• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BULUKUMBA - DOCRPIJM 1479106152BAB VII FIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BULUKUMBA - DOCRPIJM 1479106152BAB VII FIX"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

92

BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN

BULUKUMBA

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulukumba

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta

Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

1. Pertahanan keamanan 2. Ekonomi

3. Lingkungan hidup 4. Sosial budaya

5. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

1. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase,

RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang

(2)

93

4. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan,

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud. Tabel 5.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW

Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya, Tabel 5.2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), serta Tabel 5.3 memaparkan identifikasi indikasi program

khusus untuk Bidang Cipta Karya.

Tabel 7.1

Arahan RTRW Kabupaten Bulukumba untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

2 3

1 Arahan Pengembangan RTH 1 Arahan Pengembangan SPAM

-

Pengembangan RTH dengan persentase paling sedikit 20% untuk RTH Publik dan 10% untuk RTH privat di Kawasan

perkotaan yaitu PKW dan PPK

- Pembangunan IPA Hila-hila dengan kapasitas 10 (sepuluh) l/det di Kecamatan Bontotiro;

-

Pembangunan IPA Kajang dengan kapasitas 5 (lima) l/det di Kecamatan Kajang;

-

Pembangunan IPA Bontobangun dengan kapasitas 5 (lima) l/det di Kecamatan Rilau Ale;

-

Pembangunan IPA Tanjung Bira dengan kapasitas 5 (lima) l/det di Kecamatan Bontobahari;

-

Pembangunan IPA Tanah Beru dengan kapasitas 10 (sepuluh) l/det di Kecamatan Bontobahari;

-

Pembangunan IPA Tanete dengan kapasitas 10 (sepuluh) l/det di Kecamatan

(3)

94

-

Pembangunan IPA Bulukumpa dengan kapasitas 10 (sepuluh) l/det di Kecamatan Bulukumpa;

2 Arahan Pembangunan Drainase

-

Pembangunan Sistem Drainase Primer meliputi sungai teko yang melayani kawasan perkotaan di Kabupaten Bulukumba

Pembangunan Sistem Drainase Sekunder di kawasan kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran dan Kawasan Pariwisata

Pembangunan Drainase tersier di kawasan permukiman

3 Arahan Pembangunan Sistem Air Limbah (IPAL)

- Pembangunan Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat (IPAL dan Jaringan Air Limbah) di Kawasan Permukiman

Pembangunan Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat (IPAL dan Jaringan Air Limbah) di Kawasan Industri

Pembangunan Sistem Pembuangan Air Limbah Terpusat (IPAL dan Jaringan Air Limbah) di Kawasan Rumah Sakit

(4)

95

Tabel 7.2

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Bulukumba (KSK) berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

1 Kawasan pengembangan perkotaan Water front City

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan ujung bulu

dan Gantarang

2 Pengembangan Minapolitan

komoditas Budidaya Perikanan Laut dan perikanan Tangkap

Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Pesisir di Semua

Kecamatan

3 Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pertumbuhan Ekonomi Kec. Gantarang

4 Pengembangan Kawasan Agrowisata

Pertumbuhan Ekonomi Desa Bululohe Kec. Rilau

Ale

5 Pengembangan Pusat Pariwisata Pertumbuhan Ekonomi Kec. Bontobahari

6 Pengembangan Kawasan Perdagangan

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan ujung bulu

dan Gantarang

7 Kawasan Bandar Udara Pengumpan Pertumbuhan Ekonomi Kec. Bontobahari

8 Kawasan Ekowisata Tabbuakkang Pertumbuhan Ekonomi Kec. Kindang

9 Kawasan pembuatab Perahu Phinisi Sosial budaya Kec. Bontobahari

10 Kawasan Danau Kahayya Lingkungan Hidup Kec. Kindang

Sumber : RTRW Kab. Bulukumba

7.2

Arahan rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang

(5)

96

program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program

kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan

pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM seperti visi, misi serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

Visi Pemerintah Kabupaten Bulukumba (2011-2015) yaitu:

“Sejahterakan Masyarakat Bulukumba Dengan Membangun Desa Menata Kota Melalui

Kemandirian Lokal Yang Bernapaskan Keagamaan”

Visi tersebut didefinisikan sebagai berikut:

Membangun Desa, pembangunan yang dilaksanakan pada semua bidang kehidupan

dengan titik berat bidang ekonomi, social, dan budaya. Pemanfaatan potensi sumberdaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Menata Kota, dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah melalui penataan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang kota untuk mewujudkan struktur dan pola ruang kota sebagai pusat permukiman, pemerintahan, jasa, pelayanan sosial,

dan pusat pertumbuhan ekonomi.

Kemandirian Lokal, yaitu kemampuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya

ekonomi, politik, sosial, dan budaya secara optimal yang memerlukan penanganan secara efisien, efektif, dan berkesinambungan yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan hidup.

Bernafaskan Keagamaan, menegaskan bahwa agama sebagai acuam utama dalam proses aktualisasi nilai-nilai budaya dalam rangka proses adaptasi terhadap dinamika

lingkungan strategis. Proses pembangunan berjalan dengan berlandaskan pada tatanan keagamaan yang membentuk prilaku manusia religius dengan nilai-nilai spritual dan tetap

(6)

97

Misi Pemerintah Kabupaten Bulukumba yaitu:

1. Memfasilitasi pengembangan kapasitas setiap penduduk Bulukumba agar mampu meningkatkan produktivitasnya secara berkesinambungan serta mampu

menyalurkan pendapat dan aspirasinya pada semua bidang kehidupan secara bebas dan mandiri.

2. Mendorong serta memfasilitasi tumbuh-kembangnya kelembagaan masyarakat pada semua bidang kehidupan dengan memberikan perhatian utama kepada

pembangunan perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

3. Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya kabupaten sedemikian rupa, sehingga secara langsung mapun tidak langsung memberikan

kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan, serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitar.

4. Peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.

5. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama dan budaya terhadap segenap aspek kehidupan kemasyarakatan.

7.3

Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,

yang menyatakan bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis

bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan

(7)

98

7.3.1 Ketentuann Fungsi Bangunan Gedung

Fungsi Bangunan Gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis Bangunan Gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun

keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR dan/atau RTBL.

Fungsi bangunan gedung tersebut meliputi:

a . bangunan gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal

manusia;

b . bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

melakukan ibadah;

c . bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

melakukan kegiatan usaha;

d . bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat

manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya;

e . bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat

risiko bahaya tinggi; dan

f . bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

7.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung

Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan

teknis sesuai dengan fungsi Bangunan Gedung. Persyaratan admisitrasi yang dimaksud antara lain:

a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; dan

b. status kepemilikan Bangunan Gedung.

Sedangkan persyaratan teknis yang dimaksud antara lain:

(8)

99

7.3.3 Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan Bangunan Gedung terdiri atas kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Kegiatan pembangunan Bangunan Gedung

sebagaimana diselenggarakan melalui proses Perencanaan Teknis dan proses pelaksanaan konstruksi. Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung meliputi kegiatan

pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi, dan pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung. Kegiatan pelestarian

Bangunan Gedung meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.

Kegiatan pembongkaran Bangunan Gedung meliputi penetapan pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan pembongkaran. Di dalam

penyelenggaraan Bangunan Gedung) Penyelenggara Bangunan Gedung wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis untuk menjamin keandalan

Bangunan Gedung tanpa menimbulkan dampak penting bagi lingkungan. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dapat dilaksanakan oleh perorangan atau

penyedia jasa di bidang penyelenggaraan gedung.

7.3.4 Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung dapat terdiri atas:

a . pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan Bangunan Gedung;

b .pemberian masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam

penyempurnaan peraturan, pedoman dan Standar Teknis di bidang Bangunan Gedung;

c . penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang

terhadap penyusunan RTBL, rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatan

penyelenggaraan Bangunan Gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;

d .pengajuan Gugatan Perwakilan terhadap Bangunan Gedung yang mengganggu,

(9)

100

7.4

Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan

bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam

beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit

pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air. Dokumen RISPAM Kab. Bulukumba meliputi Rencana Sistem pelayanan, rencana pengembangan SPAM dan rencana

Penurunan Kebocoran Air Minum

7.4.1 Rencana Sistem Pelayanan

Rencana system pelayanan air minum Kabupaten Bulukumba dan prioritas penanganan yang akan dilakukan dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten. Untuk

pemenuhan air baku dan air minum Kabupaten Bulukumba baik yang dilakukan oleh PDAM dalam pengembangannya harus mempunyai daerah pelayanan yang jelas pada masing-masing

unit SPAM. Pengembangan penyediaan air minum dalam meningkatkan pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah dan PDAM KAbupaten Bulukumba sebagai

pengelola penyediaan air bersih. Adapun strategi engembnagan system penyediaan air bersih adalah sebagai berikut:

a. Optimalisasi kapasitas produksi dari sistem penyediaan air bersih saat ini; b. Rehabilitasi sistem penyediaan air bersih

c. Penambahan kapasitas produksi secara bertahap sesuai rencana prioritas. Penambahan kapasitas produksi akan mempengaruhi sistem penyediaan aiar bersih diantaranya :

(10)

101

Dalam pemenuhan air baki di Kabupaten Bulukumba yang dapat melayanni air minum

denagn waktu 10-20 tahun mendatang, dibutuhkan sumber air baku yang handal baik kualitas maupun kuantitas. Pemenuhan air baku eksisting yang terdapat pada masing – masing unit SPAM, PDAM tetapdipertahankan dan dioptimalkan fungsinya sehingga kekurangan kapasitas produksi air baku (sesuai) royeksi yang digunakan sebagai dasar

penentuan besaran sistem

7.4.2 Rencana Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan SPAM berdasarkan arahah RISPAM Kab. Bulukumba terdiri

dari beberapa tahap yakni:

1. Rencana Tahap I

Rencana program jangka pendek dalam penyediaan air baku di Unit PDAM Induk Kabupaten Bulukumba yang meliputi wilayah Kecamatan Ujungbulu, sebagian wilayah

Kecamatan Gantarang dan sebagian wilayah Kecamatan Ujungloe. Rencana tahap I adalah pemenuhan kebutuhan air minum pada akhir tahun 2015. Adapun rencana

penanganan pada program ini:

 Peningkatan kapasitas IPA Bara‟ba, Bontonyeleng dan lotong-lotong;

 Pengembangan dan pemanfaatan maata air manyake, lotong-lotong dan Na‟na yang potensial dan di prioritaskan pemilihan sumber air baku yang rendah biaya

operasionalnya atau dapat di alirkan dengan gaya gravitasi ke daerah pelayanan;

 Pemasangan pipa transmisi dan intake sumber air baku sampai reservoir agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga;

 Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoir sampai rencana blok pelayanan di kawasan perkotaan Bulukumba dan sektarnya

 Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing blok layanan

(11)

102  Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat tentang penghematan

pemakaian air untuk daerah komersial/perkotaan.

Penyediaan air bersih yang mendesak dilakukan sesuai hasil analisis antara kapasitas air

Baku PDAM saat ini dengan proyeksi kebutuhan air adalah:

 Upgrading SPAM eksisting baik pada SPAM induk PDAM Kabupaten Bulukumba ataupun unit-unit layanan yang telah ada (SPAM IKK dan PAMDES) melalui pergantian pipa yang sudah tua untuk mengoptimalkan sistem penyediaan air

minum PDAM untuk daerah pelayanan perkotaan dan daerah layanan lainnya.

 Mejaga kapasitas produksi sumber air baku dan penyempurnaan SPAM Unit wilayah eksisting.

 Mengaktifkan kembali SPAM IKK dan AMP yang tidak beroperasi sebagai persiapan perluasan cakupan pelayanan

2. Rencana Tahap II

Rencana program jangka menengah dalam penyediaan air minum di masing-masing

IKK dan pusat-pusat permukiman serta desa-desa yang mengalami kesulitan memperoleh air minum/air bersih. Rencana tahap II adalah pemenuhan kebutuhan air

minum dengan jangka waktu dari tahun 2019 – 2024. Adapun rencana penanganan pada program ini:

 Optimalisasi cakupan pelayanan unit-unit layanan PDAM diseluruh wilayah Kecamatan untuk memperluas cakupan pelayanan air minum perpipaan

 Menjaga ketersediaan air baku dengan penyediaan sumber-sumber air baku alternative

 Pembangunan IPA pada pusat-pusat kegiatan atau pusat permukiman skala kecamatan (PPK) untuk pemenuhan kebutuhan air minum sesuai dengan estimasi atau proyeksi pertumbuhan penduduk..

 Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dan (JDB) sampai rencana blok pelayanan. Pada SPAM IKK yang telah di bangun atau ditambah

(12)

103  Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing zona

pelayanan.

7.4.3 Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

Rencana penurunan Kebocoran Air Minum memiliki dua rencana meliputi: 3. Penurunan Kebocoran Teknis

Program penurunan kebocoran dari pengembangan sistem lama dengan memasang peralatan penurunan kebocoran dan proyeksi kebocoran dari sistem pengembangan di daerah baru (green field)

4. Penurunan Kebocoran Non Teknis

Program untuk menurunkan kehilangan air non teknis (konsumsi tidak resmi, ketidak akuratan meter pelanggan dan illegal connection)

7.5

Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang

disusun untuk percepatan pembangunan sector sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi

jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi

Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan „top down‟ dengan „bottom up‟.

Arahan dalam SSK Kabupaten Bulukumba memuat kerangka kerja pembangunan

sanitasi, dan tujuan, sasaran, dan strategi sector sanitasi yang meliputi sub sector air limbah domestik, sub sector persampahan, sub sector drainase perkotaan serta asepek perilaku hidup

(13)

104

5.5.1 Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi di Kab. Bulukumba

a. Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bulukumba

Visi misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Bulukumba dalam rangka mencapai visi misi kota. sandingan

visi, misi Kota dan visi misi sanitasi dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel. 7.3

Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bulukumba

Visi Kab/Kota Misi Kab/Kota Visi Sanitasi

Kab/Kota Misi Sanitasi Kab/Kota

Visi :

Misi Air Limbah Domestik:

- Meningkatkan Kuantitas dan

kualitas sarana dan prasarana Pengelolaan air limbah rumah

tangga yang berwawasan

lingkungan.

- Mewujudkan Regulasi dan

Standart Teknis Pengolahan Air Limbah

Misi Persampahan

- Meningkatkan Kuantitas dan KualitasPelayanan

Persampahan.

- Mengembangkan Fasilitas

Pengelolaan dan Pengolahan sampah.

Misi Drainase

- Mewujudkan Sistem/ Tata

Kelola Drainase Yang Ramah Lingkungan.

- Meningkatkan Kesadaran

Masyarakat Tentang Keikut Sertaan Dalam Pembangunan

(14)

105

Infrastruktur Drainase Yang Ramah Lingkungan.

Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat

- Meningkatkan Peran Serta

Sumber : RPJMD Kabupaten Bulukumba 2010 – 2015

b. Tahapan Pengembangan Sanitasi di Kab. Bulukumba

Pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan secara menyeluruh. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pilihan sistem dan

penetapan zona sanitasi antara lain adalah:

a. Kawasan beresiko sanitasi

b. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)

c. Arah pengembangan wilayah yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten

d. Jumlah penduduk miskin

(15)

106

Berdasarkan Proyeksi penduduk Kabupaten Bulukumba hingga tahun 2028 adalah :

Tabel 7.4

Proyeksi Jumlah Penduduk Kab. Bulukumba 2013 - 2028

n Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)

1 2013 395.268 -

2 2014 395.584 0,080

3 2015 395.901 0,080

4 2016 396.217 0,080

5 2017 396.534 0,080

6 2018 396.852 0,080

7 2019 397.169 0,080

8 2020 397.487 0,080

9 2021 397.805 0,080

10 2022 398.123 0,080

11 2024 398.442 0,080

12 2025 398.760 0,080

13 2026 399.079 0,080

14 2027 399.399 0,080

15 2028 399.718 0,080

Sedangkan Proyeksi penduduk perkotaan di Kabupaten Bulukumba hingga tahun 2028 adalah :

Tabel 7.5

(16)

107

n Tahun Jumlah

Penduduk

Pertumbuhan (%)

1 2013 77.230 -

2 2014 77.292 0,080

3 2015 77.354 0,080

4 2016 77.416 0,080

5 2017 77.477 0,080

6 2018 77.539 0,080

7 2019 77.601 0,080

8 2020 77.664 0,080

9 2021 77.726 0,080

10 2022 77.788 0,080

11 2024 77.850 0,080

12 2025 77.912 0,080

13 2026 77.975 0,080

14 2027 78.037 0,080

(17)

108

PEMETAAN

Indikator yang digunakan dalam pemetaan adalah :

A. Kepadatan Penduduk.

B. Central Business District (CBD) & Permukiman

C. Fungsi wilayah, Merujuk Dukumen Perda RTRW Kabupaten Bulukumba

1. SISTEM AIR LIMBAH

Fungsi Wilayah, murujuk ke Dokumen Perda RTRW Kabupaten Bulukumba

(pasal 26)

a. Untuk peruntukan pada Kawasan Permukiman padat dikhususkan pada

Sistem pembuangan air limbah Setempat dan terpusat yang meliputi: kawasan perkotaan PKW, PPK :

b. PKW yaitu Kawasan Perkotaan Kaupaten Bulukumba

c. PPK yaitu Kawasan Perkotaan Tanete di Kecamatan Bulukumpa,

Kawasan, Kawasan Perkotaan Tanah Beru di Kecamatan Bontobahari, Kawasan Perkotaan Kassi di Kecamatan Kajang dan Kawasan Perkotaa

Dannuang di Kecamatan Ujung Loe.

 Untuk sistem air limbah setempat dikembangkan di kawasan permukiman yang tidak padat dan tidak terlayani oleh system air limbah terpusat

 Kawasan peruntukan perdagangan yaitu kawasan yang merupakan kawasan pengembangan perdagangan dan jasa, terdiri atas:

a. Kawasan perdagangan skala regional ditetapkan di Kawasan Pasar

(18)

109 b. Kawasan Perdagangan sakala Kabupaten ditetapkan di Kawasan Pasar

Sentral Tanete di Kecamatan Bulukumpa

c. Kawasan Perdagangan Skala Kecamatan ditetapkan di Kawasan

Perkotaan Tanah Beru di Kecamatan Bonto Bahari, Kawasan Perkotaan Kassi di Kecamatan Kajang, dan Kawasan Perkotaan Dannuang di

Kecamatan Ujung Loe.

d. Kawasan perdagangan skala lokal ditetapkan di Kawasan Tanuntung

Kecamatan Herlang, Kawasan Palampang di Kecamatan Rilau Ale, Kawasan Hila-Hila di Kecamatan Bonto Tiro, dan Kawasan Borong

Rappoa di Kecamatan Kindang.

2. SISTEM PERSAMPAHAN

Fungsi Wilayah, murujuk ke Dokumen Perda RTRW Kabupaten Bulukumba (pasal 23)

a. Sistem pengelolaan persampahan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS),

dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), Lokasi TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di kawasan perkotaan yang dikembangkan

dengan system pemilihan sampah organic dan an organic yang meliputi: kawasan perkotaan PKW, PPK dan PPL ;

b. PKW yaitu Kawasan Perkotaan Kaupaten Bulukumba

c. PPK yaitu Kawasan Perkotaan Tanete di Kecamatan Bulukumpa,

Kawasan, Kawasan Perkotaan Tanah Beru di Kecamatan Bontobahari, Kawasan Perkotaan Kassi di Kecamatan Kajang dan Kawasan Perkotaa

(19)

110

d. PPL terdiri atas :

- Kawasan Tanuntung di Kecamatan Herlang

- Kawasan Palampang di Kecamatan Rilau Ale

- Kawasan Hila-Hila di Kecamatan Bonto Tiro

- Kawasan Borong Rappoa di Kecamatan Kindang

e. Untuk lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di

Kecamatan Gantarang.

3. SISTEM DRAINASE

Fungsi Wilayah, murujuk ke Dokumen Perda RTRW Kabupaten Bulukumba (pasal 25)

a. Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 hurf c meliputi sistem sluran drainase primer, sistem saluran drainase

sekunder dan sistem saluran drainase tersier yang ditetapkan dalam rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir,

terutama di kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan perkotaan, dan kawasan pariwisata.

b. Sistem saluran drainase primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui saluran pembuangan utama meliputi Sungai

Teko yang melayani kawasan Perkotaan di Kabupaten Bulukumba.

c. Sistem saluran drainase sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan tersendiri pada kawasan industry, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran, dan kawasan pariwisata yang

terhubung ke saluran primer, sehingga tidak mengganggu saluran drainase permukiman, sedangkan sistem saluran drainase tersier

(20)

111 c. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik

Sarana sanitasi air limbah wilayah Kabupaten Bulukumba secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah

kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di kawasan

pedesaan, seperti masih menggunakan closet cemplung (cubluk), belum adanya penyedotan lumpur tinja, dan sarana pembuangan akhir lumpur tinja.

Dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Bulukumba sebagian besar masyarakat masih menggunakan system on site (setempat) serta masih sangat

sedikit yang sudah menggunakan system komunal untuk pengelolaan blackwater. Sedangkan untuk greywater sebagian besar rumah tangga masih melakukan

pembuangan kelahan terbuka, drainase, saluran irigasi, bahkan ke sungai.

Pada Kabupaten Bulukumba pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi

lintas SKPD yang mana secara teknis menjadi kewenangan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya. Pengelolaan air limbah domestik juga berkaitan erat dengan tupoksi

SKPD Kantor Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terutama dalam hal perumusan kebijakan, pengawasan maupun pembinaan.

Upaya-upaya preventif dan promotif menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik sehingga peran dari Dinas

Kesehatan juga bersifat penting.

Potensi pencemaran karena SPAL cukup tinggi, dari hasil kajian study EHRA

didapat bahwa angka pencemaran karena SPAL di Kabupaten Bulukumba 59,00%. Penyebab utama hal ini adalah karena SPAL yang berfungsi di Kabupaten Bulukumba

hanya sekitar 58,50% selebihnya tidak ada SPAL di lingkungan dan walaupun ada tidak dapat berfungsi dengan baik.

Fasilitas publik instalasi pengolahan limbah merupakan kebutuhan mendasar bagi daerah khususnya untuk penampungan pengolahan akhir limbah dikawasan

perkotaan. Sampai saat ini Kabupaten Bulukumba belum maksimal dalam pengolahan limbah baik itu limbah domestik maupun limbah medis pada pusat-pusat pelayanan

(21)

112

Air limbah domestik di Kabupaten Bulukumba dikelola secara on-site

(setempat), dimana sistem pembuangan air limbah dilakukan secara individual, diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi tangki septik, cubluk dan resapan.

Sedangkan untuk tangki, suspek aman masih cukup besar yaitu 60,00%.

Kabupaten Bulukumba pada saat ini pengelolaan black water (air limbah yang

berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja atau

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) belum berfungsi secara maksimal dimana tidak pernah dilakukan penyedotan lumpur tinja skala rumah tangga.

Adapun sarana dan prasarana IPLT yang tersedia saat ini di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba sebagai berikut :

Tabel 7.6

Sarana dan Prasarana IPLT Kabupaten Bulukumba

No Jenis Jumlah Kondisi

1 IPLT 1 Unit Tidak Berfungsi

2 Mobil Tinja 1 Unit Rusak Ringan

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba Tahun 2013

Fungsi pengelolaan air limbah domestik baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

1. Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik

2. Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.

3. Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik.

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulukumba yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah

tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

(22)

113

dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum optimal dan masih

menemui beberapa kendala.

Seiring berkembangnya Kabupaten Bulukumba menjadi kota Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya

volume pencemaran khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar madi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik

dalam jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di

Kabupaten Bulukumba.

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan

sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan

penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta

resiko kesehatan lingkungan.

