• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saling Merawat

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 120-124)

Jika ritual singa betina dalam memberi salam menjadi sesuatu yang positif, hal itu dengan segera akan menjadi semacam persiapan yang alami dalam sesi saling merawat. Saling merawat yang saling menguntung ini membentuk ikatan yang kuat antara singa-­singa betina dan anak-­anak yang lebih besar, yang pada gilirannya nanti membantu memelihara kedekatan kelompok untuk saling terkait dan utuh sebagai satu.

Singa-­singa betina sering saling merawat pada bagian leher dan kepala, bagian-­bagian yang sulit dicapai oleh mereka sendiri. Dengan lidah mereka yang bertekstur kasar, para singa betina membersihkan darah dan kotoran sesama mereka sambil menyisir bulu-­bulu teman mereka sehingga bebas dari noda dan parasit. Bila sesuatu mengambil darah dan zat-­zat gizi dari tubuh Anda, makhluk itu secara pelan namun pasti mencuri kehidupan Anda. Sementara itu baik untuk memindahkan darah dan kotoran dari tubuh kita. Syukur kepada Allah untuk para bibi dari saudari-­saudari yang rela mengambil noda dan parasit juga dari tubuh kita!

Kata kerja groom (merawat) berarti membersihkan, membereskan, menyediakan, menyeka atau membersihkan ulang, merapikan, mendandani, menyisir, melengkapi, melatih, dan mengajar ekstra. Jadi

PHQXUXWGHÀQLVLLQLVD\DVHEHQDUQ\DGDSDWGDQKDUXVPHUDZDWJLJL

saya, dapur saya, dan anak-­anak saya dalam pelajaran aljabar.

'DODP PHQJXUDLNDQ SURVHV PHUDZDW SHUWDPD DNDQ GLGHÀQLVLNDQ

sebagai “membersihkan” atau “membereskan.” Yesus pernah terlibat semacam pembicaraan yang “membersihkan” atau “membereskan” Petrus. Yesus ingin mencuci kaki Petrus. Petrus menolak. Jadi Yesus membiarkan Petrus mengetahui bahwa jika Petrus tidak mengizinkan mencuci kakinya, artinya Petrus tidak mempunyai bagian dalam apa yang sedang Yesus kerjakan. Petrus tidak mau ketinggalan dalam hal ini dan menerima tawaran Yesus secara ekstrem, meminta Yesus mencuci dirinya, dari kepala sampai kaki. Yesus kita yang luar biasa itu membalikkan pada poin:

Yesus berkata, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” (Yohanes 13:10)

Karena kita adalah milik Yesus, kita bersih. Namun demikian, selama hari itu, kaki kita dapat kotor, dan kadang-­kadang, tergantung dari apa yang sudah kita lakukan atau pakai, kaki kita bahkan bisa jadi bau. Ketika kita menjalani kehidupan, kita dapat melangkah dan melewati beberapa jalanan dan tempat yang kotor, sedikitnya saya tahu pernah terjadi pada saya. Menjelang senja, kita harus membersihkan diri dari debu sepanjang perjalan hari ini.

Itulah sebabnya Yesus melanjutkan berkata:

Jadi jika Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu, sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, atau pun seorang utusan daripada yang mengutusnya. Jika kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. (Yohanes 13:14–17)

Yesus membasuh kaki murid-­murid-­Nya dan meminta kita untuk melakukan hal yang sama dengan sesama kita. Saya tidak berpikir

PDNQDVHFDUDKDUÀDKPLVDOQ\DVXDPLVD\DPHPEHULOD\DQDQSHGLDNXU

sederhana untuk saya tidak malam (meski itu akan manis sekali, sayang). Tetapi mungkin mencuci kaki menyimbolkan bagaimana kita dapat saling menyegarkan dan memulihkan, terutama ketika jalan-­ jalan yang kita jalani kotor dan berdebu.

Saya menjadi bagian dari sesi mencuci kaki yang aneh pada masa kini, terutama selama pelayanan itu mengharuskan menggunakan celana ketat. Tetapi kembali pada hari-­hari Yesus, mencuci kaki adalah hal yang alami untuk menyambut tamu ketika mereka memasuki rumah, seperti halnya memeluk dan mencium pada zaman modern ini. Saya tidak mengusulkan kita memasukkan pelayanan mencuci kaki ke masa kita ini. Sekarang kita bersepatu tertutup dan jalanan trotoir dan bersandal waktu mengembara ke jalanan yang berdebu. Saya usul sebelum kita masuk ke rumah seorang teman atau ke tempat bersekutu, kita membersihkan dulu debu yang mungkin sudah menempel pada hari itu, barulah kita siap berkumpul dengan saudara-­saudara di sana. Seperti singa betina, kita saling membutuhkan untuk membersihkan kotoran, noda, dan parasit dari hidup kita.

Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri (Jangan bayangkan diri Anda cukup bersih

untuk tampil bila belum mandi seminggu). Ada keturunan yang berpandangan angkuh,

Yang terangkat kelopak matanya.

(Jangan pongah dan berpikir Anda lebih baik dari orang lain). Ada keturunan yang giginya adalah pedang,

yang gigi geliginya adalah pisau,

Untuk memakan habis dari bumi orang-­orang yang tertindas, Orang-­orang yang miskin di antara manusia.

(Jangan serakah, tak kenal ampun, dan jahat seperti serigala). Si lintah mempunyai dua anak perempuan:

Beri aku dan beri aku lagi adalah parasit yang mengurangi zat-­zat gizi kita dan merampok hidup kita. Serakah dan memanjakan diri sendiri itu bagaikan vampir. Bila kita bagian dari sebuah komunitas yang saling merawat, kita saling membantu agar hidup kita bersih.

Belum lama ini saya perlu menentukan apakah saya mempunyai hak berbicara kepada kehidupan seorang anak muda. Dia seorang pemimpin muda yang penuh semangat dan saya sangat menghargainya. Karena saya merasa melindungi dia dan panggilan Allah dalam hidupnya, saya ingin menawarkan semacam perbaikan. Tetapi untuk melakukannya, pertama saya harus mempunyai hubungan sosial dengannya, dan untuk mengetahui apakah dia dapat mendengar kata-­kata saya, saya bertanya kepadanya, “Bagaimana kamu melihat saya di gereja?”

Dia menjawab tanpa ragu, “Saya memandang Ibu sebagai pemimpin.”

Tanggapannya memberi tahu saya bahwa saya dapat berbicara kepadanya dan dia akan mendengar apa yang akan saya katakan. Kalau dia menjawab dengan tanggapan yang aneh, tentu saya akan menahan nasihat saya untuknya.

Kegiatan ini semacam pekerjaan saling mencuci kaki. Tidak hanya kita berbicara tentang kehidupan seseorang, tetapi kita juga mengundang orang lain untuk memberi masukan kepada kita juga. Saya mempunyai seorang teman yang sudah seperti kakak saya sendiri. Dia seorang pendeta yang luar biasa dan berpengalaman dalam mengumpulkan anak-­anak perempuan Allah. Kami menjadi teman baik cukup lama dan masing-­masing mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-­ masing.

Belakangan saya merasa membutuhnya untuk menjadi bagian dari proses membersihkan hidup saya. Sambil menikmati kopi, saya berkata, “Saya ingin kamu ngomong tentang saya. Kalau kamu melihat saya atau mendengar atau mengatakan atau saya melakukan sesuatu yang bodoh atau tidak pada tempatnya, tolong kasih tahu saya ya. Bukan dengan cara, bahwa saya sudah matang secara rohani atau saya tidak butuh dikoreksi lagi. Tetapi saya perlu seseorang yang kompeten untuk berbicara langsung dan bijak tentang saya.”

Dengan ramah dia setuju untuk melakukan bersih-­bersih ini, untuk bidang-­bidang yang tidak terlihat di dalam diri saya. Agar hal ini bisa terjadi dengan lancar, dia harus mempunyai hubungan baik

dengan saya. Secara sengaja saya menghubungi dia dan atas sarannya membaca bukunya dan mendengarkan dia. Dia tidak berminat untuk mengendalikan saya, hanya untuk meyakinkan saya tidak mempunyai kotoran di wajah saya! Bila kita bagian dari dinamika sosial dalam membersihkan, kita paham bahwa jika kita berlumpur, itu akan tercermin pada saudari-­saudari kita yang lain juga.

Jika Anda memasuki tempat ibadah dan di sana tidak ada yang menyapa atau Anda tidak memiliki hubungan yang mapan, saya mendorong Anda mencari satu gereja di mana ada interaksi dan koneksi. Persahabatan dan gereja tanpa koneksi tak akan membersihkan Anda dari tujuan Allah. Kita butuh untuk dibersihkan, hal itu jelas. Saya mengundang pendeta teman untuk berbicara soal saya karena saya sadar bahwa saya butuh pembersihan sejenis ini. Saya merasa terisolasi dan salah dipahami. Ini bukankah barang tambahan yang menarik. Dan saya tahu saya perlu masukan dari orang untuk menyisir dan kehidupan saya menggerakkan mereka.

Proses membersihkan ini dapat menjadi titik penting dari sebuah hubungan. Tampaknya teman-­teman yang sudah seperti keluarga mengetahui secara alami bahwa kita adalah manusia yang sering belajar dari pengalaman yang mahal harganya: berbahaya untuk membersihkan diri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 120-124)