• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMPUNG

Peningkatan Kapasitas Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan Dalam Rangka Pembentukan Ruang Publik Inklusif di Desa

Merak Belantung Lampung Selatan

TIM PENYUSUN Ketua :

Meiliyana, S.IP., M.A NIDN.0020057407 SINTA ID.6680745 Anggota

Dr. Susana Indriyati C., S.IP., M. Si NIDN. 00140977006 SINTA ID. 6681473 Suprihatin Ali, S. Sos , M. Sc NIDN 0018097406 SINTA ID. 6152459

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2021

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DESA BINAAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Judul Pengabdian : Peningkatan Kapasitas Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan Dalam Rangka Pembentukan Ruang Publik Inklusif di Desa Merak Belantung Lampung Selatan

Ketua Pengabdian

a. Nama Lengkap : Meiliyana, S.IP., M.A

b. NIDN : 0020057407

c. SINTA ID : 6680745

d. Jabatan Fungsional : Lektor

e. Program Studi : Administrasi Negara

f. Nomor HP : 0812 7245 021

g. Alamat surel (e-mail) : meiliyana@fisip.unila.ac.id Anggota (1)

a. Nama Lengkap : Dr. Susana Indriyati C., S.IP., M. Si

b. NIDN : 00140977006

c. SINTA ID : 6681473

d. Program Studi : Administrasi Negara Anggota (2)

a. Nama Lengkap : Suprihatin Ali, S. Sos , M. Sc

b. NIDN : 0018097406

c. SINTA ID : 6152459

d. Program Studi : Administrasi Bisnis

Jumlah Mahasiswa yang terlibat : 1. Bayu Cindi Katon 1716041012 2. Diah Ayu Widianingrum 1816041031

3. Zaid Hizbullah 1846041008 Jumlah Staf yang terlibat : 1. Novita Sriwulandari

Lokasi Kegiatan : Kabupaten Lampung Selatan

Lama Kegiatan : 6 bulan

Biaya Kegiatan : Rp. 35.000.000,00

Sumber Dana

a. Sumber Dana Desa Binaan : Rp 3.500.000,00 (10%) b. Sumber Dana Lain

1. Instansi : Universitas Lampung

2. Jumlah Dana : Rp 35.000.000,00

Bandar Lampung, September 2021

Mengetahui, Ketua Peneliti,

Dekan FISIP UNILA

(Dra. Ida Nurhaida, M.Si) (Meiliyana, S.IP., M.A)

NIP.196108071987032001 NIP. 197405202001122002

Menyetujui,

Sekretaris LPPM Universitas Lampung,

(Rudy, S.H., LL.M., LL.D) NIP. 19810104 200312 1001

(3)

iii IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Pengabdian : Peningkatan Kapasitas Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan Dalam Rangka Pembentukan Ruang Publik Inklusif di Desa Merak Belantung Lampung Selatan

2. Tim Pengabdian :

No Nama Jabatan Bidang

Keahlian

Program Studi

Alokasi Waktu 1. Meiliyana, S.IP., M.A Ketua Kebijakan

Publik

Adm Negara

10 jam 2. Dr. Susana Indriyati C.,

S.IP., M. Si

Anggota Organisasi

&

Manajemen

Adm Negara

10 jam

4. Suprihatin Ali, S. Sos , M.

Sc

Anggota Manajemen Lingkungan

Adm Bisnis

10 jam

3. Objek Penelitian :

Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan di Desa Merak Belantung Lampung Selatan

4. Masa Pelaksanaan

Mulai : April 2021

Akhir : Agustus 2021

5. Usulan Biaya : Rp. 35.000.000,00

6. Lokasi Pengabdian : Desa Merak Belantung Lampung Selatan 7. Intansi yang terlibat

LSM Damar Aparatur Desa

8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu terhadap masyarakat :

Kegiatan ini merupakan kontribusi Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Administrasi Bisnis dalam pembentukan ruang publik inklusif. Ruang publik inklusif ini selain dapat menjadi tempat kegiatan sosial, dapat juga diberdayakan untuk menggerakkan perekonomian desa.

9. Jurnal ilmiah pengabdian yang menjadi sasaran untuk setiap penerima hibah 1. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Engangment (SINTA 3).

(4)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM... iii

DAFTAR ISI... iv

ABSTRAK ... v

BAB 1. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi... 1

B. Permasalahan Mitra ... 3

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II. SOLUSI DAN TARGET LUARAN A. Solusi Terhadap Permasalahan Mitra ... 6

B. Target Luaran ... 6

BAB III. METODE PELAKSANAAN A. Metode dan Tahapan ... 8

B. Prosedur Kerja ... 8

C. Pihak-Pihak yang terlibat ... 9

D. Uraian Partisipasi Mitra ... 9

BAB IV. PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN A. Kepakaran yang dibutuhkan ... 10

B. Personalia dan Keahlian ... 10

BAB V. PELAKSANAAN A. Perencanaan ... 11

B. Pelaksanaan ... 11

C. Pembahasan... 14

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan ... 18 DAFTAR PUSTKA

(5)

v ABSTRAK

Masyarakat sosial yang tinggal di suatu wilayah membutuhkan ruang publik yang inklusif.

Ruang publik ini berguna untuk membina hubungan sosial diantara masyarakat yang memiliki berbagai karakteristik latar belakang seperti etnis, usia, dan jenis kelamin, juga memberikan ruang bagi anak-anak serta juga akses ke ruang terbuka hijau.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ruang publik berdampak pada kesehatan mental, fisik dan hubungan sosial masyarakat. Namun untuk bisa mengakses ruang terbuka publik ini masih banyak kelompok masyarakat yang masih meraa kurang merasa aman dan nyaman. Hal ini disebabkan area tersebut belum didesain menyesuaikan kebutuhan kelompok masyarakat tersebut. Kelompok masyarakat tersebut khususnya adalah kaum difabel, orang lanjut usia, anak-anak dan kaum perempuan.

Dalam konteks Indonesia, data menunjukkan sebagian besar wilayah kita adalah pedesaan, sehingga ruang terbuka ini tidak hanya diperlukan di daerah perkotaan tapi juga perlu dibuat di daerah pedesaan. Diperlukan keterlibatan semua pihak terkait untuk bisa mewujudkan ini.

Mereka adalah aparatur desa dan stakeholders terkait yang merupakan targeted groups terutama kaum perempuan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan pemahaman aparatur desa dan penggiat pembangunan di masyarakat tentang pentingnya ruang publik yang inklusif serta mencoba memetakan kesempatan dan tantangan untuk mewujudkan keberadaan ruang terbuka publik ini.

Keywords: incruang publik inklusif, peningkatan kapasitas, kerjasama

(6)

1 BAB. 1

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Desa Merak Belantung adalah potensi tegakan mangrove, wisata air, pantai, serta budaya masyarakat setempat seni tari dan musik, serta kerajinan tangan. Tegakan mangrove yang terdapat di Desa Merak Belantung dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran kepada pelajar dan mahasiswa untuk lebih mengenal alam dan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa atau disingkat UU Desa merupakan angin segar bagi masyarakat Desa dalam peningkatan kualitas pembangunan di Desa yang memandatkan pengelolaan penyelenggaraan pembangunan Desa dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, setiap warga Desa diposisikan sebagai subjek pembangunan, bukan hanya "subjek" otonom, tetapi juga "aktor" dari gerakan sosial yang menentukan tujuannya sendiri, menguasai sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri.

Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 127 ayat 2 huruf d, bahwa penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan di Desa wajib berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal. Artinya, Pemerintah memiliki harapan besar bahwa pembangunan Desa dapat diselenggarakan dengan menerapkan nilai-nilai inklusi sosial.

Untuk itulah, perlu dibentuk dan dikembangkan Desa Inklusif dimana Desa sebagai ruang kehidupan dan penghidupan bagi semua warga Desa yang diatur dan diurus secara terbuka,

(7)

2 ramah dan meniadakan hambatan untuk bisa berpartisipasi secara setara, saling menghargai serta merangkul setiap perbedaan dalam pembangunan desa.

Direktorat Jenderal Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia menerbitkan Panduan Fasilitasi Desa Inklusif. Mengutip Taufik Madjid dalam pengantar panduan yang menyatakan bahwa panduan ini dibuat sebagai acuan bagi pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota maupun para penggiat pembangunan desa yang bersifat lintas pemangku kepentingan. panduan fasilitasi desa inklusif memuat prosedur kerja yang senantiasa bersifat sinergi lintas pemangku kepentingan sekaligus berfokus pada upaya menumbuhkan gagasan inovatif warga Desa menuju terwujudnya Desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis. Kaderisasi desa menjadi kegiatan yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis. Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di segala kehidupan, utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa secara demokratis.

Pembentukan dan pengembangan Desa Inklusif tidak hanya berupa penyediaan layanan dasar, tetapi juga mencakup peningkatan kualitas layanan dasar maupun peningkatan partisipasi kelompok marginal dan rentan dalam penyelenggaraan desa. Fasilitasi Desa Inklusif harus dimulai dari kondisi yang senyatanya ada di Desa, untuk selanjutnya dilakukan langkah-langkah pemberdayaan bagi warga Desa. Pembentukan dan pengembangan Desa Inklusif ini selaras dengan agenda Pembangunan Berkelanjutan atau disebut juga Sustainable Development Goals (SDGs) yang memiliki prinsip pelaksanaan no-one left behind (tidak ada seorang pun yang ditinggalkan). Kekuatan utama penyelenggaraan Desa Inklusif adalah partisipasi warga Desa, utamanya partisipasi

(8)

3 kelompok marginal dan kelompok rentan, termasuk didalamnya tentu saja kelompok difabel.

Adanya ruang publik Inklusif di desa adalah untuk menyebarluaskan beragam praktik yang baik tentang penerapan nilai- nilai inklusi sosial dari Desa Percontohan ke desa-desa lainnya. Harapannya warga Desa akan lebih mudah meniru beragam praktik yang baik tentang inklusi sosial untuk dijalankan dalam kegiatan hidupnya sehari-hari. Demikian pula, para pendamping Desa akan lebih mudah memfasilitasi pemerintah Desa, BPD, dan masyarakat Desa untuk mengadopsi contoh-contoh kegiatan penerapan inklusi sosial dari Desa Percontohan untuk diadaptasikan ke Desanya masing-masing. Hal ini juga menjadi kewajiban bagi Pemerintah daerah kabupaten/kota, provinsi dan Pemerintah Pusat untuk memfasilitasi replikasi Desa Inklusif ini sesuai dengan lingkup kewenangan daerahnya masing-masing.

Oleh karenanya pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat tahun 2021 ini, sebagai bentuk kepedulian kami jurusan Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung akan melakukan kegiatan pengabdian dengan judul: "Peningkatan Kapasitas Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan Dalam Rangka Pembentukan Ruang Publik Inklusif di Desa Merak Belantung Lampung Selatan”.

B. PERMASALAHAN MITRA

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengharuskan setiap elemen masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri, berfikir kritis dan bertindak global agar tidak di telan jaman.Seperti sebuah falsafah kuno Italia yaitu “siapa yang menolak peradaban maka dia di takdirkan untuk punah”.Indonesia sebagai negara yang telah memberikan kewenangan dan kebebasan kepada setiap desa untuk dapat mengelolah seluruh sumber daya alam yang ada di

(9)

4 desa, maka dari itu partisipasi aparatur dan masyarakat untuk setiap pembangunan menjadi unsur yang paling penting dalam menunjang terlaksananya kebarhasilan desa, sebab apabila desa dikatakan berhasil maka negara juga bisa dikatakan berhasil.

Permasalahan yang dihadapi desa Merak Belantung Lampung Selatan adalah terbatasnya ruang publik yang inklusif di desa karena banyak lahan yang dimiliki oleh pengusaha pariwisata. Disamping permasalah itu desa Merak Belantung memiliki banyak potensi wisata diantaranya adalah tegakan mangrove, wisata air, pantai, serta budaya masyarakat setempat seni tari dan musik, serta kerajinan tangan. Tegakan mangrove yang terdapat di Desa Merak Belantung dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran kepada pelajar dan mahasiswa untuk lebih mengenal alam dan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup.

Selanjutnya desa Merak Belantung mengenai komoditi hutan mangrove di Desa Merak Belantung yang memiliki nilai ekonomi adalah ikan kakap, ikan belana, ikan belodok, udang windu, kerang tiram, kerang lokan, kepiting, dan buah pidada. Tidak semua masyarakat Desa Merak Belantung mencari dan memanfaatkan komoditi langsung hutan mangrove untuk mereka jual, tetapi ada juga beberapa masyarakat yang mencari komoditi langsung hutan mangrove hanya untuk mengisi waktu senggang mereka dengan mencari komoditi langsung hutan mangrove tersebut untuk dikonsumsi pribadi, dan tidak sedikit pula masyarakat yang menjaring udang sebagai umpan memancing ikan untuk menyalurkan hobinya. Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrient dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Secara ekologis hutan mangrove merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah pencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan, baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Hal ini yang menyebabkan terjadinya interaksi atau asosiasi antara fauna dengan mangrove (Mustari, 2005).

(10)

5 Hutan mangrove berfungsi sebagai tempat mencari makan, berlindung, memijah dan pembesaran bagi berbagai jenis binatang air seperti ikan, udang, dan kepiting. Kondisi perairan yang tenang serta terlindung dengan berbagai macam tumbuhan dan bahan makanan menyebabkan perairan hutan mangrove menjadi tempat yang sangat baik untuk berkembang biak bagi berbagai satwa. Terkait dengan sifat fauna yang pada umumnya sangat dinamis, maka batasan zonasi yang terjadi pada fauna penghuni mangrove kurang begitu jelas.

C. TUJUAN

Untuk memecahkan permasalahan di Desa Merak Belantung, maka kegiatan ini bertujuan untuk :

1) Memberikan pengetahuan dan dapat memberikan gerakan dalam pembentukan ruang publik yang inklusif

2) Melakukan Inisiasi terbentuknya Ruang inklusi di Desa Merak Belantung

3) Melakukan pendampingan awal pelaksanaan kepada aparatur dan kader pembangunan perempuan dalam rangka pembentukan Ruang Publik Inklusif di Desa Merak Belantung

D. MANFAAT

Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian ini, bagi kelompok sasaran Desa Merak Belantung Lampung Selatan, dapat membentuk ruang publik yang inklusif dan upaya dalam memberdayakan kapasitas aparatur atau kader pembangunan perempuan dapat mengenali, menelaah, dan manifestasi dalam pembentukan ruang inklusi.

(11)

6 BAB II. SOLUSI DAN TARGET LUARAN

A. Solusi terhadap Permasalahan Mitra

Untuk mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan manusia perlu dilaksanakan kemitraan dengan para pemangku kepentingan strategis di tingkat nasional maupun di tingkat lokal. Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan pendampingan dan pemberdayaan pada kelompok marginal atau kelompok marginal yang dimarginalisasi secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembangunan.

Kementerian Koordinator bidang Pembangunan dan Kebudayaan mendorong kebijakan pembangunan manusia inklusif dengan melihat praktek- praktek baik dan inovasi pembangunan manusia inklusif yang dilakukan beberapa daerah. Acara Diskusi dan Rakornas Pembangunan Manusia Inklusif yang menyampaikan pentingnya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan sesuai Nawacita dan melihat contoh-contoh keberhasilan yang dilakukan pemerintah daerah bekerjasama dengan pendamping untuk dilakukan replikasi secara nasional.

Kekuatan utama dalam peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat desa dalam rangka pembentukan ruang publik inklusif desa Merak Belantung adalah partisipasi warga desa, utamanya partisipasi kelompok marginal dan kelompok rentan, termasuk didalamnya tentu saja kelompok difabel. Sejak disahkannya UU Desa dan segala aturan turunannya, sehingga replikasi model pembentukan Desa Inklusif menjadi sebuah terobosan untuk mempermudah warga Desa belajar tentang penerapan nilai- nilai inklusi sosial dalam pembentukan Desa yang sudah terbukti secara nyata.

Replikasi Desa Inklusif adalah upaya menyebarluaskan beragam praktik yang baik tentang penerapan nilai- nilai inklusi sosial dari Desa Percontohan ke desa-desa lainnya. Harapannya warga Desa akan lebih mudah meniru beragam praktik yang baik tentang inklusi sosial untuk dijalankan dalam kegiatan hidupnya sehari-hari.

(12)

7 Demikian pula, para pendamping Desa akan lebih mudah memfasilitasi pemerintah Desa, BPD, dan masyarakat Desa untuk mengadopsi contoh-contoh kegiatan penerapan inklusi sosial dari Desa Percontohan untuk diadaptasikan ke Desanya masing-masing. Hal ini juga menjadi kewajiban bagi Pemerintah daerah kabupaten/kota, provinsi dan Pemerintah Pusat untuk memfasilitasi replikasi Desa Inklusif ini sesuai dengan lingkup kewenangan daerahnya masing-masing

B. Target Luaran

Target luaran dan indikator capaian dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Publikasi Ilmiah pada jurnal ber ISSN/ Prosiding ber ISBN dengan indikator Accepted/Publised

2. Publikasi pada media cetak/online/repository PT dengan indikator Publised 3. Video Kegiatan PKM (Minimal durasi 5 menit) dengan indikator capaian ada

4. Produk yang dihasilkan dari desa binaan menjadi mitra pengabdian

(13)

8 BAB III.

METODE PELAKSANAAN

A. Metode dan Tahapan

Secara ringkas, metode dan tahapan pelaksanan kegiatan pengabdian ini yaitu : a. Analisis situasi

Kegiatan pengabdian desa binaan ini berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh desa Merak Belantung Lampung Selatan adalah terbatasnya ruang publik yang inklusif di desa karena banyak lahan yang dimiliki oleh pengusaha pariwisata. Kemudian banyak potensi tidak dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran kepada pelajar dan mahasiswa untuk mengenal alam dan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup serta tidak semua masyarakat Desa Merak Belantung mencari dan memanfaatkan komoditi langsung hutan mangrove untuk meningkatkan ekonomi.

b. Intervensi Objek

Direncanakan dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu :

-FGD yang dapat meningkatkan kapasitas dan komitmen aparat, masyarakat dan swasta dalam pembentukan ruang publik yang bersifat inklusi.

-Pendampingan awal dalam pembentukan ruang inklusi dengan melaksanakaan kegiatan sesuai dengan kontribusinya.

b. Evaluasi dan Refleksi

Evaluasi dilakukan dalam bentuk pemberian pre test dan pot test sebagai indikator dalam peningkatan kognisi/perilaku sebelum atau sesudah pelaksanaan kegiatan. Sedangkan refleksi dilakukan diakhir kegiatan dengan tujuan memperkuat komitmen dan melaksanakan pembentukan ruang publik yang inklusif sesuai dengan fungsinya setelah masa pendampingan berakhir.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu:

1. Pengurusan izin kegiatan 2. Penyebaran undangan kegiatan 3. Pelaksanaan kegiatan

4. Evaluasi kegiatan 5. Pelaporan kegiatan

D. Pihak-pihak yang Terlibat

(14)

9 Mitra yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini yaitu :

1. Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR)

2. Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan di Desa Merak Belantung Lampung Selatan

Sedangkan kelompok sasaran kegiatan ini adalah aparat desa dan kader pembangunan perempuan dan tokoh masyrakat yang terlibat dalam pembangunan inklusif.

E. Uraikan Partisipasi Mitra

Mitra dalam kegiatan pengabdian ini adalah Aparatur dan Kader Pembangunan Perempuan di Desa Merak Belantung Lampung Selatan, Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR).

Partisipasi mitra dalam kegiatan ini yaitu :

1. Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), memberikan tenaga ahli sebagai narasumber yang akan terlibat dalam FGD, Memberikan tenaga ahli yang akan terlibat dalam inisiasi dan pendampingan pembentukan Ruang Inklusi.

2. Aparat Desa Merak Belantung, memberikan rekomendasi aparat desa dan kader perempuan atau penggiat desa. Memberikan bantuan materiil penyediaan tempat.

F. Rancangan Evaluasi

Ada tiga rancangan evaluasi yang akan digunakan untuk kegiatan ini, yaitu :

1. Evaluasi pertama melalui pre test dan post test. Rancangan tersebut digunakan untuk mengukur perubahan kesadaran dan komitmen kelompok sasaran yang dilakukan dalam kegiatan FGD.

2. Evaluasi kedua dilakukan melalui berubahnya komitmen yang telah tertulis menjadi sebuah gerakan inisiasi pembentukan Ruang Inklusi

3. Evaluasi kualitatif dilakukan melalui pengamatan dan penilain selama tiga bulan awal masa pendampingan setelah terbentuknya Ruang Inklusi

(15)

10 BAB IV. PERSONALIA PENGUSULAN DAN KEAHLIAN

A. Kepakaran yang di butuhkan

Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Penduduk Desa Merak Belantung dibutuhkan bidang kepakaran sebagai berikut:

Masalah Kepakaran

1. Belum ada ruang terbuka yang inklusif, yang disebabkan :

- Warga tidak paham akan pentingnya ruang publik

- Tidak tersedia lahan - Tidak ada dana

khusus untuk

pembangunan ruang terbuka yang inklusif

- Organisasi dan Manajemen - Kebijakan publik

- Manajemen Lingkungan

B. Personalia dan Keahlian

Personalia dan keahlian yang terlibat dalam kegiatan PKM dapat dilihat pada tabel berikut:

No Nama Jabatan Bidang

Keahlian

Tugas 1. Meiliyana, S.IP., M.A Ketua Kebijakan

Publik 2. Dr. Susana Indriyati

C., S.IP., M. Si

Anggota 1 Organisasi &

manajemen 3. Suprihatin Ali, S. Sos

, M. Sc

Anggota 2 Manajemen Lingkungan

(16)

11 BAB V. PELAKSANAAN

A. Perencaaan

Kegiatan ini direncanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tim Pengabdian melalukan beberapa kali rapat persiapan dalam rangka pengurusan izin, penentuan jadwal kegiatan dan materi kegiatan.

2. Tim Pengabdian mengurus izin pelaksanaan kegiatan dengan langsung

berkoordinasi dengan Kepala Desa Merak Belantung, Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sebagai persiapan awal, Tim Pengabdian dan Aparat Desa serta DAMAR bersepakat untuk melaksanakan Focus Group Discussion untuk membahas berbagai langkah kegiatan yang dilakukan.

Bagan Kegiatan

3.

4.

5.

B. Pelaksanaan

B.1 Focus Group Discussion

Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Merak Belantung, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan pada Rabu,14 Juli 2021 dihadiri oleh DAMAR, aparatur desa dan kader yang ada dan Tim Pengabdian.

Persiapan Pelaksanaan

1. Menghubungi Mitra

2. Penyusunan modul pelatihan dan Workshop 3. Persiapan untuk

pelatihan dan Workshop

Evaluasi dan Laporan

1. Penyampaian materi

pelatihan 2. Workshop

1. Evaluasi kegiata 2. Laporan

Kegiatan

(17)

12 Hasil Focus Group Discussion ini adalah :

1. Kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah lokasi dan tempat dan kurangnya stabilitas. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari tempat yang pas, penetapan lokasi oleh jabatan yang berwewenang, lokasinyanyang tepat di bangun dan pembangunan, Jika sudah ada tempat dan lokasi yang tepat dan perizinan yang sah maka sudah dapat di lakukan pembangunan terkait ruang inklusi di desa merak belantung.

2. Kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah tidak tersedianya lahan terbuka, fasilitas lahan yang belum ada, dana, aspirasi masyarakat, lokasi. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari donatur, bermitra dengan pemerintahan, perencanaan dalam musrembang desa harus bernar-benar valid sehungga dana desa bisa benar-benar teralokasikan, diusulkan mau dianggarkan untuk pengadaan lahan, musyawarah memohon kepada pemiliki lahan, tempat menyelesaikan masalah, dan saling mendukung lalu meminta sumbangan uang.

3. Kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah dana dan lokasi. Lalu solusinya ialah mencari bantuan dana dari beberapa mitra dan perusahaan swasta atau menggunakan dana desa.

.

Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian, 2021.

Sumber: Dokumentasi Tim Pengabdian, 2021.

B.2 Pembekalan Pembentukan Ruang publik yan bersifat inklusi

(18)

13 Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Balai Desa Merak Belantung, Kec. Kalianda, Kab.

Lampung Selatan. Rabu, 14 Juli 2021 dihadiri oleh DAMAR, aparatur desa dan kader yang ada sejumlah 25 orang, kegiatan ini dilaksanakan pada Pukul 08.30-13.00 WIB.

Berikut susunan acara kegiatan.

Waktu Kegiatan Keterangan Pelaksanaa

08.30-09.00 Registrasi Peserta ttd 3x Anada. Cici 09.00-09.30 Rangkaian

Pembukaan Acara

Salam menyanyikan lagu Indonesia Raya

Cici (MC) Sambutan 1. Wakil Desa

2. Suprihatin Ali

Pre test Anada

09.30-10.00 Ruang Inklusi Sosial

(tentatif) Indri

Notulis : Anada 10.00-11.15 Peningkatan

Kapasitas Penggiat

Diskusi Kelompok Sely Fitriani Notulis : Anada

11.15-12.00 LDG PR sebulan Suprihatin Ali

Notulis : Cici dan Anada

12.00-12.15 Rangkaian Penutup Salam Post test Cici dan Anada

12.15 Ishoma

B.3 Monitoring Pasca Pelaksanan

Kegiataan keempat (monitoring) dilaksanakan di Kantor Desa Merak Belintung pada Kamis, 19 Agustus 2021 dengan dihadiri oleh Aparat desa dan kader penggiat desa sejumlah 25 orang, kegiatan ini dilaksanakan 08.30-12.00 WIB

Kegiatan monitoring ini dilaksanakan dengan tujuan melihat sejumlah mana kebermanfaatan dari kegiatan pengabdian yang sudah dilaksanakan dalam rangka membuat ruang publik yang bersifat inklusi.

Berdasarkan hasil monitoring selama kurun waktu pelaksanaan kegiatan 14 Juli 2021-19 Agustus 2021, Kemudian hasil dari wawancara tidak terstruktur kepada aparat yang hadir saat pelaksanaan monitoring dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan sangat berguna dan menambah pengetahuan, pemahaman, dan soft skill.

B.4 Evaluasi Kegiatan Pengabdian Kepada masyarakat Desa Binaan

Kegiatan yang ke-empat evaluasi dilaksanakan di Balai Desa Merak Belantung pada 19 Agustus 2021 dengan dihadiri oleh 2021 dengan dihadiri oleh Aparat desa dan kader penggiat desa sejumlah 25 orang, kegiatan ini dilaksanakan 08.30-12.00 WIB.

