• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BUPATI SOPPENG

PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 TAHUN 2015

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 11/ PER-BUP/ V/ 20148

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOPPENG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka konsistensi penjabaran Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2011-2015, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun 2011 - 2015, maka dipandang perlu menetapkan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Soppeng Tahun 2015;

b. bahwa sehubungan dengan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah

dan kerangka pendanaan serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah, maka Peraturan Bupati Soppeng Nomor: 11/ PER-BUP/ V/

20148perlu ditinjau kembali;

c. bahwa untuk memenuhi maksud tersebut pada huruf a dan huruf b

diatas, perlu diatur dengan Peraturan Bupati tentang Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2015.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional, Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);

(3)

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4693);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

10.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015;

14.Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

15.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 01 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Soppeng;

16.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 02 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Soppeng;

17.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 03 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng;

18.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 04 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng;

19.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Soppeng;

20.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Soppeng Tahun 2005-2025;

21.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2011-2015;

(4)

2012-2032;

23.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015;

24.Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Pemerintah Kabupaten Soppeng;

25.Peraturan Bupati Soppeng Nomor 43/PER-BUP/XII/2014 tentang

Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Kabupaten Soppeng;

26.Peraturan Bupati Soppeng Nomor 46/PER-BUP/XII/2014 tentang

Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI SOPPENG TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN BUPATI NOMOR 11/ PER-BUP/ V/ 20148TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015

Pasal I

Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Bupati Soppeng Nomor 11/

PER-BUP/ V/ 20148tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Soppeng Tahun 2015 diubah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal II

Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Soppeng.

Ditetapkan di Watansoppeng pada tanggal : 03 Agustus 2015

BUPATI SOPPENG

H. ANDI SOETOMO

Diundangkan di Watansoppeng pada tanggal : 04 Agustus 2015

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SOPPENG

H. SUGIRMAN DJAROPI

(5)

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR ISI ... i

PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR 8/PERBUP/V/2013

TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015 ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... I - 1 1.1. Latar Belakang ... I - 1 1.2. Landasan Hukum ... I - 3 1.3. Hubungan Antar Dokumen ... I - 6 1.4. Sistematika Dokumen RKPD ... I - 6 1.5. Maksud dan Tujuan ... I - 7 1.5.1. Maksud ... I - 7 1.5.2. Tujuan ... I – 7 1.6. Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan

Kebijakan Keuangan Daerah ... I - 8 1.6.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... I - 8

1.6.2. Kondisi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015.. I – 8

1.6.3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Tahun 2014 dan tahun 2015 ... I - 10 1.7. Perubahan Kerangka Pendanaan ... I - 11 1.7.1. Perubahan Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ... I - 12 1.7.2. Perubahan Arah Kebijakan Belanja Daerah ... I - 14

1.7.3. Perubahan Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ... I - 15

1.7.4. Penelaahan Pokok Pikiran DPRD ... I - 16

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN ... II - 1 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ... II - 1 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi ... II - 1 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... II - 10

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II - 10

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial ... II - 16 2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga ... II - 21 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum ... II - 22 2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib ... II - 22 2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan ... II - 44 2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah ... II - 48

2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ... II - 48

2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah ... II - 49 2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi ... II - 49 2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia ... II - 50 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai .

(6)

2.3. Pencapaian Millenium Development Goals ... II - 127 2.4. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah………... . II - 135 2.5. Permasalahan Pembangunan Daerah ... II - 139

2.5.1. Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan .

Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah ... II - 139 2.5.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan .

Pemerintahan Daerah ... II - 142 2.6. Pencapaian Indikator Kinerja Daerah ... II - 145

BAB III RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH DALAM PERUBAHAN RKPD ………... III - 1

3.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2015 ... III - 1

3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ... III - 24 3.3. Perubahan Rencana Program dan Kegiatan ... III - 26

(7)

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 21 Tahun 2015

TANGGAL : 03 Agustus 2015

TENTANG

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional adalah merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berdasar Pancasila. Pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai dari tahapan jangka panjang, menengah dan tahunan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut Rencana Pembangunan Tahunan Daerah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Soppeng adalah dokumen perencanaan yang dalam proses penyusunannya juga harus mempertimbangkan keintegrasian, keselarasan, dan sinergitas dengan berbagai dokumen perencanaan pembangunan lainnya, seperti RPJPD, RPJMD, dan RTRW Kabupaten Soppeng; RPJPD, RTRW, dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan; serta RPJP Nasional dan RPJM Nasional. Ini perlu dilakukan agar program-program yang dirumuskan dapat lebih terarah, terpadu, saling mendukung, dan tidak tumpang tindih sehingga pada gilirannya seluruh program tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif serta memberi manfaat yang lebih besar kepada masyarakat Kabupaten Soppeng.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015 merupakan tahun ke-5 (lima) dari pelaksanaan RPJMD Kabupaten Soppeng tahun 2011-2015, sehingga evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya mutlak diperlukan untuk melihat sejauhmana hasil yang dicapai dari target RPJMD dan renstra SKPD yang telah ditetapkan. Penyusunan RKPD tahun 2015 selain melihat hasil

kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, juga

(8)

maupun di lingkungan eksternal, isu strategis yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan RKPD, hasil musrenbang RKPD di tingkat kecamatan dan kabupaten serta mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan antar wilayah.

Sebagai suatu dokumen resmi perencanaan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan dan mengimplementasikannya dalam program dan kegiatan tahunan, sehingga akan dijadikan acuan bagi proses penyusunan RAPBD, mulai dari perumusan kebijakan umum APBD, penetapan prioritas dan plafon anggaran hingga penyusunan RAPBD dan RKA-SKPD. RKPD memuat kebijakan publik dan arah kebijakan pembangunan daerah selama setahun, yang diharapkan dapat menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen pemerintah daerah yang harus dilaksanakan secara konsisten.

Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng tahun 2015 disusun dengan menerapkan prinsip good governance, yaitu konsep-konsep perencanaan disusun partisipatif, transparan, akuntabel, dan didasarkan pada pengembangan serta perumusan berbagai kebijakan publik yang taktis, stratejik, serta mampu memberdayakan semua pelaku utama pembangunan. RKPD Perubahan disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut, pertama sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan yang ditetapkan oleh daerah (RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun 2011-2015) ; kedua sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah; ketiga bersifat fleksibel untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberi peluang untuk kreativitas pelaksanaannya.

Secara normatif penyusunan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng tahun 2015 didasarkan pada fungsi anggaran, karena investasi dana APBD mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, fungsi alokasi yaitu pembiayaan untuk

kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh

masyarakat/swasta karena bersifat publik services seperti penanganan prasarana dasar, penyediaan infrastruktur; kedua, fungsi distribusi yaitu pembiayaan diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya; dan ketiga, fungsi stabilisasi yaitu pembiayaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban.

Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 yang memuat prioritas pembangunan dan dijabarkan dalam program-program pembangunan disusun dengan maksud untuk memberikan landasan dan pedoman bagi semua

(9)

pelaku dan pengelola pembangunan dalam memanifestasikan kegiatan pembangunan di Kabupaten Soppeng. Seluruh satuan kerja dijajaran Pemerintah Kabupaten Soppeng berkewajiban menyusun Rencana Kerja sebagai manifestasi dari pelaksanaan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng.

Dengan demikian dokumen ini akan bermanfaat bagi satuan kerja dalam rangka mewujudkan keterpaduan dan mensinergikan pembiayaan pembangunan dari berbagai sumber. Oleh karena itu program-program pembangunan yang tertuang dalam RKPD Perubahan Tahun 2015 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan Perubahan KUA-PPAS (Kebijakan Umum APBD-Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) Kabupaten Soppeng Tahun 2015.

Pemerintah Kabupaten Soppeng terus berupaya melakukan perbaikan dan pembenahan pada segala aspek pembangunan guna mewujudkan Kabupaten Soppeng yang Lebih Baik. Kabupaten Soppeng sebagai daerah pertanian dan peternakan mendorong peningkatan kapasitas ekonomi daerah dengan menyeimbangkan antara aspek ekonomi, aspek sosial serta lingkungan. Meskipun saat ini Kabupaten Soppeng memiliki banyak kemajuan pesat di segala bidang, namun Pemerintah Kabupaten Soppeng masih melakukan pembenahan dan perbaikan seperti masalah permukiman, kegiatan ekonomi informal secara berlebihan di sejumlah titik hingga persoalan lingkungan hidup.

Dokumen Perubahan RKPD ini merupakan dokumen publik sehingga pelibatan semua stakeholders dalam proses penyusunan rencana program dan kegiatan menjadi pengarusutamaan (mainstreaming) dalam proses penyusunan dokumen ini. Dengan Prinsip tersebut, diharapkan dokume ini harus dapat diakses oleh semua stakeholders baik dalam tahap pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

1.2. Landasan Hukum

Adapun Peraturan Perundang-undangan dan Aturan lainnya yang menjadi acuan dasar dalam penyusunan Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

(10)

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4693);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015;

12. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

(11)

13. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Soppeng;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Soppeng;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Soppeng;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Soppeng Tahun 2005-2025;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2011-2015;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2032;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Pemerintah Kabupaten Soppeng;

23. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 43/PER-BUP/XII/2014 tentang

Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif Kabupaten Soppeng;

24. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 46/PER-BUP/XII/2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015.

(12)

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Memperhatikan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara dan ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa Perubahan RKPD menjadi pedoman penyusunan APBD Perubahan, maka untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, perubahan RKPD Tahun 2015 yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Tahun 2015 untuk menyusun Perubahan APBD Tahun 2015.

Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2015 memiliki hubungan dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya, yakni disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional 2015-2020 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009, dan Rancangan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018.

Selain itu juga mempertimbangkan asas kesinambungan dari penjabaran program-program pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Soppeng 2011-2015 (Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011), serta mempertimbangkan hasil kajian dan konsepsi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Soppeng Tahun 2005-2025 serta RKPD tahun 2015.

1.4. Sistematika Penyusunan Dokumen Perubahan RKPD

Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

I. Pendahuluan.

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan antar Dokumen

1.4. Sistematika Dokumen Perubahan RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan

1.6. Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah

(13)

II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Sampai Dengan Triwulan II Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah.

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD samapai dengan Triwulan ke II (dua) dan Realisasi RPJMD

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

III. Perubahan Rencana Program Dan Kegiatan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

3.1. Perubahan Rencana Program dan Kegiatan 3.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

IV. Penutup

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya Perubahan RKPD tahun 2015 adalah untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah

Adapun tujuan disusunnya Perubahan RKPD Kabupaten Soppeng Tahun 2015 adalah untuk:

1. Menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Tahun 2015 yang akan disampaikan kepada DPRD untuk dibahas, disepakati dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan antara DPRD Kabupaten Soppeng dengan Bupati Soppeng yang selanjutnya akan dijabarkan dalam Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun 2015;

2. Menjabarkan rencana strategis ke dalam rencana operasional;

3. Memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah;

4. Mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah melalui capaian target kinerja program dan kegiatan pembangunan;

5. Menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD;

6. Menyediakan informasi bagi pemenuhan laporan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang perlu disampaikan kepada pemerintah.

(14)

1.6. Perubahan Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah

Rancangan kerangka ekonomi daerah ini akan menjadi pedoman dan arah aktivitas pembangunan ekonomi oleh lintas pelaku (stakeholder) untuk mengantar Kabupaten Soppeng pada kondisi ekonomi yang diharapkan dengan mengembangkan dan memantapkan ketahanan ekonomi daerah. Adapun Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah, diuraikan sebagai berikut :

A. Arah Kebijakan ekonomi Daerah

Arah kebijakan ekonomi daerah ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah serta isu strategis daerah sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015.

B. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015

Perkembangan ekonomi makro di Kabupaten Soppeng sampai dengan tahun 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang cukup baik walaupun dalam perjalanannya tidak lepas dari pengaruh pasang surut perekonomian nasional dan global sebagai satu sistem perekonomian yang mengalami fluktuasi. Stabilitas ekonomi makro sebagaimana dimaksud nampak dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Soppeng tahun tahun 2014 sebesar 1.507,686,50 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,507,686,500’- dibandingkan pada

tahun 2012 sebesar Rp. 1,401,588.83 meningkat dibandingkan dengan tahun

2011 yang hanya Rp. 1.304,050,630,-. Sedangkan berdasarkan atas dasar

harga berlaku (ADHB) Kabupaten Soppeng Tahun 2011 mencapai Rp. 3.209.370.070.000,- atau meningkat dibandingkan tahun 2010 dengan nilai Rp. 2.726.359.730.000,-. Sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 3,690,683,870,- dan pada tahun 2014 terus mengalami peningkatan sebesar 4,254,982,770’-.

Memperhatikan struktur ekonomi Kabupaten Soppeng sebagaimana struktur PDRB sebagai pendukung ekonomi Kabupaten Soppeng tahun 2012-2014 yang semakin tersebar meskipun masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar sekitar 36,55 persen disusul sektor jasa-jasa sebesar 21,96 persen dan yang terkecil adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,51 persen. Hal tersebut sebagaimana nampak dalam tabel dibawah ini :

(15)

Tabel 1.1

Distribusi Persentase PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Soppeng Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2012 - 2014

No Lapangan Usaha Tahun 2012

(Rp) Tahun 2013* (Rp) Tahun 2014** (Rp) 1 Pertanian 39,45 38,26 36,55 2 Industri pengolahan 6,23 6,24 6,68 3 Perdagangan, hotel dan

restauran

13,38 14,14 14,63

4 Jasa-jasa 22,65 22,65 21,96

5 Lain-Lainnya 18,29 18,71 20,19

PDRB 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Soppeng 2014

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat sebagian besar berkecimpung dalam bidang pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan serta perikanan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kontribusi sektor pertanian semakin menurun walaupun tidak signifikan.

Stabilitas pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari tantangan berat tingginya laju inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu secara terus menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu sebelumnya dan berlaku di setiap wilayah. Akibatnya terjadi proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu.

Kondisi ekonomi tahun 2014 akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal sebagai pendorong tercapainya pertumbuhan di tahun 2015. Pemerintah telah menetapkan sasaran pembangunan dengan penekanan pada pembangunan infrastruktur di berbagai sektor, baik yang ada di pedesaan maupun di perkotaan. Beberapa sektor infrastruktur tersebut diantaranya sektor energi dan ketenagalistrikan, sektor transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan, hingga penyediaan sumber daya air bersih.

Guna mendukung pembangunan infrastruktur di berbagai sektor tersebut, pemerintah akan mengupayakan peningkatan dukungan pembiayaan baik dari sisi perbankan, non-perbankan, pasar modal, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan belanja modal baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

(16)

C. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Pembangunan ekonomi yang ditandai oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi, secara keseluruhan berdampak pada tumbuhnya perekonomian daerah secara dinamis yang direfleksikan pada peningkatan pendapatan perkapita, terciptanya lapangan kerja dan tumbuhnya usaha mikro, kecil dan menengah dari tahun ke tahun.

Struktur ekonomi Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 36,55.. Sektor lain yang cukup besar peranannya terhadap perekonomian di Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masing-masing adalah sektor jasa-jasa sebesar 21,96 persen diikuti sector perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,63 persen. Sedangkan penyumbang terkecil terhadap PDRB Kabupaten Soppeng tahun 201 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,51 persen.

Dari hasil perkembangan PDRB tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 mencapai 8,26 persen dan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 7,85 persen yang mana telah melampaui target.

Kegiatan pembangunan ekonomi yang tergambar pada pencapaian indikator makro ekonomi daerah secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja bidang sosial terutama pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan melihat kemajuan kinerja ekonomi yang telah dicapai dan masalah yang dihadapi hingga tahun 2014, maka tantangan yang dihadapi pada tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut :

1. Angka kemiskinan

Meskipun angka kemiskinan kecenderungannya masih dibawah angka nasional dan provinsi namun penurunannya relatif lambat sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius dan sungguh-sungguh.

2. Kualitas pendidikan belum optimal

Hal ini disebabkan antara lain terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan dan tuntutan masyarakat terhadap fasilitas pendidikan terutama tingkat pendidikan menengah.

3. Derajat kesehatan

Ditandai dengan masih terbatasnya ketersediaan tenaga medis dan sarana prasarana kesehatan.

4. Tuntutan ketersediaan infrastruktur

Antara lain dapat dilihat dari usulan masyarakat dan adanya wilayah yang belum memiliki akses jalan dan jembatan yang memadai serta ketersediaan air bersih.

(17)

Tantangan-tantangan tersebut sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng. Oleh karena itu, tantangan ini

harus dapat diatasi secara proporsional melalui penetapan prioritas

pembangunan daerah, penetapan rencana kerja dan pendanaannya serta penataan hubungan tata kerja dalam pelaksanaannya sehingga terjadi sinergitas

dan kebersamaan dari semua stakeholders pembangunan di Kabupaten

Soppeng.

1.7. Perubahan Kerangka Pendanaan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pada dasarnya keuangan daerah meliputi komponen pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Dengan demikian, arah kebijakan keuangan daerah akan diuraikan pada masing-masing komponen keuangan tersebut.

Secara umum arah kebijakan keuangan daerah tetap mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku saat ini antara lain: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

Arah kebijakan keuangan daerah dalam RKPD ini bertujuan antara lain untuk :

 Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan sesuai dengan

visi dan misi daerah Kabupaten Soppeng.

 Menjamin ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara memadai bagi

kesejahteraan masyarakat.

 Meminimalkan resiko fiskal sehingga kesinambungan anggaran daerah dapat

terjamin.

 Kesinambungan anggaran dengan merujuk kepada ketentuan yang terkait

dengan batas defisit anggaran dan batas pinjaman/utang.

 Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan

(18)

A. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Realisasi dan target pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah tahun 2012-2015 terlihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Realisasi dan Target Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2015

No Uraian Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Tahun 2014* (Rp) Tahun 2015* (Rp) Sebelum Sesudah 1 PENDAPATAN

1.1 Pendapatan Asli Daerah :  Pajak Daerah  Retribusi Daerah

 Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan  Lain-lain PAD yang sah

25,894,588,261.47 3,481,525,432.00 14,787,979,935.00 2,435,281900.00 5,189,800,993.82 22,350,324,891.00 3,376,500,000.00 7,669,712,000.00 2,510,000,000.00 8,794,112,891.00 38,986,252,256.00 8,684,506,121.00 8,131,606,475.00 2,710,000,000.00 20,830,139,660.00 58,056,188,882.00 9,591,100,000.00 9,574,862,575.00 6,786,895,195.00 32,103,331,110.00 57.986.825.109.00 9,591,100,000.00 6.441.109.000.00 8.452.817.334.00 33.501.798.775.00 1.2 Dana Perimbangan :

 Dana bagi hasil/bagi hasil bukan pajak

 Dana alokasi umum  Dana alokasi khusus

513,337,274,389.00 33,095,055,389.00 446,410,179,000.00 33,832,040,000.00 602,144,705,095.00 35,062,943,095.00 517,805,122,000.00 49,276,640,000.00 634,690,367,601.00 21,844.071.601.00 569,126,996,000.00 43,719,300,000.00 672,835,721,163.00 24,472,197,163.00 589,049,244,000.00 59,314,280,000.00 760.391.611.934.00 25.768.697.934.00 589,049,244,000.00 145.573.670.000.00

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah :

 Hibah  Dana Darurat

 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya

 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya 96,847,470,625.00 0.00 0.00 15,844,250,625..06 68,502,486,000.00 12,500,734,000.00 75,153,020,364.00 671,830,000.00 0.00 12,716,366,484.00 48.555.181.080,00 13,209,642,800.00 129,729,344,177.00 679,960,000.00 0.00 21,919,590,857.00 94,803,422,000.00 12,326,371,320.00 190,242,690,365.00 0.00 0.00 25,722,513,765.00 151,949,159,920.00 12,571,016,680.00 195.894.896.665.00 191.156.900.00 0.00 25,722,513,765.00 160.081.622.000.00 9.899.604.000.00

Jumlah Pendapatan Daerah 636,079,333,275.53 699,648,050,350.00 804,775,964,034.00 921,134,600,410.00 1.014.273.333.708.00 2 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

2.1 Sisa lebih riil perhitungan anggaran sebelumnya (silpa)

46,033,311,192.36 4,962,328,639.00 27,452,276,581,00 21.599.982.806,00 62.517.282.939,00

2.2 Penerimaan kembali pemberian pinjaman

0.00 0.00 0.00 0.00

2.3 Penerimaan piutang daerah 109,545,402.00 0.00 0.00 129.868.590.00 129.868.590.00 Jumlah Penerimaan

Pembiayaan

46,142,856,594.00 4,962,328,639.00 27,452,276,581,00 21.599.982.806.00 62.647.151.529.00

Sumber : DPPKAD Kabupaten Soppeng (olahan)

Berdasarkan tabel diatas dan pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos pendapatan daerah dalam APBD.

Arah kebijakan pendapatan daerah ditujukan pada peningkatan pendapatan daerah dengan memperhatikan perkembangan perekonomian regional dan nasional yang dapat mempengaruhi sumber penerimaan daerah.

a. Pendapatan Asli Daerah

Memperhatikan perkembangan keuangan daerah tahun 2014 dan mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung dari kebijakan pemerintah pusat maka penerimaan daerah yang dapat di pacu dan dapat dikendalikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah guna melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tuntutan peningkatan PAD semakin besar mengingat pelayanan kepada masyarakat selayaknya memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).

(19)

Kebijakan pendapatan daerah dikhususkan pada upaya pencapaian pertumbuhan PAD sebesar 6,13 persen. Arah kebijakan yang terkait dengan peningkatan pendapatan asli daerah meliputi :

 Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan sumber daya alam dalam

rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan

pertumbuhan ekonomi.

 Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian

masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan, baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya.

 Intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi melalui perbaikan

manajemen dengan menggunakan sistem informasi penerimaan daerah yang lebih dapat diandalkan. Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh yang mencakup jumlah dan potensi terhadap data obyek pajak dan retribusi.

 Peningkatan sistem pemungutan, pengendalian dan pengawasan atas

pemungutan pendapatan asli daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah.

 Optimalisasi pemungutan sumber-sumber penerimaan baru yang

memiliki potensi yang menguntungkan. Dalam pemungutan obyek baru tersebut diupayakan tidak menghambat kinerja perekonomian yang ada baik di pusat maupun daerah. Untuk itu dalam merencanakan sumber penerimaan baru tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Soppeng akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi agar kebijakan tersebut tidak memiliki dampak yang kontraproduktif terhadap perekonomian masyarakat maupun nasional.

 Peningkatan pengelolaan BPHTB sebagai pelimpahan kewenangan dari

pemerintah pusat.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pemerintah pusat. Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan

revenue sharing harus transparan, demokratis dan adil. Terhadap dana

perimbangan ini maka arah kebijakan yang ditetapkan adalah melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan pemerintah pusat

(20)

sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan direncanakan.

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah yang berasal dari dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya serta dana penyesuaian dan otonomi khusus. Kebijakan yang ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah aktif

bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan guna

meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh pemerintah provinsi.

B. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Kebijakan belanja daerah yang akan dilakukan oleh Pemerintah daerah minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan belanja (belanja langsung maupun belanja tidak langsung) dalam APBD. Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif bagi belanja langsung setiap SKPD. Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa, serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung.

Tabel 1.3

Realisasi dan Target Belanja Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2015 No. Uraian Realisasi Tahun 2012 (Rp) Realisasi Tahun 2013 (Rp) Realisasi Tahun 2014 (Rp) Target Tahun 2015 (Rp) Sebelum Sesudah A. BELANJA T IDAK LANGSUNG 422,084,879,717.46 424,594,648,601.00 486,782,993,007.00 588.738.564.169.00 606.745.512.920.00 1 Belanja pegawai 389,154,977,318.00 400,968,735,292.00 460,425,967,422.00 531.623.353.060.00 535.484.648.860.00

2 Belanja bunga 243,704,483.00 738,316,747.00 0.00 0.00 0.00

3 Belanja hibah 15,359,674,900.00 5,130,000,000.00 8,838,662,156.00 26.757.799.896.00 29.048.519.100.00 4 Belanja bantuan sosial 0.00 800,000,000.00 841,000,000.00 0.00 0.00 5 Belanja bagi hasil kepada

provinsi/kab/kota/pemerintah desa

264,576,578.00 264,576,578.00 262,101,000.00 1,961,169,158.00 1,961,169,158.00

6 Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kab/kota/pemerintah desa.

16,826,394,240.00 15,873,002,429.00 15,865,262,429.00 26,796,242,055.00 36.070.404.135.00

7 Belanja tidak terduga 235,552,200.00 820,017,555.00 550,000,00.00 1.600.000.000.00 4.180.771.667.00 B BELANJA LANGSUNG 194,948,902,694.00 274,446,140,050.00 336,445,247,608.00 348.996.019.047.00 464.256.086.317.00 1 Belanja pegawai 26,481,552,063.00 32,097,670,050.00 0.00 44.765.640.775.00 40.543.771.034.00 2 Belanja barang dan jasa 89,543,704,802.00 107,861,450,162.00 0.00 142.008.093.085.00 164.534.279.455.00 3 Belanja modal 78,923,645,829.00 134,487,019,838.00 0.00 162.222.285.187.00 259.178.035.828.00 JUMLAH TOTAL BELANJA 617,033,782,413.46 699,040,788,651.00 823,228,240,615.00 937.734.583.216.00 1.071.001.599.237.00

(21)

Berdasarkan uraian dan tabel tersebut diatas maka arah kebijakan belanja pemerintah Kabupaten Soppeng diprioritaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) yang sesuai dengan arah kebijakan sebagai berikut :

 Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang langsung

menyentuh kepentingan masyarakat antara lain melalui peningkatan proporsi belanja modal.

 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengalokasian anggaran, baik untuk belanja langsung maupun belanja tidak langsung misalnya melalui minimalisasi belanja yang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.

 Meningkatkan proporsi belanja langsung dibandingkan dengan belanja tidak

langsung.

 Memenuhi proporsi belanja untuk masing-masing urusan pemerintahan

sesuai dengan prioritas pembangunan.

 Peningkatan proporsi belanja yang memihak kepada penduduk miskin

(pro-poor), penciptaan lapangan kerja (pro-job), dan peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).

C. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman.

Dalam hal ini ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.

Arah kebijakan pembiayaan diarahkan pada optimalisasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.

(22)

Tabel 1.4

Realisasi dan Target Penerimaan Pembiayaan Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2015

No. Uraian Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Tahun 2014 (Rp) Target Tahun 2015 (Rp) Sebelum Sesudah PENERIMAAN PEMBIAYAAN 46,142,856,594.36 4,962,328,639.00 27,452,276,581.00 21.599.982.806.00 62.647.151.529.00 1 Sisa lebih perhitungan anggaran

tahun anggaran sebelumnya (SILPA)

46,033,311,192.36 4,962,328,639.00 27,452,276,581.00 21.470.114.216.00 62.517.282.939.00

2 Pencairan dana cadangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Penerimaan pinjaman daerah 0.00 0.00 0.00 129.868.590.00 129.868.590.00 5 Penerimaan kembali investasi

dana bergulir

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6 Penerimaan piutang daerah 109,545,402.00 0.00 0.00 94,379,808.00 94,379,808.00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 9,647,530,105 5,000,000,000.00 9,000,000,000.00 5,000,000,000.00 5,918.886.000.00 1 Pembayaran pokok utang 9,647,530,105.00 0.00 4,000,000,000.00 0.00 0.00

2 Pembayaran Utang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3 Pengeluaran pembiayaan lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00 301.191.000.00 4 Penyertaan modal (investasi)

pemerintah daerah

4,320,000,000.00 5,000,000,000.00 5,000,000,000.00 5,000,000,000.00 5.617.695.000.00

Jumlah pengeluaran pembiayaan 9,647,530,105.00 5,000,000,000.00 9,000,000,000.00 5,000,000,000.00 5,310,000,000.00 Pembiayaan Neto 36,495,326,489.36 (37,671,361.00) 18,452,276,581.00 16.599.982.806.00 56.728.265.529.00

Sumber : DPPKAD Kabupaten Soppeng (olahan)

D. Penelaahan Pokok-Pokok Pikiran DPRD

Mengacu pada Tema Penyusunan RKPD Tahun 2015, yaitu “

PERCEPATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI AKSELERASI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN, PENGUATAN KELEMBAGAAN DAERAH dan STABILITAS POLITIK KEAMANAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL

maka dalam pelaksanaan, kami menyampaikan Pokok-Pokok Pikiran DPRD yang tentunya akan ditelaah oleh Tim Penyusun RKPD.

Pokok-pokok Pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memuat pandangan dan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai arah prioritas pembangunan serta rumusan usulan kebutuhan program/kegiatan yang bersumber hasil penelaahan Pokok-pokok Pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tahun sebelumnya yang belum terbahas dalam musrenbang. Penelaahan dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan dijadikannya sebagai masukan dalam perumusan program dan kegiatan berdasarkan prioritas pembangunan daerah.

Selanjutnya, Pokok-pokok Pikiran ini disusun dengan memperhatikan kondisi riil daerah. Berbagai persoalan yang dirangkum melalui kegiatan Alat kelengkapan Dewan dalam hal ini Pimpinan DPRD, Komisi-komisi dan TIM Penerima Aspirasi seperti; kunjungan lapangan, kegiatan reses, dan rapat dengar pendapat bersama mitra kerja, maupun dari rapat dengar pendapat umum atau dengan kelompok masyarakat dan LSM, sehingga Pokok-pokok Pikiran ini diharapkan diakomodir kedalam musrenbang kabupaten untuk selanjutnya menjadi acuan bagi penyusunan Kebijakan Umum Anggaran yang akan datang.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan untuk mencapai suatu kondisi yang ideal, dimana semua kebutuhan manusia dapat

(23)

dipenuhi. Perubahan itu dapat terjadi dalam bentuk pengadaan prasarana, penciptaan atau penataan struktur atau pembentukan mentalitas tertentu. Pembangunan juga merupakan suatu proses transformasi dari kondisi aktual yang dirasa kurang kepada kondisi ideal yang diharapkan untuk dipenuhi.

Dalam kerangka otonomi daerah, Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan yang nyata, luas dan bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintahan. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat demi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang hendaknya menjadi perhatian PEMDA, termasuk mencermati kembali masukan yang pernah kami sampaikan pada forum yang sama di tahun lalu dan masih relevan, antara lain;

1) Pembangunan bidang kesejahteraan rakyat utamanya dalam upaya peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah, kompetensi dan kesejahteraan guru, pelayanan dasar kesehatan masyarakat melalui jamkesmas/jamkesda (BPJS),peningkatan angka harapan hidup, kuantitas dan kualitas sumber daya kesehatan, perluasan kesempatan kerja dan berusaha demi peningkatan pendapatan masyarakat.

2) Percepatan penyelesaian pembangunan RSU AjjapangE termasuk pengadaan fasilitas dan sarana pendukung, sehingga paling lambat pada peringatan hari jadi Soppeng tahun 2016 dapat difungsikan secara maksimal.

3) Percepatan pembangunan ekonomi daerah, yaitu melalui pembangunan bidang Pertanian, pertambangan, pariwisata, dan industri pengolahan hendaknya menjadi perhatian bersama dan masih perlu penajaman kegiatan pada aspek sarana dan prasarana dan peningkatan kualitas SDM baik masyarakat, maupun SDM Aparatur.

