• Tidak ada hasil yang ditemukan

Singa betina bangkit (LISA BEVERE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Singa betina bangkit (LISA BEVERE)"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

L I S A    

B E V E R E

SINGA BETINA

(4)

Lioness Arising (Singa Betina Bangkit) by Lisa Bevere © 2012 Messenger International www.MessengerInternational.org

Originally published in English

Additional resources in Bahasa Indonesia are available for free download at: www.CloudLibrary.org

To contact the author: LisaBevere@ymail.com Printed in Indonesia

Singa Betina Bangkit oleh Lisa Bevere © 2012 Messenger International www.MessengerInternational.org

Diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Inggris

Bahan-­bahan tambahan dalam Bahasa Indonesia tersedia untuk diunduh secara gratis dari: www.CloudLibrary.org

Untuk mengontak penulisnya: LisaBevere@ymail.com Penerjemah: Slamat Parsaoran Sinambela

Layout: Budi Wilken Siahaan Dicetak di Indonesia

(5)

Kepada semua saudariku singa betina Yang merasakan sesuatu yang menggairahkan di dalam dirinya, yang liar, dahsyat, dan indah.

Anda memesona. Anda lahir demi sekarang ini.

Jangan takut pada kekuatanmu, persoalanmu, pengetahuanmu. Bangun dan bangkitlah! Beranilah menghadapi maksud rancangan

(6)

Daftar Isi

1. Membangunkan Singa Betina ... 1

2. Kekuatan yang Tak Terlihat... 17

3. Bangkit dan Membahayakan... 35

4. Ketakutan dan Ketakjuban... 55

5. Kekuatan untuk Melayani... 75

6. Di Bawah Misi yang Sama... 89

7. Memberi Salam dan Merawat... 113

8. Sifat Strategis... 129

9. Hidup dalam Terang, Berburu dalam Gelap... 151

10. Berjalan bersama Sang Singa Jantan... 185

11. Dari Bisikan ke Auman... 201

Daftar Organisasi...219

(7)

1

Membangunkan Singa Betina

Alam tercipta untuk berkonspirasi dengan semangat memerdekakan kita.

RALPH  WALDO  EMERSON

994. Malam itu tak berbeda seperti malam-­malam lainnya. Saya tidur lebih larut daripada biasanya setelah setengah mati merapikan rumah. Saya sedang hamil dan tiap hari mengurus tiga anak laki-­laki. Karena itu begitu berbaring di tempat tidur, saya langsung pulas. Saya hanya akan terjaga bila mendengar bunyi alarm, suara anak-­anak atau merasakan sinar matahari pagi menembus kamar saya. Namun malam ini saya tidur dan terjaga karena sebuah hentakan yang membangunkan kesadaran saya.

Saya mengalami mimpi yang tak biasa namun nyata. Menyebutnya mimpi kedengaran seolah-­olah peristiwa itu terjadi ketika saya tidur atau setengah sadar. Bukan seperti itu. Saya biasa bermimpi tetapi tidak senyata dan sedahsyat ini. Dalam mimpi saya ini, saya sangat sadar. Di hadapan saya terbentang sebuah pemandangan yang sepertinya dalam

(8)

Singa Betina Bangkit

waktu dan tempat yang berbeda. Saya merasa tidak menapak di bumi. Saya berdiri di alam surga, tempat yang dipenuhi cahaya namun tak menyilaukan.

Sinar kemilau itu ada di mana saja dan muncul dari apa saja. Tak ada halimun atau bayangan. Seluruhnya hanya warna kemegahan. Warna-­warni hidup yang memenuhi seluruh ruang. Warna-­warna itu padat dan saya tak bisa membandingkan dengan warna yang ada di dunia. Pigmen-­pigmen warna itu berlapis dan banyak dimensi. Untuk beberapa alasan, saya paling ingat warna seperti ungu tua (tetapi tidak serupa warna ungu kita di dunia) dan biru (tidak serupa warna biru kita di dunia). Tak ada ujung, tak ada sudut, tak ada batas di atas kepala. Namun warna-­warna itu menjadi latar yang menutupi. Lalu ada satu panggung yang meninggi terbuat dari batu yang berwarna krem. Dan di atasnya berbaring singa betina berwarna emas.

Singa betina itu sungguh elegan. Dia tampak agung, kuat, dan mewah. Tubuhnya tak bergerak tetapi saya bisa pastikan dia sungguh-­ sungguh hidup. Bahkan dia lebih bertenaga daripada binatang apa pun yang pernah saya lihat. Kepalanya tegak namun tak terlihat tegang. Dua kaki depannya terentang di hadapannya. Bulu dan matanya bersinar keemasan. Dari keseluruhan dirinya yang tanpa cacat dan berlapis kuning kecokelatan itu, saya melihat setiap lengkung ototnya membentuk sempurna. Singa betina yang penuh pesona ini bergeming, kokoh, nyata, lebih hidup daripada singa betina di bumi. Saya sedang memperhatikan satu prototipe surga.

Terukir pada bagian depan panggung itu kata dan huruf romawi: Bilangan XXIII.

(9)

Ketika itulah saya mendengar suara yang sepertinya datang dari belakang saya, berbunyi: Dengan lahirnya anak laki-­laki ini, kamu akan membangkitkan singa betina.

Dalam cahaya emas yang memudar, keagungan dan ketakjuban itu lalu menghilang. Yang saya tahu setelah itu hari sudah pagi dan saya menjadi sadar sepenuhnya. Seluruh indra saya sangat sadar. Saya tidak merasa takut atau terkejut. Apa yang baru saja saya lihat? Seiring berjalannya waktu, saya yakin bumi ini adalah bentuk bayangan atau sebagian wahyu yang otentik yang terbatas waktu, dari keseluruhan surga yang kekal.

Bangkit Seperti Singa Betina

Saat saya berbaring pada saat fajar kelabu, terjaga, jantung berdebar, dan tubuh gemetar. Saya merasakan Allah telah menyampaikan visi singa betina kepada saya untuk menyatakan sesuatu yang mudah luput akibat rutinitas keseharian. Saya mengarahkan perhatian saya kepada-­Nya. Saya mendengarkan dengan segenap panca indra saya. Kamar saya nampak pucat dan kosong, sangat polos dibandingkan dunia warna yang baru saja saya tinggalkan. Suara pagi bumi terdengar senyap dibanding suara nyaring dan jernih di dunia yang lain. Saya terdiam, takut bergerak, dan kehilangan sisa penglihatan visi itu. Saya menutup mata. Ya, semuanya masih nampak jelas dalam benak saya. Singa betina itu, panggung itu, tulisan itu, warna-­warni pada latar dan suara itu.

Waktu terus berlalu. Debur di jantung saya mereda. Tubuh saya kini tenang. Lalu saya membuka mata. Rasa penasaran memenuhi kepala saya ketika mengingat tulisan pada bagian depan panggung tadi. Saya meraih Alkitab dan menariknya ke tempat tidur. Pikiran saya sibuk bertanya-­tanya. Apakah angka itu berhubungan dengan pasal atau ayat? Jika iya, apa maksudnya Bilangan pasal 23? Saya membolak-­balik halaman demi halaman. Hati saya tenggelam ketika saya memperhatikan catatan penerjemah di Alkitab itu tentang nubuat Bileam. Saya tahu dia seorang nabi yang tepat, namun kurang dihargai. Saya terus membaca. Saya tak merasakan sesuatu pun yang mengugah sampai saya tiba pada ayat 19.

Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta.

(10)

Singa Betina Bangkit

Bukan anak manusia sehingga Ia menyesal. 0DVDNDQ,DEHUÀUPDQGDQWLGDNPHODNXNDQQ\D"

Atau berbicara dan tidak menepatinya?

Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati;; Dan apabila Dia memberkati,

Maka aku tidak dapat membalikkannya!

Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub;; Dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel.

Tuhan, Allah mereka, menyertai mereka;; Dan sorak-­sorak karena Raja ada di antara mereka.

Allah yang membawa mereka ke luar dari Mesir;; Adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan,

Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub;; Ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel.

Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, Begitu juga kepada Israel,

Keajaiban yang diperbuat Allah (Bilangan 23:19–23)

Kalimat ini tentang kesetiaan Allah. Janji-­janji-­Nya pasti dan dapat dipercaya. Berkat-­berkat-­Nya tak dapat diubah. Karena kesetiaan Allah, bangsa Israel memiliki masa depan yang aman dan bebas dari pengaruh-­pengaruh cemar dan sihir atau kutukan yang mengikat. Semuanya serba meyakinkan, tetapi ayat berikut ini terasa menyumbat.

Lihat, suatu bangsa yang bangkit seperti singa betina, Dan yang berdiri tegak seperti singa jantan. Yang tidak membaringkan dirinya,

Sebelum ia memakan mangsanya,

Dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya (Bilangan 23:24)

(11)

bertindak. Mungkin mereka lapar. Mungkin mereka terusik dengan hadirnya musuh yang melanggar batas teritori mereka. Ini saatnya menjelaskan bahwa kehadiran mereka telah diketahui

Sekali mereka bangkit, ketegangan muncul, sampai gerak-­gerik mereka mereda kembali. Jika singa-­singa itu menjadi tak sabar, makhluk-­ makhluk lain takkan tenang sampai singa-­singa itu memerangi musuh-­ musuhnya atau menyenangkan diri sendiri, lalu berpindah tempat.

Saat mereka bangkit, saya merasa kekuatan mereka juga menggetarkan jiwa saya. Siapa tak terpesona dan tertawan memandang singa jantan atau singa betina bergerak dari singgasananya? Sesuatu yang menakjubkan untuk diperhatikan. Tetapi apa arti semua ini bagi saya? Apa hubungan saya dengan kekuatan liar keemasan ini?

Sementara gambaran itu menggetarkan saya, timbul juga semacam perasaan tak senang dalam diri saya. Saya suka gagasan singa-­singa betina berbaring santai di bawah sinar matahari sementara anak-­ anak mereka bermain-­main. Namun kesan mereka sebagai pemburu dan pembunuh, menakutkan saya dan membuat saya benci. Saya pernah menonton National Geographic atau Wild Kingdom, dan saya memalingkan pandangan ketika sekelompok kucing besar itu menyeret Impala (Kijang Afrika) dan Kuda Zebra.

Ketika pikiran itu membersit dalam benak, saya teringat lagi perkataan pada malam visi itu: “Dengan lahirnya anak laki-­laki ini, kamu akan membangkitkan singa betina.” Apa maksudnya? Saya tak melihat keterkaitan antara singa betina yang kuat dan berani dengan perempuan hamil yang berbaring di tempat tidur. Dengan menyebut saya singa betina, sungguh menggelikan. Saya suka makan tahu. Saya setengah vegetarian. Saya bukan predator haus darah. Saya selalu ketakutan dengan apa saja di luar kekuasaan saya. Saya cepat terintimidari oleh orang banyak yang saya temui. Saya juga merasa perempuan-­perempuan kuat dan dominan itu menakutkan.

Kehamilan saya kali ini agaknya seperti sebuah permohonan maaf yang resmi. Ketika berdoa menggebu-­gebu beberapa bulan sebelum hamil, saya menyingkirkan semua keluhan dan berkata kepada Allah, ”Baiklah, Tuhan. Aku ini milikmu! Jadilah seperti yang Kau kehendaki dalam hidupku. Aku akan melaksanakan apa saja yang Kau inginkan. Bahkan aku mau berbicara kepada perempuan-­perempuan kalau itu yang Kau inginkan.” Meski pada waktu itu sebenarnya belum terpikir apa yang akan saya katakan.

(12)

Singa Betina Bangkit

Ketika kemudian saya hamil, semua pikiran itu hilang. Saya bayangkan tuntutan dan kepatuhan saya seperti ujian -­ seperti kerelaan Abraham mengorbankan anaknya, Ishak. Mungkin saya mendapat bonus karena telah merasa rela dan saya tak perlu meneruskan janji saya.

Tetapi dengan adanya penglihatan singa betina ini, janji sebelum saya hamil itu tampaknya tetap berlaku. Dan apakah ini maksudnya tentang anak laki-­laki?

Selama hamil saya merasa akan melahirkan bayi perempuan. Tiap orang yang bertemu dengan saya pun berkata bayi dalam kandungan saya adalah perempuan. Tak pernah seorang pun berkata kemungkinan laki-­laki. Satu-­satunya yang menyembunyikan rahasia tentang laki-­laki adalah saya sendiri.

Saya menggeleng-­gelengkan kepala karena tak percaya. Jika penglihatan ini benar, saya akan membentuk diri serupa singa betina. Pastinya orang lain pun bisa melihat perubahan ini. Namun visi ini perlu penegasan yang serius.

Mencari Penegasan

Beberapa minggu berlalu. Kemudian seorang perempuan penginjil yang sangat saya hormati mengunjungi kota kami. Saya punya kesempatan seperti ini. Dia mengundang saya dan seorang teman lain yang juga hamil untuk makan siang bersama. Teman saya itu wanita pebisnis yang berhasil. Ia mempunyai pengalaman yang radikal ketika ia menjadi orang percaya. Dia mengguncangkan Asia dengan Injil yang dia beritakan. Mungkin visi singa betina itu dimaksudkan untuk dia... Iseng-­ iseng saya memutuskan untuk menceritakan gagasan ini ketika makan siang nanti. Saya ingin tahu bagaimana tanggapannya.

Pertemuan kami jatuh pada satu siang yang cerah di Winter Park, Florida. Kami berjalan-­jalan sebentar. Akhirnya, makan siang. Saya bertanya-­tanya dalam hati bagaimana mulai menceritakan tentang singa betina itu. Saat kami makan, pembukaan ke arah singa betina itu muncul.

(13)

“Bagaimana kalau laki-­laki?” tanya saya.

Dia tampak terkejut mendengar saya berkata seperti itu. Dia berkata bayi saya perempuan ada alasannya. Saya sudah punya tiga anak laki-­ laki. John, suami saya, berharap kali ini lahir anak perempuan. Saat itu saya putuskan untuk menceritakan penglihatan singa betina itu dan menegaskan bahwa bayi dalam kandungan saya adalah laki-­laki.

Saya tak yakin perkataan saya masuk akal. Memang itu tak masuk akal. Saya sendiri pun tak merasa yakin betul. Saya tahu visi itu nyata tetapi saya gugup. Saya mengabaikan keterkaitan saya dengan gambaran singa betina itu. Saya terus berbicara, berusaha menjelaskan perjumpaan itu. Namun, bagaimana saya berharap mereka paham kalau saya sendiri pun bingung? Kebingungan saya itu tercermin pada wajah mereka yang mengerut, memperhatikan saya saat berbicara. Menyadari saya akan menemui jalan buntu, saya berhenti berbicara.

Setelah itu ada jeda yang panjang dan suasana menjadi aneh. Tak lama penginjil itu menatap saya, berkata, “Kapan bayinya lahir?”

“Sepuluh Oktober,” jawab saya malu-­malu, lega karena akhirnya saya berbicara sesuatu yang masuk akal sekarang.

Lalu dia menyandarkan dirinya ke belakang kursinya, menggeleng-­ gelengkan kepalanya, dan berkata dengan suara percaya diri, “Tidak, tak mungkin singa betina kalau begitu.”

Saya ingin sekali berseru, “Setuju!” tetapi karena geli, saya mengangguk saja. Di satu pihak saya lega, namun di pihak lain saya merasa agak terganggu, sangat malu, dan mungkin juga terhina.

Apa maksudnya dengan melahirkan anak laki-­laki saya tak dapat menjadi singa betina? Saat itu musim semi. Oktober tinggal lima bulan lagi! Berapa lama sebenarnya waktu yang diperlukan seseorang bertransformasi menjadi singa betina? Tapi, kenapa juga saya ceritakan visi saya itu kepada mereka? Seharusnya saya menunggu saja sampai melahirkan nanti.

Penginjil itu rupanya menangkap kebingungan saya, lalu berkata lagi, “Masih banyak hal yang Allah perlu kerjakan di dalam dirimu. Kamu akan terus sibuk sampai Oktober nanti.”

Ya, begitulah. Meski saya tak menyukai keterbukaan penginjil itu, tetapi saya setuju dengan penilaiannya. Lalu percakapan kami kembali normal. Saya tutup mulut, tak berbicara lagi. Saya biarkan pikiran-­

(14)

Singa Betina Bangkit

berkata apa yang tercermin secara jelas dari saya. Saya terganggu karena keraguan dan rasa tidak aman. Bahkan suami saya berkata, “Tak mudah hidup dalam pikiran-­pikiran kamu, Lisa. Ditambah lagi dengan kekhawatiran dan ketakutan yang mengepung kamu.” Dia benar. Rasanya pikiran itu makin rumit saja. Saya letih menjadi proyek pemulihan jangka panjang ini.

Tak Ada Lagi Alasan

Bertahun-­tahun saya mencari-­cari alasan. Saya penderita kanker yang bertahan hidup. Saya adalah ibu sederhana yang tinggal di rumah, sibuk mengurus anak-­anak balita. Saya tak punya latar belakang yang hebat. Apa mungkin Allah berpikir saya ditakdirkan menjadi lebih dari semua itu? Adakah sesuatu yang kuat dan dahsyat di dalam diri saya, menunggu dibangkitkan? Mungkin saya akan menggunakan keberanian dengan baik. Bagaimanapun, bukankah saya seorang petualang ketika masih muda? Dulu saya pernah bercita-­cita menjadi entah pembunuh atau astronot.

Ya, saya ingin memulihkan kekuatan yang hilang karena berusaha menyesuaikan diri sebagai istri pendeta dan seorang Kristen yang manis. Saya siap sedikit merentangkan sayap dan bangkit dengan kekuatan dan keindahan. Saya letih berpikir lemah dan rewel seperti anak kecil. Saya capek meIihat nyeri pada masa lalu. Sudah waktunya saya menghadapi tantangan. Saya senang karena suami saya seorang yang bersemangat dan kuat. Tetapi saya lelah bersembunyi di belakang semua itu. Saya letih karena melelahkan pikiran dengan begitu banyak hal yang tak penting. Lelah karena saya telah berpura-­pura selama ini. Mungkin visi singa betina itu yang saya perlukan sekarang! Lebih daripada sekedar manis dan aman, saya siap untuk terlihat berani dan fokus.

(15)

Tapi, apa saya sedang melihat singa betina emas dengan rambut seperti ini?

Tak siap pada bulan Oktober? Ha! Saya akan tunjukkan kepada Anda! Saya singa betina!

Setelah acara makan siang yang janggal itu dan penilaian yang terus terang itu, juga serangkaian peristiwa lain, satu perubahan mulai terlihat bentuknya. Satu tantangan sudah dikeluarkan.

Dengan lahirnya Arden Christopher, bayi laki-­laki saya, (namanya berarti berapi-­api, tekun, yang diurapi), sesuatu di dalam diri saya menjadi mengemuka. Meski tambah anak berarti tambah beban, namun saya menjadi anak perempuan Allah yang mempunyai fokus. Anda tahulah. Seperti kebanyakan ibu-­ibu rumah tangga, hubungan saya dengan Tuhan agak terpaksa. Saya nyaris tenggelam dalam rutinitas sehari-­hari. Saya terjebak dalam tuntutan daftar “harus” yang terus bertambah tiap hari. Saya lupa siapa saya. Saya sering ragu-­ragu. Dunia saya kecil, terpusat pada diri sendiri, terasing, nyaman sekaligus tak efektif. Saya ingat nama saya, laki-­laki yang saya nikahi, siapa anak-­anak saya, tetapi apa yang saya lakukan dan kepada siapa saya bertanggungjawab, mengalihkan perhatian saya yang berstatus sebagai anak perempuan Allah.

Ketika saya berjeda dari semua itu, Allah mulai membisikkan satu kekuatan dan memanggil saya dengan nama yang berbeda. Bagi orang lain nama saya melekat pekerjaan saya. Saya adalah ibu dari anak-­ anak saya, istri dari suami saya, istri seorang pendeta dengan umatnya. Tetapi bagi Allah yang Mahatinggi, saya hanyalah anak perempuan-­ Nya. Ketika saya berfokus menjadi milik-­Nya dengan segenap arti, kehidupan dan kekuatan mengalir dalam hari-­hari saya. Rasa tenang memenuhi jiwa saya. Hati saya mengembang.

Setelah Arden lahir, saya mulai melangkah ke luar dari bayang-­ bayang rasa tidak aman, rasa takut, wilayah nyaman dan kegagalan saya. Saya mulai menjangkau hal-­hal lain. Sambil mengurus Arden, saya menulis buku pertama saya, Out of Control and Loving It! Menulis membuat dunia lain terbuka bagi saya. Saya pergi ke luar negeri dan bertemu dan berbicara kepada perempuan-­perempuan yang haus akan kebenaran yang sejati. Saya menulis beberapa buku lain dalam merespons rasa sakit dan kehausan dan kebutuhan mendesak tentang kesehatan perempuan.

Waktu terus berjalan. Kami pindah dari Florida ke Colorado. Sebelumnya rumah kami selalu hangat dan lembab karena sinar

(16)

Singa Betina Bangkit

matahari. Di tempat baru lebih dingin dan kering. Kepindahan ini membuat kami lebih banyak diam di rumah dan duduk bersama. Kami harus beradaptasi dengan cuaca yang berbeda. Beberapa kali saya menyendiri dan dipanggil dengan sebutan singa betina. Namun saya hanya sedikit membuat catatan. Saya tersenyum, merasa puas karena sekarang saya bukan lagi seekor kucing rumah yang takut dan gugup. Saya mengira penglihatan singa betina itu telah berlalu karena saya merasa telah berubah.

Tetapi saya salah.

Ini Bukan Tentang Dirimu, Lisa

Musim gugur 2007. Singa betina itu mengunjungi saya lagi. Waktu itu saya menjadi salah satu petugas pelayanan pada konferensi perempuan di Selandia Baru, negara yang menakjubkan. Acara ini dipadati banyak peserta. Begitu banyaknya sampai-­sampai gereja tuan rumah mengadakan konferensi beberapa kali agar dapat mengakomodir semua peserta.

Konferensi pertama diadakan di gereja. Setelah selesai kami bersiap lagi untuk konferensi kedua yang akan diadakan di stadion kota Auckland. Sesi baru akan dimulai. Para petugas sangat terampil dalam memperhatikan setiap peserta. Mereka pekerja Firman yang setia. Tetapi saat istirahat siang itu, saya merasa agak terganggu. Saya gelisah tetapi entah apa sebabnya. Bukan karena saya tertekan harus mempersiapkan diri. Untuk sesi kedua saya bisa mengulang apa yang sudah saya bicakan pada konferensi pertama. Saya hanya merasa perlu berdoa sebelum saya memulai sesi kembali. Seperti ada semacam perlawanan. Saya tahu itu bukan dari peserta atau dari pembicara lain atau dari gereja tuan rumah. Kami semua bekerja dengan satu hati, dengan sikap menyembah, berkhotbah, dan memberi semangat kepada para peserta yang seluruhnya perempuan. Tetapi saya merasa ada sesuatu yang lain. Mungkin Allah sedang mencari perhatian saya. Saya harus menyendiri sejenak untuk mencari tahu apa maksud semua ini. Karena itu saya balik ke kamar hotel. Kamar saya menghadap pemandangan pelabuhan kota Auckland.

(17)

iPod saya. Untuk menyiapkan hati, saya mengucap syukur kepada Allah untuk berbagai hal. Saya baru selesai mengedit naskah buku saya Nurture dan bersyukur karena proses menulis dan mengedit telah selesai. Buat saya, menulis buku itu seperti melahirkan. Jadi, saya berdoa, Terima kasih, Tuhan. Penulisan buku sudah selesai. Saya memuji Tuhan lagi, berkata, setelah ini saya takkan menulis dalam waktu dekat!

Tiba-­tiba saya merasa Allah berbicara kepada roh saya. Aku mengerti perasaanmu. Tapi maaf, Aku perlu kamu menulis lagi.

Apa? Tuhan perlu saya?

Allah meneruskan perkataan-­Nya. Aku akan mengaruniakan strategi dari surga. Strategi-­strategi itu akan ditemukan dalam Firman-­Ku. Kau takkan memiliki semua strategi itu dengan apa saja tetapi kau akan mengukur semuanya. Kau harus menulis dan mencatat apa yang Kukatakan kepadamu sehingga saat anak-­anak perempuan-­Ku berkumpul, mereka akan mendapat potret yang utuh. Bila kau tak membawa potongan teka-­tekimu, potret itu takkan lengkap.

Lalu tiba-­tiba singa betina itu ada lagi di hadapan saya.

Ketika saya melihatnya dalam kekuatan dan keindahan yang dahsyat, saya mendengar suara: Aku berkata dengan lahirnya anakmu, kamu akan membangkitkan singa betina. Aku tidak berkata kamulah singa betina itu.

Mendengar itu saya memandang diri saya sendiri. Betapa terbatas, bodoh, dan manusiawinya perspektif saya dulu. Suara itu kembali berkata, Yesus adalah Singa dari Yehuda. Inilah saat pengantin-­Nya, membangkitkan singa betina. Pelajari segala cara dan aspek singa betina.

Kemudian saya mendengar strategi pertama:

Singa-­singa betina berburu bersama.

Saya tercengang. Apakah saya sedang mendengarkan Firman Tuhan? Apa maksudnya? Perempuan terbiasa dengan gagasan mereka kuat dalam kewanitaan dan nilai dalam kapasitasnya merawat kehidupan. Sekarang, Allah berbicara kepada saya untuk menyebut mereka singa betina? Apakah ini sesuai?

Saya membatin, Apa mungkin Allah ingin membangkitkan sesuatu yang dahsyat dan liar dalam diri perempuan-­perempuan Allah?

Kemudian tulisan Bilangan 23 muncul lagi dalam benak saya. Saya lihat tulisan itu adalah perintah bagi perempuan Kristen untuk bangkit.

(18)

Singa Betina Bangkit

Saat itu juga saya berencana untuk belajar perihal singa betina dan mencari kemiripannya dengan anak perempuan Allah. Selama dua tahun saya melakukan riset, mengamati, dan menulis tentang singa betina. Mulanya saya membuat keterkaitan antara perempuan dan singa betina hanya dalam wacana tanpa membagikan visi yang Allah berikan kepada saya. Namun seiring berjalannya waktu, saya sadar visi itu bukan milik saya semata. Saya diperlihatkan singa betina bukan karena saya anak kesayangan atau spesial atau saya sangat visioner. Saya ditunjukkan semua itu karena Allah tahu satu kali saya akan menjadi seseorang yang berbicara tentang hal tersebut.

Berulang kali saya menyampaikan frase “kamu akan membangkitkan VLQJD EHWLQDµ 6HFDUD KDUÀDK VD\D VXGDK PHOLKDW GDPSDNQ\D EDJL perempuan. Kadang-­kadang mereka menanggapi dengan air mata berleleran seolah-­olah dirinya dibanjiri air. Saat lain napas mereka menjadi sesak dan bernapas kaget-­kaget setelah menyadari, tak masalah kalau ingin menjadi cantik dan dahsyat. Saya percaya tanggapan mereka sangat positif karena di dalam setiap anak perempuan Allah, tersembunyi domba dan singa betina sekaligus. Dan inilah waktunya dia dibangkitkan.

Ketika saya memikirkan singa betina, saya tersenyum lebar. Saya merasa bahagia. Saya menegakkan punggung dan berdiri lebih tegak. Lebih daripada makhluk hidup lain, singa betina membuat saya bangga menjadi perempuan. Tak ada keraguan mengenali kekuatannya. Saya pun membayangkan tak ada makhluk lain yang membuat seorang laki-­laki merasa lebih bangga daripada singa. Singa jantan adalah raja hutan. Tak perlu bertanya siapa ratunya.

Lihat... dan Pelajari

(19)

Keindahan ciptaan yang liar dan dahsyat ini tak lain sebuah jendela yang menawarkan sekilas tentang Allah yang menciptakan kita. Kita perlu membuka jendela ini dan mengizinkan keindahan Allah yang tak terbatas dan tak tertahankan ini, untuk membangkitkan pesona surgawi di dalam diri kita. Ketika kita membuka mata pada keajaiban penciptaan, hal itu akan membangkitkan kerinduan kepada Allah. Roh kita akan memberi respons terhadap apa yang dilihat. Ciptaan memaklumkan, “Masih ada lagi! Lebih daripada sekedar yang dapat dilihat. Lebih daripada sekedar yang dapat didengar. Lebih daripada sekedar kefanaan manusia semata. Ada Allah yang Kekal yang duduk di tempat yang maha tinggi.”

Yesus Kristus datang sebagai Anak Domba yang disembelih sebelum peletakan dasar-­dasar dunia ini. Namun Kitab Wahyu juga menyebutnya sebagai Singa:

Lalu berkatalah satu dari tua-­tua itu kepadaku, “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh materainya.” (Wahyu 5:5)

Dia adalah Singa kita dan Anak Domba kita. Saya penasaran, apakah kedua ilustrasi yang berlawanan itu dapat digabungkan? Alkitab versi The Message mengatakan singa dari Yehuda ini “dapat menyobek tujuh meterai.” Yohanes, penulis Kitab Wahyu, menangis karena setelah mencari di semua kolong langit, bumi, bahkan dunia di bawah, tak satu pun ditemukan layak untuk membuka ketujuh meterai dan mulai melakukan pernyataan. Lalu tua-­tua di dekat Yohanes mendorongnya untuk melihat, karena ada wahyu tentang Singa dalam Anak Domba kita. Hanya Dia yang layak dan memprakarsai pekerjaan untuk membuka materai.

Menyobek atau mencarik adalah tindakan kasar. Saya teringat tirai bait Allah yang robek menjadi dua bagian (lihat Markus 15:38). Robekan itu dimulai dari tempat yang

tinggi dan berakhir di tempat paling bawah. Saya suka bagian ini. Allah kita selalu merobek sampai hancur remuk bagian yang akan menghalangi atau memisahkan kita dari-­Nya.