(19)

14 Hasil Evaluasi bersama yang dilakukan oleh tim pengabdian Universitas Lampung Skema desa binaan dengan aparat desa dan kader desa yang ada merumuskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Secara umum pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Desa Binaan Universitas Lampung terlaksana dengan tertib dan lancar

2. Dukungan materiil dan in materiil diberikan oleh Desa Merak Belantung berupa peminjaman sarana dan prasarana kegiatan (aula, sound system, dan perlengkapan lainnya) serta penyediaan snak dan makan siang setiap kegaiatan

3. Pendampingan dari Aparatur Desa dan Kader yang ada diharapkan dapat berlansung lebih lama. Kelompok sasaran memahami bahwa keadaan pandemi Covid-19 ini menyebabkan kontak sosial dan fisik secara intens tidak dapat leluasa dilakukan.

C. PEMBAHASAN

Kegiatan pendampingan untuk Pembentukan Ruang Inklusif yang memiliki tujuan untuk mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan manusia. Ruang Publik sebagai tempat terbuka dan Inklusif yang memfasilitasi kontak langsung dari komunikasi antar masyarakat (Madinapur dalam Kutsiyah, 2020). Lawan kata Inklusi yaitu Eksklusif. Ruang Inklusi adalah ruang yang dapat diakses oleh siapapun dan bersifat terbuka dan terletak disekitar kawasan atau berbatasan dengan kawasan lain di pemukiman (Asiany, 2012). Ruang Inklusi tidak memiliki batasan seperti dari agama, tingkatan pendidikan, maupun sifat dari setiap orang. Ruang inklusi dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang hal yang berbeda dan tanpa diskriminasi. Menurut Miller dan Katz, “ Inklusif” berarti kondisi yang memastikan adanya keterlibatan seluruh pihak secara bermakna (tanpa diskriminasi) baik sebagai objek maupun subjek dan keterlibatan ini bukan sekedar untuk menghindari konflik sehingga membuat individu atau kelompok memiliki rasa saling memiliki dan motivasi untuk berkontribusi. Maka dari itu ruangan ini dibangun terbuka tanpa melihat keadaan seseorang, apapun latar belakangnya.

Tinjauan yang ada pada ruang Inklusi ialah, kebutuhan yang terdiri dari primer dan sekunder (aktivitas tempat). Hak sosial yang isinya aksesbilitas, kebebasan dan bergerak. Lalu hubungan juga identitas yang dicerminkan. Lalu tinjauan lainnya yaitu ekonomi dan budaya.

Ekonomi adalah tinjauan yang diperlukan dalam membangun ruang inklusi itu sendiri dan

(20)

15 budaya dilihat dari nilai yang di pegang pada lingkungan dari tempat ruang inklusi itu dibangun karena, dari nilai menciptakan prilaku yang toleransi. Dalam era pandemi ini budaya yang serba online baik dari kerja dam pelayanan akan menjadi budaya masyarakat atau masyarakat akan terbiasa dan bahkan mulai mengikuti karena era pendemi ini sudah kita jalankan selama 2 tahun dan hampir semua pelayanan mengubah sistem menjadi online dan banyak kekurang dan kelebihan yang ada namun lambat laun masyarakat akan terbiasa karena sudah menjadi budaya.

Ruang publik juga menguntungkan keluarga yang tingkat ekonominya masih rencah dengan cara berdagang atau membuka usaha, artinya ada peluang dari ruang inklusi ini. Ruang inklusi juga dapat dilihat secara fungsi juga yaitu dilihat dari bentuk tempat dari ruang inklusi itu sendiri. Contoh, ada jalan khusus disabilitas yang dapat mereka akses di ruangan insklusi, karena kembali lagi pada defisini ruang inklusi yang terbuka tanpa melihat perbedaan dan latar belakang seseorang.

Kegiatan pendampingan dan pemberdayaan terkait pembuatan ruang publik yang bersifat inklusi sosial, berdasarkan Pre test yang telah di jawab oleh 21 (dua puluh satu) responden yaitu aparatur desa beserta kader mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman tentang ruang publik yang bersifat inklusif kemudian pentingnya membuat ruang inklusif, mayoritas jawaban dari 17 (tujuh belas) responden yang diberikan yaitu ruang inklusif merupakan ruang tempat umum berkumpulnya warga untuk bersosialisasi dan silahturahmi antar tetangga maupun berkumpulnya sekelompok orang, baik di aula maupun di luar ruangan yang dapat memberikan aspirasi dialam terbuka yang dikelilingi oleh pemandangan dan memiliki tempat yang luas, terdapat 1 (satu) jawaban yang tidak menjawab apa itu ruang inklusif, dan 1 (satu) jawaban bahwa ruang inklusif adalah untuk menghilangkan rasa kejenuhan. Kemudian 1 (satu) jawaban dari contoh ruang inklusif adalah restaurant, pantai, tempat pertemuan yang terbuka, maupun perpustakaan. Jawaban lainnya yaitu ruang publik yang bersifat inklusif adalah ruang yang sifatnya untuk umum, tempat beraktivitas yang dapat diakses publik dari berbagai semua kelangan.

Berdasarkan jawaban dari pretest beberapa aparatur desa dan kader tentang ruang publik yang bersifat inklusif yaitu ruang terbuka untuk masyarakat untuk bersosialisasi dan menyampaikan aspirasi bercerita dengan melihat pemandangan yang indah. Kemudian terdapat satu responden yang tidak menjawab pemahaman tentang ruang publik bersifat inklusif hal ini menunjukan bahwa kurang pemahamannya tentang hal tersebut. Pentingnya suatu ruang publik yang bersifat inklusif dan alasan terhadap hal tersebut rata-rata dari responden

(21)

16 menjawab perlu dan sangat perlu, dua jawaban yang mengutarakan alasannya perlunya ruang tersebut karena untuk mengembangkan berbagai aktivitas misalnya yang suka olahraga bisa meningkatkan bakatnya atau potensi diri, bagi komunitas bisa dijadikan tempat untuk pertemuan yang bisa memberi atau menuangkan imajinasi dan pendapat masing-masing.

Jawaban yang lainnya yaitu karena bisa mengembangkan suatu desa yang lebih luas dan maju, sehingga dapat mempromosikan otonomi dan keanekaragaman desa yang dimiliki. Kemudian dapat meningkatkan tali silahturahmi menumbuh kekompakan, dan bisa menghilangkan kejenuhan, memberikan ketenangan hati, pikiran. Bersadasarkan rata-rata jawaban tersebut sangat menginginkan dan perlunya ruang publik yang bersifat inklusif guna meningkatkan tali silahturahmi dan persaudaraan, dibarengi dengan diskusi penyampaian aspirasi dengan begitu dapat meningkatkan kekompakkan desa menuju desa yang maju.

Setelah mendengarkan, memahami materi yang telah disampaikan dan melakukan diskusi dengan para dosen mengenai ruang publik yang bersifat inklusif dan penyampaian aspirasinya dalam pembuatan ruang tersebut, para perangkat desa beserta kadernya mengerjakan post test untuk mengukur pemahaman tersebut sehingga dapat di implementasikan dengan baik seperti menyebarluaskan beragam praktik mengenai nilai-nilai inklusi sosial dari desa sehingga menjadi prototype desa lainnya dan warga desa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan pemahaman yang sudah didapatkan.

Terdapat 21 responden rata-rata menjawab ruang terbuka yang bisa di manfaatkan untuk umum atau publik yang aman, nyaman dan ramah dan dapat diakses oleh semua kalangan seperti orang tua, muda, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas tanpa diskriminasi. Terdapat tujuh responden yang menjawab bahwa tempat untuk menghilangkan stress, seperti ada perpustakaan, tempat wisata, rumah makan dan tempat jualan untuk semua kalangan. Maka dengan adanya pengabdian terdapat peningkatan pemahaman dan kemampuan perangkat desa dan kadernya terkait pendampingan pembuatan ruang publik yang bersifat inklusif. Maka ini menujukan bahwa peningkatan signifikan tentang pemahaman perlunya ruang publik yang bersifat inklusif.

Pada sesi LDG dibentuk menjadi 3 kelompok untuk para peserta berdikusi terkait masalah atau kendala dala pembangunan ruan inklusi di Desa Merak Belantung dan juga solusi yang di jabarkan dari kelompok sebagai menjawab kendala yang ada. Tiap anggota kelompok diberikan suatu sticky note oleh tim dan para peserta menulis jawabn dari kasus yang ada dan ditempelkan di karton yang sudah ditempel di dinding balas desa sesuai kelompok. Setiap

(22)

17 kelompok diminta untuk memilih jawaban solusi mana yang dapat diprioritaskan. Lalu setelah di susun menurun hasil pilih, setiap kelompok mengajukan pewakilan utnuk mempresentasikan hasil jawaban dan alasan mengapa memilih jawaban tersebut.