Untuk mendukung sektor pertanian dalam arti luas, khususnya untuk peningkatan produksi, kelancaran angkutan produksi dan mengurangi biaya ekonomi tinggi, maka disamping penyediaan sarana produksi, pupuk dan benih yang dibutuhkan dan dalam jumlah yang memadai serta tepat waktu dan ketersediaan air irigasi, maka pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan menjadi prioritas sehingga perlu dana investasi lebih besar dibanding dengan program pembangunan lainnya.

Pembangunan bidang sumber daya alam dan kelestarian lingkungan utamanya dalam meningkatkan pengawasan terhadap usaha pertambangan yang

(24)

berpotensi menimbulkan kerusakan ekologis dan pengendalian kegiatan industri yang merusak lingkungan.

Sementara itu, pengembangan pariwisata termasuk seni budaya daerah yang menjadi strong point selama ini belum memberikan hasil yang maksimal, bahkan ada kecenderungan stagnasi sehingga percepatan pembangunan pariwisata mutlak dilakukan dengan melibatkan stekholder, antara lain melalui penyediaan sarana dan prasarana, pelatihan bagi petugas pengelola obyek, peningkatan dan perluasan jalan ke obyek wisata.

1) Tata kelola pemerintahan dan demokratisasi, difokuskan pada optimalisasi

peran Pemerintah Daerah dalam peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan peran serta masyarakat dalam setiap pelaksanaan pembangunan.

2) Pengentasan Kemiskinan, perlu segera ditangani melalui keterpaduan

program, baik antar program pusat, Provinsi dan Kabupaten maupun antar SKPD serta keterlibatan partisipasi dunia usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi maupun masyarakat miskin itu sendiri, dalam hal ini diperlukan komitmen bersama untuk memfokuskan seluruh potensi dan kemampuan yang ada untuk diarahkan pada upaya mempercepat pengentasan kemiskinan dan penanggulangan bencana

Upaya yang perlu dilakukan dengan mengurangi beban biaya hidup dan fasilitasi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat miskin melalui peningkatan cakupan pemenuhan kebutuhan dasarnya (pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan air minum)

3) Pengelolaan dan Pengamanan Aset Daerah perlu ditingkatkan baik melalui

invetarisasi dan pengadministrasian yang baik, pensertifikatan bagi tanah PEMDA termasuk mengamankan peralatan RPU yang juga merupakan salah satu kekayaan daerah, sehingga menjadi kewajiban daerah untuk melakukan upaya penyelematan dari keruskan dan kehilangan sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini, dan jika perlu diupayakan untuk dibangun kembali agar dapat berfungsi.

4) Pemeliharaan iklim politik yang kondusif harus terus dilakukan oleh semua pihak, sehingga agenda politik lokal yaitu PEMILUKADA Tahun 2015 berjalan aman, tertib dan lancar, antara lain melalui peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara, pemberian pelayanan publik yang adil, penanganan persoalan yang dihadapi masyarakat secara dini dan tepat sehingga persoalan tersebut tidak menjadi besar serta mengajak masyarakat untuk tidak mudah terperopokasi oleh pihak-phak yang tidak bertanggungjawab.

(25)

Semua catatan kritis di atas sama sekali tidak bermaksud mengendurkan nyali kita dalam menjalankan roda pembangunan di daerah ini. Catatan kritis dan pokok-pokok pikiran di atas hendaknya menjadi cambuk yang terus menggugah potensi dan daya kritis kita dalam merumuskan dan menentukan yang terbaik bagi masyarakat.

Sebagai mitra kerja Pemeritah Daerah, kami sangat mengharapkan agar ini betul-betul merupakan suatu kesempatan untuk mengkomunikasikan perencanaan yang dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul, sehingga dalam pengaplikasiannya betul-betul menyentuh problem dan kebutuhan, serta berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Kita perlu membuka diri terhadap segala masukkan dari semua elemen masyarakat terutama segala aspirasi yang masuk dan urgensitas kebutuhan serta persoalan-persoalan yang menuntut penanganan segera, dan tentunya kita tetap mempertimbangkan kapasitas keuangan daerah.

(26)

BAB II

EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografis dan Demografis

1. Aspek Geografis

Kabupaten Soppeng secara geografis terletak antara 40 060 LS dan 40 320 Lintang Selatan dan 1190 420 180 BT dan 1200 060 130 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah :

 Sebelah utara, Kabupaten Soppeng berbatasan dengan Kabupaten Sidrap;

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Bone;

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone;

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barru;

Kabupaten Soppeng merupakan daerah dataran dan perbukitan dengan luas wilayah 1.500 km2. Luas daratan ± 700 Km² berada pada ketinggian rata-rata ± 60 meter di atas permukaan laut. Perbukitan yang luasnya ± 800 Km² berada pada ketinggian rata-rata ± 200 meter di atas permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng berada pada ketinggian ± 120 meter di atas permukaan laut. Temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada pada sekitar ± 24o sampai dengan ± 30o dengan keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang. Luas daerah tersebut terdapat 59.009 bangunan rumah tempat tinggal,, sebagaimana pada tabel berikut ;

Tabel. 2.1

Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Menurut Kecamatan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2014

No. Kecamatan

Jumlah Bangunan Rumah (Unit) 1. Lalabata 11.183 2. Marioriwawo 11.322 3. Lilirilau 10.365 4. Donri-Donri 6.364 5. Liliriaja 7.068 6. Marioriawa 7.619 7. Ganra 3.044 8. Citta 2.044 Jumlah 59.009

(27)

Berdasarkan komposisi penggunaan lahan, luas lahan persawahan mengalami peningkatan dari 27.567 Ha pada tahun 2012 menjadi 27.738 Ha dan pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 28.144 Ha. Secara rinci, pola penggunaan lahan sebagai berikut :

a. Lahan Sawah - Irigasi - Tadah Hujan = = = 28.144 Ha 23.506 Ha 4.638 Ha b. Lahan Kering

Lahan Pertanian Bukan Sawah - Tegal/Kebun

- Ladang/Huma - Perkebunan

- Ditanami Pohon/Hutan Rakyat - Tanah Gembala/Padang Rumput - Lahan sementara tidak diusahakan - Lainnya (Tambak,Kolam, Empang, Hutan Negara dll)

