LAMPIRAN B : TRANSKRIP WAWANCARA
KEPALA SEKOLAH TKIT ULIL ALBAB 6
Penulis : Assalamu’alaikum wr.wb. Ibu. Selamat pagi. Perkenalkan saya Qonita Laila M dari universitas multimedia nusantara jurusan DKV 2017. Saat ini sedang melakukan penelitian tugas akhir , mengenai media infromasi edukasi interaktif mengenai huruf hijaiyah untuk anak usia dini. Pertama tama terimakasih karna sudah berkenan dan sudah bisa meluangkan waktunya. Selanjutnya mungkin boleh ibu memperkenalkan diri, dan profesinya?
Bu Tri Utami : Wa’alaikummusalam wr.wb. Selamat pagi mbak Qonita Laila Masarah. Saya Ibu Tri Utami. Saya mengajar di TKIT Ulil Albab 6, Perworejo, Jawa Tengah. Insyaallah bisa membantu apa yang menjadi penelitian mbak Qonita.
Penulis : Baik Terimakasih Bu, mungkin langsung masuk kepertanyaan saja. Sejak usia dini, sekolah berbasis Agama Islam biasa mengajarkan muridnya mengaji atau mempelajari huruf hijaiyah. Sebenarnya apa fungsi dari pembelajaran huruf hijaiyah itu dan mengapa dilakukan sejak usia dini?
Bu Tri Utami : Untuk anak usia dini, pengenalan atau pembelajaran huruf
hijaiyah, pada dasarnya dilakukan hanya pada sebatas pengenalan. Jadi kita tidak
memiliki target yang muluk-muluk kepada anak usia dini. Tetapi ketika anak tersebut mempunyai kemampuan untuk bisa melanjutkan atau mengikuti. Maka
tidak ada buruknya jika melanjutkan. Jadi intinya, ini hanya pengenalan saja. Jadi untuk pembelajaran selanjutnya, dilanjutkan pada pendidikan dasar.
Penulis : Baik, kemudian. Pada usia berapa murid diajarkan huruf hijaiyah di sekolah ini?
Bu Tri Utami : Anak- anak diajarkan huruf hijaiyah, ketika usia PAUD, itu masih pengenalan secara global. Artinya pengenalan bentuk huruf, jadi lewat peraga apa yang menarik. Jadi bisa berbentuk balok huruf hijaiyah yang menarik atau membentuk dengan plastisin huruf alif, ba, jadi hanya pengenalan atau visualisasi yang menarik bagi anak. Sehingga dipikiran anak sudah terekam, tapi itu juga tidak bisa dipaksakan. Artinya ketika anak mampu, akan dilanjutkan, tetapi ketika anak tidak mampu, maka tidak akan dipaksakan. Bisa dimuali sejak usia 3 tahun, kemudian pada usia 4 tahun, berubah metodenya yaitu dengan pengenalan melalui kartu huruf. Kemudian untuk kelas TK besar, 5-6 tahun bisa menggunakan klasikal. Jadi ada lembaran yang bisa dibaca bareng-bareng dan bila klasikalnya sudah ok, bisa dilanjutkan dengan privat dalam bentuk buku. Untuk kurikulum memang berbeda. untuk kelas bermain hanya mengenalkan, kemudian kelar A itu pengenalan huruf, kemudian kelas B itu membaca 3 huruf, misalnya “ Aba, Ba,
Ababa”.
Penulis : Baik. Kemudian, cara pembelajaran seperti apa yang dilakukan di sekolah ini dalam mengajarkan huruf hijaiyah?
Bu Tri Utami : Untuk kelas B, menggunakan Qira’ati. Ada Iqra, namun yayasan menggunaka Qira’ati, metode praktis membaca Al-Qur’an yang diterbitkan dari semarang oleh Pak Haji Salim Zarkasyi dan sudah dipakai secara nasional. Jadi ada lembar klasikal yang dibuat dari Qira’ati, yang sebenarnya merupakan buku Qira’ati yang di fotocopy secara besar. Jadi sebelum anak privat, anak - anak bareng-bareng membaca dari lembar klasikal, baru nanti dilanjutkan masing-masing anak melalui buku jilid.
Penulis : Baik, kemudian apakah ada kendala tertentu dalam mengedukasi murid mengenai pembelajaran huruf hijaiyah?
Bu Tri Utami : Ada kendala, karena pengenalan huruf hijaiyah, tergantung dari kemampuan masing-masing anak. Jadi ada anak usia 3 tahun yang sudah pintar dan lancar. Namun ada juga yang melihat hurufnya saja sudah malas. Kemudian ada yang di kelas B sudah lancar, ada yang di kelas B mengenal saja susah. Jadi kita tidak ada paksaan. Kalau di kelas B seharusnya sudah membaca 2/3 huruf, ternyata dia belum mampu, maka kita turunkan gradenya untuk gimana anak mengenal satu huruf saja. Jadi memang dalam suatu pembelajaran ada kendala. Kalau anaknya cerdas, dan dirumah ada respon dari orang tuanya untuk mengulang. Itu insyaallah akan lancar, tapi kalau hanya mengandalkan sekolah dan tidak pernah diulang, dia akan terbata bata.
Penulis : Baik, kmudian adakah kendala dalam menggunakan media pembelajaran?
Bu Tri Utami : Kalau kendala untuk kelas A dan bermain ada, karena daya konsentrasinya rendah. Jadi mereka fokus 5-10 menit sudah hebat dan banyak ilmu yang terserap, tapi karena mereka masih masa bermain, dan mengerjakan sesuatu, masih masa mencoret dan seterusnya. Maka kendalanya adalah konsentrasi yang rendah. Untuk kelas B, bisa kelihatan mana anak yang bisa berjalan terus, mana anak yang stagnan dan mana anak yang masih susah untuk memahami. Jadi kita harus punya trik yang menarik untuk anak-anak, bagaimana, setelah membaca, kita berikan pujian dengan “bagus” “pintar””hebat”, jadi biar mereka tertarik dengan pembelajaran.
Penulis : Baik, dalam mengajarkan huruf hijaiyah, hal atau informasi apa saja yang diajarkan pada murid?
Bu Tri Utami : TK visualisasi, seperti mangkok ada titiknya itu huruf “ba”. Kelas A lewat kartu huruf yang akan dibacakan berulang-ulang, kemudian kalau anak belum hafal akan diulang pada satu huruf. Kelas B klasikal dan jilid secara privat. Klasikal hanya membaca, untuk menulis biasanya, sambil menunggu privat, anak-anak biasanya disuruh menulis dibuku kotak. Jadi itu fungsinya dimana anak untuk mengenal. Karena ketika kita belajar sambil tangan coret-coret. itu akan lebih mengena, jadi salah satu trik bagaimana anak mengenal tambahan huruf yang diberikan dengan menulis. Jadi menulinsnya tidak pokok.
Hanya untuk mengingat. Tanda baca hanya mengajarkan fathah pada jilid satu. Jadi yang “i” dan “u” belum ada. jadi Qira’ati ada 5 jilid. namun pada jilid satu hanya pengenalan sampai pertengahan, itu masih belum ada harakat. Karena memang metode pembacaannya beda dengan Iqro, kalau Qira’ati cara membacanya lebih cepat.
Penulis : Baik, dari segala jenis pembelajaran baik baca, menulis dan lainnya, pembelajaran apa yang paling diminati oleh murid?
Bu Tri Utami : Murid-murid paling senang belajar dengan menggunakan kartu, Kalau kelas B menarik dengan cara memberikan pujian, karena anak-anak suka diberikan pujian.
Penulis : Baik, dalam edukasi secara keseluruhan, murid biasa tertarik belajar menggunakan media apa?
Bu Tri Utami : Karena masih di lingkungan agak desa, jadi video jarang, cuma kita juga memperkenalkan tapi tidak terlalu sering, karena menyita waktu. Jadi menggunakan kartu, klasikal. Kalau video pengenalan awal, saja karena kekurangan IT dan tidak semanya ada lcd, bila menggunakan laptop anak akan mengerubungi ketengah jadi tidak konsen.
Penulis : Di sekolah ini, selain pembelajaran huruf hijaiyah dalam pembelajaran Al-Qur’an, apakah ada pembelajaran lain mengenai agama Islam?
Bu Tri Utami : Ada, karena sekolah Islam terpadu. Kalau di TK biasa tidak ada pengenalan huruf hijaiyah dan lain-lain, atau hanya sekedar mungkin, kenal saja. Kalau kita menjurus bagaimana nanti anak-anak bisa membasa satu atau dua huruf bersamaan. Kami ada Tahfizul Qur’an yaitu hafalan surat-surat pendek cuma karena bukan TK khusus Tahfizul Qur’an. jadi satu semester hanya sekitar satu surat. Karena waktunya dibagi untuk macem-macem. Kemudian ada hafalan
Haditz berhubungan dengan kehidupan sehari hari yang aplikatif, dan doa
keseharian, kemudian hafalan Asmaul husna dan alma’surat. tapi untuk asmaul husna , walaupun sampai kelas B, kita belum pernah meluluskan sampai hafal 99, maksimal sampai 50, kemudian ada sirah nabi-nabi yang Ulul azmi, meskipun semua kita kenalkan. Tapi kita fokuskan kepada nabi-nabi yang memiliki nama baik di sisi Allah, kemudian juga ada akidah akhlak. Bagaimana agar anak-anak punya perilaku baik dan keyakinan kepada Allah, kemudian ada pembelajaran wudhu dan juga shalat, setiap tahun ada manasik haji. Tetapi karena covid jadi ditunda.
Penulis : Baik, untuk pertanyaan terakhir. Apakah ada pembelajaran mengenai kisah nabi dan termasuk dalam materi kelas apakah pembelajaran tersebut?
Bu Tri Utami : Pagi ada jam IMTAQ, jadi IMTAQ sudah pengenalan huruf
hijaiyah, sudah sirah, sudah apa, jadi IMTAQ menyangkup Asmaul husnah, Haditz. Jadi kalau sirah paling sepekan sekali.
LAMPIRAN C : TRANSKRIP WAWANCARA
GURU MENGAJI TPA MUSOLA ARIFA’I
Penulis : Assalamu’alaikum wr.wb. Ibu. Selamat pagi. Perkenalkan saya Qonita Laila M dari universitas multimedia nusantara jurusan DKV 2017. Saat ini sedang melakukan penelitian tugas akhir , mengenai media infromasi edukasi interaktif mengenai huruf hijaiyah untuk anak usia dini. Pertama tama terimakasih karna sudah berkenan dan sudah bisa meluangkan waktunya. Selanjutnya mungkin boleh ibu memperkenalkan diri, dan profesinya?
Bu Hikmah : Wa’alaikummusalam wr.wb. Nama saya Hikmatul Aini Maftuha. Ngajar di TPA Musola Arifa’i, Bantul Yogyakarta. Sudah itu saja.
Penulis : Mungkin langsung masuk kepertanyaan, sebenarnya apa definisi huruf hijaiyah?
Bu Hikmah : Huruf dasar penyusun dari kitab Al-Qur’an dan termasuk huruf dasar dari bahasa Arab.
Penulis : Seberapa penting edukasi huruf hijaiyah (mengaji) bagi anak sejak usia dini? Alasannya?
Bu Hikmah : Penting banget, karena sebagai umat Islam, kita harus bisa membaca Al-Qur’an yang mana. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Jadi anak-anak kalau tidak diajarkan huruf hijaiyah sejak kecil. Nanti mereka semakin
berumur, semakin besar, akan semakin sulit menerima. Yang mana kalau anak-anak lebih mudah menyerap karena otaknya masih seperti sponge, sehingga menerima dengan mudah. Asal mengajarkannya sesuai dengan usia mereka, tidak dengan paksaan. Misalkan 3 tahun pakai metode apa yang seru dan asyik. Karena semakin tua, seperti ada yang saya ajarkan ibu-ibu mengaji. Karena mereka tidak belajar mengaji sejak kecil, mereka susah dan bingung menerima dalam membedakan mana “ba” mana “ta” dan sebagainya. Jadi sebaiknya diajarkan sejak kecil. Karena huruf hijaiyah rumit sekali dan susah dari pada huruf lainnya, dia lebih rumit.
Penulis : Baik, usia berapa saka anak diajarkan huruf hijaiyah di TPA Musola Arifa’i ini? dan biasa mulai belajar dari umur berapa?
Bu Hikmah : Usia 4 tahun mulai belajar huruf hijaiyah. Ada satu anak yang dari usia 3 tahun. Tetapi rata-rata dimulai sejak usia 4 tahun.
Penulis : Baik, apakah pembelajaran huruf hijaiyah memiliki tahap kategori sesuai usia? Dan pencapaian apa yang diharapkan pada masing-masing kategori usia tersebut?
Bu Hikmah : Anak-anak dibawah lima tahun kita pakai kartu dan balok hijaiyah. Karena kita menggunakan iqra, kalau terus-terusan menggunakan iqra, anak-anak merasa bosan dan merasa kurang menarik. Jadi kita gunakan balok, sambil bermain. Harapannya kalu dari balita, mereka sudah bisa mengenal huruf
“alif” sampai “ya”. Nanti kalau sudah mengenal huruf dasar, baru mengenal
huruf sambung, dengan media lain mereka lebih cepat nempel materi sehingga dapat melanjutkan ke jilid selanjutnya.
Penulis : Baik, apakah ada kendala tertentu dalam mengajarkan anak mengenai pembelajaran huruf hijaiyah (mengaji)?
Bu Hikmah : Ada, anak-anak kurang fokus. Jadi masing-masing anak tingkat fokusnya beda meskipun sama-sama 4 tahun. Kasusnya dalam menggunakan iqra ketika diajarkan malah sambil nengak nengok ke teman atau sekelilingnya. Tidak mau melihat Iqranya dan ada yang melihat Iqra tapi tidak mengeluarkan suara. Memang tantangan dalam mengajarkan anak yang masih usia PAUD lebih ketingkat fokus. Kedua, ada anak yang belum ngeh kalau disuruh menirukan huruf. Kalau jilid dua kan sudah ada huruf sambung, misalnya “kahaba” mereka hanya mengikuti “kaha ba” hanya banya saja yang diikuti. Jadi masih mengajarkan bagaimana agar mereka lebih fokus. Salah satu caranya agar fokus pakai flash card, tetapi karena banyaknya santri yang main, waktunya tidak bisa lama. Tetapi karena pandemi waktunya terbatas hanya bisa 4-3 hari dalam satu minggu. Jadi kita persingkat tidak bisa bermain lama-lama. Waktunya berkurang.
Penulis : Media apa saja yang digunakkan dalam mengajarkan huruf
Bu Hikmah : Dalam mengajarkan kita tidak menggunakan Youtube atau video, dulu sempat ada tetapi tidak di TPA hanya ketika di rumah saya. Melihat Youtube, buku yang memiliki video animasi kita perlihatkan bahwa ini huruf “alif”. Tetapi yang paling sering balok dan flash card.
Penulis : Adakah kendala dalam menggunakan media tersebut?
Bu Hikmah : Kenadala, karena yang menggunakan media hanya anak PAUD, jadi terbatas di media. Saya hanya punya kartu, balok dan video. Selain itu kendalanya anak-anak rebutan ingin asik sendiri, kayak balok disusun-susun. Padahal untuk belajar, tapi diapakai untuk mainan. Jadi saya iniin “yaudah kamu cari huruf ini, huruf “na”. Jadi cenderung lebih rebutan.
Penulis : Dalam mengajarkan huruf hijaiyah hal atau informasi apa saja yang diajarkan pada anak?
Bu Hikmah : Mengaji Iqra, yang dipelajari dalam Iqra langsung ada harakatnya pada jilid awal. “a” dengan “a (harakat)” jadi tidak pakai dieja. Langsung “a”,
“ba”. Cara pembacaan tanda baca justru dalam jilid 3. Kalau jilid satu bukan
pembelajaran ini “jim” tapi langsung “ja” kayak gitu. Kemudia mengajarkan menulis juga, hanya saja tidak ditekankan hanya sesekali saat ada waktu dalam satu hari ada membaca dan menulis. Membacanya yaitu sirah atau kisah dan menulisnya itu apa saja dan menulis Arab. Karena disekolah sudah diajarkan jadi di sini cuma sekedar melancarkan.
Penulis : Dari segi anak, pembelajaran apa yang paling menarik minat anak?
Bu Hikmah : Lebih suka belajar menggunakan media bagi anak usia dini. Untuk anak SD membaca Iqra lebih menarik, dari pada menulis. Karena menulis lebih boring. Tapi menggunakan games lebih menarik sih bagi semua usia.
LAMPIRAN D : TRANSKRIP WAWANCARA
PSIKOLOG ANAK
Penulis : Assalamu’alaikum wr.wb. Ibu. Selamat pagi. Perkenalkan saya Qonita Laila M dari universitas multimedia nusantara jurusan DKV 2017. Saat ini sedang melakukan penelitian tugas akhir , mengenai media infromasi edukasi interaktif mengenai huruf hijaiyah untuk anak usia dini. Pertama tama terimakasih karna sudah berkenan dan sudah bisa meluangkan waktunya. Selanjutnya mungkin boleh ibu memperkenalkan diri, dan profesinya?
Bu Farah : Selamat Malam. Assalamu’alaikum wr.wb. Nama saya Farah Oktavia. Saya adalah Konsultan Psikologi dan juga terapis anak-anak berkebutuhan khusus, di Rise Consulting dan Theraphy. Insyaallah saya akan mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan yang mbak Qonita ajukan.
Penulis : Secara psikologi sebenarnya apa sih itu perkembangan anak dan bagaimana pengaruhnya terhadap pendidikan anak?
Bu Farah : Perkembangan anak adalah masa dimana anak memasukisuatu usia kronolgis dann ketika usia kronologis sudah melekat pada suatu anak. Maka ada suatu tugas perkembangan anak yang harus ia jalani dari berbagai aspek, fisik,
psychosocial, emosi dan kognitif. Kaitannya dengan pendidikan, apabila ingin
mendidik anak-anak, maka kita harus sangat memperhatikan tahap perkembangan dari usia anak tersebut. Karena akan berbeda-beda, misalnya pada saat
perkembangan 0-2 tahun, kebutuhan dasarnya adalah, bagaimana ia mengenal lingkungan terdekatnya, sehingga dapat bertambah kepercayaannya pada lingkungan terdekatnya. Jadi dari situ dapat diketahui kalau deskripsinya ia butuh kepercayaan, maka tugas utamanya adalah, bagaimana kita membangun kepercayaan si anak. Tadi merupakan contoh psychosocial. Kalau dari segi fisiknya, mungkin bisa melihat anak usia 0-2 tahun dipersiapkan untuk belajar secara motorik kasar, seperti merangkak, duduk, dan juga berjalan. Maka pendidikan yang diberikan adalah stimulasi-stimulasi, sehingga bisa memenuhi tugas perkembangan tersebut. Penting sekali, ketika seseorang ingin mendidik anak, penting untuk mengetahui perkembangan apa dan tahap usia anak tersebut, dan perkembangan yang harus ia tuntaskan.
Penulis : Baik, apakah perkembangan anak memiliki pengelompokkan menurut usia? dan yang biasa disebut anak usia dini itu masuk dalam kategori yang mana?