Hasil diskusi dari kelompok 1 ialah mereka mengatakan bahwa kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah lokasi dan tempat dan kurangnya stabilitas. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari tempat yang pas, penetapan lokasi oleh jabatan yang berwewenang, lokasinya yang tepat di bangun dan pembangunan. Kelompok 1 berpendapat jika sudah ada tempat dan lokasi yang tepat dan perizinan yang sah maka sudah dapat di lakukan pembangunan terkait ruang inklusi di desa merak belantung. Kemudian Hasil diskusi dari kelompok 2 ialah kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah tidak tersedianya lahan terbuka, fasilitas lahan yang belum ada, dana, aspirasi masyarakat, lokasi. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari donatur, bermitra dengan pemerintahan, perencanaan dalam musrembang desa harus bernar-benar valid sehungga dana desa bisa benar-benar teralokasikan, diusulkan mau dianggarkan untuk pengadaan lahan, musyawarah memohon kepada pemiliki lahan, tempat menyelesaikan masalah, dan saling mendukung lalu meminta sumbangan uang.

Hasil dari Kelompok 3 ialah mereka mengatakan bahwa kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah dana dan lokasi. Lalu solusi dari kelompok 3 ialah mencari bantuan dana dari beberapa mitra dan perusahaan swasta atau menggunakan dana desa.

(23)

18 BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengabdian, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan pendampingan pembuatan ruang publik yang bersifat inklusi pada aparat desa dan kader desa yang ada memberikan pengaruh yang cukup signifikan 70% terhadap kepasitas pengetahuan dan kemampuan pendampingan oleh Tim pengabdian dan DAMAR. dapat disimpulkan mengenai beberapa kendala yang di hadapi, maka solusi yang ditawarkan yaitu dana dan lokasi sangat amat berpengaruh dari pembangunan ruang inklusi di Desa Merak Belantung Kalianda.

Dengan adanya dana dan lokasi yang stategis dan lancar maka pembangunan akan segera dilaksanakan dan Desa Merak Belantung akan menjadi desa prototype dari adanya ruang inklusi. Desa Merak Inklusi ialah desa yang dikelilingin oleh tempat pariwisata seperti laut dan tempat penginapan dan lain-lain. Dengan adanya ruang inklusi juga menguntungkan tempat- tempat pariwisata yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat, dengan begitu alokasi dana desa dan kolaborasi antar pemerintah maupun swasta dan masyarakat setempat untuk saling bersinergi membangun ruang inklusi dan saling menguntungkan satu sama lain, Peran pemerintah disini yaitu memberikan alokasi dana desa untuk implementasi ruang inklusi, sedangkan peran swasta membantu stimulus berupa inovasi-inovasi yang diciptakan oleh pihak swasta sehingga pemerintah dapat mengadopsi inovasi tersebut bahkan dapat bersama merumuskan suatu inovasi, Maka swasta bisa ikut andil memberikan suntikan seperti materi maupun non materi sehingga bisa kolaborasi terkait destinasi wisata setempat untuk pembentukan ruang inklusi.

(24)

19 DAFTAR PUSTAKA

Fitra, F., & Sasana, H. (2021). Analisis Valuasi Ekonomi Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Di Kota Semarang (Studi Kasus: Taman Indonesia Kaya).

Diponegoro Journal of Economics, 10, 1–17.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jme/article/view/29996

Karmila, M., & Rochani, A. (2020). Karakteristik Perilaku Pengguna Ruang Publik Di Kota Semarang (Studi Kasus: Taman Progo, Taman Indonesia Kaya, Dan BKB). Jurnal Planologi, 17(1), 96. https://doi.org/10.30659/jpsa.v17i1.9171

Mulyanie, E., & Husna, R. A. (2019). Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Cihideung. Jurnal Metaedukasi, 1(2), 79–86.

Prianto, A. L. (2017). Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar. Jurnal March. https://doi.org/10.31227/osf.io/87tdn

Zaini, M., & Wibowo, S. E. (2019). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Di Kalimantan Timur. Research Journal of Accounting and Business Management, 3(2), 201–220.

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1490724&val=12395&titl e=implementasi kebijakan pengelolaan hutan produksi lestari di kalimantan timur

(25)

20 LAMPIRAN

A. Materi 1

Memberdayakan Taman Kota Sebagai Ruang Publik Inklusif Disampaikan Oleh Meiliyana

Saat ini banyak pemerintah daerah yang melakukan revitalisasi taman-taman kota. Hal ini merupakan berita gembira bagi masyarakat terutama yang peduli tentang pentingnya ruang terbuka hijau. Bahkan beberapa merevitalisasi dengan serius sehingga taman-taman kota mengalami transformasi signifikan dari berbagai aspek: desain, tata kelola, dan manfaat bagi masyarakat.

Sejalan dengan revitalisasi yang dilakukan tersebut taman-taman kota saat ini telah menjadi salah satu destinasi yang accessible bagi warga untuk melakukan beragam aktivitas. Selain gratis, taman-taman kota juga menerapkan berbagai hal yang memungkinkan warga semakin menikmatinya. Bahkan, selain toilet dan tempat ibadah, beberapa taman kota menyediakan koneksi internet, instagramable, dan dekat dengan tempat makan.

Jika melihat bagaimana jenis dan kuantitas kunjungan ke taman-taman kota tersebut, sudah waktunya para pihak meningkatkan kualitas dari taman kota tersebut. Dari hanya untuk mengistirahatkan pikiran, rilek dan santai, tidak ada salahnya arena tersebut dijadikan medium untuk melakukan kampanye dan edukasi. Mengingat banyak dan beragamnya pengunjung taman, maka agenda atau program kampanye dan edukasi untuk isu-isu tertentu menjadi sangat strategis.

Salah satu isu yang strategis terus dikampanyekan adalah tata cara dan perilaku hidup inklusif.

Selama ini banyak kampanye untuk isu ini hanya fokus pada kelompok-kelompok dan momen tertentu seperti di sekolah, pengajian/ majlis-majlis ilmu, atau forum-forum khusus yang didesain untuk kegiatan itu. Tentu saja, selain berbagai forum di atas, menjadikan taman-taman kota sebagai salah satu arena untuk melakukan edukasi inklusif sangat menarik. Apalagi jika desain acaranya pun tidak mengabaikan aspek-aspek kehadiran orang di taman: rileks, santai, dan gembira.

Kesadaran untuk mengoptimalkan taman kota ini sudah mulai dilakukan di banyak wilayah di Indonesia. Kampanye sayang lingkungan, manajemen sampah, gaya hidup sehat, dan sebagainya dikemas dengan menarik. Namun, mengenai kampanye yang sifatnya mendidik hidup inklusif, melawan bahaya radikalisme, dan sebagainya, hampir belum pernah ditemui.

Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ruang inklusif tersebut belum

(26)

21 tumbuh subur. Padahal jika ditelisik lebih jauh, keberadaan taman-taman kota dengan sendirinya sudah mencerminkan bagaimana inklusifitas dalam hidup bukan hanya anjuran, tetapi juga merupakan sebuah kebutuhan. Kita bisa mengajak banyak orang di taman tersebut, yang pasti sangat beragam latar belakangnya, untuk berbincang, berbagi, sampai memberikan pandangan tentang isu-isu yang kita lemparkan kepada mereka.

Sebagai tempat yang sepenuhnya mengusung agenda dan program inklusif, maka taman-taman ini bisa berperan lebih. Tidak hanya sebagai obyek, tetapi medium untuk menularkan semangat kebangsaan, kebhinekaan, dan penghargaan atas keragaman. Jadi, pasca revitalisasi fisik yang nilai anggarannya cukup besar itu, nilai tambah taman akan semakin kuat dan luas ketika diisi lagi dengan program-program pemberdayaan masyarakat, khususnya yang mengusung agenda- agenda inklusif.

Mengapa merawat nilai-nilai inklusif ini sangat penting, karena Indonesia, masih dihantui oleh berbagai cara pandang dan sikap yang mengancam demokrasi dan semangat keindonesiaan itu sendiri. Cara pandang tunggal dan memaksa ini, jelas tidak bisa ditolelir jika kita mengharapkan keberlajutan Indonesia.

Caranya, pemda yang membuat atau merevitalisasi taman-taman tersebut bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak yang concern pada isu merawat dan memperkuat semangat inklusif untuk membuat berbagai event, program, dan berbagai kegiatan di taman-taman tersebut.

Diskusi sersan (serius tapi santai) bisa dilaksanakan sambil menikmati orang-orang yang lalu lalang. Oleh karena itu, melalui keindahan taman, interaksi antar berbagai kelompok, beragam indahnya keberbedaan itu bisa kita tranformasikan dalam semangat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Disarikan dari : Tantan Hermansah Materi 2

Menggali Kendala dan Solusi Pembentukan Ruang Publik Inklusif melalui Lightning Decision Jam (LDJ)

Oleh : Suprihatin Ali

Pendirian ruang publik inklusif di sebuah daerah (dusun, desa, kota) memerlukan partisipasi warga masyarakat. [2]. Mulai dari perencanaan hingga pemeliharannya di kemudian hari tidak dapat diserahkan hanya kepada pemerintah dalam hal ini kepala dusun, perangkat desa atau kelurahan. Dalam sebuah rencana yang sangat awal, warga dalam hal ini adalah para penggiat

(27)

22 atau kader desa diajak mengeksplorasi kendala yang dihadapi dan solusi yang memungkinkan untuk digarap.