Lahan Bukan Pertanian (Jalan,

permukiman, perkantoran, sungai , dll

= = = = = = = = = = 67.806 Ha 28.169 Ha 3.928 Ha 6.626 Ha 4.528 Ha 846 Ha 2.752 Ha 20.957 Ha 54.050 Ha

Di Kabupaten Soppeng terdapat beberapa gunung dan gunung tertinggi adalah Gunung Nene Conang dengan ketinggian 1.463 m dpl. Seluruh gunung tersebut tidak menunjukkan ciri-ciri sebagai jenis gunung merapi. Ketinggian masing-masing gunung tersebut adalah sebagai berikut :

a. Gunung nene Conang ± 1.463 m dpl b. Gunung Sewo ± 860 m dpl

c. Gunung Lapancu ± 850 m dpl d. Gunung Bulu Dua ± 800 m dpl e. Gunung Paowengeng ± 760 m dpl

Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Soppeng antara lain Litosol, Gromusol, Mediterian Coklat, Regusol, Aluuvial, Litosol Coklat Tua; dengan variasi penyebaran jenis tanah pada setiap kecamatan; sebagai berikut :

1. Kecamatan Marioriwawo: Litosol, Gromusol dan Mediterian Coklat;

2. Kecamatan Liliriaja; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 3. Kecamatan Citta; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 4. Kecamatan Ganra; Gromusol/Kelabu Tua, Mediterian Coklat dan Regusol; 5. Kecamatan Lilirilial; Aluvial, Coklat Kelabu, Gromusol/Kelabu Tua

(28)

6. Kecamatan Lalabata; Aluvial Hidromorf, Gromusol, Coklat Tua Rensina, Litosol, Mediterian Coklat, Regusol dan Litosol;

7. Kecamatan Marioriawa; Aluvial Hidromorf Kelabu Tua, Mediterian Regusol dan Litosol;

8. Kecamatan Donri-Donri; Aluvial Hidromorf Kelabu Tua, Mediterian Regusol dan Litosol.

2. Kondisi Demografis

Penduduk Kabupaten Soppeng tersebar pada 8 (delapan) wilayah Kecamatan yang terdiri dari 49 desa, 21 kelurahan, 124 dusun, 39 lingkungan, 438 RW dan 1.163 RT. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil hingga akhir tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Soppeng adalah 250.996 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 121.500 jiwa dan perempuan sebanyak 129.496 jiwa. Kecamatan yang terpadat adalah Liliriaja yaitu sekitar

309 jiwa per km2 dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Marioriawa

sekitar 94 jiwa per km2. Jumlah penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut;

Tabel 2.2

Rata – rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng Tahun 2014

Kecamatan Luas Area

Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Marioriwawo 300 25.876 27.048 52.924 Lalabata 278 24.664 25.476 50.140 Liliriaja 96 14.280 15.446 29.726 Ganra 57 5.794 6.469 12.263 Citta 40 4.142 4.639 8.781 Lilirilau 187 19.967 21.751 41.718 Donri-Donri 222 12.154 13.224 25.378 Marioriawa 320 14.623 15.443 30.066 TOTAL 1.500 121.500 129.496 250.996

Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans

Potensi tenaga kerja dapat dicermati dari komposisi penduduk menurut umur karena umur seseorang sangat mempengaruhi kemampuan fisiknya sehingga akan menetukan produktivitasnya. Penduduk dengan usia yang sangat mudah (umur 0-14 tahun) umumnya belum produktif karena selain kemampuan fisiknya yang masih kurang, juga karena mereka pada umumnya masih sekolah

(29)

dan belum bekerja. Begitu pula penduduk yang berusia lanjut (umur 60 tahun keatas), produktivitasnya sudah menurun dan bahkan sebagian dari mereka sudah tidak bekerja lagi. Bila di hitung jumlah penduduk pada kelompok usia produktif (15-59 tahun) yaitu sebesar 158.480 jiwa maka dapat diketahui bahwa pada umumnya penduduk Kabupten Soppeng masih dalam usia produktif. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Soppeng Tahun 2014

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Total

0 – 4 7.664 7.059 14.723 5 – 9 9.371 8.865 18.236 10 – 14 11.596 10.810 22.406 15 – 19 11.534 10.980 22.514 20 – 24 9.030 9.101 18.131 25 – 29 8.164 8.117 16.281 30 – 34 8.751 8.948 17.699 35 – 39 8.666 9.345 18.011 40 – 44 9.513 10.153 19.666 45 – 49 8.573 9.407 17.980 50 – 54 6.696 8.290 14.986 55 – 59 5.783 7.429 13.212 60 – 64 5.170 6.161 11.331 65 – 69 4.131 5.489 9.620 70 – 74 3.034 3.884 6.918 75+ 3.824 5.458 9.282 Jumlah 121.500 129.496 250.996

Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans

Penduduk Kabupaten Soppeng bekerja di berbagai sektor lapangan usaha. Dan sektor pertanian menjadi sektor tertinggi yang menyerap tenaga kerja terbesar setelah sektor lainnya, selain perdagangan, restoran, hotel dan industri sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.4.

(30)

Tabel 2.4

Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Soppeng Tahun 2014

Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

Pertanian 38.912 1.020 39.932

Industri 60 24 84

Perdagangan, Restoran dan

Hotel

1.181 404 1.585

Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan

28.168 8.937 37.105

Lainnya 53.179 119.111 172.290

Jumlah 121.500 129.496 250.996

Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans

a. Potensi Pengembangan Wilayah 1. Pertanian

Kabupaten Soppeng termasuk salah satu daerah penghasil pangan utama di Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2014 jumlah produksi padi (GKG) di Kabupaten Soppeng mencapai

299.367 ton dengan tingkat produktivitas 58,86 ton meningkat di banding tahun 2013 yaitu sebesar 275.164 ton dan tingkat produktivitas 57,26 ton, Sedangkan hasil produksi jagung (pipilan kering) pada tahun 2014 mencapai 35.811 ton dengan tingkat produktivitas 51,69 ton, meningkat dibanding tahun 2013 sebesar 27.201 ton dengan tingkat produktivitas 44.75 ton. Untuk tanaman kedele (biji kering) hasil produksi pada tahun 2014 adalah 4.229 ton dengan tingkat produktivitas mencapai 17,64 ton sementara pada tahun 2013 adalah 7.858 ton dengan tingkat produktivitas 16.74 ton. Secara umum untuk masing-masing komoditi ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi seperti iklim,cuaca, tingkat kesuburan.hara tanah, sarana dan prasarana pertanian, metode bercocok tanam dan faktor terkait lainnya.

