• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditenangkan Dari Hari ke Har

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 43-46)

Jangan merasa asyik dan letih mengurus kewajiban Anda sehari-­ hari Karena semua itu dapat menyebabkan Anda kehilangan arah waktu dan tertidur, lupa kepada Allah. Malam akan menjelang. Fajar sebentar lagi merekah. Bangun dan bangkitlah pada apa yang sedang Allah kerjakan! Allah sedang memoles bagian akhir dari pekerjaan keselamatan yang Dia sudah mulai ketika kita menjadi orang percaya. Kita tidak boleh menyia-­nyiakan waktu barang semenit pun. Tak membuang-­buang jam-­jam berharga pada terang hari menjadi tak keruan dan menyenangkan diri sendiri. Tidak juga hanya berbaring atau memboroskan tenaga, terlibat percekcokan merebut segala sesuatu. Turun dari tempat tidur dan berpakaianlah. Jangan berlambat-­lambat dan bermalas-­malasan, menunggu sampai waktu terakhir. Kenakanlah pakaian Kristus! Bergerak! (Roma 13:11–14)

Catat pilihan kata-­kata teguran ini: jangan merasa asyik dan letih mengurus kewajiban Anda sehari-­hari. Kegiatan itu akan menjarah nilai dari waktu yang Anda miliki atau mengakibatkan Anda jatuh terlelap. Pelbagai tulisan tentang kehidupan ini merupakan tuntutan

yang bersifat sangat mendesak Anda untuk bangkit dan waspada dan berjaga dengan apa yang Allah sedang lakukan. Saat Anda sadar dengan apa yang Allah sedang kerjakan, Anda akan tahu apa yang harus Anda lakukan! Waktu berleha-­leha telah selesai. Saatnya bergerak. Jam peringatan sudah lewat beberapa waktu lalu!

Kebutuhan untuk bangkit dan bermanfaat menjadi perhatian khusus saat saya bertelepon dengan seorang teman. Dia berkata dia dan istrinya baru saja menikmati makan bersama seorang guru dan pendeta Yahudi yang terkenal. Pendeta ini seorang yang sangat terbuka. Ia berbagi beban hatinya tentang warga Amerika keturunan Yahudi. Pendeta ini melakukan banyak perjalanan dan mengajar di sinagoge-­sinagoge di seluruh daratan Amerika. Dia memohon dengan sangat kepada orang Amerika keturunan Yahudi agar berdoa bagi komunitas Kristen di Amerika agar bangkit bersama dan menyadari kekuatan mereka dalam memberi pengaruh. Dia peduli karena penduduk Yahudi di Amerika terlalu kecil untuk berdiri sendiri jika komunitas Kristen tak berjalan bersama mereka melakukan advokasi dalam rangka menahan munculnya gerakan anti-­Semit dan anti-­Kristen melawan kita semua.

Sejauh ini kita terlalu banyak merasa patah hati, diam-­diam saja, atau lebih menyedihkan, tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi di dunia ini. Mungkinkah ini disebabkan karena kita sudah mendengar para pengkhayal Injil melenakan dengan memotivasi sangat sedikit untuk menyelamatkan orang terhilang? Apakah karena kurang gerak dan latihan rohani yang mengakibatkan kita menjadi letih lesu? Apakah tekanan atas dasar hukum atau sikap biasa-­biasa saja terhadap dosa membuat tindakan kita lambat, menunda-­nunda atau bosan memberi respons? Mungkinkah Allah sedang dalam proses mengguncangkan kita agar bangkit dan bangkit dan membahayakan? Jika demikian halnya, ini bukanlah yang pertama kali.

Bangsa Israel berjalan di padang belantara selama bertahun-­ tahun, lebih dari waktu normal yang dibutuhkan. Mereka melakukan perjalanan tanpa tujuan. Mereka seperti sekawanan domba dalam jumlah sangat besar. Kadang-­kadang mereka tersesat dan bersungut-­ sungut. Lain waktu mereka taat mengikuti awan pada siang hari dan berkemah di bawah tiang api pada malam hari. Terkadang mereka mendengar kata-­kata Musa, gembala mereka. Lain waktu mereka tak mendengar satu kata pun. Namun ketika mereka berkumpul untuk berkemah di dataran Moab yang berbatasan dengan tanah yang

dijanjikan kepada mereka, kehadiran mereka tampak jelas. Bangsa-­ bangsa di sekitar mereka menyadari kehadiran mereka berada di sana. Tempat perhentian yang belum pernah didiami oleh para petualang ini muncul di hadapan para penduduk wilayah ini sebagai sekumpulan para pejuang yang perkasa.

Tak lama setelah masa perbudakan yang hebat, orang Israel menangkap kembali identitas mereka sebagai keturunan Allah (Israel berarti “pangeran Allah”). Setelah bertahun-­tahun melewati padang belantara, mereka siap untuk menetap. Mungkin sejak itu anak-­anak Allah merindukan masa-­masa kemilau yang nyata dan jelas, yang terjadi pada raja-­raja mereka, nabi Bileam, dan kepada bangsa-­bangsa musuh di sekitar mereka. Mereka bukan lagi petualang. Merekalah para elite penyembah Allah dan para pejuang yang berjaga.

Sayangnya, tanpa sebuah kesadaran tentang siapa diri mereka sebenarnya dan perspektif yang benar tentang siapa yang berada di sekitar mereka (bangsa-­bangsa musuh), anak-­anak Allah akan kehilangan visi dan tujuan. Mereka mengesampingkan sikap pengendalian diri yang suci dan membuat kesalahan besar dalam pengadilan. Sebelum memasuki Tanah Perjanjian, mereka dengan bodoh membentuk beberapa persekutuan yang tidak kudus. Kesalahan mereka seperti juga peringatan kita pada masa sekarang: adalah berbahaya jika Anda bangkit tetapi melupakan siapa diri Anda sebenarnya.

Contoh sederhananya, mereka berpesta pora di padang gurun. Lelaki Israel terlibat hubungan seks yang tak terkendali dengan perempuan-­perempuan Moab yang dikirim ke perkemahan mereka atas nasihat nabi Bileam (lihat Bilangan 25:1–2;; 31:16;; Wahyu 2:14). Perempuan-­perempuan ini meminta para lelaki Israel untuk menjadi bagian dari penyembahan agama/seks bangsa Moab. Hasilnya: tragedi. Umat Allah menjadi tidak fokus. Sebelum semuanya berlalu, timbul wabah, nabi yang tekun, dan musuh yang pasti: orang Midian. Allah memerintahkan Musa untuk menghitung penduduk, lalu bangsa itu dibagi dalam kelompok-­kelompok.

Namun musuh-­musuh Israel tak pernah menang memerangi mereka. Bila Israel sedang dalam keadaan taat, kemenangan di tangan mereka. Tetapi ketika mereka berada di luar pengarahan Allah, penghakiman mengambil alih kemenangan. Mereka bertobat dan menyesal. Lalu Allah mengangkat wabah itu dari antara mereka tetapi sebelumnya 24 ribu orang Israel telah mati.

Apa pelajaran dari semua ini bagi kita? Jika musuh tak berhasil membuat kita menjadi tenang, diam, lembek, dan pasif, dia akan menarik kita untuk menetapkan tempat-­tempat bagi kita beristirahat dan terhubung dengan bentuk-­bentuk penyembahan yang tidak rohani dan jahat. Seperti apa sebenarnya orang-­orang Kristen yang santai-­ santai saja? Mereka berkata dan memercayai hal-­hal berikut ini:

‡ “Dunia ini sedang tenggelam… Saya berharap masa Pengangkatan segera datang sehingga kita semua terangkat.”

‡ “Suami saya dan saya menonton video tentang cara pasangan melakukan hubungan seks. Mengapa tidak?”

‡ “Sungguh mengerikan. Saya akan menutup mata saya (menguap), dan sekarang mata saya tertutup. Saya akan tidur siang.”

‡ “Allah tahu saya hanya manusia biasa. Pasangan saya tak bisa memenuhi kebutuhan seks saya. Saya tahu ini tidak boleh tetapi kan saya sudah diampuni…”

‡ “Dia bukan presiden yang saya pilih. Saya tidak mau berdoa untuknya.”

‡ “Perdagangan seks dan manusia sungguh tragis, tetapi itu persoalan bangsa lain, bukan?”

‡ “Betapa menyedihkan melihat orang-­orang meninggal dalam peristiwa gempa bumi di Haiti dan Chili. Hebat sekali para selebritas mencari dana untuk membantu mereka.”

Terkadang saya ingin menangis karena saya takut kita telah melupakan siapa diri kita yang sesungguhnya. Kita bukanlah milik kita sendiri. Kita adalah milik Allah. Kita adalah bangsa yang dikuduskan bagi Allah dan bagi tujuan-­tujuan-­Nya. Kita bukanlah sekumpulan orang yang sedang keluyuran, berjuang, pengungsi piatu yang sudah mengatasi dosa dan bertanya-­tanya apakah ada Allah. Kitalah tubuh Kristus. Kita ditakdirkan untuk menang dan menjadi juara, dengan berbagai tanda dan keajaiban. Namun sayang, saudari-­saudari kita tidak mengetahui tentang hal tersebut.

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 43-46)