Salah satu cara memproses hal tersebut adalah melalui Lightning Decision Jam (LDJ).

[3]. LDJ merupakan metode eksplorasi tema yang digunakan ketika melibatkan sekelompok orang. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para aktivis desa dan perangkat desa.

Kata kunci pada LDJ adalah mendengarkan dan memahami. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok sesuai kebutuhan. [1]. Perlengkapan yang dibutuhkan adalah post-it, dot-sticker an alat tulis. Seorang moderator memandu proses LDJ.

Kendala atau hambatan adalah faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran; kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan. [4].

Halangan dapat bersal dari luar (eksternal) maupun dalam masyarakat/desa (internal). Aral ini perlu digali oleh para penggiat dan perangkat (peserta) bukan ditunjukkan oleh pihak lain. Hal ini dimaksudkan agar proses mengenali kendala menumbuhkan kejujuran bahwa ada rintangan yang mesti dihadapi. Pengakuan tersebut merupakan titik untuk memulai perubahan.

Setelah menemukan kendala-kendala maka para peserta perlu menemukan jalan keluar untuk mengatasi rintangan-rintangan tersebut. Penyelesaian didasarkan pula pada modal dasar yang dimiliki dan kemungkinan bantuan yang dapat diusahakan.

Materi 3

Kerjasama dalam Pembentukan Ruang Publik Inklusif

*Susana Indriyati Caturiani

Ruang publik menurut Beck adalah konsep yang membahas mengenai tempat yang dapat diakses oleh masyarakat sekitar. (dalam Kutsiyah:2020). Selanjutnya ruang inklusif adalah ruang yang dapat diakses oleh siapapun bersifat terbuka dan terletak di sekitar kawasan atau berbatasan dengan kawasan lain di permukiman. (Asriany:2012). Pengertian lebih tajam dikemukakan oleh Miller dan Katz, “inklusif” berarti kondisi yang memastikan adanya keterlibatan seluruh pihak secara bermakna (tanpa diskriminasi) baik sebagai objek maupun subjek, dan keterlibatan ini bukan sekadar untuk menghindari konflik, sehingga membuat individu/kelompok memiliki rasa memiliki dan motivasi untuk berkontribusi. (Smeru: 2020).

Dengan demikian ruang publik yang bersifat inklusi terletak dekat dengan warga yang akan memanfaatkannya, terbuka tidak hanya berarti ruang fisik namun juga secara sosial.

(28)

23 Inklusi tidak hanya tentang keterbukaan akses pemanfaatan ruang publik tersebut tetapi juga mempersiapkannya. Pendirian ruang publik inkusif tidak melulu dilaksanakan oleh pemerintah desa karena gagasan/suara warga masyarakat perlu didengarkan bahkan dilibatkan. Didalam desa, terdapat berbagi pihak yaitu pemerintah desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Badan Perwakilan Desa (BPD), komunitas atau organisasi misalnya Kelompok Wanita Tani/Nelayan, PKK, Karang Taruna, Kelompok Remaja, kelompok Lansia. Selanjutnya, diluar desa juga ada berbagai pihak yang memungkinkan dikerjasamai, mereka antara lain adalah perusahaan (swasta), perguruan tinggi, non-governmental organization (NGO) dan asosiasi profesi.

Kerjasama adalah usaha dan perkumpulan bersama untuk tujuan keuntungan bersama dan saling membantu dalam cara-cara tertentu. (Forest:2003). Selanjutnya, Tuomela mendefinisikan kerjasama sebagai kegiatan kolektif dari dua atau lebih agen yang bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka atau tujuan bersama. (Khamis dkk:2014). Kerjasama juga didefinisikan sebagai suatu kejadian yang melibatkan dua orang atau lebih yang berbagi aktivitas untuk tujuan mencapai suatu tujuan yang menguntungkan semua pihak yang terlibat.

(Zagumny:2013). Dapat dicatat bahwa kerjasama mencakup dua pihak atau lebih, adanya kegiatan dan tujuan yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat.

Kerjasama dapat dimulai ketika ada rasa saling percaya antara para pihak dan adanya kesadaran bahwa mereka saling membutuhkan. Ini adalah hal yang paling penting

Ruang publik yang inklusif menjadi kebutuhan warga, dalam realisasinya membutuhkan kerjasama berbagai pihak. Kerjasama dapat dimulai ketika ada rasa saling percaya antara para pihak dan adanya kesadaran bahwa mereka saling membutuhkan. Ini adalah hal yang paling penting. Kerjasama dimulai dengan dialog, saling pengertian dan kesepakatan atas tujuan bersama yang hendak dicapai.

(29)

24 DAFTAR PUSTAKA

[1] Courtney, Jonathan. Lightning Decision Jam (LDJ).

https://www.sessionlab.com/methods/lightning-decision-jam-ldj

[2] Dakelan, Miftahul Huda. Achmad Murtafi Haris, Aji Dahlan, Sri Mastuti. Mewujudkan Desa Inklusif. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Kementerian Agama Republik Indonesia. Jakarta. 2016

[3] Faren. Diskusi Sehat dengan Lightning Decision Jam — LDJ. Mar 14, 2019

https://medium.com/the-codefathers/diskusi-sehat-dengan-lightning-decision-jam-ldj- b24d5d5b9247.

[4] https://kbbi.web.id/kendala

PKM SKEMA DESA BINAAN LPPM 2021

Tempat : Balai Desa Merak Belantung, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan Tanggal : 19 Agustus 2021

MC : Cici

Notulensi : Anada

Fasilitator : Suprihatin Ali, Sely Fitriani, Indri Anggota Tim : Cici, Bayu, Anada, Risa, Nanda

Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Agustus 2021 di Desa Merak Belantung, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan merupakan kegiatan yang sasaran dari pengabdian masyarakat ini ialan para perangkat desa dan kader yang ada. Acara di mulai dari pagi hingga siang hari di ikuti perserta sebanyak 25 peserta yang bertempatkan di balai Desa, Ds Merak Belantung. Rangkaian acara yang ada yaitu sambutan dari Kepala desa dan perwakilan dari Universitas Lampung, yaitu Bapak Suprihatin Ali. Lalu acara selanutnya adalah materi dan sharing yang dipandu oleh beberapa pemateri dari Universitas Lampung yaitu Ibu Indri yang menjelaskan tentang Ruang Inklusi Sosial, Ibu Sely yang menjelaskan tentang pentingnya membuat ruang inklusi untuk teman-teman disabilitas dan Bapak Suprihatin yang membuka forum diskusi tentang mencari solusi dan kendala dari pembangunan Ruang Inklusi.pada awal acara peserta diminta untuk mengerjakan suatu Pre- test dan pada akhir acara perserta diminta untuk mengerjakan Post-Test.

1. Ruang Inklusi Sosial ( Ibu Indri )

Ruang inklusi didesa belum seefektif ruang inklusi di Kota. Ruang Publik sebagai tempat terbuka dan Inklusif yang memfasilitasi kontak langsung dari komunikasi antar masyarakat ( Madinapur dalam Kutsiyah, 2020 ). Ibu Indri

(30)

25 menjelaskan di Era sekarang semua orang menggunakan Smart Phone dan itu juga yang membuat ruang inklusi ini tidak berjalan dengan Efektif. Semua orang sibuk dengan alat canggih yang ada dan pertemuan atau interaksi langsung itu muali berkurang, padahal pertemuan langsung itu penting, karena dapat langsung tersampaikan apa yang ingin disampaikan. Anak- anak juga sudah pintar menggunakan Smart Phone karena pembelajaran di era pandemi ini juga menggunakan alat-alat canggih seperti Smart Phone.

Ruang Inklusi itu lawannya Eksklusif. Ruang Inklusi adalah ruang yang dapat diakses oleh siapapun dan bersifat terbuka dan terletak disekitar kawasan atau berbatasan dengan kawasan lain di pemukiman ( Asiany, 2012). Ruang Inklusi tidak memiliki batasan seperti dari agama, tingkatan pendidikan, maupun sifat dari setiap orang. Ruang inklusi dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang hal yang berbeda dan tanpa diskriminasi.

Menurut Miller dan Katz, “ Inklusif” berarti kondisi yang memastikan adanya keterlibatan seluruh pihak secara bermakna ( tanpa diskriminasi ) baik sebagai objek maupun subjek dan keterlibatan ini bukan sekedar untuk menghindari konflik sehingga membuat individu atau kelompok memiliki rasa saling memiliki dan motivasi untuk berkontribusi. Maka dari itu ruangan ini dibangun terbuka tanpa melihat keadaan seseorang, apapun latar belakangnya.