Alam tercipta untuk berkonspirasi dengan semangat memerdekakan kita.

Ɇ  Ralph  Waldo  Emerson

(20)

Singa Betina Bangkit

Dalam Kitab Wahyu yang penuh rahasia ilahi, tindakan membuka gulungan-­gulungan surga ini akan mengguncangkan segala sesuatu di bumi.

Bahkan sekarang saya merasa Allah ingin sekali membuka dan menyatakan satu bagian diri-­Nya kepada setiap umat yang percaya. Jika tidak, mengapa Dia perlu menulis akhir yang dramatis tentang kisah bumi jika tulisan itu tidak berisi wahyu bagi tiap orang percaya? Saya percaya kita diminta untuk tidak patah hati atau menangis tetapi mengangkat mata kita, pandangan kita, dan sungguh-­sungguh melihat.

Bumi menggemakan wahyu dan kebijaksanaan surga.

Betapa mengagumkan Bapa di surga menciptakan semua ini untuk membuka hati kita. Tumbuhan, binatang, segala elemen, dan bumi berkata, “Bangkitlah, dan jadilah seperti maksud awal kalian dicipta”. Menurut Ayub, alam berpotensi untuk mengajar kita.

Allah merancang seluruh ciptaan sebagai kelas ilmu penge-­ tahuan alam, menggunakan burung-­burung dan makhluk-­ makhluk lain untuk mengajar kebijaksanaan. (Ayub 35:11).

Keajaiban kasih Allah dan dan jangkauan-­Nya untuk memberi kebijaksanaan-­Nya kepada kita, hampir tak bisa dipahami. Tetapi kita tak perlu terheran-­heran dengan semua ini. Dialah Sang Pencipta yang menyatakan:

Punya-­Kulah segala binatang hutan, Dan beribu-­ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara;;

Dan apa yang bergerak di padang. Adalah dalam kuasa-­Ku.

Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu,

Sebab punya-­Kulah dunia dan segala isinya. (Mazmur 50:10–12)

Kita terpisah dari segala makhluk di bumi tetapi Allah mengenal nama mereka masing-­masing. Apakah kita membayangkan Dia tak peduli dengan ciptaan-­Nya? Dia menciptakan segala sesuatu bagi diri-­Nya sendiri. Jika kita mau mendengar, alam diciptakan untuk menyatakan siapa Penciptanya. Lewat Amsal kita ditegur, “Hai pemalas, pergilah kepada semut. Perhatikanlah lakunya, dan jadilah bijak” (6:6).

(21)

Dia ingin agar kita memperhatikan singa betina dan belajar darinya. Dia mengundang kita: Anak-­anak perempuan, lihatlah singa betina. Perhatikan baik-­baik. Biarkan dia membangkitkan sifat alamimu yang tak tertahankan, kecantikanmu yang dahsyat, kekuatanmu yang tak terkekang, agar kau mampu bangkit dan menjadi perempuan dahsyat sebagaimana maksud awal kalian Kuciptakan.

Bagaimana singa betina menyatakan kekuatan dan keberanian dalam diri perempuan? Dan bagaimana perempuan dapat bangkit seperti singa betina? Setiap perempuan akan merespons dengan cara berbeda, tetapi visi karakter singa betina akan memberi pengetahuan kepada Anda. Pada pasal berikutnya, kita akan melihat alasan singa betina bangkit dari pose santainya di bawah sinar matahari Afrika:

Dia bangkit untuk menghimpun kekuatan.

Dia bangkit untuk memberi salam dan merawat sesamanya. Dia bangkit untuk berburu.

Dia bangkit bersama singa betina lain.

Dia bangkit untuk memindahkan anak-­anaknya ke tempat aman. Dia bangkit untuk berhadapan dengan musuh yang mengancam kelompoknya.

Dia bangkit untuk berjalan dengan rajanya.

Saya melihat singa betina sebagai sebuah ilustrasi bagaimana tiap anak perempuan dari Yang Mahatinggi dapat merengkuh kekuatannya, mengembangkan keberaniannya, dan mengubah dunianya. Adakah semangat singa betina yang masih tersembunyi di dalam diri Anda? Doa saya, ketika Anda selesai membaca buku ini, Anda akan memiliki jawabannya. Dan dengan jawaban itu sesuatu yang dahsyat, indah, dan liar akan membangkitkan Anda.

(22)

2

Kekuatan yang Tersembunyi

Seumpama satu ketika perempuan-­ perempuan di seluruh jagat raya ini bertemu dan berkumpul bersama demi kemaslahatan umat manusia, maka peristiwa itu akan menjadi satu kekuatan yang tak pernah diperkirakan dunia.

Matthew  Arnold,  penyair  Inggris     dan  filsuf  abad  19

ungkinkah kita bangkit pada masa ini? Saya mendapat kesempatan istimewa untuk menyaksikan bayangan tentang dahsyatnya pertemuan ini. Di satu negeri yang jauh di sana, di Eropa, bahkan di tanah air saya, Amerika Serikat.

Saya melihat buah-­buah sulung sebagai bukti nyata dari gerakan yang total ini. Dari seorang anak perempuan, pertemuan ini berubah cepat menjadi perempuan matang. Apakah kutipan di atas berbicara sesuatu yang belum terwujud di dalam diri Anda? Saya sendiri, ketika pertama kali membaca kalimat itu, hati saya langsung tertawan dan

(23)

Singa Betina Bangkit

napas saya terasa sesak.

6D\DPHPED\DQJNDQÀVLNVD\DPHPEHULUHVSRQVWHUKDGDSEHUDJDP kemungkinan yang belum disadari sebelumnya. Dari judul buku ini Anda tahu bahwa saya ingin sekali membangkitkan sesuatu yang liar, bijak, dan indah dari dalam diri Anda. Saya menantang Anda mempertimbangkan gagasan seandainya perempuan di seluruh dunia berkumpul selama-­lamanya. Baca lagi kutipan di atas kalau perlu. Harapan yang muncul dari tiap katanya akan lebih bernilai daripada hanya membaca sekilas. Pengertian ini layak mendapat perhatian penuh dari Anda.

Beranikan mengajukan pertanyaan bagi diri sendiri: apa mungkin kalimat Matthew Arnold itu hanya teori, sekedar kalimat politis yang bersifat retoris atau harapan belaka? Apa mungkin pengertian ini digariskan atau dinubuatkan oleh Tuhan? Apa penulis itu telah melihat visi ke depan dari masanya yang jauh di belakang, memandang perempuan masa kini, lalu mendorong kita untuk bertemu dan berkumpul? Apa dia sudah tahu pertemuan semacam ini takkan atau tak mungkin terjadi pada masa hidupnya, dan berharap sekaranglah waktunya yang tepat? Apakah dia sadar betapa besarnya kebutuhan itu dirasakan oleh para perempuan? Apakah waktu itu dia sudah bisa memperhatikan Anda dan saya pada zaman kini?

Saya percaya jawaban yang paling benar terletak di lubuk hati terdalam setiap perempuan. Tak perlu terucap dalam kata, namun akan nampak dari cara perempuan menjalani kehidupan. Bagaimana potensi kita dalam mengambil peran keterbatasan budaya dunia dan bayang-­bayang agama dan segala prasangka terhadap kaum perempuan? Akankah saudari-­saudari kita yang berani di luar sana maju meski ketiadaan dukungan dari banyak sektor? Akanlah kita di dunia Barat mampu berubah dari keterpecahan yang tak jelas dan berfokus pada hal-­hal yang bernilai dan mulia?

Solusi bagi masalah-‐masalah orang dewasa di masa depan, akan tergantung dari seberapa besar anak-‐anak kita tumbuh sekarang ini.

(24)

$NDQNDKNLWDPHQJJDQWLNDQNRQÁLNGDQDUJXPHQ\DQJJDGXK\DQJ berkata bahwa kontribusi kita tidak penting, dan tidak diilhami oleh Allah? Akankah kita memahami betapa genting dan mendesaknya waktu kita sekarang ini dan mengesampingkan perbedaan doktrin dan pendapat demi menyatukan hal-­hal yang berbeda? Akankah perbedaan usia menyatukan hati dan tangan kita? Akankah iman kita bersatu? Akankah iman yang disatukan ini menggambarkan serangkaian kepercayaan semata?

Akankah persatuan ini terpaksa atau penuh dengan semangat? Dapatkah berbagi iman ini akan dipercepat melalui berbagai karya dan menyatakan kita sebagai pelayan atas sesuatu yang jelas, yang tak berubah, dahsyat dan teguh?

Akankah berkumpulnya kita bersama menggambarkan keberanian kita untuk berharap dan mendeklarasikan hidup yang kita yakini? Mungkinkah iman ini berkembang dengan sendirinya dengan tak mementingkan diri sendiri dan lebih banyak memberi daripada meminta dan menyerah? Saya berdoa iya, karena dengan demikian kita akan menemukan dunia kita yang luas dan kehidupan lain yang dipengaruhi oleh keterjangkauan kita.

Ya, saya mengerti semua yang saya minta dan harap sudah terbentang sekarang. Namun kita tak akan mencapai apa-­apa tanpa melakukan perluasan itu. Tak cukup hanya melihat sendirian dari tempat kita berada. Jika kita tersebar ke mana-­mana, kita harus melihat ke belakang, ke sekeliling, dan ke depan.

Melihat ke belakang, sekitar tahun seribu delapan ratusan, kita dapat melihat masa di mana peran perempuan kurang berarti dan tak mempunyai suara. Dengan melihat sekeliling, kita sadar betapa pentingnya suara kita. Dengan memandang jauh ke depan, kita harus menyusun kata-­kata dan hidup kita sedemikian rupa sehingga kita dapat membangun masa depan dengan bijaksana.

Inilah saatnya untuk melebarkan cara kita memandang dan berinteraksi dengan berbagai bidang dalam hidup kita. Rentangan yang dinamis ini dapat terjadi saat tegangan, kelenturan ditambahkan SDGDRWRWRWRWNLWD.HPDPSXDQPHUHQWDQJPHQ\HEDENDQÁHNVLELOLWDV bahkan mencegah cedera.

