KAMI TERUS BERBENAH Assalau’alaikum wr wb,
Pembaca yang terhormat, sejak awal tahun ini kami terus berbenah. Terus berusaha meningkatkan pelayanan kepada para pembaca. Dan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sajian dan tampilan. Semoga pembaca semua puas, dan terus mengajak saudara, sesama aktivis persyarikatan untuk ikut membaca dan melanggan majalah ini.
Memang tidak mudah melakukan perubahan dan pembenahan. Tetapi itulah yang akan terus kita lakukan. Hasilnya sudah dapat pembaca saksikan dan nikmati. Mutu cetakan yang lebih baik, dan isi yang lebih segar. Tetapi karena kami sadar semua itu masih belum sempurna dan belum memuaskan, kami bersedia menerima tanggapan, kritik, dan saran dari pembaca semua. Kami tunggu. Terima kasih. Sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamu’alaikum wr wb. (Redaksi).
SAJIAN UTAMA. Umat Islam Indonesia yang mayoritas ternyata masih belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan lebih sering diposisikan sebagai anak yatim, menjadi korban berbagai diskriminasi, diposisikan sebagai anak nakal, atau diperalat untuk mendorong mobil mogok, atau disuruh mencari kayu bakar buat menanak nasi orang lain.. Nah, ketika pemimpin politik islam kumpul-kumpul sudah banyak yang kebakaran jenggot. Mengapa?
PEDOMAN. KH Muchlas Abror mengemukakan perlunya aktivis persyarikatan senanrtiasa berfikir, berbicara dan berbuat. Apa maksudnya?
DIALOG. KH Ir Salahuddin Wahid, MSc menyerukan sesama umat Islam hendaknya mau menghilangkan berbagai prasangka politik. Ini dimaksudkan agar umat Islam kuat dan mampu memegang kendali dalam mengatasi persoalan bangsa.
Sumber: