Bab 4
Rencana Program
Investasi Infrastruktur
4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Pengembangan Permukiman pada bidang Cipta Karya memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil)
4.1.1. Profil Pembangunan Permukiman
Rumah sebagai fasilitas tempat tinggal penduduk selain berfungsi sebagai sarana berlindung penghuni dari gangguan alam (panas matahari, hujan, angin, binatang dan lain-lain) juga sebagai sarana berkomunikasi baik inter maupun antar keluarga juga berfungsi untuk menaikkan harga diri (prestise) pemilik/ penghuninya.
4.1.1.1. Gambaran Umum Perumahan Kabupaten Banjarnegara
Pada tahun 2011 di wilayah Kabupaten Banjarnegara tercatat dengan jumlah penduduk sebanyak 938.768 jiwa dengan 208.728 kepala keluarga (KK). Salah satu program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan dan permukiman adalah dengan membangun Rumah Sederhana Sehat (RSH) dengan sebaran lokasinya yang ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.1.
Sebaran Lokasi Kawasan Perumahan PNS/ TNI/ Polri Kabupaten Banjarnegara
No Nama Perumahan Lokasi Jumlah Unit
Terhuni
Infrastruktur yang Dibutuhkan
1 Perum Limbangan Baru Sokanandi, Banjarnegara 100
2 Perum Korpri Semarang Semarang, Banjarnegara 200
3 Perum Kalisemi Indah Sokanandi, Banjarnegara 100
No Nama Perumahan Lokasi Jumlah Unit Terhuni
Infrastruktur yang Dibutuhkan
5 Perum Gemuruh Indah Gemuruh, Bawang 1000
6 Perum Wanayasa Indah Wanayasa 95
7 Perum Rejasa Indah Rejasa, Madukara 50
8 Perum Pensiunan ABRI Gumiwang, Purwanegara 65 Air Minum
9 Perum POLRI Ampelsari Ampelsari, Banjarnegara 60
10 Perum Pertambakan Permai Pertambakan, Madukara 52 Air Minum
11 Perum Kebun Gaok Blambangan, Bawang 61 Air Minum, Listrik
12 Perum Argasoka Permai Argasoka, Banjarnegara 36 Air Minum
Sumber: Data dan Informasi Keciptakaryaan, Kabupaten Banjarnegara, 2011
4.1.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman A. Sarana Ruang Terbuka
Tujuan dasar ruang terbuka ini adalah untuk meningkatkan komunitas masyarakat melalui aspek komunikasi publik dan informal yang dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri, misalnya: istirahat, bercengkrama, bermain dan sebagainya. Selain itu, ruang terbuka juga berfungsi sebagai ruang untuk penghawaan pada permukiman tersebut dan menghindari kepadatan hunian. Sebagian besar permukiman di desa/ kelurahan tidak mempunyai ruang terbuka dalam arti yang sebenarnya. Ruang terbuka yang ada berbentuk lapangan olah raga, seperti lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis, lapangan voli dan sebagainya. Ruang terbuka ini dalam keseharian merupakan ruang yang dimanfaatkan hanya sebagai kegiatan olah raga pada hari-hari tertentu saja. Selanjutnya, ruang terbuka tersebut dalam keseharian hanya merupakan ruang yang tidak dapat dimanfaatkan dalam kegiatan diluar kegiatan olah raga. Selain itu, beberapa sarana tersebut adalah hanya dapat digunakan untuk kegiatan olah raga saja dan tidak dapat digunakan kegiatan lainnya oleh masyarakat umum.
B. Sarana Peribadatan
Tersedianya sarana peribadatan seperti Masjid, Gereja Katholik, Protestan, dan Vihara/ Pura memberi gambaran di Kabupaten Banjarnegara terdapat kelompok masyarakat yang memeluk agama Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha. Kondisi yang demikian memberi simpulan bahwa di wilayah perencanaan terdapat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
C. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan di Kabupaten Banjarnegara tercermin dari tersedianya jumlah rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, puskemas, toko obat, laboraturium dan apotik.
4.1.1.3. Aspek Pendanaan
Dalam pembangunan perumahan dibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, karena dalam pembangunan perumahan dibutuhkan komponen pendanaan pembangunan, maliputi:
1. KRK (Keterangan Rencana Kota), Ijin Sertifikasi (ijin notaris, ijin kepada pihak BPN, dll), Ijin Lokasi, Ijin Mendirikan Bangunan, Ijin Penggunaan Bangunan dan Pajak.
2. Perencanan Pembangunan Permukiman
Pihak pembangunan sebelum melakukan pekerjaan pembangunan terlebih dahulu melakukan studi – studi terhadap pembangunan tersebut yang dikaitkan dengan studi kelayakan, studi tentang peruntukkan lahan dan studi tentang lahan itu sendiri hingga pada proses perencanaan perumahan.
3. Pembebasan Lahan
Dalam pembebasan lahan, pihak pembangunan membeli lahan kepada masyarakat yang memiliki atau kepada pihak negara. Proses pembebasan lahan ini juga membutuhkan waktu dari proses pengajuan pembelian lahan hingga persetujuan dari masyarakat pemilik lahan. Pendanaan yang dikeluarkan oleh pihak pembangun tidak hanya untuk pembelian lahan saja tapi pendanaan yang menyangkut pihak – pihak yang terkait.
4. Pematangan lahan untuk penetapan kapling siap bangun
Apabila seluruh lahan telah dibebaskan sesuai perencanaan awal, maka pihak pembangun melakukan penggusuran, penyelarasan lahan sesuai dengan peruntukannya (hunian, fasilitas sosial, maupun fasilitas umum).
5. Pembangunan infrastruktur lingkungan dan fasilitas sosial
Pembangunan infrastruktur lingkungan berupa jalan, drainase, listrik, telepon, dan lain – lain. Sedangkan fasilitas sosial berupa taman, kantor, lapangan olah raga dan lain – lain.
6. Pemeliharaan pasca huni
Pasca huni membutuhkan pembiayaan dalam rangka pemeliharaan rumah dan lingkungan.
Dengan besarnya pendanaan yang dikeluarkan oleh pihak pembangun akan berdampak kepada nilai jual perumahan yang telah dibangun oleh pihak pembangun. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap kemampuan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Kendala yang timbul oleh masyarakat dalam mengadakan pendanaan pembangunan perumahan, yaitu:
1. Kemampuan daya beli masyarakat yang rendah terhadap harga jual perumahan. 2. Masyarakat berpenghasilan rendah tidak mempunyai agunan untuk mengajukan
kredit ke pihak perbankan.
3. Pihak perbankan tidak mau mengeluarkan perijinan kepada pihak yang tidak berbadan hukum, apabila masyarakat menggunakan kelompok masyarakat sebagai pihak penjamin.
4.1.1.4. Aspek Kelembagaan
Untuk membantu memecahkan masalah serta melaksanakan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah, Pemerintah perlu dibentuk lembaga untuk pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman daerah.
A. Tugas kelembagaan pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman daerah sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman sebagaimana yang mencakup tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan hasil pembangunan melalui langkah – langkah serta tindakan penertiban terhadap pelaksanaan:
a. Perwujudan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disahkan, melalui alokasi pemanfaatan tanah, khususnya untuk pembangunan perumahan dan permukiman.
b. Penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri serta pembangunan perumahan di luar kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri yang telah ditetapkan.
c. Penerapan konsep pembangunan lingkungan hunian berimbang serta terciptanya subsidi silang, yang pedoman rincinya diberikan oleh BKP4N. d. Pembangunan dan pengelolaan prasarana lingkungan, sarana lingkungan dan
utilitas umum.
e. Pemberian bantuan kemudahan agar terwujud kelancaran pembangunan perumahan dan permukiman.
f. Penerapan kebijaksanaan, peraturan perundang – undangan dan pedoman teknik yang telah ditetapkan.
g. Pengkoordinasian pemantauan pelaksanaan perizinan pembangunan yang telah diberikan kepada para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman.
h. Usaha mendorong dan mendukung pembangunan baru dan perbaikan serta peningkatan kualitas perumahan dan permukiman oleh swadaya masyarakat. i. Pemasyarakatan dan pengembangan pembangunan rumah susun di daerah
perkotaan serta usaha mendorong peningkatan peran usaha mendorong peningkatan peran serta masnyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
j. Penerapan serta pengembangan teknologi tepat guna dan pemanfaatan bahan bangunan setempat.
2. Membantu memasyarakatkan dengan melakukan:
a. Perwujudan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disahkan, melalui alokasi pemanfaatan tanah, khususnya untuk pembangunan perumahan dan permukiman.
b. Pemberian informasi kepada masyarakat tentang peluang – peluang dan kemudahan – kemudahan (misal: perkreditan) yang diciptakan pemerintah di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
3. Mendorong kemampuan dan ketrampilan warga masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah, untuk memiliki dan/ atau menghuni rumah layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur.
4. Menetapkan langkah dan tindakan kepada para pelaku pembangunan yang menyimpang, sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. B. Tata Kerja Lembaga Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Daerah sebagai berikut:
1. Lembaga memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Gubernur dalam menyelenggarakan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman.
2. Lembaga melakukan pembinaan kepada Badan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah dalam melaksanakan kebijaksanaan perumahan dan permukiman di daerah.
3. Lembaga membina hubungan dengan instansi terkait, sesuai dengan bidang permasalahannya.
4. Lembaga melakukan kerja sama dengan memberikan masukan kepada badan – badan koordinasi lain yang terkait, seperti badan – badan koordinasi yang menangani masalah tata ruang dan otonomi daerah.
5. Lembaga Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah bekerjasama dan memberikan masukan kepada badan – badan koordinasi lain yang terkait, seperti badan kordinasi yang menangani masalah tata ruang.
Kelembagaan ini secara umum mempunyai peran penting dalam mengatur, mengarahkan dan mengendalikan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah. Hal ini diperlihatkan pada struktur organisasi yang dibentuk langsung dipimpin oleh Walikota dan beranggotakan kepala dinas yang terkait. Struktur organisasi ini mengandung tujuan agar permasalahan perumahan dan permukiman di daerah dapat dikendalikan secara sistematis dan terarah. Melihat struktur organisasi badan ini yang langsung diketuai oleh seorang walikota memperhatikan urgenitas permasalahan perumahan dan permukiman yang menjadi prioritas utama, karena terkait dengan kehidupan yang layak penduduk terhadap kebutuhan primernya, yaitu papan.
Ditinjau dari realitas di lapangan, badan tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan meskipun mempunyai kelembagaan yang langsung diketuai oleh Walikota. Kendala ini terjadi karena struktur tersebut tidak mempunyai kewenangan dalam menangani permasalahan secara langsung.
4.1.2. Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan yang dihadapi dalam bidang perumahan dan permukiman adalah kebutuhan akan penyediaan perumahan dalam rangka untuk memenuhi permintaan akan rumah sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk.
Kabupaten Banjarnegara menurut hasil proyeksi pertambahan penduduk pada tahun 2013 menunjukkan angka 951.097 jiwa dan sampai tahun 2017 proyeksi jumlah penduduk 976.334 jiwa dengan asumsi bahwa tiap rumah akan dihuni oleh 4 jiwa.
Salah satu permasalahan juga terkait dengan penyediaan perumahan dan permukiman yang aman dan representatif untuk warga masyarakat pada kawasan rawan bencana untuk relokasi. Pengembangan kawasan permukiman diikuti dengan sarana dan prasarana permukiman baik untuk relokasi kawasan rawan bencana dan kawasan permukiman kumuh di perkotaan.
4.1.3. Usulan Prioritas Program Pembangunan Permukiman
Infrastruktur permukiman yang dapat diusulkan terdiri dari jalan lingkungan, jalan masuk kompleks, jaringan air bersih, sanitasi dan air bersih. Untuk saat ini baru tersusun 5 (lima) kecamatan saja yang memberikan usulan sistem infrastruktur permukiman. Kecamatan – kecamatan tersebut antara lain kecamatan: Banjarnegara, Bawang, Banjarmangu, Madukara, dan Sigaluh. Secara lebih lengkap usulan sistem infrastruktur permukiman ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Usulan dan prioritas program pembangunan prasarana dan sarana permukiman di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Tabel IV.3.
Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana PermukimanKabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Tahun Anggaran
2013 2014 2015 2016 2017 I PENGEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN PERKOTAAN
1 Peningkatan Kualitas Permukiman
a. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Kota
Banjarnegara
b. Penyusunan Peta Wilayah Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan;
Kota
Banjarnegara
c. Penyediaan Prasarana dan Sarana Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarnegara II PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN 1 Pembangunan/ Peningkatan
Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial di Kawasan Raja Purbawa;
2 Fasilitasi Penyusunan SPPIP Skala
Kabupaten
3
Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sehat Hunian (RSH) Relokasi Pasca Bencana
- Studi Penelitian tempat daerah rawan bencana
- Peningkatan jalan desa - Saluran air hujan - Prasarana air minum
Ds. Kalitlaga Kec. Pagentan Kec. Kalibening Kec. Wanayasa Kec. Banjarmangu Kec. Pandanarum
4 Penyediaan Prasarana dan Sarana
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Tahun Anggaran
2013 2014 2015 2016 2017 Berpenghasilan Rendah (MBR)
- Penyediaan infrastruktur untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI-Polri/pekerja - Pemberdayaan komunitas untuk pembiayaan Mikro Perumahan
5 Pengembangan Prasarana dan Sarana Sub Terminal Agrobisnis Karangkobar di Kawasan Agropolitan JAKABAYA
Desa Leksana Kec. Karangkobar
6 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pendukung Kegiatan Ekonomi dan
Sosial Wilayah
Sumber: Analisis Penyusun, 2012
Perkiraan biasa dan penganggaran prioritas proyek pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Tabel IV.4.
Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Volume Satuan
Harga (.000) Total Anggaran (.000) I PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN 1 Peningkatan Kualitas Permukiman a. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Banjarnegara 1 Paket 550.000 550.000 b. Penyusunan Peta Wilayah
Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan;
Kota
Banjarnegara 1 Paket 150.000 150.000
c. Penyediaan Prasarana dan Sarana Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarnegara 14 Paket 570.588 9.700.000 II PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN 1 Pembangunan/ Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial di Kawasan Raja Purbawa;
Kawasan
Rajapurbawa 9 Paket 893.444 8.041.000
2 Fasilitasi Penyusunan SPPIP
Skala Kabupaten Kab.
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Volume Satuan Harga (.000) Total Anggaran (.000) 3
Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sehat Hunian (RSH) Relokasi Pasca Bencana
- Studi Penelitian tempat daerah rawan bencana
- Peningkatan jalan desa - Saluran air hujan - Prasarana air minum
Ds. Kalitlaga 2 Paket 337.500 675.000 Kec. Pagentan 1 Paket 800.000 800.000 Kec. Kalibening 7 Paket 975.000 6.825.000 Kec. Wanayasa 1 Paket 800.000 800.000 Kec. Banjarmangu 1 Paket 800.000 800.000 Kec. Pandanarum 1 Paket 800.000 800.000
4 Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sehat Hunian (RSH) untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kab.
Banjarnegara 11 Paket 672.727 7.400.000 - Penyediaan infrastruktur untuk
pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI-Polri/pekerja - Pemberdayaan komunitas
untuk pembiayaan Mikro Perumahan
5 Pengembangan Prasarana dan Sarana Sub Terminal Agrobisnis Karangkobar di Kawasan Agropolitan JAKABAYA Desa Leksana Kec. Karangkobar 1 Paket 950.000 950.000
6 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial Wilayah
Kab.
Banjarnegara 8 Paket 893.750 7.150.000 Sumber: Analisis Penyusun, 2012
4.2. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 4.2.1. Petunjuk Umum
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Ruang Lingkup tata bangunan gedung dan lingkungan adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, pembinaan, dan standarisasi teknis bangunan gedung termasuk
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Banjarnegara antara lain:
Peran dan fungsi Kabupaten Banjarnegara
Rencana pembangunan Kabupaten Banjarnegara
Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten Banjarnegara, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,
Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
Dalam penyusunan peraturan harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota,
Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,
Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, mulai pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.
Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia, Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan
lingkungan pada kota bersangkutan,
Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,
Sumber pendanaan dari pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta, Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,
Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,
Safeguard sosial dan lingkungan,
Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Pelaksanaan bidang pembangunan dan lingkungan banyak yang belum menindaklanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari:
1. Belum memiliki atau melembagakan institusi/ kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;
2. Belum adanya pelaksanaan pendataan bangunan gedung;
3. Kabupaten belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;
4. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;
5. Masih banyak pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
6. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten;
7. Masih banyak pelaksanaan pembangunan lingkungan permukiman yang belum berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
Kementerian Pekerjaan Urnum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran 2013-2017, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten Banjarnegara. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.
4.2.2. Penataan Bangunan
Penyelenggaraan Penataan Bangunan dilakukan melalui tahapan kegiatan yaitu : 1. Identifikasi Penataan Bangunan (IPB)
Ruang lingkup pekerjaan identifikasi penataan bangunan meliputi pengumpulan data secara menyeluruh dan rinci dari suatu kawasan, penelaahan potensi dan arah perkembangannya.
Kegiatan Identifikasi penataan bangunan dilakukan dengan penentuan skala prioritas tingkat kebutuhan yang perlu diatur sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan suatu kawasan yang telah ditentukan.
Keluaran yang dihasilkan oleh kegiatan identifikasi penataan bangunan berupa penilaian kondisi kawasan serta penilaian alternatif lokasi-lokasi yang dapat diusulkan untuk ditindaklanjuti dengan kegiatan Rencana Penataan Bangunan.
2. Rencana Penataan Bangunan
Lingkup pekerjaan penyusunan Rencana Penataan Bangunan meliputi:
Perumusan kebijaksanaan penanganan penataan bangunan secara nasional oleh pemerintah pusat yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi aparat pemerintah kota/kabupaten dalam menentukan prioritas wilayah yang ditangani.
Kegiatan rencana penataan bangunan dilakukan dengan penyusunan persyaratan perancangan fisik kawasan khususnya pada kawasan-kawasan dengan tingkat ”Pengendalian Ketat” agar dicapai suatu perkembangan pembangunan yang meningkatkan kualitas, keselarasan serta kenyamanan lingkungan/kawasan.
Kegiatan rencana penataan bangunan dilakukan dengan menyusun peraturan dalam bentuk rencana lingkungan (urban design guidelines) untuk suatu wilayah/ kawasan dalam skala 1 : 5000, 1 : 1.000 atau skala yang lebih besar dengan areal pengamatan sesuai hasil identifikasi atau seluas kurang lebih lima hektar atau lebih untuk kawasan yang secara kesatuan memiliki kekhususan.
Keluaran yang dihasilkan oleh kegiatan Rencana Penataan Bangunan pada tingkat operasional berupa pengaturan pola rancangan penataan bangunan pada lokasi yang telah ditentukan dan tingkat kebijakan berupa pengendalian pengembangan lingkungan yang diarahkan berdasarkan rencana penataan bangunan.
3. Pedoman Penataan Bangunan (PPB)
Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan adalah penyusunan pedoman sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan baik dalam bentuk tulisan ataupun gambar desain sarana dan fasilitas lingkungan. Kegiatan pedoman penataan bangunan dilakukan dengan menyusun pengaturan dalam bentuk pedoman perancangan fisik wilayah/ kawasan (urban design brief).
Keluaran yang dihasilkan oleh kegiatan ini berupa arahan detail Rancangan Tata bangunan dan Lingkungan pada kawasan/ wilayah tertentu, sebagai pengendaliannya untuk tahap perizinan dilokasi yang dibuat Pedoman Penataan Bangunan.
4.2.3. Permasalahan Penataan Bangunan
Permasalahan pada Bangunan Gedung adalah sebagai berikut: 1. Kurang ditegakkanya aturan keselamatan Bangunan Gedung
2. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah 3. Rendahnya kualitas pelayanan publik dan perizinan Bangunan Gedung 4. Adanya kelembagaan Bangunan Gedung yang belum efektif dan efisien
5. Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme
6. Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedung.
Permasalahan pada Bangunan Gedung Negara adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara kurang tertib dan efisien 3. Adanya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
4.2.4. Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kabupaten Banjarnegara dalam penataan bangunan dan lingkungan masih jauh tertinggal dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sudah banyak memiliki peraturan bangunan gedung dan lingkungan. Kabupaten Banjarnegara belum memiliki Identifikasi Penataan Bangunan apalagi peraturan Bangunan Gedung.
Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah mewujudkan pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
4.2.5. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Banjarnegara secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas.
Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana.
4.2.5.1. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Peraturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, maka disyaratkan harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.
Beberapa daerah kawasan di Kabupaten Banjarnegara memang telah memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL yang ada belum disahkan yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/ kawasan. Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.
Sasaran yang ingin dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya penyelenggaraan keterpaduan pengembangan infrastruktur dan penatan ruang kawasan yang berdaya guna dan berhasil guna serta terciptanya sinkronisasi berbagai kegiatan penataan ruang wilayah/ kawasan.
4.2.6. Permasalahan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Berdasarkan kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Banjarnegara, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:
a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan
b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran c. Belum tersedianya ruang terbuka hijau
d. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh e. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum
tertanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)
f. Belum adanya penataan yang tepadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan. 2) Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang
berwenang terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
3) Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan aglomerasi perkotaan Kabupaten Banjarnegara sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten/kota.
2. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut :
1) Saat ini terdapat banyak bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara, rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak terencana, tertata dan terkendali. Di samping itu pula bencana gempa bumi yang melanda beberapa tahun yang lalu banyak menghancurkan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut dan akhirnya terjadi perubahan fungsi ruang dan bangunan pada masa rekonstruksi.
2) Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka hijau akibat pemabngauan gedung yang tidak terencana semakin menurunkan kuantitas dan kulaitas sarana lingkungan tersebut.
3) Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.
4) Belum terkelolanya sarana parkir, reklame dan bis transmisi system (BTS) menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.
5) Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras.
4.2.7. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.2.7.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Setelah mengetahui beberapa permasalahan di atas selanjutnya dilakukan analisis permasalahan dengan kerangka fikir analisis yaitu :
1. Mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi 2. Mengetahui urgensitas permasalahan
3. Menawarkan solusi alternatif pemecahan masalah (rekomendasi)
Dari tiga aspek permasalahan di atas maka dapat dianalisis penyebab permasalahan sebagai berikut :
1. Bidang Bangunan Gedung a. Tata Bangunan Gedung
Permasalahan yang muncul pada penataan bangunan yang tidak tertib karena belum memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan(RTBL) yang lengkap terutama pada kawasan-kawasan perkotaan. Salah satu bentuk ketidak tertiban ini adalah munculnya overlapping pada fungsi lahan di perkotaan. Di sisi yang lain permasalahan kota terus berkembang dan semakin kompleks sehingga menuntut adanya penataan baik pada bangunan maupun lingkungan kota. Pertumbuhan kawasan yang sangat cepat, sehingga menuntut penataan kawasan yang serasi melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Di samping itu adanya penataan bangunan dan lingkungan secara baik dan terkendali dapat mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya penggunaan untuk usaha-usaha informal.
Adapun permasalahan tentang belum adanya penegakan hukum pada tata bangunan gedung disebakan karena hampir seluruh RTBL yang telah disusun belum mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang, yaitu Pemerintah Kota dan DPRD setempat sehingga belum dapat dijadikan acuan dan landasan hukum pelaksanaan penataan ruang, bangunan dan lingkungan. Ini juga dapat menyebabkan lemahnya fungsi kontrol pemerintah terhadap persyaratan bangunan dan penataan lingkungan kota. Lamanya proses pengesahan ini diakibatkan panjangnya proses pengkajian dan pembahasan draft RTBL sampai pada tingkat Pemerintah Kota.
b. Proteksi Kebakaran
Permasalahan lain yang dihadapi adalah tidak tertangani bencana kebakaran secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan pemukiman. Ini disebabkan karena semua kabupaten/kota hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhansarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung.
2. Bidang penataan lingkungan a. Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh merupakan fenomena yang sering muncul di daerah perkotaan. Di daerah perkotaan, kondisi ini tidak lepas dari ketidakseimbangan pendapatan perekonomian masyarakat kota dan desa sehingga memunculkan arus perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan ini tidak diimbangi dengan penataan ruang perkotaan yang baik dan peningkatan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini mendukung munculnya daerah-daerah kumuh perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan, faktor kemiskinan dan ketidakpahaman masyarakat pedesaan terhadap pola hidup sehat memicu munculnya kawasan permukiman kumuh dan tidak layak huni perdesaan. Bila dianalisis maka kemiskinan ini disebabkan beberapa faktor yaitu: kurangnya kebutuhan dasar; tidak mempunyai usaha produktif; tidak mempunyai keterampilan; tidak mempunyai modal dan daerah tertinggal, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan daerah yang kurang produktif.
Selama ini berbagi program penanganan penaggulangan kemiskinan oleh berbagai pihak masih secara parsial dan terkesan kurang komprehensif dan terpadu.
b. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Jalan
Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota yang diakibatkan perubahan fungsi lahan sehingga membutuhkan penanganan yang cepat terhadap pengadaan dan penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya citra kawasan kota. Ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pengendalian pemanfaatan ruang terbuka kota , tata bangunan dan lingkungan. Keberadaan ruang terbuka kota sangat dibutuhkan karena mempunyai fungsi :
1. media dan sarana sosial, misalnya sebagai ruang berkumpulnya individu-individu masyarakat untuk kegiatan-kegiatan informal
2. estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.
3. Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta daerah resapan kota.
Selain itu pula kondisi jalan dan lingkungan belum tertata secara baik karena tidak ada perencanaan yang detail terhadap penataan lingkungan jalan khususnya taman jalan. Akibatnya beberapa sarana lingkungan jalan seperti taman sebagai pendukung fungsi jalan tidak terfungsikan secara baik. Dengan adanya pengadaan taman jalan yang terdiri pohon-pohon pelindung dan sarana taman lainnya dapat membantu memberikan fungsi :
1. lingkungan, yaitu menyerap polusi udara jalan dan mengurangi panas bumi 2. estetika, yaitu menciptakan suasana indah dan asri/sejuk ruangdan dapat
meningkatkan citra kawasan
3. kenyamanan pengguna jalan, yaitu peneduhan
Untuk pemeliharaan taman jalan sampai saat belum dimiliki tenaga operasional yang handal di bidang perawatan taman jalan beserta sarana pendukung operasionalnya menyebabkan sarara lingkungan jalan yang telah ada mudah rusak dan tidak terawat.
c. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Keberadaan kos-kosan yang tidak tertata memancing meningkatnya jumlah PKL sehingga lokasi PKL tidak tertata dan sering menggunakan ruang publik yang memiliki dampak negatif pada pembangunan Oleh karena itu perlu dilakukan penataan PKL dengan terlebih dahulu melakukan studi karakteristik PKL dan dampaknya terhadap pembangunan.
Sampai saat ini penataan PKL oleh pemerintah daerah sering dilakukan secara sporadis bahkan represif tanpa didasari dengan perencanaan yang matang dan didasari pedoman penataan yang baku.dan tawaran solusi yang tetap menjaga eksistensi usaha informal. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman penataan usaha PKL yang terpadu dan dapat dijadikan landasan bersama baik pemerintah daerah maupun PKL itu sendiri. Di samping itu kondisi bentuk bangunan usaha PKL yang tidak rapi dan cenderung kumuh sering ditinggalkan oleh PKL setelah bekerja. Kondisi bangunan yang tidak fleksibel dan sangat mengganggu/memenuhi ruang publik menyebabkan bangunan usaha PKL tidak dapat ditata dengan baik. PKL membutuhkan bangunan usaha yang lebih fleksibel dan ramah lingkungan. Penggunaan ruang publik oleh PKL ini karena tidak tersedianya lahan-lahan untuk usaha informal seperti PKL dan bentuk bangunan usaha PKL yang tidak fleksibel. Akhirnyat PKL cenderung tidak tertib dan mengeksploitasi ruang publik. Sehingga dibutuhkan penertiban PKL pada semua aspek.
Dengan alasan untuk mendekati konsumennya PKL sering menempatkan usahanya di sepanjang Jalan Protokol Kota sehingga menghilangkan citra kawasan dan mengganggu pemandangan ketertiban jalan-jalan tersebut terutama bila ada kunjungan tamu pemerintahan atau wisatawan.dan hal ini melanggar Perda Jalan. Salah satu kesulitan dalam menata PKL adalah dikarenakan mental PKL yang cenderung tidak mau ditata, mau menguasai secara penuh lahan publik yang ada dan tidak memiliki modal yang memadai untuk usaha, sering menyebabkan PKL mengambil jalan pintas dan ilegal dalam menjalankan usahanya. Perilaku itu tercermin perolehan lahan untuk usaha dengan cara dalam jual beli kapling ilegal, penggunaan sarana listrik dan pembayaran restribusi yang ilegal. Di sisi lain PKL juga sering tidak memahami pentingnya kebersihan dan perawatan lingkungan membuat usaha PKL cenderung kumuh dan tidak ramah lingkungan.
4.2.7.2. Rekomendasi
a. Penataan Bangunan Gedung
1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum memilikinya.
2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun.
4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan hukum di bidang penataan bangunan dan lingkungan.
5. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
b. Penataan Lingkungan 1. Permukiman Kumuh
Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan con block, pembuatan talud dan lain-lain.
2. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan
a Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat diketahui pola, tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota tiap kabupaten/ kota
b Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka hijau sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota
c Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan pengadaan ataupun penambahan sarana pendukung perawatan taman jalan. Keberadaan tenaga opersional dibidang perawatan taman jalan harus ditunjang dengan sarana pendukung perawatan, misalnya mobil penyiram tanaman, mesing pemotong rumput dll.
3. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Protokol Kota. Namun demikian relokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PKL dan tidak semakin membebani usaha PKL
b. Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik
c. Diperlukan pembinaan oleh pemerintah daerah setempat melalui jalur kelembagaan PKL misalnya koperasi atau paguyuban yang memberikan berbagai macam pelatihan dan penyuluhan.
4.2.8. Usulan dan Prioritas Program Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Daftar program dan kegiatan yang direncanakan dalam rangka pengembangan sektor penataan bangunan lingkungan ditampikan pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.5.
Usulan dan Prioritas Program Penataan Bangunan Lingkungan Kabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Tahun Anggaran
2013 2014 2015 2016 2017
I Program Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman Tradisional dan Bersejarah
Kegiatan Fisik Lanjutan Tradisional Batik Gumelem (Tahap II)
Ds. Gumelem Wetan II Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana
bangunan gedung negara dan bersejarah
1 Pemeliharaan/ Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Bersejarah
Kec. Batur Kota Banjarnegara 2 Pembangunan Prasarana dan Sarana Aksesbilitas
pada Bangunan Gedung Kabupaten
Kota Banjarnegara
III Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Penataan dan Revitalisasi Kawasan
1 Pembangunan Fisik RTBL Purwareja Klampok Klampok 2
Penyusunan RTBL dan DED Kota Banjarnegara Kota Banjarnegara 3 Pembangunan Fisik RTBL Kota Banjarnegara Kota
Banjarnegara 4 Peningkatan Prasarana dan Sarana untuk
Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Kawasan Dieng IV Program Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
1. Pengembangan RTH Perkotaan a) Penyusunan Masterplan RTH; b) Penyusunan DED RTH; dan
c) Penyusunan Peta Hijau Kota Banjarnegara
Kota Banjarnegara
2. Pembangunan Fisik RTH Kota Banjarnegara Kel. Semampir V Fasilitasi Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK)
1 Penyusunan RISPK Kabupaten Banjarnegara Kab. Banjarnegara 2
Kegiatan Fisik RSIPK Kabupaten Banjarnegara Kab. Banjarnegara VI Penguatan Kelembagaan
Pelatihan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kab. Banjarnegara Sumber: Analisis Penyusun, 2012
Pembiayaan program dan kegiatan yang direncanakan dalam rangka pengembangan sektor penataan bangunan lingkungan ditampikan pada tabel di bawah ini
Tabel IV.7.
Pembiayaan Proyek Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Volume Satuan
Harga Satuan (Dlm Ribuan Rupiah) Total Anggaran (Dlm Ribuan Rupiah)
I Program Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman Tradisional dan
Bersejarah
Kegiatan Fisik Lanjutan Tradisional Batik Gumelem (Tahap II)
Ds. Gumelem
Wetan 1 Paket 1.620.000 1.620.000
II Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana bangunan gedung negara dan bersejarah
1 Pemeliharaan/ Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Bersejarah
Kec. Batur
5 Paket 350.000 1.750.000 2 Pembangunan Prasarana dan Sarana
Aksesbilitas pada Bangunan Gedung Kabupaten
Kota
Banjarnegara 6 Paket 300.000 1.800.000
III Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Penataan dan Revitalisasi Kawasan
1 Pembangunan Fisik RTBL Purwareja Klampok
Klampok
1 Paket 1.500.000 1.500.000 2 Penyusunan RTBL dan DED Kota
Banjarnegara
Kota
Banjarnegara 1 Paket 1.000.000 1.000.000 3 Penataan dan Revitalisasi/
Pembangunan Fisik RTBL Kota Banjarnegara
Kota
Banjarnegara 3 Paket 2.200.000 6.600.000 4 Peningkatan Prasarana dan Sarana
untuk Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Kawasan
Dieng 1 Paket 1.650.000 1.650.000
IV Program Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
1. Pengembangan RTH Perkotaan a) Penyusunan Masterplan RTH; b) Penyusunan DED RTH; dan c) Penyusunan Peta Hijau Kota
Banjarnegara
Kota Banjarnegara
1 Paket 630.000 630.000
2. Pembangunan Fisik RTH Kota Banjarnegara
Kel.
Semampir 1 Paket 1.500.000 1.500.000
V Fasilitasi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
1 Penyusunan RISPK Kabupaten Banjarnegara
Kab.
Banjarnegara 1 Paket 300.000 300.000 2 Kegiatan Fisik RSIPK Kabupaten
Banjarnegara
Kab.
Banjarnegara 1 Paket 1.700.000 1.700.000
VI Penguatan Kelembagaan
Pelatihan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kab.
Banjarnegara 4 Paket 350.000 1.400.000
Total 16.280.000
4.3. RENCANA INVESTASI PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 4.3.1. Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah
4.3.1.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah
Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondidi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukimann (municipal wastetare) yang terdiri dari limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari sisa mandi, cuci dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah dari industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.
4.3.1.2. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Jumlah Produksi Limbah Sistem Pengelolaan
Rumah Tangga Limbah
1 Banjarnegara 5.100 m3/ hari Tradisional Dibuang ke selokan/ sungai
No Kecamatan Keterangan
Kapasitas Tahun Mulai Operasi dan Jumlah dan Persentase Pengolahan Kelayakan IPAL / IPLT Penduduk Terlayani
1 Desa Mantrianom IPLT 10 m3/ hari Tahun 1997, tidak layak 52.572
Kec. Bawang 75%
No Desa/ Kecamatan IPAL/ IPLT
4.3.1.3. Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Air Limbah
Permasalahan jaringan permbuang air limbah (kotor) belum membudaya di masyarakat Kabupaten Banjarnegara, terutama di wilayah perdesaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk masa mendatang perlu adanya:
1. Sosialisasi teknik dan sistem pembuangan air kotor dan memberikan percontohan tentang sistem pembuangan air kotor yang benar khususnya untuk daerah perdesaan.
2. Membuang sistem jaringan air kotor di tempat yang membutuhkan atas usulan masyarakat setempat.
Dalam kaitannya dengan topografi wilayah yang sangat bervariasi maka sistem sumur peresapan keluarga diterapkan di daerah yang relatif datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 5 %. Untuk daerah dengan kemiringan 5 % ke atas dengan sistem jaringan rioolering dengan kemiringan saluran minimal 2,50 %.
4.3.1.4. Usulan dan Prioritas Program
Usulan dan prioritas program sub bidang air limbah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Tabel IV.8.
Usulan dan Prioritas Program Sub Bidang Air Limbah Kabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Tahun Anggaran
2013 2014 2015 2016 2017 I Penguatan Kelembagaan dan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
1 Diklat Peningkatan SDM Pengelola Air Limbah
Kab.
Banjarnegara
2 Monev Kinerja Pengembangan
Pengelolaan Air Limbah
II Bantek, Bintek dan Pendampingan
SSK Pengelolaan Air Limbah
1 Master Plan Pengelolaan Air Limbah
Kab.
Banjarnegara
DED Pengelolaan Air Limbah Kab.
Banjarnegara
III Pengembangan Pengelolaan
Sanitasi Sistem On-Site
1 Pembangunan IPAL Komunal dengan Perpipaan Skala Kawasan Permukiman (SLBM) Kab. Banjarnegara 2 Sanimas Kab. Banjarnegara 3 Pembangunan MCK++ di Kawasan Padat Permukiman Ds. Semarang
4 Pembangunan Sarana Sanitasi Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah
IV Pengembangan Pengelolaan
Sanitasi Sistem Off Site
1 Pembangunan IPLT Terpusat Skala
Kawasan Kota Banjarnegara Desa Winong
Pembiayaan pengelolaan sub bidang air limbah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Tabel IV.9.
Pembiayaan Pengelolaan Program Sub Bidang Air Limbah Kabupaten Banjarnegara
No Uraian Rencana Kegiatan Lokasi Volu
me Satuan Harga Satuan (Dlm Ribuan Rupiah) Total Anggaran (Dlm Ribuan Rupiah) I Penguatan Kelembagaan dan
Kapasitas Sumber Daya Manusia
1 Diklat Peningkatan SDM Pengelola Air Limbah
Kab. Banjarnegara 4 Paket 50.000 200.000 2 Monitoring Kinerja Pengembangan Pengelolaan Air Limbah 4 Paket 50.000 200.000
II Bantek, Bintek dan Pendampingan SSK Pengelolaan Air Limbah
1 Master Plan Pengelolaan Air Limbah
Kab.
Banjarnegara 1 Paket 330.000 330.000
DED Pengelolaan Air Limbah Kab.
Banjarnegara 1 Paket 330.000 330.000
III Pengembangan Pengelolaan
Sanitasi Sistem On-Site
1 Pembangunan IPAL Komunal dengan Perpipaan Skala Kawasan Permukiman (SLBM) Kab. Banjarnegara 21 Paket 325.119 6.848.500 2 Sanimas Kab. Banjarnegara 15 Lokasi 400.000 6.000.000 3 Pembangunan MCK++ di
Kawasan Padat Permukiman Ds. Semarang 2 Paket 250.000 500.000 4 Pembangunan Sarana Sanitasi
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kab.
Banjarnegara 2 Paket 400.000 800.000
IV Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistem Off Site
1 Pembangunan IPLT Terpusat Skala Kawasan Kota
Banjarnegara
Desa Winong 1 Paket 1.500.000 1.500.000
JUMLAH 16.708.500
Sumber: Analisis Penyusun, 2012
4.3.2. Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan 4.3.2.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan
Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada Renstra Dep. PU (2009-20014),
Renstra SKPD, dan RPJMD. Pemograman harus mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra di pusat maupun daerah dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pengembangan daerah.
Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN 2009-2014 yaitu (1) meningkatkan jumlah sampah terangkut; (2) meningkatkan kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan pada semua kota metropolitan, kota besar dan sedang. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2009-2014, dapat dilakukan meliputi:
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan. 3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.
Sasaran utama yang hendak dicapai yaitu (1) pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk; (2) pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%; (3) tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota metropolitan dan besar serta controlled landfill untuk kota sedang dan kecil serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.
4.3.2.2. Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Rencana Kabupaten Kota
Dalam RPJMD Kabupaten Banjarnegara 20011-2016. Terdapat sasaran meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan indikator sasaran cakupan layanan sampah perkotaan dan perdesaan.
Pengelolaan sampah diserahkan kepada masyarakat. Sedang pemerintah kabupaten melakukan :
1. Pembinaan dan pemantauan kepada :
- masyarakat yang mengelola sampah secara mandiri
- masyarakat yang mengelola sampah bekerja sama dengan swasta
- masyarakat dan /atau swasta sebagai penyedia jasa layanan persampahan
2. Pembinaan, pemantauan dan penyediaan jasa kepada masyarakat yang tidak mampu mengelola sampahnya secara mandiri dan memerlukan pelayanan jasa pengangkutan.
4.3.2.3. Gambaran Umum Pengelolaan Persampahan Saat Ini
Gambaran umum pengelolaan persampahan saat ini di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pelayanan
- Jumlah penduduk terlayani 56.851 jiwa
- Cakupan penduduk terlayani 15 % penduduk
- Total timbunan sampah 130 m³ / hari
- Total sampah terangkut 46,5 m³ / hari
2. Kondisi kapasitas pelayanan
- Kapasitas Pengangkutan 62 M³ / hari (jumlah ritasi truck sampah 12 )
- Kapasitas TPS 285,5 m³ / hari
- Kapasitas TPA 146 m³ / hari ( 0,3 ha )
TPA Winong yang mulai dioperasikan tahun 2007 dan hingga kini masih dalam kondisi layak pakai menggunakan sistem pengelolaan Controlled Landfill, dengan kapasitas tampungan sampah 21.960 m3 dan saat ini membutuhkan lahan pengembangan untuk mencapai minimal seluas 3 Ha.
- Kapasitas pengumpulan sampah 12 Truck sampah
- Kapasitas 3R 5 m³ / hari
- Kapasitas prasarana lain-lain 1 M³ / hari
3. Wilayah yang Terlayani Sampah dan Potensi Sampah
Jumlah potensi sampah yang ada di Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 125,0722 m3.
Tabel IV.10.
Daerah Terlayani Pengangkutan Sampah Kota Banjarnegara
NO DESA/KELURAHAN DAERAH 1,KOTA 2,DESA LUAS Km2 JUMLAH PENDUDUK (JIWA) JUMLAH POTENSI SAMPAH M3 1 Argasoka 1 3,63 4.028 9 2 Sokanandi 1 2,16 5.205 11,451 3 Parakan Canggah 1 1,73 7.057 15,5254 4 Semarang 1 0,59 4.571 10,0562 5 Krandegan 1 0,74 7.591 16,7002 6 Kutabanjarnegara 1 1,48 10.928 24,0416 7 Karangtengah 1 1,20 3.160 6,952 8 Wangon 1 1,19 2.852 6,2744 9 Semampir 1 1,73 2.809 6,1798 10 Kalibenda 1 1,02 1.808 3,9776 11 Rejasa 1 1,71 2.159 4,7498 12 Kenteng 1 1,39 2.253 4,9566 13 Petambakan 2 2,20 2.430 5,346 JUMLAH TOTAL 14 20,77 56.851 125,0722
Sedangkan bila ditinjau dari sumber potensi sampah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
Tabel IV.11.
Potensi Timbulan Sampah Kota Banjarnegara
NO KETERANGAN VOL SAT NO KETERANGAN VOL SAT II. PERKANTORAN I. PERTOKOAN / JALAN
1 Kantor Setda M³ 0,5 1 Jalan Veteran M³ 2
2 Pendopo (satpol PP,
Pertiwi, PKK) M³ 1 2 Jalan Dipayuda M³ 2
3 Kantor KBPM M³ 0,05 3 Jalan Sutoyo M³ 1
4 Kantor DPKD M³ 0,05 4 Jalan Pemuda M³ 2
5 Kantor DPPM M³ 0,05 5 Jalan Panjaitan M³ 2
6 Badan RSUD M³ 0,5 6 Jalan Suprapto M³ 2
7 Kantor DKK M³ 0,25 7 Jalan Jend Soedirman M³ 1
8 Kantor BPD M³ 0,25 8 Jalan Ahmad Yani M³ 0,5
9 Kantor BRI M³ 0,25 9 Jalan M.T. Haryono M³ 0,5
10 Kantor
DISKIMPRASDA M³ 0,15 10 Jalan S. Parman M³ 1
11 Kodim M³ 0,1 11 Jalan Let. Karjono M³ 1
12 Kantor Kejaksaan M³ 0,15 12 Jalan Sunan Gripit M³ 0,2
13 Kantor BKD M³ 0,15 13 Jalan Tentara Pelajar M³ 0,5
14 Kantor Diknas M³ 0,15 III. SEKOLAHAN M³ 15,7
15 Polres M³ 0,15 1 MTS Sokanandi M³ 0,22
16 Sekretaris DPRD M³ 0,25 2 SD Kalibenda M³ 0,22
17 Kantor Samsat M³ 0,2 3 SMK Panca Bhakti M³ 0,22
18 Kantor Indakop M³ 0,3 4 SMPN II Banjarnegara M³ 0,22
19 Kantor Depag M³ 0,1 5 SD Sokanandi M³ 0,22
20 Kantor Kel. Semarang M³ 0,1 6 SMPN V Banjarnegara M³ 0,22 21 Kantor Kel. Krandegan M³ 0,01 7 SD V Sokanandi M³ 0,22 22 Kantor Kel. Sokanandi M³ 0,01 8 SKB M³ 0,22 23 Kantor Kel. Parakancanggah M³ 0,01 9 SD I Parakancanggah M³ 0,22 24 Kantor Kel. Kalibenda M³ 0,01 10 SD II Parakancanggah M³ 0,22 25 Kantor Kel. Rejasa M³ 0,01 11 SD III Parakancanggah M³ 0,22 26 Kantor Kel. Kenteng
M³ 0,01 12
SD / SMA Muhamadiyah
Provinsi Jawa Tengahah M³ 0,22 27 Kantor Kel.
Petambakan M³ 0,01 13 SMA Cokro M³ 0,22
28 Kantor Kel. Argasoka M³ 0,01 14 SD I Krandegan M³ 0,22 29 Kantor Kel. Wangon M³ 0,01 15 SMK Taman Siswa M³ 0,22 30 Kantor Kel. Kutabanjarnegara M³ 0,01 16 SMPN I Banajarnegara M³ 0,22 31 Kantor Kel. Semampir M³ 0,01 17 SD Krandegan IX M³ 0,22 32 Kantor Kecamatan Banjarnegara M³ 0,01 18 SD Krandegan X M³ 0,22
33 Kantor Pengadilan M³ 0,01 19 SD III Kutabanjarnegara M³ 0,22 34 Kantor Dinhukominfo M³ 0,01 20 TK Bhayangkari M³ 0,22
NO KETERANGAN VOL SAT NO KETERANGAN VOL SAT
35 Kantor Pariwisata M³ 0,01 21 SD IV Krandegan M³ 0,22
36 Kantor Hutbun M³ 0,01 22
SMP MuhamaProvinsi
Jawa Tengahah M³ 0,22
37
Kantor Litbang
Dinkes M³ 0,01 23 SMAN I Banjarnegara M³ 0,22
38 Kantor Statistik M³ 0,001 24 SD I Kutabanjarnegara M³ 0,22 39
Kantor Gudang
Farmasi M³ 0,001 25 SD / SMP Debora M³ 0,22
40
Kebun Binatang
Seruling Mas M³ 0,25 26 MAN II Banjarnegara M³ 0,22
41 Dinkes M³ 0,05 27 STM Cokro M³ 0,22
42 KLH M³ 0,055 28 MTS Semampir M³ 0,22
45 Bank Surya Yuda M³ 0,25 29 SD I Semampir M³ 0,22
JUMLAH 5,477 30 MAN I Banajarnegara M³ 0,22
31 SMPN III Banjarnegara M³ 0,22
32 SMPN IV Banjarnegara M³ 0,22
JUMLAH 7,04
Sumber: DPU Kab. Banjarnegara, 2011
Selain sumber potensi sampah diatas sampah juga bersumber dari pasar yang ada, yaitu:
Tabel IV.12.
Potensi Timbulan Sampah Pasar Kota Banjarnegara
NO KETERANGAN SATUAN VOLUME / HARI DLM Kg
1 Pasar Kota M³ 8 2.400 Kg
2 Pasar Salak M³ 4 1.200 Kg
3 Pasar Gayam M³ 1 1.300 Kg
4 Pasar Wage M³ 1 300 Kg
5 Pasar Hewan Petambakan M³ 1 300 Kg
JUMLAH TOTAL 15 5.500
Sumber: DPU Kab. Banjarnegara, 2012
Selain data diatas diperoleh juga data mengenai evaluasi sampah se Kabupaten Banjarnegara per Bulan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.13.
Timbulan Sampah Pasar Kabupaten Banjarnegara
No UPTD/ Pasar Sampah (M
3 )
Keterangan Organik An Organik Jumlah
I UPTD I
1 Pasar Kota 120,00 30,00 150,00
2 Pasar Sayur (baru) 150,00 45,00 195,00
3 Pasar Salak 150,00 15,00 165,00
4 Pasar Wage/ Gayam 60,00 7,50 67,50
5 Pasar Madukara 75,00 15,00 90,00
No UPTD/ Pasar Sampah (M 3
)
Keterangan Organik An Organik Jumlah
8 Pasar Hewan Petambakan 13,00 1,30 14,30
Jumlah I 597,00 119,30 716,30
II UPTD II
1 Pasar Purwareja Klampok 210,00 30,00 240,00
2 Pasar Mandiraja 90,00 30,00 120,00 3 Pasar Purwonegoro 27,00 9,00 36,00 4 Pasar Purwasaba 11,25 2,25 13,50 5 Pasar Merden 6,75 2,25 9,00 6 Pasar Gumiwang 21,00 2,25 23,25 7 Pasar Lengkong 5,40 0,60 6,00 8 Pasar Rakit 16,20 1,80 18,00 9 Pasar Punggelan 9,00 3,00 12,00 Jumlah II 396,60 81,15 477,75
III UPTD III
1 Pasar Karangkobar 0,00 0,00 78,00 UPTD III data
2 Pasar Batur 0,00 0,00 60,00 sampah belum
3 Pasar Jatilawang 0,00 0,00 24,00
dipisahkan antara
4 Pasar Kalibening 0,00 0,00 30,00 sampah organik
5 Pasar Pagentan 0,00 0,00 24,00 dan an organik
Jumlah III 0,00 0,00 216,00
Jumlah I + II + III 993,60 200,45 1410,05 Sumber: DPU Kab. Banjarnegara, 2012
Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang Ada (Aspek Teknis)
Aspek teknis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Banjarnegara meliputi 2 (dua) aspek, yaitu: aspek masyarakat dan aspek pemerintah. Aspek masyarakat hanya berupa bantuan pengadaan tong sampah (bin) dengan kapastas 0,5 m3 tiap unitnya dan banyaknya bantuan adalah 200 unit yang diberikan pada tahun 2007. Sedangkan dari aspek pemerintah seperti yang ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.14.
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Persampahan oleh Pemerintah di Kabupaten Banjarnegara
No Pengelolaan
Prasarana dan Sarana Sat.
Volume
(Unit) Kapst.
Tahun
Pengadaan Kondisi Ket
1 Penampungan Sementara
a Transfer Dipo Unit 4 25 M3 1995- 2002 Baik
b Container Unit 10 4M3 1998 - 2006
70 % sedang, 30 % baik
c Pasangan bata Unit 4 25 M3 1995- 2002 Baik
d Bak kayu Unit 10 4M3 1998 - 2006
70 % sedang, 30 % baik
No Pengelolaan
Prasarana dan Sarana Sat.
Volume
(Unit) Kapst.
Tahun
Pengadaan Kondisi Ket
2 Pengangkutan
a Dump Truck Unit 5 7,5 M3 1998 Sedang
b Arm Roll Truck Unit 2 4 M3 2003 Baik
3 Pengolahan / TPST
a Pengomposan - - - -
b Daur ulang - - - -
4 Pembuangan Akhir
a
Lokasi Desa Winong Kec.
Bawang Ha 0,8
111,80
0 M3 1995 Baik
b Status lahan (sewa/milik) Milik
c
Jarak dari daerah
layanan 12 Km
d Jarak dari permukiman 1 Km
e Jarak ke badan air
f
Kondisi lahan
(rawa/porus/dsb. Tanah liat
g Luas area
5 Fasilitas Operasional
a Jembatan timbang
b Deposit lahan penutup
c Alat berat Unit 1 0,9 M3 1981 Tidak Layak
d Truk Tanah
6 Fasilitas umum
a Jalan akses M2 1 400 M2
b
Saluran drainase air
hujan M2 3 250 M2 1998-2006 Sedang
c Kantor Unit 1 84 M2 1998-2006 Baik
7 Fasilitas Perlindungan TPA
a Lapisan dasar kedap air
b Pengolahan Lindi (Leachate) Unit 1 100 M3 2006 Rusak akibat longsor c
Saluran pengumpul air
lindi M3 240 2006 Baik
d
Kawasan penyangga
(buffer zone)
e Drainase air hujan M3 40 1995 Sedang
f Pipa penangkap gas Bh 20 2006 Baik
8 Fasilitas Penunjang TPA
a Air bersih 1 Sumur
b Bengkel
c Dan lain-lain
9 Kondisi Operasional
a
Teknis operasional (open
dumping/sanitary land fill)
Controll Landfill
b Jumlah pemulung 33 Jiwa
c Pencemaran Leachate tidak tercemar d Kebakaran / asap e frekuensi penutupan tanah pertahun f
Pemanfaatan gas landfill
(CDM)
4.3.2.4. Rumusan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Banjarnegara adalah:
1. Dalam hal kelembagaan pengelolaan persampahan untuk Dinas Teknis masih menjadi satu dengan Pengawasan
2. Kurang memadainya dalam hal kelengkapan dan ketersediaan prasarana 3. Kurang memadainya dalam hal ketersediaan dana investasi
4. Kondisi keuangan yang defisit
5. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan yang belum maksimal
4.3.2.5. Sistem Pengelolaan Persampahan dan Kebutuhan Pengembangan
Kebutuhan pengembangan sarana persampahan untuk tahun 2013 berdasarkan hasil perhitungan meliputi:
- Tong Sampah (40 lt) sebanyak 144.646 unit
- Gerobak Sampah (0,8 m3) sebanyak 7.232 unit
- Tranfer depo (10 m3) sebanyak 579 unit
- Dump Truk (6 m3 per hari) sebanyak 482 unit
Sampah dapat dikelola menjadi benda/ barang yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Untuk masa mendatang kegiatan – kegiatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Sosialisasi penyelesaian sampah keluarga
2. Sosialisasi dan pelatihan: daur ulang sampah, produksi pupuk dan pakan ternak/ ikan dari sampah.
3. Kebutuhan TPS dan TPA dihitung melalui analisa dalam penyusunan RUTRK IKK setempat dengan lokasi TPA berjarak 12 Km. Dimungkinkan bahwa 1 unit TPA dimanfaatkan untuk beberapa IKK.
4. Pembuatan pupuk dan pakan ternak/ ikan dari sampah di lokasi atau dekat dengan TPS dan TPA
4.3.2.6. Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan
Usulan dan prioritas program pengelolaan persampahan di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.