• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Rasul Paulus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Rasul Paulus"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ABSTRAK

Agus Marulitua Marpaung, “Pengaruh Model Pembelajaran Rasul Paulus Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar”.

(Dibimbing oleh : Pdt.Made Astika,Ph.D dan Pdt.Dr. Ivan Weismann,M.Hum.) Model pengajaran dalam Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam suatu pelayanan. Alkitab mencatat beberapa metode pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa tokoh dalam Alkitab, dengan berbagai macam latar belakang situasi, budaya dan daerah. Masing-masing mempunyai metode dalam menjalankan pengajarannya.

Dalam tesis ini penulis mengambil salah satu dari tokoh tersebut yaitu rasul Paulus. Rasul Paulus memiliki keunikan tersendiri dalam menjalankan pelayanannya dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain khususnya kedua belas rasul yang hidup sezaman dengannya. Meskipun mereka hidup namun mereka memiliki panggilan yang berbeda. Dalam Matius 10:5-6 tertulis,” Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” dan dalam Kisah Para Rasul 9 :15, Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

Perbedaan panggilan ini mempengaruhi model pengajaran mereka, dimana kedua belas rasul diutus hanya untuk bangsa Israel dan jangan pergi ke bangsa lain sedangkan rasul Paulus diutus untuk bangsa-bangsa lain. Jadi ruang lingkup pelayanan Paulus lebih luas sehingga memerlukan metode pengajaran yang lebih efektif untuk menjalankan pelayanannya tersebut. Dalam 2 Timotius 2:15 dalam Alkitab King James Version tertulis, “Study to shew thyself approved unto God, a workman that needeth not

to be ashamed, rightly dividing the word of truth” dalam ayat ini rasul Paulus menulis bahwa untuk menjadi pekerja yang layak dihadapan Allah dan tidak usah malu adalah dengan mengembangkan diri melalui belajar dan dengan membagi dengan benar Firman kebenaran.

Hal inilah yang akan dibahas dalam tesis ini dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Rasul Paulus terhadap Pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di

Makassar”. Dalam tesis ini penulis akan memakai metode penelitian riset lapangan

dengan mempertimbangkan sumber-sumber data yang ada dalam buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan, pendapat para ahli teologi dan pendidikan, media massa, internet dan lain sebagainya. Gereja Alkitab Anugerah di Makassar sebagai tempat penelitian.

(4)

KATA PENGANTAR

“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita,

karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku” (I Timotius 1:12)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kita yang telah memberikan kekuatan kepada penulis, yaitu hidup kekal yang adalah anugerah Allah kepada setiap orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dan anugerah itu pula menempatkan penulis ke dalam pelayanan Tuhan dan menjalani pendidikan pada saat ini. Tuhan Yesus telah memberkati penulis mulai dari awal penelitian sampai pada tahap penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini ada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Saya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Pdt.Made Astika,Ph.D sebagai dosen pembimbing I dan Pdt.Dr.Ivan Weismann,M.Hum sebagai dosen pembimbing II yang telah membantu saya dalam memberikan saran-saran, motivasi, koreksi dan juga doa sehingga penelitian dalam tesis ini dapat bisa diselesaikan dengan baik. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh dosen dan staff STT Jaffray Makassar yang selama ini telah turut membantu dan bekerjasama dalam proses perkuliahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dengan penyelesaian tesis ini.

(5)

mertua Alexandra Anne Louse Poespo di Medan yang selalu berdoa untuk penulis. Demikian juga buat adik-adik saya Pdt.Morrys Marpaung& istri Metty di Bekasi, dan Nora Marpaung di Pematang Siantar dan juga kakak ipar Yohana Tampubolon& suami Nathanael serta adik Cecil dan Yolanda Tampubolon di Jakarta.

Untuk bapak Pnt.Medy T Pasau,ST dan donatur yang selama ini telah banyak terbeban dalam memenuhi kebutuhan dana perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan rekan pelayanan yang mau terlibat dalam pelayanan terlebih untuk dunia pendidikan bagi hamba Tuhan.

Untuk majelis dan jemaat Gereja Alkitab Anugerah di Makassar baik di Kampung Rama dan Sudiang dan GAA di Mamasa juga Pemuda KOMPAK, Terima kasih atas partisipasinya dalam pengisian angket sebagai bagian dari penyelesaian tesis ini dan juga doanya untuk saya.

Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, atas seluruh bantuannya saya mengucapkan banyak terima kasih. Doa saya kiranya Tuhan Yesus Kristus selalu memberkati semuanya baik dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita masing-masing.

Hormat saya

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian jumlah sampel ... 67

Tabel 3.2 Kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian ... 70

Tabel.3.3 Tingkat korelasi ... 71

Karakteristik Responden Tabel.4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 72

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ... 72

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 73

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan usia... 73

Membagi Program Allah dengan Tepat Tabel 4.5 Ketertarikan terhadap pembelajaran Firman Tuhan dalam jemaat ... 74

Tabel 4.6 Pemahaman tentang pembagian program Allah dengan tepat ... 75

Tabel.4.7 Model diskusi membantu menyelesaikan masalah-masalah ... 76

Tabel 4.8 Sasaran pelayanan dalam GAA ... 77

Membagi sasaran pelayanan dengan tepat Tabel 4.9 Firman Tuhan menjadi kebutuhan rohani bagi semua ... 78

Tabel 4.10 Penempatan Firman Tuhan sesuai dengan program Allah ... 79

Tabel 4.11 Semua jemaat memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan ... 80

Tabel 4.12 Pelayanan Kategorial ... 80

Membagi tugas dengan tepat Tabel 4.13 Pelatihan untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan ... 81

Tabel 4.14 Pelatihan memberikan tantangan untuk terlibat dalam pelayanan. ... 82

(7)

Pengetahuan yang Benar

Tabel 4.16 Pembelajaran memberikan pengetahuan yang benar ... 83

Tabel 4.17 Dapat memberi jawab atas iman yang telah diyakini ... 84

Tabel 4.18 Pelatihan dan pendelegasian menambah keyakinan ... 85

Kesaksian yang Benar Tabel 4.19 KAM dan PA memberikan pengetahuan ... 86

Tabel 4.20 Keberagaman dalam jemaat mendorong untuk saling menghargai ... 87

Tabel 4.21 Keterlibatan dalam pelayanan ... 87

Komitmen Tabel 4.22 Pembelajaran meyakinkan orang percaya dipakai Tuhan ... 88

Tabel 4.23 Keberagaman dalam jemaat meningkatkan saling ketergantungan ... 89

Tabel 4.24 Pelatihan dan pendelegasian menjadi bekal dalam melayani Tuhan ... 90

(8)
(9)

Pembelajaran dalam gereja ... 38

Bertumbuh dalam pengetahuan yang benar... 55

Bertumbuh dalam kesaksian yang benar ... 56

Bertumbuh dalam komitmen ... 57

Tempat dan waktu penelitian ... 62

Letak Geografis dan sejarah Singkat Gereja Alkitab Anugerah Makassar .. 62

Gambaran umum GAA Makassar ... 65

Populasi dan sampel ... 66

Tehnik pengumpulan data ... 68

Variabel penelitian ... 68

Tehnik Analisis Data ... 69

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden ... 72

Deskripsi variabel penelitian ... 74

Deskripsi variabel model pembelajaran rasul Paulus ... 74

Deskripsi variabel pertumbuhan jemaat GAA Makassar ... 83

(10)

Pembahasan ... 92 V PENUTUP

Kesimpulan ... 94 Saran-saran ... 95 VI. DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Secara umum gereja merupakan wadah bagi orang percaya untuk bertumbuh secara rohani. Di dalam gereja, orang percaya dapat menikmati persekutuan bersama dengan sesama orang percaya dan menikmati berkat-berkat rohani melalui pujian, kesaksian dan renungan Firman Tuhan. Oleh sebab itu gereja harus membuat dan melaksanakan program pelayanan yang dapat mendukung pertumbuhan rohani jemaat.

(12)

. Hal ini menjadi suatu masalah besar dalam gereja, ibarat duri dalam daging masalah ini kelihatannya kecil namun memberikan pengaruh yang besar. Apabila hal ini dianggap sepele dan dibiarkan begitu saja oleh gereja, maka akan menjadi ancaman besar bagi perkembangan gereja pada masa yang akan datang, dimana nilai-nilai kekristenan akan terkikis dan bahkan bisa sampai hilang bagi generasi-generasi selanjutnya pada masa yang akan datang.

Gereja yang seharusnya bertanggungjawab atas hal ini sepertinya sudah tidak peka lagi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam lingkungan jemaat. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu : Pertama, karena rasa puas atas segala fasilitas yang ada dalam gereja, dimana pada saat ini banyak gereja-gereja yang sudah memiliki fasilitas yang sangat memadai. Pada awalnya motivasi pengadaan fasilitas tersebut adalah untuk pengembangan pelayanan namun yang terjadi justru sebaliknya karena segala fasilitas tersebut membuat para pengerja gereja merasa puas dan nyaman atas apa yang sedang dinikmati. Kedua, jumlah kuantitas jemaat yang tinggi sehingga tidak ada lagi kerinduan untuk mengembangkan jemaat. Para pengerja gereja tinggal disibukkan dengan jadwal ibadah, mengurusi permasalahan organisasi dan masalah-masalah dalam jemaat. Ketiga, keberadaan gereja yang hidup dalam budaya masyarakat. Keberadaan ini membuat gereja terkadang mengambil posisi netral untuk mengurangi konflik antara gereja dan budaya, namun tindakan ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa gereja tidak memberikan pengaruh kepada budaya tetapi justru gereja yang terpengaruh oleh budaya.

(13)

masa kini, dimana sudah sangat jarang sekali ditemukan dalam program pelayanan di gereja yaitu pembelajaran dalam jemaat. Hal ini tidak lagi dilakukan karena kemungkinan dari pihak gereja tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengadakan pembelajaran dalam jemaat seperti yang dikatakan Kennet O.Gangel

bahwa, ”gereja sudah menyimpang dan tidak bergerak lagi karena ikatan tradisi dan

ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern.”1 Dari pihak jemaat, mereka sudah tidak antusias untuk belajar di dalam gereja karena mungkin menurut mereka itu bukan tugas mereka karena menurut mereka gereja hanya tempat mereka mencari penghiburan rohani, tempat pengaduan masalah, berkumpul dengan teman dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi latar belakang yang mendorong penulis dalam penelitian tesis ini. Dalam tesis ini penulis akan membahas pentingnya pembelajaran dalam gereja sebagai salah satu sarana untuk menopang pertumbuhan rohani jemaat. Tuhan Yesus dalam pelayananNya dimulai dari mengajar dari kota ke kota dan bahkan di bait Allah. Rasul Paulus juga dalam pelayanan misinya menerapkan pembelajaran sebagai sarana untuk mengembangkan pelayanannya. Panggilan rasul Paulus sebagai rasul bagi bangsa lain dan bangsa Israel seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 9:15, ”Tetapi firman Tuhan kepadanya: Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang

Israel.” Panggilan ini menuntutnya untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

menggunakan strategi, pendekatan untuk mencapai tujuan pelayanannya, karena ruang lingkup pelayanan rasul Paulus lebih luas bila dibandingkan dengan kedua belas rasul. Pelayanan rasul Paulus bersifat multi etnis, keyakinan dan daerah, sehingga pelayanan

1

(14)

rasul Paulus memerlukan strategi, pendekatan atau model yang semuanya terangkum dalam model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan dalam pelayanannya.

Melalui model pembelajaran yang diterapkan oleh rasul Paulus, ia dapat menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Di akhir

pelayanannya ia berkata dalam 2 Timotius 4:7, ”Aku telah mengakhiri

pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah

memelihara iman” dapat mengakhiri pelayanannya dengan baik dan dapat

meregenerasikan pelayanannya kepada generasai selanjutnya. Jadi program pembelajaran dalam gereja sangat membutuhkan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam gereja. Model pembelajaran akan mempermudah para pekerja gereja untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan dengan baik. Begitu pula warga jemaat sebagai peserta didik akan dengan mudah menerima pembelajaran yang disampaikan sehingga dapat menopang pertumbuhan jemaat dan juga pertumbuhan gereja secara keseluruhan.

Hal inilah yang akan dibahas dan diteliti dalam tesis yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RASUL PAULUS TERHADAP

PERTUMBUHAN JEMAAT GEREJA ALKITAB ANUGERAH MAKASSAR,” diharapkan melalui tesis ini dapat menunjukkan dan membuktikan bahwa model pembelajaran dapat mempengaruhi pertumbuhan gereja pada masa kini.

Rumusan Masalah

(15)

dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pengaruh model pembelajaran Rasul Paulus bagi pertumbuhan jemaat Gereja Alkitab Anugerah Makassar.

Mamfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan yaitu bagi pekerja gereja baik Pendeta, Penginjil maupun Penatua agar dapat mengenal dan memahami model-model pembelajaran Rasul Paulus dalam Pelayanan sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengajar dalam jemaat, dan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam jemaat. Bagi jemaat dapat dengan mudah memahami kebenaran yang ada dalam Alkitab sehingga membantu pertumbuhan rohani jemaat dan bagi penulis, dan juga diharapkan penelituan ini dapat menjadi referensi untuk menerapkan pembelajaran dalam pelayanan gereja. Dan bagi penulis, tesis ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan Kristen (M.PdK).

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

berkaitan dengan materi yang dibahas, baik pendidikan maupun secara teologis serta artikel atau kutipan-kutipan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran umum dalam penelitian ini, berikut ini adalah sistematika penulisan tesis ini:

Bab I dimulai dengan pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang tinjauan pustaka, dimulai dari tinjauan umum tentang model pembelajaran yaitu defenisi model pembelajaran dan macam-macam model pembelajaran, kemudian tinjauan alkitabiah tentang model pembelajaran yaitu sumber pembelajaran, tujuan pembelajaran, dasar alkitabiah model pembelajaran rasul Paulus yang berisikan tentang latar belakang rasul Paulus, pengajaran rasul Paulus dan model pembelajaran rasul Paulus yang terdiri dari 3 ( tiga ) bagian yaitu model pembelajaran dalam membagi program Allah dengan tepat, model pembelajaran membagi sasaran pelayanan dengan tepat dan model pembelajaran membagi tugas dengan tepat. Kemudian membahas tentang pertumbuhan jemaat dan hubungan model pembelajaran rasul Paulus dengan pertumbuhan jemaat dan terakhir kerangka berpikir penelitian dan hipotesa penelitian.

(17)

penelitian, tehnik pengumpulan data, Variabel Penelitian dan tehnik analisa data. Bab IV, bagian hasil Penelitian dan Pembahasanterdiri dari karateristik responden, deskripsi variabel penelitian, uji hipotesa dan pembahasan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Tentang Model Pembelajaran

Pada bagian ini dibahas mengenai defenisi model pembelajaran secara umum baik dari pengertian kamus dan pendapat dari beberapa ahli pendidikan, dan macam-macam model pembelajaran serta hal-hal lain yang berhubungan dengan model pembelajaran dalam ilmu pendidikan.

Definisi Model Pembelajaran

Secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia kata “model” memiliki arti: 1.pola (contoh, acuan, ragam, dsb); 2.orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis (difoto); 3.orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan; 4.barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar seperti yang ditiru.2 Sedangkan kata “pembelajaran” artinya proses, cara, perbuatan mengajar.3 Jadi model pembelajaran dapat diartikan sebagai “pola atau acuan dalam

proses mengajar.” Dalam ilmu pendidikan Muhammad Surya mendefinisikan

pembelajaran sebagai berikut: pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

2Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008 ), 964.

3

(19)

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4 Dan Kardi Soeparman dan Muhammad Nur mendefinisikan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang m elukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.5 B.S.Sidjabat menambahkan dalam kegiatan pembelajaran melibatkan sejumlah aspek yaitu :

Aspek manusiawi, yaitu guru dan murid, aspek material yaitu kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, bahan pelajaran dan sumber pelajaran. Aspek fasilitas yaitu ruangan kelas, alat tulis , media belajar. Dan Aspek prosedur yaitu jadwal kegiatan, strategi dan metode, teknik penyampaian informasi dan interaksi.6

Jadi berdasarkan data di atas maka penulis mendefinisikan model pembelajaran dalam

pelayanan gereja adalah “suatu pola atau acuan dalam menyusun prosedur proses

belajar-mengajar di dalam jemaat untuk memperoleh pertumbuhan pengetahuan dalam kebenaran Firman Allah.” Model pembelajaran menjadi bagian dalam program pelayanan gereja, ini sangat diperlukan oleh pekerja gereja dan jemaat sebagai jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pendidikan di dalam jemaat, Yusri Panggabean dkk menyampaikan tujuan pendidikan ada dua , yaitu:

Pertama, untuk membentuk manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, bukan hanya mengulang apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Kedua, membentuk pikiran (mind) yang dapat berpikir kritis. Ketiga, suka membuktikan sesuatu (verify), tidak menerima saja apa yang ditawarkan kepadanya. 7

4

Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004), 7.

5

Kardi Soeparman dan Muhammad Nur, Pengantar pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas

( Surabaya: Uni Press,2009), 9. 6

B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 266.

(20)

Istilah model pembelajaran sering disamakan dengan istilah lain seperti pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik pembelajaran dan metode pembelajaran. Wina Sandjaya dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan memberikan penjelasan tentang hubungan antara beberapa istilah ini, yaitu :

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan dan untuk mengaplikasikannya menggunakan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan untuk mengaplikasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan yang nyata dan praktis sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran diterjemahkan dalam tehnik pembelajaran. Dan rangkaian dari pendekatan, strategi, metode, dan tehnik menghasilkan model pembelajaran.8

Jadi pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, meskipun memakai istilah yang berbeda namun semuanya masih dalam lingkup topik tentang model pembelajaran.

Pembahasan tentang model pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru, dalam hal ini adalah pengajar di dalam jemaat yaitu pendeta dan para penatua. Kemampuan pengajar dalam menggunakan model pembelajaran memberikan pengaruh bagi keberhasilan pembelajaran dalam jemaat. Oleh sebab itu pengajar dalam jemaat perlu mempelajari berbagai ragam model pembelajaran, sehingga dapat menyampaikan

8

(21)

kebenaran Firman Tuhan dengan menarik dan sesuai dengan kebutuhan jemaat. Sardiman A. M. berpendapat tentang guru ia berkata:

Guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.9

Colin Marsh menambahkan dengan menyatakan bahwa “Guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.”10 Berikut ini beberapa mamfaat yang didapatkan melalui penguasaan beragam model pembelajaran, yaitu:

Pertama, pengajar dapat merancang proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan sesuai dengan memamfaatkan dan meningkatkan kekuatan serta kelebihan masing-masing model pembelajaran sambil menghindari atau menekan faktor kelemahan dan kekurangannya. Kedua, mengurangi faktor kejenuhan siswa yang biasanya menguat dalam pembelajaran yang cenderung berlangsung begitu-begitu saja dari masa ke masa. Ketiga, membantu menyesuaikan pada tempat dan keadaan tertentu. Sehingga dapat menjangkau lebih banyak dan beragam.11

Berdasarkan defenisi model pembelajaran di atas, maka penulis berpendapat bahwa model pembelajaran bukan suatu tujuan tapi hanya sebagai alat dimana masing-masing model memiliki kekuatan dan kelemahan, namun meskipun demikian model pembelajaran sangat memberikan pengaruh bagi keberhasilan pembelajaran.

9

Sardiman, A. M., Interaksidan motivasi belajar-mengajar (Jakarta: Rajawali.,2004), 165. 10

Colin Marsh., Handbook for Beginning teachers (Sydney : A.W Longman Australia Pry Limited,1996), 10.

11

(22)

Untuk lebih memahami tentang model pembelajaran berikut ini akan dibahas macam-macam model pembelajaran secara umum.

Macam-Macam Model Pembelajaran

Bagian ini akan membahas beberapa model pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak ada satupun model yang bisa dikatakan yang terbaik namun semuanya bisa membuat sesuatu menjadi terbaik bila dipergunakan dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi proses belajar-mengajar.

Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang ditinjau dari beberapa dasar pengelompokan dalam ilmu pendidikan.

Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang sudah umum ditemukan dalam praktek belajar mengajar. Selain sederhana namun mudah untuk dilaksanakan. Menurut Richard Arends dalam bukunya “Learning To Teach”, definisi pembelajaran langsung (Direct Instructions) yaitu “suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung.”12 Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru yang dalam hal ini adalah para pengajar di dalam jemaat baik itu pendeta, penginjil dan penatua di mana mereka menyampaikan Firman Tuhan dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan jemaat dalam pembelajaran sampai pada pemahaman dan penerimaan mereka terhadap Firman Tuhan yang disampaikan.

12

(23)

Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran langsung ini, antara lain : Pertama, proses pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Roy Killen memberikan istilah Teacher-Centered approach yaitu suatu pendekatan yang berorientasi pada guru. Kedua, suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi. Ketiga, lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran. Keempat, materi ajar bersumber dari guru. Model pembelajaran langsung bertujuan untuk memaksimalkan proses pembelajaran agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain. Pengajar sebagai penyampai informasi dapat menggunakan berbagai media seperti film, gambar, peragaan, ilustrasi dan lain sebagainya.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL) yang selanjutnya dalam seluruh tulisan tesis ditulis model pembelajaran PBM. Model pembelajaran PBM ini sering juga disebut dengan istilah lain seperti: project-based instruction (pembelajaran berdasarkan proyek), experienced-based instruction (pembelajaran berdasarkan pengalaman), euthentic learning (pembelajaran bermakna) dan anchored instruction (pembelajaran bermakna). Menurut Richard Arends yang dikutif oleh Ibrahim dan M. Nur definisi Model pembelajaran berdasarkan masalah :

Pembelajaran berdasarkan masalah adalah merupakan suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran di mana siswa diajarkan pembelajaran yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.13

13

(24)

Model ini awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Howard Barrows pada tahun 1988 yang kemudian menjadi pelopor model pembelajaran PBM. Model pembelajaran PBM ini merupakan model pembelajaran yang berusaha menggabungkan antara kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulum dirancang masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting sehingga mahir dalam memecahkan masalah serta dapat bekerjasama dengan tim, sedangkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dalam memecahkan masalah.14

Model pembelajaran PBM ini merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran tingklat tinggi. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.15 Di sisi lain model pembelajaran PBM bukan hanya sebagai metode pembelajaran tetapi juga metode berpikir, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir kritis dengan setiap permasalahan yang ada di sekitar terutama dalam proses pembelajarannya. Dengan demikian model PBM ini melatih peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah melalui kemampuan dan pengetahuannya sendiri.

Model pembelajaran PBM ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses yang dalam, dimana pelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. Teori yang dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu pertama, belajar adalah suatu proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), kedua, belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi sosial dan sifat kontekstual dari pelajaran.

14

Muhammad Taufik M, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (Jakarta : Kencana, 2009), 21.

15 Ratumanan, T. G, Model Pembelajaran Interaktif dengan Setting Kooperatif (

(25)

Richard Arends mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran (PBM) antara lain: pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkannya dan kerjasama.16 Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran PBM terdiri dari lima tahapan, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.17

Model Pembelajaran Diskusi

Model pembelajaran diskusi atau disebut juga discussion instruction. Ada beberapa tokoh pendidikan yang memberikan pendapatnya tentang pengertian model pembelajaran diskusi. Menurut Roy Killen yang dikutip oleh Martimis Yamin, “model pembelajaran diskusi adalah suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab suatu pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat keputusan.”18 Surya Dharma menambahkan bahwa “diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.”19 Jadi model pembelajaran diskusi ini menitikberatkan pada pengetahuan dan kemampuan peserta didik sedangkan guru bertindak sebagai pengarah proses pembelajaran, maka Roy Killen memberikan istilah model

Kiat Membelajarkan Siswa ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), 69.

19

(26)

pembelajaran diskusi ini memiliki ciri yang disebut student-Centered approach, yaitu suatu pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.

Selain membantu mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, model pembelajaran diskusi juga merupakan ciri kehidupan yang demokratis dimana kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran diskusi adalah: Pertama, meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan berkesempatan untuk bebas menyampaikan pendapatnya. Kedua, merangsang peserta didik untuk berpikir secara kritis terhadap suatu pokok pembelajaran, dan Ketiga, membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi.

Dalam pelaksanaannya model pembelajaran diskusi memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Surya Dharma memberikan langkah-langkah melaksanakan diskusi adalah :

Langkah persiapan, yaitu merumuskan tujuan, menentukan jenis diskusi, menetapkan masalah yang akan dibahas serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi. Pelaksanaan diskusi, yaitu memeriksa segala persiapan, memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, melaksanakan diskusi, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya serta mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Menutup diskusi, membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. Dan me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.20

Dari kumpulan beberapa tokoh pendidikan berikut ini adalah beberapa jenis model pembelajaran diskusi yaitu (1) Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion) merupakan suatu bentuk diskusi yang memandang kelas sebagai satu kelompok

20

(27)

sedangkan guru berperan sebagai pemimpin diskusi yang memprakarsai terjadinya diskusi, (2) Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) merupakan suatu bentuk diskusi dimana kelas atau kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang. Bentuk diskusi ini dilakukan untuk memperdalam atau memperjelas pemahaman tentang suatu masalah atau bahan yang sedang dipelajari, (3)Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis di hadapan pendengar yang tidak terlibat langsung dalam diskusi melainkan hanya sebagai peninjau, (4) Brain Storming Group berlangsung melalui suatu kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. (5) Simposium. adalah suatu bentuk diskusi dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Bentuk diskusi informal debate adalah suatu bentuk diskusi yang bertujuan untuk mencari penyelesaian yang terbaik dimana peserta Diskusi dibagi menjadi dua tim yang pro dan kontra terhadap suatu bahan diskusi bersifat problematis bukan yang bersifat factual, (6) Colloqium adalah bentuk diskusi dimana seorang atau lebih narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta diskusi. Model diskusi ini bertujuan untuk memperjelas pelajaran yang sudah diterima.

Model Pembelajaran Kontekstual

(28)

“Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu peserta didik melihat makna dalam materi akademik dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa

yaitu dengan konteks kehidupan sosial dan budaya.”21 Menurut Nurhadi :

Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka, sebagai anggota keluarga, masyarakat.22

Model pembelajaran CTL menjadi penghubung antara pengetahuan dengan kehidupan nyata. Kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam lingkungannya merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pendidikan. Model pembelajaran CTL dapat lebih dimengerti melalui beberapa istilah di bawah ini :

Model Contextual Teaching Learning (CTL) ini disebut juga belajar REACT, yaitu relating ( belajar dalam kehidupan nyata ), experiencing (belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan), applying (belajar dengan menyajikan pengetahuan untuk kegunaannya), cooperating (belajar dalam konteks interaksi kelompok), dan transferring (belajar dengan menggunakan penerapan dalam konteks baru/konteks lain).23

Dalam penerapannya model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni: Pertama, konstruktivisme (constructivism) yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.24 Bagian ini merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Kedua, menemukan (inquiry) yaitu proses pembelajaran didasarkan pada

21

Elaine B.Johnson, Contextual Teaching and Learning (California:Corwin Press Inc, 2002) , 25.

22

Nurhadi, Pendekatan Kontekstual.( Jakarta: Depdiknas,2002), 1. 23

Yusri Panggabean at al, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran ( Bandung: Bina Media Informasi, 2008), 92.

24

(29)

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.25 Ketiga, pemodelan (modelling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.26 Melalui pemodelan peserta didik mampu mewujud nyatakan pengetahuan dalam kehidupan yang kongkrit, sehingga peserta didik terhindar dari pembelajaran yang teroritis, Keempat, masyarakat belajar (learning community), yaitu suatu wadah tempat saling bekerja sama dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, dengan demikian peserta didik terbiasa dalam saling memberi dan menerima pengetahuan sehingga terjalin pula hubungan saling ketergantungan secara positif di dalam lingkungan belajar. Kelima, bertanya (questioning), bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 27. Keenam, refleksi (reflection) adalah adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.28 Melalui refleksi peserta didik memberikan respon terhadap pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran guru dapat melakukan refleksi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang baru dipelajari dengan mengajukan pertanyaan atau tantangan untuk berkomitmen dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Ketujuh, penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses untuk menentukan dan mendapatkan informasi tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Nurhadi, Pendekatan Kontekstual ( Jakarta: Depdiknas,2002),14. 28

(30)

Macam-macam model pembelajaran yang telah disampaikan menunjukkan keberagaman dalam penyampaian bahan pembelajaran, Setiap model pembelajaran memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Model-model pembelajaran ini menjadi acuan dalam pembahasan model pembelajaran Rasul Paulus.

Dasar Alkitabiah Tentang Model Pembelajaran

Sumber Pembelajaran

Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Timotius 3: 16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Dalam perikop ayat ini rasul Paulus mengingatkan kepada Timotius sebagai orang yang akan melanjutkan pelayanannya untuk tetap kuat dan waspada karena pada zaman akhir akan muncul berbagai macam ajaran dan keadaan yang membuat iman orang percaya akan goyah. Pengetahuan akan kebenaran Firman Tuhan melalui Alkitab akan memperkuat orang percaya. Rasul Paulus juga menulis di Roma 15:4, “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.” Kedua ayat ini menunjukkan bahwa salah satu mamfaat dari kitab suci diberikan Allah adalah untuk “mengajar” dan kitab suci diberikan adalah untuk menjadi “pelajaran bagi kita”. Kitab suci menjadi sumber utama pembelajaran di dalam gereja. Karena kitab suci (Alkitab) adalah Firman Tuhan yang memberikan kekuatan dan tuntunan bagi orang percaya. Alkitab menjadi dasar penyusunan kurikulum dalam proses pembelajaran dalam jemaat. Dengan demikian syarat utama bagi pengajar dalam jemaat adalah memiliki keyakinan yang kuat bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

(31)

Selanjutnya dalam tulisan Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:16, terdapat tujuan

pembelajaran, dalam ayat tersebut dikatakan, “ ... untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Menurut rasul Paulus pengenalan akan kebenaran Firman Tuhan akan menjadi teguran terhadap dosa yang dilakukan oleh orang percaya sehingga mereka dapat memperbaiki kelakuan menuju pada pembaharuan yang diinginkan oleh Allah. Disisi lain Paulus Lilik Kristianto dalam bukunya yang berjudul Prinsip dan Praktik PAK, ia memaparkan dasar pembelajaran dalam Alkitab yaitu:

Tugas Pembelajaran yaitu Amanat agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20, Proses Pembelajaran yaitu memuridkan, Rasul Paulus berkata kepada Timotius dalam 2 Timotius 2:2, ”Apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat

dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain”. dan Tujuan Pembelajaran

yaitu mendewasakan. Rasul Paulus menulis dalam Efesus 4:11-13, ” Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai

dengan kepenuhan Kristus” 29

James E. Pleuddemann dalam pendahuluan buku Education That is Christian yang

ditulis oleh Lois E. Lebar mengatakan bahwa “Pendidikan Kristen merupakan

akar-rumput di tengah keluarga, gereja dan sekolah.”30 Hal ini dapat dilihat melalui pendapat Marthin Luther tentang tujuan pendidikan agama Kristen, yaitu:

Tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Tuhan Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa , Firman tertulis, alkitab dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya

29

Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK (Yogyakarta: Yayasan Andi,2010), 6 30

(32)

termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan Kristen, yaitu Gereja.31

Dan menurut Calvin bahwa:

Tujuan pendidikan agama Kristen adalah mendidik semua putra-putri Ibu (gereja) agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.32

Berdasarkan pendapat dari kedua bapak gereja ini bisa dilihat bahwa pendidikan agama Kristen menjadi suatu tanggungjawab yang harus dijalankan oleh gereja dengan melibatkan semua warga jemaat dalam segala keberadaan mereka untuk mencapai tujuan yaitu hidup yang senantiasa bersyukur atas kemerdekaan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan serta bertumbuh dalam pengetahuan dan kebenaran seperti yang disampaikan rasul Paulus dalam I Timotius 2:3-4,” Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Kristen di atas maka diperlukan metode untuk membantu proses pembelajaran. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa metode kurang penting namun Homrighausen mengatakan keduanya memiliki hubungan yang rapat antara apa yang diajar dan bagaimana kita mengajarkan pokok itu.33 Namun Homrighausen juga mengingatkan bahwa:

Metode senantiasa hanya jalan dan alat saja, bukan tujuan. Kita harus selalu menuju pada maksud Firman Tuhan; Tak boleh kita mempergunakan metode kita supaya mendapat hasil dan sukses secara duniawi. Dengan rendah hati dan setia patutlah kita melayani melulu Firman Tuhan saja dengan cara-cara yang

31

Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen Jilid 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 342

32

Ibid., 415. 33

(33)

kita pakai dalam pekerjaan kita, serta mengharapkan bahwa metode-metode itu akan menghasilkan iman, pengetahuan dan penuturan yang sejati dalam hidup murid-murid kita.34

Alkitab sebagai sumber pembelajaran memiliki banyak model dalam menyatakan kehendak Allah bagi manusia. Namun setiap model memiliki kekuatan dan kelemahan. Rick Warren berkata, “Never Criticise any method that God is blessing”35 artinya jangan pernah mengkritik metode-metode yang sedang Tuhan berkati. Satu hal yang perlu dipertimbangkan bahwa metode hanyalah alat untuk mencapai tujuan jadi metode boleh banyak namun metode tidak akan mengubah inti sebenarnya dari pengajaran pendidikan agama Kristen yaitu Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat dunia. Jadi pemahaman alkitabiah tentang model pembelajaran berikut ini dapat menjadi landasan untuk memahami lebih dalam tentang model pembelajaran dalam Alkitab.

Dasar Alkitabiah Model Pembelajaran Rasul Paulus

Sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran rasul Paulus, terlebih dahulu diperkenalkan latarbelakang rasul Paulus. hal ini perlu untuk diketahui karena latar belakang rasul Paulus yang meliputi latar belakang kehidupan dan panggilan rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus memberikan pengaruh bagi Paulus dalam menjalankan proses pembelajaran dalam pelayanannya.

Latar Belakang Rasul Paulus

Latar belakang Paulus meliputi 3 (tiga) bagian besar yaitu latar belakang kehidupan dan panggilan Rasul Paulus serta ajaran Rasul Paulus. Berikut ini adalah penjabaran ketiga hal tersebut:

34

Ibid., 90. 35

(34)

Latar belakang kehidupan dan Panggilan Rasul Paulus

Paulus adalah seorang rasul Tuhan dimana kata “rasul” dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikannya kepada manusia.36 Dalam Strong’s Concordance “rasul” dalam bahasa Yunani

(apostolos) yang artinya seorang ”utusan”, khususnya seorang utusan laskar

Kristus, rasul Kristus, dengan kuasa mujizat: rasul, pemberi kabar, dia yang diutus.37 nama Paulus sebelum bertobat adalah Saulus, nama dalam bahasa Ibrani, ia adalah orang yang menganiaya orang-orang percaya termasuk Stefanus dikatakan dalam Kisah

Para Rasul 8:1, “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh”, ia dilahirkan di

Tarsus yaitu sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Selain itu Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan, banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma.38 Karena kemajuan kota Tarsus ini membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33).39 Paulus memiliki kewarganegaraan Romawi, dan ibunya adalah seorang Farisi, sehingga ia adalah seorang keturunan Farisi dan memiliki kepercayaan Farisi (Kisah Para Rasul 21:39; 22:3, 25; 25:16) sehingga ia memiliki pengetahuan yang kuat tentang tradisi-tradisi umat Yahudi. Ia juga memiliki ketrampilan sebagai seorang pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:3; I Tesalonika 2:9) dimana setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di

36

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008 ), 730.

37

James Strong, The New Strong’s exhaustive Concordance of the Bible (Tennesse : Thomas Nelson Publishers,1982), 12.

38

John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 289. 39

(35)

samping menuntut ilmu agar bermamfaat bagi kehidupan dan pelayanannya, ia belajar di bawah bimbingan seorang filsuf Besar Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3) yang adalah cucu dan pengganti rabi Hillel yang tersohor kira-kira tahun 60 SM-20 M. Jadi dari beberapa fase kehidupannya ini maka John Drane menyimpulkan bahwa Paulus memiliki tiga pengaruh utama yang ia dapatkan pada masa mudanya, yakni agama Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia.40

Homrighausen menambahkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang ulung, ia benar-benar tokoh penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya.41 Dari segi kepribadian Tim Lahaye menyimpulkan bahwa Paulus memiliki temperamen yang kolerik, karena Paulus adalah seorang pemimpin yang alami, memiliki keyakinan yang kuat, dan penuh dengan ide dan gagasan yang cemerlang.42

Rasul Paulus dipanggil Tuhan melalui penglihatan pada jalan menuju ke Damsyik pada waktu Tuhan Yesus sudah tidak lagi melayani secara fisik di dunia. Pada waktu perjalanan menuju ke Damsyik berdasarkan surat kuasa yang ia minta dari imam besar untuk menangkap orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan di Damsyik. Pada saat mendekati kota Damsyik. Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya melalui sebuah cahaya yang memancar dari langit mengelilingi dia, ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suara berkata kepadanya, “Saul, Saul mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Paulus berdiri dari tanah dan mendapati

40

John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), 291. 41

E.G.Homrighausen & IH.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008), 6-7.

42

(36)

dirinya buta. Beberapa orang yang ikut dengan dia menuntunnya dan membawanya ke Damsyik. Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Dan Allah mengutus Ananias untuk meyakinkan Paulus akan panggilannya, dimana Allah berkata kepada Ananias, Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.” Pernyataan ini sangat berbeda dengan panggilan terhadap kedua belas rasul, dimana ruang lingkup pelayanan yang dipercayakan oleh Allah kepada Paulus lebih luas daripada kedua belas rasul. Selain itu panggilan Paulus ini ditulis sampai tiga kali dalam Kisah Para Rasul yaitu pada pasal 9:1-18, 22: 6:16 dan 26:12-18. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya panggilan Paulus bagi pelayanan dan pengajaran kekristenan. Kejadian yang dialami Paulus dalam perjalanan ke Damsyik ini mengubah seluruh kehidupannya. Dari seorang penghujat menjadi alat Tuhan dan bahkan mengalami penderitaan demi pekabaran injil. Paulus menggambarkan keadaannya melalui I Korintus 15:8 “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”

Untuk lebih memahami pentingnya panggilan Rasul Paulus maka Cornelius.R.Stam dalam bukunya yang berjudul Things That Differ membandingkan panggilan Rasul Paulus dengan keduabelas Rasul, sehingga melalui perbandingan ini dapat dimengerti bahwa panggilan rasul Paulus sangat berpengaruh bagi perkembangan pelayanan pada masa kini. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut43:

Pertama, kedua belas Rasul dipilih oleh Allah di bumi (Lukas 6:13) dan mengenal Tuhan Yesus sejak Tuhan Yesus ada di bumi, sedangkan rasul Paulus dipilih

43

(37)

ketika Yesus sudah naik ke surga (Kisah Para Rasul 9: 3-5; 26:16) dan belum pernah bertemu dengan Tuhan Yesus sewaktu masih di bumi.

Kedua, keduabelas rasul mewakili bangsa Israel, hal ini jelas dilihat dari janji Tuhan kepada mereka. Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Matius 19:28).” Sedangkan Paulus sebagai seorang rasul yang mewakili tubuh Kristus. Di dalam diri Paulus terdapat keturunan Yahudi (Filipi 3:5) dan memiliki warganegara Roma.

Ketiga, pelayanan keduabelas rasul pertama sekali diutus untuk mengabarkan Kerajaan Surga sudah dekat (Matius 1:7) ke bangsa Israel dan melalui Israel bisa dibawa sampai ke seluruh dunia( Kisah Para Rasul.1:6-8, 3:19-26). Sedangkan Paulus diutus untuk mengabarkan injil kasih karunia Allah (Kisah Para Rasul 20:24, Efesus 3:1-3), ia tidak pernah mengabarkan tentang kerajaan surga sudah dekat.

Keempat, kedua belas rasul diberikan kuasa mujizat ( Matius 10:8) sedangkan Rasul Paulus pada awalnya ia memiliki “tanda-tanda seorang rasul.” Karunia kuasa mujizatnya ditarik oleh Allah berhubungan dengan pemberian wahyu Allah kepadanya (I Korintus 13:8-13; 2 Korintus 12:7-10; Filipi 2:26-27; I Timotius 5:23).

(38)

Perbandingan ini menunjukkan dengan jelas bahwa rasul Paulus bukan bagian dari kedua belas rasul dan bukan pula penerus dari pelayanan kedua belas rasul. Karena ada pendapat yang menyimpulkan bahwa rasul Paulus adalah rasul yang ketiga belas, Paul Sadler menyikapinya dengan mengatakan, “Paulus memiliki pelayanan yang berbeda dari keduabelas rasul yang lain, ia dipanggil Allah dari surga untuk memperkenalkan betapa dalamNya kasih karunia Allah kepada bangsa-bangsa di luar bangsa Israel”.44 Lebih lanjut Paul Sadler menjelaskan bahwa:

Pendapat beberapa ahli yang menerima kesimpulan bahwa Paulus seharusnya menjadi Rasul yang ketigabelas akan merusak sistem penomoran dari program nubuatan, juga akan merusak keberlangsungan ketidaksalahan Firman Allah. Nomor 12 adalah nomor pemerintahan, yang sudah permanen ditetapkan untuk Israel. Ada 12 Putra Israel yang datang dari 12 suku Israel yang memiliki tanah perjanjian yang dibagi ke dalam 12 bagian dengan 12 pangeran yang memerintah suku-suku. Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridNya bahwa mereka akan duduk di 12 tahta untuk menghakimi ke-12 suku Israel (Matius 19:28). Karena kesetiaan mereka, mereka juga diberikan penghargaan yaitu nama mereka akan ditulis pada keduabelas batu dasar di Yerusalem Baru (Wahyu 21:14). Nubuatan tidak memberikan ruangan pada rasul yang ketigabelas! 45

Rasul Paulus adalah rasul yang dikhususkan Allah untuk suatu panggilan yang khusus, dimana Allah sudah berpaling dari bangsa Israel kepada bangsa-bangsa lain sebagai akibat dari kekerasan hati bangsa Israel. Panggilan rasul Paulus menjadi suatu pintu gerbang pekabaran Injil ke seluruh dunia tanpa ada batasan baik wilayah, suku, bangsa dan budaya.

Paul M Sadler, Exploring The Unsearchable Riches of Christ (Wisconsin: Berean Bible Society, 1993), 26.

45

(39)

Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.

Konteks dari perikop ini menurut E.K Simpson dan F.F.Bruce adalah rasul Paulus dituntut untuk mempertahankan kerasulannya dengan kuat untuk menentang orang-orang yang menyangkalnya, rahasia Kristus merupakan keunikan Injil yang dipercayakan kepadanya.46 Lebih lanjut lagi Robert G Gromacki menjelaskan bahwa Kitab Efesus terbagi atas 3 (tiga) bagian besar di mana bagian pertama pasal 1-3, Paulus menguraikan tentang natur gereja sebagai tubuh Kristus dengan menunjukkan kedaulatan panggilan, yang terbentuk dari orang Yahudi dan bukan Yahudi dan tujuan kekal.47

Berdasarkan konteks terlihat bahwa pernyataan rasul Paulus ini menunjukkan keyakinannya atas panggilan dan wahyu yang Tuhan sampaikan kepadanya. Paulus menyatakan bahwa ia dipercayakan suatu tugas penyelenggaraan kasih Karunia Allah. Tugas penyelenggaraan berasal dari kata οίκονομον artinya administration (of a household or estate).48 Kata οίκονομον (oikonomian) merupakan gabungan dari kata oikos artinya rumah dan nemo artinya mendistribusikan atau membagikan makanan atau aturan-aturan. Jadi bila digabung artinya ”aturan rumah tangga, pengurusan

46

E.K.Simpson dan F.F.Bruce, The New International CommentaryOn The New Testament

(Grandrapid: WM.B.Eerdmans Publishing, 1980), 70. 47

Robert G.Gromacki, New Testament Survey (Grand Rapid: Baker Book House,1989), 247 48

(40)

rumah tangga, jabatan mengurus rumah tangga, tugas mengurus, rencana, pembinaan.” Dalam Alkitab Bahasa Inggris King James Version, kata οίκονομον memakai kata ”Dispensation” sedangkan dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan baru diterjemahkan dengan : pengurus rumah, bendahara, yang kepadanya dipercayakan, pelayan-pelayan, pengawas, pengatur rumah. Charles Ryrie menghitung dalam Perjanjian Baru kata “Oikonomos” dipergunakan sebanyak dua puluh kali yaitu:

Kata kerja oikonomeo digunakan sebanyak satu kali dalam Lukas 16:2, diterjemahkan sebagai "to be a steward” atau menjadi seorang bendahara, Kata benda oikonomos dipakai sepuluh kali (Lukas12:42; 16:1,3,8; Roma 16:23; I Korintus. 4:1, 2; Galatia. 4:2; Titus. 1:7; I Petrus. 4:10), biasanya diterjemahkan sebagai steward (penatalayanan) atau manager (pengelola) dan juga bendahara negeri dalam Roma. 16:23. Dan Kata benda oikonomia dipakai sembilan kali (Lukas 16:2, 3, 4; I Korintus. 9:17; Efesus 1:10; 3:2, 9; Kolose 1:25; I Timotius 1:4).49

Jadi dari pengertian kata dispensasi ini maka Stam mendefinisikan tugas penyelenggaraan atau dispensation adalah The Act of dealing out or That which is dealt out, artinya suatu tindakan membagikan .50 C. I. Scofield mendefinisikan dispensasi

yaitu “suatu dispensasi adalah suatu masa ketika ketaatan manusia terhadap pernyataan

kehendak Tuhan tertentu itu diuji. Ada tujuh dispensasi berbeda semacam ini dalam Alkitab.”51 Berkhof menanggapi pernyataan C. I. Scofield dengan mendefinisikan dispensasi bahwa: Itu merupakan suatu pengurusan, suatu penataan, atau suatu pengadministrasian, tetapi tidak pernah merupakan suatu masa pengujian atau suatu masa percobaan.”52 Frans Tamarol mengutip definisi dari Brown menuliskan suatu dispensasi (atau pembagian Kitab Suci) adalah Allah memperkenalkan apa yang menjadi kehendaknya dalam waktu tertentu, dimana Allah membuat suatu peraturan

49

Charles C.Ryrie, Dispensationalism., terj, Ny.Endyahswarawati ( Malang: Gandum Mas,1995), 33-34.

50

C.R.Stam, Things That Differ (Chicago:Berean Bible Society,1985), 17. 51

C.I.Scofield, The Scofield study Bible(New York:Oxford,1945), 5.

(41)

dengan kepada seseorang, ujian kepada orang yang mau menerima atau menolak wahyuNya.”53 Dari beberapa definisi di atas maka penulis lebih setuju dengan definisi Brown, karena dispensasi berbicara tentang program Allah yang di dalamnya meliputi adanya jangka waktu. Jadi dispensasi bukanlah semata-mata pembagian masa atau waktu. Dalam dispensasi terdapat kehendak Allah yang diatur secara khusus bagi orang-orang tertentu pada waktu tertentu, yang di dalamnya mencakup suatu jangka waktu yang mungkin berbeda antara dispensasi yang satu dengan dispensasi yang lain.54 Ryrie memberi tanggapan bahwa age (zaman) dan dispensation bukan sinonim walau keduanya mungkin persis sama ditilik dari penyelesaian historisnya. Pada dasarnya suatu dispensasi terkait dengan pengaturan bukan terkait dengan waktu.55

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi inti utama dari tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepada rasul Paulus adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus baik Yahudi maupun bukan Yahudi terbentuk menjadi satu wadah yang disebut sebagai tubuh Kristus. Dalam program sebelumnya antara bangsa Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan yang berbeda di hadapan Allah dan bahkan bangsa bukan Yahudi selalu disebut bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, dan sampai Yesus sendiri menyebut bangsa bukan Israel adalah anjing-anjing (Matius 15: 26). C.R. Stam menulis dalam program

rahasia Allah “Yahudi dan bukan Yahudi memiliki kedudukan yang sama di hadapan

Allah” (Roma 10:12, 11:32, Efesus 2:16,17).56

53

Frans P.Tamarol, Ayat-Ayat Alkitab Saling bertentangan, Benarkah?( Jakarta: PELITA, 2005), 26.

54

Ibid., 25-26 55

Charles C.Ryrie, Dispensationalism ( Malang: Gandum Mas, 1995), 38. 56

(42)

Untuk lebih memahami tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, berikut ini adalah hal-hal yang termasuk dalam program tugas penyelenggaraan kasih karunia yang tersembunyi pada masa terdahulu:

Pertama, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus pada masa kini memiliki kedudukan yang sama dalam Tubuh Kristus. Donald Guthrie mengatakan gagasan mengenai Tubuh Kristus ini menunjukkan betapa eratnya ikatan yang mempersatukan semua orang percaya.57 Paul Enns menambahkan bahwa ilustrasi tubuh juga menekankan kesatuan dari semua orang percaya pada zaman gereja merekonsiliasi orang Yahudi dan bukan Yahudi ke dalam satu tubuh.58 Dalam Efesus 2:14, Paulus mengatakan,

Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

Tembok yang memisahkan yang menimbulkan perseteruan itu dimengerti sebagai sebagai Taurat Musa, yang melindungi bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, dengan demikian mencegah bangsa bukan Yahudi datang kepada Allah.59 Jadi karena kasih Yesus yang begitu besar sehingga ia rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, sehingga orang yang dahulu adalah orang yang tidak layak datang kepada Allah sekarang diperdamaikan dengan Allah dan di dalamNya tidak ada perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, keduanya menjadi satu ciptaan baru yaitu anggota Tubuh Kristus.

57

Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 71.

58

Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT, 2003), 434. 59

(43)

Kedua, Yesus Kristus adalah kepala dari tubuh Kristus, rasul Paulus menulis dalam Kolose 1:18 ”Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” Dan dalam Efesus 1:22-23,”Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan kepala dari segala sesuatu.” Donald Guthrie menambahkan bahwa “konsep Kristologi dalam Tubuh Kristus diperkenalkan dengan cara yang lebih khusus, Yesus sebagai kepala mengendalikan jemaat, Ia dipandang sebagai sumber kehidupan dan kepenuhan jemaat. Dialah yang paling utama (Kolose 1:18)”.60 Dalam nubuatan tidak pernah dikatakan bahwa Yesus adalah kepala dalam tubuh Kristus, di dalam program nubuatan Yesus Kristus selalu dikatakan sebagai raja.

Ketiga, program Allah tentang gereja sebagai tubuh Kristus adalah suatu kesatuan yang tidak sama dengan program Allah bagi bangsa Israel. Charles Ryrie memberikan beberapa bukti untuk membedakan antara gereja dan Israel, yaitu:

(1).Dalam Perjanjian Baru, orang Israel dan bukan Israel jelas dibedakan setelah gereja didirikan.(2) Orang Israel dengan jelas dibedakan dari gereja.(I Korintus 10:32),(3).dalam Galatia 6:16, ”Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.” Memberikan bukti yang jelas bahwa gereja berbeda dengan Israel.”61

Pada saat ini yang berlangsung adalah program Allah kepada gereja yaitu perpaduan antara Israel dengan bukan Israel menjadi satu tubuh, hal ini tidak pernah ditemukan pada program Allah kepada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan.

60

Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3.,terj.Lisda Tirta Praja dkk (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 71.

61

(44)

Keempat, berkat utama dalam Tubuh Kristus adalah berkat rohani, dalam

Efesus 1: 3 Rasul Paulus menulis, ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus

yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” Dan dalam 2 Korintus 4:18 ,Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.sedangkan di dalam program nubutan berkat-berkat Allah selalu berhubungan dengan hal-hal jasmani mulai dari berkat-berkat keturunan, kesuksesan, dan berkat kerajaan yang akan didirikan di atas bumi.

Kelima, pengharapan gereja yang adalah Tubuh Kristus adalah menantikan kedatangan Kristus diangkasa untuk mengangkat orang percaya ke sorga, dalam I Korintus 15: 51-52, Paulus menulis, “ Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” Paulus juga menulis dalam I Tesalonika 4: 16-17:

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Tabel 3.3 Tingkat korelasi
Tabel 4.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

sesuai dengan materi yang sedang dipelajari Saya lebih suka belajar dengan berkelompok/diskusi dari pada belajar sendiri Saya senang belajar geografi karena guru saya

Pemberitahuan Tahunan secara online yang real-time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (DJP) www.pajak.go.id, penyedia jasa aplikasi atau application service provider

Jika ada anggota yang datang ke kantor untuk melakukan penyetoran atau pembukaan rekening baru sirela dan nasabah tersebut meminta brosur, maka teller BMT Harapan Umat

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

Dalam “Siang Makkah” penyair menggambarkan pengalaman spiritualnya di tengah panasnya suhu udara Makkah yang tidak dapat terlepas dari suara gamelan yang gaduh

Namun perlu diingat bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya, merupakan masukan (input) yang diolah oleh

Curahan tenaga kerja pria dalam usahatani padi sawah lebih besar dari pada curahan tenaga kerja wanita , karena pada daerah penelitian usahatani padi sawah merupakan mata