Harapan saya adalah menambahkan beberapa rentangan dalam hidup Anda dengan memperkenalkan singa betina ini. Saya ingin singa

(25)

Singa Betina Bangkit

betina melebarkan cara pandang Anda, kewanitaan Anda, keindahan Anda, kekuatan Anda, tujuan-­tujuan Anda, hidup pernikahan Anda, dunia Anda dan Allah Anda. Izinkan singa betina ini menantang pengaruh Anda secara timbal-­balik dan mengembangkan hubungan Anda dengan laki-­laki, teman dan keluarga. Bahkan singa betina mengetahui kapan harus merentangkan diri sebelum melakukan gempuran.

Di hadapan kita ada tegangan dari kehidupan pribadi kita dan kebutuhan-­kebutuhan dunia. Untuk menanggulangi bidang yang luas ini kita perlu mempunyai visi yang mencakup keduanya.

Merasa  Nyaman  Dengan  Kekuatan,    

Merasa  Tenang  Dengan  Wibawa

Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya ingin mendiskusikan satu pertanyaan yang timbul setelah saya melihat visi singa betina. Saya bertanya dalam hati, Mengapa singa betina merasa tenteram di dalam Kitab Suci, dalam melukiskan keterkaitan umat Allah dengan kejahatan yang banyak itu? Seiring berjalannya waktu, saya mempertimbangkan penglihatan ini dengan hati-­hati dan semua pikiran tentang wahyu itu telah membangkitkan diri saya. Berikut jawaban yang saya temukan.

Allah tidak memperlihatkan singa betina dan berharap saya merespons pada penglihatan tersebut dengan pasif atau takut. Gambar yang terlihat jelas dan berlawanan dengan keadaan saya yang serba terbatas, adalah rasa takut yang menguntungkan. Singa betina adalah alat yang membuka mata saya lebar-­lebar dan memperluas gerak saya.

Ketika saya bepergian ke beberapa negara, saya melihat pelbagai jenis patung. Denmark, Roma, London, dan Paris memiliki monumen sebagai bentuk penghormatan terhadap kekuatan yang hebat dan sebagai perayaan kemenangan-­kemenangan pada masa lalu dan masa pembebasan yang mempunyai nilai sejarah. Saya mengambil foto karya-­karya seni ini dan terkagum-­kagum, betapa elegannya karya tersebut. Keindahannya tak terbatas waktu.

Tetapi singa betina yang nampak dalam penglihatan saya, jelas bukan patung. Singa betina ini sebuah wahyu. Sebuah pernyataan.

(26)

kejutan. Singa betina itu sungguh menakjubkan dan menghadap ke arah saya yang sedang hamil dan gemetar dengan baju piyama. Meski tak bergerak, singa betina itu tampak lebih hidup daripada saya sendiri. Dalam cahaya keindahan dan kekuatannya, saya sadar apa yang sudah hilang di dalam diri saya. Karena takut, saya mengorbankan kekuatan, kehidupan, dan kecantikan. Saya kehilangan rasa atas diri saya yang sebenarnya. Karena itu maksud penciptaan Allah di dalam diri saya belum terwujudkan.

Saya diingatkan ketika orang Israel memandang diri mereka sebagai belalang sementara penduduk Kanaan adalah raksasa. Namun dari Bilangan 23, kita tahu penduduk itu memandang Israel sebagai singa jantan dan singa betina yang bangkit.

Perbedaan yang kontras antara perspektif dan kenyataan akan menjadi permainan saat kita membandingkan saudari singa betina kita dengan kita sendiri. Bisakah saya seperti dia? Akankah kita menjadi perempuan yang merasa nyaman dengan kekuatan kita dan merasa tenang dengan wibawa kita? Akankah kita mengenakan kecantikan kita dengan rasa nyaman?

Gambaran singa betina kuat yang bersantai mesti kita terima.

Pada waktunya, singa betina itu bangkit. Itulah waktu Anda mengetahui siapa diri Anda sebenarnya. Inilah saat Anda bergerak, terstimulasi, terarah, dan membangkitkan diri sendiri.

Saya menemukan dinamika merasa nyaman dengan kekuatan dan merasa tenang dengan wibawa ini sangat bermakna dan merupakan gambaran yang indah dari seorang perempuan saleh. Saudari-­ saudariku terkasih, saya memberi Anda kesempatan untuk beristirahat dengan kekuatan Anda dan bersantai dengan wibawa Anda dengan segala daya yang Anda miliki.

Biasanya pasangan merasa nyaman dengan kekuatan dan merasa tenang dengan wibawa ini muncul dengan lintasan waktu. Keduanya melebur jadi satu saat Anda menyadari ada satu kekuatan yang tinggal di dalamnya. Sebagaimana kebenaran ketika kita merasa nyaman, adalah tempat di mana kekuatan merupakan tempat berteduh Kita menemukan kelegaan ketika kita berhenti dari berusaha sekuat tenaga.

Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, Dalam tinggal tenang dan terletak kekuatanmu.Ɇ<HVD\D

(27)

Singa Betina Bangkit

Dari sana kita memilikinya! Saya tak dapat membayangkan cara yang lebih baik untuk menempatkan semua ini. Merasa tenang, bergantung kepada-­Nya, dan kekuatan Anda akan muncul. Ketika kita berhenti berjuang dengan kemampuan kita sendiri, kekuatan sejati kita akan dinyatakan. Allah tidak menyembunyikan kekuatan dari Anda, Dia bahkan melimpahkan kekuatan-­Nya.

Berlawanan dengan teman-­teman singa betina, saya melihat banyak perempuan takut dengan kekuatan mereka. Mereka mundur dalam ketakutan jika gagasan, pertanyaan atau semangat, tak dapat disembunyikan dari diri mereka. Kekuatan bukan untuk ditakuti tetapi untuk diterima dan dipeluk. Jangan keliru dengan membayangkan kelembutan hati adalah kelemahan. Itu adalah kekuatan watak atau kemampuan di bawah kendali.

Musa adalah seorang yang lembut dan rendah hati. Meski demikian dia pemimpin yang tak kurang disegani dan kekuatannya diperhitungkan. Tak heran karena Musa telah bertemu dengan Sang Maha yang berdiri di belakang kata-­katanya.

Keterpisahan kesadaran atas kebaikan dan kejahatan melingkupi ketelanjangan kemanusiaan kita dan memohon jawaban dari atas. Dengan menjalani alam kebaikan di luar Allah, akan membatasi kita. Persoalan-­persoalan dunia kita sekarang ini sangat luas dan membutuhkan jawaban-­jawaban yang tak terbatas.

Seperti Musa, kita butuh pernyataan kebaikan Allah untuk menenangkan bumi kita yang sedang bergoncang.

Jadi, saudariku terkasih, beranikah Anda percaya bahwa kemampuan Anda akan menjadi bagian dari pernyataan baik ini? Dengan demikian, bersama saudari kita yang lain, kita akan memberi jalan bagi kebaikan Allah tersalur dan terlihat melalui diri kita.

Kebajikan  Dan  Kecakapan

Saya sengaja tak membatasi kata “baik” pada keadaan “menyenangkan” atau bahkan “aman.” Baik adalah sebuah kekuatan. Saya pernah mendengar juga kata cakap dilukiskan sebagai kekuatan.

(28)

Hati suaminya percaya kepadanya,

suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. (Amsal 31:10–11)

Wahai perempuan lajang, sebelum membayangkan ayat ini bukan ditujukan kepada Anda, ingat bahwa Yesus adalah pengantin Anda. Tak perlu mempertanyakan siapa saja yang dimaksudkan istri di atas. Semua perempuan termasuk di dalamnya.

Sebaliknya, pertanyaan yang timbul adalah, dapatkah kita dipercayai dengan semua tuntutan ini? Dapatkah kita memperkaya kehidupan orang di sekeliling kita? Dapatkah kita menjadi cakap dan bajik sekaligus? Ataukah Dia membagi menjadi dua bagian: perempuan yang bajik dan perempuan yang cakap? Gambaran yang satu tanpa yang lainnya tidaklah cukup. Kita butuh sebuah kumpulan perempuan terhormat yang cakap. Kita perlu menjadi cakap dalam bidang apa? Sederhananya, apa saja, dan segala sesuatu. Kita perlu menjadi anak-­ anak perempuan Allah cakap dalam keadaan apa pun yang diperlukan.

Selama tahun-­tahun belakangan saya berjumpa dengan perempuan-­ perempuan hebat yang mendorong sesamanya untuk mewujudkan kecakapan yang mereka miliki. Karena kesadaran yang bertambah tentang kebutuhan tersebut, banyak perempuan memfokuskan diri untuk mencapai tingkat akademi tertentu dan mengembangkan wilayah-­wilayah khusus dari talenta mereka demi mampu merespons dengan cakap nantinya.

Mereka cukup cemerlang menghadapi pelbagai pertanyaan atas temuan dan relevansi atas keuntungan yang tercerahkan ini. Mereka membiasakan diri untuk terus menambahkan kualitas-­kualitas yang penting agar mereka tumbuh menjadi diri mereka yang seharusnya. Mereka memiliki talenta dan bakat, tidak takut namun terhormat, terhubung dengan dunia

sekelilingnya dan mandiri, berada di masa sekarang dan dapat melihat jauh ke depan, berbelas kasihan dan berani, tulus tetapi tidak naif, kuat dan lembut, sederhana tetapi sangat strategis.

Tidaklah cukup untuk menguraikan program-‐ program akbar di atas kertas. Saya harus menorehkan gagasan-‐gagasan saya di bumi ini.

— Emile  Pereire

(29)

Singa Betina Bangkit

Andaikata rencana dan program kita tidak diterjemahkan dan memengaruhi bumi dan penduduknya, semua ini tinggallah teori belaka. Program-­program mesti diwujudnyatakan. Semua akan berjalan jika kita dapat meminjamkan suara, tangan, dan kaki kita bagi program-­program tersebut.

Dunia kita telah mengenal pelbagai pengaruh dari banyak kekuatan. Selama berabad-­abad bumi kita ini telah diserang oleh kekuatan-­ kekuatan alam seperti badai topan, tsunami, dan angin musim hujan. Tempurung bumi telah terpecah-­pecah dan dasarnya digoncang oleh gempa bumi. Kekuatan bersenjata digabungkan demi motif dan tujuan mulia dan cemar sekaligus. Koalisi-­koalisi kekuatan bersenjata bertemu di medan-­medan pertempuran dan meninggalkan kerusakan.

Tetapi kekuatan apakah yang tidak bersukaria dalam kekuasaannya yang mengintimidasi, mengancam atau menghancurkan? Anggota-­ anggota dari kekuatan semacam ini memiliki peran-­peran yang strategis dan unik. Beberapa nampak, yang lain tak nampak, tetapi semuanya bernilai. Bagaimana seandainya kekuatan ini juga sekaligus tanpa motif untuk kepentingan diri sendiri dan bertujuan sederhana? Akan menjadi seperti apa?

Alexander Agung berkata,

Saya tak takut dengan sekelompok singa yang dipimpin oleh seekor domba. Saya takut dengan sekelompok domba yang dipimpin oleh seekor singa.

Betapa gambaran tentang kita yang menakjubkan. Kita adalah sekelompok domba yang dipimpin oleh Singa. Karena meneladani Singa, kita seharusnya tak berkelahi malu-­malu seperti domba. Kita lembut saat kita mengikuti teladan dan berani saat berjuang. Dengan cara ini, kelembutan dan keberanian bergabung dan menyenangkan. Jikalau kita mempelajari cara yang alami dan sejarah kekuatan umat manusia, kita akan mengakui sebuah pola: ada yang bangkit untuk berkuasa, kejahatan dalam kekuatan, kekalahan dalam kekuasaan, dan kejatuhan dalam diri seseorang.

Tetapi bagaimana jika ada model yang lain? Bagaimana jika ada kekuatan yang belum terlihat bentuknya dan belum terungkap di sini?

(30)

rapat. Namun penglihatan saya untuk yang besar dan jauh ke depan meningkat secara tak terkira.

Dari kejauhan saya melihat dua gambar yang bertentangan: kesusahan yang besar dan kemenangan yang gilang-­gemilang. Pada satu pantai yang jauh dan dekat, saya melihat ke kedalaman, tekanan yang gelap, tetapi saya juga melihat pemberontakan yang luar biasa. Saya melihat kejahatan yang besar dan ketidakadilan global dan dikalahkan dengan sebuah perjumpaan dengan sinar dari Allah yang tak dapat terelakkan dan keadilan-­Nya yang tak dapat disangkal. Saya melihat anak-­anak perempuan-­Nya merentangkan tubuh mereka seperti singa betina yang siap menyerang. Saya melihat semua ini pada masa depan kita. Tak ragu lagi, tak sesuatu pun yang saya katakan akan mengejutkan bagi Anda. Seperti Anda, saya tidak melihat apa-­ apa karena membaca. Saya melihat semua itu karena saya mempunyai mata untuk memandang dalam Roh.

Tetapi saya tidak hanya melihat … saya juga mendengar. Saya mendengar tangisan dari jarak jauh dan dekat. Saya mendengar keadaan tak ada harapan dari seorang yang terjebak dalam penjara kegelapan. Tiap hari berjuang melawan tekanan yang mendominasi, yang mengancam untuk membungkam suara-­suara mereka dan mencapai alam baka untuk menutupi tangisan anak-­anak mereka. Ibu-­ ibu yang putus asa ini hanya berharap sesuatu yang lebih bagi anak-­ anak mereka. Satu ibu muda memohon kepada kami untuk membawa anak perempuannya yang berusia 18 tahun. Anak itu bersembunyi di bawah tempat tidur ketika dia harus melayani pelanggan. Namun syukurlah, Yayasan Life Outreach, pelayanan yang diurus oleh James and Betty Robison, menyelamatkan anak perempuan itu. Sementara itu ibunya takut untuk pergi. Ia tetap tinggal di rumah bordil yang penuh dengan keputusasaan.

Kata-Kata  Roh

Beberapa kali saya meluap dengan kegembiraan tentang apa yang saya dengar. Mengapa?

Lebih mudah untuk tidak melihat atau mendengar. Karena sebenarnya, banyak orang berpaling dari suara dan gambar yang mengganggu ini, dan segera memenuhi telinga dan mata mereka dengan hal-­hal yang membuat pikiran terpecah. Itu alasannya mengapa

(31)

Singa Betina Bangkit

turisme tumbuh pesat bersama perdagangan seks. Saya memperhatikan beberapa turis pergi ke Thailand, berpura-­pura dengan apa yang mereka tonton adalah pesta yang tak ada habisnya. Saya mengobrol dengan pebisnis asal Amerika. Ia berkata bahwa tindakan cabul yang dilakukannya justru menggerakkan ekonomi penduduk Thailand.

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar (dan mengerti)! (Matius 11:15)

Masalah ini tidak berhenti ketika Yesus, Sang Anak Manusia, naik ke surga dan mengambil tempat-­Nya sebagai Anak Allah. Dalam kitab Wahyu, dia mengurai secara rinci kebutuhan yang mendesak bagi mereka yang berani untuk mendengar.

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-­jemaat. (Wahyu 2:7)

Kita harus menjawab pertanyaan Yesus. Apakah telinga kita tengah berjaga?

Lebih rinci lagi, apakah kita ingin telinga kita mendengar? Saudari-­ saudariku yang terkasih, kita semua sedang dalam proses tak hanya mendengar tetapi benar-­benar mendengarkan. Ketika saya bangun, saya mendorong Anda untuk bertanya, “Apa Anda mendengar suara itu?”

Sedihnya, saya khawatir kita seperti pengantin yang terkantuk-­ kantuk, yang bergolek ke kiri kanan di tempat tidur mewah, dikelilingi bantal-­bantal, berusaha meredakan suara keras yang akan membuat kita mendengar. Seberapa keras seharusnya suara alarm agar kita bangun dan benar-­benar mendengar dengan kesadaran penuh?

Sebagai tambahan suara nyaring dari dunia yang sedang menderita ini, ada suara lain yang memanggil kita. Tetapi itu bukan jeritan. Dari semua keriuhan, itulah bunyi yang harus Anda paksa untuk didengarkan. Suara itu kecil, suara Roh Kudus. Volume suara ini akan bertambah keras saat kita masing-­masing memilih untuk mendengar dan memberi respons.

(32)

Energi angin dapat menggerakkan kapal atau membuatnya kandas. Angin mempunyai kekuatan untuk menggelorakan angin laut dan melongsorkan gunung. Ada kepala angin yang berjuang maju dan ekor angin yang memburu agar kita berjalan cepat. Angin terus-­menerus mengelilingi dunia kita, kadang-­kadang berjalan cepat, lain waktu berlambat-­lambat.

Angin  membawa  bisikan  Allah    

dari  satu  tempat  ke  tempat  lain.

Seringkali karena suara gaduh buatan yang mengelilingi kita, menumpulkan kemampuan kita untuk mendengar baik-­baik Kata-­kata Roh.

Ada gangguan lain yang menghambat kemampuan kita untuk mendengar. Kita mendengar sesuatu yang rasanya pernah didengar. Ketika kita mendengar sesuatu itu, lagi dan lagi, kita mengalihkan perhatian dan tidak benar-­benar mendengarkan.

Apabila kita pikir kita tahu apa yang akan dikatakan oleh seseorang, kita mendengar dengan cara yang berbeda. Beberapa tahun lalu saya membaca Alkitab pada satu bagian. Saya sangat akrab dengan pasal-­ pasal itu. Waktu saya membaca saya tahu kejadian apa setelah itu. Mungkin Anda juga pernah mengalami hal yang sama. Hal seperti ini akan menyebabkan saya kehilangan kekaguman kanak-­kanak saya pada Firman Allah. Untuk mengatasi rasa apatis seperti itu, saya mempelajari parafrase dari Alkitab The Message.

Mengapa? Karena saya ingin dikejutkan. Dengan alasan ini saya mencatat beberapa bagian dari Alkitab The Message sehingga Anda juga dapat mengalami kekaguman yang menguntungkan. Saya tak sedang menggantikan Alkitab dengan kalimat parafrase. Saya hanya membawa bahasa yang relevan dan tambahan demi penelitian. Saya merasa bebas mempelajari versi Alkitab yang Anda sukai juga.

Saya lakukan ini karena, seperti Anda, saya benar-­benar ingin mendengar. Ketika telinga kita terbuka, kita tidak dapat berbuat apa-­ apa, selain mendengar suara dari bunyi-­bunyi kita.

Bicaralah atas nama orang-­orang yang tak dapat berbicara untuk diri mereka sendiri;;

yakinkan keadilan bagi mereka yang telah diremukkan,

(33)

Singa Betina Bangkit

Ya, bicaralah atas orang miskin dan tak berdaya, dan melihat mereka memperoleh keadilan.

(Amsal 31:8–9)

Pada pasal ini ibu Salomo, Batsyeba, menuntut anaknya, sang raja, untuk meminjamkan suara kerajaan bagi mereka yang hancur karena beratnya ketidakadilan. Hal itu juga peraturan atau konteks ayat-­ ayat bagi perempuan yang cakap (lihat Amsal 31:10–31). Seperti ibu Salomo, kita akan mendorong laki-­laki di dunia kita untuk berbicara bagi mereka yang suaranya sudah dibungkam? Kita adalah raja dan imam besar di hadapan Allah kita. Jadi bila orang lain diam, kita akan berbicara.

