• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Usulan Strategi Pemasaran (Studi Kasus Di Tempat Pijat Refleksi Karasia).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dan Usulan Strategi Pemasaran (Studi Kasus Di Tempat Pijat Refleksi Karasia)."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

(SB) Jalan Dr. Djunjunan No. 143 – 149, didirikan pada tahun 2003. Melalui hasil wawancara langsung kepada pemilik Karasia diketahui bahwa target pelayanan per bulannya adalah 500 jam. Tapi pada tahun 2013 – 2015 mengalami penurunan jumlah jam pelayanan dari rata-rata 414,6 jam pada tahun 2013, 377,1 jam pada tahun 2014 dan menjadi 368,9 jam pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah agar tempat pijat reflexologi Karasia dapat meningkatkan jumlah jam pelayanannya melalui usulan strategi pemasaran yang diberikan.

Variabel yang digunakan berdasarkan konsep bauran pemasaran (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan juga penyebaran kuesioner pendahuluan dan penelitian. Teknik sampling untuk penyebaran kuesioner penelitian adalah dengan purposive sampling.

Kuesioner pendahuluan bertujuan mecari pesaing utama Karasia dan variabel-variabel pada konsep bauran pemasaran yang dianggap penting dalam pemilihan tempat pijat reflexologi. Hasil kuesioner pendahuluan menunjukan bahwa tempat pijat reflexologi yang menjadi kompetitor utama bagi tempat pijat reflexologi Karasia adalah Kakiku yang beralamatkan di Jalan Pasir Kaliki No. 68 dan didapatkan 40 attribut yang dianggap penting oleh responden.

Dari kuesioner penelitian didapatkan hasil profil responden dan hal-hal yang akan dibutuhkan untuk usulan strategi pemasaran Karasia. Lalu didapatkan juga tingkat kinerja, tingkat kepentingan dan ranking Karasia dengan pesaingnya untuk setiap variabel-variabel yang ada pada konsep bauran pemasaran. Kuesioner penelitian ditujukan kepada responden yang pernah menggunakan jasa reflexologi di Karasia dan Kakiku dari awal proses masuk hingga konsumen beres pembayaran minimal 1 kali dikedua tempat tersebut. Pada bagian tingkat kepentingan dan kinerja diolah dengan metode IPA untuk mengetahui atribut-atribut yang masuk ke dalam low priority, underact, overact, maintance. Lalu dilakukan juga perhitungan Uji Hipotesis untuk mengetahui atribut-atribut yang belum dirasakan puas oleh responden. Setelah itu dilakukan perhitungan Correspondence Analysis untuk mengetahui ranking tempat pijat Karasia dibandingkan dengan pesaingnya. Dari hasil analisis gabungan antara ketiga metode yang digunakan didapatkan urutan prioritas variabel.

(2)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1-1 1.2 Identifikasi Masalah ... 1-2 1.3 Batasan dan Asumsi ... 1-3 1.4 Perumusan Masalah ... 1-3 1.5 Tujuan Penelitian ... 1-3 1.6 Sistematika Penulisan ... 1-4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Jasa ... 2-1 2.2 Bauran Pemasaran Jasa ... 2-3 2.3 Segmentasi Pasar ... 2-5 2.3.1 Segmentasi, Targetting & Positioning ... 2-6 2.3.2 Konsep Segmentasi Dari Masa ke Masa ... 2-6 2.3.3 Perilaku Dalam Demografi ... 2-8 2.4 Targetting ... 2-10

2.4.1 Kriteria untuk Memilih Pasar Sasaran yang Optimal

(3)

2.6 Populasi dan Sample ... 2-12 2.6.1 Populasi ... 2-12 2.6.2 Sample ... 2-13 2.7 Teknik Sampling ... 2-13 2.7.1 Probability Sampling ... 2-14 2.7.2 Nonprobability Sampling ... 2-14 2.8 Menentukan Ukuran Sample ... 2-15 2.9 Macam-macam Skala Pengukuran ... 2-16 2.10 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 2-18 2.11 Pengujuan Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 2-18 2.11.1 Pengujian Validitas Instrumen... 2-18 2.11.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 2-20 2.12 Teknik Pengumpulan Data ... 2-21 2.12.1 Interview (Wawancara) ... 2-22 2.12.2 Kuesioner (Angket) ... 2-22 2.12.3 Observasi ... 2-22 2.13 Multi Dimensional Scalling (MDS) & Correspondence Analysis (CA)2-24 2.14 Importance Performance Analysis ... 2-24

2.14.1 Importance Performance Analysis 4 Kuadran ... 2-24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

(4)

3.12Pengolahan Kuesioner Pendahuluan ... 3-9 3.13Penyusunan Kuesioner Penelitian ... 3-9 3.14Penentuan Jumlah Sample Kuesioner Penelitian ... 3-14 3.15Validitas Konstruk ... 3-14 3.16Penyebaran Kuesioner Penelitian ... 3-15 3.17Pengujian Validitas ... 3-15 3.18Pengujian Reliabilitas ... 3-16 3.19Pengolahan Data ... 3-16 3.20Analisis ... 3-19 3.20.1 Analisis Segmentation, Targetting, and Positioning ... 3-20 3.20.2 Analisis Hasil Peringkat Keunggulan (CA) ... 3-20 3.20.3 Analisis Hasil Matriks Importance Pergormance Analysis

(IPA) ... 3-20 3.20.4 Analisis Hasil Uji Hipotesis ... 3-22 3.20.5 Analisis Gabungan Importance Performance Analysis (IPA), Correspondance Analysis & Uji Hipotesis ... 3-23 3.21Usulan ... 3-23 3.22Kesimpulan dan Saran ... 3-23

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Data Umum ... 4-1 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 4-1 4.1.2 Struktur Organisasi ... 4-1 4.1.3 Job Description... 4-2 4.2 Kuesioner Pendahuluan ... 4-4 4.3 Kuesioner Penelitian ... 4-7 4.4 Hasil Rekapitulasi Kuesioner 7P ... 4-12

BAB 5 PENGOLAHAN DATA

5.1 Kuesioner Pendahuluan ... 5-1 5.2 Kuesioner Penelitian ... 5-2

(5)

5.2.3 Pengujian Validitas Eksternal dan Reliabilitas ... 5-16 5.3 Analisis Segmentation, Targetting & Positioning ... 5-22 5.4 Analisis Persaingan Reflexologi Karasia dengan Pesaingnya ... 5-23 5.5 Perhitungan Ranking ... 5-24 5.6 Perhitungan Importance Performance Analysis 4 Kuadran ... 5-27 5.7 Perhitungan Uji Hipotesis ... 5-30 5.8 Analisis Gabungan (Correspondence Analysis, Importance

Performance Analysis, Uji Hipotesis) ... 5-32 5.9 Usulan Positioning Untuk Reflexologi Karasia ... 5-37 5.10 Usulan dari Hasil Analisis Gabungan (Correspondence Analysis,

