• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Def-t Dan DMF-T Pada Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indeks Def-t Dan DMF-T Pada Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS

INDEKS def-tdef-t DANDAN DMF-TDMF-T PADAPADA SISWASISWA TUNARUNGUTUNARUNGU DI

DI SLBSLB BB NEGERINEGERI CICENDOCICENDO BANDUNGBANDUNG

SKRIPSI SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Kedokteran Gigi Pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universita Padjadjaran Universita Padjadjaran

NUNI PRASTIKA ATMANDA NUNI PRASTIKA ATMANDA

160110070047 160110070047

UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG BANDUNG

2011 2011

(2)

SKRIPSI SKRIPSI

NUNI PRASTIKA ATMANDA NUNI PRASTIKA ATMANDA

160110070047 160110070047

UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG BANDUNG

2011 2011

(3)

JUDUL

JUDUL : : INDEKS INDEKS def-t def-t DAN DAN DMF-T DMF-T PADA PADA SISWA SISWA TUNARUNGU TUNARUNGU DIDI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG

SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG

PENYUSUN

PENYUSUN : N: NUNI PUNI PRASTIKA ARASTIKA ATMANDATMANDA NPM NPM : : 160110070047160110070047 Bandung, Juni 2011 Bandung, Juni 2011 Menyetujui : Menyetujui : Pembimbing Utama Pembimbing Utama

Dra. Cucu Zubaedah, M. Kes Dra. Cucu Zubaedah, M. Kes NIP. 19621205 198910 2 001 NIP. 19621205 198910 2 001 Pembimbing Pendamping Pembimbing Pendamping Drg. Riana Wardani, M. S Drg. Riana Wardani, M. S NIP. 19561128 198403 2 002 NIP. 19561128 198403 2 002

(4)

dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; 

dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; 

dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu 

dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu 

ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” 

ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” 

(QS.Al-Naml:19) 

(QS.Al-Naml:19) 

 Atas berkat rahmat dan karunia-Mu 

 Atas berkat rahmat dan karunia-Mu 

Kupersembahkan skripsi ini untuk 

Kupersembahkan skripsi ini untuk 

Mama, Nenek, Bapak, Adik, dan keluarga semua 

Mama, Nenek, Bapak, Adik, dan keluarga semua 

Memiliki kalian merupakan anugerah yang tiada ternilai.

Memiliki kalian merupakan anugerah yang tiada ternilai.

(5)

iv iv

Indeks def-t dan DMF-T pada Siswa Tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Indeks def-t dan DMF-T pada Siswa Tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung- Nuni Prastika Atmanda- 160110070047

Bandung- Nuni Prastika Atmanda- 160110070047

ABSTRAK ABSTRAK

Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara, sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Sebagian besar penderita cacat berbicara, sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Sebagian besar penderita cacat tunarungu mepunyai kebersihan mulut yang lebih buruk dibandingkan dengan tunarungu mepunyai kebersihan mulut yang lebih buruk dibandingkan dengan individu normal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui indeks def-t dan DMF-T individu normal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui indeks def-t dan DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi yang diteliti adalah siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung sebanyak 89 yang diteliti adalah siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung sebanyak 89 siswa. Sampel diambil dengan teknik 

siswa. Sampel diambil dengan teknik  total samplingtotal sampling. Data hasil penelitian. Data hasil penelitian dikategorikan berdasarkan kategori karies menurut WHO.

dikategorikan berdasarkan kategori karies menurut WHO.

Hasil penelitian menunjukkan indeks def-t pada siswa tunarungu di SLB B Hasil penelitian menunjukkan indeks def-t pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung adalah 3,04 dan indeks DMF-T pada siswa tunarungu di Negeri Cicendo Bandung adalah 3,04 dan indeks DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung adalah 2,13.

SLB B Negeri Cicendo Bandung adalah 2,13.

Simpulan dari penelitian adalah indeks def-t pada siswa tunarungu di SLB B Simpulan dari penelitian adalah indeks def-t pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung termasuk kategori sedang dan indeks DMF-T pada siswa Negeri Cicendo Bandung termasuk kategori sedang dan indeks DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung termasuk kategori rendah.

tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung termasuk kategori rendah.

Kata kunci : tunarungu, indeks def-t, indeks DMF-T Kata kunci : tunarungu, indeks def-t, indeks DMF-T

(6)

v v

Children with hearing impairment are children who have complete or partial Children with hearing impairment are children who have complete or partial loss of the ability to hear, and they usually have problem in speaking. Oral hygiene in loss of the ability to hear, and they usually have problem in speaking. Oral hygiene in most of people with physical and mental disability are worse than in normal people. most of people with physical and mental disability are worse than in normal people. The goal of this research is to get the information about def-t and DMF-T index in The goal of this research is to get the information about def-t and DMF-T index in student with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung.

student with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung.

The study is descriptive with survey method. Population inspected were 89 The study is descriptive with survey method. Population inspected were 89 students with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung. Sample was students with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung. Sample was taken by total sampling technique. The result from this study categorized based on taken by total sampling technique. The result from this study categorized based on WHO caries category.

WHO caries category.

The study showed that def-t index in student with hearing impairment in SLB The study showed that def-t index in student with hearing impairment in SLB  B Cicendo Bandung was 3.04 and index DMF-T was 2.13.

 B Cicendo Bandung was 3.04 and index DMF-T was 2.13.

The conclusion of this study is def-t index in student with hearing impairment  The conclusion of this study is def-t index in student with hearing impairment  in SLB B Negeri Cicendo Bandung is categorized moderate and DMF-T index in in SLB B Negeri Cicendo Bandung is categorized moderate and DMF-T index in student with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung is categorized  student with hearing impairment in SLB B Negeri Cicendo Bandung is categorized  low.

low.

 Keywords: hearing impairment, def-t index, DMF-T index  Keywords: hearing impairment, def-t index, DMF-T index

(7)

vi vi

Kata Pengantar Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya, sehingga penulis Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Indeks DMF-T dan def-t pada Siswa dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Indeks DMF-T dan def-t pada Siswa Tunarungu di SLB B Cicendo Bandung” dalam melengkapi tugas dan memenuhi Tunarungu di SLB B Cicendo Bandung” dalam melengkapi tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana Kedokteran Gigi Universitas syarat dalam menyelesaikan program Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

Padjadjaran Bandung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

1. Prof. Dr. H. Eky. S. Soeria Soemantri, drg., Sp. Ortho, selaku dekan FakultasProf. Dr. H. Eky. S. Soeria Soemantri, drg., Sp. Ortho, selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 2.

2. Dra. Cucu Zubaedah, M. Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telahDra. Cucu Zubaedah, M. Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis hingga skripsi ini meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

dapat diselesaikan dengan baik. 3.

3. Drg. Riana Wardani, M. S sebagai dosen pembimbing pendamping yang telahDrg. Riana Wardani, M. S sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penelitian dan penyusunan skripsi memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

ini. 4.

4. Hj. Yuliawati Zenab, drg, Sp. Ort sebagai dosen wali akademik yang telah banyak Hj. Yuliawati Zenab, drg, Sp. Ort sebagai dosen wali akademik yang telah banyak  memberikan dukungan moril selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran memberikan dukungan moril selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

(8)

5.

5. Seluruh staf pengajar, staf akademik, dan staf perpustakaan FKG Unpad yangSeluruh staf pengajar, staf akademik, dan staf perpustakaan FKG Unpad yang telah banyak membantu penulis selama berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi telah banyak membantu penulis selama berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padajadjaran.

Universitas Padajadjaran. 6.

6. Kepala sekolah dan guru-guru SLB B Negeri Cicendo Bandung yang telahKepala sekolah dan guru-guru SLB B Negeri Cicendo Bandung yang telah bersedia dan membantu penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan bersedia dan membantu penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

baik. 7.

7. Sahabat-sahabatku Fatimah, Diana, Indri, Dica, Uchi, Dina (partner skripsiku),Sahabat-sahabatku Fatimah, Diana, Indri, Dica, Uchi, Dina (partner skripsiku), kelompok klinik VI A, serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi kelompok klinik VI A, serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran angkatan 2007, yang telah memberikan dorongan dan Universitas Padjadjaran angkatan 2007, yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

semangat dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 8.

8. Mamah, Bapak, Nenek, Ega dan keluarga tercinta yang selalu memberikanMamah, Bapak, Nenek, Ega dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa selama pendidikan.

dukungan dan doa selama pendidikan. 9.

9. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

dari Allah SWT.

Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang kedokteran gigi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

kedokteran gigi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Bandung, Juli 2011 Bandung, Juli 2011

Penulis Penulis

(9)

viii viii DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRAK ... ... iviv  ABSTRACT ...  ABSTRACT ... vv KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... ... vivi DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ... ... ... viiiviii DAFTAR

DAFTAR TABEL TABEL ... ... ... xiixii DAFTAR

DAFTAR GAMBAR GAMBAR ... ... ... xiiixiii DAFTAR

DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM ... ... xivxiv DAFTAR

DAFTAR BAGAN BAGAN ... ... ... xvxv DAFTAR

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN ... ... xvixvi

BAB

BAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 1.2

1.2 IdentifikIdentifikasi asi Masalah Masalah ... ... 33 1.3

1.3 Maksud Maksud dan dan Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... ... 33 1.4

1.4 KegunaaKegunaan n Penelitian... Penelitian... 44 1.5

1.5 Kerangka Kerangka PemikiraPemikiran n ... ... 44 1.6

1.6 Metode Metode PenelitiaPenelitian...n... ... 66 1.7

(10)

ix ix

2.1.2

2.1.2 KlasifikasKlasifikasi i Karies Karies ... ... 88 2.1.3

2.1.3 GambaraGambaran n Klinis Klinis Karies Karies ... ... 1010 2.1.4

2.1.4 Faktor-FFaktor-Faktor aktor PenyebaPenyebab b Karies Karies Gigi Gigi ... ... 1111 2.1.4.1

2.1.4.1 Faktor Faktor Agen Agen atau atau MikroorganMikroorganisme isme ... ... 1111 2.1.4.2

2.1.4.2 Substrat Substrat ... ... ... 1212 2.1.4.3

2.1.4.3 Faktor Faktor Tuan Tuan Rumah... Rumah... 1313 2.1.4.4

2.1.4.4 Waktu Waktu ... ... 1313 2.1.5

2.1.5 Proses Proses TerjadinyTerjadinya a Karies... Karies... 1414 2.1.6

2.1.6 PengukPengukuran uran Karies Karies Gigi Gigi ... ... 1616 2.1.6.1

2.1.6.1 Indeks Indeks DMF DMF ... ... ... 1616 2.1.6.2 Indeks

2.1.6.2 Indeks Tooth CariTooth Carieess– – WHO WHO ... ... 1818 2.1.6.3 Indeks

2.1.6.3 Indeks Significant CariesSignificant Caries ((SiC IndexSiC Index) ) ... ... 1919 2.2

2.2 TunaruTunarungu ngu ... ... ... 2020 2.2.1

2.2.1 Definisi Definisi TunarungTunarungu u ... ... 2020 2.2.2

2.2.2 KlasifikasKlasifikasi i TunarungTunarungu u ... ... ... 2121 2.2.2.1

2.2.2.1 Berdasarkan Berdasarkan Tingkat Tingkat Kehilangan Kehilangan Pendengaran Pendengaran ... ... 2121 2.2.2.2 Berdasarkan Saat Terjadinya Kehilangan

2.2.2.2 Berdasarkan Saat Terjadinya Kehilangan Pendenga

Pendengaran ran ... ... ... 2222 2.2.2.3

2.2.2.3 Berdasarkan Berdasarkan Tempat Tempat Kerusakan Kerusakan Pendengaran Pendengaran ... . 2323 2.2.2.4

(11)

x x

2.2.3

2.2.3 Karakteristik Tunarungu Karakteristik Tunarungu dalam dalam Aspek Aspek Sosial Sosial Emosional Emosional . . 2424 2.2.4

2.2.4 KarakteriKarakteristik stik dalam dalam Aspek Aspek Fisik Fisik dan dan KesehataKesehatan n ... ... 2525 2.2.5

2.2.5 Dampak Ketunarunguan Terhadap KemampuanDampak Ketunarunguan Terhadap Kemampuan

Berbahasa 26

Berbahasa 26

2.3

2.3 Profil Profil SLB SLB B B Negeri Negeri Cicendo Cicendo Bandung ... Bandung ... 2727 2.3.1

2.3.1 Visi Visi dan dan Misi Misi ... ... 2727 2.3.1.1

2.3.1.1 Visi Visi ... ... 2626 2.3.1.2

2.3.1.2 Misi Misi ... ... 2727 2.3.2

2.3.2 Sarana Sarana dan dan Prasarana SLB Prasarana SLB B B Negeri Cicendo Negeri Cicendo Bandung Bandung .... .... 2828 2.3.3

2.3.3 Siswa Siswa Tunarungu Tunarungu di di SLB SLB B B Negeri Negeri Cicendo Cicendo Bandung ... Bandung ... 2828

BAB

BAB III III METODE METODE PENELITIANPENELITIAN

3.1

3.1 Jenis Jenis PenelitiaPenelitian n ... ... 3030 3.2

3.2 Populasi Populasi dan dan Sampel Sampel ... ... 3030 3.3

3.3 VariabeVariabel l Penelitian Penelitian ... ... 3131 3.4

3.4 Definisi Definisi OperasionOperasional al Variabel Variabel ... ... ... 3131 3.5

3.5 Teknik Teknik PengumPengumpulan pulan Data Data ... ... 3333 3.6

3.6 Alat Alat dan dan Bahan Bahan ... ... 3333 3.7

3.7 Analisis Analisis dan dan Penyajian Penyajian Data Data ... ... ... 3333 3.8

3.8 Prosedur Prosedur PenelitiaPenelitian...n... ... 3434

BAB

BAB IV IV HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN DN DN PEMBAHASANPEMBAHASAN

4.1

(12)

xi xi

BAB

BAB V V SIMPULAN SIMPULAN DAN DAN SARANSARAN

5.1

5.1 Simpulan Simpulan ... ... 4646 5.2

5.2 Saran Saran ... ... ... 4646

DAFTAR

DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA ... ... 4848 GLOSARIUM

GLOSARIUM ... ... ... 5151 RIWAYAT

RIWAYAT AKADEMIK AKADEMIK PENULIS PENULIS ... ... ... 5252 LAMPIRAN

(13)

xii xii

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

No.

No. Tabel Tabel HalamanHalaman

2.1

2.1 Kode Kode PemerikPemeriksaan saan Karies Karies dengan dengan Indeks Indeks WHO WHO ... ... 1919 2.2

2.2 Jumlah Jumlah Siswa di Siswa di SLB B SLB B Cicendo Cicendo BanduBandung ng ... ... 2828 4.1

4.1 Distribusi Siswa Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Berdasarkan Jenis Kelamin Kelamin dan dan Tingkat Tingkat Pendidikan. Pendidikan. ... ... 3636 4.2

4.2 Data def-t Data def-t Pada Siswa Pada Siswa TKLB di TKLB di SLB B SLB B Negeri Cicendo Bandung Negeri Cicendo Bandung ... ... 3737 4.3

4.3 Data DMF-T Data DMF-T Pada Siswa Pada Siswa TKLB di TKLB di SLB B SLB B Negeri Cicendo Bandung Negeri Cicendo Bandung ... ... 3838 4.4

4.4 Data def-t Data def-t Pada Siswa Pada Siswa SDLB di SDLB di SLB B SLB B Negeri Cicendo Negeri Cicendo Bandung Bandung ... ... 3838 4.5

4.5 Data DMF-T Data DMF-T pada siswa SDLB pada siswa SDLB di SLB di SLB B B Negeri Cicendo Bandung Negeri Cicendo Bandung ... ... 3939 4.6

4.6 Data DMF-T Data DMF-T Pada Siswa Pada Siswa SMPLB SMPLB di SLB di SLB B B Negeri Cicendo Negeri Cicendo Bandung... Bandung... 3939 4.7

4.7 Data DMF-T Pada Data DMF-T Pada Siswa SMALB di Siswa SMALB di SLB B SLB B Negeri Cicendo Bandung. Negeri Cicendo Bandung. . . 4040 4.8

4.8 Indeks def-t Indeks def-t dan DMF-T dan DMF-T Pada Siswa Pada Siswa SLB B SLB B Negeri Cicendo Negeri Cicendo Bandung. Bandung. . . 4141 4.9

4.9 Indeks def-t dan DMF-T pada siswa laki-laki dan perempuan di SLB BIndeks def-t dan DMF-T pada siswa laki-laki dan perempuan di SLB B Negeri

Negeri Cicendo Cicendo Bandung Bandung ... ... ... 4141 4.10

(14)

xiii xiii

2.1

(15)

xiv xiv

DAFTAR DIAGRAM DAFTAR DIAGRAM

No.

No. Diagram Diagram HalamanHalaman

2.2

(16)

xv xv

1.1

(17)

xvi xvi

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN

No.

No. Lampiran Lampiran HalamanHalaman

1.

1. Surat Surat Permohonan Permohonan Izin Izin Penelitian Penelitian dari dari Fakultas Fakultas Kedokteran Kedokteran Gigi Gigi 5353 2.

2. Surat Surat Pemberitahuan Pemberitahuan dari dari BPKBPM BPKBPM Kota Kota Bandung Bandung 5454 3.

3. Surat Surat Izin Izin dari dari Dinas Dinas Pendidikan Pendidikan Kota Kota Bandung Bandung 5555 4.

4. Surat Surat Keterangan Keterangan dari dari Dinas Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Kota Bandung Bandung 5656 5.

5. Surat Surat Keterangan Keterangan dari dari SLB SLB Negeri Negeri Cicendo Cicendo Bandung Bandung 5757 6.

6. Surat Surat Persetujuan Persetujuan Penelitian Penelitian 5858 7.

7. Formulir Formulir Pemeriksaan Pemeriksaan Gigi Gigi dan dan Mulut Mulut 5959 8.

(18)

1 1

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Penyelenggaraan daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminatif serta norma-norma agama. Oleh sebab itu sudah sewajarnya bila nondiskriminatif serta norma-norma agama. Oleh sebab itu sudah sewajarnya bila hasil dari pembangunan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat hasil dari pembangunan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga terdapat peningkatan kesejahteraan lahir maupun batin dan Indonesia, sehingga terdapat peningkatan kesejahteraan lahir maupun batin dan peningkatan derajat kesehatan secara merata (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

peningkatan derajat kesehatan secara merata (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk  bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk  menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi dan bermartabat menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi dan bermartabat (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

(Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik, dan Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik, dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya. Penyandang cacat terdiri dari baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya. Penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental (UU No.4 tahun 1997). penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental (UU No.4 tahun 1997).

(19)

2 2

Orang yang memiliki masalah pendengaran selalu disalah tanggap dengan Orang yang memiliki masalah pendengaran selalu disalah tanggap dengan seorang yang normal karena kecacatan mereka tidak terlihat, seperti pada mereka seorang yang normal karena kecacatan mereka tidak terlihat, seperti pada mereka yang memiliki masalah penglihatan dan cacat mental. Mereka juga kurang mendapat yang memiliki masalah penglihatan dan cacat mental. Mereka juga kurang mendapat simpati seperti halnya mereka yang mempunyai masalah penglihatan (Muhammad, simpati seperti halnya mereka yang mempunyai masalah penglihatan (Muhammad, 2008).

2008).

Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar

mendengar dari yang dari yang ringan sampai berat, ringan sampai berat, digolongkan ke digolongkan ke dalam tuli dan dalam tuli dan kurangkurang mendengar. Orang tuli adalah orang yang kehilangan kemampuan mendengar mendengar. Orang tuli adalah orang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar di mana batas pendengaran yang ataupun tidak memakai alat bantu dengar di mana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Perilaku orang-orang yang pendengaran (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Perilaku orang-orang yang mengalami tunarungu dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tentunya mengalami tunarungu dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tentunya memerlukan pelayanan kesehatan yang cukup memadai untuk menjaga kesehatan gigi memerlukan pelayanan kesehatan yang cukup memadai untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

dan mulutnya.

Tunarungu adalah salah satu jenis cacat yang cukup banyak terdapat di Tunarungu adalah salah satu jenis cacat yang cukup banyak terdapat di Indonesia. Berdasarkan data dari GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan Indonesia. Berdasarkan data dari GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) bahwa jumlah penyandang cacat adalah 6% dari jumlah Tunarungu Indonesia) bahwa jumlah penyandang cacat adalah 6% dari jumlah penduduk Indonesia dan sebanyak 2, 9 juta atau sekitar 1,25 % dari total keseluruhan penduduk Indonesia dan sebanyak 2, 9 juta atau sekitar 1,25 % dari total keseluruhan penduduk Indonesia adalah penyandang tunarun

(20)

Dalam ilmu kedokteran gigi, perawatan penderita cacat disadari masih dalam Dalam ilmu kedokteran gigi, perawatan penderita cacat disadari masih dalam tahap awal, dan perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kesehatan gigi dan tahap awal, dan perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kesehatan gigi dan mulutnya. Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai kebersihan mulut mulutnya. Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai kebersihan mulut yang lebih buruk dibandingkan dengan individu normal, yang disebabkan diet yang lebih buruk dibandingkan dengan individu normal, yang disebabkan diet makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan di rumah, sehingga banyak gigi makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan di rumah, sehingga banyak gigi yang rusak dan berlubang (Maulani, 2005).

yang rusak dan berlubang (Maulani, 2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik melakukan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengetahui indeks def-t (

suatu penelitian untuk mengetahui indeks def-t (decayed, indicated for extraction,decayed, indicated for extraction,   filled teeth

  filled teeth) untuk gigi sulung, dan indeks DMF-T () untuk gigi sulung, dan indeks DMF-T (decayed, missing, filled teethdecayed, missing, filled teeth)) untuk gigi tetap pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

untuk gigi tetap pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

1.2

1.2 Identifikasi MasalahIdentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan masalah tersebut, maka identifikasi Berdasarkan latar belakang pemilihan masalah tersebut, maka identifikasi masalah adalah:

masalah adalah:

Berapa indeks def-t dan DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Berapa indeks def-t dan DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

Bandung.

1.3

1.3 Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian untuk mengetahui data dan informasi mengenai status Maksud penelitian untuk mengetahui data dan informasi mengenai status kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung. kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk medapatkan indeks def-t dan DMF-T pada Tujuan penelitian ini yaitu untuk medapatkan indeks def-t dan DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

(21)

4 4

1.4

1.4 Kegunaan PenelitianKegunaan Penelitian

1.

1. Dapat memberikan informasi mengenai indeks def-t dan DMF-T pada siswaDapat memberikan informasi mengenai indeks def-t dan DMF-T pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.

tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung. 2.

2. Untuk dapat dijadikan dasar bagi penelitian lebih lanjut bagi lembaga lainnya diUntuk dapat dijadikan dasar bagi penelitian lebih lanjut bagi lembaga lainnya di dalam upaya pembinaan kesehatan gigi dan mulut pada orang-orang cacat.

dalam upaya pembinaan kesehatan gigi dan mulut pada orang-orang cacat. 3.

3. Membantu penulis dalam meningkatkan keterampilan melakukan penelitian danMembantu penulis dalam meningkatkan keterampilan melakukan penelitian dan dalam menulis suatu karya ilmiah yang merupakan bagian dari tahapan persiapan dalam menulis suatu karya ilmiah yang merupakan bagian dari tahapan persiapan dalam pengabdian kepada masyarakat kelak.

dalam pengabdian kepada masyarakat kelak.

1.5

1.5 Kerangka PemikiranKerangka Pemikiran

Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009). Pelayanan aman, bermutu dan terjangkau (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009). Pelayanan kesehatan juga mencakup pelayanan kesehatan pada penderita cacat.

kesehatan juga mencakup pelayanan kesehatan pada penderita cacat.

Penderita cacat, yaitu penderita yang mengalami hambatan rohani dan atau Penderita cacat, yaitu penderita yang mengalami hambatan rohani dan atau  jasmani, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dalam menjalankan  jasmani, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dalam menjalankan fungsi sosialnya. Penderita cacat di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi sosialnya. Penderita cacat di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan cacat netra, cacat tubuh, cacat mental, dan cacat rungu wicara (Maulani, 2005).

cacat netra, cacat tubuh, cacat mental, dan cacat rungu wicara (Maulani, 2005).

Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara (Kementrian Kesehatan RI, berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Keterbatasan yang dimiliki tunarungu membuat mereka kesulitan dalam 2010). Keterbatasan yang dimiliki tunarungu membuat mereka kesulitan dalam

(22)

memperoleh informasi, di antaranya informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. memperoleh informasi, di antaranya informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Selain itu juga mereka sulit untuk menyampaikan apa yang mereka pikirkan.

Selain itu juga mereka sulit untuk menyampaikan apa yang mereka pikirkan.

Orang yang tunarungu biasanya memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut Orang yang tunarungu biasanya memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut (Anonimous, 2010). Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan (Anonimous, 2010). Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan xerostomia. Xerostomia merupakan kekeringan pada mulut akibat disfungsi kelenjar xerostomia. Xerostomia merupakan kekeringan pada mulut akibat disfungsi kelenjar saliva.

saliva. Mulut Mulut kering dkering dapat meniapat meningkatkan ngkatkan terjadinya terjadinya kerusakan kerusakan gigi, gigi, karenakarena berkurangnya saliva merupakan faktor predisposisi pada penambahan insiden karies, berkurangnya saliva merupakan faktor predisposisi pada penambahan insiden karies, penyakit periodontal, dan infeksi oral, terutama kandidosis

penyakit periodontal, dan infeksi oral, terutama kandidosis (Fox, 2008).(Fox, 2008).

Status karies seseorang dapat diukur dengan indeks karies agar penilaian yang Status karies seseorang dapat diukur dengan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa diberikan pemeriksa sama atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks DMF yang diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, digunakan seperti indeks DMF yang diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW dan indeks WHO, namun belakangan ini diperkenalkan indeks Knutson JW dan indeks WHO, namun belakangan ini diperkenalkan indeks

Significant Caries

Significant Caries ((SiC SiC ) untuk melengkapi indeks WHO sebelumnya (Pintauli dan) untuk melengkapi indeks WHO sebelumnya (Pintauli dan Hamada, 2008).

Hamada, 2008).

Indeks DMF digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap Indeks DMF digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T) dan karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi (DMF-S). Sedangkan def-t dan def-s (

permukaan gigi (DMF-S). Sedangkan def-t dan def-s (decayed, indicated for decayed, indicated for  extraction, filled surface

extraction, filled surface) digunakan untuk gigi sulung (Burt) digunakan untuk gigi sulung (Burt and and Eklund, 2005).Eklund, 2005). Penelitian ini dilakukan pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Penelitian ini dilakukan pada siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dengan melihat keadaan giginya untuk melihat gigi yang karies, ditambal Bandung dengan melihat keadaan giginya untuk melihat gigi yang karies, ditambal dengan tambalan tetap, diindikasikan untuk dicabut pada gigi slulung atau dicabut dengan tambalan tetap, diindikasikan untuk dicabut pada gigi slulung atau dicabut karena karies.

(23)

6 6

-- Dalam pendengaranDalam pendengaran -- Dalam berbicaraDalam berbicara

-- Bernafas melalui mulutBernafas melalui mulut

-- Peningkatan Infeksi PeriodontalPeningkatan Infeksi Periodontal -- Peningkatan terhadap risiko kariesPeningkatan terhadap risiko karies

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Indeks def-t Indeks def-t UU No. 36 Tahun 2009 UU No. 36 Tahun 2009 Penyandang Cacat Penyandang Cacat Keterbatasan Keterbatasan Indeks Karies Indeks Karies Kondisi Oral Kondisi Oral Cacat netra Cacat netra Cacat tubuh

Cacat tubuh Cacat rungu wicaraCacat rungu wicara Cacat mentalCacat mental

Kondisi Oral Kondisi Oral

Indeks

Indeks def-t def-t Indeks Indeks DMF-TDMF-T Indeks Karies

(24)

1.6

1.6 Metode PenelitianMetode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.

1.7

1.7 Waktu dan Lokasi PenelitianWaktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa tunarungu dari TKLB, SDLB, Penelitian ini dilakukan terhadap siswa tunarungu dari TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB di SLB B Negeri Cicendo Bandung pada bulan Maret 2011 dan SMPLB dan SMALB di SLB B Negeri Cicendo Bandung pada bulan Maret 2011 dan April 2011.

(25)

8 8 BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1

2.1 Karies GigiKaries Gigi 2.1.1

2.1.1 Definisi KariesDefinisi Karies

Karies berasal dari bahasa latin yaitu

Karies berasal dari bahasa latin yaitu cariescaries yang berarti pembusukan. Kariesyang berarti pembusukan. Karies

gigi merupakan suatu destruksi yang terlokalisir pada jaringan gigi yang disebabkan gigi merupakan suatu destruksi yang terlokalisir pada jaringan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme (Pine

oleh mikroorganisme (Pine and and Harris, 2007).Harris, 2007).

Karies didefinisikan sebagai destruksi yang terlokalisir pada jaringan gigi Karies didefinisikan sebagai destruksi yang terlokalisir pada jaringan gigi karena fermentasi karbohidrat oleh bakteri (Samaranayake, 2006).

karena fermentasi karbohidrat oleh bakteri (Samaranayake, 2006).

Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang dimulai Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang dimulai dengan demineralisasi komponen anorganik gigi, kemudian terjadi destruksi dengan demineralisasi komponen anorganik gigi, kemudian terjadi destruksi komponen organik, yang akan menyebabkan terbentuknya kavitas (Hiremath, 2007). komponen organik, yang akan menyebabkan terbentuknya kavitas (Hiremath, 2007).

2.1.2

2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi KariesKaries

Pada tahun 1908, GV Black mempublikasikan klasifikasi karies berdasarkan Pada tahun 1908, GV Black mempublikasikan klasifikasi karies berdasarkan lokasinya pada gigi (Fejerskov

lokasinya pada gigi (Fejerskovand and Kidd, 2003):Kidd, 2003):

Kelas 1: lesi terletak pada pit dan fisur pada bagian gigi manapun. Kelas 1: lesi terletak pada pit dan fisur pada bagian gigi manapun.

Kelas 2: lesi terletak pada permukaan proksimal gigi premolar dan molar. Kelas 2: lesi terletak pada permukaan proksimal gigi premolar dan molar.

Kelas 3:lesi terletak pada permukaan proksimal incisivus dan caninus yang tidak  Kelas 3:lesi terletak pada permukaan proksimal incisivus dan caninus yang tidak 

memerlukan pembuangan dan restorasi pada sudut incisal. memerlukan pembuangan dan restorasi pada sudut incisal.

(26)

Kelas 4: lesi terletak pada permukaan proksimal gigi incisivus dan caninus yang Kelas 4: lesi terletak pada permukaan proksimal gigi incisivus dan caninus yang

memerlukan pembuangan dan restorasi pada sudut incisal. memerlukan pembuangan dan restorasi pada sudut incisal.

