Lampiran 1
Form Data Wawancara
Nama Informan
Jabatan
Nama TBM
Hari/Tanggal
Waktu
Transkrip Jawaban Informan
1. Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian
TBM?
2. Apa alasan anda menamakan TBM pada tempat ini?
3. Apakah tujuan didirikannya TBM ini?
5. Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini?
6. Bagaimana promosi yang dilakukan untuk pengembangan TBM?
7. Apakah harapan anda atas pengembangan TBM di masa depan?
8. Bagaimana sambutan masyarakat tentang keberadaan TBM ini?
10.Apakah peranan TBM bagi masyarakat?
11.Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan
kepada masyarakat?
12.Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM ini?
13.Bagaimana tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal dengan
manfaat TBM?
14.Menurut anda, apakah TBM dapat disebut sebagai sarana pendidikan
15.Jelaskan kegiatan atau program yang terdapat pada TBM ini?
16.Bagaimana pendapat anda mengenai perpustakaan umum?
17.Bagaimana hubungan TBM dengan perpustakaan umum atau instansi
pemerintahaan lainnya?
18.Kesulitan atau kendala apa yang anda alami pada saat mendirikan TBM
maupun setelah TBM ini berdiri?
20.Apa pendapat anda tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di
Lampiran 2
TRANSKRIP WAWANCARA
1. Transkrip Wawancara Informan 1
Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2013
Waktu : 09.15 WIB
Lokasi : Kantor PKBM, Medan Johor
Keterangan:
P : Peneliti
I1 : Informan 1
P : Pagi pak, saya windhi yang mau wawancara soal TBM.
I1 : Iya iya, masuk buk.
P : Gini ya pak, pertanyaannya kan ada 20 ya pak, jadi saya tanyakan
berurutan sesuai dengan pedomannya ya pak
I1 : ya boleh
P : Pertanyaan pertama ya pak, Apakah ide awal atau gagasan awal yang
melatarbelakangi pendirian TBM?
I1 : TBM ini dibangun mengingat masyarakat kita sekarang ini
sangat-sangat malas dalam membaca apalagi golongan menengah ke bawah,
P : Apakah ini bapak lihat pada masyarakat sekitar, atau masyarakat secara
keseluruhan?
I1 : Secara keseluruhan masyarakat apalagi masyarakat golongan menengah
kebawah, biasanya malas membaca, bahwa kita tahu membaca itu
merupakan formasi untuk mengembangkan diri juga ilmu pengetahuan
P : Jadi itulah ya, yang mendasari bapak mendirikan TBM. Jadi ini kan
namanya TBM ya pak, kenapa bapak menamakannya TBM bukan
nama perpustakaan yang bapak pilih?
I1 : Kalau perpustakaan itu namanya kan sudah harus lengkap, bahasa
sementara taman bacaan ini bisa dikatakan cukup sederhana dalam
segala hal bahkan minim
P : Minim?
I1 : Iya, minim. Masih sederhana dalam aneka bacaan. Lebih cocoknya
taman bacaan masyarakat lah.
P : Bukan rumah baca atau?
I1 : Bukan, disamping itu memang ada program yang diluncurkan
pemerintah, TBM.
P : Jadi ini memang program pemerintah
I1 : Iya itulah namanya itu
P : Kemudian, emm...tujuan berdirinya?
I1 : Tujuan berdirinya, pertama supaya masyarakat sekitar ya, masyarakat
sekitar, bisa kita buat bagi masyarakat kita untuk wadah. Taman bacaan
ini minimal untuk yang disekitar kita ini bisa kita layani
P : Sebagai wadah untuk masyarakat,
I1 : Hemmm..iya
P : Jenis koleksinya, pak?
I1 : Jenis koleksinya, ada...ada apa, ada mata pelajaran formal, ada aneka
majalah dan non fiksi
P : Kalau diperkirakan berapa jumlahnya?
I1 : Eksemplar atau judul?
P : Judulnya?
I1 : Kalau judul ada sekitar sepuluhan
P : Gak bisa dipastikan jumlah tepatnya?
I1 : Aa...15 lah, eksemplarnya paling 150 an lah
P : Emm...usia yang menggunakan TBM?
I1 : Usia yang menggunakan, sekitar 10 tahun sampai 25 tahun
P : Lebih dari itu misalnya ibu-ibu rumah tangga?
I1 : Jarang, jarang... pada umumnya peserta, paket B dan paket C, yang
dikelola oleh PKBM pak-pak mandiri
I1 : Tidak, tidak
P : Apa harapan untuk pengembangan TBM ini pak?
I1 : Harapan saya, TBM ini kalau suatu saat bisa menjadi sumber informasi,
sumber belajar di tengah masyarakat dan tempat belajar bagi
masyarakat.
P : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM?
I1 : Sambutan masyarakat dengan adanya TBM ini, biasa-biasa saja.
P : Jadi kayaknya ide bapak buka TBM untuk msayarakat, tapi
masyarakatnya malah biasa-biasa aja?
I1 : Iya, motivasi untuk belajar, untuk membacanya itu kurang.
P : Padahal TBM ini, udah ada pun, kalau bagi masyarakat berkunjung
gratis ya?
I1 : Gratis iya, gratis
P : Tapi malah gak ada sambutan dari masyarakatnya ya?
I1 : Kurang, minim juga kita, minim...
P : Ee....kalau tadi sambutan dari masyarakatnya, sekarang begini ada gak
TBM melibatkan masyarakat dalam kegiatan TBM?
I1 : Masyarakat, jadi begini, kalau kita adakan lomba, lomba misalnya cepat
membaca. Itu hanya tim nya saja, masyarakatnya gak ada
P : TBM ini pernah ada sosialisasi ke misalnya sekolah dasar, kan dekat
disini ya pak, pernah ada promosi ke sekolah-sekolah gak ya?
I1 : Belum, belum pernah. Enggak-enggak. Kita sistemnya seperti
menunggu, gak kejar bola lah, jadi biarkan aja orang itu datang.
P : Hehe...gak kejar bola ya pak
I1 : Iya enggak
P : Jadi secara keseluruhan peranan TBM itu seperti apa di masyarakat,
menurut bapak?
I1 : Eee...sebenarnya kalau kita lihat dari TBM, peranannya bagi
masyarakat itu sangat penting, karena bagaimana ya, dengan adanya
menjadi sumber ilmu dia bagi masyarakat, sumber informasi bagi
dirinya lah sekurang-kurangnya bagi dirinya
P : Tapi justru masyarakatnya
I1 : Gak begitu, gak begitu apa, gak begitu semangat, cuek aja.
P : Disini kalau PKBM nya untuk pendidikan nonformal, untuk paket B
gitu ya pak?
I1 : Kita memang mengelola anak-anak yang putus sekolah, dan itulah yang
sebenarnya layanan utama di TBM ini, sehingga kalau dibilang untuk
masyarakat, sebenarnya paket ini kan untuk masyarakat juga ini, kalau
dimaksud masyarakat kan masyarakat sekitar, tapi anak paket kan juga
masyarakat, emang bukan masyarakat sekitar ada yang dari luar sekitar
kan, tapi tetap kota Medan lah. Kalau masyarakat sekitar tak ada lah
P : Berarti tak ada hubungannya kenapa tempat ini yang bapak pilih
sebagai tempat TBM/PKBM untuk masyarakat sekitar.
I1 : Masyarakat sekitar sini enggak lah. Ini tempatnya kebetulan kantor
PKBM
P : Lanjut pertanyaannya ya pak, tapi gini pertanyaannya, tadi kayaknya
bapak udah pesimis tentang masyarakat, jadi pertanyaannya kayak gini
pak, adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin
ditanamkan kepada masyarakat?
I1 : Ee....ada sih, tapi gini, ada faktor gini ya, dengan minimnya,
pengelolaan kita minim, tentu promosi atau kepercayaan masyarakat
juga minim lah, karena orang mau datang baca itu sebenarnya karena
istilahnya aneka bacaannya terkini terbaru itu dia, artinya sudah
rutinitas harus kita kerjakan baru. Tapi kalau kita hanya menunggu saja,
itu sulit, sulit itu
P : Atau butuh pendanaan dari pemerintah?
I1 : Mungkin sudah kita terima juga pendanaan, sudah, ada yang memberi
berbasis teknologi, kita meminta sarana, katakanlah komputer, televisi,
entah apa, ada. Cuma itu tadi. Ada beberapa TBM katakanlah TBM
itu, itu berdiri untuk mengelola TBM. Begini kalau PKBM mendirikan
TBM, harapannya siswanya saja,umumnya siswanya aja, gak begitu dia
bagaimana ke masyarakat.
P : Jadi kalau TBM yang berasal dari PKBM, khususnya penggunaan TBM
itu cuma untuk siswa?
I1 : Pada khususnya memang begitu, orang PKBM mendirikan TBM hanya
untuk konsumsi anak paketnya atau anak yang putus sekolah. Orang
yang TBM melulu, gak ada PKBM, biasanya contohlah Mas Raden,
P : Masyarakat?
I1 : Ya, sebenarnya sama semua untuk. Kalau TBM PKBM pasti yang
diharapkannya pembacanya dari paket. Tapi kalau TBM doang, ya udah
itu yang TBM. Ya namanya gini, fokus apa, fokus kesetaraan, fokus
TBM, nampakkan, kita fokus PKBM, anaknya yang banyak. Tapi fokus
TBM, aneka bacaannya yang banyak. Otomatis pengunjung,
masyarakat umumnya datang.
P : Kegiatan TBM, gak ada yang pak?
I1 : Kegiatan, apabila ada macam bantuan, dilaksanakan selesai,
dipertanggungjawabkan. Itu berjalan seperti biasa pun tidak, itu lebih..,
itu tadi sifatnya gak fokus. Itulah kalau PKBM mengadakan TBM.
P : Bapak akui? Hehe...
I1 : Mengakui saya, hehe....kalau lembaga ya, lembaga PKBM ini ada juga
TBM nya katalah satu lemari buku. Tapi kalau TBM melulunya itulah
tadi mirip-mirip perpustakaan lah dia.
P : Pendirian TBM di PKBM itu bukan karena adanya keharusan dari
pemerintah ya?
I1 : Tidak apa-apa.
P : Enggak, jadi kalau PKBM tidak apa-apa kalau tidak ada TBM, jadi
kenapa malah banyak, yang mendirikan TBM dan TBM nya malah gak
jalan sama sekali.
gini, sebenarnya berjalan tapi sekarang tergantung manajemennya,
serius tau tidak.
P : Lebih serius ke PKBM ya?
I1 : Iya musiman.
P : Benar-benar, hehe....kenapa semua PKBM yang ada TBM malah
kebanyakan sudah tutup. Jadi ada faktor apa ini yang malah
menyebabkan TBM ini malah tutup.
I1 : Ya itu tadi, gak dikelola, saya contoh saja, itu jam 2 setiap hari buka,
sampai semalaman, memang telaten dia kalau mengurusnya, sudah
memberi suatu kontribusi yang luar biasa besarnya.
P : Yang pendidikan nonformal ini, PKBM itu?
I1 : Pendidikan nonformal itu banyak, satu PKBM itu untuk anak putus
sekolah atau bisa disebut untuk kesetaraan, ada PAUD,ada kursus, ada
juga KF (kesetaraan fungsional) itu naungan pendidikan nonformal.
P : Kalau disini pendidikan nonformalnya?
I1 : Kita? Kita ada paket A sampai paket C
P : Jadi ini kalau pemanfaat TBM itu dilakukan oleh siswa dari pendidikan
paket A sampai paket C itu.
I1 : Itulah yang menggunakan TBM, itu yang dikategorikan masyarakat tadi
memang bukan masyarakat disekitar sini, tapi mereka juga bisa disebut
masyarakat tapi bukan masyarakat sekitar. Karena mereka datang dari
berbagai tempat.
P : Jadi TBM tidak bisa disamakan dengan perpustakaan?
I1 : Tdak, jauh sekali. TBM dalam kategori PKBM tapi kalau TBM yang
identik-identik pula.
P : Adakah hubungan TBM dengan instansi pemerintahan?
I1 : Ada, pada umumnya TBM ini yang ada di PKBM biasanya punya izin
juga operasional.
P : Itu ke dinas?
I1 : Dinas pendidikan kota medan
I1 : Enggak, kalau itu kita bermitra, kalau ada kegiatan kita diundang.
Artinya kita gak ada keterkaitan administrasi dengan perpustakaan.
Tapi kalau mereka sering melakukan kegiatan kita diundang, ada lomba
atau ada apa, ada pelatihan kita diundang juga.
P : Kesulitan atau kendala yang bapak rasakan?
I1 : Sebenarnya ini termasuk apa ya, kalau dibilang modal, modal kan
relatif ya. Misalnya modal gini kita bisa jalankan. Artinya gini kurang
keseriusan dan motivasi, dari pengelola untuk membuat TBM itu tidak
aktif. Karena kalau nilai ekonominya, kalau orang menilai dari ekonomi
begini jadinya. Tapi kalau banyak sosialnya atau diminati,gak ada
masalah, ada juga yang jalan.
P : Maksud dari nilai ekonominya apa pak?
I1 : Ekonominya ini kan gak ada, orang mengharapkan ada uang dari jual
beli atau sewa.
P : Sekalian menjawab pertanyaan terakhir ini pak, fenomena apa yang
terjadi sehingga banyak TBM di kota medan. Jadi kan TBM hadir
karena adanya PKBM, ah itulah kenapa dia hilang timbul?
I1 : Kenapa dia hilang timbul, ini karena faktor program.
P : Program pemerintah?
I1 : Heeh, program pemerintah. Bantuan. Ada programnya, muncul PKBM,
bila program tidak ada ya tutup tapi itupun saya juga tidak tahu.
Seharusnya dengan adanya program ini bisa memotivasi bagi
masyarakat.
P : Oke pak, terima kasih sudah menjawab pertanyaan saya. Terima kasih.
Lampiran 3
TRANSKRIP WAWANCARA
2. Transkrip Wawancara Informan 2
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 April 2013
Waktu : 09.25 WIB
Lokasi : Kantor TBM, Medan Polonia
Keterangan:
P : Peneliti
I2 : Informan 2
P : Selamat pagi pak, saya yang akan wawancarai soal TBM yang kemarin
itu pak.
I2 : Oh iya, silakan.
P : Pertanyaan pertama tentang ide awal gagasan bapak mendirikan TBM?
I2 : Iya, Didasari atas adanya kebutuhan masyarakat terutama di sekitar
TBM yang masih saya lihat minat bacanya rendah, yang kita pingin dari
TBM ini muncul orang-orang yang kreatif menambah ilmu dan rajin
membaca
P : ee...kreatif agar masyarakatnya bisa lebih...
I2 : Masyarakatnya lebih kreatif jika dia bisa membaca sehingga mereka
bisa mendapatkan ide dengan apa mereka dapat mengisi kehidupan ini,
mencari peluang untuk menambah kesejahteraan hidupnya ke depan.
P : Jadi ini kan namanya TBM ya pak. Kenapa bapak memilih namanya
TBM bukan perpustakaan?
I2 : TBM itu kan dari program pendidikan masyarakat dari direktorat PNFI,
kalau perpustakaan itu cenderung lebih besar, kalau TBM itu lebih
dekat ke masyarakat, yang saya lihat kalau perpustakaan itu dengan
ukuran ruangan sekian meter buku-buku yang mahal. Terus TBM ini
lebih baik satu buku dibaca seribu orang daripada seribu buku dibaca
satu orang. Karena kita kan mensosialisasikan membaca yang penting
segmen membacanya bukan lembaga membaca tersebut.
P : Jadi biar kecil pun yang penting berguna bagi masyarakat
I2 : Aa...yang berguna bagi masyarakat.
P : Tujuan didirikannya TBM?
I2 : Pertanyaan nomor 2 belum?
P : Iya itu tadi pertanyaan kenapa bapak memilih nama TBM
I2 : Oh saya pikir nama TBM cellpowernya
P : Iya jadi pertanyaan tadi begini, kenapa bapak memilih nama TBM
bukan perpustakaan karena tempat ini kan bisa disebut juga seperti
TBM. Terus tujuannya lagi pak?
I2 : Tujuannya itu dari sini akan muncul katakanlah orang-orang kreatif
yang bisa menulis, adanya orang wirausaha, adanya penggalian potensi
dan lebih jauh dari itu kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa
TBM ini bisa menjadi pusat informasilah bukan sekedar TBM saja tapi
nanti sehingga melahirkan orang-orang besar
P : Jenis koleksi TBM?
I2 : Terutama buku-buku bacaan pelajaran karena banyak yang belajar di
sini makanya kita utamakan kebutuhan mereka dulu, novel, buku
kepribadian, buku-buku umum, beberapa komik, majalah-majalah
anak-anak, majalah ibu-ibu.
P : Jumlah bisa bapak sebutkan?
I2 : Sebenarnya kalau totalnya bisa lebih sekitar 14.500 eksemplar. Karena
Ada hibah dari Djarum Super buku pelajaran.
P : Ini datangnya buku-buku dari bapak beli atau hibah?
I2 : Intinya mula-mula kita karena saya pecinta buku dari SMA beberapa
merupakan koleksi pribadi, setelah banyak orang melihat ada juga
sumbangan masyarakat, kemudian adanya katakanlah dukungan
P : Usia yang bisa menggunakan TBM ini, dari usia berapa sampai usia
berapa?
I2 : Untuk semua usia, jadi katakanlah dari dia mulai membaca dari usia 3
tahun, kita juga menyediakan buku anak-anak. Untuk orang dewasa
juga ada novel. Untuk orangtua tentang buku-buku kepribadian.
P : Itu kan yang terdaftar sebagai anggota?
I2 : Ada dari usia 6 tahun lah dan paling tua orangtua murid sekitar usia 50
tahun.
P : Promosi untuk pengembangan TBM. Apa aja yang sudah dilakukan?
I2 : Jadi kalau dulu kita agak jarang, sekarang kita sudah rutin pameran
buku sebagai income pendapatan utama, sekarang kita setiap bulan
usahakan live music yang akan diadakan sebulan sekali, supaya orang
heran ada menyanyi di sini dan mereka akan bertanya ini ada TBM, apa
ini lalu mereka akan mengerti. Dari duduk-duduk, merapat, mendekat
dan mereka akan tahu tentang TBM ini.
P : Harapan bapak dari pengembangan TBM untuk masa depan?
I2 : Ya tentunya, masyarakat itu bisa jadi seperti saya terutama saya dari
minat membaca lalu mengelola TBM dan sekarang sudah bisa menjadi
penulis.
P : Lanjut pertanyaan ya pak. Bagaimana sambutan masyarakat dengan
adanya TBM?
I2 : Mula-mulanya masyarakat heran dan aneh (banyak bertanya), bapak
uangnya dari mana? Saya bilang, saya mulai dari apa yang ada
kemudian dari buku-buku saya lalu saya buat program-program untuk
masyarakat dan pemerintah menyambut positif, disitulah dibutuhkan
tanggung jawab moral saya. Ketika kita sudah diperhatikan mengapa
kita tidak memperhatikan orang lain, disitulah saya melihat transpansi
pengelola. Dari situ lah saya akan menarik perhatian masyarakat dengan
adanya TBM ini.
I2 : Makanya kita mengundang pak lurah, ya tahu siapa yang bisa datang de
sini. Kalau orang diundang dengan surat susah datang. Kita buat suatu
yang aneh, macam live music, bikin pameran buku. Dia heran, dia akan
singgah akhirnya dia tahu, setelah dia tahu dia akan melakukan
perbandingan dan dengan itu kita akan tahu apa kelemahan kita.
P : Jadi emang membuat suatu yang unik untuk membuat orang menarik
perhatian.
I2 : Iya menarik, nanti suatu saat kita bikin badut lucu, orang nantikan
heran. Lama-lama akan tercipta image orang, sebetulnya ada itu seperti
rumah-rumah buku, TBM entah apalah namanya, harus begitu memang
dan kita juga harus berani untuk melakukan itu. Lebih bagus 10 orang
aktif daripada 100 orang ndak mau tahu, itu yang saya pikir.
P : Bapak kan sudah mendirikan TBM sejak tahun 2010, sudah banyak
biaya yang bapak habiskan dan dari acara-acara yang dibuat kan gak
selalu berhasil. Apa gak jera bapak?
I2 : Lumayan lah, ya pasti. Saya pikir dibalik perjalanan panjang itu pasti
ada suatu kesuksesan. Kalau rugi pasti rugi. Kalau jera pasti saya tidak.
Kenapa? Karena ketika saya melakukan suatu yang unik prestasi saya
pasti datang.
P : Peranan TBM bagi masyarakat?
I2 : Peranan TBM bagi masyarakat, ya saya pikir memang itulah tugasnya
saya bagaimana caranya supaya orang segala usia bisa datang dia.
Lama-lama saya berpikir TBM ini kurang luas. Bapak-bapak misalnya
saya kasih dia main catur, tapi main caturnya tertib artinya main catur
gak boleh merokok, dikasih minum kalau baca buku. Nah seperti itu
idenya saya. Memang sekarang banyak orangtua di rumah ya kan,
stress. Anaknya cucunya kerja semua dia ditinggal di rumah dikunci,
dikasih makan minum. Tapi coba kalau dititip di TBM, ada game, ada
main gitar, ada buku. Tapi masalahnya bagaimana kita mendatangkan
menerima uang. Kita terima uang, kita belikan buku, anak-anak stress,
nah begitu.
P : Nilai, norma atau kepercayaan yang ingin ditanamkan dengan adanya
TBM?
I2 : Membaca adalah harga mati untuk perubahan. Yang membaca selalu
kalah, namun sebenarnya ide-ide orang itu yang akan terpakai. Dari
membaca akan memiliki ide yang tidak boleh ditawar lagi . Di era
literasi, membaca itu adalah suatu keharusan. Sehingga akan
dicanangkan Hari Berbagi Buku Nasional pada 17 November
mendatang.
P : Kenapa bapak membuat TBM di daerah ini?
I2 : Karena tempat tinggal, karena saya percaya dari buku yang saya baca,
dimanapun kita berada kalau kita itu emas akan tetap menjadi emas,
kalau dibuang dia ke lumpur akan tetap menjadi emas dia. Dimanapun
lokasi kita, kalau kita memberikan yang terbaik, orang akan tetap
datang. Selain itu juga karena terletak di tepi jalan merupakan tempat
yang strategi agar orang dapat melihat dan mengunjungi.
P : Bukan karena di tepi jalan, jadi banyak orang lihat?
I2 : Iya, itu salah satunya juga lah.
P : Ee...tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal dengan
TBM?
I2 : Khususnya sangat erat, orang formal itu malas belajar. Kalau ilmu yang
diberikan tinggi-tinggi akan langsung hang jadi mereka butuh
pendekatan yang manusiawi dulu, maksudnya yang dekat dan
enak-enak dulu, baca-baca novel dulu komik. TBM ini kan pendidikan
nonformal, bahwa TBM menurut UU Pendidikan No. 20/2003 bahwa
TBM itu adalah lembaga sosial masyarakat yang bernaung di bawah
pendidikan nonformal sebenarnya setara dengan PKBM, konsistensi
utamanya untuk pemberantasan buta aksara, karena di kota Medan tidak
ada yang buta aksara, jadi saya tidak mau menipu diri untuk program
P : TBM disebut sebagai sarana pendidikan berbasis masyarakat?
I2 : Ya, memang yang intinya kan untuk semua umur itu. Jadi memang
masyarakat yang terlupakan yang intinya itu. Jadi yang gak ada
kerjaannya, yang pengangguran, yang hanya ngantar anaknya duduk di
situ lah dia, dan itulah yang umumnya menjadi, yang terlupakan itulah
yang menjadi pangsa pasar kita.
P : Kegiatan atau program yang ada di sini atau kegiatan rutinnya yang
pasti ada.
I2 : Setiap tahun ada kegiatan Pekan kreatifitas dan prestasi, ada lomba
cerpen, lomba baca puisi, ada try out sebelum ujian nasional, pelatihan
jurnalistik dari Koran Analisa. Karena emang saya itu istilahnya sudah
menjadi darah daging, sesuatu yang saya mulai itu tidak akan berhenti
selama saya masih ada. dan saya mau generasi saya berpikir begitu,
karena kita malu, habis juara, habis. Maunya harus dijaga normatiknya
itu.
P : Pendapat bapak tentang TBM, bisa gak disamakan perannya dengan
perpustakaan umum di masyarakat?
I2 : Sebenarnya TBM ini lebih dekat ke masyarakat. karena biasanya
perpustakaan itu kan lebih besar dan butuh ongkos untuk pergi ke sana,
kalau TBM kan ada di setiap kecamatan, jadi bisa lebih gampang trus
persyaratan lebih ringan. Kalau di perpustakaan mencuri buku pasti di
tangkap, kalau di TBM mungkin tidak, karena kenapa kita tidak begitu
ketat sekali peraturannya. Saya pun gak begitu marah, karena saya aja
dikasih buku sama orang, jadi kenapa kalau buku saya dicuri orang
harus marah. Itu kan bukan untuk dijual, untuk dibaca kan, jadi kalau
untuk dibaca ya untuk apa. Nanti ketika dia sudah besar akan ada cerita
dari itu, dari buku yang dia curi itu misalnya. Tapi seharusnya kita
bangga, dia mengambil buku kita untuk dibaca, walaupun dari cara
yang salah.
I2 : Ya harusnya memang begitu, tapi semakin dibuat begitu, saya tengok
itulah yang terjadi di perpustakaan. Pengunjung tidak leluasa.
P : Hubungan TBM dengan instansi pemerintahan misalnya perpustakaan
umum atau dinas pendidikan?
I2 : Ya kalau dinas pendidikan itu otomatis sebagai pembina kita.
P : Kesulitan dan kendala selama membuat TBM?
I2 : Ya jelas kalau kita tidak ada penghasilan itu tidak bisa hidup. Makanya
dilakukan kegiatan pameran buku dengan bekerja sama dengan
penerbitan agar mendapatkan pendanaan mandiri, selain dari
sumbangan masyarakat.
P : Pendapat bapak tentang fenomena tentang keberadaan TBM yang
terdapat di daerah perkotaan bukan derah pedesaan?
I2 : Sebenarnya kalau TBM diberdayakan lebih maksimum akan menjadi
nilai jual yang tinggi. Saya lebih bagus mengusung bendera TBM
karena lebih dekat dengan masyarakat, dekat untuk bisa berbuat lebih
banyak. Saya saja diberi buku oleh orang, maka saya juga akan
memberikan buku kepada orang lain
P : Baik pak, pertanyaannya sudah dijawab semua. Terima kasih pak.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
3. Transkrip Wawancara Informan 3
Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013
Waktu : 10.30 WIB
Lokasi : Kantor TBM, Medan Amplas
Keterangan:
P : Peneliti
I3 : Informan 3
P : Asslamualaikum ibu, saya windhi dari USU mau wawancara soal TBM
I3 : Iya iya, jadi dari siapa tau ada TBM di sini?
P : Saya dapat data dari Dinas Pendidikan tentang TBM di Kota Medan.
I3 : Oh, ya.
P : Disini sudah berapa lama TBM nya dibangun ya buk?
I3 : Didasari dari pendirian PAUD 1994. Pada tanggal 7 bulan7 tahun 2007
berdiri secara resmi PAUD dan PKBM. Pada awalnya orangtua atau
yang mengantar murid yang menunggu anaknya disediakan tempat
untuk membaca selama mereka menunggu anak-anaknya, lalu
lama-kelamaan kami menyediakan beberapa bahan bacaan yang berasal dari
koleksi pribadi anak saya dan koleksi dari yayasan. Itulah bentuk awal
dari pembuatan TBM ini, selain faktor itu, ada juga hal lain yang
melatarbelakangi saya dalam pembangunan TBM ini yaitu dari
pengalaman anak laki-laki saya yang punya hobi mengoleksi buku, lalu
ketika dia kedatangan temannya ke rumah teman-temannya yang
menyewa koleksi bukunya, setelah terkumpul uangnya dia malah
membelanjakan uang yang didapat dari penyewaan buku kepada
membuat saya tergerak untuk pembangunan TBM dari masyarakat
diperuntukkan bagi masyarakat lagi.
P : Jadi kenapa ibu namanya TBM bukan perpustakaan?
I3 : oh ini, saya gini, itu tadi kalau dia perpustakaan ini akan mengesankan
seperti perpustakaan bentukan pemerintah yang memiliki sistem
berbelit-belit sehingga masyarakat akan enggan untuk datang. Maka
saya pilih nama TBM, masyarakat akan merasa lebih memiliki TBM.
Soalnya tujuan didirikan ini, iya lah untuk membantu masyarakat ini
lah, secara umum itu kalau kita bilang, tapi kalau secara khusus ini
untuk meningkatkan apa namanya. Karena membaca adalah jendela
dunia. Sekarang gini ya kalau kita bilang anak-anak sekarang dengan
handphone dengan IT, mereka itu sosialisasinya kurang. Tapi kalau dia
ke TBM dia akan membaca dan mendiskusikan dengan
teman-temannya yang lain, ini untuk menumbuhkan rasa sosialisasi pada anak.
Dan akan membangun komunikasi anak dengan orangtuanya.
P : Jenis koleksi yang ada di TBM?
I3 : Jenis buku pertanian, keagamaan, majalah, novel, buku-buku khusus
anak, psikologi anak, buku memasak dan buku khusus perempuan.
P : Itu pengadaan buku, dari TBM yang mengeluarkan dana atau ada dapat
sumbangan?
I3 : Dari TBM, baru kami kalau TBM mendapatkan bantuan dana belum.
Kecuali kami ada dapat dari menang lomba, itu dapat bantuan dana.
Kalau untuk pembelian buku kami belum. Dan selanjutnya pernah kami
masukan lomba ini di perpustakaan daerah, lalu datang mereka kemari
dan beberapa hari kemudian kami dapat bantuan buku.
P : Baru sekali itu dapat bantuan buku dari instansi pemerintahan buk?
I3 : Iya.
P : Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini?
I3 : Usia sekolah yaitu digunakan oleh peserta kegiatan PKBM yang terdiri
atas paket A, B, C serta orangtua murid PAUD.
I3 : Promosi yang dilakukan melalui spanduk dan lomba yang diadakan
oleh PKBM. Pada saat kegiatan perpisahan PAUD juga diadakan
promosi TBM bagi orangtua murid.
P : Harapan atas pengembangan TBM di masa depan?
I3 : Pemerintahnya ya, terkadang gini yang membuat itu mengharapkan
bantuan bukan muncul dulu. Itu pun secara apa ya bantuan pemerintah
lah, kecuali ikut lomba. Kalau ikut lomba itu atas ide dan kreatifitas kita
ya.
P : Jadi maunya pemerintah memberi perhatian lah ya buk.
I3 : Iya, itu kan buat motivasi pengelola lah ya.
P : Antusias gak buk masyarakat dalam melihat TBM yang ada di sini?
I3 : Terkadang gini, masyarakat ini baru mau datang kalau ada kegiatan apa
baru mau dia. Masyarakat sekitar ketika diadakan perlombaan maka
akan banyak yang mengunjungi TBM, namun setelah itu tidak ada lagi
masyarakat yang datang ke TBM untuk berkunjung. Memang perlu
juga kan, kalau dalam pertanian ya, variasi pupuk gitu, tergantung kita
juga memang. Hemmm...begitu. lalu apa lagi?
P : TBM melibatkan masyarakatnya dalam setiap kegiatannya seperti apa
buk?
I3 : Oh, itu terutama orangtua ya. Alumni dari PAUD juga.
P : Peranan TBM bagi masyarakat?
I3 : Eemmm....peranan ini maksudnya gimana ya?
P : Begini buk, mungkin beda dengan manfaat. Menurut ibu apa yang
menjadi kehidupan masyarakat secara langsung apakah TBM ini dapat
memberikan informasi di mana masyarakat merasa butuh dengan TBM
ini begitu buk.
I3 : Oh, iya kayak gini lah, dimana kita bisa memberikan apa yang
dibutuhkan mereka. Misalnya buku-buku resep.
P : Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan
I3 : Kita tanamkan secara tidak langsung nilai kejujuran yang ingin
ditanamkan kepada masyarakat, kalau dia meminjam harus kembali.
P : Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM
ini?
I3 : Sudah diapit oleh beberapa perumahan, sehingga memudahkan
masyarakat karena berada di daerah perlintasan. Selain daripada
merupakan tempat ini adalah PKBM dan PAUD yang banyak
masyarakat akan berdatangan, maka dibuatlah TBM di sini.
P : Bagaimana tanggapan ibu tentang kaitan pendidikan nonformal dengan
manfaat TBM?
I3 : Pendidikan nonformal, pada UU Sistem Pendidikan No. 20/2003
menyebutkan bahwa pendidikan terbagi atas 3 jalur pendidikan formal,
informal dan nonformal. Kaitannya ke situ adalah TBM pendidikan
nonformal yang terdapat di masyarakat.
P : Menurut ibu, apakah TBM bisa disebut sebagai sarana pendidikan
berbasis masyarakat?
I3 : Dapat, memang itulah. Memang itu masyarakat yang terlibat.
P : Kegiatan atau program yang dilakukan oleh TBM ini secara
regularnya?
I3 : Kegiatannya, itu yang kami buat seperti lomba membaca, lomba
meresume buku, ini mana anak-anak yang rapotnya bagus dikasih
hadiah kepada anak-anak berprestasi karena anak-anak tersebut
membaca di TBM ini, bagi ibu-ibu diadakan lomba resep memasak,
menulis koran Ibu Cerdas dan Ibu Kreatif yang diadakan PKBM
dengan kaitan kegiatan atas bantuan dari TBM.
P : Ini bapak-bapaknya gak ada diikutkan lomba ya buk?
I3 : Siapa? Bapak-bapaknya, enggak. Karena gini kalau mengundang
bapak-bapaknya lebih sulit.
P : Jadi lebih mudah pendekatannya sama ibu-ibunya karena mengantarkan
anaknya ke sekolah ya buk. Emm...Pendapat ibu tentang perpustakaan
I3 : Kalau ini ya, perpustakaan umum sudah jelas. Mungkin pelayanannya
lebih maksimal. Bukan berarti TBM gak bisa maksimal. Jadi gini
tergantung dari pengelola, dan saya pikir kita sudah cukup maksimal.
P : Hubungan TBM dengan instansi pemerintahan? Apakah dinas
pendidikan atau perpustakaan umum
I3 : Kalau itu, saya membuat ke sana surat izin.
P : Ada kendala gak ibu selama pendirian TBM?
I3 : Maunya adalah perhatian pemerintah untuk pembinaan pengelola TBM,
adanya diundang pengelola atau orang yang langsung mengurusi TBM
agar diberi pelatihan untuk mengurusi TBM secara lebih baik lagi. Atau
maunya dibuatlah semacam pendataan pengelola TBM ini secara
nasional, dan pemerintah mengapresiasi pengelola TBM ini agar
mereka bisa lebih semangat dalam mengurusi dan pengembangan TBM
bagi masyarakat.
P : Tadikan ibu menjelaskan masalah yang dihadapi dari perhatian
pemerintah untuk pengembangannya. Ada gak cara ibu untuk mengatasi
masalah itu ?
I3 : Karena tidak ada perhatian dari pemerintah dalam membantu TBM
kami, kami hanya mencari sponsor dari pihak swasta dan dunia usaha,
meminta mereka untuk pendanaan atau pengembangan TBM.
P : Apa pendapat ibu tentang fenomena TBM yang terdapat di daerah
perkotaan, karena ada yang tutup atau ada juga yang buka tapi
masyarakatnya kurang berminat?
I3 : Kalau saya sih memang untuk membantu masyarakat dalam
mencerdaskannya. Tapi saya tidak tahu juga lah yang lain.
P : Oke sudah segitu aja buk, terima kasih.
Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA
4. Transkrip Wawancara Informan 4
Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2013
Waktu : 14.30 WIB
Lokasi : TBM Plus Mas Raden, Medan Johor
Keterangan:
P : Peneliti
I4 : Informan 4
P : Pak, saya akan menanyakan 20 pertanyaan ya pak.
I4 : Sebelumnya saya mau tanya, kamu sebagai pustakawan apa yang akan
kamu kerjakan nanti?
P : Eemm...saya akan menjadi pegawai pemerintahan atau pegawai swasta
yang ngurusin soal perpustakaan.
I4 : Nah itu dia, ada gak nanti bakalan bekerja di TBM macam ini?
P : Wah, saya juga gak yakin pak.
I4 : Itu lah yang saya tanyakan kamu akan menjadi pustakawan kenapa
harus bekerja di perpustakaan saja.
P : Jadi pak apa ide awal bapak buat TBM ini.
I4 : Dia gini anggap saja kalau pun ada perpustakaan yang dibina sama
kantor lurah. Kalau perpustkaan masyarakat itu harusnya masyarakat
setiap hari bisa ke situ. Kalau perpustakaan kantor lurah, ya dianya di
kamar lurah itu, itu namanya perpustakaan lurah itu lah. Perpustakaan
sekolah misalnya perpustakaan SMP negeri 2 itu ya diperuntukkan
untuk siswa, itupun kalau siswanya berani. Kalau tidak kalau bukunya
ada disamping kepala sekolah, mana beraninya dia datang. belakangan
ininya dia dibuat di dekat kantin, kalau di samping kepala sekolah
P : Jadi bapak buat TBM perpustakaan umum?
I4 : Iya, untuk masyarakat memamg. Makanya taman bacaan masyarakat
dia kan. Kan macam perpustakaan umum dia. Jadi yang kemari boleh
anak sekolah, boleh masyarakat umum. Jadi saya suruh semua orang
boleh kemari. Maka dia dibuat pengelolaannya secara umum, dibuat dia
bebas. Coba tengok malam-malam kemari, bongkar sana bongkar situ
yang penting masyarakat ada mau. Semalam ada orangtua bawa
anaknya naik mobil 5 orang, dilepaskan anaknya, pergi dia. Dia
kepingin anaknya jadi kutu buku. Bongkar-bongkar aja anaknya disini,
orang belum terbiasa kan begitu. Akhirnya melihat buku yang
bergambar yang gimana gitu, lama nanti akan kecantol dan
lama-lama dia diarahkan nanti. Macam mengajarkan orang buta huruf.
P : TBM kan awalnya untuk memberantas buta huruf.
I4 : Termasuk salah satu memberantas buta huruf, yang kedua melestarikan
bagaimana orang yang sudah diberantas buta huruf jangan kembali buta
huruf itu dia. Banyak nya tugas taman bacaan ini. Kamu sudah ada baca
gak tugas pokok dan fungsi taman bacaan?
P : Sudah baca saya tapi saya hanya sekadar baca saja. Hehehe...
I4 : Nah itu, kalau dialog gini harus ada baca, saya aja mengkaji langsung
dari tugas pokok fungsi itu baru bapak leluasa buat begini kan?
P : Iya.
I4 : Ternyata kan pustakawan itu hanya mengacu kepada, biasanya
pustakawan itu hanya sekolah ya perpustakaan sekolah, apa namanya
lokus penelitiannya hanya pada perpustakaan sekolah. Kalau ini yang
kalian kaji yang sudah ada gurunya gitu, yang dikaji tu yang seperti ini
yang dikelola oleh masyarakat dan bagaimana dia berkembang, kenapa?
Karena masyarakat ya membutuhkan ini. Yang kedua, masyarakat
sekolah, lepas dia sekolah memang ke mari itu. Sekolah berapa jam
buka perpustakaan, dia masih mau belajar paling cuma jam istirahat,
P : Hahaha...iya juga sih pak. Jadi saya lanjutkan pertanyaan tadi pak
tentang ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian
TBM?
I4 : Jadi orang berbuat setelah..atau orang berbuat karena, tapi saya buka ini
tidak seperti itu, saya memang mau mencari uang di dalam sini. Saya
mengelola taman bacaan ini profesional, saya gak peduli mau juara mau
tidak, gak mengejar itu saya dulu. Jadi awal pembukaan awal ini dulu
bukan mau membuka taman bacaan, saya mau mencari uang. Di luar
saya itu yang berubah. Ini dulu tempat duduk orang, makan sate. Apa
sih yang bisa dikelola untuk bisa menambah omset dari jamu ini, jadi
bapak berpikir ibu ini kan, istri bapak yang megang jamu ini kutu buku,
suka baca novel. Jadilah awak pikir-pikir, sambil duduk-duduk dia baca
buku, wajar juga dibuka taman bacaan, apa salahnya menjaga-jaga
novel, jadi taman bacaan bukunya masih satu gerobak, satu gerobak
novel-novel di dalamnya sama besar gerobaknya. Jadi ada gerobak
jamu ada juga gerobak taman bacaan dalam bentuk begitu juga tapi
isinya masih novel. Dengan ada novel mulailah orang datang,
nyewa-nyewa novel. Lama kelamaan terdesak kita, banyak disini gemar
membaca, lama-lama minta ini minat itu, gak muat lah satu gerobak
akhirnya tempat ini dibuat taman bacaan, bukunya dipindahin kemari,
dulu satu gerobak persis merek taman bacaan itu masih ada di kamar
mandi sana.
P : Jadi gerobak dulu sudah taman bacaan namanya?
I4 : Iya. Saya memang mencari uang bagaimana bisa menutupi jumlah
koleksi buku. Saya gak mengharapkan orang lah saya gak
mengharapkan proyek saat itu. Cuma kalau datang sumbangan orang ya
saya terima. Setelah tahun 2006 akhir, saya jual mobil untuk membeli
buku.
P : Jual mobil? Wahh...haha...
I4 : Akhirnya bapak jual mobil bapak 25 juta, itulah bapak beli buku,
Kalau untuk memasarkannya atau mengembangkannya itu banyak
strateginya sama bapak. Cuma uang untuk membeli buku itu tidak ada,
saya minta-minta ke orang malu saya, terpaksa mobil bapak jual. Maka
keluar di koran itu, jual mobil untuk beli buku begitu.
P : Itu kalau dengar jual mobil untuk beli buku kayaknya non sens itu pak.
Mau kali jual mobil untuk beli buku...hehe...
I4 : Itu pemikiran kamu itu tidak salah, betul itu. Karena mengapa?
Banyaknya tukang menokoh orang, kalau orang suka nokoh, maka versi
orang semua orang suka nokoh begitu. Itu gak usah kau sangsikan,
bapak pun setuju itu. Kalau bapak jadi narasumber di mana-mana itu
yang bapak keluarkan, kalau bapak ceramah seperti ini, itu pasti
orang-orang tidak tentu dalam otak orang-orang itu lengket itu, tapi kalau mereka
sudah kemari, baru “ooo”.
P : Kegiatan setiap tahun itu yang regularnya pasti ada itu apa aja pak?
I4 : Itu bintang Learning Society, kalau yang 2 kali satu tahun anggota
berprestasi, juara kelas. Terus lomba yang berdasarkan itu.
P : Lomba apa aja adanya pak?
I4 : Tempo hari pernah ada lomba dongeng PAUD, apresiasi sastra, lomba
penulisan.
P : Kok bapak buatkan nama TBM nya dengan plus pak?
I4 : Ya, saya ingat dengan SMA Plus, kenapa dikatakan SMA Plus dia?
P : Karena gak biasa dari SMA-SMA negeri yang lain dan pasti ada nilai
tambahnya.
P : Karena biasanya TBM itu ada dengan PKBM, TBM yang ada pun
I4 : Dia mendampingi lembaga yang ada, boleh dikatakan sebagai
formalitas saja disitu, untuk mendampingi PKBM dia kan. Maka
konsentrasi dia gak seperti ini kan. Itu konsentrasi dia untuk bagaimana
dia bisa berkembang. Orang dia hanya salah satu kegiatan lain dari
lembaga yang sudah ada kan. Di dalam itu ada PAUD, di dalam itu ada
kursus, gimana dia bisa berkembang. Kalau dia berkembang melebihi,
dia ditegur oleh yayasannya, begitu.
P : Jadi TBM ini bukan semacam TBM kemitraan bukan ya?
I4 : Enggak, kita memang khusus TBM, organisasinya TBM, taman bacaan
khusus kita, kalau pun ada kita kelola yang lain di sini kita gak mau,
bukan berarti kita merupakan bagian dari dia. Yang dia itu merupakan
bagian dari taman bacaan. Kalau ada jamu, jamu wajib mendampingi
taman bacaannya, kalau ada kita kelola kursus, memang untuk
mengembangkan taman bacaannya jadi untuk membesarkan taman
bacaannya bukan seperti yang lain, dibuat taman bacaannya untuk
membesarkan yayasan yang ada. Apapun yang saya buat disini harus
atas nama taman bacaan.
P : Ini bapak mengaturnya macam ini, kan kesannya masih ada yang
berantakan.
I4 : Yang berantakan itu karena belum sempat dirapikan, sudah dirapikan
nanti juga bakal diobrak-abrik orang. Kalau sudah ada waktu bapak
sudah rapi dia, jadi kalau berantakan, tidak dirapikan. Karena buku ini
setiap malam diobrak-abrik orang, makanya ada merek macam ini.
Itulah gunanya “Balikan Buku ke Tempatnya” jadi gak perlu lagi kita
ngomong. Tapi terkadang kita maklum juga, kalau dia macam itu
ditegor lah dia, kalau sudah dewasa dia gak akan mungkin begitu.
Umumnya anak-anak lah yang begitu, baru-baru mulai belajar.
P : Jangan marah ya pak?
I4 : Tidak boleh marah disini, kalau marah gak dapat pahalanya, selain
ridho dari dia. Jadi usaha ini adalah usaha yang memang berkonsentrasi
antara kepentingan dunia dan akhirat. Makanya ada kotak infak disini.
I4 : TBM kreatif, Tujuan TBM Relawan, Beramal, Berbisnis. Itu tergantung
kita, yang penting tiga-tiganya dimasukkan ke dalam. Jadi ada
kepentingan pemerintah ada kepentingan sosialnya. Kalau tidak
dijalankan seperti itu nanti taman bacaannya jalan di tempat.
P : Koleksinya ada banyak jenisnya ya pak?
I4 : Banyak. Pokoknya kalau ada orang nanya buku kemari, tidak ada akan
kita catat, besok kita belanja, mau datang dia kembali kemari tidak
peduli kita itu, pesanan orang semalam kita cari itu, supaya nanti kalau
ada orang mencari. Buku-buku pelajaran dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi, novel, komik, majalah, buku-buku keagamaan,
buku pembelajaran umum, buku motivasi dan banyak lagi. Jumlah buku
yang ada pada TBM ini ada sekitar 185.000 eksemplar sekitar 98.000
judul.
P : Berapa banyak anggotanya pak, apa orang-orangnya cuma dari daerah
sini aja?
I4 : Jadi kamu pertimbanganmu ini cuma orang yang dari Medan Johor ini
aja, salah besar. Hah 2180 orang, inipun dari mana-mana ini, ada dari
Garu ada dari Tembung sana, ada dari Polonia, ada dari Simalingkar.
Kalau sekitar sini, kecil kali itu.
P : Usia paling muda berapa pak yang jadi anggota?
I4 : Selagi bisa dia menulis data. Dia bawa orangtuanya, selagi dia bisa
menulis ya kita terima, kerna diakan mau mengajari anaknya kemari
cinta buku, kalau mau cinta buku tentu strateginya bawa dulu kemari
kan gitu, supaya anaknya merasa bangga punya kartu perpustakaan.
Makanya anaknya dibuatkannya. Yang penting anaknya bisa catat.
P : Dari usia PAUD mungkin pak?
I4 : Ada.
P : Jadi dia tahu lah ya kalau ada buku-buku yang dia butuhkan disini.
I4 : Nah banyak macamnya, ada dia dengar dari cakap-cakap orang. Dari
koran itulah promosi itu. Makanya saya masukkan ke koran untuk
melakukan promosi itu tadi. Saya tidak mengatakan “datanglah
baca-baca kemari”. Promosinya saya bercerita tentang yang saya lakukan,
setelah dibaca orang, dia datang sore-malamnya. Itu namanya promosi
profesional. Saya hanya mengatakan apa yang saya kerjakan.
P : Berperan pentinglah TBM bagi masyarakat ya pak?
I4 : Ini? “jangan pindah jauh-jauh pak” begitulah kata orang. Sebagian
masyarakat mengatakan pada saya untuk jangan pindah terlalu jauh, ini
membuktikan bahwa TBM ini sangat berperan bagi masyarakat
sehingga mereka tidak mau TBM ini berada jauh dari lingkungan
mereka. Ini TBM kreatif berbasis wirausaha Layanan mencerdaskan
kehidupan bangsa, Layanan sosial dan amal soleh, dan Layanan
ekonomi dan sosial.
P : Bapak tujuannya ini, membaca aja bagi masyarakat dengan adanya
TBM ini? Atau ada nilai atau norma lain yang ingin bapak tanamkan?
I4 : Banyak. Seperti yang saya katakan tadi. Pada mulanya saya mendirikan
ini untuk ekonomi tambahan, maka berusahalah di bidang jamu. Maka
jamu tidak jalan, saya padukan dengan ini setelah jalan saya tetap
berambisi, dua-dua jalan. Tetapi di dalam praktek pelaksanaanya itu
saya pingin taman bacaannya yang dikenal walaupun jamunya duluan.
Karena kalau taman bacaannya, kalau boleh berharap agak mulia lah
begitu. Saya berharap kalau boleh disebut “usaha berkategori mulia”.
Apapun yang saya lakukan ini bermuara ke TBM.
P : Bapak berusaha menjalankan?
I4 : Ya pasti dong, salah satunya kan itu, kalau terlambat orang
mengembalikan buku saya buat denda. Dendanya masuk kotak infak.
Sayanya tidak mematok berapa, yang penting masuk kotak infak.
anak-anak berprestasi. Sebenarnya ini tidak pantas diceritakan tapi ini kan
pembelajaran.
P : Bapak meminjamkan buku ini dengan memungut uang ya pak?
I4 : Iya, ada uang sewa. Tapi kalau baca disini gratis.
P : Kenapa bapak jadi TBM di tempat ini?
I4 : Haa...itu studi kelayakan, bapak mau berusaha bapak pilih-pilih untuk
tempat. Kan dari mulai jual jamu saya pilih tempat ini. Untuk
memajukan usaha jamunya saya berpikir untuk menyediakan buku
bacaan yang awalnya hanya untuk istri saya lalu berkembang
peruntukkan bagi masyarakat yang minum jamu dan meluas menjadi
TBM seperti saat ini.
P : Ada keterkaitan TBM dengan pendidikan nonformal?
I4 : Jelas dong. Taman bacaan salah satu tugas pokok dan fungsinya untuk
pendidikan luar sekolah, pendidikan nonformal itu kan salah satu tugas
dari departemen pendidikan. Departemen pendidikan
menyelenggarakan pendidikan kepada masyarakat lewat jalur formal,
informal dan nonformal. Diluar jalur sekolahan, taman bacaan adalah
salah satunya untuk mendukung program pemerintah tadi. Makanya ada
TBM di PKBM. Dia ada dua macam taman bacaan, taman bacaan itu
pendukung pendidikan nonformal dan satu lagi memang dia berdiri
sendiri karena dia mampu, TBM mandiri.
P : TBM mandiri dengan TBM pendukung PKBM ya. Bapak ada
kendalanya gak dirasakan dari awal dulu hingga sekarang?
I4 : Ada 2, satu dari dana. Itu wajar-wajar saja, kita kepingin berkembang.
Kedua kalau dari pola tingkah laku perilaku orang disini.
P : Bagaimana bapak mengatasi kendala itu?
I4 : Untuk mengatasi pendanaan saya atasi dengan memutar uang hasil
penjualan buku dan sedikit hasil penjualan jamu dan makanan ringan
untuk membeli buku, sedangkan untuk tingkah laku pengguna hanya
hal tersebut, saya percaya lama kelamaan mereka akan memahami
bahwa tidak baik memberantakan buku karena akan terlihat buruk.
P : Bapak nama jabatannya disini, pimpinan atau?
I4 : Konsultan, pimpinannya ibu.
P : Oke pak, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan wawancara saya. Semoga sukses nanti pindahan TBM nya
ya pak.
Lampiran 6
TRANSKRIP WAWANCARA
5. Transkrip Wawancara Informan 5
Hari/Tanggal : Senin-Selasa, 29-30 April 2013
Waktu : (wawancara dilakukan dengan cara informan mengisi
daftar pertanyaan secara tertulis)
Lokasi : TBM Tengku Luckman Sinar, Medan Baru
Keterangan:
P : Pertanyaan
I5 : Informan 5
P : Apakah ide awal atau gagasan awal yang melatarbelakangi pendirian
TBM?
I5 : Tengku Luckman Sinar adalah tokoh, sejarahwan dan budayawan
melayu. Sejak usia 11 tahun Almarhum aktif berkegiatan dan
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Untuk menjawab rasa ingin tahu
Tengku Luckman Sinar banyak membaca. Kecintaan almarhum pada
buku terjawab dari jumlah koleksinya sebanyak 8000 judul. Koleksi
yang sedemikian keterbatasan dana maka Tengku Luckman Sinar
menempatkan buku-bukutersebut di sebuah ruangan yang disebut
almarhum “perpustakaan pribadi”. Walaupun kurang nyaman namun
banyak sekali masyarakat dari berbagai profesi datang membaca
buku-buku tersebut. Setelah almarhum meninggal, saya merasa wajib
meneruskan ibadah yang selama ini diamalkan almarhum. Lalu seluruh
ahli waris mengumpulkan dana dan kemudian saya membangun
ruangan baru untuk menempatkan koleksi buku almarhum.
P : Apa alasan anda menamakan TBM pada tempat ini?
menjalankan program pemerintah yaitu dibidang pendidikan dan
kebudayaan. Hal ini yang menjadi alasan kenapa warisan buku
ayahanda saya dinamakan Taman Bacaan Masyarakat.
P : Apakah tujuan didirikannya TBM ini?
I5 : Visi Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar adalah menjadi
perpustakaan bertaraf internasional. Misi Taman Bacaan Tengku
Luckman Sinar memberikan informasi seluas-luasnya kepada
masyarakat dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan minat
baca sejalan dengan pelestarian budaya bangsa warisan leluhur.
P : Apa-apa saja jenis koleksi yang terdapat di TBM ini?
I5 : Buku-buku umum, buku langka dan manuscript serta koleksi gambar
dan film bersejarah.
P : Usia berapa sajakah yang dapat memanfaatkan TBM ini?
I5 : Tidak ada batas usia.
P : Bagaimana promosi yang dilakukan untuk pengembangan TBM?
I5 : Melalui situs jejaring sosial dan kerjasama dengan Perpustakaan
Nasional/Daerah.
P : Apakah harapan anda atas pengembangan TBM di masa depan?
I5 : Agar pemerintah lebih banyak lagi mendirikan TBM di pelosok
kampung.
P : Bagaimana sambutan masyarakat tentang keberadaan TBM ini?
I5 : Masyarakat menyambut baik dan merasakan manfaatnya dalam
menyalurkan minat bacanya. Karena Taman Bacaan Tengku Luckman
Sinar terletak di kawasan main street kota Medan dimana kebanyakan
warga masyarakatnya berasal dari kalangan menengah ke atas, adapun
masyarakat yang pengguna Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar
bukan merupakan masyarakat setempat namun berasal dari kalangan
mahasiswa dan peneliti yang membutuhkan referensi.
P : Bagaimana TBM ini melibatkan masyarakat pada setiap kegiatan
I5 : Bekerja sama dengan Perpustakaan Kota Medan dalam program “Cinta
Perpustakaan” yang melibatkan sekolah-sekolah di sekitar Taman
Bacaan Tengku Luckman Sinar dengan materi mengenal sejarah kota
Medan dan diselingin kuis berhadiah buku.
P : Apakah peranan TBM bagi masyarakat?
I5 : Taman Bacaan Tengku Luckman Sinar turut berperan menjaga
kelestarian budaya, sebagai sumber informasi untuk penelitian bagi
mahasiswa/i dan sumber rujukan sejarah budaya dan tentunya
meningkatkan minat baca masyarakat dengan fasilitas kekinian.
P : Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan
kepada masyarakat?
I5 : Sejarah kejayaan dan kemajuan teknologi suatu bangasa yang ada dunia
ini pasti tidak akan pernah luput dari keberadaan perpustakaan.
Perpustakaan sangatlah sarat dengan ilmu pengetahuan, hal ini yang
sampai sekarang belum disadari oleh banyak kalangan di Indonesia.
TBM adalah miniatur perpustakaan, oleh sebab itu TBM di pelosok
kampung dapat menumbuhkan minat baca dan memberikan asupan
energi rasa percaya diri masyarakat bahwa dengan kebiasaan membaca
maka ilmu pengetahuan semakin luas.
P : Apakah ada alasan khusus atas pemilihan tempat didirikannya TBM
ini?
I5 : Lokasi TBM ini bersebelahan dengan rumah induk Tengku Luckman
Sinar, tentunya lebih mudah mengontrol pengunjung.
P : Bagaimana tanggapan anda tentang kaitan pendidikan nonformal
dengan manfaat TBM?
I5 : Kegiatan TBM selama ini dilaksanakan terkait dengan program kerja
Departemen/Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Nasional/Daerah.
Selain itu yayasan Tengku Luckman Sinar juga mengadakan
pelatihan-pelatihan berupa workshop (musik dan tari) ini merupakan bentuk
P : Menurut anda, apakah TBM dapat disebut sebagai sarana pendidikan
berbasis masyarakat?
I5 : Tujuan Pemerintah mempopulerkan TBM tentunya dengan maksud
menumbuhkan minat baca masyarakat. secara tidak langsung mendidik
masyarakt agar terbiasa membaca.
P : Apakah terdapat kegiatan atau program lain di TBM ini?
I5 : TBM Tengku Luckman Sinar menjalin kerjasama dengan Universitas
Negeri Medan jurusan Sejarah, Sendratasik dan Bahasa Indonesia
dalam program kunjungan rutin bertujuan memperluas pengetahuan
sejarah dan kebudayaan lokal.
P : Bagaimana pendapat anda mengenai perpustakaan umum?
I5 : Keberadaan Perpustakaan Umum sangat penting sebagai pusat
informasi pendidikan.
P : Bagaimana hubungan TBM dengan perpustakaan umum atau instansi
pemerintahaan lainnya?
I5 : Keterlibatan TBM dengan pemerintah dan perpustakaan umum lebih
kepada kegiatan rutin yang menjadi program kerja mereka.
P : Kesulitan atau kendala apa yang anda alami pada saat mendirikan TBM
maupun setelah TBM ini berdiri?
I5 : TBM ini dikelola secara mandiri dan saya tidak sanggup mendanai
pekerja untuk menjaga dan membantu pengujung TBM ini.
P : Bagaimana anda mengatasi kesulitan atau kendala tersebut?
I5 : TBM dibuka pada hari dan jam kerja saja.
P : Apa pendapat anda tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di
daerah perkotaan?
Lampiran 7
TRANSKRIP WAWANCARA
6. Transkrip Wawancara Informan 6
Hari/Tanggal : Senin, 29 April 2013
Waktu : 09.15 WIB
Lokasi : TBM Plus Madya Insani, Medan Amplas
Keterangan:
P : Pertanyaan
I6 : Informan 6
P : Selamat pagi ibu, saya yang dari USU mau wawancara ya bu.
I6 : Oh, iya sudah lama sekali ya baru datang ke sini lagi.
P : Iya maaf buk saya juga baru selesai seminarnya.
I6 : Iya iya. Jadi apa aja pertanyaannya?
P : Pertanyaan pertama ya buk, tentang ide awal atau gagasan utama ibu
mendirikan TBM ini?
I6 : Ide awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan membaca orangtua
murid PAUD dan belum terpikir bagi masyarakat luas, namun hanya
untuk orangtua murid yang menunggu anaknya sambil duduk
menunggu sambil membaca.
P : Cuma untuk orangtua yang anak-anaknya di PAUD buk?
I6 : Iya cuma untuk orangtuanya.
P : Terus, kenapa ibu buat namanya TBM bukan perpustakaan?
I6 : Karena kami mengelola pendidikan nonformal. Kenapa kami kasih
nama TBM sebenarnya itu merupakan nama dari pendidikan nonformal.
P : Tujuan didirikannya TBM?
I6 : Seperti itu tadi, untuk sarana membaca juga anak-anak nonformal kami
I6 : Iya ke depannya kami memang mau begitu, dengan program TBM
berbasis radio komunitas itu.
P : Kalau itu ibu sebut sebagai sarana rekreasi berarti itu bisa disebut
sebagai harapan ibu akan pengembangan TBM ke depan?
I6 : Iya.
P : Koleksinya apa-apa aja buk?
I6 : Koleksinya banyak buku pelajaran, buku-buku karya tulis, buku-buku
cerita untuk anak-anak. Tapi ke depan akan kita tambahkan koleksinya.
P : Oh, berarti ada juga sumbangan dari masyarakat?
I6 : Iya buku-buku bekasnya.
P : Itulah bentuk keterlibatan masyarakat dalam TBM ini ya buk?
I6 : Iya.
P : Usia berapa aja yang pakai TBM buk?
I6 : Dari mulai usia 9 tahun sampai usia mamak-mamak (ibu-ibu).
P : Promosi?
I6 : Kami belum pernah melakukan promosi. Karena memang TBM bukan
program prioritas ya, tapi ke depannya kami akan melakukan promosi
dan edukasi melalui Radio Komunitas.
P : Kan ibu bilang tadi gak ada niat-niatnya untuk masyarakat, ada gak
masyarakat sekitar sini datang bukan karena anaknya sekolah di sini?
I6 : Belum ada, orang datang yang memberi buku memang ada. memang
buku-buku bekas dia lah.
P : Menurut ibu peranan TBM bagi masyarakat saat ini itu seperti apa?
I6 : Sangat besar lah perannya, terutama untuk mecerdaskan masyarakat.
kalau ibu-ibu seperti kami lah misalnya buku-buku cara memasak
mencari informasi. Ke depannya kalau TBM ini sudah menjadi
kebutuhan bagi masyarakat, ini bisa menjadi tempaat berbagi informasi,
sekaligus TBM ini bisa menjadi tempat kegiatan positif lah daripada
berkumpul yang tidak ada guna. Kita ke depan memang merancang
program seperti itu dengan radio komunitas dengan mengisi informasi
P : Adakah nilai, norma atau kepercayaan tertentu yang ingin ditanamkan
kepada masyarakat?
I6 : Sebetulnya dari awal kami telah menanamkan norma-norma dari
kegiatan pendidikan nonformal seperti nilai dan norma agama dan
kebangsaan pada pengguna, bukan pada masyarakat namun hanya
sebatas siswa pendidikan nonformal kami dan orangtua siswa PAUD
kami.
P : Jenis-jenis bukunya lebih banyak yang seperti itu ya buk, buku-buku
agama.
I6 : Iya karena itu yang harus ditanamkan, nilai-nilai agama disamping
buku-buku yang lain lah.
P : Memilih tempatnya disini karena apa buk?
I6 : Disini? Karena memang disini tempat pendidikan nonformalnya.
P : Jadi sebelum TBM nya disini, karena ada pendidikan nonformal dan
PAUD disini, maka dibuatlah TBM nya disini.
I6 : Iya.
P : PKBM nya jalan ya buk?
I6 : Jalan. Untuk anak-anak putus sekolah lah.
P : Oh jadi PKBM untuk paket A, B, C itu?
I6 : Iya. Kadang-kadang kami pernah buat program tahun 2009 untuk
penduduk setempat untuk perempuan marginal, buat kursus menjahit,
jadi sekarang sudah bisa ambil jahitan dan sudah bermanfaat juga.
Memang kan tujuannya kan untuk pelatihan sesaat. Itu
program-program yang kami anggap perlu, kalau program-program paket A, B, C itu kan
reguler, cuma bedanya dengan pendidikan nonformal kan mereka
sering absen ya.
P : Jadi itulah tadi tentang kaitannya pendidikan nonformal dengan
manfaat TBM?
I6 : Iya.
I6 : Bisa. Dengan TBM masyarakat memperoleh informasi secara global,
kalau TBM dapat berfungsi dengan benar seperti fungsi rekreasi itu
jelas bahwa TBM dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat
secara umum.
P : Kegiatan atau program regular TBM yang diadakan dari tahun ke tahun
ada buk?
I6 : Gak ada. seperti yang bilang tadi kan. TBM ini kan bukan program
prioritas ini. Karena masih banyak lagi program yang lain seperti
pendampingan anak jalanan. Kita nanti berharap anak-anak jalanan
yang kita dampingi bisa memanfaat kan TBM. Tapi bagaimana caranya,
kita masih melakukan pendekatan secara emosional dengan anak-anak.
P : Menurut ibu, ada gak TBM dengan perpustakaan umum itu bisa gak
disamakan?
I6 : Sebenarnya TBM dan Perpustakaan sama namun biasanya Perpustakaan
tempatnya tertutup di dalam ruangan, sedangkan TBM bahkan bisa
terletak di tengah masyarakat. tapi manfaatnya sama yaitu dapat
memperoleh pengetahuan dari buku dengan membaca.
P : TBM Madya Insani ada kaitan dengan instansi pemerintah gak?
I6 : Gak ada.
P : Perizinan atau?
I6 : Izin adalah, atas nama TBM ke Dinas Pendidikan. Izin TBM Madya
Insani dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan
P : Kendala dan kesulitan selama TBM ini berdiri?
I6 : Kendalanya memang buku-buku. Karena buku sangat mahal. Jadi untuk
membeli buku sesuai dengan kebutuhan anak itu gak bisa, ya karena
persoalan dana itu. Memang sampai saat ini gak ada bantuan.
Seharusnya melalui instansi dinas, kita tidak usah lah dikasi bantuan
dalam bentuk dana tapi bantuan dalam bentuk buku itu sudah bisa
mengembangkan. Itu lah kendala yang dirasakan TBM kami. Mereka
memang mengeluarkan izin tapi mereka gak ada membina. Gak tahu
sebuah program itu kan dari data lewat dukungan dari masyarakat. dari
data “oh, 1000 orang mendirikan TBM” itu kriteria ukuran sebuah
daerah yang cerdas atau ukuran sebuah daerah yang peduli pendidikan,
tapi kenyataannya mereka sendiri gak ada melakukan pembinaan. Yang
kedua kendalanya ke masyarakat, dengan keterbatasan buku ini,
tentunya kita gak mau ngomong “woi kita ada TBM datanglah” nanti
mereka datang terakhir tidak ada buku yang mereka inginkan. Akhirnya
TBM itu berfungsi lokal. Mungkin kalau dilihatnya TBM ini hanya
untuk perpustakaan Madya Insani.
P : Bagaimana cara mengatasi kesulitan atau kendala tersebut?
I6 : Saat ini belum bisa diatasi, yang ada hanya kami hadapi saja
sebagaimana sebuah lembaga yang sedang berkembang. Ke depan
kami mengatasi masalah dengan membangun radio komunitas dan
melakukan permohonan bantuan kepada swasta dan pemerintah.
P : Apa pendapat ibu tentang fenomena keberadaan TBM yang berada di
daerah perkotaan?
I6 : TBM juga berfungsi sebagai pemberantasan buta aksara seperti yang
terjadi di daerah pedesaan, di kota medan juga ada basis-basis buta
aksara. Jadi TBM berfungsi sebagai tempat pemerolehan informasi
melalui buku. Banyak kegiatan masyarakat yang kosong dan dibuatlah
kegiatan positif melalui membaca, pengembangannya bagaimana TBM
menjadi sarana bersatu masyarakat memperoleh informasi dengan
Lampiran 8
TRANSKRIP WAWANCARA
7. Transkrip Wawancara Informan 7
Hari/Tanggal : Jumat, 3 Mei 2013
Waktu : 10.20 WIB
Lokasi : TBM An Najwa, Medan Marelan
Keterangan:
P : Pertanyaan
I7 : Informan 7
P : Assalamualaikum ibu. Saya mau wawancara masalah TBM yang
kemarin itu buk.
I7 : Oh, iya.
P : Yang ini nanti biar saya saja yang isi ya buk. Jadi saya rekam saya
suara ibu.
I7 : Terus saja ya, yang melatari saya belakangi awalnya kita buka PKBM,
masyarakat belum ada buku panduan untuk apa, ee..untuk ada pegangan
buku lah. Jadi dengan belum adanya pegangan buku untuk warga
belajar saya, kemudian anak murid saya dari pendidikan formal jadi
saya kebetulan mengumpulkan buku dari teman-teman. Pertama dari
buku anak saya. Jadi dari buku anak saya kan buku pelajarannya
banyak. Jadi saya kumpulkan dari kelas 3 sampai dia kelas 6, dan dari
SMP iya juga, nah sekarang kan sudah SMA. Dan buku-buku itu
kemudian bapak juga bekerja di PLS jadi buku-buku yang tak terpakai
dikumpulkannya juga dibawa pulang. Lalu ada juga cerita dengan
teman-teman dia mau kasih buku-buku dan dikumpulkan jadi satu.
Kemudian waktu tahun 2008 kita ada sosialisasi TBM namanya kita
bekerja sama sama lah Dengan Dinas pendidikan untuk membuka
P : Ibu langsung memilih nama TBM atau awalnya perpustakaan dulu.
Kenapa ibu pakai nama TBM?
I7 : Karena karena waktu awalnya dulu taman bacaan masyarakat, dulu kan
perpustakaan harusnya dia bukunya sekitar berapa ya, sekitar seribuan,
harus ada namanya perpustakaan. Kalau TBM hanya sekedar baca-baca
buku di teras saya itu namanya sudah TBM gitu. Karena bukan taman,
hanya taman kecil. Kalau perpustakaan kan harus luas, ada gedung,
harus bukunya segini.
P : Ada standarnya?
I7 : Eee...ada standarnya, kalau TBM kan gak punya standar. Jadi itulah
kenapa saya pakai nama TBM.
P : Jadi TBM memang harus ada juga bukunya tapi gak ada standar yang
seperti perpustakaan.
I7 : Enggak, enggak. Karena bukunya pun istilahnya buku bekas-bekas.
Istilahnya waktu kami meresmikan itu tahun 2009 ya, itulah saya
mengumpulkan tokoh masyarakat, kemudian dari dinas pendidikan, dari
kelurahan itulah saya dapat buku yang Allhamdulillah agak lebih bagus
lah.
P : Tujuannya ibu mendirikan TBM itu untuk apa?
I7 : Tujuannya saya mendirikan TBM ya untuk mencerdaskan anak-anak
saya saja. Untuk sekolah dasarnya aja dulu. Supaya ketika mereka
sedang beristirahat mereka dapat fokus ke tempat kita dan tidak
berkeliaran kemana-mana
P : Jenis-jenis koleksinya?
I7 : Jenis-jenis koleksinya. Iya kami ada buku-buku budidaya tanaman,
buku pelajaran, buku cerita, majalah edukasi, buku keagamaan. Kalau
kami kalau buku-buku novel itu tidak dimasukkan ke TBM ini karena
kami takut nanti anak-anak akan menyalah artikan isi novel tersebut,
karena mereka masih dalam keadaan puber.
I7 : Ini waktu saya apa, tahun 2012 baru seperti ini. Awalnya tidak seperti
ini. Awalnya di depan situ, tempatnya di halaman berbaur dengan anak
TK. Tapi karena kita ada masalah dengan tidak ada gudang jadi
dipindah dan ditempatkan di sini. Lebih dekat dengan anak-anak
sekolah kami. Ya macam perpustakaan
P : Iya, jadinya agak susah lah ya buk kalau orang-orang mau kesini.
I7 : Iya memang.
P : Jadi pengelolanya ada TBM ini?
I7 : Pengelolaan ada tapi gak rutin, karena kita dasarnya begini. Jadi gak
ada ya guru-guru ini aja lagi.
P : Majalah-majalahnya gitu ada buk?
I7 : Majalah ada, macam Salsabillah ya.
P : Oh, jadi yang bermanfaat buat anak-anak lah ya buk.
I7 : Iya yang bermanfaat bagi anak-anak.
P : Jadi yang pengguna TBM nya anak sekolah aja?
I7 : Untuk saat ini untuk anak sekolah saja, kemudian ada orangtua datang
kemari.
P : Anak sekolahnya dari umur?
I7 : Dari mulai SD sampai SMP. Kemudian kalau ada mahasiswa dari
sekolah agama.
P : Orangtua siswa iya ya buk?
I7 : Iya orangtua siswa kemudian mahasiswa. Kemudian sebahagian
masyarakat yang ingin melihat tentang budidaya tanaman, menu
masakan.
P : Ada gak ini melakukan promosi untuk melakukan pengembangan TBM
ini?
I7 : Untuk saat ini kami hanya untuk siswa, ada. kalau ada lomba-lomba
cerita, kemudian kemarin itu ada lomba cerdas cermat. Khusus untuk
siswanya saya bikin. Kalau gak ada motivasinya anak-anak itu malas
P : Ada gak ibu punya harapan tentang pengembangan TBM di masa
depan?
I7 : Kalau harapan saya sebenarnya banyak sekali kalau dikelola secara
baik, tapi tidak terlepas dari itu terlepas dari dana karena kami untuk
pengembangan butuh dana. Sepertinya saya mau buat TBM yang di
depan sana. Pengembangan saya tergantung dana. Konsep saya
sebenarnya ingin membuka TBM di terasa yang dipeuntukan bagi
masyarakat umum. Karena tanpa ilmu kalau tidak diasah itu tidak ada
gunanya.
P : Dari awal berdirinya sambutan masyarakat terhadap TBM ini seperti
apa ya buk?
I7 : Pada awalnya tidak dihiraukan, istilahnya gini “ah, tidak ada gunanya”.
Setelah menambah koleksi baru ada respon itupun dari orangtua siswa
PAUD. Karena biasanya orang akan melihat buku dari gambar luar
buku tersebut, tapi karena awalnya kami membangun TBM dengan
buku-buku bekas yang mungkin kurang menarik bentuknya bagi orang
menyebabkan orang hanya melewatkan saja TBM ini, namun setelah
koleksi baru datang dan ditambahakan barulah ada respon masyarakat
P : Dalam kegiatan TBM ada gak masyarakat dilibatkan?
I7 : Saya pikir masyarakat tidak turut terlibat dalam kegiatan TBM,
bukannya menilai negatif kepada masyarakat namun keadaan TBM
kami pun belum bisa dibilang sempurna. Saya hanya melibatkan
masyarakat sebagai guru di pendidikan formal kami yang digaji,
sedangkan untuk pengelola TBM tidak kami sertakan masyarakat
karena kami tidak memiliki dana untuk menggaji pengelola.
P : Peranan TBM bagi masyarakat bagaimana menurut ibu?
I7 : Untuk menambah wawasan, saya rasa untuk menambah pengetahuan
anak-anaknya dengan koleksi kita, gak susah lagi. Istilahnya untuk
membeli lagi buku pegangan untuk anak-anaknya, khususnya untuk
dari mananya, terlihat dari antusiasnya, kalau ada buku-buku yang
bagaimana begitu ya, dikasihnya ke kita.
P : Adakah nilai atau norma yang ingin ditanamkan kepada masyarakat
dengan adanya TBM ini ya buk?
I7 : Kalau meminjam buku harus dicatat dan meminjam buku sesuai dengan
waktu yang ditentukan, ini mengajarkan kepada peminjam untuk
mengikuti keteraturan peraturan yang telah ditentukan. Menurut saya
dengan peraturan akan mengajarkan ketertiban bagi peminjam di TBM.
Masyarakat setalah dibangun PKBM dan TBM di sini sudah banyak
berubah pola pikirnya tentang pendidikan. Dan mereka jauh lebih
mengerti dibanding sebelumnya tentang pentingnya pendidikan dan
sosialisasi bermasyarakat.
P : Ibu sudah lama ya tinggal di sini?
I7 : Saya sudah mulai dari lahir tinggal di sini.
P : Jadi dari mulai sebelum ada TBM sampai ada TBM ada gak perubahan
yang terjadi pada masyarakat?
I7 : Kalau masyarakatnya ya ada perubahanan. Tidak mau menerima
adanya perubahan, “Aku ya aku” begitu. Tapi sudah ada perubahan ya
dimulai dengan adanya TBM tadi, istilahnya saya buka sekolah dan
keaksaraan. Masyarakat kan tidak tahu apa-apa, istilahnya mereka
membuat keterampilan dan mereka tidak bisa mengfungsikannya,
maksudnya mereka gak pede gitu, padahal mereka bisa berguna bagi
masyarakat lain, nah itu nilai yang ingin kita tanamkan bagi mereka itu.
Jadi kita perdayakan kaum perempuannya. Itulah nilai yang saya
tanamkan, supaya masyarakat ini terbuka terhadap perkembangan
sekarang, dan sekarang bukan seperti dulu lagi. Gak seperti dulu lagi,
kalau dulu gak apa-apa kalau gak sekolah, sekarang ini pemikiran
masyarakat sudah untuk kuliah.
P : Jadi pemilihan tempat TBM nya disini, karena rumah ibu disini?
I7 : Iyalah. Karena rumah saya disini itulah ada ruang teras yang dapat