HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Oleh :
Cynthia Novita Sari
802007073
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Progam Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
ii
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cynthia Novita Sari NIM : 802007073
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Skripsi/Tesis/disertasi (hapus yang tidak perlu)
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak bebas royality non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Beserta perangkat yang ada,
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama : Cynthia Novita Sari
NIM : 802007073
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Yang dibimbing oleh:
1. Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc
2. Enjang Wahyuningrum, Psi., Msi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya aku seolah-olah
sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sember
aslinya.
Salatiga, 11 November 2014 Yang memberi pernyataan,
iv
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Oleh :
Cynthia Novita Sari
802007073
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Disetujui oleh,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc Enjang Wahyuningrum, Psi., Msi
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Ferdy S. Rondonuwu, Ph. D.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
v
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Cynthia Novita Sari
Sutriyono
Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
SALATIGA
vi ABSTRAK
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2002). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika yaitu persepsi terhadap metode pengajaran guru. Persepsi siswa merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slameto, 2010). Poerwodarminta (2002) mengatakan prestasi adalah penguasaan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Pengukuran persepsi menggunakan kuesioner yang diisi oleh siswa. Untuk melihat prestasi belajar matematika menggunakan nilai ulangan matematika yang diambil pada tengah semester genap pada bulan Agustus 2014. Analisis data dilakukan dengan analisis uji korelasi product moment. Hasil penelitian rxy = 0,187 dan nilai signifikan (p) = 0,193 (p > 0,05), artinya bahwa tidak ada hubungan positif antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika.
vii ABSTRACT
Educational success is affected by the change and renewal in all educational component. Components that affect the implementation of education covering curriculum, facilities, teachers, students and appropriate teaching model. All components are interrelated in support of the achievement of educational desired goals (Djamarah, 2002). One of the factors that influence toward the mathematics achievement that is the perception teachers' teaching methods. Students Perception is a process that involves entry of a message or information to the human brain (Slameto, 2010). Poerwodarminta (2002) said that achievement is the mastery of the skills developed by the subjects usually show a numerical test scores given by the teacher. The purpose of this study was to determine the relationship between perceptions toward teaching methods of teachers with mathematics achievement. The sampling technique using purposive sampling, the total sample of 50 students. Measuring the perceptions using questionnaires completed by the students. To see mathematics achievement using math test scores taken in the middle of the second semester in August 2014. Data analysis was performed by analysis of product moment correlation test. The results of the study rxy = 0.187 and significant values (p) = 0.193 (p> 0.05), meaning that there is no positive relationship between perceptions toward teaching methods of teachers with mathematics achievement.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, Tahun 2003). Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi fungsi keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di atas.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2002). Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
matematika memiliki dan mengandung ribuan rumusan dan persamaan. Banyaknya rumusan dan persamaan tersebut menjadikan matematika salah satu bidang keilmuan yang ditakuti oleh siswa pada seluruh jenjang pendidikan. Timbulnya rasa takut akan pelajaran matematika tersebut dipengaruhi oleh persepsi siswa dalam menghadapi pelajaran itu sendiri dan hal tersebut akan mempengarui prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
Pemilihan metode mengajar yang tepat tentu akan sangat membantu kegiatan pemebelajaran sedangkan penggunaan metode mengajar yang kurang tepat pada suatu mata pelajaran akan membuat siswa jenuh dan bosan, tidak terkecuali pada mata pelajaran matematika. Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap metode mengajar yang digunakan oleh guru. Semua perbuatan dan tingkah laku guru dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Siswa yang memiliki persepsi baik terhadap metode mengajar guru ditandai dengan kecenderungan siswa mudah menerima materi pelajaran karena beranggapan bahwa metode yang digunakan menarik dan menyenangkan. Akan tetapi siswa yang memiliki persepsi buruk cenderung merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran karena pembelajaran jadi kurang menarik dan monoton. Hal ini dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
metode pengajaran guru secara kuantitatif memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar siswa.
Adapun penelitian lain yang terkait dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2013) menunjukkan korelasi positif antara persepsi siswa terhadap metode pengajaran guru Akuntansi dengan prestasi belajar Akuntansi di Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,409 yang artinya terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar siswa tersebut. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan Winantiti (2011), dengan hasil menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,169 dengan tingkat singnifikan sebesar 1%.
RUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Arifin (1990) mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan persepsi seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sukardi (1983) mengatakan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar. Arifin (1990) menambahkan bahwa prestasi belajar adalah suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Gunarso (1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar. Kemudian Poerwodarminta (2002) mengatakan prestasi adalah penguasaan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan Azwar (1996) mengatakan prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar matematika.
kemampuan siswa. Yang dapat dilihat dari nilai hasil ujian atau test yang diberikan oleh guru.
b. Komponen Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar matematika siswa perlu diketahui, baik oleh individu yang belajar maupun orang lain yang bersangkutan guna melihat kemajuan yang telah diperoleh setelah selesai mempelajari suatu program pengajaran atau materi matematika. Cara yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar matematika yaitu dengan mengadakan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Evaluasi menurut Syah (2007) yaitu “pengungkapan dan pengukuran hasil belajar, yang pada dasarnya merupakan penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif”. Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa setelah berakhirnya proses belajar, guru mengadakan evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi (pengukuran dan penilaian) ini dimaksudkan dalam tes hasil belajar yang bertujuan untuk:
a. Meramalkan keberhasilan siswa dengan sesuatu keberhasilan (berfungsi selektif)
b. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang dialami sisa (berfungsi diagnosis) c. Menentukan secara pasti dikelompok mana seseorang siswa harus
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan melihat dari prestasi belajar siswa, sehingga dapat diketahui sejauh mana siswa telah menerima materi yang diajarkan oleh guru. Prestasi belajar matematika dapat diukur dalam bentuk tes atau ujian baik secara lisan maupun tertulis.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Arifin (1990) menyebutkan kegunaan prestasi banyak ragamnya, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. 2) Untuk keperluan diagnostik.
3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. 4) Untuk keperluan seleksi.
5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. 6) Untuk menentukan isi kurikulum.
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
Selain itu prestasi belajar juga mempunyai fungsi seperti yang diungkapkan oleh Arifin (1990) yaitu:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya prestasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pndidikan.
4) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan indikator extern dijadikan sebagai tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.
5) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik diharapkan dapat menyerap materi pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Suryabrata (1983) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua yaitu: faktor dari dalam (intern), dan faktor dari luar (ekstern).
1) Faktor dari dalam
a) Faktor fisiologis / jasmaniah
Keadaan jasmani yang penting seperti: pendengaran, penglihatan, kondisi fisik dan kematangan fisik.
b) Faktor psikologis
kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, motivasi, emosi, rasa aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa.
2) Faktor dari luar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a) Lingkungan
1) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca, dan lain sebagainya.
2) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain, dan lain sebagainya.
b) Instrumen
Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor instrumen merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar. Semakin lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka kemungkinan tercapainya tujuan belajar semakin besar.
Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
1) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu: kurikulum, guru, program, buku pedoman belajar, dan lain-lain.
2) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu: gedung sekolah, mesin praktik, perlengkapan belajar, dan lain-lain.
2. Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Guru Matematika
Persepsi siswa adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slameto, 2010). Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Menurut Sugihartono (2007) Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan atau menginterprestasikan stimulus yang masuk kedalam alat indera. Pengertian persepsi lebih luas diungkapkan oleh Pareek dan Sobur (2003) yaitu proses menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data dalam proses persepsi.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses di mana seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang berupa peristiwa atau pengalamannya. Penerimaan pesan ini dilakukan dengan panca indera yang dimilikinya.
2) Metode Pengajaran Guru
sangat erat kaitanya dengan bagaimana guru menjelaskan bahan ajar atau materi kepada siswa atau peserta didik. Menurut Syah (2007), metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik pada kegiatan pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Mengajar Djamarah (2006) menyebutkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan dalam memilih metode mengajar yaitu:
a) Anak Didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang melaksanakan pendidikan disekolah dan guru yang berkewajiban untuk mendidik. Guru harus mampu memilih metode yang tepat supaya dapat menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi terciptanya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama setiap waktu. Hal ini guru harus menyesuaikan metode mengajar dengan keadaan atau situasi yang ada.
d) Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.Lengkap tidaknya fasilitas tentu dapat mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
e) Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian, latar belakang, dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda, hal ini juga dapat berpengaruh dalam pemilihan metode mengajar.
Dari berbagai faktor di atas guru yang baik harus lebih mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Tujuan pembelajaran b) Faktor siswa
c) Faktor Guru
d) Faktor Alokasi Waktu dan Fasilitas Penunjang
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Tentang Metode Mengajar Guru
Siagian (2004) menyatakan secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi sesorang yaitu:
Apabila seseorang berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh individualnya seperti motif, kepentingan, minat, pengalaman,dan harapan.
b) Sasaran persepsi tersebut
Sasaran persepsi tersebut dapat berupa orang, benda atau peristiwa dan sifat-sifat sasaran tersebut biasanya mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya.
c) Persepsi harus dilihat secara konseptual
Persepsi dalam situasi dimana suatu rangkaian timbul perlu mendapatkan perhatian, situasi ini merupakan faktor yang turut berperan dalam upaya menumbuhkan persepsi seseorang.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang mempunyai persepsi baik terhadap cara mengajar guru dalam aktivitas belajarnya di dalam kelas akan selalu aktif bertanya, mengeluarkan pendapat, semangat dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan apabila siswa mempunyai persepsi kurang baik tentang metode mengajar guru, siswa cenderung tidak aktif dan kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran.
3. Hubungan Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Guru Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebuat dorongan atau persepsi merupakan suatu pikiran yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Tenaga pendorong pada seseorang mungkin cukup besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia sudah bisa berbuat. Orang atau siswa tersebut memiliki motivasi internal. Pada orang lain atau siswa tenaga pendorong ini kecil sekali, sehingga ia membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Orang atau siswa seperti itu memerlukan persepsi eksternal (Syaodih & Ibrahim, 2003).
ekstrinsik dapat bersifat internal atau eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal (Syaodih & Ibrahim, 2003).
Persepsi memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan belajar. Tanpa persepsi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar. Syaodih dan Ibrahim (2003) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan persepsi belajar para siswa, antara lain dengan; menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi, dengan menggunakan metode atau media yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi atau diminimalisir. Selanjutnya memilih bahan yang menarik persepsi dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan persepsi untuk mempelajarinya.
Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, hangat, berisi rasa persahabatan, rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa, dan terhindar dari celaan atau makian dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Terakhir, mengadakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetensi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing dengan hasil belajarnya sendiri atau hasil yang telah dicapai oleh orang lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.
HIPOTESIS
H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika.
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
1. Uji Coba Alat Penelitian
Uji coba alat ukur bertujuan untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada skala yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Uji validitas item pada skala Persepsi terhadap metode pengajaran guru menggunakan program SPSS versi 19.00. Hasil uji validitas skala Persepsi terhadap metode pengajaran guru terdapat empat kali putaran sehingga diperoleh 19 item yang valid dengan reliabilitasnya sebesar 0,855. 2. Deskripsi Data Penelitian
Nilai minimum pada variabel persepsi terhadap metode pembelajaran adalah 48,00 dan nilai maksimum sebesar 74,00 dengan rata-rata 62,14 dan standard deviasi 6,21. Pada variabel prestasi belajar matematika nilai minimumnya sebesar 65,00 dan nilai maksimum 100,00 dengan rata-rata sebesar 76,20 dan standar deviasi 11,09.
Tabel 1.
Kategorisasi Skor Skala Persepsi terhadap metode pengajaran Pelajar terhadap metode pengajaran dan Prestasi Belajar Matematika Persepsi terhadap metode pengajaran Pelajar terhadap metode pengajaran
Kategori Interval Skor Frekuensi Persen
Baik X ≥ 57,0 40 80,0%
Cukup 38,0 ≤ X < 57,0 10 20,0%
Kurang X < 38,0 0 0,0
Total 50 100%
Prestasi belajar matematika
Kategori Interval Skor Frekuensi Persen
Baik X ≥ 57,0 40 80,0%
Cukup 38,0 ≤ X < 57,0 10 20,0%
Kurang X < 38,0 0 0,0
Hasil kategorisasi skala persepsi terhadap metode pengajaran sebanyak 80,0% dalam kategori baik dan sebanyak 20,0% dalam kategori cukup. Sebagian besar pelajar mempunyai tingkat persepsi terhadap metode pengajaran yang baik. Hasil kategorisasi skala prestasi belajar matematika menunjukkan 40,0% termasuk dalam kategori cukup, 38,0% dalam ketegori kurang dan sebanyak 22,0% dalam kategori baik, mayoritas responden mempunyai prestasi belajar matematika dengan kategori cukup baik.
3. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov dan untuk perhitungannya menggunakan program SPSS 19.00 for Windows. Sebaran data pada variabel persepsi terhadap metode pengajaran mempunyai nilai signifikansi (p) = 0,840 (p>0,05), maka dapat dinyatakan variabel persepsi terhadap metode pengajaran berdistribusi normal. Sebaran data pada variabel prestasi belajar matematika mempunyai nilai signifikansi (p)= 0,013 atau nilai Z kolmogorov lebih kecil dari Z tabel (1,960), maka dapat dinyatakan variabel prestasi belajar matematika berdistribusi normal.
4. Uji Linieritas
5. Hasil Analisis Data
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar matematika. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis korelasi Product Moment menunjukkan bahwa persepsi terhadap metode pengajaran berhubungan positif dan tidak signifikan dengan prestasi belajar matematika. Meskipun memiliki hubungan yang positif namun persepsi terhadap metode pengajaran tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar matematika, artinya persepsi terhadap metode pengajaran tidak berhubungan dengan prestasi belajar matematika.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mariyana (2009) yang menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran guru dengan prestasi belajar siswa. Hal ini terjadi karena perbedaan sampel yang diteliti maupun kondisi siswa masing-masing yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda.
dan persamaan. Banyaknya rumusan dan persamaan tersebut menjadikan matematika salah satu bidang keilmuan yang ditakuti oleh siswa pada seluruh jenjang pendidikan. Timbulnya rasa takut akan pelajaran matematika tersebut dipengaruhi oleh persepsi siswa dalam menghadapi pelajaran itu sendiri dan hal tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
Menurut Arifin (1990) Prestasi merupakan kemampuan, keterampilan dan persepsi seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Arifin (1990) menambahkan bahwa prestasi belajar adalah suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar matematika merupakan suatu hasil belajar mata pelajaran matematika yang selalu dikejar oleh setiap siswa di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang dapat dilihat dari nilai hasil ujian atau test yang diberikan oleh guru.
memilih bahan yang menarik persepsi dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan persepsi untuk mempelajarinya.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Hal ini berdasar realita yang ada bahwa anak atau pelajar sekarang tidak hanya mengandalkan pengajaran dari guru di kelas melainkan sudah banyak yang mengikuti privat atau bimbel untuk menunjang prestasi mereka, apalagi untuk pelajaran matematika meskipun di sekolah sudah banyak jam tambahan untuk matematika masih banyak orang tua siswa yang kurang puas dengan prestasi anak mereka sehingga masih mencari orang/tenaga lain untuk privat. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin (Sudjana, 2006).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan tidak ada hubungan positif antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung = 0,187 dan nilai signifikansi atau probabilitas (p)= 0,193 lebih dari 0,05.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah disarankan membekali para guru untuk berkreasi dan maksimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan cara banyak memberi kesempatan guru mengikuti training, seminar, maupun pelatihan dalam meningkatkan kemampuan dalam mengajar.
2. Bagi guru disarankan selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar siswa maupun menyampaikan materi pelajaran dan proses belajar mengajar agar siswa semangat belajar dan maksimal hasil prestasi yang diperoleh siswa. 3. Bagi siswa disarankan selalu meng-update informasi tentang pelajaran dari
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, D. S. (2013). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Materi Wujud Benda Dan Sifatnya. Program PGSD Bumi Siliwangi FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Arifin. (1990). Evaluasi Hasil Belajar. Tarsito, Bandung.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Realibilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.
Buku Pedoman Penulisan dan Pembimbing Skripsi Program Studi S1/Sarjana. (2007).Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Satya Wacana Salatiga. Djamarah, S. B., dkk,.(2008). Psikologi Belajar. Jakarta :Rineka Cipta,
Djamarah, S. B., dkk,.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta, Ghufron, M. N & Rini R.S.(2010). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz
media.
Hadi,S. (2008). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi.
Pranowo, H. & Sari, A. R.. (2012). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma N 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan Akutansi Indonesia.
Poerwadarminta, (2002)., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, edisi III, Cetakan Kedua, Jakarta: Balai Pustaka.
Mariyana, R. dkk. (2009). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Monks, F, J. Knoers. A. M. P & Haditono, S. R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Karnasih, I. (1997). Optimalisasi Pendidikan Matematika Menuju ke Abad XXI
Koestoer. (1983). Dinamika dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Rizvi, A. Prawitasari, J. E & Soetjipto, H.P. (1997). Pusat Kendali dan Efikasi
Diri sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika. Fakultas Psikologi UII Yogjakarta. No. 3 Th.II
Sardiman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarafino, E.P. (1998). Health psychology. New York: Biopsychology Interaction. Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudarman. (2004). Peran Sosiologi Orangtua Terhadap Perkembangan Anak.
Jakarta. ManuPress.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta. 2009.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta. 2010.
Sukardi, K, (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Sukardi. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahana Komputer. (2004). Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Andi Offset.
Winantiti, Y. (2011). Hubungan antara Sikap Sisiwa Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika dengan Prestasi Belajar Siswa kelas IX SMP Negeri I Kandangan. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Wiraprdja, S. (2001). Kendali Efeksi Pada Masa Perkembangan Remaja.
Bandung : Risdakarya