Beberapa permasalahan terkait pengelolaan air limbah domestik yang dihadapi

di Kabupaten Bulukumba adalah:

1. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan air limbah yang baik dan

sehat masih rendah. Hal ini telihat pada tingkat kepemilikan SPAL yang rendah yang menunjukkan bahwa pengolahan Air Limbah Non Tinja (Grey Water) tidak

menjadi perhatian masyarakat.

2. Masih adanya pembuangan grey water maupun black water ke saluran drainase

dan sungai-sungai yang ada termasuk prilaku BABS, sehingga dapat mencemari lingkungan.

3. Minimnya fasilitas Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) khususnya untuk pengolahan limbah tinja masyarakat perkotaan di Kabupaten Bulukumba

(23)

114

4. Peraturan terkait air limbah masih dalam tataran retribusi mengenai retribusi

Penyedotan kakus/tinja, sedangkan aturan mengenai system pengelolaan air limbah belum ada.

5. Secara umum masyarakat belum memiliki SPAL yang memenuhi syarat kesehatan.

6. Terbatasnya kemampuan pendanaan daerah. Untuk peningkatan akses layanan setempat (onsite) dan skala komunal (of site) serta optimalisasi IPLT

membutuhkan alokasi anggaran yang cukup besar. Hal ini mencerminkan rendahnya skala prioritas penanganan air limbah domestik

7. Belum adanya Master Plan pengolahan air limbah domestik dan belum adanya data yang akurat mengenai penanganan air limbah di skala sekolah, fasilitas

umum dan industri-industri skala RT

8. Kurangnya perawatan sarana yang telah dibangun melalui proyek pemerintah.

Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memecahkan permasalahan diatas adalah kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah, karakteristik tata

guna lahan, serta resiko kesehatan lingkungan. Analisis yang dilakukan menghasilkan suatu peta yang menggambarkan zona dan sistem pengelolaan air limbah yang akan

menjadi bahan untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut menzonasi sistem pengelolaan air limbah.

Berdasarkan kondisi tersebut serta memperhatikan faktor-faktor lain seperti rencana tata guna lahan dan kondisi tanah, maka sistem pengelolaan air limbah di

Kabupaten Bulukumba dibagi ke dalam 2 zonasi sistem. Adapun pembagiannya tampak pada peta di bawah ini.

Berdasarkan Pemetaan tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem.

Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan sanitasi.

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

a. Zona 1 (diberi warna merah) merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi

(24)

115

harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site) dalam jangka menengah.

Zona ini mencakup kawasan perkotaan PKW, PPK, dan PPL dengan opsi teknologi off site system (system terpusat) skala komunal. Tahapan pengembangannya akan

dijelaskan pada gambar 2.1b.

b. Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko sanitasi dapat diatasi dalam jangka menengah dan jangka panjang dengan perubahan perilaku dan oleh karena

merupakan daerah kepadatan penduduk sedang (peri urban) maka pemilihan system nya adalah system setempat dengan pendekatan komunal (MCK, MCK ++).

Opsi teknologi lainnya adalah system on site individual dengan tangki septic komunal. Melihat kecenderungan masyarakat yang sebagian besar telah memiliki

jamban namun tidak memiliki tangki pembuangan yang septic. Dalam peta diberi warna hijau.

Tabel 7.7 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Bulukumba

NO Sistem Cakupan Layanan

Eksisting* (%)

(25)

116

Tahapan pengembangan sanitasi sub sektor air limbah Kabupaten Bulukumba

dibagi atas 3 tahapan yaitu :

1. Tahapan Jangka Pendek (s/d 2015)

Dalam 2 tahun, diharapkan akses sanitasi air limbah domestik dapat mencapai

50%. Dengan Grand Strategi meningkatkan optimalisasi on site system. Target ini sejalan dengan target MDG‟s yaitu terlayaninya 50% penduduk yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015, serta target SPM Bidang PU & Tata Ruang (Permen PU No. 14 /PRT/M/2010) yaitu tersedianyan system air limbah skala

komunal/kawasan sebesar 5% dari total jumlah penduduk pada tahun 2015. Diharapkan pula persentase masyarakat yang BABS menjadi 0%, dengan kata lain

Kabupaten Bulukumba telah ODF 100%. Hal ini di capai melalui program-program pemicuan dan kampanye kesehatan di tingkat desa dan kelurahan.

2. Tahapan Jangka Menengah (s/d 2018)

Untuk Jangka menengah (s/d 2018) diharapkan akses air limbah dapat ditingkatkan menjadi 50%, dengan target cakupan 20% yang dicapai dalam kurun

waktu 3 tahun

3. Tahapan Jangka Panjang (s/d 2028)

Untuk Jangka Panjang (s/d 2028) diharapkan akses air limbah dapat

ditingkatkan menjadi 60%, dengan target cakupan 10% yang dicapai dalam kurun waktu 10 tahun. Disamping itu target cakupan untuk on site komunal tidak lagi

dikembangkan mengingat kecenderungan masyarakat yang lebih dominan memilih teknologi on site individual dan off site komunal.

d. Tahapan Pengembangan Persampahan

Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan

suatu kota atau wilayah merupakan out put dari rangkaian pekerjaan manjemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor

(26)

117

penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan

roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota.

Penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten Bulukumba dilaksanakan

oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dan didukung Kantor Lingkungan Hidup.

Tugas pokoknya adalah penampungan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan, serta mengelola TPA sementara. Kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya

pengelolaan persampahan di Kabupaten Bulukumba saat ini belum memadai.

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu pokok sanitasi

persampahan, permasalahan mendesak sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Bulukumba, sebagai berikut:

 Penambahan Jumlah Timbulan sampah

Penambahan Jumlah penduduk, laju industry dan komsumsi masyarakat secara

umum berdampak pula pada karakteristik dan produksi sampah.

Penambahan secara kuantitas (volume) tidak disertai dengan penambahan jumlah sarana & prasarana persampahan. Sedangkan secara karakteristik sampah,

banyaknya penggunaan sampah plastik, kertas, produk berbahaya (B3) tidak disikapi dengan baik oleh instansi pengelola sampah. Pada skala perkotaan layanan

persampahan cukup tinggi (83,3%), namun pada skala kabupaten cakupan layanan persampahan masih berkisar 6,70 %. Pada skala perdesaan tingkat kesadaran

masyarakat mengenai pengelolaan persampahan yang baik dan ramah lingkungan sangtalah rendah.

 Praktek Pengolahan sampah 3R pada skala kawasan permukiman di perkotaan masih kurang, praktek 3R khususnya komposting lebih banyak dilakukan oleh

instansi/kantor.

 Pada skala perkotaan masih hanya Kota Bulukumba yang dapat dilayani oleh pelayanan pengangkutan sampah secara rutin. Sedangkan untuk pusat-pusat

(27)

118

Bulukumpa, Kawasan Perkotaan Tanah Beru di Kecamatan Bontobahari, Kawasan

Perkotaan Kassi di Kecamatan Kajang dan Kawasan Perkotaa Dannuang di Kecamatan Ujung Loe belum terlayani secara optimal, sehingga masih banyak

masyarakat dengan kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak sehat seperti membakar, membuang dan menimbunya di tempat terbuka dan membuang di

sungai/saluran air di kawasan perkotaan.

 Belum adanya lembaga yang berfungsi sebagai regulator, fungsi pengawasan bukan pada penerapan regulasi/peraturan, namun lebih kepada fungsi monitoring kualitas dan tingkat pencemaran lingkungan karena sampah. Masih lemahnya penindakan

kepada pihak-pihak yang melakukan praktek pengolahan sampah yang mencemari lingkungan.

 SDM (sumber Daya Manusia) belum memadai baik secara kuantitas dan kualitas. Pengadaan teknologi pengolahan sampah, tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan operasioanal bagi instansi operator.

 Perhatian terhadap sector persampahan masih rendah. Walaupun dari ketiga subsektor sanitasi, persampahan mendapatkan porsi dana yang lebih besar namun dari total belanja APBD Daerah tahun 2011, sektor persampahan hanya mendapatkan Rp. 1.670.409.375 (0,67%) dari total Belanja daerah. Rendahnya

penarikan retribusi dari sektor persampahan menyebabkan beban biaya pengelolaan

sampah oleh pemerintah semakin besar.

 Partispasi pihak swasta cukup positif, hal ini dibuktikan dengan Adanya mitra-mitra potensial yang memilki perhatian terhadap pengelolaan persampahan di Kab. Bulukumba seperti penyediaan pengangkut sampah oleh Bank Sul-Sel. Walaupun

program masih dalam cakupan pelayanan persampahan di wilayah perkotaan. Untuk pengolahan sampah oleh swasta masih bersifat individual (pemulung), belum

ada yang berupa badan usaha yang professional dengan orientasi profit yang berminat berinvestasi dalam bidang persampahan

(28)

119

pengelolaan persampahan sesuai dengan visi dan misi daerah serta arah

pengembangan pembangunan Kabupaten Bulukumba.

 Belum optimalnya penangan sampah pasar, B3 dan sampah-sampah medis dari RS dan Puskesmas

 Pemanfatan media komunikasi sebagai alat sosialisasi informasi mengenai pengelolaan persampahan yang baik kepada masyarakat belum optimal.

Penentuan Target pelayanan persamapahan di Kabupaten Bulukumba lebih ditekankan pada pengelolaan sampah perkotaan. Untuk daerah perdesaan

peningkatan layanan persampahan lebih diteankan pada peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Kebutuhan penanganan persampahan dikelompokkan menurut wilayah pelayanan. Dari hasil analisis yang didasarkan pada pengelompokan tersebut maka didapatkan

tahapan pengembangan persambahan sebagai berikut:

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

a. Zona 1 (diberi warna merah ) merupakan area pusat pelayanan tingkat kabupaten

dan kecamata serta Kawasan Permukiman padat & Perdagangan (CBD) yang harus ditangani secara jangka pendek . Zona ini mencakup kawasan perkotaan

PKW, PPK dan PPL, dengan opsi pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA) serta pelayanan

penyapuan jalan (street sweeper) dan pengolahan sampah 3R pada lokasi-lokasi publik (pasar, pusat pertokoan, terminal , tempat wisata, dll).

b. Zona 2, (diberi warna hijau) merupakan area penanganan jangka menengah ke panjang, umumnya berada di area-area peri urban dan bukan fungsi pelayanan jasa dan perdagangan. Pada area ini dikembangkan pengolahan sampah yang

berbasis masyarakat, pemilahan dan pengelolaan sampah berbasis RT

(29)

120 Tabel 7.8 Tahapan Pengembangan Persampahan

NO Sistem Cakupan Layanan Eksisting* (%)

Target Cakupan Layanan* (%)

Jangka Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

a b c d E f

A PENANGANAN LANGSUNG

1 Diangkut ke TPA 0.20 20 40.0 60

B Penanganan Tidak Langsung

1 Dibakar 51 40.00 30.00 0.00

2 Dbuang sembarang Tempat 48.80 30.00 10.00 0.00

C PENANGANAN BERBASIS

MASYARAKAT

1 Pengolahan Sampah 3R 0.00 10.00 20.00 30.00

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk.

e. Tahapan Pengembangan Drainase

Pengembangan sub sektor drainase memerlukan analisis yang tepat untuk menentukan pengembangan sistem sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah.

Berbagai permasalahan mengharuskan pemerintah untuk mengklasifikasikan setiap kawasan ke dalam beberapa zona prioritas agar pengembangan sistem drainase dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan dalam mengatasi permasalahan

drainase lingkungan.

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), permasalahan mendesak sistem

pengelolaan persampahan di Kabupaten Bulukumba, sebagai berikut:

1. Belum adanya data yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat capaian layanan drainase di Kab. Bulukumba.

2. Kondisi topografi daerah Kabupaten Bulukumba yang berbukit-bukit cukup menyulitkan dalam mengadakan suatu perencanaan teknis drainase dalam skala

(30)

121

3. Konstruksi Jaringan Drainase di Kota Bulukumba terbagi atas 2 (dua) yaitu

permanen (sepanjang jalan arteri primer dan local primer di pusat kota) dan konstruksi semi permaenen yang banyak terdapat di daerah perdesaan dan

pinggiran kota.

4. Tidak adanya system pengaman banjir pada Daerah Aliran Sungai Bialo, dan Aliran

Sugai Lajae (Kawasan Perkotaan Kabupaten Bulukumba) sehingga pada musim penghujan terjadi banjir secara rutin tiap tahunnya.

5. Lemahnya sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bulukumba yang terlihat pada lemahnya penyusunan perencanaan, minimnya

penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan prasarana drainase, lemahnya sosialisasi, dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

drainase.

6. Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di

daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik

7. Kondisi fisik drainase yang tidak layak, sebagian besar saluran drainase yang ada belum permanen, sebagian besar mengalami kerusakan, masih berbentuk galian

tanah.

8. Dukungan media komunikasi khususnya media lokal dalam sosialisasi sistem

sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah.

Untuk menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai

dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan/desa, maka disusunlah prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini

disusun berdasarkan beberapa kriteria seleksi yaitu : Kepadatan Penduduk,Klasifikasi Wilayah (Perkotaan atau Perdesaan),Peruntukan Wilayah serta Resiko Kesehatan

Gambar

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kabupaten Bulukumba untuk Bidang Cipta Karya
Tabel 7.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Bulukumba (KSK) berdasarkan RTRW
Tabel. 7.3
Tabel 7.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;  Indikasi Program Utama Perwujudan Pola

org/Ha dan merupakan kawasan Central Business Districts (CDB) dan permukiman. Sesuai dengan penentuan zona sistem perencanaan penyediaan layanan air limbah domestik di

 Penegasan batas fisik kawasan sempadan sungai bangunan oleh Pemerintah Daerah. Untuk menghindari berkembangnya pemanfaatan lahan terbangun di sepanjang sungai yang ada

4 Belum tersedianya sarana dan prasarana air limbah IPAL di Kabupaten Malinau Peningkatan pengelolaan air limbah domestik maupun non domestik Pengembangan jaringan

Rehabilitai, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan permukiman nelayan tradisional dan kawasan peruntukan perikanan Kecamatan Galesong Utara,

1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/K ota (RTRWK) Ada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) Indikasi Program Bidang Cipta Karya 2 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum

Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tata Kelola Pariwisata Good Toursm Governance Pantai Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba adalah tidak berjalan secara maksimal atau belum susuai