Kelas 5: lesi terletak pada 1/3 gingival pada permukaan labial, buccal atau lingual. Kelas 5: lesi terletak pada 1/3 gingival pada permukaan labial, buccal atau lingual.

Berdasarkan letak lesinya, lesi karies dibedakan menjadi (Samaranayake, Berdasarkan letak lesinya, lesi karies dibedakan menjadi (Samaranayake, 2006):

2006): 1.

1. Karies pada pit dan fisur (terdapat pada gigi molar, premolar, dan permukaanKaries pada pit dan fisur (terdapat pada gigi molar, premolar, dan permukaan lingual gigi incisivus rahang atas).

lingual gigi incisivus rahang atas). 2.

2. Karies pada permukaan yang licin (terdapat pada permukaan aproximal, sedikit diKaries pada permukaan yang licin (terdapat pada permukaan aproximal, sedikit di bawah titik kontak).

bawah titik kontak). 3.

3. Karies pada permukaan akar (terdapat pada sementum atau dentin).Karies pada permukaan akar (terdapat pada sementum atau dentin). 4.

4. Karies rekuren (berhubungan dengan restorasi yang sudah ada).Karies rekuren (berhubungan dengan restorasi yang sudah ada).

G. J.Mount dan W. R. Hume memperkenalkan klasifikasi lesi karies yang G. J.Mount dan W. R. Hume memperkenalkan klasifikasi lesi karies yang baru, yaitu berdasarkan letak (

baru, yaitu berdasarkan letak (sitesite) dan ukuran () dan ukuran (sizesize). Klasifikasi ini dirancang untuk ). Klasifikasi ini dirancang untuk  mempermudah identifikasi lesi dan untuk menjelaskan kompleksitas karena mempermudah identifikasi lesi dan untuk menjelaskan kompleksitas karena perbesaran lesi.

perbesaran lesi.

Lesi karies berdasarkan letaknya dibedakan menjadi: Lesi karies berdasarkan letaknya dibedakan menjadi:

Site 1

Site 1: pit, fisur dan defek enamel pada bagian oklusal pada gigi posterior atau: pit, fisur dan defek enamel pada bagian oklusal pada gigi posterior atau permukaan halus lainnya seperti cingulum pada gigi anterior.

permukaan halus lainnya seperti cingulum pada gigi anterior.

Site 2

Site 2: enamel pada bagian aproximal. Dalam hal ini, area yang berkontak dengan: enamel pada bagian aproximal. Dalam hal ini, area yang berkontak dengan gigi tetangga.

gigi tetangga.

Site 3

Site 3: bagian servikal sepertiga mahkota gigi atau yang disertai resesi gingival, akar: bagian servikal sepertiga mahkota gigi atau yang disertai resesi gingival, akar yang terbuka.

(27)

10 10

Karies dapat menjadi penyakit yang progresif,sehingga dapat dilihat ukuran Karies dapat menjadi penyakit yang progresif,sehingga dapat dilihat ukuran untuk restorasi dan perluasan lesinya. Oleh karena itu, lesi karies dapat dibedakan untuk restorasi dan perluasan lesinya. Oleh karena itu, lesi karies dapat dibedakan menjadi 5 ukuran (

menjadi 5 ukuran (sizesize), yaitu :), yaitu :

Size 1

Size 1: kavitas permukaan yang minimal,sedikit melibatkan dentin yang mampu: kavitas permukaan yang minimal,sedikit melibatkan dentin yang mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri.

memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri.

Size 2

Size 2 : melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi ini, diperlukan: melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi ini, diperlukan preparasi kavitas menyisakan enamel dan didukung oleh dentin dengan cukup preparasi kavitas menyisakan enamel dan didukung oleh dentin dengan cukup baik dan masih mampu menahan beban oklusi yang normal. Struktur gigi baik dan masih mampu menahan beban oklusi yang normal. Struktur gigi yang tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.

yang tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.

Size 3

Size 3 : lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies sudah: lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies sudah melibatkan cusp atau permukaan incisal, atau sudah tidak mampu menahan melibatkan cusp atau permukaan incisal, atau sudah tidak mampu menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga restorasi dapat beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga restorasi dapat dibuat untuk mendukung struktur gigi yang tersisa.

dibuat untuk mendukung struktur gigi yang tersisa.

Size 4

Size 4 : karies yang luas atau hilangnya beberapa struktur gigi. Contoh, hilangnya: karies yang luas atau hilangnya beberapa struktur gigi. Contoh, hilangnya semua cusp gigi atau permukaan insisal (Mount

semua cusp gigi atau permukaan insisal (Mount and and Hume, 1998).Hume, 1998).

2.1.3

2.1.3 Gambaran Gambaran Klinis Klinis Karies Karies GigiGigi

Lesi awal karies berupa lesi yang berbatas jelas, berwarna putih seperti kapur, Lesi awal karies berupa lesi yang berbatas jelas, berwarna putih seperti kapur, dan permukaan email tertembus. Lesi ini dapat sembuh atau mengalami dan permukaan email tertembus. Lesi ini dapat sembuh atau mengalami remineralisasi, dan oleh sebab itu pada tahap ini masih bersifat reversible. Meskipun remineralisasi, dan oleh sebab itu pada tahap ini masih bersifat reversible. Meskipun demikian, saat lesi berkembang, permukaan menjadi kasar dan terbentuk kavitas. Jika demikian, saat lesi berkembang, permukaan menjadi kasar dan terbentuk kavitas. Jika

(28)

lesi tersebut tidak ditangani, kavitas akan meluas ke dentin dan dapat menyebabkan lesi tersebut tidak ditangani, kavitas akan meluas ke dentin dan dapat menyebabkan kerusakan pulpa (Samaranayake, 2006).

kerusakan pulpa (Samaranayake, 2006).

2.1.4 Faktor –Faktor Penyebab Karies Gigi 2.1.4 Faktor –Faktor Penyebab Karies Gigi

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor

memegang peranan yaitu faktor host host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme,atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Pintauli dan Hamada, 2008).

lingkaran yang bertumpang-tindih (Pintauli dan Hamada, 2008).

Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010) Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010)

2.1.4.1 Faktor agen atau mikroorganisme 2.1.4.1 Faktor agen atau mikroorganisme

Bakteri kariogenik memiliki tiga sifat yang menyebabkannya berperan dalam Bakteri kariogenik memiliki tiga sifat yang menyebabkannya berperan dalam proses karies.

(29)

12 12

tersebut mampu memproduksi asam (

tersebut mampu memproduksi asam (acidogenicacidogenic) dan bakteri dapat bertahan hidup) dan bakteri dapat bertahan hidup dan berfungsi di dalam lingkungan yang asam (

dan berfungsi di dalam lingkungan yang asam (aciduricaciduric) (Pinkham, 2005).) (Pinkham, 2005).

Streptococcus mutans

Streptococcus mutans (S. mutans dan S. sobrinus) merupakan kelompok (S. mutans dan S. sobrinus) merupakan kelompok  utama bakteri yang terlibat dalam awal terjadinya demineralisasi email. Fermentasi utama bakteri yang terlibat dalam awal terjadinya demineralisasi email. Fermentasi karbohidrat yang terus menerus menyebabkan pertumbuhan

karbohidrat yang terus menerus menyebabkan pertumbuhan Streptococcus mutansStreptococcus mutans

yang cepat, dan meningkatnya produksi asam organik, peningkatan matriks yang cepat, dan meningkatnya produksi asam organik, peningkatan matriks polisakarida ekstraseluler dan suatu perubahan relatif pada komponen mikroflora polisakarida ekstraseluler dan suatu perubahan relatif pada komponen mikroflora yang dapat meningkatkan risiko karies gigi (Pinkham, 2005).

yang dapat meningkatkan risiko karies gigi (Pinkham, 2005). Setelah terbentuk lubang pada email,

Setelah terbentuk lubang pada email, lactobacillilactobacilli memegang peranan yangmemegang peranan yang sangat penting. Pada proses karies, saat pH pada plak mulai menurun di bawah level sangat penting. Pada proses karies, saat pH pada plak mulai menurun di bawah level kritis (sekitar 5,5), asam yang dihasilkan mulai menyebabkan demineralisasi email kritis (sekitar 5,5), asam yang dihasilkan mulai menyebabkan demineralisasi email (Cameron

(Cameron and and Widmer, 2008).Widmer, 2008).

2.1.4.2 Substrat 2.1.4.2 Substrat

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email (Pintauli dan Hamada, 2008).

permukaan email (Pintauli dan Hamada, 2008).

Bakteri menggunakan hasil fermentasi karbohidrat untuk energi dan produk  Bakteri menggunakan hasil fermentasi karbohidrat untuk energi dan produk  akhir glikolisis pada metabolisme bakteri adalah asam. Sukrosa merupakan akhir glikolisis pada metabolisme bakteri adalah asam. Sukrosa merupakan karbohidrat yang paling mudah difermentasi (Cameron

(30)

2.1.4.3 Faktor Tuan Rumah 2.1.4.3 Faktor Tuan Rumah

Dalam terjadinya proses karies, kualitas struktur gigi dan saliva merupakan Dalam terjadinya proses karies, kualitas struktur gigi dan saliva merupakan faktor tuan rumah utama yang perlu diperhatikan (Cameron

faktor tuan rumah utama yang perlu diperhatikan (Cameron and and Widmer, 2008). PitWidmer, 2008). Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Email merupakan jaringan tubuh dengan membantu perkembangan karies gigi. Email merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Kepadatan kristal email sangat menentukan fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral, maka kristal email kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral, maka kristal email semakin padat dan email akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang semakin padat dan email akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap (Pintauli dan Hamada, 2008).

karies daripada gigi tetap (Pintauli dan Hamada, 2008).

Pertahanan utama alami terhadap karies adalah saliva. Saliva tidak hanya Pertahanan utama alami terhadap karies adalah saliva. Saliva tidak hanya menghilangkan sisa makanan dan menetralkan asam yang dihasilkan oleh plak, tetapi menghilangkan sisa makanan dan menetralkan asam yang dihasilkan oleh plak, tetapi  juga memiliki efek 

 juga memiliki efek buffebuffer terhadap pH pada saliva dan plak (Wellburry, 2005).r terhadap pH pada saliva dan plak (Wellburry, 2005).

2.1.4.4 Waktu 2.1.4.4 Waktu

Asam dapat menyebabkan hancurnya kristal email sehingga dapat Asam dapat menyebabkan hancurnya kristal email sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan email. Hal ini dapat terjadi beberapa bulan menyebabkan kerusakan pada permukaan email. Hal ini dapat terjadi beberapa bulan sampai tahunan tergantung dari intensitas dan frekuensi konsumsi asam. Hal ini sampai tahunan tergantung dari intensitas dan frekuensi konsumsi asam. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam mulut (karena mulut mengandung beberapa bakteri menunjukkan bahwa di dalam mulut (karena mulut mengandung beberapa bakteri kariogenik) terjadi demineralisasi dan remineralisasi yang terus menerus, oleh sebab kariogenik) terjadi demineralisasi dan remineralisasi yang terus menerus, oleh sebab

(31)

14 14

itu seorang individu tidak pernah terbebas dari karies. Proses demineralisasi dan itu seorang individu tidak pernah terbebas dari karies. Proses demineralisasi dan remineralisasi email secara konstan merupakan suatu siklus antara hilangnya dan remineralisasi email secara konstan merupakan suatu siklus antara hilangnya dan diperolehnya mineral. Karies terjadi jika keseimbangan antara demineralisasi dan diperolehnya mineral. Karies terjadi jika keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi terganggu, sehingga demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. remineralisasi terganggu, sehingga demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Hasil jangka panjang dari siklus ini ditentukan oleh:

Hasil jangka panjang dari siklus ini ditentukan oleh: 1.

1. Komposisi dan jumlah plak.Komposisi dan jumlah plak. 2.

2. Konsumsi gula (frekuensi dan waktu).Konsumsi gula (frekuensi dan waktu). 3.

3. Paparan fluoride.Paparan fluoride. 4.

4. Aliran dan kualitas saliva.Aliran dan kualitas saliva. 5.

5. Kualitas email.Kualitas email. 6.

6. Respon imun (CameronRespon imun (Cameron and and Widmer, 2008).Widmer, 2008).

2.1.5

2.1.5 Proses Proses Terjadinya Terjadinya Karies Karies GigiGigi

Hampir semua penelitian mengenai proses karies gigi merupakan teori Hampir semua penelitian mengenai proses karies gigi merupakan teori kemoparasitik yang dikemukakan oleh W. D Miller pada tahun 1980. Saat ini lebih kemoparasitik yang dikemukakan oleh W. D Miller pada tahun 1980. Saat ini lebih umum dikenal dengan teori

umum dikenal dengan teori acidogenic of caries aetiologyacidogenic of caries aetiology(Welburry, 2005).(Welburry, 2005). Pola utama proses karies adalah:

Pola utama proses karies adalah: 1.

1. Fermentasi karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme yang terdapatFermentasi karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme yang terdapat pada plak gigi

pada plak gigi 2.

2. Produksi asam yang dapat menurunkan pH pada permukaan email di bawah levelProduksi asam yang dapat menurunkan pH pada permukaan email di bawah level (pH kritis), pada saat itu email akan larut

(32)

3.

3. Saat karbohidrat sudah tidak terdapat lagi pada plak, pH di dalam plak akanSaat karbohidrat sudah tidak terdapat lagi pada plak, pH di dalam plak akan meningkat karena adanya difusi asam yang keluar dan dapat terjadi pula meningkat karena adanya difusi asam yang keluar dan dapat terjadi pula metabolisme dan netralisasi pada plak, sehingga dapat terjadi remineralisasi email metabolisme dan netralisasi pada plak, sehingga dapat terjadi remineralisasi email 4.

4. Peningkatan karies gigi hanya terjadi saat proses demineralisasi lebih besarPeningkatan karies gigi hanya terjadi saat proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi (Welburry, 2005).

daripada remineralisasi (Welburry, 2005).

Demineralisasi pada email gigi merupakan suatu proses kimia. Pelarutan Demineralisasi pada email gigi merupakan suatu proses kimia. Pelarutan hidroksiapatit secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

hidroksiapatit secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: Ca

Ca1010(PO(PO44))66(OH)(OH)22 + + 10 10 HH++ 10 Ca10 Ca22 + 6H(PO4)+ 6H(PO4)3-3- + + 2H2H22OO Hidroksiapati

Hidroksiapatit t ion ion hydrogen hydrogen calcium calcium hidrogen hidrogen fosfat fosfat airair

Demineralisasi email merupakan kehilangan mineral pada email karena Demineralisasi email merupakan kehilangan mineral pada email karena aktivitas asam yang dapat menyebabkan karies gigi atau erosi. Karies gigi terutama aktivitas asam yang dapat menyebabkan karies gigi atau erosi. Karies gigi terutama disebabkan oleh asam asetat dan asam laktat yang berdifusi melalui plak dan masuk  disebabkan oleh asam asetat dan asam laktat yang berdifusi melalui plak dan masuk  ke dalam pori-pori email diantara

ke dalam pori-pori email diantara enamel rodsenamel rodssebagai ion netral, dimana asam asetatsebagai ion netral, dimana asam asetat dan asam laktat mengalami disosiasi dan menurunkan pH cairan yang mengelilingi dan asam laktat mengalami disosiasi dan menurunkan pH cairan yang mengelilingi kristal email. Pada saat pertama kali terpisah, proton melarutkan permukaan kristal kristal email. Pada saat pertama kali terpisah, proton melarutkan permukaan kristal hidroksiapatit, pelarutan ini tergantung dari derajat kejenuhan apatit dan konsentrasi hidroksiapatit, pelarutan ini tergantung dari derajat kejenuhan apatit dan konsentrasi ion kalsium dan fosfat di dalam cairan inter-rod meningkat (Cameron

ion kalsium dan fosfat di dalam cairan inter-rod meningkat (Cameron and and Widmer,Widmer, 2008).

2008).

 Buffering

 Buffering calcium dan fosfat pada permukaan email dan pada plak mendorongcalcium dan fosfat pada permukaan email dan pada plak mendorong berkembangnya

berkembangnya subsurfacesubsurface (atau (atau lesi lesi berupa berupa titik titik putih). putih). Kemudian Kemudian terjaditerjadi perubahan yang diakibatkan karena peningkatan ruangan di antara batang email yang perubahan yang diakibatkan karena peningkatan ruangan di antara batang email yang

(33)

16 16

tipis. Kelanjutan proses ini menghancurkan dukungan lapisan permukaan sehingga tipis. Kelanjutan proses ini menghancurkan dukungan lapisan permukaan sehingga terbentuklah kavitas (Cameron

terbentuklah kavitas (Cameron and and Widmer, 2008).Widmer, 2008).

2.1.6

2.1.6 Pengukuran Pengukuran Karies Karies GigiGigi 2.1.6.1 Indeks DMF

2.1.6.1 Indeks DMF

Indeks DMF, yang mencatat jumlah gigi tetap yang rusak (

Indeks DMF, yang mencatat jumlah gigi tetap yang rusak (decayed decayed ), hilang), hilang ((missingmissing) dan ditambal () dan ditambal ( filled  filled ) (DMF-T) atau pada permukaan gigi yaitu DMF-S,) (DMF-T) atau pada permukaan gigi yaitu DMF-S, pertama kali diperkenalkan oleh Klein dan Palmer dan sampai saat ini masih dipakai pertama kali diperkenalkan oleh Klein dan Palmer dan sampai saat ini masih dipakai secara luas

secara luas di seluruh dunia. di seluruh dunia. Untuk gigi sulung Untuk gigi sulung karena kesulitan dalam karena kesulitan dalam membedakanmembedakan apakah gigi dicabut karena karies atau karena tanggal alami, khususnya pada anak  apakah gigi dicabut karena karies atau karena tanggal alami, khususnya pada anak  usia lebih dari 5 tahun, digunakan def-t dan df (

usia lebih dari 5 tahun, digunakan def-t dan df (decayed, filled decayed, filled ) (Pine) (Pine and and Harris,Harris, 2007).

2007).

Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D, M, F dan kemudian dijumlahkan pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D, M, F dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rata-rata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah sesuai kode. Rata-rata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa (Pintauli dan Hamada, 2008).

orang yang diperiksa (Pintauli dan Hamada, 2008).

Indeks DMF dapat digunakan pada seluruh gigi (disebut dengan DMF-T) atau Indeks DMF dapat digunakan pada seluruh gigi (disebut dengan DMF-T) atau pada permukaan gigi (disebut DMF-S).

pada permukaan gigi (disebut DMF-S). 1. DMF-T

1. DMF-T

DMF-T adalah jumlah gigi tetap yang mengalami karies, berupa angka yang DMF-T adalah jumlah gigi tetap yang mengalami karies, berupa angka yang diperoleh dengan menghitung keadaan sebagai berikut:

(34)

1)

1) Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D. 2)

2) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkanKaries sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D.

dalam kategori D. 3)

3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D.Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D. 4)

4) Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategoriSemua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori M.

M. 5)

5) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhanGigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M. 6)

6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F. 7)

7) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F.Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F. 8)

8) Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkanPencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan dalam kategori M (Pintauli dan Hamada, 2008).

dalam kategori M (Pintauli dan Hamada, 2008).

2.

2. DMF-SDMF-S DMF-S

DMF-S merupakan suatu merupakan suatu pengukuran karies pengukuran karies dengan melihat dengan melihat permukaan gigipermukaan gigi yang karies. Kriteria yang digunakan berupa:

yang karies. Kriteria yang digunakan berupa: 1)

1) Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan,Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal.

permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal. 2)

(35)

18 18

3)

3) Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitungBila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.

posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior. 4)

4) Kriteria untuk F sama dengan DMF-T (Pintauli dan Hamada, 2008).Kriteria untuk F sama dengan DMF-T (Pintauli dan Hamada, 2008).

3. 3. def-tdef-t

def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies dengan menghitung: def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies dengan menghitung: 1)

1) d d ((decayed decayed ) yaitu gigi sulung yang mengalami karies, dan jika sudah) yaitu gigi sulung yang mengalami karies, dan jika sudah direstorasi ada karies.

direstorasi ada karies. 2)

2) e e ((indicated for extractionindicated for extraction) yaitu terdapat karies yang besar pada gigi sulung) yaitu terdapat karies yang besar pada gigi sulung dan diindikasikan untuk dilakukan pencabutan.

dan diindikasikan untuk dilakukan pencabutan. 3)

3) f f (( filled  filled ) yaitu gigi sulung yang karies dan sudah direstorasi tanpa adanya) yaitu gigi sulung yang karies dan sudah direstorasi tanpa adanya karies sekunder (Mishra, 2010).

karies sekunder (Mishra, 2010).

2.1.6.2 Indeks

2.1.6.2 Indeks Tooth CariesTooth Caries – WHO– WHO

Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 2.1. Cara perhitungannya Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 2.1. Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def. Komponen D meliputi adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def. Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4 pada subjek <30 tahun, dan penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4 pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30 tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain. kode 4 dan 5 untuk subjek >30 tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain. Komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan, Komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan, mahkota khusus atau viner/implan) tidak dimasukkan dalam penghitungan DMFT mahkota khusus atau viner/implan) tidak dimasukkan dalam penghitungan DMFT (Pintauli dan Hamada, 2008).

(36)

Tabel 2.1 Kode Pemeriksaan Karies dengan Indeks WHO Tabel 2.1 Kode Pemeriksaan Karies dengan Indeks WHO Kode

Kode

Gigi Gigi

Gigi Gigi

Sulung

Sulung Permanen Permanen Kondisi/ Kondisi/ StatusStatus Mahkota Mahkota Akar

Mahkota Mahkota Akar Gigi

Gigi Gigi Gigi GigiGigi A

A 0 0 0 0 Permukaan Permukaan gigi gigi sehat/ sehat/ keraskeras B

B 1 1 1 1 Gigi Gigi KariesKaries C

C 2 2 2 2 Gigi Gigi dengan dengan tumpatan tumpatan ada ada karieskaries D

D 3 3 3 3 Gigi Gigi dengan dengan tumpatan tumpatan baik, baik, tidak tidak ada ada karieskaries E

E 4 4 - - Gigi Gigi yang yang hilang hilang karena karena karieskaries -

- 5 5 - - Gigi Gigi yang yang hilang hilang karena karena sebab sebab lainlain F

F 6 6 - - Gigi Gigi dengan dengan tumpatan tumpatan silensilen G

G 7 7 7 7 Jembatan, Jembatan, mahkota mahkota gigi gigi atau atau viner/ viner/ implanimplan -

- 8 8 8 8 Gigi Gigi yang yang tidak tidak erupsierupsi T

T T T - - Trauma/ Trauma/ frakturfraktur -

- 9 9 9 9 Dan Dan lain-lain: lain-lain: gigi gigi yang yang memakai memakai ortodontiortodonti cekat atau gigi yang mengalami hipoplasia cekat atau gigi yang mengalami hipoplasia enamel yang berat

enamel yang berat (Sumber :

(Sumber : Oral Health Basic Surveys, 1997 Oral Health Basic Surveys, 1997 ))

2.1.6.3 Indeks

2.1.6.3 Indeks Significant CariesSignificant Caries ((SiC IndexSiC Index))

Indeks SiC baru diperkenalkan sekitar tahun 2000. Brathall mengusulkan Indeks SiC baru diperkenalkan sekitar tahun 2000. Brathall mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistik epidemiologis yang lebih indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu ditekankan pada individu yang mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi.

populasi.

Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Untuk menghitung sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Untuk menghitung indeks ini,

(37)

20 20

1) Mengurutkan individu sesuai dengan skor DMFTnya 1) Mengurutkan individu sesuai dengan skor DMFTnya

2) Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling tinggi dan 2) Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling tinggi dan 3) Menghitung DMFT untuk kelompok studi (Pintauli dan Hamada, 2008). 3) Menghitung DMFT untuk kelompok studi (Pintauli dan Hamada, 2008).

2.2

2.2 TunarunguTunarungu 2.2.1

2.2.1 Definisi Definisi TunarunguTunarungu

Istilah tunarungu secara etimologi dari kata tuna dan rungu, tuna artinya Istilah tunarungu secara etimologi dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Anak tunarungu adalah anak yang memiliki kurang dan rungu artinya pendengaran. Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Menurut WHO ketulian (

Menurut WHO ketulian (deafnessdeafness) merupakan kehilangan kemampuan untuk ) merupakan kehilangan kemampuan untuk  mendengar secara total pada satu atau dua telinga. Sedangkan tunarungu (

mendengar secara total pada satu atau dua telinga. Sedangkan tunarungu ( hearinghearing impairment 

impairment ) mengacu pada kehilangan kemampuan mendengarkan baik sebagian) mengacu pada kehilangan kemampuan mendengarkan baik sebagian ataupun

ataupun seluruhnya seluruhnya (WHO, (WHO, 2010).2010).

Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak yang Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak yang bisa mendengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa bisa mendengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

(38)

2.2.2

2.2.2 Klasifikasi Klasifikasi TunarunguTunarungu 2.2.2.1

2.2.2.1 Berdasarkan tingkatan kehilangan pendengaranBerdasarkan tingkatan kehilangan pendengaran

1.

1. Ringan (Ringan (mild mild )) 1)

1) Tingkat kehilangan pendengaran antara 27 hingga 40 dB.Tingkat kehilangan pendengaran antara 27 hingga 40 dB. 2)

2) Memahami percakapan.Memahami percakapan. 3)

3) Mengalami kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang pelan dan jauh.Mengalami kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang pelan dan jauh. 4)

4) Memerlukan terapi berbicara.Memerlukan terapi berbicara. 2.

2. Sedang (Sedang (moderatemoderate)) 1)

1) Tingkat kehilangan pendengaran antara 41 hingga 55 dB.Tingkat kehilangan pendengaran antara 41 hingga 55 dB. 2)

2) Dapat mendengar bunyi pada jarak 1 hingga 1,5 meter darinya.Dapat mendengar bunyi pada jarak 1 hingga 1,5 meter darinya. 3)

3) Memahami percakapan.Memahami percakapan. 4)

4) Sulit untuk mengikuti percakapan dalam kelas.Sulit untuk mengikuti percakapan dalam kelas. 5)

5) Memerlukan alat bantu dengar.Memerlukan alat bantu dengar. 6)

6) Memerlukan terapi berbicara.Memerlukan terapi berbicara. 3.

3. Menengah Serius (Menengah Serius (moderate-severemoderate-severe)) 1)

1) Tahap kehilangan pendengaran antara 56 hingga 70 dB.Tahap kehilangan pendengaran antara 56 hingga 70 dB. 2)

2) Memerlukan alat bantu dengar dan latihan pendengaran.Memerlukan alat bantu dengar dan latihan pendengaran. 3)

3) Memerlukan latihan penuturan dan komunikasi.Memerlukan latihan penuturan dan komunikasi. 4)

4) Orang yang ingin berbicara dengan mereka harus berbicara dengan keras.Orang yang ingin berbicara dengan mereka harus berbicara dengan keras. 4.

4. Berat (Berat (severesevere)) 1)

(39)

22 22

2)

2) Dapat mendengar bunyi yang keras pada jarak antara 0 hingga 30,5 cmDapat mendengar bunyi yang keras pada jarak antara 0 hingga 30,5 cm darinya.

darinya. 3)

3) Mungkin hanya dapat membedakan sebagian dari bunyi saja.Mungkin hanya dapat membedakan sebagian dari bunyi saja. 4)

4) Memiliki masalah dalam berbicara.Memiliki masalah dalam berbicara. 5)

5) Membutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar dan latihan berbicara danMembutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar dan latihan berbicara dan komunikasi.

komunikasi. 5.

5. Sangat Berat (Sangat Berat ( profound  profound )) 1)

1) Tingkat kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.Tingkat kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB. 2)

2) Sulit untuk mendengar bunyi, walaupun keras.Sulit untuk mendengar bunyi, walaupun keras. 3)

3) Memerlukan alat bantu pendengaran dan terapi berbicara (Muhammad, 2008).Memerlukan alat bantu pendengaran dan terapi berbicara (Muhammad, 2008).

2.2.2.2

2.2.2.2 Berdasarkan Saat Terjadinya Kehilangan PendengaranBerdasarkan Saat Terjadinya Kehilangan Pendengaran

1.

1. Tunarungu BawaanTunarungu Bawaan 1)

1) Sakit semasa hamil terutama oleh virus sepertiSakit semasa hamil terutama oleh virus seperti rubellarubella, demam, demam glandular,glandular, dandan salesma.

salesma. 2)

2) Semasa hamil sang ibu mengonsumsi obat ataupun bahan kimia sepertiSemasa hamil sang ibu mengonsumsi obat ataupun bahan kimia seperti kuaninkuanin

dan

dan streptomycin.streptomycin.

3)

3) Sang ibu menderitaSang ibu menderita toksemiatoksemia pada masa akhir kehamilan.pada masa akhir kehamilan. 4)

4) Sering hamil.Sering hamil. 2.

2. Tunarungu Setelah LahirTunarungu Setelah Lahir 1)

1) Anak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus sepertiAnak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus seperti gondok dan campak.

Gambar

Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010)Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010)
Tabel 2.1 Kode Pemeriksaan Karies dengan Indeks WHOTabel 2.1 Kode Pemeriksaan Karies dengan Indeks WHO Kode
Diagram 2.2 Klasifikasi KetunarunguanDiagram 2.2 Klasifikasi Ketunarunguan (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010)(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010)
Tabel 2.2 Jumlah Siswa di SLB B Negeri Cicendo BandungTabel 2.2 Jumlah Siswa di SLB B Negeri Cicendo Bandung
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang sedang berjalan pada Sistem Admirristrasi pasca pelelangan Berbasis WEB Pada UIN Alauddin yaitu jika user ingin rnendapatkan informasi tentang Sistem

Berdasarkan persamaan (4.5) diperoleh peluang pasien menderita penyakit glaukoma klasifikasi glaukoma absolut jika diketahui pasien tersebut berusia 31 tahun, tidak memiliki

Pengenceran 10 -2 , 10 -3 , dan 10 -4 isolat bakteri feses sapi potong dalam rekayasa produksi GMB dengan media batubara lignit memproduksi gas metana dari hasil

Dari hasil studi didapat daktilitas aktual struktur pada masing – masing gedung flat slab tanpa pendetailan khusus, baik pada jalur kolom ekterior maupun jalur kolom

Cháveu tdak mengingkari bahwa pada awalnya ia meyakini bahwa adalah mungkin untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial Veeneuuela yang peling dengan cara

Hasil penelitian dan pengembangan sistem informasi pendaftaran ujian sidang laporan akhir ini bisa meningkatkan pelayanan akademik kepada mahasiswa terutama

Belajar, bermain adalah masa pertumbuhan yang dilalui oleh anak- anak. Pelaksanaan kegiatan bermain maupun belajar untuk anak diperlukan dorongan yang membuat kegiatan

Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan metode thresholding local, proses segmentasi citra terhadap citra digital ikan berhasil memisahkan objek mata