• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. A. Informası Akuntansı

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. A. Informası Akuntansı"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENGANTAR

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu memahami pelaporan keuangan. Secara spesifik, Anda diharapkan mampu memahami neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta hubungan antarlaporan keuangan.

A. Informası Akuntansı

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap keuangan entitas ekonomi tersebut. Akuntansi dibedakan menjadi akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan adalah menyiapkan laporan keuangan perusahaan untuk digunakan terutama oleh pihak eksternal (misalnya investor dan kreditor) untuk pengambilan keputusan ekonomi (investasi dan kredit). Akuntansi manajemen adalah proses mengidentifikasi, mengukur, menganalisa, dan menyampaikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen untuk merencana, mengendalikan, dan mengevaluasi operasi perusahaan. Modul ini hanya membicarakan akuntansi keuangan.

B. Pelaporan Keuangan Versus Laporan Keuangan

Pelaporan keuangan berbeda dari laporan keuangan. Pelaporan keuangan meliputi laporan keuangan, pengungkapan, informasi pelengkap, dan alat-alat pelaporan keuangan lainnya seperti diskusi dan analisis manajemen dan surat kepada pemegang saham. Jadi, laporan keuangan hanya salah satu komponen dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan itu sendiri terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus (aliran) kas, serta catatan atas laporan keuangan.

Tujuan laporan keuangan, menurut IAI (2004) dalam "Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan" adalah sebagai berikut : (a) menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva, utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu;

(2)

(b) menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan; (c) menyajikan informasi tentang perubahan posisi keuangan perusahaan; dan (d) mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.

Agar laporan keuangan dapat mencapai tujuan-tujuan di atas, laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif pokok seperti: dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Informasi disebut relevan apabila ia berpautan dengan keputusan yang akan diambil dan disajikan tepat waktu, yakni ketika keputusan akan diambil. Informasi dianggap andal jika ia menyajikan informasi apa adanya. Informasi dapat dibandingkan apabila ia dapat digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dari periode ke periode atau antarperusahaan pada periode yang sama. Informasi dapat dipahami apabila para pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan berkehendak untuk mempelajarinya dengan tekun. Akuntansi tidak menuntut semua orang untuk memahami semua informasi yang disajikan oleh akuntansi.

C. Neraca

Neraca (disebut juga laporan posisi keuangan) menyajikan secara sistematis posisi keuangan perusahaan pada suatu saat (tanggal) tertentu. Yang dimaksud posisi keuangan adalah posisi aktiva (assets), kewajiban (liabilities), dan ekuitas atau modal (equities) perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa yang akan datang sebagai akibat dari transaksi masa lampau. Kewajiban merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi masa lalu. Ekuitas (modal atau aktiva neto) adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan kewajiban.

Klasifikasi Aktiva

Di neraca, aktiva dikelompokkan ke dalam aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva lain-lain.

(3)

Aktiva Lancar meliputi kas dan sumber-sumber ekonomik lainnya yang dapat dicairkan menjadi kas, dijual, atau dipakai habis dalam rentang waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau satu siklus kegiatan normal perusahaan, mana yang lebih panjang. Termasuk dalam aktiva lancar, antara lain adalah kas dan setara kas, piutang, dan Persediaan barang dagangan. Kas dan setara kas akan dibahas di Pokok Bahasan II, piutang di Pokok Bahasan III, Persediaan di Pokok Bahasan IV, V, dan VI.

Investasi Jangka Panjang merupakan penyertaan di perusahaan lain dalam jangka panjang untuk memperoleh pendapatan tetap (berupa bunga), pendapatan tidak tetap (berupa dividen), atau menguasai perusahaan lain. Investasi dalam sekuritas ekuitas tersedia untuk dijual atau investasi dalam perusahaan anak merupakan contoh investasi jangka panjang. Pokok Bahasan IX membahas investasi khusus untuk investasi dalam sekuritas ekuitas.

Aktiva Tetap adalah sumber-sumber ekonomik yang memiliki wujud fisik, digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka memperoleh pendapatan. Termasuk dalam aktiva tetap, antara lain adalah tanah, gedung, dan peralatan. Aktiva tetap dibahas di Pokok Bahasan VII dan VIII.

Aktiva Tidak Berwujud mencerminkan hak-hak istimewa atau kondisi dan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam mencapai pendapatan. Aktiva tersebut dapat diperoleh dengan membeli dari pihak luar atau dengan mengembangkannya sendiri, misalnya hak paten. Aktiva tidak berwujud dibahas di Pokok Bahasan X. Di pokok bahasan tersebut dijelaskan pula aktiva sumber alam.

Aktiva Lain-lain adalah aktiva yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud, serta aktiva sumber alam. Misalnya gedung yang masih dalam proses konstruksi.

Klasifikasi Kewajiban

Di neraca, kewajiban dibedakan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.

(4)

Kewajiban Lancar adalah kewajiban yang akan dilunasi dalam rentang waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca dengan aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban lancar lainnya. Termasuk dalam kewajiban lancar, antara lain adalah utang usaha, utang wesel, dan utang pajak penghasilan (PPh) karyawan. Kewajiban lancar dilaporkan di neraca dengan mengurutkan mana yang paling cepat akan dilunasi. Kewajiban lancar dijelaskan di Pokok Bahasan XI.

Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban yang pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Apabila ada bagian kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun dan pelunasannya menggunakan aktiva lancar atau menciptakan kewajiban lancar, maka ia dilaporkan dalam kelompok kewajiban lancar. Termasuk dalam kewajiban jangka panjang, antara lain adalah utang hipotik dan utang obligasi. Kewajiban jangka panjang dibahas di Pokok Bahasan XII.

Klasifikasi Ekuitas

Pada perseroan terbatas, ekuitas atau modal pemegang saham terdiri atas modal saham biasa, modal saham prioritas, agio modal saham biasa, agio modal saham prioritas, dan laba ditahan. Modal pemegang saham dan laba ditahan dijelaskan di Pokok Bahasan XIV.

Bentuk Neraca

Neraca dapat disusun dalam format laporan (report form) yang menyajikan pos-pos aktiva (assets) di bagian atas laporan dan menyajikan pos-pos utang (liabilities) dan ekuitas (equity) di bagian bawah laporan, dan dapat pula disusun dalam format akun (account form) yang menyajikan pos-pos aktiva (assets) di sebelah kiri laporan dan menyajikan pos-pos utang (liabilities) dan ekuitas (equity) di sebelah kanan laporan seperti bentuk akun T (T account). Contohnya adalah sebagai berikut :

(5)

Contoh Neraca Bentuk Laporan PT. BINTANG KENCANA Neraca Per 31 Desember 2007 AKTIVA Aktiva Lancar Kas Rp20.000.000

Piutang Usaha (nilai realisasi bersih) 70.000.000

Bahan Habis Pakai 185.000.000

Total Aktiva Lancar Rp275.000.000

Investasi Jangka Panjang

Investasi pada Saham Biasa PT. Guruh (metode ekuitas) Rp35.000.000 Aktiva Tetap

Tanah (harga perolehan) Rp300.000.000

Gedung (nilai buku) 200.000.000

Peralatan (nilai buku) 100.000.000

Total Aktiva Tetap Rp600.000.000

Aktiva Tidak Berwujud

Hak paten, merk dagang, dan lain-lain (nilai buku) Rp110.000.000 Aktiva Lain-lain

Gedung dalam Konstruksi 190.000.000

Total Aktiva Rp1.210.000.000

============== KEWAJIBAN DAN MODAL PEMEGANG SAHAM

Kewajiban Lancar

Utang Wesel Rp125.000.000

Utang Usaha 25.000.000

Utang Gaji dan Upah 60.000.000

Total Kewajiban Lancar Rp210.000.000

Kewajiban jangka panjang

Utang Obligasi (12%, jatuh tempo 1 Januari 2015) Rp300.000.000 Modal Pemegang Saham

Modal Saham Biasa Rp250.000.000

Agio Modal Saham Biasa 125.000.000

Laba Ditahan 325.000.000

Total Modal Pemegang Saham Rp700.000.000

Total Kewajiban dan Modal Pemegang Saham Rp1.210.000.000 ==============

(6)

Contoh Neraca Bentuk Akun

PT. BINTANG KENCANA Neraca

Per 31 Desember 2007 (Dalam Ribuan Rupiah)

AKTIVA Rp KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Kas 20.000 Utang Wesel 125.000

Piutang Usaha 70.000 Utang Usaha 25.000 Bahan Habis Pakai 185.000 Utang Gaji dan Upah 60.000 Total Aktiva Lancar 275.000 Total Kewajiban jangka

panjang

210.000 Investasi Jangka Panjang Kewajiban jangka panjang

Investasi pada Saham Biasa 35.000 Utang Obligasi 300.000 Aktiva Tetap Modal Pemegang Saham

Tanah 300.000 Modal Saham Biasa 250.000 Gedung 200.000 Agio Modal Saham Biasa 125.000 Peralatan 100.000 Laba Ditahan 325.000 Total Aktiva Tetap 600.000 Total Modal Pemegang Saham 700.000 Aktiva Tidak Berwujud

Hak paten, merk dagang, dll. 110.000 Aktiva Lain-lain Gedung dalam Konstruksi 190.000

Total Aktiva Rp1.210.000

=========

Total Kewajiban dan Ekuitas Rp1.210.000 =========

D. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi1 menyajikan secara sistematis hasil usaha perusahaan dalam

rentang waktu tertentu. Unsur-unsur yang dilaporkan di laporan laba rugi adalah pendapatan (revenues), biaya (expenses), untung (gains), dan rugi (losses).

Pendapatan adalah kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat penyerahan produk perusahaan kepada para pelanggan.

1 Penyebutannya berbeda-beda, ada yang menyebut laporan laba rugi, laporan rugi-laba, dan ada pula yang menyebutnya laporan laba sebagai padanan income statement.

(7)

Biaya merupakan kebalikan dari pendapatan, yakni penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat penyerahan produk perusahaan kepada para pelanggan. Untung adalah kenaikan aktiva neto yang berasal dari peristiwa insidental dan bukan dari penyerahan jasa kepada pelanggan. Misalnya, untung pelepasan aktiva tetap. Rugi adalah penurunan aktiva neto yang berasal dari peristiwa insidental dan bukan dari penyerahan jasa kepada pelanggan. Perhatikan bahwa yang dijual dalam kasus ini adalah bukan jasa dan bukan pula barang dagangan.

Bentuk Laporan Laba Rugi

Dalam melaporkan laba dari operasi yang masih berlanjut, laporan laba rugi ada yang berbentuk single step yang menyajikan pos-pos pendapatan (revenues) diikuti dengan pos-pos biaya (expenses), dan ada pula yang multiple step yang menyajikan pendapatan dan biaya dari aktivitas operasi terlebih dahulu, diikuti pendapatan dan biaya dari aktivitas nonoperasi. Berikut adalah contohnya.

Contoh Laporan Laba Rugi Single Step

PT. BINTANG KENCANA Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2007 Pendapatan

Pendapatan Jasa Angkutan Rp370.000.000

Pendapatan Bunga 45.000.000

Untung Pelepasan Surat Berharga 5.000.000

Total Pendapatan Rp420.000.000

Biaya-biaya

Biaya Operasi 180.000.000

Biaya Bunga 20.000.000

Rugi Pelepasan Peralatan Kantor 6.000.000

Total Biaya Rp206.000.000

Laba Sebelum Pajak Rp214.000.000

Pajak Penghasilan (10% x Rp 214.000.000) (21.400.000)

Laba Bersih Rp192.600.000

(8)

Contoh Laporan Laba Rugi Multiple Step

PT. BINTANG KENCANA Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2007 Pendapatan Operasi

Pendapatan Jasa Angkutan Rp370.000.000

Biaya-biaya Operasi

Biaya Sewa Garasi Rp35.000.000

Biaya Sewa Kantor 5.000.000

Biaya Gaji Sopir dan Kernet 40.000.000

Biaya Depresiasi Gedung dan Peralatan 100.000.000

Total Biaya-biaya Usaha 180.000.000

Laba Usaha Rp190.000.000

Pendapatan Lain-lain dan Untung

Pendapatan Bunga Rp45.000.000

Untung Pelepasan Surat Berharga 5.000.000

Total Pendapatan Lain-lain dan Untung Rp50.000.000 Biaya Lain-lain dan Rugi

Biaya Bunga Rp20.000.000

Rugi Pelepasan Peralatan Kantor 6.000.000

Total Biaya Lain-lain dan Rugi Rp26.000.000

Laba (Rugi) di Luar Usaha Rp24.000.000

Laba Sebelum Pajak Rp214.000.000

Pajak Penghasilan 10% x Rp214.000 (21.400.000)

Laba Bersih Rp192.600.000

=============

E. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal menyajikan secara sistematis informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Dalam perseroan terbatas, laporan tersebut dinamai laporan perubahan laba ditahan. Berikut contohnya:

(9)

PT. BINTANG KENCANA Laporan Perubahan Laba Ditahan Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2007

Laba Ditahan, 1 Januari 2007 Rp282.400.000

Ditambah : Laba Bersih 192.600.000

Kenaikan Laba Ditahan Rp475.000.000

Dikurangi : Pembagian Dividen 150.000.000

Laba Ditahan, 31 Desember 2007 Rp325.000.000

===============

F. Laporan Arus Kas

Laporan Arus (Aliran) Kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Arus kas diklasifikasi sebagai berikut. Arus kas dari dan untuk kegiatan operasi, arus kas dari dan untuk kegiatan pendanaan, dan arus kas dari dan untuk kegiatan investasi.

Kegiatan Operasi meliputi transaksi-transaksi operasional perusahaan yang berakibat pada kas, yang menjadi penentu laba rugi, misalnya penerimaan kas dari penjualan jasa dan pembayaran kas kepada pemasok (karyawan).

Kegiatan Pendanaan (atau pembelanjaan) meliputi kegiatan dengan pemegang saham dan kreditor yang berpengaruh pada kas, seperti penyetoran modal dan pembagian dividen tunai, dan penarikan utang bank serta pelunasannya.

Kegiatan Investasi meliputi pembelian aktiva tetap untuk fasilitas produksi, menjualnya kembali, memberi pinjaman uang serta penerimaan dari hasil tagihan atas pinjaman tersebut. Contohnya sebagai berikut.

(10)

PT. BINTANG KENCANA Laporan Arus Kas

Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2007 Dari dan Untuk Kegiatan Operasi

Dari penjualan jasa kepada pelanggan Rp300.000.000

Untuk membayar sewa garasi (20.000.000)

Untuk membayar sewa kantor (5.000.000

Untuk membayar gaji sopir dan kernet (40.000) Untuk membayar pajak penghasilan (21.400.000) Arus Kas Masuk dari Kegiatan Operasi Rp213.600.000 Dari dan Untuk Kegiatan Investasi

Dari pendapatan bunga (investasi pada obligasi) Rp45.000.000 Dari pelepasan sekuritas perdagangan 25.000.000

Dari pelepasan aktiva tetap 14.000.000

Arus Kas Masuk dari Kegiatan Investasi Rp84.000.000 Dari dan Untuk Kegiatan Pendanaan

Untuk membayar bunga pinjaman Rp(20.000.000)

Untuk membayar dividen tunai (265.000.000)

Arus Kas Keluar untuk Kegiatan Pendanaan Rp(285.000.000) Arus Masuk Kas dari Operasi, Investasi, dan Pendanaan Rp12.600.000

Ditambah : Saldo kas awal tahun 7.400.000

Saldo kas akhir tahun Rp20.000.000

===============

G. Hubungan Antarlaporan

Berdasar karakteristik double-entry, terdapat hubungan antarlaporan keuangan. Laba bersih sebagaimana dilaporkan di laporan laba rugi akan muncul di laporan laba ditahan sebagai unsur penambah saldo awal laba ditahan. Setelah dikurangi pembagian dividen, saldo akhir laba ditahan yang dilaporkan di laporan laba ditahan akan muncul di neraca akhir. Jadi, terdapat hubungan antara neraca awal, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan neraca akhir. Selanjutnya, saldo kas awal yang dilaporkan di neraca awal akan muncul di laporan arus kas sebagai penambah arus masuk kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Setelah ditambah dengan

(11)

saldo kas awal ini, terhitunglah saldo kas akhir tahun yang dilaporkan di laporan arus kas. Jumlah ini pula yang akan diletakkan di neraca akhir. Walhasil, terdapat hubungan antarempat laporan keuangan berikut: neraca awal, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas, dan neraca akhir.

(12)

BAB II

KAS DAN SETARA KAS

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan definisi kas dan setara kas, menjelaskan pengendalian intern kas, menjelaskan metode penyelenggaraan kas kecil, dan mampu menyusun rekonsiliasi bank, serta menyajikan kas dan setara kas di neraca.

A. Defınisi Kas Dan Setara Kas

Kas, aktiva yang paling lancar, adalah alat pertukaran dan dasar pengukuran pos-pos lainnya. Aktiva disebut kas jika ia dapat digunakan untuk membayar semua kewajiban sekarang dan bebas dari ikatan-ikatan yang membatasi penggunaannya. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, dan simpanan di bank dalam bentuk rekening giro. Setara kas adalah investasi yang sangat likuid yang jatuh temponya sangat pendek (umumnya tidak lebih dari 3 bulan, paling lama 1 tahun atau 1 siklus akuntansi normal perusahaan) dan harganya tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat bunga.

Beberapa pos berikut tidak termasuk kas : (1) uang tunai dan simpanan di bank yang dibatasi penggunaannya untuk tujuan–tujuan khusus, misalnya untuk ekspansi pabrik dan pelunasan kewajiban jangka panjang, (2) cek mundur (post–dated check), (3) cek kosong (non–sufficient fund check), dan (4) perangko dan meterai.

B. Pengendalian Intern Kas

Kas merupakan aktiva yang menjadi awal dan akhir dari siklus operasi perusahaan. Kas yang berupa uang tunai memiliki tiga sifat berikut: (1) mudah ditukarkan menjadi aktiva nonkas, (2) mudah digelapkan, dan (3) tidak ada identitas kepemilikannya. Tiga sifat ini menyebabkan setiap orang tertarik untuk melakukan penggelapan jika ada kesempatan. Oleh karena itu, pengendalian intern harus dibangun secara memadai untuk mengamankan kas.

(13)

1. Pemisahan tugas antara fungsi penerimaan dan pengeluaran kas dengan fungs penyimpanan dan persetujuan pengeluaran kas.

2. Penyetoran semua penerimaan kas dengan segera ke rekening giro bank. 3. Pemeriksaan mendadak atas catatan dan fisik kas.

4. Penggunaan cek untuk semua pengeluaran kas, kecuali pengeluaran kecil yang cukup dilakukan dari dana kas kecil (petty cash fund).

C. Kas Kecil

Dana kas kecil (petty cash fund) dibentuk untuk memenuhi pembayaran dengan jumlah yang relatif kecil, sehingga menjadi tidak praktis bila dilakukan dengan menggunakan cek, misalnya untuk membeli makanan dan minuman harian, untuk membeli perangko dan materai, untuk membayar biaya langganan koran dan majalah, dan lain-lain. Terdapat dua sistem/metode akuntansi untuk menyelenggarakan dana kas kecil, yaitu sistem dana tetap atau sering disebut juga sistem impres (imprest system) dan sistem dana berfluktuasi (fluctuating system). Jurnal-jurnal pencatatan yang diselenggarakan dalam sistem dana tetap adalah ketika dana kas kecil dibentuk dan ketika dana kas kecil dilakukan pengisian kembali (reimbursement atau replenishment). Dalam sistem dana berfluktuasi, jurnal-jurnal pencatatan dilakukan ketika dana kas kecil dibentuk, ketika dana kas kecil dikeluarkan, dan ketika dilakukan pengisian kembali.

Sebagai contoh, misalnya pada 30 November 2007 PT. TIARA ADI membentuk dana kas kecil sebesar Rp1.500.000 yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relatif kecil, dimana pengisian kembali dana kas kecil dilakukan setiap akhir bulan. Berikut adalah transaksi berkaitan dengan kas kecil selama bulan Desember 2007:

Des. 5 16 27 31

: Dibayar kuitansi langganan koran dan majalah : Dibeli materai dan perangko

: Dibeli makanan kecil dan minuman

: Dikeluarkan cek untuk mengisi kembali dana kas klecil

Rp450.000 200.000 750.000 1.400.000

(14)

Sistem Dana Tetap

Membentuk Dana Kas Kecil

Jurnal untuk mencatat pembentukan dana kas kecil adalah sebagai berikut.

Nov. 30 Dana Kas Kecil 1.500.000

Kas di Bank - 1.500.000

(mencatat pembentukan dana kas kecil) Menggunakan Dana Kas Kecil

Setiap mengeluarkan kas kecil—pada tanggal 5, 16, dan 27—tidak perlu dicatat dalam jurnal, melainkan semua bukti transaksi pengeluaran yang dilakukan disimpan dengan rapi.

Mengisi Kembali Dana Kas Kecil

Pengisian kembali pada tanggal 31 Desember dicatat dengan jurnal sebagai berikut.

Des. 31 Biaya Langganan Koran dan Majalah 450.000

Biaya Bahan Habis Pakai 200.000

Biaya Makanan Kecil dan Minuman 750.000

Kas di Bank - 1.400.000

(mencatat pengisian kembali kas kecil)

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa akun Dana Kas Kecil tidak pernah dikredit. Jadi, saldonya selalu tetap sebesar Rp 1.500.000. Penggunaan sistem ini mengharuskan pengisian kembali secara berkala, misalnya pada setiap tanggal tertentu pada setiap bulan. Tujuan pengisian kembali ini adalah untuk mengakui biaya yang telah dibayar sejak pengisian sebelumnya.

Penyesuaian

Jika sistem dana tetap digunakan tetapi tidak dilakukan pengisian kembali pada akhir periode, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaiannya adalah untuk

(15)

mengakui biaya sejak pengisian sebelumnya sampai akhir periode. Misalnya pada contoh di atas pada tanggal 31 Desember tidak dilakukan pengisian kembali dan perusahaan menyusun laporan keuangan pada setiap tanggal 31 Desember, maka jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.

Des. 31 Biaya Langganan Koran dan Majalah 450.000

Biaya Bahan Habis Pakai 200.000

Biaya Makanan Kecil dan Minuman 750.000

Dana Kas Kecil - 1.400.000

(mencatat jurnal penyesuaian)

Dengan jurnal penyesuaian di atas, maka dana kas kecil menjadi Rp50.000 (= Rp1.500.000 – Rp1.450.000). Jumlah inilah yang akan dilaporkan di neraca per 31 Desember.

Jurnal Pembalikan

Jurnal penyesuaian di atas dibalik pada hari kerja pertama tahun 2008 sebagai berikut:

Jan. 1 Dana Kas Kecil 1.400.000

Biaya Langganan Koran dan Majalah - 450.000

Biaya Bahan Habis Pakai - 200.000

Biaya Makanan Kecil dan Minuman - 750.000 (mencatat jurnal pembalikan)

Jurnal pengisian kembali dilakukan sebagaimana telah dijelaskan dengan memperhitungkan seluruh pengeluaran sejak 1 Desember 2007 sampai 1 Januari 2008.

Sistem Dana Berfluktuasi Membentuk Dana Kas Kecil

(16)

Nov. 30 Dana Kas Kecil 1.500.000

Kas di Bank - 1.500.000

(mencatat pembentukan dana kas kecil)

Menggunakan Dana Kas Kecil

Setiap mengeluarkan kas kecil dicatat dalam jurnal dengan mendebit biaya dan mengkredit dana kas kecil. Jurnal-jurnal pada contoh di atas adalah sebagai berikut:

Des. 5 Biaya Langganan Koran dan Majalah 450.000

Dana Kas Kecil - 450.000

(mencatat pengeluaran dana kas kecil)

16 Biaya Bahan Habis Pakai 200.000

Dana Kas Kecil - 200.000

(mencatat pengeluaran dana kas kecil)

31 Biaya Makanan Kecil dan Minuman 750.000

Dana Kas Kecil - 750.000

(mencatat pengeluaran dana kas kecil)

Mengisi Kembali Dana Kas Kecil

Pengisian kembali pada tanggal 31 Desember dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Des. 31 Dana Kas Kecil 1.400.000

Kas di Bank - 1.400.000

(mencatat pembentukan dana kas kecil)

-Dari uraian di atas, jelaslah bahwa akun Dana Kas Kecil dikredit setiap terjadi pengeluaran sehingga saldonya dari hari ke hari selalu berfluktuasi. Saldonya akan seperti semula setelah terjadi pengisian kembali. Penggunaan sistem ini tidak memerlukan pembuatan jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku karena saldo kas kecil dapat ditunjukkan oleh saldo akun Dana Kas Kecil di setiap hari kerja karena sifatnya yang berfluktuasi.

(17)

D. Rekonsiliasi Bank

Untuk memenuhi pengendalian intern kas yang memadai, perusahaan membuka rekening giro di bank. Dengan demikian terjadi dua catatan kas yang independen. Pertama, catatan kas menurut pembukuan perusahaan. Kedua, catatan kas menurut bank. Dalam hal ini pada setiap akhir bulan bank akan mengirim laporan bank atau sering disebut rekening koran kepada perusahaan, yang berisi saldo kas pada awal bulan, penerimaan setoran yang dilakukan perusahaan selama sebulan, penarikan cek yang dilakukan perusahaan selama sebulan dan saldo kas pada akhir bulan yang bersangkutan. Oleh karena mencatat pos yang sama, maka saldo kas akhir bulan menurut pembukuan perusahaan dan menurut laporan bank seharusnya sama besar. Namun dalam kenyataannya dapat berbeda, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi. Pada dasarnya, penyebab perbedaan terdiri atas dua jenis. Pertama, perbedaan waktu mencatat antara perusahaan dan bank. Perbedaan waktu mencatat antara lain sebagai berikut :

1. Setoran dalam perjalanan (deposit in transit), yakni setoran perusahaan yang belum diterima oleh bank, misalnya setoran akhir bulan. Dalam laporan rekonsiliasi bank, setoran ini menambah saldo kas menurut laporan bank.

2. Cek yang masih beredar (outstanding checks), yakni cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi belum diuangkan oleh bank, misalnya karena penerima cek belum menguangkannya ke bank. Dalam laporan rekonsiliasi bank, cek ini mengurangi saldo kas menurut laporan bank.

3. Penerimaan telah dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Misalnya jasa giro bank. Dalam laporan rekonsiliasi bank, penerimaan ini diperlakukan sebagai penambah saldo kas menurut pembukuan perusahaan. 4. Pengeluaran telah dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan,

misalnya biaya bank dan cek kosong (non–sufficient fund check). Dalam laporan rekonsiliasi bank, pengeluaran dan cek kosong ini diperlakukan sebagai pengurang saldo kas menurut pembukuan perusahaan.

Kedua, akibat kesalahan, yang dapat terjadi di catatan perusahaan atau bank saja dan dapat pula terjadi di kedua catatan.

(18)

Sebagai contoh, misalnya pada tanggal 1 Juni 2007, PT. BIMA SAKTI menerima laporan bank yang menunjukkan saldo giro perusahaan per 31 Mei 2007 sebesar Rp4.800.000, sedangkan menurut pembukuan perusahaan Rp5.000.000. Setelah dilakukan prosedur rekonsiliasi, diketahui bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal–hal sebagai berikut.

1. Setoran dalam perjalanan Rp600.000. 2. Cek yang masih beredar Rp150.000.

3. Jasa giro bank dan biaya bank bulan Mei berturut-turut adalah Rp50.000 dan Rp30.000.

4. Cek yang diterima dari perusahaan lain sebesar Rp270.000 dinyatakan oleh bank sebagai cek kosong atau tidak ada dananya.

5. Bank berhasil menagihkan wesel nominal Rp520.000. Biaya tagih yang dibebankan ke perusahaan adalah Rp20.000. Jadi, bersihnya Rp500.000.

6. Bank melaporkan setoran sebesar Rp300.000 yang tidak pernah dilakukan oleh perusahaan (kemungkinan setoran dari perusahaan lain yang salah dilaporkan oleh bank).

7. Penerimaan cek dari PT. PRADHIPTA sebesar Rp 550.000 dicatat sebesar Rp850.000 (terlalu besar) dalam pembukuan perusahaan.

Dari data di atas, maka laporan rekonsiliasi bank tampak sebagai berikut : PT. BIMA SAKTI

Rekonsiliasi Bank Per 31 Mei 2007

Saldo kas per perusahaan Rp5.000.000 Saldo kas per bank Rp4.800.000 Ditambah :

Penagihan wesel oleh Ditambah : Setoran dalam perjalanan 600.000 bank 500.000 Rp5.400.000

Jasa giro bank 50.000

Rp5.550.000

Dikurangi : Dikurangi :

Cek kosong (270.000) Cek masih beredar (150.000)

Biaya bank (30.000) Kesalahan melaporkan

Kesalahan mencatat setoran perusahaan lain (300.000) penerimaan (300.000)

Saldo kas yang benar Rp4.950.000 Saldo kas yang benar Rp4.950.000 =========== ===========

(19)

Jurnal Penyesuaian Berdasar Rekonsiliasi Bank

Menurut rekonsiliasi bank di atas, saldo kas menurut perusahaan yang benar adalah Rp 5.250.000 padahal menurut saldo perusahaan sebelum rekonsiliasi adalah Rp5.000.000. Untuk membetulkan saldo akun Kas di Bank dalam buku besar PT. BIMA SAKTI, maka diperlukan jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Mei 31 Kas di Bank 500.000

Biaya Penagihan 20.000

Piutang wesel - 520.000

(mencatat penagihan piutang wesel oleh bank)

Kas di Bank 50.000

Pendapatan Jasa giro - 50.000

(mencatat pendapatan jasa giro bank)

Piutang Dagang 270.000

Kas di Bank - 270.000

(mencatat cek kosong yang dikembalikan bank)

Piutang Dagang 300.000

Kas di Bank - 300.000

(mencatat kesalahan pencatatan penerimaan)

Perhatikanlah bahwa pos-pos yang perlu dijurnal adalah pos-pos penambah dan pengurang saldo kas menurut pembukuan perusahaan sebagaimana tertera dalam rekonsiliasi bank di kolom sebelah kiri. Pos-pos penambah dan pengurang saldo kas menurut laporan bank sebagaimana tertera di kolom sebelah kanan, tidak menjadi dasar penjurnalan pada pembukuan perusahaan. Setelah jurnal penyesuaian di atas diposting, maka saldo akun Kas di Bank akan tampak sebagai berikut.

Kas di Bank

Mei 31 Mei 31 Saldo sebelum penyesuaian

5.000.000.

Penyesuaian (cek kosong) 270.000 Penyesuaian (wesel)

500.000

Penyesuaian (biaya bank) 30.000 Penyesuaian (jasa giro)

50.000

Penyesuaian (salah catat penerimaan) 300.000

5.550.000 600.000

(20)

E. Penyajian Kas Dan Setara Kas

Kas dan setara kas disajikan paling atas dalam kelompok aktiva lancar karena sifatnya yang terlikuid di antara aktiva-aktiva lancar lainnya. Kas dinilai sebesar nilai nominal uang (kertas dan logam) ditambah nilai nominal cek perusahaan lain yang menjadi hak perusahaan, dan saldo rekening giro pada tanggal neraca, serta jumlah tertentu yang sudah diketahui untuk setara kas .

Bagaimana dengan dana kas kecil? Dana kas kecil merupakan kas yang disisihkan untuk tujuan tertentu sehingga dilaporkan terpisah dari kas dan setara kas kecuali jika jumlahnya dipandang tak material. Kas kecil yang disajikan adalah jumlah sesungguhnya dari dana kas kecil yang terdapat dalam brankas atau laci dana kas kecil.

Jika terdapat saldo negatif pada rekening giro, maka ia disajikan sebagai kewajiban lancar. Namun, jika rekening giro lainnya dalam bank yang sama mempunyai saldo positif yang dapat menutup atau mengkompensasinya, maka saldo negatif dapat digabungkan.

F. Latihan Soal Soal Latihan 1:

PT. FAJAR MULYA pada 31 Oktober 2007 membentuk dana kas kecil sebesar Rp2.500.000 dan akan dilakukan pengisian kembali pada akhir bulan. Berikut pengeluaran yang terjadi dari dana kas kecil selama November:

Nov. 2 15 20 24 27 30

: Biaya makanan dan minuman Rp300.000 : Biaya perjalanan dinas Rp400.000

: Pembelian perangko dan materai Rp150.000 : Biaya langganan koran dan majalah Rp500.000 : Pembelian bensin mobil dinas Rp225.000 : Pengisian kembali dana kas kecil

Buatlah jurnal pencatatan transaksi kas kecil di atas, dari pembentukan dana kas kecil sampai pengisian kembali, apabila pencatatannya menggunakan sistem :

(21)

1. Sistem Dana Berfluktuasi 2. Sistem Dana Tetap

Soal Latihan 2 :

Pada 1 Pebruari 2008 PT. NIKISAE menerima laporan bank yang menunjukkan saldo giro perusahaan per 31 Januari 2008 sebesar Rp11.520.000, sedangkan menurut pembukuan perusahaan Rp14.742.000. Setelah dilakukan prosedur rekonsiliasi, diketahui penyebab perbedaan saldo tersebut adalah:

a) Pada laporan bank tercantum pendapatan jasa giro bank dan biaya bank masing-masing Rp280.000 dan Rp52.000.

b) Penerimaan kas bulan pada 31 Januari sebesar Rp7.200.000 yang telah dicatat dalam pembukuan perusahaan belum tampak pada laporan bank (setoran dalam perjalanan).

c) Cek dari PT. MAJU sebesar Rp5.470.000 yang disetorkan ke bank pada 18 Januari telah salah dicantumkan pada laporan bank sebesar Rp4.570.000.

d) Cek dari Tn. Ali sebesar Rp3.500.000 ditolak bank karena tidak ada dananya (kosong).

e) Penerimaan kas sebesar Rp6.750.000 telah salah dicatat dalam pembukuan perusahaan sebesar Rp7.650.000.

f) Pada laporan bank tercantum adanya hasil penagihan piutang wesel sebesar Rp5.000.000 dan pendapatan bunga Rp300.000.

g) Cek yang ditarik/dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp6.150.000 belum tampak pada laporan bank (cek yang masih beredar).

h) Pada laporan bank tercantum penarikan cek sebesar Rp2.400.000 yang tidak pernah dilakukan oleh perusahaan (penarikan cek oleh perusahaan lain).

Berdasarkan data di atas, buatlah Rekonsiliasi Bank per 31 Januari 2008 dan jurnal penyesuaian yang diperlukan oleh PT. NIKISAE !

(22)

BAB III

PIUTANG

Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan definisi piutang, membedakan antara piutang usaha dan piutang non-usaha, membedakan antara pendekatan laba rugi dan pendekatan neraca dalam menaksir biaya atau rugi piutang tak tertagih, perhitungan bunga dan wesel, dan menyajikan piutang di neraca.

A. Piutang Usaha Definisi Piutang

Piutang adalah klaim perusahaan kepada pihak lain yang diharapkan akan diterima dalam bentuk kas. Piutang diklasifikasikan ke dalam piutang dagang (usaha), piutang wesel, dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah tagihan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit dan tidak disertai instrumen kredit secara formal. Jika piutang disertai dengan instrumen kredit secara formal berupa promes, wesel, ataupun aksep, maka piutang disebut piutang wesel. Dalam promes/wesel/aksep, debitor menyatakan bahwa akan membayar utangnya pada tanggal tertentu di masa mendatang tanpa syarat. Piutang lain-lain meliputi piutang nondagang seperti pinjaman kepada para pejabat perusahaan, piutang kepada pegawai/karyawan, dan piutang restitusi pajak.

Pengakuan Piutang Dagang

Piutang dagang diakui ketika terjadi penjualan kredit atas barang/jasa perusahaan. Sebagai contoh, misalnya PT. ANEKA KARYA pada 16 Mei 2007 menjual barang dagangan secara kredit dengan harga Rp10.000.000. Syarat kredit 1/10, n/30. Artinya, pelanggan diberi potongan 1% jika ia membayar dalam waktu 10 hari dan batas pembayaran adalah 30 hari sejak tanggal transaksi. Anggaplah pelanggan membayar pada 25 Mei 2007 sehingga ia diberi potongan Rp100.000. Dengan demikian jumlah yang harus dibayarnya adalah Rp990.000. Jurnal untuk mengakui

(23)

(1) pendapatan dan piutangnya, dan (2) penerimaan kas adalah sebagai berikut.

Mei 16 Piutang Dagang 10.000.000

Penjualan - 10.000.000

(mencatat penjualan kredit)

25 Kas 9.900.000

Potongan Penjualan 100.000

Piutang Dagang - 10.000.000

(mencatat penagihan piutang dengan potongan)

Jika pembayaran oleh debitor dilakukan di luar periode potongan, misalnya 31 Mei 2007, maka debitor harus membayar harga barang tanpa potongan, yakni Rp10.000.000. Jurnal untuk mencatat penerimaan kas tanpa potongan ini adalah sebagai berikut.

Mei 31 Kas 10.000.000

Piutang Dagang - 10.000.000

(mencatat penagihan piutang tanpa potongan)

Retur Penjualan

Perusahaan boleh jadi menerima kembali barang dagangan yang telah dibeli oleh pelanggan, dikarenakan barang tersebut cacat, tidak sesuai pesanan atau karena sebab lain. Ini dicatat sebagai retur penjualan. Jika dahulu penjualannya dilakukan dengan syarat kredit, maka pengembalian barang ini mengurangi piutang dagang. Sebagai contoh, misalnya pada 10 September 2007, PT. ANEKA KARYA menerima kembali barang dagangan yang telah dijual secara kredit sepekan sebelumnya. Harga jual barang yang dikembalikan tersebut menurut faktur adalah Rp500.000 dan sampai tanggal pengembalian belum ada pembayaran atas harga tersebut. Penerimaan kembali barang dagangan ini dicatat sebagai berikut :

Sep. 10 Retur Penjualan 500.000

Piutang Dagang - 500.000

(mencatat retur penjualan dari penjualan kredit)

(24)

Taksiran Piutang Tidak Tertagih

Perusahaan yang menjual barang/jasanya secara kredit menghadapi risiko tidak dapat menagih piutang. Risiko itu wajar sehingga rugi yang mungkin timbul dari adanya piutang tidak tertagih diakui sebagai biaya operasional. Akuntansi menggunakan metode Cadangan (Allowance) untuk mengakui kerugian piutang, yakni mengakui biaya piutang tidak tertagih pada periode penjualan. Caranya adalah menaksir jumlah piutang akhir tahun yang mungkin tak dapat ditagih dan mengakuinya melalui jurnal penyesuaian. Jika di tahun berikutnya terdapat piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan.

Sebagai contoh, misalnya PT. RAGAM NIAGA selama tahun 2006 menjual barang dagangan secara kredit Rp100.000.000. Dari jumlah ini, Rp10.000.000 masih berupa piutang pada akhir tahun 2006. Jika ditaksir Rp500.000 dari piutang akhir tahun ini tidak akan bisa ditagih, maka jurnal penyesuaian untuk pengakuan biaya piutang tidak tertagih adalah sebagai berikut.

Des. 31 Biaya Piutang Tidak Tertagih 500.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 500.000 (mencatat cadangan piutang tidak tertagih)

Penghapusan Piutang

Apabila taksiran kerugian piutang benar-benar terjadi pada periode setelah tahun penjualan, maka dilakukan penghapusan piutang. Adalah manajemen yang mengambil keputusan penghapusan tersebut. Penghapusan piutang dicatat dengan mendebit Cadangan Piutang Tidak Tertagih dan mengkredit Piutang Dagang.

Sebagai contoh, misalnya pada 1 Februari 2007, manajemen PT. RAGAM NIAGA menghapus piutang kepada PT. ABADI JAYA Rp250.000. Jurnal untuk mencatat penghapusan ini adalah:

Feb. 1 Cadangan Piutang Tidak Tertagih 250.000

Piutang Dagang - 250.000

(25)

Penerimaan dari Piutang yang Telah Dihapus

Adalah mungkin debitor yang utangnya telah dihapuskan oleh perusahaan datang ke perusahaan dan membayar. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan tidak memberi tahu bahwa tagihan kepada debitor tersebut telah dihapuskan. Kejadian seperti ini dicatat oleh perusahaan dengan dua jurnal, yakni jurnal untuk mencatat kesanggupan debitor untuk membayar utangnya dan jurnal untuk mencatat penerimaan kas. Sebagai contoh, misalnya pada 1 September 2007 PT. ABADI JAYA melunasi seluruh utangnya yang telah dihapuskan oleh PT. RAGAM NIAGA. Jurnal yang dibuat oleh PT. RAGAM NIAGA adalah sebagai berikut :

Sep. 1 Piutang Dagang 250.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 250.000 (mencatat timbulnya kembali piutang)

Kas 250.000

Piutang Dagang - 250.000

(mencatat penerimaan kas)

Dua jurnal di atas sebenarnya dapat digabung menjadi satu jurnal sebagai berikut :

Sep. 1 Kas 250.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 250.000 Penentuan Biaya Piutang Tidak Tertagih

Penentuan jumlah atau pengukuran biaya piutang tidak tertagih tergantung pada pendekatan yang digunakan. Terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi.

Pendekatan Neraca

Pada pendekatan neraca, ditentukan lebih dahulu berapa jumlah piutang akhir tahun yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Untuk memperkirakan ini, dapat dibuat analisis umur piutang dan ditaksir bahwa piutang yang sudah menunggak relatif lama, taksiran persentase tidak tertagihnya relatif lebih besar. Jumlah tersebut merupakan saldo seharusnya akun Cadangan Piutang Tidak Tertagih pada akhir periode. Penentuan biaya piutang tidak tertagih tergantung pada saldo akun cadangan sebelum penyesuaian.

(26)

Sebagai contoh, misalnya pada akhir tahun 2007 saldo sebelum penyesuaian akun Piutang Usaha adalah Rp5.000.000 debit dan akun Cadangan Piutang Tidak Tertagih Rp100.000 kredit. Jika dari piutang usaha akhir tahun tersebut ditaksir 3% tidak dapat ditagih, maka akun Cadangan Piutang Tidak Tertagih akhir tahun yang seharusnya adalah Rp150.000 (3% x Rp5.000.000). Oleh karena akun tersebut sebelum penyesuaian adalah Rp100.000, maka akun tersebut harus disesuaikan dengan mengkreditnya sebesar Rp50.000 dan mendebit Biaya Piutang Tidak Tertagih sebesar itu juga. Jurnalnya pada 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut.

Des. 31 Biaya Piutang Tidak Tertagih 50.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 50.000 Andaikan dalam contoh di atas, saldo akun Cadangan Piutang Tidak Tertagih sebelum penyesuaian adalah Rp 40.000 debit, maka akun tersebut harus disesuaikan dengan mengkreditnya sebesar Rp 190.000 dan mendebit Biaya Piutang Tidak Tertagih sebesar itu juga Jurnalnya pada 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut :

Des. 31 Biaya Piutang Tidak Tertagih 190.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 190.000

Jadi, jumlah biaya piutang tak tertagih merupakan akibat dari penyesuaian untuk akun cadangan.

Analisis Umur Piutang.

Di atas telah disebutkan bahwa analisis umur piutang memudahkan penentuan jumlah piutang yang diperkirakan tak dapat ditagih. Sebagai contoh, misalnya analisis umur piutang dengan perkiraan persentase piutang tidak tertagih dari kelompok debitor berdasar umur menunggak dan takmenunggak dapat dilihat pada skedul umur piutang sebagai berikut :

(27)

Skedul Umur Piutang Menunggak Nama

Debitor

Belum

Menunggak 1 bulan 2 bulan 3 bulan Total PT. ABC Toko XYZ Tn. Arief Nn. Nana Toko SETIA Rp5.000.000 2.000.000 3.000.000 0 1.000.000 Rp200.000 300.000 0 0 100.000 Rp100.000 200.000 0 0 50.000 Rp50.000 100.000 0 500.000 0 Rp5.350.000 2.600.000 3.000.000 500.000 1.150.000 Jumlah Rp11.000.000 Rp600.000 Rp350.000 Rp650.000 Rp12.600.000 PT. ABC Toko XYZ Tn. Arief Nn. Nana Toko SETIA Rp5.000.000 2.000.000 3.000.000 0 1.000.000 Rp200.000 300.000 0 0 100.000 Rp 100.000 200.000 0 0 50.000 Rp50.000 100.000 0 500.000 0 Rp5.350.000 2.600.000 3.000.000 500.000 1.150.000 Jumlah Rp11.000.000 Rp600.000 Rp350.000 Rp650.000 Rp12.600.000 Persentase Taksiran Tidak Tertagih 1% 2% 3% 5% Taksiran Jumlah Tidak Tertagih Rp110.000 Rp12.000 Rp10.500 Rp32.500 Rp165.000

Menurut skedul umur piutang di atas, jumlah total taksiran piutang tidak tertagih adalah Rp 165.000. Inilah jumlah yang akan dicantumkan dalam akun cadangan sebelah kredit.

Pendekatan Laba Rugi

Pada pendekatan laba rugi, ditentukan lebih dahulu berapa jumlah biaya piutang tidak tertagih tanpa memperhatikan saldo akun cadangan sebelum penyesuaian. Nilai cadangan piutang tidak tertagih justru merupakan akibat dari penentuan jumlah biaya piutang tidak tertagih. Penentuan jumlah biaya piutang tidak tertagih biasanya berdasarkan pada penjualan (kredit) selama satu periode.

Sebagai contoh, misalnya, penjualan kredit PT. SATRIA PRADANA selama tahun 2007 adalah Rp20.000.000. Manajemen menaksir bahwa biaya piutang tidak tertagih 2% dari penjualan kredit setahun. Jadi, jumlahnya adalah Rp400.000 (2% x Rp20.000.000). Jurnal penyesuaian akhir tahun, tanpa memedulikan berapa jumlah akun cadangan sebelum penyesuaian, adalah sebagai berikut :

(28)

Des. 31

Biaya Piutang Tidak Tertagih 400.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih - 400.000

Jadi, pendekatan laba rugi lebih mementingkan jumlah biaya piutang tak tertagih yang akan dilaporkan di laba rugi daripada jumlah cadangan piutang tidak tertagih yang akan dilaporkan di neraca akhir tahun.

Penyajian Di Neraca

Piutang usaha dan piutang wesel disajikan di neraca dalam kelompok aktiva lancar sebesar nilai realisasi bersih (net realizable value), yakni jumlah bersih yang diperkirakan dapat ditagih. Contoh penyajiannya seperti berikut ini :

Piutang Wesel Rp25.000.000

Piutang Dagang Rp32.000.000

Cadangan Piutang Tidak Tertagih (800.000) 31.200.000

Piutang Gaji dan Upah 3.500.000

Rp59.700.000

B. Piutang Wesel Pengertian

Piutang wesel adalah piutang yang disertai dengan surat janji tertulis (instrumen kredit formal) dari debitor yang menyatakan bahwa dia akan membayar sejumlah uang tertentu di waktu yang akan datang tanpa syarat. Piutang wesel dapat berasal dari transaksi penjualan barang/jasa secara kredit dan dapat pula dari penggantian piutang terbuka (tanpa wesel) menjadi piutang wesel.

Piutang wesel ada yang berbunga dan ada pula yang takberbunga. Jika takberbunga, maka nilai jatuh temponya sama dengan nilai nominalnya, namun jika berbunga, maka nilai jatuh temponya adalah nilai nominal plus bunga selama periode wesel sejak tanggal penandatanganan wesel sampai tanggal jatuh tempo.

(29)

Perhitungan Bunga

Jika wesel berbunga, maka formula untuk menghitung bunga wesel adalah:

Bunga = Nilai Nominal Wesel x Tingkat Bunga Setahun x Jangka Waktu Wesel Oleh karena suku bunga dinyatakan dengan suku bunga tahunan maka jangka waktu wesel pada rumus di atas harus dinyatakan juga sebagai proporsi tahunan. Misalnya, jika jangka waktu wesel adalah 60 hari, maka 60 hari harus dinyatakan sebagai 60/360 atau 60/365 tergantung kesepakatan jumlah hari dalam setahun. Jika jangka waktu wesel adalah 4 bulan, maka 4 bulan dinyatakan sebagai 4/12 karena setahun adalah 12 bulan. Sebagai contoh, misalnya PT. SERUNAI MERDU pada 1 Juni 2007 meminjamkan uang sebesar Rp10.000.000 kepada PT. OASE dengan menerima sebuah wesel yang mempunyai nilai nominal Rp10.000.000, bunga 12% setahun, dan jangka waktu 4 bulan atau jatuh temponya 1 Oktober 2007. Sesuai dengan formula di atas, maka jumlah bunganya = Rp10.000.000 x 12% x 4/12 = Rp400.000

Nilai Jatuh Tempo

Sebagaimana telah dipaparkan, nilai jatuh tempo wesel tanpa bunga adalah sebesar nilai nominalnya. Nilai jatuh tempo wesel berbunga adalah nilai nominal plus bunga selama periode wesel. Jadi misalnya wesel yang diterima oleh PT. SERUNAI MERDU adalah wesel berbunga. Nilai jatuh temponya adalah Rp10.400.000 (= Rp10.000.000 + Rp400.000) dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut.

Jun. 1 Piutang Wesel 10.000.000

Kas -

(mencatat penerimaan wesel)

Okt. 1 Kas 10.400.000

Piutang Wesel - 10.000.000

Pendapatan Bunga - 400.000

(30)

Andaikan wesel yang diterima oleh PT. SERUNAI MERDU adalah wesel takberbunga, maka nilai jatuh temponya adalah sebesar nominalnya Rp10.000.000. Pendiskontoan Wesel Sebelum Jatuh Tempo

Jika perusahaan sebagai pemegang wesel memerlukan uang sebelum jatuh tempo piutang wesel, maka perusahaan dapat mendiskontokannya ke lembaga keuangan, misalnya bank, dengan dipotong diskonto, yang besarnya dihitung sebagai berikut :

Diskonto = Nilai Jatuh Tempo x Tingkat Diskonto x Periode Wesel Didiskontokan

Sebagai contoh, misalnya PT. CAHAYA KADA pada 1 Agustus 2007 mendiskontokan wesel tertanggal 6 Juni 2006 dengan nilai nominal Rp 6.000.000, berbunga 12%, jatuh tempo pada 1 Desember 2007 (jangka waktu 6 bulan) ke BANK MANDIRI dengan tingkat diskonto sebesar 18%. Jadi, periode wesel didiskontokan — periode bank akan memegang wesel—adalah sejak 1 Agustus 2007 sampai tanggal jatuh tempo 1 Desember 2007 (4 bulan). Maka perhitungan jumlah yang diterima oleh PT. CAHAYA KADA adalah sebagai berikut :

Nominal wesel ... Rp6.000.000 Ditambah : Bunga (Rp 6.000.000 x 12% x 6/12) ... 360.000 Nilai jatuh tempo wesel ... Rp6.360.000 Dikurangi : Diskonto (Rp 6.360.000 x 18% x 4/12) .... 381.600 Kas yang diterima PT. CAHAYA KADA ... Rp5.978.400

PT. CAHAYA KADA mencatat pendiskontoan wesel dengan jurnal sebagai berikut :

Agus. 1

Kas 5.978.400

Biaya Pendiskontoan Wesel 381.600

(31)

BANK MANDIRI mencatat pendiskontoan wesel dengan jurnal sebagai berikut :

Agus. 1 Piutang wesel 6.000.000

Pendapatan Pendiskontoan Wesel - 381.600

Kas - 5.978.400

Kemudian pada 1 Desember 2007 BANK MANDIRI akan menerima penagihan piutang wesel dari PT. OASE sebesar nilai jatuh tempo wesel Rp 6.360.000 dan mencatatnya dengan jurnal sebagai berikut :

Des. 1 Kas 6.360.000

Pendapatan Bunga - 360.000

Piutang wesel - 6.000.000

C. Latihan Soal Soal Latihan 1 :

Berikut informasi keuangan sebelum penyesuaian pada PT. RAHYUTAMA :

Debit Kredit

Piutang dagang

Cadangan piutang tidak tertagih Penjualan (secara kredit) Retur penjualan Rp20.000.000 -10.000.000 - Rp400.000 180.000.000

-Buatlah jurnal pencatatan Biaya Piutang Tidak Tertagih bila diasumsikan perusahaan menaksir piutang tidak tertagih sebesar :

1. 1% dari penjualan bersih 2. 3% dari piutang dagang

Soal Latihan 2 :

Berikut adalah ikhtisar transaksi yang mempengaruhi piutang usaha PT. KENCANA USAHA dan terjadi selama tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2007 : a) Penjualan kredit dan tunai Rp 6.000.000

(32)

b) Penerimaan kas dari pelanggan kredit (semuanya memanfaatkan potongan tunai 2%) = Rp 1.960.000

c) Penerimaan kas dari penjualan tunai Rp 3.000.000 d) Piutang dihapuskan Rp 200.000

e) Penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus tahun lalu Rp 150.000

Taksiran piutang tak tertagih ditetapkan sebesar 2% dari penjualan kredit (bersih) selama tahun 2007.

Diminta:

1. Buatlah jurnal pencatatan transaksi selama tahun 2007.

2. Hitunglah biaya (kerugian) piutang tidak tertagih tahun 2007 dan buatlah jurnal penyesuaian akhir tahun 2007 untuk mencatat biaya piutang tidak tertagih.

Soal Latihan 3 :

PT. SWADAYA pada 1 Agustus 2007 menjual barang dagangan sebesar Rp 36.000.000 dengan syarat 2/10, n/30. Pada 1 September 2007 perusahaan menerima wesel dari pelanggan untuk menggantikan piutang dagang tersebut, nilai nominal Rp 36.000.000, bunga 9%, jangka waktu 5 bulan, yang dilunasi 1 Pebruari 2008.

Buatlah jurnal pencatatan yang diperlukan !

Soal Latihan 4 :

PT. CIPTA USAHA pada 1 Oktober 2007 mendiskontokan wesel berikut ke Bank Mandiri dengan dikenakan tarip diskonto 15% :

Nominal wesel Tanggal wesel Jangka waktu wesel Bunga nominal Tanggal jatuh tempo

Rp 15.000.000 1 Agustus 2007 6 bulan

10%

1 Pebruari 2008

Tentukan besarnya kas yang diterima PT. CIPTA USAHA dan buatlah jurnal pencatatan yang diperlukan PT. CIPTA USAHA dan Bank Mandiri !

(33)

BAB IV

PERSEDIAAN : SISTEM PENGENDALIAN PERIODIK

DAN ALIRAN BIAYA

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan definisi sediaan, mampu mengklasifikasi jenis-jenis Persediaan di perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, mampu mengenali metode periodik dalam penyelenggaraan pengendalian Persediaan, dan menjelaskan metode aliran biaya: identifikasi khusus, rata-rata, masuk pertama keluar pertama (MPKP), dan masuk terakhir keluar pertama (MTKP), dan mampu menghitung harga pokok penjualan dengan berbagai metode aliran biaya.

A. Metode periodik vs. Metode perpetual Definisi Persediaan

Di perusahaan dagang (trading company), persediaan disebut persediaan barang dagangan (merchandise inventory) atau cukup disingkat persediaan (inventory). Persediaan diperoleh dari pemasok dan dijual kepada konsumen tanpa mengalami perubahan bentuk. Sumber utama pendapatan bagi perusahaan dagang adalah persediaan (barang dagangan) tersebut.

Di perusahaan pengolahan (manufacturing firm), terdapat tiga persediaan: persediaan bahan baku (raw material inventory), persediaan barang dalam proses (work in process inventory), dan persediaan barang jadi (finished goods inventory). Persediaan bahan baku akan diolah atau diubah bentuknya menjadi barang jadi. Persediaan barang dalam proses merupakan barang setengah jadi, yaitu bahan baku yang sedang mengalami proses produksi dan belum menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Sumber utama pendapatan bagi perusahaan manufaktur adalah persediaan barang jadi. Bab ini membahas persediaan (inventory) di perusahaan dagang (trading company).

(34)

Pengendalian Persediaan

Pengendalian akuntansi untuk persediaan dapat diselenggarakan dengan sistem fisik (periodik) dan sistem perpetual (permanen atau buku). Bab ini menjelaskan sistem periodik. Menurut sistem ini, pembelian barang dagangan selama satu periode, baik tunai maupun kredit, dicatat dalam akun Pembelian (Purchases). Untuk mengetahui harga pokok penjualan (HPP), dilakukan perhitungan persediaan secara fisik (inventory taking) pada akhir periode. Setelah ditentukan nilai persediaan akhir barulah dihitung harga pokok penjualannya yang akan dijelaskan nanti.

Adapun akun Persediaan (Inventory) adalah untuk mencatat harga pokok (cost) persediaan yang masih tersisa pada akhir periode, yang akan dicatat melalui jurnal penyesuaian yang akan dijelaskan nanti. Penambahan persediaan yang timbul dari pembelian dan pengurangan yang timbul dari penjualan tidak dicatat dalam akun ini.

Pembelian, Potongan Pembelian, dan Retur Pembelian. Sebagaimana dijelaskan di atas, akun Pembelian (Purchases) untuk mencatat pembelian barang dagangan sebesar harga beli di luar potongan dagang (trade discount). Harga beli adalah harga beli bersih di luar potongan dagang (trade discount). Potongan dagang adalah potongan harga dari harga resmi dalam daftar harga atau katalog. Sebagai contoh, misalnya, kalau dalam katalog tercantum barang A dengan harga Rp 50.000 dengan potongan dagang 25%, maka jumlah harga bersihnya adalah Rp 37.500 {= Rp50.000 – (25% x Rp 50.000)}. Dengan potongan ini, maka perusahaan pembeli mencatat pembelian dalam akun Pembelian sebesar Rp 37.500, bukan Rp 50.000.

Jika pembeliannya dilakukan secara kredit, maka potongan tunai akan dicatat dalam akun Potongan Pembelian (Purchase Discount) ketika perusahaan membayar dalam masa potongan. Sebagai contoh, misalnya PT. TIARA ADI pada 1 April 2007 membeli barang dagangan seharga Rp 5.000.000 tunai dan Rp 10.000.000 dengan syarat 2/10, n/30. Pada tanggal 10 April 2007 utang dibayar dengan mendapat potongan 2% yaitu Rp 200.000 (= 2% x Rp 10.000.000) dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

(35)

Apr. 1 Pembelian 15.000.000 Kas - 5.000.000 Utang Dagang - 10.000.000 (mencatat pembelian) 10 Utang Dagang 10.000.000 Kas - 9.800.000 Potongan Pembelian - 200.000

(mencatat pembayaran utang dagang)

Jika utang dagang di atas dibayar di luar masa potongan, misalnya 15 April, maka pembayarannya adalah Rp 10.000.000 dan jurnalnya adalah sebagai berikut :

Apr. 15 Utang Dagang 10.000.000

Kas - 10.000.000

Jika terjadi retur pembelian dicatat dalam akun Retur Pembelian (purchase return sebelah kredit dan debitnya adalah akun Kas atau Utang Dagang tergantung barang yang dibeli dulunya berasal dari pembelian tunai atau pembelian kredit. Sebagai contoh, misalnya PT. ARUM SARI pada 17 Agustus 2007 melakukan retur atas barang yang dibelinya sebesar Rp 1.300.000, yang terdiri atas Rp 500.000 dari pembelian tunai dan Rp 800.000 dari pembelian kredit. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

Agus. 17 Kas 500.000

Utang Dagang 800.000

Retur Pembelian - 1.300.000

Penjualan, Potongan Penjualan, dan Retur Penjualan.

Akun Penjualan (Sales) adalah akun untuk mencatat penjualan barang dagangan— baik tunai maupun kredit—sebesar harga jual di luar potongan dagang (trade discount) di sebelah kredit. Akun lawannya adalah Kas atau Piutang Dagang tergantung apakah penjualannya tunai atau kredit. Akun Potongan Penjualan ( Sales Discount) digunakan untuk mencatat potongan penjualan tunai jika pelanggan perusahaan membayar utangnya dalam masa potongan. Akun Retur Penjualan

(36)

(Sales Return) adalah akun untuk mencatat retur penjualan dan dicatat di sebelah debit. Akun lawannya adalah Piutang Dagang atau Kas tergantung apakah dahulu penjualannya kredit atau tunai.

Sebagai contoh, misalnya PT. ANDRIJAYA pada 27 Juli 2007 menjual barang dagangan secara tunai Rp 10.000.000 (setelah trade discount) dan secara kredit Rp 15.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada 30 Juli 2007 perusahaan menerima kiriman balik barang yang telah dijualnya secara kredit senilai Rp 3.000.000. Pada 5 Agustus perusahaan menerima pelunasan dari debitor atas penjualan kredit pada 27 Juli setelah dikurangi retur per 30 Juli. Jadi, PT. ANDRIJAYA memberi potongan 2%, yaitu Rp 240.000 (= 2% x Rp 12.000.000). Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : Jul. 27 Kas 10.000.000 Piutang Dagang 15.000.000 Penjualan - 25.000.000 (mencatat penjualan) 30 Retur Penjualan 3.000.000 Piutang Dagang - 3.000.000

(mencatat retur penjualan)

Agus. 5 Kas 11.760.000

Potongan Penjualan 240.000

Piutang Dagang - 12.000.000

(mencatat penagihan piutang dagang)

Biaya Angkut Pembelian dan Biaya Angkut Penjualan.

Akun Biaya Angkut Pembelian (Transportation In) digunakan untuk mencatat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atas pengangkutan/pengiriman barang yang dibeli dengan syarat Franco Gudang Penjualan (FOB Shipping Point), sedangkan akun Biaya Angkut Penjualan (Transportation Out) untuk mencatat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atas pengangkutan/pengiriman barang yang dijual syarat Franco Gudang Penjualan (FOB Destination).

(37)

Sebagai contoh, misalnya PT. INDRA MANDIRI pada 10 Agustus 2007 membayar biaya angkut pembelian Rp 500.000 atas barang yang dibeli dan biaya angkut penjualan Rp 750.000 atas barang yang dijual. Jurnalnya adalah sebagai berikut.

Agus. 10 Biaya Angkut Pembelian 500.000

Biaya Angkut Penjualan 750.000

Kas - 1.250.000

Neraca Saldo

Sesuai dengan siklus akuntansi, perusahaan pada akhir tahun menyusun neraca saldo. Sebagai contoh, misalnya berikut adalah saldo-saldo dari neraca saldo (sebagian) per 31 Desember 2007 pada PT. ASIA RAYA :

PT. ASIA RAYA

Neraca Saldo (Sebagian) Per 31 Desember 2007

No. A k u n Debit Kredit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Persediaan2 Penjualan Potongan Penjualan Retur Penjualan

Biaya Angkut Penjualan Pembelian

Potongan pembelian Retur Pembelian Biaya Angkut Pembelian Harga Pokok Penjualan Ikhtisar Rugi-Laba Rp4.000.000 - 300.000 1.000.000 500.000 8.000.000 - - 400.000 0 0 - Rp16.000.000 - - - - 600.000 1.000.000 - - -

Perhitungan HPP dan Jurnal Penyesuaian

Untuk menghitung harga pokok penjualan (HPP), diperlukan data tentang nilai persediaan akhir periode. Jika setelah dilakukan inventory taking, nilai persediaan akhir PT. ASIA adalah Rp 3.000.000, maka HPP dihitung sebagai berikut :

(38)

Persediaan awal periode Rp4.000.000 Pembelian selama periode

Ditambah : Biaya angkut pembelian

Rp8.000.000 400.000 Harga pokok pembelian

Dikurangi : Potongan pembelian Retur pembelian Rp8.400.000 (300.000) (1.000.000)

Harga pokok pembelian bersih 7.100.000

Harga pokok barang tersedia dijual Dikurangi : Persediaan akhir periode

Rp11.100.000 (3.000.000)

Harga pokok penjualan Rp8.100.000

Jurnal penyesuaian untuk mengakui persediaan akhir pada 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut :

Des. 31 Persediaan (Akhir) 3.000.000

Potongan Pembelian 300.000

Retur Pembelian 1.000.000

Harga Pokok Penjualan 8.100.000

Pembelian - 8.000.000

Biaya Angkut Pembelian - 400.000

Persediaan (Awal) - 4.000.000

(mencatat penyesuaian mengakui HPP)

B. Aliran Biaya

Metode aliran biaya (flow of cost) adalah isu penting dalam akuntansi keuangan karena metode ini akan mempengaruhi laba rugi dan persediaan. Masalah aliran biaya akan muncul ketika harga pokok antara pembelian yang satu berbeda dari pembelian lainnya.

Sebagai contoh, misalnya transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan selama bulan Desember adalah sebagai berikut.

(39)

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo

Des. 1 5.000 unit @ Rp1.000

10 15.000 unit @ Rp1.200 20.000 unit

20 17.000 unit 3.000 unit

26 16.000 unit @ Rp1.400 19.000 unit

Harga pokok barang tersedia untuk dijual dapat dihitung sebagai berikut :

Persediaan awal (5.000 unit x Rp 1.000) Rp5.000.000 Pembelian {(15.000 unit x Rp 1.200) + (16.000 unit x Rp 1.400)} 40.400.000 Harga pokok barang tersedia dijual Rp45.400.000

Pertanyaannya adalah berapakah nilai persediaan akhir dan berapakah harga pokok penjualan bulan Desember? Dua pertanyaan ini akan dijawab oleh berbagai metode aliran biaya sebagai berikut.

1. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification)

Mengikuti aliran fisik barang merupakan metode yang paling ideal. Metode ini disebut identifikasi khusus, karena metode ini mengidentifikasi secara spesifik aliran barang yang keluar. Aliran biaya (kos) sesuai dengan aliran fisik barangnya.