Tinjauan yang ada pada ruang Inklusi ialah, kebutuhan yang terdiri dari primer dan sekunder ( Aktivitas tempat). Hak sosial yang isinya aksesbilitas, kebebasa dan bergerak. Lalu hubungan juga identitas yang dicerminkan. Lalu tinjauan lainnya yaitu ekonomi dan budaya. Ekonomi adalah tinjauan yang diperlukan dalam membangun ruang inklusi itu sendiri dan budaya dilihat dari nilai yang di pegang pada lingkungan dari tempat ruang inklusi itu dibangun karena, dari nilai menciptakan prilaku yang toleransi. Dalam era pandemi ini budaya yang serba online baik dari kerja dam pelayanan akan menjadi budaya masyarakat atau masyarakat akan terbiasa dan bahkan mulai mengikuti karena era pendemi ini sudah kita jalankan selama 2 tahun dan hampir semua pelayanan mengubah sistem menjadi online dan banyak kekurang dan kelebihan yang ada namun lambat laun masyarakat akan terbiasa karen sudah menjadi budaya.

Ruang publik juga menguntungkan keluarga yang tingkat ekonominya masih rencah dengan cara berdagang atau membuka usaha, artinya ada peluang dari ruang inklusi ini. Ruang inklusi juga dapat dilihat secara fungsi juga yaitu dilihat dari bentuk tempat dari ruang inklusi itu sendiri. Contoh, ada jalan khusus disabilitas yang dapat mereka akses di ruangan insklusi, karena kembali lagi pada defisini ruang inklusi yang terbuka tanpa melihat perbedaan dan latar belakang seseorang.

Materi ini disampaikan oleh Ibu Indri dan disaksikan oleh para peserta dari Desa Merak Belantung Kalianda dan penyajian yang Ibu Indri terapkan yaitu menggunakan media PPT dan juga komunikasi langsung dengan peserta.

(31)

26 2. Peningkatan Kapasitas Penggiat ( Ibu Sely Fitriani )

Pentingnya Pembentukan Ruang Publik yang Inklusi

Ibu Sely mengatakan bahwa demokrasi tanpa melibatkan perempuan belum dikatakan demokrasi, padahal mayoritas perempuan. Perempuan hanya dibatasi ditempat seperti dapur, sumur, dan kasur. Jarang sekali dalam suatu pertemuan perempuan itu hadir, akibatnya kebijakan- kebijakan yang ada tidak ramah dengan perempuan. Semua gender itu terlibat dalam pembangunan. Sekarang sedang eranya pembangunan dan masih juga ada yang tertinggal seperti perempuan dan disabilitas.

Masih banyak UU yang berkaitan dengan perempuan, karena dalam rapat-rapat atau pertemuan yang membahas itu tidak melibatkan perempuan.

Sesuai gender perempuan nyaris tertinggal,karena perempuan memiliki peran yang berat dari ngandung hingga melahirkan dll. Kalau laki-laki atau bapak-bapak dituntut untuk terdepan karena mereka memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarganya nanti dan itu semua masih menjadi budaya di beberapa daerah.

FISIP dan Desa Merak Belantung mempunyai rencana untuk meningkatkan kualitas aparatur desa melalui ruang inklusif. Kebanyakan ruangan publik masih belum bisa diakses oleh masyarakat yang tergolong disabilitas. Inklusi disabilitas inu meliputi pelayanan publik. Sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.

Inklusif berarti disabilitas dapat mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, mendapatkan nutrisi, perlindungan sosial, dan terpenuhi hak-hak lainnya, sehingga disabilitas dapat mandiri, menjadi SDM yang unggul, bahkan bisa berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara.

Disabilitas merupakan istilah umum yang digunakan untuk merujuk pada kondisi keterbatasan fungsi/struktur tubuh (keterbatasan fisik, sensoris, intelektual, dan mental), keterbatasan aktivitas, dan hambatan berpartisipasi (WHO, 2007).

Keterbatasan-keterbatasan ini tercipta dari proses interaksi antara kondisi kesehatan (seperti penyakit/kelainan), kondisi lingkungan (seperti perilaku, akses fisik, dan ketersediaan teknologi), dan kondisi pribadi (seperti kepercayaan diri dan motivasi diri).

Ruang publik

atau yang sering dikenal dengan public space, merupakan sebuah tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat luas dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Ruang publik atau ruang terbuka yang dapat diakses oleh masyarakat tanpa mengeluarkan biaya (Radjawali, 2004).

Dasar hukum

1. Mewujudkan pembangunan yang inklusif penyandang disabilitas telah menjadi salah satu prinsip kerangka pembangunan global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Penggunaan prinsip pembangunan yang inklusif ini ditujukan untuk memperbaiki kondisi ketidakmerataan yang terjadi akibat

(32)

27 ketidakseimbangan kekuatan, suara, dan pengaruh antar individu/antar kelompok (termasuk individu/kelompok penyandang disabilitas) dalam proses pembangunan.

2. Pembangunan inklusif diharapkan dapat memperkuat tidak hanya tatanan ekonomi, tetapi juga tatanan sosial dan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan (United Nations, 2016). Tanpa adanya upaya mewujudkan pembangunan inklusif, akan makin memperparah wajah kemiskinan dan

ketimpangan (Department of Foreign

Affairs and Trade, 2018).

3. Pada 2017, Indonesia telah melembagakan TPB ke dalam agenda pembangunan nasional, yang ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No.

59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Hal ini berarti Indonesia perlu menciptakan pembangunan yang inklusif penyandang disabilitas untuk memastikan tidak adanya satu orang pun yang tertinggal dalam proses pembangunan.

4. Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas ditandatangani oleh 166 negara dan diratifikasi oleh 174 negara (United Nations, 2018). Negara- negara tersebut kemudian berlomba untuk memperbaiki rancangan pembangunan mereka agar sesuai dengan pendekatan disabilitas yang baru.

Beberapa negara bahkan telah mulai mengembangkan desain pembangunan inklusif sebelum adanya konvensi PBB tersebut.

5. Pemerintah Indonesia telah memberikan jaminan kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas. Hal tersebut khususnya tertuang dalam peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia, UUD 1945, yang memberikan jaminan persamaan hak bagi setiap warga negara di berbagai aspek kehidupan, antara lain meliputi bidang kesehatan, pendidikan, pekerjaan, sosial, agama, dan politik. Mengingat penyandang disabilitas adalah bagian dari warga negara Indonesia, pengakuan hak ini tentunya juga berlaku bagi penyandang disabilitas. Jaminan kesamaan hak bagi setiap warga negara pun disinggung di dalam berbagai peraturan sektoral di bidang pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan transportasi, dan partisipasi politik.

6. UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang menggunakan pendekatan sosial dan HAM penyandang disabilitas dipandang sebagai bagian dari keberagaman yang memiliki hak asasi yang sama dan setara dengan individu lainnya.

Disahkannya UU Penyandang Disabilitas tersebut tidak terlepas dari komitmen internasional Indonesia yang menandatangani Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas pada 2007. Sebagai tindak lanjutnya, pada 10 November 2011 pemerintah Indonesia meratifikasi konvensi tersebut dengan mengeluarkan UU No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. UU Penyandang Disabilitas yang baru mengatur secara lebih terperinci hak-hak penyandang disabilitas di berbagai bidang, termasuk hak untuk menjadi bagian dari pembangunan yang inklusif.

7. dua peraturan pemerintah yang sudah disahkan, yaitu Peraturan Pemerintah No.

52 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang

(33)

28 Disabilitas dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2019 tentang Perencanaan, Penyelenggaraan, dan Evaluasi terhadap Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

8. Kementerian PUPR memiliki peraturan terkait kriteria aksesibilitas dalam penyediaan sarana dan prasarana umum yang meliputi asas kemudahan, keselamatan, dan kemandirian bagi setiap orang. Kementerian yang memiliki kebijakan terbanyak yang menyasar penyandang disabilitas adalah Kemensos.

Kementerian ini memiliki kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan keberdayaan, kemandirian, dan partisipasi penyandang disabilitas. Kegiatan utama yang diselenggarakannya meliputi pemberian bantuan sosial bagi penyandang disabilitas dalam bentuk uang dan alat bantu disabilitas, rehabilitasi disabilitas di dalam dan luar panti, dan peningkatan keterampilan keluarga dalam mendampingi penyandang disabilitas.

Aktor Pembangunan Inklusif Penyandang Disabilitas

Jika dipetakan, aktor yang memiliki peranan strategis dalam mendorong pembangunan inklusif penyandang disabilitas di Indonesia terdiri atas:

 Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, organisasi nonpemerintah (OPD dan non-OPD), pihak swasta, media massa, dan masyarakat.

 Terkait Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, terdapat paling tidak 40 kementerian/lembaga dan seluruh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota yang diidentifikasi dalam RANHAM 2015–2019 sebagai lembaga yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan peran berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas.

Anggaran Pemerintah untuk Disabilitas

Dengan meratifikasi konvensi CRPD pada 2011 dan mengeluarkan UU Penyandang Disabilitas pada 2016, pemerintah Indonesia dituntut untuk meningkatkan dukungan anggaran bagi penyandang disabilitas. Pemerintah, antara lain, harus menyediakan sarana prasarana yang mendukung akses dan partisipasi penyandang disabilitas dalam seluruh aspek kehidupan. Hal tersebut sesuai dengan arah kebijakan dan strategi terkait penyandang disabilitas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, yakni untuk meningkatkan pemenuhan hak dasar dan inklusivitas penyandang disabilitas pada setiap aspek penghidupan.

Dengan kerangka ini, pada 2015 Bappenas mengeluarkan Pedoman Perencanaan dan Penganggaran yang Berpihak kepada Penyandang Disabilitas.

Pedoman tersebut dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dan anggaran yang berpihak kepada penyandang disabilitas.

SITUASI PEMBANGUNAN INKLUSIF PENYANDANG DISABILITAS DI INDONESIA

1. Tren global menunjukkan bahwa penyandang disabilitas cenderung memiliki kerentanan yang tinggi untuk mengalami eksklusi dalam pembangunan.

2. Infrastruktur Publik Ketersediaan infrastruktur fisik yang belum ramah penyandang disabilitas, baik dalam bentuk sarana transportasi maupun infrastruktur/bangunan publik, dapat mengurangi peluang mereka untuk

(34)

29 membangun kapabilitas. Hal tersebut akan mempersulit mereka dalam mengakses layanan pendidikan dan kesehatan, aktif secara sosial ekonomi di luar rumah, dan umumnya penyandang disabilitas masih belum dapat menikmati akses terhadap sarana dan prasarana fisik sesuai kriteria ramah disabilitas.

3. Beberapa tahun terakhir ini memang sudah ada perkembangan sarana dan prasarana ramah penyandang disabilitas yang disediakan berbagai elemen masyarakat seperti berupa halte bus, angkutan umum (bus, kereta, dan taksi), trotoar, tempat parkir, toilet, dan elevator. Namun, jumlah sarana prasarana tersebut masih sangat terbatas dan cenderung hanya ada di kota-kota tertentu di Pulau Jawa. fasilitas publik yang menyediakan toilet untuk penyandang disabilitas hanya 17% dan kondisinya tidak sesuai standar; tempat publik yang memiliki ubin bertekstur pemandu (guiding block) hanya 3%; tidak satupun fasilitas umum menyediakan tempat parkir khusus penyandang disabilitas; dan sarana instansi pemerintah tidak ramah penyandang disabilitas karena 96%

tidak dapat diakses dan 4% kurang dapat diakses (Thohari, 2014).

Penyebab

1. Tidak ramahnya perilaku dan kurangnya pemahaman berbagai pemangku kepentingan, mulai dari keluarga hingga pemerintah, merupakan akar persoalan eksklusi penyandang disabilitas dalam pembangunan. Di satu sisi, hal ini menimbulkan persoalan kapabilitas, keberdayaan, serta hambatan dalam diri penyandang disabilitas (akibat internalisasi nilai negatif dan stigma) untuk mengakses berbagai layanan publik dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan.

2. tidak ramahnya kondisi lingkungan (infrastruktur dan fasilitas umum) bagi penyandang disabilitas, perilaku diskriminatif penyedia layanan publik, dan diskriminasi dalam lapangan pekerjaan.

3. alokasi anggaran yang tidak sensitif disabilitas.

Dampak

 Mewujudkan pembangunan inklusif merupakan suatu proses yang membutuhkan intervensi jangka panjang, baik terhadap penyandang disabilitas maupun terhadap nondisabilitas agar tercipta lingkungan dan hubungan yang ramah disabilitas.

 Pembenahan kebijakan pembangunan, baik kerangka/strategi maupun infrastrukturnya, agar lebih inklusif penyandang disabilitas. Kegiatan ini perlu dibarengi dengan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kebijakan yang ketat dan kuat.

 Menyinkronkan program lintas pemangku kepentingan melalui pengembangan menu program mewujudkan pembangunan inklusif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, antara lain kementerian/lembaga, organisasi nonpemerintah, dan pihak swasta. Sinkronisasi yang didahului pemetaan diperlukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan program tersebar merata (tidak tumpang-tindih). di seluruh wilayah Indonesia.

(35)

30

 Membuat model pilot desa inklusi disabilitas dan mengoptimalkan pemanfaatan dana dari Program Dana Desa untuk pembangunan infrastruktur ramah disabilitas. Untuk tujuan tersebut diperlukan pendamping yang membantu pemerintah desa dan local champion yang menjadi penggerak di tingkat masyarakat.

Materi ini disampaikan oleh Ibu Sely Fitriani dan disaksikan oleh para peserta dari Desa Merak Belantung Kalianda dan penyajian yang Ibu Sely terapkan yaitu menggunakan media PPT dan juga komunikasi langsung dengan peserta.

3. LDG ( Bapak Suprihatin Ali )

Pada sesi LDG dibentuk menjadi 3 kelompok untuk para peserta berdikusi terkait masalah atau kendala dala pembangunan ruan inklusi di Desa Merak Belantung dan juga solusi yang di jabarkan dari kelompok sebagai menjawab kendala yang ada.

Tiap anggota kelompok diberikan suatu sticky note oleh tim dan para peserta menulis jawabn dari kasus yang ada dan ditempelkan di karton yang sudah ditempel di dinding balas desa sesuai kelompok. Kegiatan diskusi ini di pandung langsung oleh Pak Ali.

Setelah menempelkan semua jawaban, setiap kelompok diminta untuk memilih jawaban solusi mana yang dapat diprioritaskan. Lalu setelah di susun menurun hasil pilih, setiap kelompok mengajukan pewakilan utnuk mempresentasikan hasil jawaban dan alasan mengapa memilih jawaban tersebut.

 Kelompok 1

Hasil diskusi dari kelompok 1 ialah mereka mengatakan bahwa kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah lokasi dan tempat dan kurangnya stabilitas. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari tempat yang pas, penetapan lokasi oleh jabatan yang berwewenang, lokasinyanyang tepat di bangun dan pembangunan. Kelompok 1 berpendapat jika sudah ada tempat dan lokasi yang tepat dan perizinan yang sah maka sudah dapat di lakukan pembangunan terkait ruang inklusi di desa merak belantung.

 Kelompok 2

Hasil diskusi dari kelompok 2 ialah mereka mengatakan bahwa kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah tidak tersedianya lahan terbuka, fasilitas lahan yang belum ada, dana, aspirasi masyarakat, lokasi. Lalu solusi yang diberikan adalah mencari donatur, bermitra dengan pemerintahan, perencanaan dalam musrembang desa harus bernar-benar valid sehungga dana desa bisa benar-benar teralokasikan, diusulkan mau dianggarkan untuk pengadaan lahan, musyawarah memohon kepada pemiliki lahan, tempat menyelesaikan masalah, dan saling mendukung lalu meminta sumbangan uang.

 Kelompok 3

Hasil diskusi dari kelompok 3 ialah mereka mengatakan bahwa kendala yang menghambat ruang inklusi itu adalah dana dan lokasi. Lalu solusi

(36)

31 dari kelompok 3 ialah mencari bantuan dana dari beberapa mitra dan perusahaan swasta atau menggunakan dana desa.

Dapat disumpulkan bahwa dana dan lokasi sangat amat berpengaruh dari pembangunan ruang inklusi di Desa Merak Belantung Kalianda. Dengan ada anya dana dan lokasi yang stategis dan lancar makan pembangunan kan segera dilaksanakan dan Desa Merak Belantung akan menjadi desa percontohan pertama dari adanya Ruang Inklusi. Desa Merak Inklusi ialah desa yang dikelilingin oleh tempat pariwisata seperti laut dan tempat penginapan dan lain-lain. Dengan adanya ruang inklusi juga menguntungkan tempat-tempat pariwisata yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarkat.

(37)

32 Foto Kegiatan

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2021

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2021

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2021

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang peserta KKS Pengabdian dan kegiatannya, yaitu Pendampingan IT. Disamping itu, kegiatan ini juga dapat

Hal ini menunjukkan bahwa dari penyuluhan mengenai pemasaran susu olahan (kefir), pengolahan susu fermentasi (kefir), dan teknik pengemasan (packaging) dan pemberian

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

Pemahaman tentang protokol kesehatan dalam pandemi COVID-19 merupakan salah satu cara untuk memulihkan kesehatan masyarakat dan kondisi ekonomi global. Pemahaman ini dapat

Kekerasan fisik dalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya

Harapan pemberian penyuluhan kesehatan ini adalah meningkatnya kognitif (pengetahuan dan pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan) remaja tentang

Program Kuliah Kerja Sibermas (KKS)- Pengabdian dengan tema ‘Pendampingan Desa Motilango Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontao Utara Provinsi Gorontalo Dalam Usaha

Program Kuliah Kerja Sibermas (KKS)- Pengabdian dengan tema „Pendampingan Desa Tapadaa Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo Menuju Desa Tanggap