Sebagai nenek, saya ingin tahu apakah warisan bagi anak laki-­laki dan anak perempuan itu benar-­benar agung. Makin banyak studi-­studi konsensus global yang menunjuk kesetaraan gender sebagai rantai yang putus untuk membendung naik-­turunnya dunia kemiskinan dan terorisme. Pada 2001, Bank Dunia mengadakan satu studi yang berdampak kuat, yaitu Menciptakan Pertumbuhan: Melalui Kesetaraan Gender dalam Hak, Sumber Daya, dan Suara, yang memperdebatkan bahwa mengajukan kesetaraan merupakan hal sangat penting untuk mengatasi kemiskinan global. ”Melakukan investasi pada pendidikan perempuan-­perempuan muda mungkin akan menjadi investasi dengan tingkat ketersediaan keuntungan yang paling tinggi bagi dunia sedang berkembang,’ tulis Lawrence Summers saat menjabat ketua ekonomi Bank Dunia. ‘Pertanyaannya, bukan soal negara-­negara mana yang bisa memperoleh investasi semacam ini, tetapi negara-­negara mana yang dapat memperoleh yang tidak mendidik lebih banyak perempuan muda.’”1 Program Pengembangan PBB ini juga melakukan satu studi yang menyimpulkan, “Memberdayakan perempuan membentuk produktivitas ekonomi yang meningkat.”2

Terorisme pada masa sekarang mengilhami pakar keamanan untuk melakukan studi gender dengan cara mereka sendiri. Inilah yang mereka temukan:

(34)

Memberdayakan perempuan-­perempuan muda, menurut pendapat pakar militer, akan mengurangi teroris.3

Dana dan upaya sangat besar telah dihabiskan untuk melakukan berbagai studi penting, berwawasan, dan luas ini. Saya selalu tercengang ketika kebijakan kemanusiaan kita menetapkan untuk kembali pada apa yang Allah telah nyatakan selama ini. Lama sebelum timbul masalah bersama di dunia ini, sudah ada sebuah jawaban dunia, yaitu: perempuan.

Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kejadian 2:18)

Manusia laki-­laki saja tidak baik. Sekarang, sejak itu, menyertakan perempuan dalam persamaan-­persamaan kehidupan, akan melipatgandakan dan membawa kebaikan bagi manusia laki-­laki, perempuan, anak-­anak, dan dunia milik kita bersama. Kehidupan yang berdiri sendiri mengundang apa yang disebut “tidak baik.” Manusia dicipta untuk maksud berhubungan dengan yang lain. Namun demikian, perkumpulan akbar dan luas dari manusia yang terdiri dari hanya laki-­laki akan menjadi sebuah resep kecenderungan akan terjadinya bencana. Kita dapat menyimbulkan dari beberapa temuan dari Kitab Kejadian dan studi-­studi masa kini bahwa budaya-­budaya yang didominasi oleh pria, tidak sehat pada berbagai lapisan.

Anda tidak dicipta untuk maksud bersikap tunduk. Anda sama-­ sama seorang ahli waris. Perempuan adalah jawaban-­jawaban Allah. Memasukkan suara-­suara perempuan akan meningkatkan kesempatan pendidikan untuk semua anak, memajukan ekonomi, dan sesungguhnya juga mengurangi risiko-­risiko terjadinya terorisme.

Tetapi perempuan yang seperti apa dulu?

Ketika saya menemukan dan bersukacita atas penciptaan keperempuanan, saya menjadi sadar bahwa saya bukanlah sebuah penciptaan yang baru timbul kemudian. Sebagai seorang anak perempuan Allah, seorang istri, seorang ibu, saya adalah jawaban. Jika saya adalah jawaban maka logislah semua perempuan di sekitar hidup saya juga merupakan jawaban juga. Kita bukanlah penduduk kelas dua di mata Allah. Anda, saudariku, mempunyai potensi yang istimewa

(35)

Singa Betina Bangkit

untuk menghidupi, memberi napas solusi pada masalah-­masalah kemanusiaan.

Ketika saya melakukan perjalanan dan mengatakan kebenaran sederhana ini kepada perempuan muda dan wanita dewasa, saya dapat sedikit menjelaskan pelbagai tanggapan mereka. Para perempuan itu tidak hanya mendengarkan saya dengan hati bergetar tetapi juga mereka mengatakannya dengan lantang dan dengan hati yang percaya.

“Saya adalah jawaban.”

Pada saat itu ada satu uluran, sebuah wahyu, sebuah nubuat. Cara pandang mereka diperbarui dan mata mereka terbuka untuk melihat diri kewanitaan mereka dengan cara pandang Allah dari sejak awal maksud penciptaan perempuan ... seorang yang melengkapi, menyempurnakan.

Kesadaran inilah permulaan kita untuk memandang kembali diri kita.

Wanita lebih dari sekedar perkumpulan yang mendorong tingkat perekonomian. Dan dengan kemampuan kita untuk mendatangkan solusi, pertanyaan-­pertanyaan lain akan muncul. Kami sedang menulis rancangan undang-­undang tentang hak-­hak di mana perempuan di seluruh dunia merupakan sahabat-­sahabat dari umat manusia. Kita berkumpul untuk memetakan kembali sebuah dunia di mana perempuan dan anak-­anak diterima dengan senang hati, bukannya dimanfaatkan.

Berikut adalah apa yang saya tahu tentang anak-­anak perempuan surga:

Dia seorang yang elok dan menyenangkan, cerdas, dan cakap. Kehidupannya terhubung dengan sekelilingnya, tak terpisah sendirian.

Dia dikasihi oleh Allah dan tidak disukai oleh Setan.

Dia terimpit di seluruh dunia baik dengan cara yang tak kentara dan nyata.

(36)

Membangkitkan  Sesuatu    

Yang  Tak  Dapat  Ditahan

Saya beruntung sekali mendapat kesempatan istimewa melakukan perjalanan ke beberapa negara di Asia Tenggara dan India sebagai partner dari lembaga Life Outreach. Saya berharap dapat menangkap cerita-­cerita yang cukup mendesak dalam hal memberitahukan pelbagai tanggapan yang lain. Saya sudah menyaksikan momok kemiskinan dan kebiadaban perdagangan seks ketika saya pergi ke Kamboja, Thailand, dan Mumbai. Namun saya juga melihat harapan dan janji pemulihan ketika orang-­orang memberi respons dengan sangat murah hati dan ketika organisasi-­organisasi yang mulai melakukan kerja sama.

Ada kebutuhan yang sangat mendesak di mana-­mana untuk melakukan kerjasama dan memberi tanggapan terhadap masalah bersama ini. Satu kali saya berada di Ukraina. Saya sedang menikmati sarapan dengan seorang teman. Kala itu seorang perempuan muda yang memesona memasuki ruang tempat kami makan. Ini bukanlah pemandangan yang tak biasa bagi negara yang perempuan-­perempuan terkenal dengan kecantikannya. Tetapi perempuan satu ini ditemani oleh seorang laki-­laki yang kira-­kira usianya enam puluhan. Perempuan itu mengenakan sepatu berhak tinggi dan celana pendek. Usianya tak lebih dari 18 tahun. Mereka mengambil tempat duduk persis di sebelah meja kami duduk. Saya memandang laki-­laki tua itu melahap makanannya sementara si gadis menyesap kopi hitam dan menatap kosong ke luar jendela. Beberapa laki-­laki muda di belakang meja tempat makanan saling berbisik, terkekeh-­kekeh, dan membidik gaya si gadis. Tak lama kemudian datang seorang laki-­laki lain yang dua kali usia si gadis bergabung dengan mereka. Waktu itu saya hampir tak bisa menahan diri untuk menangis. Gadis itu tampak kesepian, begitu putus asa. Sangat jelas terlihat bahwa dia adalah gadis panggilan kelas atas. Tetapi yang kami lihat adalah seorang anak perempuan yang haus akan cinta yang bermain peran berdandan sempurna, duduk di antara dua pebisnis bejat yang sedang melahap hidupnya.

Saya berbicara dengan beberapa saudari kita yang telah mengalami perdagangan seks seperti itu. Ya, mereka adalah saudari-­saudari kita. Mereka tidak memilih menjadi wanita tunasusila. Mereka adalah korban dan telah bertahan hidup dengan penuh keberanian.

(37)

Singa Betina Bangkit

Lalu pada satu hari yang panas di India, saya mendengarkan cerita-­ cerita pedih dari sekelompok perempuan muda usia dan wanita dewasa yang dikumpulkan di sebuah rumah kecil oleh lembaga Life Outreach. Cara mereka menyampaikan cerita mereka berbeda. Ada yang dengan berleleran air mata. Beberapa bercerita tanpa emosi.

Saya yakin mereka bertanya-­tanya dalam hati kenapa saya ingin mendengarkan cerita mereka. Apakah saya ingin bersimpati kepada mereka? Apakah saya menghakimi mereka? Dapatkah saya memahami cerita mereka? Apa saya mempunyai jawaban bagi mereka?

Salah satu dari perempuan-­perempuan yang berani ini, namanya Sama, menceritakan kembali ketika dia masih remaja di sebuah desa terpencil di Nepal. Hidupnya dipenuhi mimpi-­mimpi dan frustrasi karena ibunya. Satu kali seorang pamannya mendengar mereka berdebat dan memisahkan Sama. Dia menawarkan Sama untuk ikut dengannya ke Mumbai. Di sana dia akan mendapat kesempatan, pendidikan, dan kemungkinan untuk mewujudkan mimpi-­mimpinya.

Janji itu terdengar sangat menarik.

Akhirnya sebelum fajar, Sama dan pamannya pergi dengan sembunyi-­sembunyi dari desa kecil mereka. Dia memberanikan diri melakukan perjalanan yang panjang dan berani keluar dari Nepal, masuk ke India.

Setibanya di Mumbai, pamannya meninggalkannya di sebuah motel yang kumuh. Ketika dia tertidur, pamannya menjualnya.

Sama terbangun dalam bingung karena dikelilingi oleh banyak orang asing. Itulah saatnya dia harus melunasi uang yang sudah dibayarkan kepada pamannya.

Sama dibawa ke sebuah rumah bordil dan dikunci di sebuah kamar yang gelap. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Dia bahkan tidak mengerti bahasa yang dilakukan orang-­orang lokal di sana. Pintu terbuka. Seorang pelanggan masuk, berharap untuk dilayani. Ketika dia melawan, empat wanita dewasa menekan dan menahannya sementara dia diperkosa.

Sama berusia 13 tahun ketika itu.

(38)

tumbuh dalam sistem rumah bordil dan menjadi seorang muncikari. Sekarang dia sendiri yang membeli dan menjual gadis-­gadis muda. Dengan kuasanya para perempuan muda itu diperdagangkan. Sama mengatur pemerkosaan dan memerintahkan mereka untuk dipukul bila tidak mau tunduk.

Ketika saya berjumpa dengan Sama, sungguh sulit dipercaya cerita yang saya dengar itu benar-­benar terjadi. Dia bukan lagi seorang muncikari. Pada usia tengah bayanya dia nampak tenang dan terkontrol. Seseorang telah berbagi tentang kasih Allah kepadanya. Dan dia sekarang sudah menjadi seorang percaya. Dia juga sudah diberi kesempatan untuk keluar dari itu semua. Sama menemukan keberanian untuk meninggalkan rumah bordil itu. Sekarang dia bekerja tanpa lelah untuk menolong gadis-­gadis serupa yang pernah tertekan.

Ketika kami berbincang-­bincang, saya berusaha membayangkan bagaimana Sama pernah mengalami menjadi seorang muncikari. Apakah dia sudah melupakan hal yang mengerikan ketika dia berusia tiga belas tahun? Saya bertanya kepadanya.

“Sama, bagaimana kamu tega menonton gadis-­gadis muda itu diculik, diperkosa, disiksa?”

Dia mengeluh sambil menggeleng-­gelengkan kepalanya.

“Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan … untuk bertahan hidup.”

Untuk banyak alasan lain, demi bertahan hidup adalah alasan mereka.

Saya pernah mendaki satu gunung penolakan. Saya pernah berjalan di jalanan yang dipenuhi sampah, dibatasi rumah-­rumah reyot, tak heran mereka yang berlindung di dalam kerangka rumah sementara itu merasa tak ada harapan. Saya pernah menyamar dan menyelinap ke rumah bordil. Saya telah melihat kelesuan yang sangat menekan pada wanita-­wanita di Barat yang tidak memiliki tujuan hidup. Saya melihat sumber daya manusia disia-­siakan karena kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Saya sudah melihat masalah-­masalah itu semua dengan mata kepala saya sendiri. Dan dalam harapan yang sangat besar juga saya melihat jawaban-­jawaban atas itu semua.

Ini adalah perintah yang menggemparkan dari buku yang menantang dan memberi inspirasi Half the Sky:

(39)

Singa Betina Bangkit

Naik turunnya sejarah telah mengubah perempuan-­perempuan dari makhluk yang menjadi beban dan alat permainan seks menjadi manusia yang sepenuhnya. Keuntungan-­keuntungan ekonomi memberdayakan perempuan begitu besar ketika mendorong bangsa-­bangsa untuk bergerak ke arah ini. Tak lama lagi, kita akan menganggap perbudakan, pembunuhan demi kehormatan, dan serangan-­serangan yang tajam, sebagai hal tak dapat diduga seperti buhul pada kaki. Pertanyaannya, berapa lama perubahan ini akan terjadi dan berapa banyak gadis-­gadis diculik dan dibawa ke rumah-­rumah bordil sebelum elesai dan apakah kita masing-­masing menjadi bagian dari gerakan yang bersejarah ini, atau hanyalah seorang yang berdiri, menonton.4

Pertanyaan ini ditujukan kepada kita semua.

(40)

3

Bangkit dan Membahayakan

Wanita-wanita yang berperilaku sopan, jarang mengukir sejarah.

Ɇ  Laurel  Thatcher  Ulrich

alam penelitian saya tentang singa betina, saya banyak membaca EXNXGDQDUWLNHO6D\DMXJDPHQRQWRQÀOPÀOPGRNXPHQWHUGDQ video klip dari YouTube. Saya melakukan ini dalam rangka mengamati singa betina dalam berbagai latar, tahap, dan pengaruh. Saya pernah bersafari ke Afrika. Pada umumnya pengetahuan orang Amerika terbatas dalam hal ini. Namun demikian saya tidak menganggap diri pakar dalam hal singa betina. Saya lebih senang disebut sebagai pengamat yang terpesona.

6DWXÀOPGRNXPHQWHU\DQJVD\DWRQWRQDGDODKWHQWDQJGXDVLQJD betina dan satu jantan. Mereka menetap pada satu wilayah baru di Afrika Selatan. Singa jantannya sangat gagah. Dengan bantuan dua singa betinanya, singa jantan itu berhasil menetapkan wilayah kekuasaannya. Bersama, mereka bertiga berkuasa atas tanah yang luas

(41)

Singa Betina Bangkit

di Afrika Selatan.

Untuk mengikuti jejak dan gerak kelompok singa ini, ia diberi tanda ban pada leher singa jantan. Setelah dua tahun, ban leher itu akan dilepas. Tak perlu lagi memonitor si singa jantan. Sebagai tambahan pada ban leher tersembunyi dalam lebatnya tengkuk, dan itu harus dilepaskan agar tengkuk tampak selebar mungkin. (Singa menggunakan lebar tengkuk untuk mengukur dan menentukan atau menantang dominansi singa lain atas satu wilayah. Jika tengkuk lawan tampak lebih lebar dari si penantang, artinya dia tak dapat menarik rahang pada kerongkongan singa itu. Arti lainnya, dia tak dapat meneruskan konfrontasi ini.)

Singa yang diberi ban leher selama dua tahun oleh para penjaga hutan, tak lagi muda, tunduk, atau mudah terintimidasi. Dia kuat. Dengan bantuan singa betina, dia berhasil menentukan dan mempertahankan kelompoknya dari pelanggar batas wilayahnya. Berkali-­kali dia membuktikan diri sebagai pelindung yang berpengalaman. Dia tak lagi mudah ditangkap. Kini dia sudah paham betul mengaum dengan liar, tak takut, dan bebas. Para penjaga hutan perlu menenangkan singa jantan itu agar bisa melepaskan ban leher. Mereka menetapkan lokasi singa pada satu sisi, dalam jarak yang aman, lalu menembakkan anak panah kecil yang sudah diberi penenang. Salah satu penjaga menarik perhatiannya. Dia nyaris tersentak ketika singa itu membalikkan keemasan dirinya yang megah, menatap gerak mereka. Penjaga hutan menembak lagi. Singa itu terhuyung-­huyung lalu berbaring. Para penjaga hutan segera bergerak. Kendaraan mereka mendekat ke arah singa yang sudah jatuh, memotong dengan sikat dan membalikkan di atas tanah yang kasar tempat singa besar keemasan itu tergeletak.

(42)

mengancam sambil melangkah maju mundur di hadapan pasangannya. Dengan telinga yang seolah berkelap-­kelip dan bulu yang berdiri, singa betina itu memberi tahu kepada manusia bahwa dia tidak bahagia.

Para penjaga hutan mempunyai jendela waktu singkat untuk mendekati singa jantan dan melepaskan ban leher sebelum obat penenang habis. Tetapi kehadiran singa betina membuatnya menjadi tidak mungkin. Para penjaga hutan masih mempunyai obat penenang lebih. Untuk mencapai singa jantan, mereka harus menenangkan singa betina. Petugas yang ahli menembak mengangkat senjata dan membidik dengan hati-­hati. Ketika anak panah itu tepat mengenai sasaran, singa betina itu menjadi gusar, berbalik ke arah para penjaga hutan, tetapi singa betina itu terjatuh dengan anak panah berada di bawahnya. Ketika tim penjaga hutan mendekat ke arah singa jantan yang masih terkena pengaruh obat penenang, ketegangan di udara menjadi jelas. Seperti singa betina, singa jantan itu tak berdaya tetapi bukan berarti tidak sadar. Matanya mengawasi tiap gerak para penjaga hutan itu.

Sambil saling berbisik para penjaga hutan itu mencapai belakang tengkuk singa jantan. Seorang pentugas dengan menggunakan pisau tajam, memotong ban leher dan melepaskan dua anak panah obat penenang dari sang singa jantan. Lalu para penjaga hutan bergerak cepat dan mengalihkan perhatian mereka pada singa betina. Mereka harus bergerak cepat sebelum satu atau dua kucing besar ini pulih dari pengaruh obat. Singa betina berbaring di sebelah singa jantan, memperlihatkan kulit di daerah puting susunya yang menebal. Singa betina ini sedang hamil. Dengan lembut dan hati-­hati para penjaga hutan mengangkat bagian kaki belakang dan pinggang, lalu cepat-­ cepat menarik anak panah obat.

Pada bagian latar, tampak singa jantan menggeram dan berusaha bangkit. Namun kakinya masih belum kuat. Para penjaga hutan dengan cepat naik ke jip, tak berbalik ke belakang, ke arah singa-­singa itu. Mesin jip distarter. Ada napas lega ketika tim itu raib dengan segera. Lalu suara narator yang sejak tadi berbisik-­bisik, kembali normal, menjelaskan, “Tak ada yang lebih membahayakan daripada kehadiran singa-­singa yang sepenuhnya sadar.”

Referensi

Dokumen terkait

Jadi melalui model pembelajaran CIRC berbasis pendekatan DDCT yang akan saling melengkapi, diharapkan pembelajaran akan lebih meningkatan aktivitas belajar yang tepusat

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Suplemen herbal dapat diberikan ke benih ikan lele karena berperan dalam meningkatkan pertumbuhan benih ikan lele, akan

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

pertanyaan awal kepada siswa secara lisan yang diarahkan pada anak tema: Healthy Foods dengan gambar; Guru menyampaikan tujuan pembelajaran; Guru menyajikan

Gambaran mengenai kondisi transportasi khususnya berjalan kaki di kawasan Pendidikan Yogyakarta sebagaimana yang telah dijelaskan di atas menjadi dasar perlunya dilakukan

Fungsi komponen Matakuliah Umum (MKU) Kurikulum Pascasarjana bagi Program Magister adalah untuk membekali para mahasiswa agar memperoleh wawasan profesional yang lebih

Dengan adanya program dan kegiatan yang dilaksanakan mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 , Pemerintah telah mengupayakan pengoptimalan pelaksanaan program dan kegiatan,

Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat