• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Seorang Perempuan

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 110-115)

Pada satu masa saya sibuk berbicara pada beberapa pertemuan dan siaran yang secara konsisten bertopik soal nilai seorang perempuan. Saya menulis beberapa poin penting kemudian berpesan melalui Twitter dan Facebook. Saya mengingatkan mereka bahwa ada kebutuhan suara dan kontribusi perempuan yang genting dan penting di dalam gereja, di luar gereja, dan dalam tingkat-­tingkat masyarakat lokal dan dunia. Saya berharap para perempuan tidak hanya percaya peran mereka dalam masyarakat dan beria-­ria atas itu semua tetapi menjalani peran itu dengan kesadaran.

Kemudian seseorang bertanya: “Bisakah Anda menyampaikan isu ini kepada laki-­laki?” Usulan mereka muncul dalam bentuk bisik-­bisik seakan-­akan berbahaya jika orang mendengar desas-­desus ini dan mengetahui mereka berani mengusulkan hal yang demikian secara terbuka.

Saya berpikir isu tersebut cukup untuk memberi dorongan kepada perempuan. Ada sebuah nilai yang luar biasa bila berbicara kepada sesama perempuan. Rasanya lebih intim dan aman. Namun seiring perjalanan hidup anak-­anak perempuan Allah terus berlangsung, saya belajar bahwa bagi perempuan, semangat saja kurang memadai. Seperti ada keterbatasan nilai bila hanya memanang dari satu sisi koin yang utuh.

saya diundang dan diterima dalam dunia gereja Minggu pagi. Kegiatan ini lebih sering melibatkan laki-­laki. Saya menyatakan apa pendapat saya tentang peran masing-­masing gender dan saya membuka jendela tentang betapa perempuan itu sebenarnya menakjubkan.

Saya perhatikan jarang laki-­laki menguji kebenaran ini. Selain itu juga saya membeberkan bahwa laki-­laki itu pun luar biasa! Beberapa tahun ini saya melihat banyak air mata yang menetes dari mata laki-­laki. Saya melihat suami-­suami dan istri-­istri berpelukan dan menghentikan perseteruan mereka tentang peran mereka masing-­masing. Saya senang melihat pasangan suami istri saling meminta dan memberi maaf atas perselisihan pengetahuan bodoh selama ini tentang siapa yang lebih berkuasa.

Saudariku singa betina, laki-­laki bukanlah masalah kita. Isu ini sebenarnya jauh lebih luas daripada sekedar itu. Musuh kita dan penipu ulung yang merampas martabat laki-­laki dan perempuan adalah si jahat. Namun demikian, meski laki-­laki bukan masalah bagi perempuan, laki dapat dan seharusnya juga menjadi bagian dari jawaban. Beberapa hal terjadi ketika laki-­laki memikul beban restorasi terhadap martabat dan kekuasaan, berdampingan dengan perempuan.

Terkadang agar perkataan kita didengar saja sulit, seperti sebuah pertempuran. Laki-­laki di dunia Anda perlu mendengarkan suara Anda. Mereka juga perlu mendengar suara lain yang memberi dukungan kepada laki-­laki dan perempuan untuk bangkit secara bersama. Jika harus ada perubahan, semua pihak harus mendapat porsi untuk berbicara hal yang sama. Marilah kita menggemakan cara Allah menyelesaikannya.

Mari kita mempelajari secara mendalam konteks 1 Korintus 11. Saya akan menguraikannya menjadi beberapa bagian dan perbedaan, lalu menyimpulkan perspektifnya secara menyeluruh.

Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-­laki dan tidak ada laki-­laki tanpa perempuan. (ayat 11)

Paulus memposisikan semua konsekuensi yang akan mengikuti dengan tuntutan tidak membaca terlalu banyak atau terlalu mengurus perbedaan antara kedua jenis kelamin. Ya, ada memang perbedaan, tetapi perbedaan-­perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk memisahkan kita. Justru perbedaan itu ada untuk menyatukan kita.

Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-­laki, demikian pula laki-­laki dilahirkan oleh perempuan, dan segala sesuatu berasal dari Allah. (ayat 11)

Dengan pernyataan ini Paulus menyatakan saling ketergantungan kedua jenis kelamin. Jika ada ketergantungan yang saling menguntungkan, tak ada prioritas untuk diberikan kepada laki-­laki atau kepada perempuan.

Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-­laki dan tidak ada laki-­laki tanpa perempuan (ayat 11)

Bahwa laki-­laki pertama tercipta sebagai gambaran dari Allah, itu benar. Lalu di sini ada “namun.” Kecantikan perempuan menyinari suaminya. Catat bahwa hal ini dialamatkan untuk hubungan suami dan istri.

Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-­laki, demikian pula laki-­laki dilahirkan oleh perempuan. (ayat 12)

Lagi, ini benar bahwa perempuan pertama, Hawa, berasal dari laki-­ laki, Adam. Paulus menggunaakan kata ”sama seperti” untuk membuat seimbang sisi lain dari skala ”demikian pula semua laki-­laki dilahirkan oleh perempuan.

Dan karena segala sesuatu datang dari Allah juga, marilah kita berhenti mempermasalahkan hal rutin “siapa yang pertama”. (ayat 12)

Sekarang timbangan telah seimbang dengan sempurna, Paulus mengangkat isu gender secara timbal-­balik dan meminjam perspektif ilahi, bahwa: segala sesuatu berasal dari Allah. Jadi berhentilah berargumentasi soal siapa yang lebih unggul! Masalah ini harus diluruskan. Allah sendiri adalah Sang Alfa. Dia sendiri Kudus, Adil, Kasih, Benar, Jalan Itu, Kehidupan Itu, Yang Awal, dan Yang Akhir.

Jangan pernah membayangkan Allah dipengaruhi oleh legislasi dari denominasi kita. Dia tidak terkesan dengan segala peraturan kita yang kita miliki di dunia ini dan soal apa yang boleh dan yang tidak boleh.

Allah bergerak dan menjadi tindakan, dan ketika Dia melihat orang benar terhubung dengannya dan berada di bawah pengaruh-­Nya, ke sanalah Allah akan memerintahkan berkat-­berkat untuk dicurahkan.

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya,

apabila saudara-­saudara diam bersama dengan rukun! . . .

Ya, ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat,

kehidupan untuk selama-­lamanya. (Mazmur 133:1, 3)

Sepanjang sejarah, gereja sudah terbagi dalam masalah-­masalah ini, namun saya, membuat sejarah yang berbda, tidak bersedia diwarisi tentang masalah itu. Apa yang saya pikir dan rasakan terlalu kecil dibanding hukum Allah tentang bagaimana seharusnya. Semua akan berubah.

´$NDQWHUMDGLSDGDKDULKDULWHUDNKLUµGHPLNLDQODKÀUPDQ$OODK

“Bahwa Aku akan mencurahkan Roh-­Ku ke atas semua manusia:

Maka anak-­anakmu laki-­laki

dan perempuan akan bernubuat,

Dan teruna-­teruna akan mendapat penglihatan-­penglihatan, Dan orang-­orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-­hamba-­Ku laki-­laki dan perempuan,

Akan Kucurahkan Roh-­Ku pada hari-­hari itu Dan mereka akan bernubuat.

Dan Aku akan mengadakan mukjizat-­mukjizat di atas, di langit Dan tanda-­tanda di bawah, di bumi;;

Darah dan api dan gumpalan-­gumpalan asap.” (Kisah 2:17–19) Pada hari-­hari terakhir, Allah akan melaksanakan apa yang dikatakan-­Nya. Gambaran darah, api, dan gumpalan-­gumpalan asap yang membubung ke atas terdengar seperti mezbah pengorbanan zaman kuno dari orang Ibrani.

Di sanalah orang-­orang berkumpul membawa persembahan yang dapat diterima oleh Allah yang Mahatinggi. Persembahan mereka dipersembahkan dan penerimaannya diantarkan oleh api ke alam surga.

Dalam Perjanjian Baru, tidak disebut ada anak domba, lembu, dan lembu jantan yang dipersembahan di atas mezbah. Sebagai gantinya, kita melihat suara-­suara pujian yang dinaikkan oleh anak laki-­laki dan perempuan, tua dan muda, dan semua pengertian nubuatan dari hamba-­hamba Yang Mahatinggi. Api tidak membakar mezbah penyembahan kita. Api kita terletak di dalam diri ketika kita tenggelam dan digerakkan oleh Roh-­Nya.

Dalam beberapa tahun terakhir saya takut mengalamatkan isu-­ isu gender secara langsung. Tetapi pada poin ini, saya rela untuk mendorong memberikan amplop itu jika diperlukan. Suami saya tidak khawatir soal kekuatan saya, malah dia menyambutnya. Anak-­ anak saya tidak tertarik dengan deskripsi perempuan yang lemah, tak punya suara, dan merasa tertekan. Namun, benarkah saya merasa sangat didukung bila perempuan lain tidak merasa demikian? Dunia kita memerlukan perempuan-­perempuan yang memberi suara mereka atas nama orang-­orang tertekan di semua tempat. Ini berarti menjadi tenang dengan semua ciptaan untuk bergandengan tangan berjalan bersama satu dengan lain.

Saatnya kita mengesampingkan isu-­isu gender dan menghilangkan bagian-­bagian ekstrem yang membuat kita menjadi tidak efektif. Inilah saatnya bangkit bagi tujuan Allah untuk kita: menjadi kuat di dalam-­ Nya, menjadi aset bagi pria, dan satu suara penebusan bagi mereka yang terhilang dan terluka di dunia.

Dalam dokumen Singa betina bangkit (LISA BEVERE) (Halaman 110-115)