dr. Agustina Tri P. Sp.KK
Daftar Pustaka
• Fitzpatrick's Dermatology, Ninth Edition
• Panduan Praktik Klinik PERDOSKI thn 2017
• Holmes’s Sexually Transmitted Disease,
Fourth Edition
1. Anak perempuan, usia 3 tahun dibawa dengan keluhan lenting di hampir seluruh badan sejak 2 bulan disertai mata merah. Plentingan terasa gatal dan sedikit panas. Pada
pemeriksaan dermatologis di regio trunkal, ekstremitas superior et inferior tampak bula tegang diatas makula eritematus batas tak tegas. Gambaran histopatologis
tampak neutrofil di lapisan membran basal. Terapi topikal yang bisa diberikan pada pasien ini untuk meminimalisasi terapi sistemiknya adalah:
a. Imiquimod b. Calcipotriol c. Tacrolimus d. 5 fluorourasil
e. Kortikosteroid topical
Dermatosis IgA Linier
• Dermatosis IgA linear merupakan suatu penyakit autoimunbulosa didapat pada
kulit dan membran mukosa yang ditandai secara khas oleh deposisi linear IgA
sepanjang zona membrane basalis
Anamnesis
1. Riwayat perjalanan penyakit: kronik residif 2. Gejala subjektif gatal,
kadang disertai gejala prodromal
3. Dermatosis IgA linear
dapat timbul spontan atau dicetuskan oleh obat.
Obat yang dapat
mencetuskan, misalnya vancomycin
Pemeriksaan Fisik
1. Predileksi: wajah, tangan, kaki, genitalia, perianal dan bokong. Keterlibatan mukosa terjadi pada 70%
kasus
2. Klinis ditandai vesikel dan bula tegang di atas dasar eritematosa berukuran miliar hingga lentikular, berkelompok tersusun mirip rosette (cluster of jewel) atau disebut juga string of pearls
2. Seorang perempuan berusia 45 tahun datang dengan keluhan timbul lenting- lenting berisi nanah pada perut, bokong dan paha. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum penderita baik, tidak demam, tidak malaise.
Pemeriksaan dermatologik didapatkan vesikel dan pustul mutipel yang bergabung membentuk pola anular pada perut, bokong, dan paha.. Pada
pemeriksaan histopatologi ditemukan pustul sub korneal yang terisi oleh lekosit polimorfonuklear. Penderita pernah sakit seperti ini sebelumnya, dan kadang- kadang keluhan kulit membaik sendiri tanpa pengobatan. Diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini adalah :
a. Impetigo bulosa b. Pemfigus foliaseus c. Psoriasis pustulosa
d. Penyakit Sneddon-Wilkinson
e. Pustulosis eksantematosa generalisata akut
Dermatosis Pustular Subkorneal
• Nama lain yaitu Sneddon-Wilkinson Disease
3. Manakah yang merupakan presentasi klasik dari Epidermolisis Bulosa Akuisita?
a. Terdapat bula tegang yang dikelilingi oleh area kulit inflamasi dengan plak urticaria
b. Erupsi vesikobulosa kronis dan berulang yang terlokalisasi pada kepala dan leher
c. Tampak deposisi IgA linear pada BMZ
d. Kerapuhan kulit dengan erosi, lepuh tegang dan jaringan parut pada permukaan rentan trauma
e. Erosi dan jaringan parut di permukaan mukosa mulut, esofagus atas, anus, konjungtiva, anus.
Epidermolisis Bulosa Akuisita
4. Seorang pasien laki-laki 30 tahun datang dengan
keluhan 7 hari terakhir ini pada bibir kemerahan, lecet, rasa seperti terbakar. Pada mata dirasakan silau dan kemerahan. Dalam 3 hari terakhir pasien juga
mengeluhkan agak lemah, demam, nyeri kepala, sedikit batuk. Dalam 1 hari terakhir didapatkan makula dan patch eritem multipel tersebar pada area wajah, lalu bertambah pada dada. Sebagai dokter, hal yang segera harus
dilakukan pada kasus ini adalah :
a. Rawat inap
b. Pemeriksaan laboratorium darah rutin c. Anamnesis intake obat sebelumnya d. Biopsi
e. Infus
Sindrom Stevens-Johnson/SSJ dan Nekrolisis Epidermal Toksik /NET
• Nekrolisis epidermal, mencakup Sindrom Stevens- Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET), adalah reaksi mukokutaneus yang
mengancam jiwa, ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis yang ekstensif
• Kedua kondisi ini digolongkan sebagai varian keparahan dari proses yang serupa, karena adanya kesamaan temuan klinis dan
histopatologis
• Perbedaan terdapat pada keparahan yang
ditentukan berdasarkan luas area permukaan kulit
yang terkena
Klinis
1. Anamnesis
• Penyebab terpenting adalah penggunaan obat
• Riwayat penggunaan obat sistemik (jumlah dan jenis obat, dosis, cara pemberian, lama pemberian, urutan pemberian obat), serta kontak obat pada kulit yang terbuka (erosi, eskoriasi, ulkus) atau mukosa
• Jangka waktu dari pemberian obat sampai timbul kelainan kulit (segera, beberapa saat atau jam atau hari atau hingga 8 minggu)
• Identifikasi faktor pencetus lain: infeksi (Mycoplasma pneumoniae, virus), imunisasi, dan transplantasi sumsum tulang belakang.
Pemeriksaan fisik
• SSJ dan NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan membran mukosa
• Kelainan kulit yaitu: eritema, vesikel, papul, erosi, eskoriasi, krusta
kehitaman, kadang purpura, dan epidermolisis.1-3 Tanda Nikolsky positif
• Kelainan mukosa (setidaknya pada dua tempat): biasanya dimulai dengan eritema, erosi dan nyeri pada mukosa oral, mata dan genital
• Kelainan mata berupa konjungtivitis kataralis, purulenta, atau ulkus
• Kelainan mukosa oral berupa erosi hemoragik, nyeri yang tertutup
pseudomembran putih keabuan dan krusta.
• Kelainan genital berupa erosi yang dapat menyebabkan sinekia
(perlekatan)
• Gejala ekstrakutaneus: demam, nyeri dan lemah badan,
keterlibatan organ dalam seperti paru-paru yang bermanifestasi sebagai peningkatan kecepatan pernapasan dan batuk, serta komplikasi organ digestif seperti diare masif, malabsorbsi, melena, atau perforasi kolon.
5. Pasien perempuan, 40 tahun, datang dengan keluhan luka lepuh pada hampir seluruh tubuh. Keluhan dimulai muncul pada dada, perut, punggung dan bokong dengan diameter sebesar 1,5 cm, yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Awalnya terdapat gelembung berisi cairan jernih yang kemudian pecah dan terasa perih.
Sebelumnya, pasien mengeluh sariawan dan luka pada mulut sehingga sulit menelan pada 4 bulan yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, pada regio thorax, abdomen, dan
gluteus didapatkan bula longgar. Apa diagnosis pasien tersebut?
a. Pemfigus bulosa b. Pemfigus vulgaris
c. Dermatitis herpetiformis d. Impetigo bulosa
e. Herpes gestation
PEMFIGUS
• Pemfigus merupakan
penyakit autoimun kronik akibat autoantibodi IgG terhadap desmoglein di intraepidermal
• Penyakit ini
menyebabkan
terbentuknya bula pada kulit dan membran
mukosa
• Anamnesis
1. Umumnya terjadi pada usia 40-60 tahun
2. Umumnya diawali lesi pada membran mukosa mulut berupa erosi yang terasa nyeri
3. Perjalanan klinis dapat berulang, sering
diperlukan terapi seumur hidup
• Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum buruk 2. Erupsi kulit berupa bula
kendur yang mudah pecah sehingga cepat menjadi erosi dan dapat meluas ke seluruh tubuh 3. Predileksi terdapat bula
kendur, lentikular
sampai numular, di atas dasar kulit normal atau eritematosa. Isi mula- mula jernih kemudian menjadi keruh
4. Tanda Nikolsky positif
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan histopatologik HE: terdapat bula intraepidermal suprabasal, akantolisis, row of tombstones
2. Pemeriksaan imunofluoresens direk: didapatkan deposit IgG dan C3 di interselular, epidermis baik pada lesi kulit maupun perilesi (“chicken wire
apperance”)
3. Pemeriksaan serologik: kadar IgG di dalam serum meningkat (titer IgG, autoantibodi terhadap
desmoglein 3, biasanya berkorelasi dengan
aktivitas penyakit; oleh karenanya respon klinis dapat dimonitor dengan titer antibodi)
4. Pemeriksaan darah, urin, feses rutin dilakukan.
Pada pemberian kortikosteroid jangka panjang
perlu diperiksa fungsi ginjal dan fungsi hati, kadar
gula darah, reduksi urin dan kadar kortisol
6. Penyakit vesikobulasa dimana ditemukan bula
berdinding tegang, terdapat pada perut, tungkai medial, ketiak, tidak gatal pada usia tua. Pada pemeriksaan
histopatologis akan didapatkan:
a. Bula intraepidermal b. Celah intraepidermal c. Bula di sub epidermal
d. Bula di taut dermal – epidermal e. Celah di taut dermal – epidermal
Pemfigoid Bulosa
7. Dermatitis herpetiformis kebanyakan berhubungan dengan:
a. Sensitivitas terhadap glutein b. Limfoma
c. Penyakit Celiac d. Gastritis atrofi
e. Anemia pernisiosa
Dermatitis Herpetiformis Duhring
• Penyakit bulosa autoimun yang bersifat kronik berulang, dengan kelainan kulit berupa ruam polimorfik papulovesikular yang tersusun berkelompok dan simetris serta terasa sangat gatal
• Kelainan kulit berkaitan dengan deposit
IgA pada tautan dermoepidermal kulit dan
penyakit enteropati sensitif gluten
Anamnesis
• Penyakit ini banyak terjadi pada rentang usia 30-40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia anak- anak
• Perbandingan kejadian antara laki-laki dan
perempuan adalah 2:1
• Riwayat perjalanan
penyakit: kronik, hilang timbul
• Keluhan utamanya
berupa rasa gatal, tetapi dapat bervariasi berupa rasa panas hingga tanpa gejala
• Dicetuskan oleh gluten
Pemeriksaan fisik
• Predileksi pada ekstensor ekstremitas dan badan,
terdistribusi secara simetris, dapat juga timbul pada kulit kepala
berambut dan tengkuk
• Lesi dapat diawali dengan suatu papula eritema dan plak
menyerupai urtika yang
selanjutnya akan menjadi vesikel dan bula tegang yang tersusun berkelompok pada dasar eritema
• Lesi yang digaruk akan
menyebabkan erosi, ekskoriasi, dan krusta
• Kelainan kulit yang telah sembuh dapat meninggalkan lesi
dispigmentasi pascainflamasi
• Dianggap sebagai manifestasi kulit pada penyakit seliak (enteropati gluten, celiac sprue).
8. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke klinik dengan keluhan adanya benjolan
kekuningan di kedua siku yang menebal sejak 2 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat
dyslipidemia sejak 2 tahun yang lalu. Apa diagnosis pasien tersebut?
a. Xanthelasma b. Siringoma
c. Tendinous xanthoma d. Lipoma
e. Xanthoma tuberous
Xanthoma
9. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bintil-bintil kekuningan di kedua punggung tangan tanpa rasa sakit dan tidak gatal, yang bertambah banyak sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien mendapat terapi hormon karena menopause sejak 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan dermatologik area dorsum manus dekstra dan sinistra ditemukan papulae multipel warna kuning kemerahan
dengan permukaan datar. Pemeriksaan histopatologik menunjukkan gambaran sel makrofag yang mengandung lemak (sel foam) disertai dengan sel limfoid, histiosit, netrofil dan lemak bebas di dermis.
Apakah gangguan metabolisme yang mendasari kasus di atas?
a. Amiloid b. Estrogen c. Asam urat d. Trigliserida
e. Very low-density lipoprotein
10. Penyakit apakah yang klinis berupa tumor kistik lunak, berbatas tegas, mudah digerakkan yang berisi massa
keratin pada biopsi jarum halus?
a. Milia
b. Steatokistoma multipleks c. Kista epidermoid
d. Kista brankial e. Keratoderma
Kista Epidermoid
• Kista dengan dinding berasal dari epidermis atau epitel folikel rambut
• Lesi berkembang dari folikel pilosebasea dan berisikan keratin
• Umumnya ditemukan pada wanita atau pria dewasa
• Nama lain yaitu follicular cyst-infundibular type, keratin cyst, epidermal inclusion cyst, dan
epithelial cyst
• Milia secara histopatologi merupakan kista
epidermoid yang berukuran kecil
Klinis
• Nodul dermis atau subkutan yang dapat digerakkan (mobile) dengan jaringan bawah kulit dan memiliki pungtum pada tengah lesi
• Lesi yang tidak berkaitan dengan trauma biasanya berlokasi pada dada bagian atas, punggung bagian atas, leher, dan kepala sedangkan lesi yang berkaitan dengan trauma berada pada telapak tangan, telapak kaki, dan bokong
• Lesi biasanya sewarna kulit dan terdapat bau yang tidak sedap seperti keju
• Kista biasanya tumbuh secara lambat, asimtomatik, namun sering pecah
• Pada kista yang pecah dapat meradang dan nyeri
11. Bayi perempuan usia 2 bulan dibawa ibunya ke klinik dengan keluhan adanya bercak merah terang di atas bibir yang cukup besar dan mengganggu penampilan anaknya.
Bercak tersebut mulai timbul beberapa minggu setelah lahir dan sekarang ukurannya tetap sama. Dari pemeriksaan
dermatologi didapatkan makula dan plak eritematosa
berukuran 3x3 cm dengan pinggir yang irregular dan tidak ada nyeri tekan. Diagnosis yang mungkin dari kasus
tersebut?
a. Nevus flameus b. Hemangioma c. Mongolian spot d. Acne neonatorum e. Telengiektasis
Hemangioma Infantil
• Tumor jinak pembuluh darah, berupa proliferasi endotelial
• Terdiri dari tiga fase, yaitu fase proliferasi, stabil, dan involusi
• Lesi ini didapatkan kurang lebih pada 4% anak usia 1 tahun
• Lesi ini lebih sering terjadi pada perempuan, bayi prematur, ras kaukasia, kehamilan yang multipel, dan usia ibu di atas 30 tahun
• Nama lain lesi ini antara lain vascular tumor, vascular birthmark, strawberry birthmark,
strawberry hemangioma dan juvenile hemangioma
Klinis
• Lesi biasanya muncul pada usia 1-8 minggu, pertumbuhan yang cepat selama 6- 12 bulan, dilanjutkan dengan fase involusi selama 5-9 tahun
• Jenis dari hemangioma dibedakan menjadi:
1. Bentuk (fokal, multifokal, segmental, indeterminate)
2. Tipe (superfisial, dalam, kombinasi,
retikular/abortif/perkembangan minimal)
• Lesi superfisial: makula eritematosa yang
terang, papul, maupun plak muncul pada usia 1-4 minggu
• Lesi dalam: berwarna ungu, biru, maupun
sewarna kulit muncul pada usia 2-3 bulan
Pemeriksaan Penunjang
1. Dermoskopi
• Red lacunas, reddish homogenous areas 2. Radiologi
• Beberapa modalitas yang dapat digunakan antara lain
ultrasonography dengan doppler, magnetic resonance imaging (MRI), dan computed tomography (CT) scan
• Pemeriksaan MRI dan CT-scan dilakukan pada lesi yang ekstensif (dicurigai terkait pembuluh darah besar) atau bila direncanakan terapi reseksi operasi pada tahap proliferasi
3. Tes darah
• Bila hemangioma terkait sindrom PHACE, atau terdapat kecurigaan hemangioma hepar maka pemeriksaan darah yang berhubungan dengan penyakit endokrin harus dilakukan contoh pemeriksaan hormon tiroid maupun hormon pertumbuhan
• Pemeriksaan darah terkait pemberian terapi sistemik 4. Histopatologi
• Gambaran berupa lobular architecture dengan sel endotel yang tampak bulat (plump) dan gambaran proliferasi endotel yang signifikan pada fase proliferasi
• Hasil pewarnaan imunohistokimia pada glucose transporter 1 protein (GLUT-1) positif
12. Seorang perempuan, usia 60 tahun, datang dengan keluhan benjolan dengan luka di wajah, awalnya seperti bisul kecil yang pecah meninggalkan luka yang tidak
sembuh sejak sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien bekerja sebagai petani. Pada pemeriksaan fisik pada lokasi regio frontalis wajah didapatkan nodul soliter, bentuk bulat
dengan diameter 4 cm, dengan ulkus soliter ditengahnya, bentuk bulat, ukuran 0,5x1x0,4 cm, dinding menggulung
dengan sentral nekrosis dan telangiektasis. Diagnosis yang paling mungkin dari kasus diatas adalah:
a. Nevus Dermal b. Keratoakantoma c. Dermatofibroma
d. Karsinoma sel basal
e. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma Sel Basal
• Tumor ganas yang berasal dari lapisan epidermis, tumbuh secara lambat, dan lokal invasif
• Merupakan kanker kulit tipe non-
melanoma yang paling sering terjadi
• Penyakit ini berhubungan dengan pajanan sinar matahari dan jarang terjadi
metastasis
13. Keratosis seboroika umumnya bukan merupakan tumor kulit yang ganas; perubahan menjadi tumor ganas dapat saja terjadi dan yang paling sering dijumpai berupa apa?
a. Karsinoma sel skuamosa in situ b. Karsinoma sel basal
c. Melanoma maligna
d. Karsinoma sel skuamosa invasif e. Karsinoma sel Merkel
Keratosis Seboroik
• Merupakan tumor jinak epidermal yang paling sering terjadi
• Lesi umumnya terjadi pada usia pertengahan, namun dapat muncul pada awal masa remaja
• Terdapat banyak varian klinis
• Pada lesi awal terdapat batas yang tegas,
permukaan rata, kusam, dan berwarna kecoklatan
• Seiring perkembangannya, lesi menjadi berbentuk papul, permukaannya verukosa, stuck-on,
mengkilat, dan terdapat kista pseudohorn
• Jenis varian:
1. Stucco keratosis
2. Dermatosis papulosa nigra 3. Inverted follicular keratosis 4. Lichenoid keratosis
5. Large cell acanthoma
6. Flat seborrheic keratosis
Pemeriksaan Penunjang
1. Dermoskopi : Milia-like cysts, comedo-like openings, light-brown fingerprint-like
structures, cerebriform pattern(gyrus &
sulci)
2. Histopatologi : tampak akantosis,
papillomatosis, kista pseudohorn, dan
hiperkeratosis
Penatalaksanaan
1. Kuretase, krioterapi
2. Bedah listrik (elektrodesikasi) : memiliki
efektivitas yang sama dibanding laser CO2 dengan biaya yang lebih murah
3. Laser CO2 ablatif : memiliki efikasi yang hampir sama seperti tindakan bedah listrik
(elektrodesikasi) dan memiliki outcome yang memuaskan
4. Potassium-titanyl-phosphate (KTP) laser
memperlihatkan perbaikan yang serupa dalam tatalaksana dermatosis papulosa nigra pada 14 subjek
5. QS Nd: YAG 1064 mm (long pulsed) : untuk
keratosis seboroik mencapai resolusi sebesar
70- 90% pada dua orang pasien
14. Faktor predisposisi keratosis aktinik : a. Arsen
b. Virus tipe c c. Iritasi kronik d. Sinar UV e. Sinar X
Keratosis Aktinik
• Neoplasia dari sel keratinosit epidermal akibat pajanan ultraviolet jangka panjang
• Sering ditemukan pada populasi geriatri, laki- laki, kulit putih, rambut pirang, mata biru,
imunosupresi, riwayat pra-kanker dan keganasan kulit sebelumnya, ataupun memiliki sindrom genetik tertentu
• Merupakan bentuk prakanker dari karsinoma
sel skuamosa, dengan risiko progresivitas 1-
20%, namun memiliki kemungkinan regresi
spontan sebesar 84-85% (95% CI, 75-96%).
Klinis
• Lesi terletak di lokasi tubuh yang terpajan sinar matahari, dan
memiliki berbagai tipe klinis, yaitu: eritematosa,
hiperkeratotik, pigmented, dan aktinik keilitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Dermoskopi
• Strawberry seeds appearance (eritema difus dan sumbatan keratin), surface scale, eritema difus, dan rosette sign. Pada penyakit Bowen tipe pigmented dapat ditemukan gambaran annular granular pigmentation, asymmetric pigmented
folicular opening, rhomboidal structure 2. Histopatologi
• Pada lesi keratosis aktinik yang tidak karakteristik, tipe aktinik keilitis, dan bila diagnosis banding merupakan karsinoma sel skuamosa
• Pada gambaran histopatologi akan tampak keratinosit yang atipik dengan peningkatan mitosis, tampak sel diskeratosis, dan nekrotik pada lapisan epidermis
15. Faktor predisposes eritroplasia : a. Konsumsi Alkohol
b. Virus tipe c c. Iritasi kronik d. Sinar UV e. Sinar X
Eritroplakia
16. Spesies Candida yang mampu menghasilkan melanin adalah:
a. Candida kefyr
b. Candida glabrata c. Candida albicans d. Candida dubliniensis e. Candida stellatoidea
17. Seorang laki-laki 30 tahun, pengemudi angkot, datang dengan keluhan utama beruntus sewarna kulit pada
kelamin. Riwayat kontak seksual dengan PSK diakui. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi multiple di batang penis dengan karakteristik berupa papula berbentuk kubah,
sewarna kulit dengan diameter 1-4 mm. Hasil pemeriksaan serologis didapatkan VDRL dan TPHA negatif. Pasien
kemudian diterapi dengan bedah beku. Terapi bedah beku dapat diulangi tiap sesinya paling cepat setiap:
a. 1 minggu b. 2 minggu c. 3 minggu d. 4 minggu e. 5 minggu
KUTIL ANOGENITAL
• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus papilloma humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan pada kulit dan mukosa anogenital
• Sebanyak 90% disebabkan HPV tipe 6 dan tipe 11, masa inkubasi 3 minggu
sampai dengan 8 bulan, bahkan sampai
dengan 18 bulan
1. Anamnesis
• Benjolan di daerah genital yang tidak nyeri
• Adanya riwayat kontak seksual sebelumnya
2. Pemeriksaan klinis
• Vegetasi atau papul soliter dapat juga multipel
• Terdapat empat morfologi o Akuminata
o Papul dengan permukaan menyerupai kubah
o Papul keratotik dengan permukaan kasar
o Papul datar
Bentuk lain:
o Bowenoid papullosis yang
merupakan varian lesi papula berbentuk kubah atau datar, berwarna hitam, dan ditemukan tipe HPV risiko tinggi yaitu tipe 16.
o Giant condyloma atau Buscke- Lowenstein tumor yaitu lesi yang berukuran lebih besar, bersifat invasif dan destruktif secara lokal, namun tidak
bermetastasis, serta ditemukan HPV tipe 6 dan tipe 11.
• Lesi di perianal dapat
ditemukan pada laki-laki dan perempuan tetapi lebih umum ditemukan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki- laki (LSL)
• Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila lesi meragukan, atau tidak berespons dengan pengobatan
2. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)
• Pemeriksaan ini untuk mengetahui tipe HPV, namun bukan untuk menegakkan diagnosis
3. Tes asam asetat 5%
• Tes ini dipakai untuk mendeteksi lesi yang meragukan/subklinis, tipe papul datar
• Asam asetat 5% dibubuhkan pada lesi yang dicurigai selama 5 menit.
• Hasil: lesi akan berubah warna menjadi putih (tes acetowhite positif).
18. Seorang perempuan, usia 25 tahun, berobat karena keluhan keputihan yang gatal. Terdapat riwayat minum antibiotika yang lama karena radang paru. Pada
pemeriksaan fisis di dinding vagina ditemukan duh tubuh putih bergumpal. Dari sediaan apus duh tubuh yang
diwarnai dengan Gram dijumpai blastopore dan
pseudohifa. Bagaimana peran antibiotik sebagai pencetus timbulnya kelainan pada kasus ini?
a. Mencegah invasi mukosa superfisial b. Mengeliminasi flora normal vagina
c. Meningkatkan adhesi sel ragi pada mukosa vagina d. Mencegah kolonisasi dan germinasi organisme
penyebab
e. Menyediakan sumber karbon yang baik bagi organisme penyebab
KANDIDIASIS
VULVOVAGINALIS
• Infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang oleh
Candida sp, Torulopsis sp atau ragi lainnya
• Anamnesis
1. Gatal pada vulva
2. Vulva lecet, dapat timbul fisura
3. Dapat terjadi dispareunia
Pemeriksaan klinis
• Pada vulva dan vagina tampak:
1. Hiperemis
2. Dapat timbul fisura 3. Edema jika berat
4. Duh tubuh vagina, putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau
5. Jika mengenai genitalia luar dapat dijumpai
bercak/plak eritema dengan lesi satelit
Pemeriksaan Penunjang
• Bahan dari duh tubuh vagina yang berasal dari dinding
lateral vagina, dilakukan pemeriksaan:
1. Sediaan apus dengan
pewarnaan Gram ditemukan blastospora dan atau
pseudohifa
2. Sediaan basah dengan larutan KOH 10% ditemukan
blastospora dan atau pseudohifa
3. Kultur jamur dengan media
Saboraud
19. Seorang perempuan, berusia 35 tahun, berobat dengan keluhan luka di kelamin yang nyeri sejak 5 hari lalu. Pasien mempunyai kebiasaan berganti pasangan seks tanpa
menggunakan kondom. Pemeriksaan fisik di kedua labia minora menunjukkan ulkus multipel, nyeri, tepi tidak rata dan bergaung, dasar ulkus rapuh, kotor, dan mudah
berdarah. Pemeriksaan langsung bahan ulkus dengan pengecatan Gram ditemukan basil kecil negatif Gram,
berderet berpasangan seperti rantai, intrasel dan ekstrasel.
Apabila tidak diobati dengan tepat, apakah komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini?
a. Perimetritis b. Proktokolitis c. Frozen pelvis d. Lymphorroids
e. Fistel rektovagina
Ulkus Mole
• Penyakit ulkus genital yang disebabkan oleh Haemophyllus ducreyi 1. Anamnesis:
• Luka pada kelamin yang nyeri
• Terdapat riwayat kontak seksual sebelumnya 2. Pemeriksaan klinis:
• Ulkus multipel, perabaan lunak dan sangat nyeri, tepi tidak teratur, dinding bergaung, dasar kotor
• Lesi pada laki-laki biasanya terbatas pada frenulum, sulkus koronarius, preputium
• Sedangkan lesi pada perempuan sebagian besar pada vagina atau introitus vagina
Pemeriksaan Penunjang
• Sediaan apus dari dasar ulkus dan diwarnai dengan pewarnaan Gram atau Unna Pappenheim, ditemukan coccobacillus negatif Gram yang berderet seperti rantai
20. Seorang pria 55 tahun datang ke dokter dengan
keluhan botak di beberapa bagian kepalanya. Keluhan ini dirasakan sudah sejak 2 bulan yang lalu namun pasien
mengeluhkan semakin parah sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan rambutnya sering rontok dan terdapat ruam kemerahan di telapak tangan. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan VDRL TPHA (+). Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Telogen effluvium b. Anagen effluvium c. Alopecia areata d. Alopecia areolaris e. Alopecia androgenik
Sifilis
• Penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
bersifat kronis, sejak awal merupakan infeksi sistemik, dalam perjalanan penyakitnya dapat mengenai hampir seluruh struktur tubuh,
dengan manifestasi klinis yang jelas namun terdapat masa laten yang sepenuhnya
asimtomatik, mampu menyerupai berbagai macam penyakit, dapat ditularkan kepada janin dalam kandungan, dan dapat
disembuhkan
21. Faktor risiko utama penularan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) pada kondiloma akuminata
adalah:
a. Adanya ulkus sebelumnya
b. Sirkumsisi pada laki-laki c. Pemakaian kontrasepsi d. Jumlah pasangan
seksual
e. Usia pertama kali
melakukan hubungan seksual
22. Tes asam asetat 5% pada kondilomata
akuminata berguna pada kondisi dengan bentuk lesi
a. Datar b. Kubah
c. Verukosa d. Bertangkai
e. Hiperkeratotik
23. Seorang perempuan berusia 32 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan luka di jari telunjuk tangan kanan yang terasa nyeri sejak 3 hari.
Pasien memiliki riwayat adanya luka di kelamin yang terasa nyeri. Keluhan luka di kelamin seringkali kambuh. Pasien juga terdiagnosis HIV sejak 2 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan erosi dan ulkus multipel
dengan dasar eritematus di digiti 2 manus sinistra. Apakah terapi dari kasus diatas?
a. Asiklovir b. Eritromisin c. Ketoconazole d. Doksisiklin e. Metronidazol
Herpes Simpleks Genital
• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus Herpes simplex (VHS) tipe 2 atau tipe 1, dan bersifat rekuren
• Infeksi akibat kedua tipe VHS bersifat seumur hidup;
virus berdiam di jaringan saraf, yaitu di ganglia dorsalis
• Perjalanan infeksi:
1. HG episode pertama lesi primer
2. HG episode pertama lesi non-primer 3. HG rekuren
4. HG asimtomatik 5. HG atipikal
3. HG rekuren
• Lesi lebih sedikit dan lebih ringan
• Bersifat lokal, unilateral
• Kelainan berlangsung lebih singkat dan dapat menghilang dalam waktu 5 hari
• Dapat didahului oleh keluhan parestesi 1-2 hari sebelum timbul lesi
• Umumnya mengenai daerah yang sama dapat di penis, vulva, anus, atau bokong
• Riwayat pernah berulang
• HG atipikal menyerang kulit seperti Herpes Whitlow di lokasi daerah jari, puting susu, bokong, dsb.
• HG subklinis hanya berupa lesi kemerahan atau erosi yang ringan kadang-kadang
tampak vesikel
– Keluhan nyeri radikulopati
• Pada HG asimtomatik tidak ada gejala klinis, hanya reaksi serologis (antibodi herpes)
reaktif
– Pada pasien imunokompromais manifestasi lesi dapat bermacam-macam yaitu berupa
manifestasi ulkus yang atipikal hingga ulkus yang
besar dan dalam
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur virus
• Sensitivitas kultur sebesar 67-70% bila sediaan diambil dari vesikel, 32% bila
sediaan pustul, dan hanya positif sebesar 17% bila sediaan diambil dari krusta
2. Deteksi antigen (dengan enzyme
immunoassay atau fluorescent antibody), atau PCR DNA HSV
3. Serologi IgM dan IgG anti-HSV 1 dan 2
HG rekuren
1. Lesi ringan: terapi simtomatik 2. Lesi berat:
• Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari atau asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari
• Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
• Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari 3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi
terapi supresif
• Asiklovir 2x400 mg/hari
• Valasiklovir 1x500 mg/hari
• Famsiklovir 2x250 mg/hari
24. Seorang perempuan berusia 35 tahun, hamil 28 minggu, datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan
keluhan kutil di kelamin. Pemeriksaan fisik di labia majus minus tampak papul permukaan datar multipel dengan ukuran bervariasi. Pemeriksaan laboratorium didapatkan titer tes non-treponema 1:16. Apakah terapi dari kasus diatas?
a. Cefiksim b. Eritromisin c. Ceftriakson
d. Penisilin prokain
e. Benzatin penisilin G
Stadium Klinis
Stadium I (Sifilis primer)
• Ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapat indurasi, tidak nyeri; terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.
• Lokasi: di tempat kontak dengan lesi infeksius pasangan
seksual. Pada laki-laki sering didapatkan di penis (terutama di glans penis atau sekitar sulkus koronarius) dan skrotum; pada perempuan didapatkan di vulva, serviks, fourchette, atau
perineum. Namun dapat pula ulkus tidak tampak dan tidak disadari oleh pasien.
Stadium II (Sifilis sekunder)
• Terdapat lesi kulit yang polimorfik, tidak gatal dan lesi di mukosa, sering
disertai pembesaran kelenjar getah bening generalisata yang tidak nyeri (limfadenopati)
Stadium Laten
• Tidak ditemukan gejala klinis pada pasien, namun tes serologi sifilis (TSS) reaktif, baik serologi
treponema maupun nontreponema
Obat pilihan:
• Benzil benzatin penisilin G (BBPG), dengan dosis:
1. Stadium primer dan sekunder: 2,4 juta Unit, injeksi intramuskular, dosis tunggal
• Cara: satu injeksi 2,4 juta Unit IM pada 1 bokong, atau 1,2 juta Unit pada setiap bokong
2. Stadium laten: 2,4 juta Unit injeksi intramuskular, setiap minggu, pada hari ke- 1, 8 dan 15
• Sesudah diinjeksi, pasien diminta menunggu
selama 30 menit
• Obat alternatif: bila alergi terhadap penisilin atau pasien menolak injeksi atau tidak tersedia BBPG:
1. Doksisiklin 2x100 mg oral selama 14 hari untuk stadium primer dan sekunder atau selama 28 hari untuk sifilis laten.2,3
• Doksisiklin 2x100 mg oral selama 30 hari untuk stadium primer dan sekunder atau lebih dari 30 hari untuk sifilis laten
2. Eritromisin 4x500 mg oral selama 14 hari untuk ibu hamil dengan sifilis stadium primer dan sekunder, atau 30 hari untuk sifilis laten (very low quality evidence, conditional recommendation)
• Eritromisin 4x500 mg oral selama 30 hari untuk ibu hamil dengan sifilis stadium primer dan sekunder, atau lebih dari 30 hari untuk sifilis laten
• Evaluasi terapi: evaluasi secara klinis dan serologi dilakukan pada bulan ke-1, 3, 6, dan 12.
• Kriteria sembuh: titer VDRL atau RPR menurun 4 kali lipat dalam 6 bulan setelah pengobatan
25. Seorang laki-laki berusia 35 tahun, LSL, datang ke
poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan luka di kelamin sejak 3 minggu yang lalu. Awal berupa bintil plenting
bergerombol yang kemudian menjadi luka. Luka tidak terasa nyeri. Pemeriksaan dermatovenereologis di regio inguinal tampak abses kecil, multipel teraba lunak, di penis tampak ulkus multipel dengan indurasi keras. Apakah
etiologi dari kasus diatas?
a. Treponema pallidum b. Herpes simplex virus c. Haemophilus ducreyi d. Chlamydia trachomatis e. Staphylococcus aureus