Bu Farah : Ada, Kalau melihat Denver, bila ingin mengukur anak lewat alat
screen. Ada 4 yang ingin dilihat dari setiap tahap perkembangan anak, misalnya,
kemandiriannya, bahasa, motori kasar dan aspek sosial anak. Jadi sudah ada tabelnya. Misalnya pada usia 2 tahun, misalnya bicaranya itu setidaknya sudah bisa mengucapkan minimal lima kata yang bermakna. Jadi dari situ bisa dilihat bahwa anak ini di usia 2 tahun sudah bisa mengucapkan 5 kata bermakna, maka sudah tuntas tugasnya, tapi apa bila misalnya belum, kita harus mengurangi target
pendidikannya dulu, misalnya mungkin cukup satu kata dulu yang bisa kita bangun hingga dia benar-benar memahami makna tersebut hingga selanjutnya. Jadi perlu sekali untuk mengetahui , keika pada tahap perkembangan anak itu masih usia kronologis berapa, maka tugas perkembangan yang harus dia capai itu apa saja. dan juga harus mengetahui karakteristik dari masing-masing perkembangan anak. Jadi masing-masik berbeda. Artinya kalau fisik berbeda, motorik kasar berbeda kemudian kognitif juga berbeda, masing-masng melalui pendekatannya. Kalau kognitif dari Piaget, 0-2 tahun masih sensori motorik, kemudian juga ada pra operasional, kemudian ada tahapann berfikir konkrit, dan juga ada tahapan abstrak. Itu masing-masing ada stimulasinya. Seperti untuk umur 0-2 tahun kan sensori motorik , yang di stimulasi adalah bagaimana dia memegang megang hal -hal yang mungkin lebih ke timbul, bagaimana anak bisa mengetahui tekstur-tekstur yang kasar, lembut, kemudian cair, padat. karena memang masih butuh mengenal lingkungan melalui inderanya. Kalau pra
operasional mulai menanamkan konsep, panjang, besar, kecil dan juga konsep
ada, hilang, buka tutup dan sebagainya. Jadi memang untuk memberikan pendidikan pada anak kita harus tahu karakteristik dari usia perkembangan. Teori Piaget ada 4, sensori motorik 0-2 tahun, pra operasional 2- usia TK , lima tahun, kemudian konkrit usia SD, 7-11 tahun, kemudian abstrak dari SMP keatas. Jadi anak-anak sudah bisa berpikir abstark jadi memang ketika SD, kita memberikan contoh, konsep abstrak itu yang agak sulit buat mereka, sehingga harus memberikan sifat yang lebih ke praktek, biar bisa melihat aslinya. itu
pembelajaran yang akan lebih mengena. Misalnya menghitung, akan lebih sulit bagi seorang anak kalau hanya membayangkan secara abstrak, tapi bila kita menghadirkan bendanya. misalnya lidi, batu atau media yang bersifat konkrit, akan lebih memudahkan anak untuk lebih memahasi suatu konsep tertentu. Tapi bila sudah melewati 12 tahun keatas, itu sudah bisa memahami konsep teori yang tidak perlu praktrek lagi.
Penulis : Baik, kemudian dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal penting.alasannya kenapa, dan apakah benar pada rentang tersebut anak mudah untuk menerima edukasi?
Bu Farah : Bisa, justru kalau dari ilmu neurologisnya, 2 tahun pertama otak manusia sedang berkembang, maka stimulai yang banyak , sangat diperlukan. Syaratnya harus interaktif, mereka membutuhkan bimbingan kelekat dengan emosi, sangat diperlukan oleh anak usia dini, semakin interaktif dengan cara-cara mnyenangkan. Akan semakin mudah bagi mereka untuk menangkap informasi yang ingin kita sampaikan atau materi. Jadi metode sangat penting,pertama metodenya harus interaktif, kemudian repetisi, menyenangkan.
Penulis : Baik, kemudian faktor-faktor apa saja yang biasa mempengaruhi atau menjadi kendala pada saat anak melakukan penerimaan edukasi?
Bu Farah : Banyak faktor, harus dilihat dari perkembangan anak itu sndiri. Dari tahap perkembangan anak, apakah ada keterlambatan. Kalau misalnya ada
keterlambatan bicara, akan sulit baginya untuk menerima informasi karena, dalam perkembangan wicara, ada yang namanya kemampuan bahasa reseptif, kemampuan menerima informasi. Ketika dia ada keterlambatan bicara, maka akan terhambat menerima dan mengolah informasi. dan ketika seorang anak terlambat bicara, maka anak akan memiliki keterlambatan emosi atau lebih mudah tantrum. Karena ketika dia ingin mengatakan sesuatu, sulit bagi dia untuk mengkomunikasikannya. Ia hanya menggunakan gestur. Ketika anak memiliki keterlambatan maka anak akan lebih sulit dalam menerima pelajarandi PAUD atau TK. Karena ada faktor gangguan bahasa, masuk ke gangguan kognitif, karena tidak bisa menerima informasi dengan tepat, dan berpengaruh kepada gangguan emosi karena tidak faham dan merasa gagal, maka akan lebih sulit menerima informasi dilingkungannya. Kedua jika memiliki kerusakan syaraf maka akan terjadi kemunduran juga dalam memperoleh informasi ataupun tahap perkembangan bisa mundur. Kalau dari emosi atau psychosocial 0-2 tahun anak mengalami trust dan mistrust, ketika berganti pengasuh, sering ditinggal ibu, maka dia akan menganggap lingkungan insecure, maka yang terjadi pada lingkungan malahan mistrust dan menjadikan anak takut dengan orang. diem atau ketika di sekolah dia berbulan tidak mau masuk sekolah, maka akan mempengaruhi dia dalam proses pembelajaran.
Penulis : Dalam proses pembelajaran, apakah ada waktu ideal atau tertentu yang sebaiknya digunakan untuk belajar?
Bu Farah : Tergantung pada metodenya, kalau paper and pencil tidak bisa lama. 15 menit cukup. tapi kalu metodenya sambil bermain, atau ada cerita dan gambar menarik, itu bisa hingga sampai setengah jam. Namun sehabis itu tetap harus diseling, tidak bisa satu jam full. Setengah jam sudah cukup baik, mereka sudah bisa atensi, malah sebenarnya ada beberapa anak malah ketika usia dini, ketika dia sudah bisa mulai belajar itu ketika usia 4 tahun sampai 3 tahun, ada yang spentnya cuma 10 menit, memang setiap anak karakter berbeda beda, apalagi dengan adanya gadget sekarang, spent atensi kpada materi itu lebih pendek, paling hanya 10 menit atau lima menit tergantung anaknya masing-masing. idealnya menurut saya itu seorang anak, mau diberikan materi itu paling tidak usia 4 tahun, bila benar-benar materi pembelajaran. dan ketika dia diberikan pembelajaran, spennya 30 menit secara intens dan sisanya ada selingan bermain, dan untuk materi lain diberikan dengan cara yang lain. Jadi tidak dengan cara monoton, karena akan mengalami kebosanan.
Penulis : Baik, pertanyaan terakhir. Dalam membuat media pembelajaran, secara psikologi, apakah warna juga mempengaruhi proses belajar atau penerimaan informasi bagi anak-anak?
Bu Farah : Sangat berpengaruh, karena warna yang menjadi daya tarik anak. Visualnya masih sangat dominan dalam hal ini, kalau anak usia yang besar ketika melihat teksbook menerima saja. Tapi untuk anak usia dini, buku gambar banyak warna, cerita dan warna, menjadi stimulasi awal bagi mereka untuk mengtahui
suatu materi dan informasi. Apalagi kalau kita melihat perkembangannya untuk mengnal warna. Warna yang disarankan adalah tiga warna dasar yaitu merah, biru, kuning, yang ingin kita berikan. Seperti pada salah satu kartu baca glen doman menggunakan hanya warna merah, karena warna dasar, bukan hitam putih yang diberikan. Jadi tiga dasar warna itu bisa diperkenalkan, kalau dari katu glen doman itu sendiri sih warna merah dan kartunya besar-besar dengan tulisan besar, sehingga secara visual, anak bisa melihat dengan jelas.
LAMPIRAN E : TRANSKRIP WAWANCARA
KOORDINAT AL-QURAN TKIT ASY-SYUKRIYYAH
Penulis : Mungkin boleh menjelaskan sedikit mengenai lembaga pendidikan TKIT Asy-Syukriyyah? Kan mungkin ada perbedaan dari TK pada umumnya?
Bu Awal : Kalau TK Asy-Syukriyyah dengan TK-TK lain itu ada samanya ada bedanya, kalau TKIT Asy-Syukriyyah itu memang agama menjadi program unggulan. Jadi otomatis, salah satunya pembelajaran Al-Qur’an jadi kita mencari cara bagaimana agar metode dan media bisa diterima dan pas dengan anak-anak. Dan tidak semua anak-anak sama, disini ada 4 tingkat yaitu Toddler, PG, TK A dan TK B. Meskipun kita menggunakan metode Usmani, tetapi untuk media kita sesuaikan dengan anak. Jadi media disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, yang menggunakan sentra. Jadi moving class berdasarkan sentranya, ada sentra alam, sentra IMTAQ, sentra balok, dan lainnya ada 7 sentra. Setiap sentra wali kelas mengajarkan program unggulan Al-Qur’an dan hafalan, doa juga hadits
Penulis : Untuk usia sendiri dari usia berapa anak mendaftar di TKIT ini? Bu Awal : Toddler itu 2 - 2,9 tahun. PG itu 2,10 sampai 3,9 tahun. TK A itu 3,10 - 4,9 tahun. TK B itu 4,10 - 5,9 tahun. Tapi kadang ada anak yang usianya ingin lebih dituakan seperti untuk masuk SD negeri, juga tidak masalah.
Penulis : Kemudian untuk SES atau tingkat ekonomi para pendaftar disini itu tingkat apa ya bu?
Bu Awal : Rata-rata menengah atas, tetapi ada juga persentase kebawah tetapi tidak banyak.
Penulis : Sebenarnya apa definisi huruf hijaiyah? Dan mengapa sudah dilakukan sejak TK?
Bu Awal : Huruf hijaiyah itu mengajarkan huruf-huruf awal dalam mengajarkan al-Qur’an. Dan
mengapa dilakukan sejak dini? Itu harus dibangun bagaimana agar anak usia dini untuk cinta sama Al-Qur’an, gimana anak bisa cinta dengan Al-Qur’an bila tidak dikenalkan. Dan cara mengenalkannya dengan huruf hijaiyah. Target kita sendiri tidak muluk untuk TK B, hanya jilid satu. Jadi teknik pengajaran itu penting, dikarenakan kalau hanya mengandalkan metode itu kurang pas, jadi biasa kita combine dengan permainan pendamping Al-Qur’an.
Penulis : Apakah edukasi hijaiyah atau mengaji memiliki kurikulum pada masing-masing tingkat kelas?
Bu Awal : UAda, pasti. Walaupun buku dan kalender usmani sama. Kita biasa bagi berkelompok beda-beda. Misalnya Toddler, itu targetnya dalam satu semester itu A-Ja. Berarti itu dibagi per minggunya dengan guru mengajarkan apa
dulu. Kemudian kalau PG bagaimana? “Oh kalau PG itu dari halaman 1-15, misalnya semester satu. Dan dalam prakteknya bisa lebih, atau malah ada yang mentok, karena anak belum siap dengan metode ini. Itu tidak menjadi masalah dan bisa dikejar di tingkat kelompok selanjutnya. Nah untuk kelompok A, misalnya target anak baru yang tidak dari Play Group. Jadi sistemnya di Asy-Syukriyyah kalau sudah dari PG dilanjutkan, sedangkan anak baru dari halaman 1 jilid satu misalnya 1-15, jadi sudah diatur sedemikian rupa agar jilid 1 sudah lulus. Tapi “ada tidak yang tidak lulus?” ya ada, tetapi kami berusaha evaluasi. Baik guru, metode atau media pembelajarannya.
Penulis : Pembelajaran seperti apa yang dilakukan melalui metode usmani? Bu Awal : Jadi metode Usmani itu ada 5 langkah dimana pertama guru harus nyanyi atau nasyid. Pelajaran satu kan mengenalkan hijaiyah abjad A, itu pelajaran materi huruf lepas dan fathah, itu dengan nyanyi. Kemudian tahap duanya pembelajaran huruf baca dari depan, yang ketiga membaca huruf dari belakang. Kemudian keempat dari klasikal yang isinya sama dengan halaman buku. Misalnya kelas mercurius, pembelajaran halaman berapa dua baris pertama, nah klasikalnya jadi diajarkan hanya dua baris pertama saja. Nanti anak-anak pas baca bisa baca dari buku karena sudah klasikal. Baru yang kelima itu Individu, maju satu-satu. Tetapi bu gurunya sebelumnya sudah setting 3 permainan didepan, seperti play doh, kartu hijaiyah. Nah misalnya sekarang yang maju iwan, nah lainnya boleh pilih di permainan 1, 3 lagi di permainan 2 dan sisanya permainan
3. Itu sebagai contoh, untuk pelajaran kedua di buku Usmani juga melakukan 5 langkah. Tetapi di bab 2 saat pembelajaran bab sukun, sudah tidak bisa lagi dengan 5 langkah. Itu sudah klasikal dan individu, karena sudah matang. Jilid dua sudah pelajaran Al-Qur’an, kalau di Iqro Usmani 1 itu jilid 1-3, kalau jilid 2, 4-6. Kalau anak cerdas biasa dicepatkan. Misalnya di rumah sudah belajar dengan bundanya, biasa kita lewatkan.
Penulis : Dari masing-masing media yang digunakan adakah kelebihan atau kekurangan maupun kendala dalam menggunakan media?
Bu Awal : Kesulitan, paling memang fokus pada kegiatan lain ada, sehingga kesini belum siap Kalau kesulitan itu biasa anak masih belum bisa simbol-simbol dan masih membutuhkan yang konkrit. Dari pengalaman saya, Ada anak dari TK A, tetapi masih halaman 5 di TK B, jadi saya telaah, awalnya saya pakai metode kartu yang lari mencari huruf. Kemudian saya pakai metode bunyi. Misalnya “Alfad, ini huruf Ja, bu Awal punya gambar Jagung. Kalau bu Awal kasih Jagung, berarti huruf Ja” dan semakin kesini kan sudah tidak menggunakan gambar, nah ketika dia lupa huruf ja, saya hanya perlu menyebutkan jagung. Misalnya lupa huruf Dho, itu donat. Jadi kalau lupa tinggal sebutkan. Dan alhamdulillah sehabis itu cepat dan dalam dua bulan buku Usmani habis.Yang paling sulit dan susah itu jilid 2 atau huruf sukun. Tapi kalau sudah sampai sukun ya Alhamdulillah karena sudah lebih target karena target itu jilid 1. Nantinya bisa dilanjutkan ke SD dan diulang, jadi tidak maksa. Anak kesulitan perubahan bunyi huruf, kalau di Usmani
biasanya kan kalau ada harakat “a”, “a” semua dulu , nanti baru “i”, “I” biasa masih bisa mengikuti tetapi sehabis itu memang agak meleng sehingga membutuhkan stimulus lebih. Tapi kalau sudah bisa itu semua dijilid satu, biasa lanjut ke jilid 2, dan biasa kesulitan di tanda sukun. Kalau yang tanwin “an, in, un”, melalui penelitian saya sebagai koordinator Qur’an dari hasil observasi setiap tahunnya, memang kendalanya untuk jilid dua itu pada bagian tanda mati. Terlebih lagi anak sedang fokus membaca bahasa Indonesia secara berbarengan. Jadi memang ada kendala dibagian huruf mati.
Penulis : Yang membedakan dari metode Usmani dan media lain itu apa saja?
Bu Awal : Sebelum Usmani TKIT pernah menggunakan Iqro, Qiraati dan Yanbu’a. Setiap metode punya ciri khas masing-masing. Apalagi saya disini sudah lama memegang bagian Qur’an. Jadi masing-masing metode punya kelebihan dan kekurangan. Kalau di Iqro dia polanya terlalu lama dari jilid 1-6, dan sebenarnya anak bisa lebih cepat, kemudian agak kaku perangkat medianya banyak diatur oleh mereka, padahal kita membutuhkan sesuatu yang lebih kreatif. Kalau di Qiraati itu enak jilid 1-6 itu penyusunan bukunya sistematis, kami kesulitan utnuk mendapatkan buku, lalu untuk pengajaran harus syahadah, kalau gurunya syahadah hanya jilid satu, maka hanya bisa mengajarkan jilid satu. Kalau bisanya jilid dua ya hanya jilid satu dan dua. Harus ada yang bisa jilid 1- 6 atau buku ghorib, kalau ingin mengajar semua. Terus kemudian bukunya susah dan hanya
fokus di satu tempat, dan cabangnya di Binong. Jadi dulu saya dari Asy-Syukriyyah harus ambil ke Binong berapa ratus buku. Kalau Yanbu’a juga sama, harus drop dari luar jawa,tidak jauh beda seperti Qira’ati. Ya kenapa harus syahadah itu memang ada tujuannya agar bacaan bacaan terjaga. Tapi kalau dengan sistem tersebut jadi tidak flexibel dan agak sulit, karena di Asy-Syukriyyah misalnya pakai metode apa lalu kita combine. Misalnya kalau Qiraati kan tidak semua guru bisa mengajarkan. Kalau Usmani semua guru bisa mengajar karena masih jilid dasar, tapi untuk naik jilid harus tes ke koordinator Qur’an seperti sistem di Qira’ati. Jadi tidak setiap wali kelas bisa menaikkan jilid anak. Misalnya “ udah ni bu Awal” kemudian tapi bagi Bu Awal anak masih terbata jadi belum, ulang lagi ya. Jadi ada pengujian dulu. Walaupun ke anak-anak kita tidak bilang tes, bilangnya “Main yuk ke bu awal”. Jadi masing-masing punya kelebihan dan kelemahan, kita lebih mengambil ke jalan tengahnya, supaya belajar Al-Qur’an dini bisa menyenangkan dan suka. Kalau suka kan bisa cinta dengan Al-Qur’an.
Penulis : Kemudian media apa yang paling disukai ?
Bu Awal : Play Doh suka, sebenarnya semua mainan anak suka, tapi dia lebih ke, biasa kalau main itu terus bosen, jadi Bu Awal cari lagi mainan lain. Makanya kita medianya ganti-ganti. Misalnya bosen play doh bu Awal buat dadu hijaiyah. Dadunya kita kocok, keluar huruf apa, nanti dicari di flash card. Jadi kalau sudah bosen kita harus buat. Kemarin saya membuat dadu, kemudian flash
card simpel, dari huruf yang keluar kemudian disambungkan , misalnya keluar huruf A dan so, disambungkan menjadi “Aso”.
Penulis : Dalam satu pelajaran biasa berapa menit? Bu Awal : 45 menit, 10 anak dan biasa dibagi waktu.
Penulis : Kemudian kan dalam masa pandemi pembelajaran seperti apa yang dilakukan saat ini dan apa bedanya dengan pembelajaran ketika offline? Bu Awal : Pasti beda, beda banget. Kita tidak bisa ideal seperti offline. Pembelajarannya kita kan ada home visit, biasanya seminggu sekali. Kemudian Usmani dipegang oleh orang tua, misalnya anak baca halaman satu, kemudian kita kontrol dan cek bacaannya. Dan khusus hari rabu kita ada belajar agama itu ngulang-ngulang hafalan murojaah di zoom, bareng-bareng dan usmaninya. Tetapi usmaninya klasikal. Bu Awal pakai kartu kata. “Anak-anak baca nih yang mana sambil tunjuk”. Kalau tidak home visit, bu Awal video call atau guru lain. Video call, selain pembelajaran yang lagi dibahas tema apa misalnya kapal laut, guru juga harus mengajar usmani. Jadi anak baca, Bu Awal dari rumah. Misalnya “baca nak, halaman berapa” “ halaman 3” itu dua baris saja, tidak lama-lama. Apalagi anak TK, kalau yang tidak mau yasudah tidak usah. Karena anak TK tidak bisa fokus lama untuk zoom maupun video call. Kalau zoom itu maksimal 30 menit, kalau video call 15 menit. Jadi kita maksimalkan di 15 menit pertama.