Importance Performance Analysis, Uji Hipotesis) ... 5-37

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan ... 6-1 6.1.1 Faktor-faktor yang Dipentingkan Konsumen dan Hasil

Validitas Konstruk dalam Memilih Tempat Pijat Reflexologi ... 6-1 6.1.2 Kelebihan-kelebihan Atribut yang Telah Dilakukan Uji Valid dan Dimiliki Oleh Tempat Pijat Reflexologi Karasia Dibanding dengan Kakiku ... 6-3 6.1.3 Kelemahan-kelemahan yang Dimiliki Oleh Tempat Pijat

Reflexologi Karasia Dibanding Kakiku ... 6-3 6.1.4 Upaya-upaya yang Dapat Dilakukan Tempat Pijat Reflexologi Karasia Agar Dapat Mengungguli Tempat Pijat Reflexologi

Lain yang Sudah Lebih Berkembang ... 6-4 6.2 Saran ... 6-6

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Tabel Penjualan 1-2

2.1 Kelas Sosial dan Penghasilan di Kota Metropolitan 2-9 3.1 Daftar tempat Pijat di Bandung Wilayan Bojonagara 3-7

3.2 Variabel Kuesioner Pendahuluan 3-8

3.3 Tabel Kuesioner Bagian 3 3-13

3.4 Tabel Analisis Gabungan 3-23

4.1 Hasil Data Pesaing Wilayah Bojonagara 4-4

4.2 Hasil Kuesioner Pendahuluan 4-5

4.3 Jenis Kelamin 4-7

4.4 Usia 4-7

4.5 Status 4-7

4.6 Tempat Tinggal 4-7

4.7 Pekerjaan 4-8

4.8 Pengeluaran Maksimal untuk Pijat 4-8

4.9 Pemijat yang dipilih 4-8

4.10 Kebutuhan Pelayanan Pijat per Bulan 4-8

4.11 Aktivitas yang paling sering dilakukan saat mengunjungi BTC mall 4-9 4.12 Darimana Konsumen Mengetahui Tempat Refleksi Karasia 4-9 4.13 Media Sosial yang Digunakan untuk Melihat Promosi 4-9 4.14 Lama Waktu Pijat yang Dapat Membuat Konsumen Puas 4-9 4.15 Faktor yang Membuat Kondumen Tidak Jadi untuk Pijat 4-10

4.16 Kapan Konsumen biasanya Dipijat 4-10

4.17 Alasan Utama Menggunakan Jasa Pijat Refleksi 4-10 4.18 Alasan Pemilihan Tempat Pijat Reflexology 4-11 4-19 Apakah Alat Pembayaran Melalui Debit/ Kredit Card Diperlukan 4-11 4.20 Apakah Konsumen Mengharapkan Adanya Konsultan Saat

(7)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

Tabel Judul Halaman

4.21 Apakah Konsumen Mengharapkan Dapat Melakukan

Pemesanan Pijat (Waktu & Pemijat) 4-11 4.22 Apakah Konsumen Mengharapkan Adanya Diskon Pada

Jam-jam Tertentu 4-12

4.23 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Bagian Ketiga (Tk. Kinerja,

Tk. Kepentingan dan Peringkat Refleksi) 4-12

5.1 Hasil Variabel yang Dibuang 5-2

5.2 Hasil Kuesioner Bagian 3 5-15

5.3 Validitas Tingkat Kepentingan 5-16

5.4 Validitas Tingkat Kepentingan Langkah 2 5-17

5.5 Validitas Tingkat Kepentingan Langkah 3 5-19

5.6 Variabel yang dibuang 5-20

5.7 Reliabilitas Tingkah Kepentingan 5-20

5.8 Variabel Terpilih (valid) 5-21

5.9 Jumlah Bobot 5-24

5.10 Jarak Attribut terhadap Karasia & Kakiku Reflexologi 5-26 5.11 Keunggulan Tempat Pijat Reflexologi Karasia 5-26 5.12 Ketidak Unggulan Tempat Pijat Reflexologi Karasia 5-27 5.13 Rata-rata Tingkat Kepentingan & Kinerja 5-27

5.14 Ringkasan IPA 5-29

5.15 Tabel Pengolahan Uji Hipotesis 5-31

(8)

Gambar Nama Gambar Halaman

1.1 Grafik Pelayanan 1-2

1.2 Bauran Pemasaran Jasa 2-5

2.3 Teknik Sampling 2-13

2.4 Importance Performance Analysis 2-24

3.1 Flowchart Metodologi Penelitian 3-1

3.2 Grafik Importance Performance Analysis 3-17

3.3 Wilayah Kritis Uji Z 3-19

3.4 Kuadran IPA 3-21

4.1 Struktur Organisasi Tempat Pijat Refleksi Karasia 4-2

5.1 Pie Chart Jenis Kelamin 5-3

5.2 Pie Chart Usia 5-4

5.3 Pie Chart Status 5-4

5.4 Pie Chart Tempat Tinggal 5-5

5.5 Pie Chart Pekerjaan 5-5

5.6 Pie Chart Pengeluaran Maksimal untuk Pijat 5-6

5.7 Pie Chart Pemijat yang Akan Dipilih 5-6

5.8 Pie Chart Kebutuhan Pijat/ Bulan 5-7

5.9 Pie Chart yang Sering Dilakukan Pelanggan Saat ke BTC mall 5-7 5.10 Pie Chart Darimana Konsumen Mengetahui Karasia 5-8 5.11 Pie Chart Media Sosial yang Digunakan untuk Melihat

Promosi 5-9

5.12 Pie Chart Lama Waktu Pijat yang Dapat Membuat Pelanggan

Merasa Puas 5-9

5.13 Pie Chart Faktor yang Membuat Pelanggan Tidak Jadi untuk

Pijat 5-10

5.14 Pie Chart Wakti Pelanggan Mulai Melakukan Pijat 5-10

5.15 Pie Chart Alasan Utama Pelanggan 5-11

(9)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

Gambar Nama Gambar Halaman

5.17 Pie Chart Apakah Alat Pembayaran Melalui Debit/ Kredit

Card Diperlukan 5-12

5.18 Pie Chart Apakah Pelanggan Mengharapkan Adanya

Konsultasi untuk Keluhan 5-13

5.19 Pie Chart Apakah Pelanggan Mengharapkan Dapat

Melakukan Pemesanan Pijat 5-13

5.20 Pie Chart Apakah Pelanggan Mengharapkan Adanya Diskon

Pada Jam Tertentu 5-14

5.21 Grafik Hasil Correspondance Analysis 5-25

5.22 Importance Performance Analysis 5-29

5.23 Wilayah Kritis Uji Z 5-33

5.24 Layout Saat Ini 5-40

5.25 Layout Usulan 5-40

5.26 Desain Usulan untuk Tampilan Luar 5-41

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Kuesioner Penelitian

2 Validasi Konstruk

3 Tabel Nilai r

(11)

1 Zen Family Jl. Sukajadi No. 182

2 Zen Family Jl.Surya Sumantri No. 18

3 The Lammar's Jl. Setiabudi No. 256 Cipaku

4 Yu Yuan Tang Jl. Sukajadi No. 165

5 Kakiku Jl. Pasir Kaliki No. 68

6 Everyday Balinese Jl. Surya Sumantri No. 116 7 Martha tilaar Jl. Ciumbuleuit No. 83 8 Kekayon Family Jl. Pro. Drg. Surya Sumantri

9 Delta Health Clu Jl. Pasirkaliki No. 25-27 Hyper Square Blok C 10 Valentine Jl. Jend. Sudirman No. 481

11 Mekar Jaya Jl. Garuda No. 46

12 Kurnia Jl. Moch Yunus II 8A

13 Tunet Massage Jl. Citepus 37A

14 Frans & Ebbe Tw Refleksi Jl. Prof Surya Sumantri Ruko Setrasari Mall Blok C3/91 15 Duta Massage Jl. Jend. Sudirman, Nana Rohana 9

16 Wyata Guna Bina Netra Jl. Pajajaran No. 52 Cicendo

17 Lotus Reflexology Jl. Prof. Surya Sumantri Setrasari Mall Blok C3/93 18 Garuda Jaya Panti Pijat Jl. Garuda 47A, Andir

19 Otao Living Jl. Dr. Setiabudi 41F, Sukajadi 20 Chandra Panti Pijat Jl. Jend. Sudirman No. 279 21 D'padjadjaran Sundanese Jl. Sukajadi Bandung Mall Paris Van Java 22 Chi Refleksi Jl. Pasirkaliki No. 25-27 Hyper Square Blok A 23 Panti Pijat Griya Citra Jl. Gegerkalong Girang No. 82/72B 24 Pijat Terapi Jl. Dakota No. 1, Sukaraja

25 Spring Jl. Cihampelas No. 116

(12)

3 Teknik pijat (pemilihan titik-titik area yang dipijat) 4 Terdapat pilihan lama waktu pijat 5 Kesesuaian harga dengan layanan

6 Terdapat diskon pada jam-jam tertentu (Happy Hour ) 7 Potongan harga (diskon) bagi yang sudah jadi pelanggan 8 Lokasi yang strategis (mudah dijangkau, sarana transportasi mendukung) 9 Banyak sarana transportasi menuju tempat pijat

10 Ketersediaan lahan parkir yang luas

11 Promosi yang menarik melalui media cetak (koran, spanduk) 12 Promosi yang menarik melalui media iklan (televisi, radio) 13 Promosi yang menarik melalui media sosial (path, instagram, facebook,

twitter, dsb)

No Variabel

14 Adanya promo berupa gratis pijat setelah melakukan 5 kali pijat 15 Promo jika membawa teman sistem multy level marketing (MLM) 16 Adanya merchandise untuk pemilik kartu member 17 Kebersihan karyawan

18 Ketepatan waktu pijat

19 Keramahan karyawan

20 Keahlian karyawan untuk memijat 21 Karyawan mengenakan seragam karyawan 22 Ketanggapan karyawan untuk menanyakan kekuatan pijat 23 Etika karyawan untuk meraba bagian yang tidak sopan 24 Jumlah karyawan yang memadai

25 Pengetahuan karyawan untuk membantu penyembuhan keluhan konsumen

26 Profesional dalam bekerja (karyawan fokus dalam melakukan pijat) 27 Kejelasan papan nama pijat refleksi

28 Kemenarikan tampilan luar tempat pijat 29 Ketersediaan tempat tunggu yang nyaman 30 Ketersediaan ruang ganti pakaian yang memadai 31 Kebersihan tempat pijat

32 Terdapat pendingin ruangan (AC, kipas angin) yang berfungsi baik 33 Sirkulasi udara didalam tempat pijat

34 Design ruangan tempat pijat yang menarik 35 Pencahayaan tempat pijit yang pas

36 Privasi saat sedang dilayani (Terpisahnya antar tempat pijat satu dengan yang lainnya)

37 Terdapat suguhan untuk yang menunggu (snack/minum/lainnya) 38 Terdapat sarana hiburan (televisi/ musik/ koran/ majalah) 39 Ketersediaan penitipan barang

40 Ketersediaan penitipan anak

41 Tersedianya kotak saran bagi konsumen yang ingin komplen

42 Ketepatan dalam transaksi penjualan (tidak salah memerikan harga, kembalian uang)

43 Kecepatan dalam melayani permintaan

44 Adanya bukti pembayaran dan perhitungan yang jelas (Nota) 45 Ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit atau debit

(13)
(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat tahun demi tahun. Saat ini perusahaan sulit untuk mempertahankan pelanggan, Maka dari itu perusahaan perlu membuat mereka mendapatkan produk/ pelayanan yang memuaskan. Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang menghasilkan produk berupa pelayanan. Saat ini, perusahaan jasa berkembang pesat seiring meningkatnya persaingan, teknologi dan harapan pelanggan, misalnya salon, ojek, tempat pijat, dan lain-lain.

Tempat pijat refleksi adalah salah satu perusahaan jasa yang berkembang dan diperlukan oleh beberapa kalangan masyarakat. Mulai dari anak remaja hingga dewasa dan pria-wanita membutuhkan jasa pijat. Ada yang membutuhkan karena untuk menghilangkan penyakit atau terapi setelah penyembuhan penyakit tertentu, tetapi ada juga yang membutuhkannya untuk menghilangkan penat dan meregangkan badan.

(15)

2010-2012 2013 2014 2015 Rata-rata

melayani/bulan 414.6 Jam 368.9 Jam Tahun

377.1 Jam ± 600 Jam

Berikut gambar grafik yang menunjukan adanya penurunan jumlah jam pelayanan ditunjukkan pada gambar 1.1

Gambar 1.1

Grafik rata-rata jumlah jam melayani/ bulan

Berdasarkan data di atas, penelitian dilakukan untuk membantu pihak Karasia untuk dapat meningkatkan jumlah jam melayani per bulannnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara terhadap tempat Pijat Refleksi Karasia, maka didapatkan beberapa faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya penurunan jumlah jam pelayanan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Belum tepatnya promosi yang dilakukan oleh pihak Pijat Refleksi Karasia, Sehingga para calon konsumen baru ada yang tidak mengetahui keberadaan tempat ini.

2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi.

3. Pemilik belum menerapkan segmentation, Targetting dan Positioning yang tepat.

4. Belum mampu bersaing dengan tempat pijat refleksi lain yang merupakan pesaing.

0 100 200 300 400 500 600 700

2 0 1 0 - 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5

T A H U N

(16)

1.3 Pembatasan Masalah

Dari seluruh pembahasan pada identifikasi masalah, maka diperlukan pembatasan masalah yang berkaitan dengan masalah ini. Hal – hal yang menjadi pembatasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang dijadikan sebagai pesaing dari tempat Pijat Refleksi Karasia merupakan semua perusahaan yang menawarkan jasa sejenis yaitu pijat refleksi dengan lokasi, harga dan jenis layanan yang relatif sama.

2. Penelitian tidak memperhatikan penawaran jasa lain di tempat pesaing selain jenis pijat refleksi.

1.4 Perumusan Masalah

Hal – hal yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang dipentingkan bagi para konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi?

2. Bagaimana tingkat performansi & kepentingan tempat Pijat Refleksi Karasia menurut konsumen?

3. Bagaimana segmentation, targetting dan Positioning dari tempat Pijat Refleksi Karasia?

4. Hal apa yang menjadi keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia jika dibandingkan dengan pesaing?

5. Bagaimana usulan strategi pemasaran yang dapat diberikan kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan?

6. Hal apa yang dirasakan puas dan tidak puas oleh konsumen terhadap pelayanan yang diberikan tempat Pijat Refleksi Karasia ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor – faktor yang dijadikan hal penting bagi konsumen dalam pemilihan tempat pijat refleksi.

(17)

4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia dibandingkan pesaing.

5. Memberikan usulan strategi pemasaran kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan.

6. Mengetahui hal-hal yang dianggap puas dan tidak puas oleh konsumen tempat Pijat Refleksi Karasia.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi berbagai macam referensi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian, pengolahan data dan penarikan kesimpulan laporan tugas akhir ini.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab ini berisi langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis yang digambarkan dalam bentuk flowchart dari awal penelitian hingga akhir laporan tugas akhir.

Bab 4 Pengumpulan Data

Bab ini berisi data umum perusahaan dan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan data dan menganalisisnya.

Bab 5 Pengolahan Data dan Analisis

Bab ini berisi pengolahan data yang menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), Correspondence Analysis (CA) dan Uji Hipotesis serta dilakukan analisis Segmentasi, Targeting, & Positioning (STP) dan analisis gabungan dari 3 metode yang digunakan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Jasa

Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan (1,2). Terutama untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Selain daripada produk yang ditawarkan adalah pelayanan, perusahaan jasa juga perlu melakukan diferensiasi melalui pelayanan diluar bidang usahanya untuk mendapatkan pangsa pasar.

Jasa sendiri merupakan setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak (1,6).

Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir( misalnya taksi, asuransi jiwa dan pendidikan) dan jasa kepada konsumen organisasional (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, jasa konsultasi hokum). Perbedaan antara kedua segmen tersebut adalah alasan dalam memilih jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan dan kompleksitas pengerjaan jasa tersebut (1,8).

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau profit service (misalnya penerbangan, bank dan jasa parsel) dan nonprofit service (misalnya sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan dan museum). Jasa komersial masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis (Stanton, Etzel, dan Walker, 1991) yaitu:

(19)

b. Operasi rumah tangga, meliputi utilitas, perbaikan rumah, reparasi peralatan rumah tangga, pertamanan dan household cleaning.

c. Rekreasi dan hiburan, meliputi penyewaan dan reparasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas-aktivitas rekreasi dan hiburan, serta admisi unuk segala macam hiburan, pertunjukan dan rekreasi.

d. Personal care, mencakup laundry, dry cleaning, dan perawatan kecantikan.

e. Perawatan kesehatan, meliputi segala macam jasa medis dan kesehatan.

f. Pendidikan swasta.

g. Bisnis dan jasa professional lainnya, meliputi biro hokum, konsultasi pajak, konsultasi akuntansi, konsultasi manajemen dan jasa komputerisasi

h. Asuransi, perbankan, dan jasa finansial lainnya, seperti asuransi perorangan dan bisnis, jasa kredit dan pinjaman, konseling investasi, dan pelayanan pajar.

i. Transportasi, meliputi jasa angkutan dan penumpang, baik melalui darat, laut maupun udara, serta reparasi dan penyewaan kendaraan. j. Komunikasi terdiri atas telepon, telegraph, komputer, dan jasa

komunikasi bisnis yang terspesialisasi.

(20)

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

2.2 Bauran Pemasaran Jasa

Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh profit. Hal ini berlaku bagi perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa maupun non – jasa. Walaupun terdapat kesamaan tujuan pada kedua jenis industri tersebut, diperlukan strategi pemasaran yang berbeda untuk masing – masing jenis industri. Perbedaan strategi tersebut dipengaruhi oleh ciri – ciri dasar yang berbeda dari jenis produk yang dihasilkan.

Kotler (2000:15) mengemukakan definisi bauran pemasaran

(Marketing Mix) sebagi berikut : ”Marketing Mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursueits marketing objective in the target

market.” Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran (

marketing mix ) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

Zeithaml and Bitner (2001:18) mengemukakan definisi bauran

pemasaran sebagai berikut : “ Marketing Mix defined as the elements an organizations controls that can be used to satisfy or communicate with customer. These elements appear as core decisions variables in any

marketing text or marketing plan.” Bauran pemasaran jasa adalah elemen

– elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan dapat dipakai untuk memuaskan konsumen.

(21)

perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Selanjutnya Zeithaml and Bitner mengemukakan konsep bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat / lokasi), promotion (promosi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur non- tradicional marketing mix, yaitu people (orang), physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga menjadi tujuh unsur (7P). Masing – masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebar saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya (Zeithaml, 2000:18-21).

- People  “All human actors who play a part in service delivery and

thus influence the buyer’s perception. (3,26)

- Physical Evidence  “The environment in which the service is delivered and where the firm and customer interact, as well as any tangible components that facilitate performance or communication of the service.(3,26)

- Process  “The procedures, mechanisms, and flow of activities and strong messages regarding the organization’s purpose, the intended market segments, and the nature of the service.(3,27)

(22)

PLACE Channel Type Exposure Intermediaries Outlet Location Transportation Storage Managing Channels PROMOTION Promotion Blend Sales People Number Selection Training, Incentives Advertising Target, Media Types, Types of Ads, Copy Thrust

Sales Promotion Publicity PRICE Flexibility Price Level Terms Differentiation Discounts Allowances PRODUCT

Physical Good Features Quality Level Accessories Packaging Warranties Product Line Branding PEOPLE Employees Recruiting, Training, Motivation, Rewards, Teamwork Customers Education Training PHYSICAL EVIDENCE Facility Design Equipment Signage Employee Dress Other Tangible Reports Bussiness Cards Statements Guarantees PROCESS

Flow of Activities Standardized

Customized Number of Steps

Simple Complex Customer Involment

Sumber : Valerie Zeithaml & Mary Jo Bitner (2000:19)

Service Marketing

Gambar 2.1

Bauran Pemasaran Jasa (3,25)

2.3 Segmentasi Pasar

Rencana pemasaran merupakan instrument penting untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan upaya pemasaran. Perusahaan yang ingin meningkatkan efektivitas pemasaran mereka harus belajar bagaimana menghasilkan dan mengimplementasikan rencana pemasaran yang baik (2,85).

(23)

pasar, penelitian dan pemilihan pasar sasaran, pengembangan strategi pasar, perencanaan taktik pemasaran, dan pelaksanaan serta pengendalian upaya pemasaran.

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran, dan berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengembalian keputusan tentang biaya pemasaran dari perusahaan bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (2,93).

Segmentasi pasar yaitu pemecahan seluruh pasar (yang sering terlalu besar unukt dilayani) menjadi segmen-segmen yang mempunyai kesamaan sifat-sifat.

2.3.1 Segmentation, Targetting, Dan Positioning

Produsen pada dasarnya melakukan penciptaan nilai sekaligus penyerahan nilai. Phillip Kotler (1997) menggabungkan proses penciptaan dan penyampaian nilai kepada konsumen dalam bentuk yang ia sebut STP, yaitu kependekkan dari Segmentasi, Targeting, dan Positioning. Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar (4,48). Sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar (4,48). Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen (4,48). Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak, dan persaingan belum menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penting bilamana persaingan sudah sangat sengit.

2.3.2 Konsep Segmentasi Dari Masa Ke Masa

(24)

metode segmentasi sempat tenggelam ketika dunia begitu asyik menggunakan konsep mass production. Mass production yang menghasilkan satu jenis produk untuk seluruh pasar dikembangkan para produsen untuk mencapai skala ekonomis sehingga biaya per unit produksinya menjadi lebih murah. Karena produksi dilakukan secara massal, maka pemasaran dan komunikasinya pun harus dilakukan secara massal. Manivestasinya adalah satu produk dan satu merk untuk konsumen di seluruh dunia, yang diiklankan melalui media-media nasional di manca negara dengan menggunakan satu jenis iklan yang dirancang dan berlaku umum.

Pada tahun 1960-an di Amerika Serikat dilakukan riset-riset segmentasi berdasarkan pendekatan demografis. Kalangan praktisi beranggapan konsumen yang berbeda usia, penghasilan, gender dan sebagainya itu sudah cukup untuk membedakan konsumen. Selain segmentasi berdasarkan demografis berkembang pula segmentasi berdasarkan geografis. Segmentasi ini membagi-bagi pasar berdasarkan jangkauan geografis. Gabungan dari segmentasi geografis dengan segmentasi demografis melahirkan segmen geodemografis. Para penganut konsep ini percaya bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung memiliki karakter-karakter demografis yang sama. Variabel-variabel demografi sendiri tidak mencerminkan konsumsi seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel demografi ini harus dilengkapi oleh variabel-variabel lainnya. Dalam proses memahami perbedaan gaya hidup inilah muncul pendekatan psikografis yang sudah dirintis oleh Dichter’s Institue Motivational Research sejak 1958 (Dichter, 1958). Lembaga ini membagi kelompok-kelompok konsumen berdasarkan sifat-sifat kepribadian, tingkat sosial-ekonomi, sikap dan motivasi. Variabel-variabel ini menurut Dichter mempengaruhi perilaku pembelian seseorang. Psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Sedangkan gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya (4,91).

(25)

2.3.3 Perilaku Dalam Demografi

Konsep-konsep demografi tentu bukan cuma menjelaskan bagaimana kita berhubungan dengan angka dan perubahan-perubahannya. Para manajer pemasaran membutuhkan penjelasan lebih jauh terhadap setiasp segmen di balik angka-angka potensi pasar tersebut. Angka dan kategori tidak berbicara apa-apa kecuali bila marketer paham perilaku kategori-kategori tersebut dan kecenderungan-kecenderungan yang salah yang tersandang pada setiap kategori, baik karena cara pandang yang salah maupun stereotyping yang berlaku dalam masyarakat itu.

GENDER

Identitas gender merupakan komponen penting dalam pemasaran. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan budayanya mengenai peranan-peranan gendernya.

ANAK-ANAK

Anak-anak sering disebut dream target karena anak-anak cenderung peka terhadap merek dan tidak sensitive terhadap harga. Anak-anak sendiri dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok:

1. Bayi (baby), berusia 0-24 bulan

2. Pra Sekolah (toddler), berusia 2-4 tahun 3. Anak-anak, berusia 4-9 tahun

 REMAJA

Remaja mengacu pada sebuah segmen yang berusia antara 9-16 tahun. Pada usia menjelang dewasa ini manusia mengalami tahap yang disebut pubertas yang ditandai oleh perubahan-perubahan biologis dan sifat-sifat. Banyak perubahan yang terjadi pada tahap ini. Manusia mulai meninggalkan masa kanak-kanaknya, belajar menjadi manusia mandiri yang dewasa.

(26)

Ada dua konsep dewasa, yaitu dewasa secara seksual dan dewasa secara ekonomi. Secara seksual seseorang dinyatakan dewasa jika ia sudah mengalami perubahan-perubahan biologis. Secara ekonomi, seseorang dianggap dewasa bila ia sudah memiliki pekerjaan. Terdapat kelompok usia di sini, yaitu:

Usia 17-23 tahun: Masa transisi

Usia 24-30 tahun: Masa pembentukan keluarga Usia 31-40 tahun: Masa peningkatan karir Usia 41-50 tahun: Masa kemapanan Usia 51-65 tahun: Masa persiapan pension

 KELAS SOSIAL

Di Indonesia, pembagian kelas social ekonomi itu sering dikelompokkan secara abstrak sebagai berikut:

1. Kelas A+ (Kelas atas-atas)

2. Kelas A (Kelas atas bagian bawah) 3. Kelas B+ (Kelas menengah bagian atas) 4. Kelas B (Kelas menengah bawah) 5. Kelas C+ (Kelas bawah bagian atas) 6. Kelas C (Kelas bawah bagian bawah)

Pembagian kelas sosial ini biasanya disertai dengan pengelompokan berdasarkan daya beli (penghasilan) individu yang disandang masing-masing kelas.

Tabel 2.1

Kelas Sosial dan Penghasilan di Kota Metropolitan

Penghasilan Keluarga/bulan Kelas

Pandangan Mewah

Pandangan Sederhana A+ > Rp 8 juta > Rp 2 juta A Rp 6-8 juta Rp 1-2 juta B+ Rp 4-6 juta Rp 0,7-1 juta

(27)

2.4 Targetting

Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran (4,371). Kadang-kadang targeting juga disebut selecting karena maketer harus menyeleksi.

2.5 Positioning

Positioning is not what you do to a product. Is what you do to the mind of the prospect” (Positioning bukan sesuatu yang anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu yang anda lakukan terhadap otak calon pelanggan) (Ries & Trout, 1986). Pernyataan itu sangat tepat. Positioning bukanlah strategi produk, tetapi strategi komunikasi. Ia berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk anda di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk itu. Tentu saja bukan semua konsumen, tetapi konsumen yang sudah ditargetkan, yaitu segmen yang telah terpilih. Setelah pasar sasaran dipilih dan produk yang dibutuhkan dirancang, kini tiba gilirannya memposisikan produk itu ke dalam otak calon konsumen.

Philip Kotler (1997) mendefinisikan positioning sebagai: the act of designing the company’s offering and image so that they occupy a meaningful and distinct competitive position the target customers mind” (Positioning adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya) (Kotler, 295). Definisi Hiebing & Cooper (1997) dapat melengkapi definisi Philip Kotler:

(28)

Positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk/merek/nama anda mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk/merek/nama lain dalam hubungan asosiatif (4,527).

2.6 Populasi Dan Sample 2.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (5,90).

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

2.6.2 Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (5,91). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

2.7 Teknik Sampling

(29)

Teknik Sampling

Probability Sampling Non Probability Sampling

1. Simple random sampling

2. Proportionate stratified random sampling 3. Disproportionate stratified random sampling

4. Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)

1. Sampling sistematis 2. Sampling kuota 3. Sampling incidental 4. Purposive sampling 5. Sampling jenuh 6. Snowball sampling

Gambar 2.3 Teknik Sampling

2.7.1 Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik pngambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (5,92). Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

a. Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

c. Disproportionate Stratified Random

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional

(30)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.

2.7.2 Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (5,95). Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c. Sampling Insidental

Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.

f. Snowball Sampling

(31)

2.8 Menentukan Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Agar diperoleh hasil penelitian yang baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mewakili populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus untuk penentuan besarnya sampel.

Rumus berdasarkan proporsi yang dikemukakan Paul Leedy adalah sebagai berikut (Margono, 1999):

   

PP

    

 1

e Z N

2

dimana:

N = Ukuran sampel

Z = Standard score untuk yang dipilih

e = Sampling error atau tingkat ketelitian yang dipergunakan Q = Tingkat kepercayaan

P = Proporsi populasi yang akan diteliti.

Jika tidak dapat memperkirakan proporsi populasi, maka diambil kemungkinan terburuk (P = 0,5).

2.9 Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi antara lain adalah:

1. Skala Likert

(32)

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa penyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

a. Sangat Puas b. Puas

c. Tidak Puas

d. Sangat Tidak Puas

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

a. Sangat Puas 4 b. Puas 3 c. Tidak Puas 2 d. Sangat Tidak Puas 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ”ya-tidak”, ”benar-salah”, ”pernah-tidak pernah”, ”positif-negatif” dan lain -lain. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.

(33)

Data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya.

4. Semantic Deferential

Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferential dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

2.10 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (5,137).

Instrumen yang reliabel belum tentu valid.Reliabilitas instrumen meruakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umunya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.

2.11 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen 2.11.1 Pengujian Validitas Instrumen

(34)

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang.

b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)

Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validasi isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.

Secara teknis pengujian validasi konstruksi dan validasi isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

(35)

Pengujian validitas eksternal dapat menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan persamaan sebagi berikut (6,371):

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N r            Dimana:

r = koefisien korelasi N = jumlah responden

X = skor responden untuk satu pernyataan/item Y = total skor seluruh pernyataan/item

Koefisien relasi (r) yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan angka kritik nilai r (rkritik). Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari angka kritik nilai r (rkritik) yang dipergunakan, maka pernyataan dapat dikatakan valid. Sedangkan jika angka korelasi yang diperoleh lebih kecil dari angka kritik nilai r (rkritik) yang dipergunakan, maka pernyataan dikatakan tidak valid.

2.11.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen a. Test-retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b. Ekuivalen

(36)

mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua intrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

Pengujian yang dibantu program SPSS ini dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien korelasinya, dengan menggunakan rumus:

 

K-1.r 1

r K    

Keterangan:

K = jumlah variabel penelitian yang membentuk factor r = rata-rata korelasi pembentuk faktor

Hasil perhitungan yang telah didapatkan dimasukkan ke dalam kelompok nilai reliabilitas, yang memiliki ketentuan sebagai berikut :

(37)

 0.4< <0.69  Reliabilitas sedang  0.7< <0.89  Reliabilitas tinggi

  > 0.9  Reliabilitas yang tinggi sekali

2.12 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengmpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, beum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

2.12.1 Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (5,157). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tida terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data elah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (5,157). Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara Tidak Terstruktur

(38)

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (5,160). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

2.12.2 Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (5,162). Kuesioner cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka.

2.12.3 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Kalau wawacara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (5,166).

a. Observasi Berperanserta (Participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

b. Observasi Nonpartisipan

Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

1. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, apan dan di mana tempatnya (5,167). Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati.

(39)

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (5,167). Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.

2.13 Multi Dimensional Scalling (MDS) & Correspondence Analysis (CA) MDS dan CA bertujuan untuk menggambarkan posisi dari sebuah obyek penelitian terhadap obyek yang lainnya dalam bentuk pembuatan grafik (map), berdasarkan kemiripan (similarity) dari obyek-obyek tersebut.

Perbedaan antara Analisis Faktor, Analisis Cluster, dengan MDS & CA:

Analisis Faktor  disebut juga ’R Factor Analysis’ bertujuan untuk mereduksi variabel, dengan perlakuan terhadap KOLOM

Analisis Cluster  disebut juga ’Q Factor Analysis’ bertujuan untuk mengelompokan isi variabel, walaupun bisa juga disertai dengan pengelompokan variabel,dimana perlakuan terhadap BARIS

MDS & CA  lebih berhubungan dengan obyek dari suatu penelitian KOLOM, dimana ke-2 alat ini (khususnya MDS) akan memproses isi BARIS dan KOLOM. Hasil utama dari MDS & CA ini adalah dalam bentuk GRAFIK Perbedaan antara MDS dan CA:

MDS  dapat menganalisis data Nonmetrik (Nominal dan Ordinal) dan data Metrik (Interval dan Ratio).

CA  hanya dapat menganalisis data Nonmetrik saja. (Model CA paling umum

digunakan). CA mampu menempatkan obyek pada map, sekaligus dengan atribut-atribut obyek tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang relatif lebih lengkap daripada MDS.

2.14 Importance Perfomance Analysis

2.14.1 Importance Perfomance Analysis kuadran

(40)

berbeda dengan kuadran lainnya. Hasil observasi jawaban responden yang telah di plot ke dalam diagram Cartesius. Atas dasar plot yang dibuat dapat diketahui keberadaan tiap variabel di kuadran yang tersedia.

Kuadran 1: Underact Kuadran 2: Maintain

Kuadran 3: Low

Priority Kuadran 4: Overact

Performance Importance

T

in

g

g

i

Re

n

d

ah

[image:40.595.120.510.176.578.2]

Rendah Tinggi

Gambar 2.4

Importance Perfomance Analysis Kuadran

Perbandingan perfomance dan importance dirangkum dalam diagram kartesius yang terbagi ke dalam 4 kuadran ini memiliki pengertian masing-masing untuk setiap kuadran. Sumbu mendatar adalah tingkat perfomance yang menunjukkan tingkat perfomansi yang diberikan kepada konsumen sedangkan sumbu vertikal adalah tingkat importance yang menunjukkan tingkat kepentingan yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu atribut yang diteliti. Kuadran 1 bercirikan perfomance rendah tetapi importance tinggi maka disebut underact. Kuadran 2 bercirikan perfomance tinggi tetapi importance tinggi maka disebut maintain dan apabila sebuah atribut sudah berada dalam kudran ini maka harus dipelihara. Kuadran 3 bercirikan perfomance rendah tetapi importance rendah maka disebut low priority. Kuadran 4 bercirikan perfomance tinggi tetapi importance rendah maka disebut overact.

2.15 Uji Hipotesis

(41)

pelanggan akan tidak puas dan jika kinerja memenuhi harapan maka konsumen akan merasakan kepuasan dan jika melebihi harapan maka konsumen akan sangat puas.

Dalam melakukan tingkat kepuasan konsumen dilakukan Pengujian Hipotseis Signifikansi untuk mengetahui apakah konsumen puas atau tidak terhadap kinerja yang diberikan oleh pihak Management. Berikut adalah pengujian hipotesis ketidakpuasan konsumen.

- Struktur hipotesis : H0 = � = � H1 = � < �

- Dimana : � = Tingkat Performansi / Kinerja � = Tingkat Kepentingan

- Taraf nyata : � = ,

- Uji statistik dilakukan dengan : - ℎ� �� = �̅ − �̅ − ��

√� +�

, �� �� =

- Contoh perhitungan untuk variabel 1 : ℎ� �� = �̅ − �̅ − ��

√� + �

- Ztabel : � = , → = − .

- -1,645

2,74

[image:41.595.138.483.257.676.2]

0

Gambar 2.2 Wilayah Kritis - Keputusan :

Jika hasil Z hitung berada pada wilayah kritis maka TOLAK HO dan jika hasil Z hitung diluar wilayah kritis maka TERIMA HO.

(42)

TOLAK Ho: ada perbedaan antara performansi dengan tingkat kepentingan sehingga konsumen merasa tidak puas, pada taraf nyata 0,05

(43)

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas. Dengan mengikuti metodologi penelitian tersebut maka penelitian dapat dilakukan dengan lebih terarah dan memudahkan dalam menganalisa permasalahan yang ada. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan akan dijelaskan pada bagian-bagian dibawah ini.

3.1 Flowchart

Mulai

Penelitian Pendahuluan

Observasi & Wawancara

Tinjauan Pustaka

Identifikasi Masalah

1. Belum tepatnya promosi yang dilakukan oleh pihak Pijat Refleksi Karasia , Sehingga para calon konsumen ada yang tidak mengetahui keberadaan tempat ini .

2. Belum diketahuinya factor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi.

3. Pemilik belum menerapkan segmentation, Targetting dan Positioning.

4. Belum mampu bersaing dengan tempat pijat refleksi lain yang merupakan pesaing . 5. Belum mengetahui strategi persaingan yang tepat dalam menjalankan bisnisnya .

Pembatasan Masalah & Asumsi

1. Perusahaan yang dijadikan sebagai pesaing dari tempat Pijat Refleksi Karasia merupakan perusahaan yang menawarkan jasa sejenis yaitu pijat refleksi dengan lokasi, harga dan jenis layanan yang relatif sama.

2. Penelitian tidak memperhatikan penawaran jasa lain di tempat pesaing selain jenis pijat refleksi.

A

Gambar 3.1

(44)

Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang dipentingkan bagi para konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi?

2. Bagaimana tingkat performansi tempat Pijat Refleksi Karasia menurut konsumen ? 3. Bagaimana segmentation, positioning dan targeting dari tempat Pijat Refleksi Karasia?

4. Hal apa yang menjadi keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia jika dibanding para pesaing?

5. Bagaimana usulan strategi pemasaran yang dapat diberikan kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan?

6. Hal apa yang dirasakan puas dan tidak puas oleh konsumen terhadap pelayanan yang diberikan tempat Pijat Refleksi Karasia.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor – faktor yang dijadikan hal penting bagi konsumen dalam pemilihan tempat pijat refleksi.

2. Mengetahui tingkat performansi tempat Pijat Refleksi Karasia menurut konsumen . 3. Menentukan segmentation, targeting dan positioning dari tempat Pijat Refleksi Karasia.

4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia dibandingkan pesaing.

5. Memberikan usulan strategi pemasaran kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan.

6. Mengetahui hal-hall yang dianggap puas dan tidak puas oleh konsumen tempat Pijat Refleksi Karasia

Mengidentifikasi dan Menyusunan Variabel Penelitian

1. Bauran Pemasaran 2. Segmentation

Penyusunan Kuesioner Pendahuluan

B

Penentuan Jumlah Sam pel Kuesioner Pendahuluan

Penyebaran Kuesioner Pendahuluan

(45)

Penyusunan Kuesioner Penelitian

Penentuan Jumlah Sam pel Kuesioner Penelitian

Validitas Konstruk

B

Pengujian Validitas

Valid ? Buang Variabel Tidak

Ya

Pengujian Reliabilitas

Reliabel ?

Ya

Penyebaran Kuesioner Penelitian

Tidak

C

Pengolahan Kuesioner Pendahuluan

Perbaiki Kuesioner

Syarat 7P ? Ya

Tidak Penambahan

Variabel

Pengolahan Data

1. Importance Performance Analysis (IPA) 2. Correspondence Analysis (CA) 3. Uji Hipotesis

Analisis

1. Segmenting, Targeting, & Positioning (STP) 2. Prioritas

- Correspondence Analysis (CA) - Importance Performance Analysis (IPA)

- Uji Hipotesis Evaluasi

(46)

Kesimpulan & Saran

Selesai Usulan

Gambar 3.1 (lanjutan) Flowchart Metodologi Penelitian

3.2 Penelitian Pendahuluan

Sebelum memulai kegiatan, maka dilakukan penelitian pendahuluan terlebih dahulu agar mengetahui hal-hal yang menjadi permasalahan penelitian ini berlangsung. Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung kepada pemilik usaha.

3.3 Tinjauan Pustaka

Dilakukkan pencarian landasan teori yang digunakan untuk mendasari serta mendukung penelitian ini. Melalui para ahli didapatkan berbagai referensi sebagai tinjauan pustaka mengenai topik yang diambil oleh penulis. Referensi berupa buku yang dapat ditemukan di perpustakaan Universitas Kristen Maranatha.

3.4 Identifikasi Masalah

Kemungkinan penyebab masalah yang dihadapi oleh tempat Pijat Refleksi Karasia sebagai berikut:

1. Belum tepatnya promosi yang dilakukan oleh pihak Pijat Refleksi Karasia, Sehingga para calon konsumen baru ada yang tidak mengetahui keberadaan tempat ini.

2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi.

(47)

5. Belum mengetahui strategi persaingan yang tepat dalam menjalankan bisnisnya.

3.5 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang dijadikan sebagai pesaing dari tempat Pijat Refleksi Karasia merupakan semua perusahaan yang menawarkan jasa sejenis yaitu pijat reflexologi dengan lokasi, harga dan jenis layanan yang relatif sama.

2. Penelitian tidak memperhatikan penawaran jasa lain di tempat pesain selain jenis pijat refleksi.

3.6 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang dipentingkan bagi para konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi?

2. Bagaimana tingkat performansi tempat Pijat Refleksi Karasia menurut konsumen?

3. Bagaimana segmentation, targetting dan Positioning dari tempat Pijat Refleksi Karasia?

4. Hal apa yang menjadi keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia jika dibandingkan dengan pesaing?

5. Bagaimana usulan strategi pemasaran yang dapat diberikan kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan?

6. Hal apa yang dirasakan puas dan tidak puas oleh konsumen terhadap pelayanan yang diberikan tempat Pijat Refleksi Karasia ?

3.7 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor – faktor yang dijadikan hal penting bagi konsumen dalam pemilihan tempat pijat refleksi.

(48)

4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan tempat Pijat Refleksi Karasia dibandingkan pesaing.

5. Memberikan usulan strategi pemasaran kepada tempat Pijat Refleksi Karasia agar dapat meningkatkan jumlah jam pelayanan.

6. Mengetahui hal-hal yang dianggap puas dan tidak puas oleh konsumen tempat Pijat Refleksi Karasia.

3.8 Mengidentifikasi dan Menyusun Variabel Penelitian

1. Konsep Bauran Pemasaran

Konsep bauran pemasaran digunakan sebagai dasar dalam menentukan variabel untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan atau yang dipentingkan oleh konsumen dalam memilih tempat pijat refleksi. Selain itu, kuesioner ini juga dibuat untuk dapat mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja tempat pijat refleksi terhadap berbagai dimensi yang ditawarkan oleh perusahaan yang terkait dengan informasi bagi tahap perilaku pasca pembelian. Ketujuh dimensi tersebut adalah :

Product

Produk yang dapat memberikan manfaat, memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat memuaskan konsumen.

o Keanekaragaman jenis pijat (pakai minyak/ tidak)

o Kualitas minyak yang baik (lengket/ tidak, panas/ hangat) o Teknik pijat (pemilihan titik-titik area yang dipijat) o Terdapat pilihan lama waktu pijat

Price

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk memperoleh produk/ jasa yang ditawarkan.

o Kesesuaian harga dengan layanan

o Terdapat diskon pada jam-jam tertentu (happy hour) o Potongan harga (diskon) bagi yang sudah jadi pelanggan

(49)

o Lokasi yang strategis (mudah dijangkau, sarana transportasi

mendukung)

o Banyak sarana transportasi menuju tempat pijat o Ketersediaan lahan parkir yang luar

Promotion

Suatu aktivitas dan materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik yang dapat mengkomunikasikan informasi persuasive yang menarik tentang produk yang ditawarkan.

o Promosi yang menarik melalui media cetak (Koran,

spanduk)

o Promosi yang menarik melalui media iklan (televise, radio) o Promosi yang menarik melalui media sosial (path,

instagram, facebook, twitter, dsb)

o Adanya promo berupa gratis pijat setelah melakukan 5 kali

pijat

o Promo jika membawa teman system multy level marketing

(MLM)

o Adanya merchandise untuk pemilik kartu member

People

Karyawan, penyedia jasa layanan maupun penjualan, orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pelayanan itu sendiri.

o Kebersihan karyawan o Ketepatan waktu pijat o Keramahan karyawan

o Keahlian karyawan untuk memijat

o Karyawan mengenakan seragam karyawan

(50)

o Professional dalam bekerja (karyawan focus dalam

melakukan pijat) Physical Evidence

Bukti fisik yang dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk/ jasa yang ditawarkan.

o Kejelasan papan nama pijat refleksi o Kemenarikan tampilan luar tempat pijat o Ketersediaan tempat tunggu yang nyaman o Ketersediaan ruang ganti pakaian yang memadai o Kebersihan tempat pijat

o Terdapat pendingin ruangan (AC, Kipas angin) yang

berfungsi baik

o Sirkulasi udara didalam tempat pijat o Design ruangan tempat pijat yang menarik o Pencahayaan tempat pijat yang pas

o Privasi saat sedang dilayani (Terpisahnya antar tempat pijat

satu dengan yang lainnya)

o Terdapat suguhan untuk menunggu (snack/ minum/

lainnya)

o Terdapat sarana hiburan (televisi/ musik/ Koran/ majalan) o Ketersediaan penitipan barang

o Ketersediaan penitipan anak

o Tersedianya kotak saran bagi konsumen yang ingin

komplen Process

Kegiatan yang menunjukan bagaimana pelayanan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang.

o Ktepatan dalam transaksi penjualan (tidak salah

memberikan harga dan kembalian uang)

(51)

o Ketersediaan pembayaran dengan kartu kredit atau debit

2. Segmentation, Targetting and Positioning

Dari konsep Segmentation, Targeting, Positioning diperlukan penentuan mengenai ciri-ciri konsumen agar dapat diketahui profil kelompok secara jelas untuk kemudian digunakan sebagian informasi dalam mengelompokkan pasar. Variabel-variabel yang ada termasuk aspek demografis, geografis, psikografis.

3.9 Penyusunan Kuesioner Pendahuluan

Penyusunan kuesioner pendahuluan dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang dianggap penting oleh konsumen dan untuk mengetahui pesaing untuk tempat Pijat Refleksi Karasia. Calon pesaing didapatkan dari tempat pijat refleksi yang berada di Bandung wilayah Bojonagara. Satu tempat pijat refleksi yang terbanyak dipilih oleh konsumen maka akan terpilih sebagai pesaing dari tempat pijat refleksi Karasia.

3.10 Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner Pendahuluan

Dalam penentuan jumlah sampel kuesioner penda

Gambar

Gambar 2.4 Importance Perfomance Analysis
Gambar 2.2 Wilayah Kritis
Gambar 3.3 Wilayah Kritis Uji Z
Gambar 3.4 Kuadran IPA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang ada, diberikan usulan strategi untuk foodcourt Dago 109 berdasarkan penggabungan usulan perbaikan IPA dan Uji Hipotesis Ketidakpuasaan pada saat

Usulan yang diberikan adalah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para konsumen dengan melakukan inovasi di toko Kue Westhoff seperti menyediakan berbagai

Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk membantu pihak manajemen dalam melakukan strategi perbaikan yang sesuai dengan persepsi konsumen sehingga Hotel

Dari hasil IPA dan uji gap, juga dengan melihat hasil dari targeting dan positioning, diketahui urutan prioritas perbaikan yang perlu dilakukan sub stockist seperti:

Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diberikan strategi bagi Auto City berdasarkan prioritas perbaikan yang diusulkan yaitu mengenai promosi yang lebih menarik, lokasi

Berdasarkan hasil dari peringkat “Waroong” dan matriks Importance-Performance Analysis (IPA), atribut-atribut penelitian yang menjadi prioritas perbaikan utama adalah

Usulan dikelompokkan berdasarkan Marketing Mix, usulannya yakni bekerjasama dengan cipaganti shuttle service, membuat buku menu yang menarik lengkap dengan foto dan penjelasan

Usulan yang dapat diberikan untuk dealer JMS agar dapat bersaing dengan dealer Raya Motor adalah dengan memberikan slogan seperti: “JMS : K umplit Motor na, Ramah