2. Perkebunan

Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, hampir seluruh wilayah Kabupaten Soppeng cocok untuk berbagai jenis tanaman perkebunan. Luas areal lahan perkebunan yang potensial adalah 32.577,45 Ha untuk ditanami berbagai jenis komoditi yang terdiri dari Kakao, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kopi Robusta, Cengkeh, Jambu Mete, Lada, Kemiri, Vanili, Aren, Tembakau, Kapas dan Nilam. Produksi Kakao sebagai salah satu komoditas perkebunan unggulan Kabupaten Soppeng pada tahun 2014

(31)

adalah 12.360 ton sedikit meningkat dibanding tahun 2013 yang mencapai 12,359.74 ton, sedangkan produksi tembakau pada tahun 2014 sebanyak 45,38 ton menurun dibanding tahun 2013 sebanyak 104,85 ton. Komoditi Kelapa Dalam pada tahun 2014 adalah 3.780,90 ton dan komoditi Kemiri adalah 1.140,10 ton.

3. Peternakan

Sistem pemeliharaan ternak di daerah ini pada umumnya masih dalam skala rumah tangga. Pada beberapa rumah tangga usaha pemeliharaan ternak merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan. Populasi ternak besar pada tahun 2014 mencapai 43.275 ekor meningkat dibanding tahun 2013 yang lalu yaitu 36.561 ekor, demikian halnya populasi ternak kambing pada tahun 2013 yaitu 13.486 ekor meningkat menjadi 19.555 ekor pada tahun 2014. Selanjutnya untuk ternak unggas, animo masyarakat terhadap pemeliharaan unggas cukup besar. Populasi ternak unggas pada tahun 2014 mencapai 1.393.911 terdiri dari ternak ayam buras sebanyak 657.128 ekor, ayam ras 509.095 ekor, broiler 64.043 ekor dan itik dan entok 163.645 ekor, meningkat dari tahun 2013 dengan rincian populasi ternak unggas ayam buras sebanyak 597.389 ekor, ayam ras sebanyak 267.208 ekor, ayam broiler 54.601 ekor dan itik 106.328 ekor. Pada umumnya populasi ternak unggas meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

4. Perikanan

Produksi perikanan di Kabupaten Soppeng di dominasi oleh perikanan darat dengan luas areal penangkapan ikan 3.056 Ha dengan rincian danau seluas 2.200 Ha, sungai seluas 640 Ha, dan rawa seluas 216 Ha. Produksi ikan pada umumnya berasal dari penangkapan yang menggunakan alat tradisional dan beroperasi di danau, rawa, maupun sungai. Produksi ikan segar pada tahun 2013 mencapai 3.173,2 ton dan pada tahun 2014 produksinya menjadi 3.427,7 ton. Jenis ikan yang diproduksi antara lain ikan mas/karper, sepat, tawes, gabus, nila dan lain-lain. Dari total produksi ikan segar ini, 50 persen berasal dari Kecamatan Marioriawa dan sekaligus merupakan wilayah dengan potensi paling besar untuk dikembangkan. Selain itu, juga terdapat kegiatan budidaya ikan (empang), namun luasan dan produksinya belum signifikan.

(32)

5. Kehutanan

Salah satu produksi hutan yang pernah menonjol di Kabupaten Soppeng adalah benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera, namun pada tahun ini terjadi penurunan baik dari luas tanam murbei, jumlah petani maupun produksi kokon dan benang.

Persuteraan alam dikembangkan di Kecamatan Lalabata, Donri-Donri, Kecamatan Marioriawa, Marioriwawo, dan Liliriaja. Jumlah kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini mencapai 7 kelompok dengan jumlah anggota (petani sutera) sebesar 935 orang. Pada tahun 2014, luas areal tanaman Murbei mencapai 114 Ha dan melibatkan 187 KK. Pada tahun yang sama, jumlah ulat sutera yang dibudidayakan mencapai 300 box dengan jumlah produksi kokon mencapai 10.950 kg per tahun dan menghasilkan benang 1.564 kg.

Sedangkan Kawasan hutan di Kabupaten Soppeng sesuai hasil padu serasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW) seluas 46.205 Ha atau 30.80 % dari Luas Kabupaten Soppeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel.2.5

Luas Hutan Menurut Fungsinya Berdasarkan Persentase Luas Kabupaten Soppeng Tahun 2014

No. Hutan Menurut Fungsinya Luas (Ha) % dari Luas Kabupaten 1. 2. 3. 4. Hutan Lindung

Hutan Produksi Biasa Hutan Produksi Terbatas Hutan Wisata 33.359 442 11.023 1.381 22.24 0.92 7.35 0.92 46.205 30.80

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Soppeng

6. Pertambangan

Potensi barang tambang, khususnya tambang galian golongan C seperti pasir, kerikil, batu kali, batu gunung, kapur, pertanian dan batu-bata, yang tersebar di 8 (delapan) Kecamatan dengan luas tambang keseluruhan 180,91 ha dan 43 jumlah pengusaha. Disamping potensi dari tambang golongan C di Kawasan Bulu Dua Kecamatan Marioriwawo juga memiliki potensi berupa kandungan deposit batu bara dengan luas areal + 100 Ha.

Gambar

Grafik  ini  menunjukkan  data  jumlah  penduduk  miskin  yang  hidup  di  bawah garis kemiskinan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
Tabel 2.41  Pencapaian Sasaran II

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti berupaya untuk menjelaskan fakta-fakta yang faktual yang didapat dari

Sebaliknya kegiatan pembalakan hutan dapat menyebabkan berkurangnya atau bahkan punahnya satu atau lebih jenis epifit, khususnya yang habitatnya di batang dan

Gambar 5.5 Peta Kemiringan Lahan Dari data statistik dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemiringan lahan yang diperoleh pada wilayah DAS Opak-Oyo adalah 13,02%, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Hasil analisis keberadaan kandungan formalin pada empat belas sampel mie basah di Kota Ambon, ditemukan dua sampel

Makna dari suatu simbol tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih

Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Appuhami dan Bhuyan (2015) yang melakukan penelitian terhadap pengaruh tata kelola perusahaan

Berdasarkan Tabel 5 Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan mendistribuskan hasil tangkapan ke pasar lokal (domestik) dan ekspor. Distribusi olahan ikan asin dan

Perhubungan menjadi kewajiban Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun