11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Pendidikan
12
seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari – hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapinya, (Badrujaman, 2010).
Melalui bimbingan konseling permasalahan peserta didik dapat ditangani baik secara individu maupun secara kelompok, berkaitan dengan penelitian ini layanan bimbingan kelompok digunakan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi permasalahan kontrol diri. Dengan penanganan yang sesuai maka tujuan dari pendidikan dapat berjalan optimal.
2.2.
Self Control
13
rendah. Gottfredson dan Hirschi berpendapat bahwa kontrol diri yang rendah muncul dari sosialisasi yang tidak efektif pada awal kehidupan dan merupakan sifat yang stabil yang bertahan di atas umur. Selain itu, mereka melihat pengendalian diri yang rendah sebagai faktor individu dasar melakukan perilaku pidana, penyalahgunaan obat dan alkohol dan bentuk-bentuk penyimpangan, ( Westercriminology. org/ dokuments / wcr ). Impulsif dalam kamus bahasa Indonesian artinya bersifat bertindak secara tiba-tiba menuruti kata hati, bahwa individu berperilaku dan apa yang dilakukan tanpa berfikir dulu. Individu tidak dapat menekan hasrat dalam dirinya dalam merespon rangsangan, dan tidak sadar hanya mengedepankan naluri semata.
Kontrol diri dalam penelitian ini mendefinisikan berdasarkan pendapat Gottfredson dan Hirschi (1990) yang menyatakan kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan dirinya dari tindakan impulsif dan mengikuti emosi sesaat. Dimana orang yang memiliki kontrol diri yang rendah adalah orang-orang yang cenderung memiliki orientasi “here and now ”, lebih memilih menyelesaikan sesuatu secara fisik dari pada mengandalkan kognitif, senang terlibat dalam aktifitas berbahaya, kurangsensitif pada kebutuhan orang lain, lebih memilih jalan pintas dibanding hal-hal yang kompleks, serta memiliki toleransi yang rendah terhadap sumber masalah.
14
kontrol diri adalah kurangnya kedewasaan,disiplin dan pelatihan.
Dari definisi kontrol diri tersebut diatas, yang menyatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan diri dari tindakan yang impulsif dan mengikuti emosi sesaat, maka dapat diasumsikan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengatur dan mengarahkan pikiran, afeksi, dan perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan maupun melawan sifat emosi sesaat.
2.2.1. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Gottfredson & Hirschi (1990) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kontrol diri antara laki-laki dan perempuan, laki-laki memiliki kontrol diri lebih rendah dibandingkan perempuan, ( http: journal. unair. ac.id). Usia menurut gottfredson dan Hirschi (dalam Conner et all,2009) juga mempengaruhi kontrol diri, yaitu semakin meningkat usia seseorang kemampuan mengontrol dirinya juga akan semakin meningkat, (http:// www.academia .edu /4461985_).
15
Dari faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol diri diatas dapat disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi dari kontrol diri seseorang.
2.2.2. Aspek Kontrol diri.
Gottfredson dan Hirschi (1990) menyatakan 6 aspek yang menjadi ciri-ciri individu yang memiliki kontrol diri rendah. Melalui 6 aspek ini, dapat dilihat tingkat kontrol diri individu, 6 aspek tersebut adalah :
1. Impulsiveness
Konsep ini mengacu pada kecenderungan seseorang untuk merespon stimulus nyata dilingkungan terdekat. Individu ini memiliki orientasi “here and now”. Individu tidak mempertimbangkan konsekuensi negatif dari perbuatan yang akan dilakukannya. Individu
mudah tergoda untuk sesuatu yang
menyenangkan. Sebaliknya apabila individu memiliki kontrol diri yang tinggi cenderung menunda kepuasan kebutuhan.
2. Preference for Physical Activity
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol diri yang rendah lebih memilih dengan kegiatan yang tidak membutuhkan kegiatan tertentu dibandingan mencari aktifitas yang membutuhkan pemikiran (kognitif). Individu ini senang melakukan aktifitas fisik dibandingkan aktifitas mental.
16
Konsep ini menjelaskan bahwa individu dengan kontrol diri yang rendah suka terlibat dalam aktifitas- aktifitas beresiko, menyenangkan, dan menegangkan. Mereka melakukan tindakan sembunyi-sembunyi,berbahaya, atau manipulatif. Oleh karena itu individu yang memiliki kontrol diri yang rendah cenderung pembereni dan aktif, sedangkan individu yang memiliki kontrol diri tinggi cenderung hati-hati, kognitif, dan verbal.
4. Self – Centeredness
Individu dengan kontrol diri yang rendah cenderung mementingkan diri sendiri. Individu ini juga kurang peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain. Individu ini sering tidak bersikap ramah atau dengan kata lain, cenderung kurang peduli dalam pembinaan hubungan dengan orang lain. Tindakan mereka merupakan refleksi dari self-interest (minat pribadi) atau untuk keuntungan pribadi.
5. Preference for Simple Tasks
Individu dengan kontrol diri yang rendah akan cenderung menghindari tugas – tugas sulit yang membutuhkan banyak pemikiran. Individu ini lebih menyukai tugas sederhana yang dapat diselesaikan dengan mudah. Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki kontrol rendah cenderung kurang rajin, gigih, atau tekun dalam melakukan suatu tindakan. Mereka lebih mencari kepuasan hasrat yang mudah dan sederhana.
17
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol diri yang rendah cenderung rentan mengalami frustasi, emosi mudah meledak, dan temperamental. Ketika terlibat permasalahan dengan orang lain, individu yang memiliki kontrol diri rendah cenderung kesulitan untuk menyelesaikannya secara verbal. ( http://repository.usu.ac.id/bltstream)
2.3. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) ‘bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan bimbingan kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat’. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada beberapa individu dengan prosedur kelompok untuk memberikan bantuan untuk keperluan anggota kelompok.
18
bimbingan kelompok sebagai suatu proses bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan individu dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan permasalahannya atau dalam upaya mengembangkan pribadinya.
Dari pendapat Gazda diatas Bimbingan Kelompok merupakan kegiatan yang membantu memberikan bantuan untuk memperoleh pemahaman dan mengembangkan diri dilingkungan sosial agar menjadi lebih baik dalam situasi kelompok serta membuat individu dapat memahami orang lain.
2.3.1 .Keunggulan Bimbingan Kelompok.
19
proses menuju makhluk sosial, dalam suasana kelompok tidak hanya mencerminkan kehidupan kelompok saja tetapi juga kenyataan hidup sebenarnya, serta menimbulkan sikap saling komitmen terhadap norma dan kesepakatan bersama sesama anggota, dari latar belakang bimbingan kelompok dapat dijadikan panduan untuk melaksanakan konseling idividual..
M.Surya & R. Natawidjaya (1986: 105-106) mengutarakan tentang keuntungan yang mendukung diselenggarakannya bimbingan kelompok: bimbingan kelompok lebih efektifndan efisien karena dilaksanakqn secara kelompok dan menghemat waktu, dapat memanfaatkan pengaruh seseorang atau beberapa orang terhadap individu yang lain, dalam bimbingan kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman bagi anggota dan dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu, dari bimbingan kelompok merupakan langkah awal untuk konseling individual sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan individu yang akan mendapat layanan konseling, dengan bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk penyegaran watak / pikiran.
2.3.2. Tujuan Bimbingan Kelompok
20
pendapat yang dikemukakan, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejoloak kejiwaan yang bersifat negatif, saling tenggang rasa dan menjadi akrab dengan anggota yang lain, serta bisa membahas masalah atau topik umum yang dirasakan menjadi kepentingan umum.
Melihat definisi tersebut diasumsikan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan perilaku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa, ( Juntika, 2005 : 17). Dalam penelitian ini dengan pelaksanaan bimbingan kelompok dapat mencegah berkembangnya masalah dari peserta didik sehingga dapat meningkat kontrol diri dari peserta didik.
2.3.3. Fungsi Bimbingan Kelompok
Fungsi bimbingan kelompok terdiri dari berbagai hal yang dilakukan oleh konselor bekerjasama dengan konseli diantaranya berfungsi sebagai :
21
22
siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.
2.4. Kerangka berpikir
Gambar. 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kontrol diri yang rendah. Program Bimbingan Kelompok yaitu proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kontrol diri peserta didik. Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan untuk
Raw input
Siswa dengan pengenda
lian diri rendah
BIMBINGAN KELOMPOK
Out put
Siswa dengan pengenda
lian diri tinggi
Out come
pengendalian diri yang meningkat ditandai dengan perubahan dalam
23
meningkatkan kontrol diri peserta didik. Outcome yaitu dampak dari program bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri. Kontrol diri yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku peserta didik dalam merasakan, memahami secara efektif serta melakukan tindakan dengan menerapkan kepekaan kontrol diri.
2.5. Kajian yang Relevan
24
Penelitian oleh Priatmoko tentang “Upaya Meningkatkan Pengendalian Emosi melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Yayasan Al-Hidayah Desa Desel Sadeng Kec. Gunungpati Semarang Tahun 2010”. Menunjukkan bahwa skor pengendalian emosi sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok sebesar 166 atau 60,79% dengan kategorisasi sedang setelah pemberian layanan bimbingan kelompok menjadi 192,5 atau 70,01 % dengan kategorisasi tinggi, hal ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan pengendalian emosi.