tentang kebenaran sesuatu.

Lebih jelas lagi Winda Gunarti (2010) memaparkan sejumlah alasan betapa pentingnya (urgensi) Pembelajaran dengan metode eksperimen bagi anak-anak yaitu :

a. Kemampuan berkomunikasi anak belum sepenuhnya berkembang sebagian anak memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik, namun belum tentu iya dapat mengekspresikan pikirannya dengan berbicara. Hal ini dikarenakan anak lebih aktif bergerak/berbuat daripada berbicara membicarakan perbuatannya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan metode pembelajaran eksperimen. Dengan metode ini anak dapat menunjukkan kemampuannya tanpa harus membicarakannya karena anak “belajar sambil melakukan”

b. Belajar melalui metode eksperimen didesain untuk membantu anak membangun keterampilannya dengan menggunakan panca inderanya. Metode belajar ini dapat mengembangkan kemampuan mengamati, merasakan, mengecap

(32)

c. Salah satu karakteristik anak usia dini adalah kreatif. Oleh karenanya anak usia dini perlu diberikan kesempatan untuk menunjukkan kreativitasnya dan kegiatan eksperimen dapat mendukung kreativitas tersebut. Anak perlu diberikan kesempatan untuk bermain-main dengan pikiran ide mereka memanipulasi lingkungan alat-alat yang menunjang. Anak juga perlu diberikan kebebasan tanpa harus takut keluar dari aturan, aktivitas dan dengan metode eksperimen dapat diakomodir.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen penting diterapkan dalam pembelajaran guna memfasilitasi anak usia dini yang kelebihan energi dan sangat aktif. Anak usia dini sangat menyukai kegiatan yang menyenangkan yang bersifat menyelidiki dan mengeksplorasi lingkungannya

c. Langkah-Langkah Metode Eksperimen di PAUD

Syaiful (2011:126) langkah-langkah eksperimen

1) Anak dalam 5 kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 anak

2) Guru bercakap-cakap dengan anak mengenai prosedur,peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan percobaan

3) Anak diajak melakukan prediksi dari percobaan yang akan dilakukan 4) Guru memberikan penjelasan tentang pelaksanaan percobaan disertai

contoh dan menyampaikan kepada anak hal-hal yang perlu diamati selama percobaan

5) Anak mempraktekkan sendiri apa yang telah disampaikan oleh guru membuktikan kebenaran dari prediksi yang dilakukan dan mengatasi permasalahan yang diberikan guru dalam percobaan

(33)

6) Guru berdiskusi dengan anak untuk menarik kesimpulan dari percobaan yang telah mereka lakukan.

d. Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen

1) Kelebihan Metode Eksperimen

Syaiful (2003:220-221)Metode eksperimen mempunyai keunggulan sebagai berikut: (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi suatu sikap dari seorang ilmuan; (3) metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern antara lain : (a) siswa belajar dengan mengalami dan mengamati sendiri suatu proses atau kejadian (b) siswa terhindar jauh dari verbalisme (c) memperkarya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan (e) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.

2) Kelemahan metode eksperimen

Selain keunggulan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut : (1) pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah (2) setiap eksperimen tidak memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian dan (3) sangat menuntut penguasaan perkembangan materi fasilitas peralatan dan bahan mutakhir seringkali terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.

(34)

e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen

Syaiful (2003:220-221) Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen

1) Hendaknya guru menerapkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga guru mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen.

2) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan peserta didik tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen serta bahan-bahan yang diperlukan variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.

3) Bila perlu guru membantu peserta didik untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan

4) Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, guru membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau keliru-keliruan.

B. Kerangka Pikir

Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) proses pembelajaran harus dilakukan dengan menyenangkan, terutama dalam pembelajaran sains. Hal tersebut dilakukan agar seluruh aspek perkembangan yang hendak dicapai dapat berkembang secara optimal. Akan tetapi sekarang ini masih banyak guru yang menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA), di mana anak tidak terlibat aktif dan tidak mampu berekspresi menuangkan idenya dalam proses pembelajaran tersebut. Kreativitas dan pola pikirnya akan menjadi mati, sehingga mereka tidak

(35)

dapat berpendapat tentang apa yang belum mereka ketahui. Proses pembelajaran yang pasif cenderung membuat peserta didik tidak memahami proses dari pembelajaran yang dilakukan, sehingga kemampuan sains anak melalui melalui metode eksperimen masih rendah. Guru membutuhkan inovasi baru untuk menumbuhkan keaktifan belajar pada anak.

Metode eksperimen merupakan suatu cara pembelajaran dengan menggunakan percobaan sehingga anak terlibat aktif dalam kegiatan. Anak dapat bereksplorasi mulai dari mengamati, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan dari kegiatan yang dilakukannya. Dengan metode ini diharapkan anak dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui proses dari konsep-konsep sains dari percobaan yang dilakukan.

(36)

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir

Guru Menggunakan Lembar Kerja Anak

Langkah Langkah Metode Eksperimen

1. Guru bercakap-cakap dengan anak mengenai prosedur, perlatan dan bahan yang akan di gunakan dalam kegiatan percobaan

2. Anak di ajak melakukan prediksi dari percobaan yang akan di lakukan.

3. Guru memberikan penjelasan tentang pelakasanaan percobaan 4. Anak mempraktekkan sendiri apa

yang di sampaikan guru

5. Guru berdiskusi dengan anak untuk menarik kesimpulan dari percobaan yang telah di lakukan

Kemampuan Sains Anak Meningkat Indikator

1. Anak mencari benda yang akan di uji coba

2. Anak mengamati benda tenggelam, terapung, larut dan tidak larut

3. Anak mengelompokkan benda tenggelam, terapung, dan benda larut dan tidak larut

4. Anak menceritakan proses tenggelam tenggelam, terapung, dan benda larut dan tidak larut 5. Anak mampu memecahkan

masalah dalam uji coba

6. Anak memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau melakukan kegiatan

KONDISI AWAL

Kemampuan Sains Yang Di Miliki Anak Masih

(37)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui Metode Eksperimen dapat meningkatkan kemampuan sains anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa

(38)

24

A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas model

Kemmis dan Tanggart dalam (Suharsimi, A 2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa.

2. Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini difokuskan pada guru dan peserta didik

kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate’ne Kabupaten Gowa. Yang berjumlah 18 yang terdiri dari 10 laki-laki dan 8 perempuan pada tahun ajaran 2020.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi, A: 2006). Secara garis besar ada 4 tahapan yang biasa dilalui yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini akan dihentikan apabila peningkatan

(39)

kemampuan sains melalui metode eksperimen peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis & Mc Tangart (Suhasimi Arikunto)

Masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan, dan observasi, serta refleksi.

a. Perencanaan tindakan

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Peneliti melakukan pendekatan dengan pihak sekolah dan kemudian mulai menyusun perangkat-perangkat atau hal yang dibutuhkan seperti, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPPH) ini berfungsi sebagai pedoman guru dalam

Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Perencanan

(40)

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Selanjutnya mempersiapkan lembar observasi tentang proses pembelajaran sains anak, mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, dan alat untuk dokumentasi. Adapun tahap-tahap dalam perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran harian RPPH dengan menggunakan metode eksperimen

2. Peneliti membuat instrumen penelitian berupa lembar pengamatan kegiatan peserta didik

3. Peneliti menyiapkan alat dan bahan

b. Pelaksanaan Tindakan

1. Kegiatan awal a) Baris berbaris

b) Guru mempersilahkan kepada 1 orang anak untuk memimpin barisan c) Guru dan anak menyanyiakan lagu lonceng berbunyi

d) Guru mempersilahkan anak masuk kelas dengan menyanyikan lagu naik kereta api

e) Mengucapkan salam f) Berdoa sebelum belajar 2. Kegiatan inti

a) Guru bertanya kepada anak tentang tema hari ini b) Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan

c) Guru mengajak anak mengamati alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan tenggelam terapung

(41)

d) Guru memperlihatkan contoh eksperimen dan meminta anak untuk mengamati bahan tersebut

e) Guru memberikan pertanyaan kepada anak tentang benda apa saja yang terapung dan tenggelam

f) Guru meminta anak untuk mencoba sendiri kegiatan tenggelam terapung

g) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum anak ketahui h) Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan hari ini

3. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir

a) Guru menanyakan perasaan anak hari ini b) Bercerita pendek berisi pesan-pesan c) Menginformasikan kegiatan esok hari d) Berdoa pulang dan salam

c. Observasi

Pada tahap ini pengamatan dilakukan agar dapat diketahui sejauh mana hasil yang telah dicapai anak didik. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri (Namira Fausiah) dan Guru yang mengajar (Nahariah S.Pd) Kegiatan yang dilakukan dalam pengamatan adalah

1. Melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru dan anak didik di lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. 2. Pengumpulan data melalui proses observasi dilakukan peneliti untuk

(42)

sains dalam meningkatkan kemampuan sains anak melalui metode eksperimen.

d. Refleksi

Adalah tahap dimana Peneliti dapat melihat apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sains melalui metode eksperimen, peserta didik selama pelaksanaan tindakan kelas, melalui hasil yang diperoleh dari observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam sebuah penelitian, instrumen ini dimaksud untuk

mengetahui kemampuan sains anak dalam pembelajaran sains. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi (Checklist).

1. Lembar Observasi (Checklist), Lembar observasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam melakukan observasi sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah, lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan sains anak dalam pembelajaran sains. Adapun kisi-kisi peserta didik dan guru yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut

(43)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Kemampuan Sains Menggunakan Metode Eksperimen

Variabel Sub variabel Indikator

Kemampuan Sains

Perencanaan kegiatan Mencari benda yang akan diuji coba Aktivitas eksploratif

dan menyelidik

Mengamati benda tenggelam, terapung larut dan tidak larut

Klasifikasi Mengelompokkan benda tenggelam, terapung, dan benda larut dan tidak larut

Sebab akibat Menceritakan proses tenggelam terapung dan larut dan tidak larut

Pemecahan masalah Mampu memecahkan masalah dalam uji coba Inisiatif Memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau

melakukan kegiatan

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014

2. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti

selama masa observasi dan memberikan gambaran konkret tentang

kemampuan sains anak. Dokumentasi ini berupa foto-foto kegiatan anak

(44)

A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan

dokumentasi.

1) Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Yang diamati dalam

penelitian ini adalah aktivitas guru dan peserta didik. Indikator kemampuan sains

anak yaitu perencanaan, aktivitas eksploratif dan menyelidik, klarifikasi, sebab

akibat, pemecahan masalah, inisiatif.

2) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk

tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:329).

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti

selama masa observasi dan memberikan gambaran konkrit tentang

kemampuan sains anak.

B. Teknik Analisis Data dan validasi

1. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis yaitu hasil yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan sains anak. Analisis data yang digunakan hasil penelitian pada tiap siklus. Penelitian membuat perbandingan presentase kemampuan anak sebelum tindakan dan sesudah tindakan dengan pembelajaran

(45)

untuk meningkatkan kemampuan sains anak. Menurut Anas (2008:43), hasil observasi dianalisis menggunakan analisis presentasi dengan rumus yaitu:

Keterangan:

P = Angka presentasi

F = Frekuensi yang dicari presentasinya

N = Jumlah frekuensi (jumlah anak keseluruhan)

Tabel 3.3 kriteria perkembangan peserta didik

No Tingkat

Keberhasilan

Kriteria

1. 76-100% Berkembang sangat baik (BSB) 2. 51-75% Berkembang sesuai harapan (BSH) 3. 26%-50% Mulai berkembang (MB) 4. 0%-25% Belum berkembang (BB) Sumber : Anas (2008) pengantar statistik pendidikan

Keterangan:

a. BB ( Belum Berkembang) : Bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru

b. MB ( Mulai Berkembang ) : Bila anak melakukannya masi harus diingatkan atau dibantu oleh guru

c. BSH ( Berkembang sesuai harapan ) : Bila anak sudah melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa di ingatkan atau di bantu oleh guru

d. BSB ( Berkembang sangat baik ) : Bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten serta dapat membantu temannya

F

P = X100 N

(46)

2. Validasi

Penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi, Sanjaya (2009:112). Pada dasarnya data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari observasi, dokumentasi, wawancara.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan hasil penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan sains anak dalam perencanaan, aktivitas eksploratif dan menyelidik, perencanaan kegiatan, mengenal sebab akibat, memiliki inisiatif dan memecahkan masalah, kemampuan sains melalui pembelajaran sains dikatakan meningkat apabila proses pengamatan terlihat adanya peningkatan dari siklus pertama ke siklus selanjutnya. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 75% anak memiliki kemampuan sains berada pada tingkat perkembangan berkembang sesuai harapan (BSH)

(47)

33

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Sekolah

Penelitian dilaksanakan di TK Pusat Paud Bunga Mawar yang beralamatkan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. TK Pusat Paud Bunga Mawar memiliki visi membentuk generasi anak didik yang sehat dan berkarakter. Sementara misinya mengembangkan pembelajaran yang berkarakter, membangun pembiasaan perilaku hidup sehat dan bermoral baik, memfasilitasi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan, dan membangun kerja sama dengan orang tua, masyarakat dan lingkungan dalam pengelolaan paud.

2. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Sains Anak Melalui Metode Eksperimen pada Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pusat Paud Bunga Mawar Julumate‟ne

Paparan siklus 1

Untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan sains anak melalui metode eksperimen pada kelompok B dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus 1 yang meliputi tahap sebagai berikut.

Pertemuan I

a. Perencanaan

(48)

1) Peneliti dan guru membahas tentang pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Menentukan waktu pelaksanaan yaitu kamis 19 November dan 23 November 2020.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen.

4) Menyediakan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran yang digunakan pada eksperimen tenggelam terapung adalah: Daun, gabus, plastik, kapas, kelereng, batu, sendok, uang koin dan air.

5) Mengatur ruangan dan tempat kegiatan. Pada kegiatan ini, guru dan peneliti sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu mengatur ruangan sebelum kegiatan dilaksanakan.

6) Menyiapkan instrumen atau lembar observasi pada kegiatan ini peneliti terlebih dahulu menyiapkan lembar observasi. Peneliti sebagai observer dan guru sebagai pengajar. Lembar observasi dibuat untuk guru dan anak didik, lembar observasi ini berisi hal-hal yang akan diamati pada saat kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan siklus I

Penelitian dilakukan selama 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada kamis 19 November 2020, pertemuan ke 2 pada hari senin 23 November 2020. Pada setiap pertemuan terdapat 4

(49)

kegiatan yaitu: Kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, penutup, dan yang menjadi fokus penelitian ialah kegiatan inti setelah kegiatan awal. Pada siklus 1 guru kelas mengambil bagian sebagai pemimpin jalannya kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu ibu Nahariah S.Pd sedangkan observer bertugas melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung yaitu Namira Fausiah (peneliti).

1. Pertemuan pertama siklus 1

Observasi pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis 19 November 2020 dengan Tema: Air, api, udara Sub tema: benda tenggelam dan terapung. Pelaksanaan dimulai pada 07.30-10.00 WITA. Pada setiap pertemuan terdapat 4 kegiatan yaitu, kegiatan awal, inti, istirahat dan akhir (penutup).

1) Kegiatan awal

a) Berbaris sebelum masuk kelas

Pada kegiatan ini, guru mengarahkan anak untuk berbaris di depan kelas dengan tertib sambil menyanyikan beberapa lagu dan pemeriksaan kuku setelah itu anak didik masuk ke dalam kelas secara tertib.

b) Mengucapkan salam

Pada kegiatan ini guru dan anak didik duduk melingkar kemudian guru memberi salam dan peserta didik membalas salam guru.

(50)

c) Berdoa sebelum belajar

Pada kegiatan ini anak duduk melingkar kemudian membaca doa bersama guru sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

d) Apersepsi

Pada kegiatan ini, guru mengajak anak bercakap-cakap untuk membahas kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemarin apakah anak masi ingat atau tidak kemudian guru melanjutkan membahas kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini yang dilaksanakan yaitu percobaan terapung tenggelam. Guru menginformasikan kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu benda yang tenggelam dan benda yang terapung kemudian guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan kepada anak benda apa saja yang dapat terapung dan benda apa yang dapat tenggelam. Guru juga menjelaskan seperti apakah saat benda dikatakan terapung dan tenggelam. Selanjutnya guru memberikan contoh dengan memasukkan benda ke dalam air. Anak-anak harus memasukkan benda-benda uji coba pada wadah berisi air kemudian anak melihat reaksi yang ditimbulkan. Selesai memberi contoh guru mempersilahkan kepada anak untuk mencoba sendiri. Anak mulai melakukan percobaan dengan memasukkan satu persatu benda yang akan digunakan dalam uji coba ke dalam wadah berisi air. Anak mengamati apa yang terjadi setelah dimasukkan. Apakah benda tersebut tenggelam atau terapung. Setelah semua benda diuji coba. Mereka

(51)

mengelompokkan benda apa saja yang tenggelam dan apa saja yang terapung kemudian anak menceritakan proses benda tenggelam dan benda terapung. Anak anak terlihat mencari benda lain untuk dimasukkan ke dalam wadah, seperti: plastik. Selanjutnya guru memberikan tantangan kepada anak untuk membuat benda yang tenggelam pada air yaitu plastisin menjadi terapung dan membuat benda terapung menjadi tenggelam yaitu kapas. Anak-anak berpikir bagaimana cara melakukannya. Guru memberikan contoh kepada anak seperti guru membuat bentuk mangkok dari plastisin. Beberapa anak mengerti bahwa mereka harus merubah plastisin menjadi bentuk seperti mangkok. Selain itu guru juga yang menyuruh anak berhasil membuat plastisin terapung menjadikan tenggelam kembali. Dan kapas yang tadinya terapung langsung tenggelam anak menunggu lama kapas menyerap air sehingga bisa tenggelam. Berbagai cara dilakukan oleh anak untuk memecahkan masalah yang diberikan guru dalam percobaan. Anak yang berhasil melakukannya terlihat sangat puas. Walaupun begitu masih banyak anak yang belum mampu melakukannya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan anak-anak diperbolehkan untuk istirahat.

3) Istirahat

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan b) Berdoa sebelum dan sesudah makan

(52)

4) Kegiatan Akhir

Guru mengadakan tanya jawab untuk mengingat kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan seperti benda apa saja yang terapung dan tenggelam didalam air mengapa benda tersebut bisa terapung dan tenggelam. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan anak dalam mengingat kegiatan percobaan terapung tenggelam yang dilakukan dengan metode eksperimen. Selanjutnya guru bercakap-cakap dengan anak sampai di rumah memberi salam, salam kepada orang yang ada di rumah dan guru juga berpesan agar anak rajin dalam belajar. Kegiatan ini di lanjutkan dengan berdoa untuk pulang yang di pimpin oleh guru.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan untuk melihat dan mengetahui proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 berlangsung. Observasi dilakukan melalui metode eksperimen tenggelam terapung.

Adapun yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, adapun yang diamati yaitu adalah kemampuan sains anak melalui metode eksperimen.

1) Hasil observasi dan evaluasi siklus I pertemuan pertama (Kamis 19 November 2020)

a) Hasil observasi dan evaluasi guru

(1) Guru menyiapkan segala peralatan yang diperlukan. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan cukup (C), karena guru menyiapkan segala alat dan bahan yang akan digunakan tetapi hanya beberapa.

(53)

(2) Guru mengatur posisi duduk agar peserta didik dapat melihat, mendengar dan memperhatikan dengan jelas. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan baik (B), karena guru terlihat mengatur posisi duduk peserta anak didik agar dapat melihat, mendengar, dan memperhatikan dengan jelas.

(3) Guru memperkenalkan kepada anak jenis kegiatan sains yang ingin dilakukan pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan cukup (C), karena Guru memperkenalkan kepada anak jenis kegiatan sains yang ingin dilakukan tetapi hanya beberapa anak yang memperhatikan.

(4) Guru mempraktekkan dan menjelaskan pada anak tentang langkah-langkah dalam kegiatan sains yang akan dilaksanakan. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan kurang (K), karena guru kurang tuntas mempraktekkan dan menjelaskan tentang langkah-langkah dalam kegiatan sains anak sehingga ketika anak ditanya tidak mengerti.

(5) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan sains. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan baik (B), karena guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan sains.

(6) Guru memberikan motivasi kepada anak didik untuk melakukan kegiatan sains. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan cukup (C), karena guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan sains tetapi tidak memotivasi bagi yang belum mampu.

(7) Guru mengamati proses pekerjaan dan hasil pekerjaan anak. Pada langkah ini, hasil observasi guru dikategorikan cukup (C), karena guru mengamati proses

(54)

pekerjaan dan hasil pekerjaan anak tetapi hanya beberapa yang diamati proses pekerjaan dan hasil pekerjaan anak.

Tabel 4.1 Observasi Guru siklus I Pertemuan I

No Aktivitas Guru

Hasil Observasi

B C K

1 Guru menyiapkan segala peralatan yang diperlukan 2 Guru mengatur posisi duduk agar peserta didik dapat

melihat, mendengar dan memperhatikan dengan jelas.

3 Guru memperkenalkan kepada anak jenis kegiatan sains yang ingin dilakukan

4 Guru mempraktekkan dan menjelaskan pada anak tentang langkah-langkah dalam kegiatan sains

5 Guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan sains.

6 Guru memberikan motivasi kepada anak didik untuk

melakukan kegiatan sains.

7 Guru mengamati proses pekerjaan dan hasil pekerjaan anak. Jumlah 2 4 1 Persetase (%) 28% 57% 14% B = Baik C = Cukup K = Kurang

(55)

b) Hasil observasi dan evaluasi anak didik siklus I pertemuan Pertama

(1) Dalam indikator perencanaan anak dapat mencari atau mengambil benda yang akan diuji coba, tanpa bantuan dari guru serta dapat membantu temannya. Dari 18 anak didik yang diteliti ada 3 anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB) Anak dapat mencari atau mengambil benda untuk uji coba dengan bimbingan tanpa bantuan ada 13 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak dapat mencari atau mengambil benda untuk uji coba dengan bimbingan 2 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak dapat mencari atau mengambil benda yang akan diuji coba ada 0 anak dalam kategori belum berkembang.

(2) Pada indikator aktivitas eksploratif dan menyelidik yaitu anak mampu mengamati dengan baik benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak. Tanpa bantuan dari guru. Dari 18 anak didik yang diteliti 1 anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB). Anak mampu mengamati benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak. Tanpa bantuan dari guru ada 10 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak mampu mengamati benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak.dengan pengawasan guru ada 7 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak dapat mengamati benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak ada 0 anak dalam kategori belum berkembang (BB)

(56)

(3) Pada indikator klarifikasi yaitu anak mampu mengelompokkan benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak tanpa bantuan guru serta dapat membantu temannya. Dari 18 anak didik yang diteliti anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB). Anak mampu mengelompokkan benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak. Tanpa bantuan dari guru 9 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak mampu mengelompokkan benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak dengan pengawasan guru. 9 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak mampu mengelompokkan benda yang larut yaitu garam, gula pasir, tepung terigu. Benda tidak larut yaitu beras, batu, minyak. 0 anak dalam kategori belum berkembang (BB)

(4) Pada indikator sebab akibat yaitu anak sudah mampu menceritakan dengan sangat baik proses benda larut dan tidak larut tanpa bantuan guru. Dari 18 anak didik yang diteliti 0 anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB). Anak sudah mampu menceritakan proses benda larut dan tidak larut tanpa bantuan guru 5 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak sudah mampu menceritakan proses tenggelam, terapung dengan bantuan guru 13 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak dapat menceritakan proses tenggelam terapung 0 anak dalam kategori belum berekembang (BB).

(57)

(5) Pada indikator pemecahan anak sudah mampu memecahkan masalah tanpa bantuan dari guru serta dapat membantu temannya. Dari 18 anak didik yang diteliti 0 anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB). Anak sudah mampu memecahkan masalah dalam uji coba tanpa bantuan guru 6 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak dapat memecahkan masalah dalam uji coba dengan bantuan guru 9 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak memecahkan masalah dalam uji coba 3 anak dalam kategori belum berkembang (BB)

(6) Pada indikator inisiatif mencari benda lain yang akan digunakan dalam uji coba Anak sudah memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau melakukan kegiatan. Dari 18 anak didik yang diteliti 0 anak dalam kategori berkembang sangat baik (BSB). Anak sudah memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau melakukan kegiatan tanpa bantuan guru 4 anak dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Anak memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau melakukan kegiatan dengan bantuan guru 13 anak dalam kategori mulai berkembang (MB). Anak tidak memiliki inisiatif dalam beraktifitas atau melakukan kegiatan 1 anak dalam kategori belum berkembang (BB).