LAMPIRAN F : TRANSKRIP WAWANCARA
PSIKOLOG ANAK
FGD DENGAN ANAK
Penulis : Kalau belajar ngaji suka melakukan aktivitas apa? Maryam : Suka menempel
Sahla : Mencontoh dan menulis di buku Syaqila : Mengaji menggunakan Utsmani Albi : Pakai puzzle dan mainan Fisela : Baca buku
Penulis : Kalau belajar ngaji susah pada materi apa? Maryam : A,I,U
Sahla : Ubutu, tanda baca yang monyong-monyong Syaqila : Ubutu
Albi : Susah huruf kaf, lam, mim Fisela : Engga tau
Penulis : Kalau belajar suka melakukan aktivitas apa? Maryam : Mewarnai
Sahla : Mewarnai Syaqila : Mewarnai
Albi : Mewarnai dan mengunting Fisela : Gunting dan menempel
Penulis : Kalau gambar dari tiga ini adik suka yang mana? Maryam : Ilustrasi
Sahla : Vector Syaqila : Foto Albi : Ilustrasi Fisela : Vector
FGD DENGAN ORANG TUA
Penulis : Mungkin boleh memperkenalkan diri? Bu Siti : Saya Siti ibu dari Maryam
Bu Karlina : Saya Karlina dipanggil tetap Karlina karena sudah ada Bu Lina Bu Lina : Saya Lina
Bu Yuyun : Saya Yuyun Bu Rika : Saya Rika
Penulis : Anak menerima edukasi huruf hijaiyah di sekolah apakah selain itu ibu juga melakukan edukasi tambahan mungkin dirumah atau ditempat lain?
Bu Siti : Kalau dirumah iya, rutin, saya punya waktu khusus sehabis maghrib, maryam bersama kakak-kakak kumpul dengan saya untuk belajar sehabis maghrib. Setor hafalan
Bu Karlina : Biasa sehabis maghrib nyanyi-nyanyi lalu klasikal, baru tanya jawab, selain utsmani ada hafalan juga. Mengulang yg disekolah
Bu Lina : Mungkin untuk waktunya sama ya, habis maghrib, jadi sudah terbiasa pakai utsmani, untuk hafalan habis maghrib
Bu Yuyun : Pertama di rumah diajarkan, di sekolah juga. Awalnya ingin dileskan tetapi karena kondisi seperti ini jadi belum.
Bu Rika : Edukasi huruf hijaiyah fisel di rumah
Penulis : Kemudian media apa yang digunakan dalam melakukan edukasi hijaiyah untuk dirumah?
Bu Siti : Biasa sekedar mengulang, jadi pakai ini aja sih Usmani. Karena disekolah biasa sudah menggunakan media-media. Jadi kalau Usmani, saat anak belajar sudah ada hijaiyah, play doh dan lainnya sudah disekolah. Tapi kalau anak ingin menulis ya kita kasih, menggunakan spidol. Mau mewarnai, kita buatkan Bu Karlina : Paling menempel hijaiyah, kalau di sekolah pakai pohon, anak-anak menyusun.
Bu Siti : Karna di sekolah anak sudah dapat banyak jadi ngulang usmani saja, terlebih karena tidak banyak waktu dari maghrib sampai Isya.
Bu Lina : Saya juga sama
Bu Yuyun : Kalau saya hanya mengaji dan menulis saja Bu Rika : Pakainya buku dan melalui televisi
Penulis : Aktivitas dan materi apa yang dilakukan atau pun diajarkan mengenai hijaiyah atau mengaji?
Bu Siti : Kalau di sekolah kan melakukan 5 langkah pembelajaran Bu Karlina : Sama makhorijul huruf
Bu Siti : Untuk bunyi hijaiyah tergantung, setiap anak klasikal rata-rata banyak halaman berapa, jadi ikuti urutan. Ya, jadi misalnya sehari anak-anak dua baris, tetapi tidak patok dua baris bisa lebih. Tetapi bila anak yang sulit hanya satu baris. Itu belajar bunyi, makhorijul huruf bisa, melalui nyanyian.
Bu Lina : Masing-masing anak ikutin target
Bu Rika : Kalau hijaiyah sudah hafal lebih belajar metodenya
Penulis : Selama mengajarkan adakah kendala tertentu baik dalam menyampaikan materi atau motivasi belajar itu sendiri?
Bu Siti : Kendala pasti ada, jadi anak-anak butuh sesuatu yang konkrit, kan belajar ini belajar bunyi itu abstrak ya. Jadi di konkritkan pakai benda. Misalnya huruf A, bendanya Ayam. Kalau Ba “baju”, jadi anak lebih mudah mencerna. Kalau anak mentok, tinggal sebutkan baju, jadi anak tau itu “ba”. Jadi harus disimbolkan
Bu Lina : Ada disimbolkan dengan gambar lainnya sehingga lebih cepat dan harus ada gambar, seperti tadikan suka mewarnai ya.
Bu Yuyun : Kendalanya biasa belajar tergantung moodnya, kalau lagi bagus cepat, tetapi kalau lagi nonton jadi susah, harus dirayu
Bu Rika : Anak mah kalau sudah badmood tidak mau, paling masalah disitunya
Penulis : Kemudian media apa yang disukai oleh anak-anak dalam pembelajaran?
Bu Siti : Banyak. Bisa play doh atau kartu. Jadi misalnya ini ada huruf “A”, jadi membuat bentuk. Mengisi pola, mewarnai. Jadi tidak melulu menulis, apalagi anak TK yang belum bisa menulis. Huruf hijaiyah itu susah. Jadi tidak dipaksa, dan menggunakan media-media lainnya.
Bu Lina : Menulis, kolase, mengisi pola Bu Yuyun : Puzzle
Bu Rika : Mewarnai dan belajar dengan dibimbing
Penulis : Kemudian mungkin kalau dilihat dari berbagai buku dipasaran ada berbagai macam ya, anak-anak sendiri suka visual dengan gambar seperti apa? (foto, ilustrasi, vector)
Bu Siti : Saya melihat lebih seperti menghubungkan gambar yang mensimbolkan huruf hijaiyah dengan gambar-gambar jauh lebih mudah diterima anak
Bu Karlina : Saya Karlina dipanggil tetap Karlina karena sudah ada Bu Lina Bu Lina : Iya dengan bentuk. Anak memang lebih tertarik gambar
Bu Rika : Fisela suka yang ada gambarnya, kalau tulisan saja dia kurang suka dan kalau gambar itu lebih cepat
Penulis : Dalam buku interaktif, materi apa yang diharapkan dapat dipelajari anak atau membantu pembelajaran di sekolah?
• Membedakan huruf • Membaca huruf • Menulis Huruf • Mengenai harakat • Menyambungkan huruf
Bu Siti : Kalau dari pembelajaran mengikuti yang Usmani, sudah terbagi dalam beberapa pelajaran, seperti mengenal huruf, harakat dan bentuk hurufnya. Menggunakan berbagai media
Bu Lina : Iya dengan berbagai permainan, menggunakan puzzle, seperti menyusun
Bu Karlina : biasanya kalo disekolah, atau di rumah juga kita sediakan. Seperti “ Mama aku mau nulis di kertas”, jadi nulis-nulis kemudian digunting, ditempel untuk lebih kebentuk
Bu Rika : Paling menyambungkan huruf
Penulis : Dalam buku interaktif, interaktivitas seperti apa yang menarik bagi anak-anak?
• Pop up
• Sumber : pribadi • Buka tutup (lift a flap) • Push and pull
• Trace and trail • Touch and feel • Wipe clean • Coloring • Sticker book • Scratch and reveal
Bu Siti : Tergantung usianya, untuk paket buku menyentuh mungkin yang todler dan TK A.
Bu Lina : Iya untuk menyentuh lebih ke tingkat awal
Bu Rika : ukanya kalau Fisela push and pull, bahkan karena suka sampai dibawa tidur
Bu Siti : Mungkin untuk yang spidol wipe clean, bisa digunakan di TKB, karena sudah mulai
bisa memegang pensil dan menulis
Semua : Jadi untuk anak TK A dan B, iya yang spidol dan menyentuh. Melihat dari perkembangannya atau tahapan anaknya.
LAMPIRAN G : TRANSKRIP WAWANCARA
BETA TEST
Aina
Penulis : Nama Adik siapa? Aina : Aina
Penulis : Umur Adik berapa? Aina : 5 Tahun
Penulis : Kalau menurut Aina, bukunya bagaimana kesannya? Aina : Bagus
Penulis : Ngerti sama kata-kata atau disuruh apa engga di halaman ini (mewarnai,menulis)?
Aina : Ngerti
Penulis : Ada aktivitas yang bingungin? Aina : Ini (Aina menunjuk aktivitas maze)
Penulis : Dari semua aktivitas suka sama yang mana?
Aina : Aina suka yang menulis dan menyusun huruf dengan spinner
Penulis : Bukunya menyenangkan tidak? Aina : Iya
Penulis : Pakai buku gini jadi lebih pengen belajar tidak? Aina : Iya
Penulis : Kalau kata adik gambarnya gimana? Aina : Bagus
Penulis : Kalau warnanya sendiri gimana? Aina : Bagus juga
Penulis : Karakternya bikin nyenengin belajar tidak? Atau tidak diperlukan? Aina : Lebih suka ada karakter
Penulis : Dari dua yang biru merah dan warna-warni lebih suka yang mana? Aina : Warna-warni
Fisela
Penulis : Nama Adik siapa? Fisela : Fisela
Penulis : Umur Adik berapa? Fisela : 6 Tahun
Penulis : Kalau menurut Fisela, bukunya bagaimana kesannya? Fisela : Bagus
Penulis : Ngerti sama kata-kata atau disuruh apa engga di halaman ini (mewarnai,menulis, ada yang membingungkan?
Fisela : Engga ada
Penulis : Ada aktivitas yang bingungin? Aina : Ini (Fisel menunjuk maze)
Penulis : Dari semua aktivitas suka sama yang mana? Fisela : Suka yang menyusun huruf dan mencari huruf
Penulis : Bukunya menyenangkan tidak? Fisela : Iya
Penulis : Pakai buku gini jadi lebih pengen belajar tidak? Fisela : Iya
Penulis : Kalau kata adik gambarnya gimana?
Fisela : Keren
Penulis : Kalau warnanya sendiri gimana? Fisela : Ok
Penulis : Karakternya bikin nyenengin belajar tidak? Atau tidak diperlukan? Fisela : Suka ada karakter dan bantu
Penulis : Dari dua yang biru merah dan warna-warni lebih suka yang mana? Fisela : Warna-warni
Kirana
Penulis : Nama Adik siapa? Kirana : Kirana
Penulis : Umur Adik berapa? Kirana : 4 Tahun
Penulis : Kalau menurut Kirana, bukunya bagaimana kesannya? Kirana : Bagus
Penulis : Ngerti sama kata-kata atau disuruh apa engga di halaman ini (mewarnai,menulis)?
Kirana : (Kirana belum bisa menulis, tetapi memahami apa yang harus dilakukan pada halaman seperti mewarnai dan menulis)
Penulis : Ada aktivitas yang bingungin?
Kirana : (Menunjuk bacaan huruf sambung karena belum sampai situ)
Penulis : Dari semua aktivitas suka sama yang mana? Kirana : Mewarnai
Penulis : Bukunya menyenangkan tidak? Kirana : Iya
Penulis : Pakai buku gini jadi lebih pengen belajar tidak? Kirana : Iya
Penulis : Kalau kata adik gambarnya gimana? Kirana : Bagus
Penulis : Kalau warnanya sendiri gimana? Kirana : Ok
Penulis : Karakternya bikin nyenengin belajar tidak? Kirana : (Menggangguk)
Penulis : Dari dua yang biru merah dan warna-warni lebih suka yang mana? Kirana : Warna-warni
Alesa
Penulis : Nama Adik siapa? Alesa : Alesa
Penulis : Umur Adik berapa? Alesa : 4 Tahun
Penulis : Kalau menurut Alesa, bukunya bagaimana kesannya? Alesa : Suka, karena bewarna warni
Penulis : Ngerti sama kata-kata atau disuruh apa engga di halaman ini (mewarnai,menulis)?
Alesa : (Alesa belum bisa membaca, tetapi memahami apa yang dibacakan oleh ibunya)
Penulis : Dari semua aktivitas suka sama yang mana? Alesa : Mewarnai
Penulis : Bukunya menyenangkan tidak? Alesa : Iya
Penulis : Pakai buku gini jadi lebih pengen belajar tidak? Alesa : Mau jadi semangat
Penulis : Kalau kata adik gambarnya gimana? Alesa : Lucu
Penulis : Kalau warnanya sendiri gimana? Alesa : Ok
Penulis : Karakternya bikin nyenengin belajar tidak? Alesa : Iya
Penulis : Dari dua yang biru merah dan warna-warni lebih suka yang mana? Alesa : Warna-warni
Rafi
Penulis : Nama Adik siapa? Rafi : Rafi
Penulis : Umur Adik berapa? Rafi : 6 Tahun
Penulis : Kalau menurut Rafi, bukunya bagaimana kesannya? Rafi : Suka
Penulis : Ngerti sama kata-kata atau disuruh apa engga di halaman ini (mewarnai,menulis)?
Rafi : Iya, paham (saat dibacakan ortu)
Penulis : Dari semua aktivitas suka sama yang mana? Rafi : (menunjuk) Menulis, pop up dan tarik menarik
Penulis : Bukunya menyenangkan tidak? Rafi : Iya
Penulis : Pakai buku gini jadi lebih pengen belajar tidak? Rafi : Iya
Penulis : Kalau kata adik gambarnya gimana? Rafi : Lucu
Penulis : Kalau warnanya sendiri gimana? Rafi : Suka
Penulis : Karakternya bikin nyenengin belajar tidak? Rafi : Iya
Penulis : Dari dua yang biru merah dan warna-warni lebih suka yang mana? Alesa : Warna-warni