Sebagai contoh, misalnya perusahaan telah mengidentifikasi bahwa saldo 19.000 unit pada akhir Desember 2007 berasal dari 2.000 unit dari saldo per 1 Desember dengan kos Rp1.000 per unit, 9.500 unit dari pembelian 10 Desember dengan kos Rp1.200 per unit, dan 7.500 unit dari pembelian 26 Desember dengan kos Rp1.400 per unit. Maka persediaan akhir dan harga pokok penjualan menurut metode identifikasi khusus adalah sebagai berikut :

Tanggal Kuantitas (Unit) Kos per Unit Total kos Des. 1 2.000 unit Rp1.000 Rp2.000.000

10 9.500 unit 1.200 11.400.000 26 7.500 unit 1.400 10.500.000 Harga pokok persediaan akhir Rp23.900.000

(40)

2. Berdasarkan Anggapan

Meskipun ideal, metode identifikasi khusus tidaklah praktis. Untuk kepraktisan, digunakan metode-metode yang berdasarkan pada anggapan-angapan tertentu : rerata, masuk pertama keluar pertama (MPKP) dan masuk terakhir keluar pertama (MTKP). Berikut adalah penjelasannya dengan menggunakan data sebelumnya :

Metode Rerata Berbobot (weighted average)

Metode menjumlah seluruh harga pokok total persediaan dari persediaan awal dan pembelian selama satu periode. Disebut berbobot (weighted) karena harga pokok per unitnya diberi bobot harga masing-masing.2 Metode ini menganggap bahwa kos setiap unit barang dagangan adalah rerata dari kos total yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kos yang Tersedia Dijual Kos Rerata per Unit = —————————————————

Total Unit Barang yang Tersedia Dijual

Rp45.400.000

Kos per Unit = ———————— = Rp1.261,10

36.000

Jadi, kos persediaan akhir = 19.000 x Rp1.261,10 = Rp23.960.900 dan harga pokok penjualan = = Rp45.400.000 – Rp23.960.900 = Rp21.439.100

Metode MPKP (first in, first out atau FIFO)

Metode ini menganggap barang yang pertama kali dibeli adalah yang mempunyai urutan pertama keluar dari perusahaan, sehingga barang yang tersisa di akhir bulan adalah barang yang dibeli paling akhir.

Persediaan akhir pada contoh di atas adalah 19.000 unit, menurut metode MPKP, persediaan akhir dianggap berasal dari pembelian terakhir (26 Desember) sebanyak 16.000 unit dengan kos per unit Rp1.400 dan berasal dari pembelian sebelumnya, yakni 10 Desember sebanyak 3.000 unit dengan kos per unit

(41)

Rp1.200. Jadi, kos persediaan akhir adalah :

Tanggal Kuantitas (Unit) Kos per Unit Total kos Des. 10 3.000 unit Rp1.200 Rp3.600.000

26 16.000 unit 1.400 22.400.000 Harga pokok persediaan akhir Rp26.000.000

Harga pokok penjualan = Rp45.400.000 – Rp26.000.000 = Rp19.400.000

Metode MTKP (last in, first out atau LIFO)

Metode ini menganggap barang yang dijual pertama kali adalah barang yang masuk ke perusahaan terakhir kali. Barang yang masih tersisa di akhir tahun, oleh karena itu, dianggap berasal dari persediaan awal dan pembelian-pembelian sesudahnya.

Persediaan akhir pada contoh di atas adalah 19.000 unit, menurut metode MTKP, persediaan akhir dianggap berasal dari saldo awal (1 Desember) sebanyak 5.000 unit dengan kos per unit Rp1.000 dan berasal dari pembelian sesudahnya, yakni 10 Desember sebanyak 14.000 unit dengan kos per unit Rp1.200. Jadi, kos persediaan akhir adalah :

Tanggal Kuantitas (Unit) Kos per Unit Total kos Des. 1 5.000 unit Rp 1.000 Rp5.000.000

10 14.000 unit 1.200 16.800.000 Harga pokok persediaan akhir Rp21.800.000

Harga pokok penjualan = Rp45.400.000 – Rp21.800.000 = Rp23.600.000

C. Latihan Soal

Berikut adalah informasi mengenai transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan selama bulan Desember 2007 pada PT. SWASEMBADA :

(42)

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo Des. 1 10.000 unit @Rp 2.000 8 30.000 unit @ Rp 2.300 40.000 unit 15 35.000 unit@Rp3300 5.000 unit 20 40.000 unit @ Rp 2.500 45.000 unit 25 38.000 unit @Rp3500 7.000 unit 29 35.000 unit @ Rp 2.600 42.000 unit

1. Apabila perusahaan menggunakan sistem akuntansi persediaan Periodik/Fisik, tentukan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan bulan Desember 2007 berdasarkan metode :

a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) c. Metode Rerata Berbobot

2. Apabila perusahaan menggunakan sistem akuntansi persediaan periodik/fisik dengan metode MPKP, buatlah jurnal pencatatan yang diperlukan.

(43)

BAB V

PERSEDIAAN : SISTEM PENGENDALIAN PERPETUAL

DAN ALIRAN BIAYA

Bab ini merupakan lanjutan bab sebelumnya dan membahas akuntansi untuk Persediaan (barang dagangan) yang menggunakan sistem perpetual. Di bab ini juga dibahas berbagai metode aliran biaya yang diterapkan pada sistem perpetual. Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan metode perpetual, mampu membedakan antara sistem perpetual dan sistem periodik, dan mampu menyelenggarakan kartu Persediaan dengan metode rata-rata, MPKP, dan MTKP.

A. Sistem Perpetual

Dalam sistem perpetual, perubahan persediaan dicatat dalam akun Persediaan dan harga pokok penjualannya ditentukan ketika terjadi penjualan. Masing-masing jenis persediaan disiapkan Kartu Persediaan yang berfungsi sebagai Buku Pembantu persediaan dan digunakan untuk mencatat mutasi setiap hari.

Pembelian dan Biaya Angkut Pembelian

Pembelian, baik tunai maupun kredit, dicatat di akun Persediaan sebelah debit. Begitu pula biaya angkut yang ditanggung perusahaan atas barang yang dibeli. Sebagai contoh, misalnya PT. FAISALINDO pada 21 Januari 2007 membeli barang dagangan Rp 15.000.000 secara kredit dengan syarat 2/10, n/30 dan membayar biaya angkut pembelian Rp 200.000. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Jan. 21 Persediaan 15.200.000

Utang Dagang - 15.000.000

Kas - 200.000

(mencatat pembelian kredit dan biaya angkut pembelian)

(44)

Retur Pembelian dan Potongan Pembelian

Retur pembelian dan potongan pembelian dicatat di sebelah kredit akun Persediaan. Apabila pada tanggal 22 Januari 2007, barang Rp2.000.000 yang dibeli pada 21 Januari 2007 dikembalikan kepada penjual, maka dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Jan. 22 Utang Dagang 2.000.000

Persediaan - 2.000.000

(mencatat retur pembelian)

Anggaplah bahwa perusahaan membayar utang usaha pada 27 Januari 2007, sehingga memperoleh potongan pembelian sebesar 2%, yaitu Rp260.000 (= 2% x Rp13.000.000), maka dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Jan. 27 Utang Dagang 13.000.000

Kas - 12.740.000

Persediaan - 260.000

(mencatat pembayaran utang dagang)

Penjualan, Retur Penjualan, dan Potongan Penjualan

Transaksi penjualan dicatat dalam dua jurnal : pertama, untuk mengakui pendapatan dan kedua, untuk mengakui HPP, yang penentuannya akan dijelaskan nanti di subbab aliran biaya. Angka untuk contoh di sini dimisalkan saja. Misalnya, pada 1 September dijual barang dagangan secara kredit dengan harga jual Rp3.000.000, syarat 1/10, n/30. Harga pokok barang yang dijual tersebut menurut kartu persediaan adalah Rp 1.800.000. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Sep. 1 Piutang Dagang 3.000.000

Penjualan - 3.000.000

(mencatat penjualan barang dagangan)

Harga Pokok Penjualan 1.800.000

Persediaan - 1.800.000

(mencatat harga pokok penjualan)

Apabila terjadi retur penjualan, maka dibuat juga dua jurnal: pertama, untuk mengakui berkurangnya pendapatan, dan kedua untuk mengakui bertambahnya

Gambar

Tabel depresiasi kendaraan di atas dengan metode Garis Lurus adalah sebagai  berikut.
Tabel depresiasi kendaraan di atas dengan metode Jumlah Angka Tahun  adalah sebagai berikut :
Tabel Depresiasi Kendaraan  Metode Saldo Menurun Ganda
Tabel Rencana Amortisasi Agio Utang Obligasi – Metode Bunga Efektif  Tanggal  Bunga Dibayar  Biaya Bunga
+3

Referensi

Dokumen terkait

3) Neraca Saldo Disesuaikan, data dalam kolom ini merupakan jumlah dari neraca saldo setelah adanya ayat- ayat penyesuaian. Rekening-rekening tersebut dapat bertambah jumlah

Pelunasan terhadap SBIS dilakukan oleh Bank Indonesia pada tanggal SBIS jatuh waktu dengan cara mengkredit rekening giro sebesar nilai nominal SBIS ditambah imbalan

akun kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo rekening giro di bank. Kas adalah aset keuangan yang juga

Jika perusahaan menggunakan bentuk rekening tiga kolom atau empat kolom maka penyusunan neraca saldo tinggal mencatat jumlah saldo dari masing – masing rekening

SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG Jurnal Jurnal pembelian Jurnal pengeluaran kas Jurnal penjualan Jurnal penerimaan kas Jurnal umum Neraca Saldo Penyesuaian

rekening yang masih terbuka, maka dibuatlah neraca saldo setelah penutupan yang isinya rekening-rekening real saja, bukan termasuk nominal yang sudah ditutup... ELEMEN KUNCI

3. Membuat kertas kerja untuk menyusun neraca saldo setelah disesuaikan 4. Menyusun laporan keuangan berdasarkan neraca saldo yang telah disesuaikan CONTOH KASUS.. Masih harus

Neraca saldo setelah penutupan buku merupakan suatu daftar yang berisi saldo-saldo rekening buku besar setelah perusahaan melakukan penutupan buku. Neraca ini