1. Pertemuan kedua siklus 1

Observasi pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin 23 November 2020 dengan Tema: Air, api, udara Sub tema: Benda larut dan tidak larut. Pelaksanaan dimulai pada 07.30-10.00 WITA. Pada setiap pertemuan terdapat 4 kegiatan yaitu, kegiatan awal, inti, istirahat dan akhir (penutup).

(58)

1) Kegiatan awal

a) Berbaris sebelum masuk kelas

Pada kegiatan ini, guru mengarahkan anak untuk berbaris di depan kelas dengan tertib sambil menyanyikan beberapa lagu dan pemeriksaan kuku setelah itu anak didik masuk ke dalam kelas secara tertib.

b) Mengucapkan salam

Pada kegiatan ini guru dan anak didik duduk melingkar kemudian guru memberi salam dan peserta didik membalas salam guru.

c) Berdoa sebelum belajar

Pada kegiatan ini anak duduk melingkar kemudian membaca doa bersama guru sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

d) Apersepsi

Pada kegiatan ini, guru mengajak anak bercakap-cakap untuk membahas kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemarin apakah anak masi ingat atau tidak kemudian guru melanjutkan membahas kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini yang akan dilaksanakan yaitu percobaan benda yang larut dan tidak larut. Guru menginformasikan kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu benda yang larut dan benda yang tidak larut kemudian guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan kepada anak benda apa saja yang dapat larut dan benda apa yang tidak larut. Guru juga menjelaskan seperti apakah saat benda dikatakan larut dan tidak larut. Selanjutnya guru memberikan contoh dengan memasukan benda ke dalam

(59)

air. Anak-anak harus memasukkan benda-benda uji coba pada wadah berisi air kemudian anak melihat reaksi yang ditimbulkan. Selesai memberi contoh guru mempersilahkan kepada anak untuk mencoba sendiri. Anak mulai melakukan percobaan dengan memasukkan satu persatu benda yang akan digunakan dalam uji coba ke dalam wadah berisi air. Anak mengamati apa yang terjadi setelah dimasukkan. Apakah benda tersebut larut atau tidak larut. Setelah semua benda diuji coba. Mereka mengelompokkan benda apa saja yang larut dan apa saja yang tidak larut kemudian anak menceritakan proses benda larut dan benda tidak larut. Anak anak terlihat mencari benda lain untuk dimasukkan ke dalam wadah, seperti: daun.

3) Istirahat

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan b) Berdoa sebelum dan sesudah makan

c) Bermain

4) Kegiatan Akhir

Guru mengadakan tanya jawab untuk mengingat kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan seperti benda apa saja yang terapung dan tenggelam didalam air mengapa benda tersebut bisa terapung dan tenggelam. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan anak dalam mengingat kegiatan percobaan terapung tenggelam yang dilakukan dengan metode eksperimen. Selanjutnya guru bercakap-cakap dengan anak sampai di rumah memberi salam, salam kepada orang yang ada di rumah dan guru juga berpesan agar anak rajin

Gambar

Tabel                 Halaman
Tabel 2.1. Kemampuan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun  Bidang Pengembangan Kognitif
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Guru Menggunakan
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis & Mc Tangart  (Suhasimi Arikunto)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kajian pembelajaran ini difokuskan pada telaah tentang konsep MBS, karakteristik MBS, konsep dan dampak otonomi pendidikan, keefektivan sekolahdan MBS &budaya

Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Sri selaku guru ZEY di SLB Muhammadiyah mengenai interaksi sosial anak disekolah, guru memaparkan bahwa dalam proses interaksi

Tampilan Feature Image dari Post yang telah dibuat adalah seperti ini.. Tampilan dari Post yang telah dibuat adalah seperti

Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi

and Subsidiaries (unaudited), and Consolidated Financial Statement as at and for the years ended December 31, 2015 its subsidiaries have been audited by Purwantono, Sungkoro

” An Experimental Examination of Selected Maneuver That May Induce On-Road Untripped, Light Vehicle Rollover- Phase II of NHTSA’s 1997 -1998 Vehicle Rollover Research

Pengaruh Metode Pembelajaran Field Trip Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X.. Universitas Pendidikan Indonesia |