• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Yang Beran

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 142-146)

Seberapa banyak sebenarnya bagi seorang ibu menolong anak-­anak yang bukan anak-­anaknya?

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya?

Sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekali pun dia melupakannya,

Aku tidak akan melupakan engkau! (Yesaya 49:15)

Saya tidak dapat membayangkan ada seorang ibu yang melupakan anaknya, sampai-­sampai Allah berkata, “sekali pun dia melupakannya.” Ayat ini menandakan betapa tidak alami sebenarnya bila wanita gagal merawat atau dengan sadar menyakiti seorang anak. Sedihnya, kita

hidup dalam masa ketika hal-­hal yang tak terbayangkan menjadi sebuah realitas. Dengan meningkatkan frekuensi berita membawa pelbagai cerita tentang ibu yang membahayakan keamanan dan kesejahteraan anak-­anak mereka dengan menggantinya demi obat-­obatan terlarang, alkohol atau uang.

Baru-­baru ini media menyiarkan masalah dua orang gadis yang diculik oleh pasangan yang berbeda. Satu gadis yang berani ditawan selama delapan belas tahun dan selama waktu yang mengerikan itu, dia melahirkan dan merawat dua anak perempuan. Satu gadis yang lain diculik dari rumah keluarganya dan ditahan selama sembilan bulan. Kedua perempuan muda ini diperkosa dan diperlakukan secara brutal oleh pembunuh-­pembunuh yang sadis. Dalam kedua kasus tersebut, istri yang tidak mempunyai anak itu dituntut karena telah berkolaborasi membantu kejahatan suaminya.

Ketika anak saya, Alec, menyadari bahwa perempuan juga terlibat, dia terkejut sekali. “Kenapa istri-­istri itu tidak menolong gadis-­gadis muda itu?” tanyanya. Dia tak bisa memahami suatu dunia di mana perempuan tidak menolong anak-­anak.

Yang dapat saya katakan di sini adalah kedua istri tersebut tidak dalam kondisi sehat. Mereka mempunyai pilihan dan mereka memilih untuk diam. Karena beberapa alasan, hati ibu tidak terbangkitkan di dalam diri mereka.

Kita cenderung berpikir wanita ditindas oleh pria. Tetapi yang terjadi kasusnya tidak selalu demikian. Kedua wanita ini tahu apa yang sedang terjadi dan tidak melakukan sesuatu pun. Kenyataannya, mereka memampukan penyiksaan terhadap gadis-­gadis ini.

Menarik dicatat bahwa kedua pria penyiksa itu memelintir Kitab Suci dan menggunakan pandangan-­pandangan tidak sehat tentang tunduk, demi memanipulasi istri-­istri mereka dan kedua gadis itu. Keinginan untuk menyenangkan suami mereka, keterlibatan para istri ini membuat sebuah bangsa tersentak.

Sebaliknya, seekor singa betina akan menempatkan dirinya di antara anak-­anaknya dan hal yang akan membahayakan mereka. Saya pernah membaca tulisan tentang singa-­singa betina yang bahkan bekerja sama melawan singa-­singa jantan dalam kelompok mereka jika tindakan mereka mengancam singa-­singa muda.

perempuan sehat yang dengan benar memisahkan dan hidup dengan Firman Allah. Kita harus menegaskan sebuah pandangan yang bijak dan bertenggang rasa tentang isu-­isu seperti gender, tunduk, dan kepatuhan dalam kehidupan perkawinan yang tanpa pamrih. Allah tak pernah bermaksud dari semua prinsip ini menjadi berisiko bagi orang lain. Prinsip-­prinsip itu untuk kesehatan dan kebaikan.

Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk melindungi yang muda dan rentang. Seperti singa betina, kita harus selalu mencari untuk memindahkan anak-­anak dari cara yang berbahaya. Singa betina memahami oleh insting yang diberikan oleh Allah apa yang banyak perempuan sudah lupakan: ibu-­ibu memberi pertolongan bahkan jika itu bukan anaknya sendiri.

Rupanya hanya melahirkan anak tidak membuat Anda menjadi seorang ibu. Beberapa bulan lalu bangsa kita terperangah dengan cerita seorang gadis berusia lima tahun yang cantik dan suka tersenyum. Ibunya menjual dia ke arena perbudakan seks. Mereka menemukan tubuh si gadis muda di wilayah hutan kayu, jauh dari jalan pedesaan di North Carolina. Saya terguncang dan berpikir kalau buku ini sudah tercetak, berita apa lagi yang sudah terjadi.

Saya bersyukur kepada Allah bahwa kebanyakan dari kita, tipe ibu yang semacam ini tak pernah terbayangkan. Kitab Suci memperkirakan akan ada masa yang sangat kejam di mana orang sudah kehilangan cara mereka akan lupa apa makna menjadi manusia (lihat Roma 1:26). Menjadi manusia itu serupa allah dan memiliki hati nurani dan ukuran hati Allah. Allah terluka hatinya dengan menurunnya nilai kehidupan dan kehidupan seksual anak-­anak yang diciptakan dari gambaran ini. Mengetahui tanggapan Allah tentang hal ini, kita seharusnya berlaku sama dalam merespons dengan reaksi yang berani dan menyenangkan. Beberapa dari kita perlu membuka rumah kita dengan cara mengangkat anak dan mengambil risiko atau anak-­anak yang tidak diinginkan untuk masuk ke dalam rumah kita. Kita perlu menjadi murah hati dan tidak tergantung pada pemerintah untuk membuat benar apa yang kita lihat salah. Marilah kita benar-­benar mengasihi tetangga kita.

Jika kita tinggal diam dalam menghadapi tekanan dan ketidakadilan, kita melakukan risiko bahwa pada suatu hari hal itu pun akan menyusul kita. Saya rindu melihat gereja bangkit untuk menempatkan kebenaran pada ketidakadilan dalam perdagangan manusia dan perbudakan seks. Mereka tidak pernah jauh dari benak saya dan sering saya libatkan

dalam kotbah-­kotbah saya. Saya mengobrol dengan perempuan muda yang duduk di sebelah saya pada sebuah penerbangan. Saya katakan bahwa saya sangat ingin melihat perempuan di seluruh dunia tergerak untuk membentuk tindakan yang menentang isu-­isu ketidakadilan. Dia memandang saya dan menjawab, ”Dengan otoritas apa Anda berbicara tentang masalah itu?”

Tekanan suara dalam pertanyaannya menyergap saya secara tak terduga. Setelah terdiam sejenak, saya menjawab, “Dengan otoritas apa saya berani untuk tetap diam?” Perkataan itu juga membuatnya terdiam. Dia mencoba menjelaskan bahwa dia ingin mengetahui jika

VD\D PHPSXQ\DL NXDOLÀNDVL SHQGLGLNDQ DWDX VHRUDQJ SURIHVLRQDO

Saya tetap memandangnya dan menjelaskan bahwa terakhir kali saya memeriksa, tak ada hukum yang melawan orang menyuarakan ketidakadilan, dan dari apa yang saya lihat, pun tak ada jawaban dari seorang “profesional”. Karena sangat besarnya kejahatan ini, patinya akan memerlukan tanggapan dari banyak orang.

Adalah ketidakadilan yang menyolok bila mematahkan anak-­ anak dari kemurnian dan memperbudak mereka demi nafsu dan penyelewengan orang dewasa. Bagaimana kita hanya dapat tinggal diam ketika suara-­suara anak yang begitu banyak anak dibungkam?

Bagaimana kita tidak dapat menangis atas isu ini? Berapa kali lagi kita harus mendengar “Yang diperlukan si jahat untuk menang dalam hal ini, adalah orang-­orang baik tak melakukan sesuatu pun”, sebelum kita tidak hanya percaya dengan pernyataan itu tetapi juga melakukan satu tindakan? Ketika saya berada di luar negeri dan berjalan melewati tempat-­tempat miskin yang mengerikan, saya memandang mata ibu-­ ibu dan berpikir apa yang mereka sedang pikirkan.

Apakah mereka bertanya, Apakah anak saya kurang berharga dari anakmu?

Allah melarang kita mengizinkan mereka untuk memercayai hal ini. Waktu saya berada di Asia Tenggara, dua kali seorang ibu menawarkan anaknya kepada saya. Seorang ibu menaruh anaknya ke tangan saya. Ketika saya mengendong bayi lelakinya itu, ibu itu memandang saya dan memberi isyarat ketika dia berbicara tetapi saya tidak mengerti. Setelah saya memuji kecantikan bayi seorang ibu yang lain, dia bertanya melalui seorang penerjemah, apakah saya menginginkan bayi perempuannya. Anda mereka keputusasaan mereka? Mereka berusaha memberi anak-­anak mereka kepada saya, seorang yang benar-­benar

asing yang bahkan tidak bisa bahasa mereka. Mungkin mereka mengharapkan uang tetapi saya percaya mereka memerlukan lebih daripada sekedar itu. Mereka ingin harapan bagi anak-­anak mereka. Menjual anak itu sesuatu yang tak terbayangkan dalam budaya kita. Tetapi, apa yang akan Anda lakukan kalau Anda tidak mempunyai sesuatu pun untuk diberikan kepada anak Anda?

Akankah kita membesarkan anak-­anak kita sehingga mereka sadar bahwa mereka berbagi dunia dan sumber-­sumber di dalamnya dengan anak-­anak perempuan ini? Saya percaya Allah menginginkan Anda dan saya melakukannya dengan membawa anak-­anak seperti itu ke rumah.

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 142-146)