PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR DI
KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 02 PEMATANGSIANTAR T.P 2013/2014
Oleh:
Sumitro Paulinus Sihotang NIM 4101121029
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala Kasih, pertolongan dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga skiripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Skiripsi berjudul ” Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014.” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Abd Hakim, M.Si, Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si, dan Ibu Dr. Derlina, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si dan Bapak Drs. Ratelit Tarigan, M.Pd selaku dosen Validator yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk melakukan penelitian dan juga ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Henok Siagian, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
kasih juga kepada semua Saudara – saudara kandung saya, khususnya buat Kak Dewi, dan Kak Emma karena telah memberi dukungan, spiritual, materi dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skiripsi ini.
Ucapan Terima kasih juga disampaikan kepada UK-KMK St. Martinus Unimed terkhusus buat Dewi SRG , bg Willy, bg Mars, bg Parman, kak Albina, Nuel, Ayu, Riris Manihuruk, Tere, Grace, Filemon, Mawar, Eva, Henra, Katrin, Rita, Tetty, Nada. Terimakasih juga buat bimbingan belajar medica tempat saya untuk belajar mengajar dan terimakasih juga buat kakak alumni fisika 2008 khususnya Kak Denny, Kak Rio serta teman-teman seperjuangan fisika 2010 khususnya semua anak dik a, Haris, Rudi, Tutut, Nia, Paian, Helena, Wahyu, Setia, Noto, Robasa, Cicilia sihotang, Berton, dan terimakasih juga buat teman-teman PPLT SMANDU P.Siantar 2013 yang telah mendorong saya dan memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skiripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skiripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Penulis,
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR DI
KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 02 PEMATANGSIANTAR T.P 2013/2014
Sumitro Paulinus Sihotang NIM 4101121029
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapaan model problem based learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi kalor di kelas X SMA Negeri 2 Pematang Siantar T.P 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas yaitu kelas X-PIA 6 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 37 orang dan kelas X-PIA 5 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 43,81 dengan simpangan baku 13,81 dan nilai rata-rata kelas kontrol 44,05 dengan simpangan baku 11,01. Pada pengujian normalitas untuk pretes pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,0736 dan Ltabel = 0,1476, untuk kelas kontrol dengan Lhitung = 0,0785 dan Ltabel = 0,1476 , karena Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,57 dan Ftabel = 1,74 karena Fhitung < Ftabel , maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Dari hasil uji beda nilai kedua kelas pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung = - 0,082 dan ttabel = 1,996 , karena thitung < ttabel maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai pretes kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model problem based learning dan kelas kontrol dengan model konvensional. Setelah perlakuan, diberi postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 80,05 dan kelas kontrol 68,81. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen N-gain= 64,4% dan kelas kontrol N-gain = 44,2% dan rata-rata aktivitas di kelas eksperimen sebesar 70,79 termasuk dalam kategori aktif, sementara di kelas kontrol rata-rata aktivitas 46,34 termasuk dalam kategori cukup aktif. Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung = 4,55 dan ttabel = 1,668, karena thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model problem based learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi kalor di kelas X semester II SMA Negeri 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014.
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 62 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 70 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 79
Lampiran 4 Lembar kerja siswa 1 93
Lampiran 10 Rekapitulasi Reliabilitas Tes Hasil Belajar 112 Lampiran 11 Urutan Nilai Reliabilitas Tes Hasil Belajar 113 Lampiran 12 Kelompok Atas Reliabilitas Tes Hasil Belajar 115 Lampiran 13 Kelompok Bawah Reliabilitas Tes Hasil Belajar 116 Lampiran 14 Rekapitulasi Daya Beda Tes Hasil Belajar 117 Lampiran 15 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Tes Hasil Belajar 118 Lampiran 16 Menentukan Reliabilitas Tes Hasil Belajar 120 Lampiran 17 Menentukan Daya Beda Tes Hasil Belajar 124 Lampiran 18 Menentukan Taraf Kesukaran Tes Hasil Belajar 126 Lampiran 19 Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 128 Lampiran 20 Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 129 Lampiran 21 Rekapitulasi Aktivitas Kelas Eksperimen 130 Lampiran 22 Rekapitulasi Aktivitas Kelas Kontrol 136 Lampiran 23 Rekapitulasi Penilaian Psikomotorik 142 Lampiran 24 Rekapitulasi Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 144 Lampiran 25 Rekapitulasi Penilaian Afektif Kelas Kontrol 150
Lampiran 26 Rekapitulasi Hasil Belajar 156
Lampiran 27 Perhitungan Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi 165
Lampiran 28 Uji Normalitas 170
Lampiran 29 Uji Homogenitas 174
Lampiran 30 Uji Hipotesis 176
Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian 180
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek tersebut. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM sangat bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena berhasilnya pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan di bidang yang lainnya. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan sekarang ini semakin giat dilaksanakan. Berbagai carapun ditempuh untuk memperoleh pendidikan, baik pendidikan secara formal maupun pendidikan secara nonformal .
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. UU RI No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Sistem pendidikan nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
2
fisika. Fisika dapat dijelaskan berdasarkan pada tiga aspek fisika atau dimensi fisika, yakni: isi fisika, sikap fisikawan dan metode fisika. Berdasarkan aspek isi fisika, pada dasarnya fisika adalah konsep, hukum, dan teori. Aspek sikap fisikawan adalah ahli dalam melakukan kegiatan fisika. Dengan perkataan lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah dalam menyelesaikan masalah fisika, yakni: sikap ingin tahu, kritis, obyektif, menemukan, menghargai karya orang lain, tekun dan terbuka. Metode fisika merupakan metode yang digunakan fisikawan dalam mengembangkan isi fisika. Pada dasarnya metode fisika adalah metode ilmiah berbasis eksperimen.
Rendahnya hasil belajar fisika didukung dari hasil wawancara kepada salah seorang guru fisika dan pengalaman penulis saat melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) Tahun 2013 di SMA N 2 Pematangsiantar, diketahui bahwa nilai rata-rata ujian fisika siswa kelas X masih rendah jika dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Pada T.P. 2011/2012 rata-rata nilainya 59 dan pada T.P. 2012/2013 rata-rata nilainya 64. Data ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian fisika kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar untuk kedua Tahun Pelajaran tersebut masih tergolong rendah.
3
Saat melaksanakan PPLT di sekolah tersebut, peneliti melihat bahwa aktivitas siswa masih kurang aktif, karena selama proses pembelajaran siswa jarang melakukan percobaan atau eksperimen. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi tidak aktif dan kreatif, sehingga pelajaran fisika menjadi membosankan dan menjadi salah satu pelajaran yang sulit dipelajari dan tidak disukai oleh siswa. Akibatnya siswa kurang mampu memahami, menerapkan dan menganalisis konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan diterapkan adalah model problem based learning (PBL). Model PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (Trianto, 2010). Pembelajaran PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Menurut Arends (2008), model PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti “pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction)”, “pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction)”, “belajar otentik (authentic learning) dan ”pembelajaran bermakna (anchored instruction). Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
4
30,66 setelah diberi perlakuan dengan model PBL maka hasil belajar fisika siswa meningkat dengan nilai rata-rata postes 68,66. Menurut hasil penelitian Siagian (2009) yang menerapkan model PBL di SMP N 2 Rantau Utara pada materi pokok Listrik Dinamis diperoleh nilai pretes kelas eksperimen 4,197 setelah dilakukan perlakuan dengan model PBL diperoleh hasil postes 7,54. Berdasarkan hasil kedua peneliti ini diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa.
Kelemahan dari kedua penelitian tersebut tidak memperhatikan aspek yang lain dari siswa, seperti tidak mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, aktivitas sangat penting diperhatikan karena pada hakekatnya belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan.
Sardiman (2009) mengatakan bahwa “pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, sehingga aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Hal ini didukung oleh Slameto (2010) mengatakan bahwa “akitvitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.” Perlu ditambahkan bahwa aktivitas belajar itu bersifat fisik maupun mental. Kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Sehubungan dengan hal tersebut, Piaget menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan. Untuk itulah perlu adanya observasi untuk mengetahui aktivitas selama proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan psikomotorik dan afektif.
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan:
a. Model pembelajaran yang diajarkan guru kurang bervariasi
b. Proses pembelajaran umumnya bersifat analitis dengan menitik-beratkan pada penurunan rumus-rumus fisika melalui analisis matematis.
c. Rendahnya hasil belajar fisika siswa
d. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, sehingga memungkinkan tujuan penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based learning.
b. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester II SMA Negeri 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014.
c. Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah Kalor.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model problem based learning pada materi Kalor pada siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 ? b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan
6
c. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning pada materi Kalor pada siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 ?
d. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi Kalor pada siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 ?
e. Apakah ada perbedaan yang signifikan akibat pengaruh penerapan model problem based learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi Kalor di kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 dengan menggunakan model problem based learning pada materi Kalor.
b. Untuk mengetahui peningkatan belajar siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi Kalor.
c. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 dengan menggunakan model problem based learning pada materi Kalor.
d. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X semester II SMA N 2 Pematangsiantar T.P 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi Kalor.
7
1.6 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Sebagai informasi hasil belajar siswa dengan penerapan model problem based learning pada materi Kalor di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. b. Menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lain dalam
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.7 Defenisi Operasional
a. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce et all., 2009)
b. Model pembelajaran PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 2008).
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan:
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model problem based learning (PBL) khususnya pada materi kalor memberikan nilai rata-rata dengan kategori sangat baik dan peningkatan hasil belajar dengan kategori sedang. 2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
khususnya pada materi kalor memberikan nilai rata-rata dengan kategori cukup baik dan peningkatan hasil belajar dengan kategori sedang.
3. Aktivitas siswa yang dikembangkan dari model problem based learning memberi informasi bahwa dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ditinjau dari hasil dengan kategori rata-rata aktivitas di setiap pertemuan dinyatakan aktif.
4. Aktivitas siswa yang dikembangkan dari model pembelajaran konvensional memberi informasi bahwa rata-rata aktivitas di setiap pertemuan dinyatakan kurang aktif, yang artinya penggunaan model pembelajaran konvensional kurang meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
59
5.2. Saran
Saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengoptimalkan pengelolaan kelas khususnya pada saat diskusi berlangsung agar tidak terjadi kegaduhan-kegaduhan di dalam kelas, untuk itu dibutuhkan satu observer tiap kelompok agar proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R. (eds). (2001). A. Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. A. Revision of Bloom’s. Taxonomy of Education Objectives.New York; Addition Wesly.
Arends, R., (2008), Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto,S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta
Arikunto.S, (2003), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah, S.B. dan Aswan, Z., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Halliday, D., Resnik, R., (1994), Fisika, Erlangga, Jakarta
Joyce, B., Weil, M. dan Calhoun, E., (2009), Models of Teaching: Model-Model Pengajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ibrahim, M., Nur, M., (2000), Pengajaran Berdasarkan Masalah, University Press, Surabaya.
Kanginan, M., (2006), Fisika SMA/MA Kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kennedy. 2009. Perbedaan Hasil belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Konvensional pada Materi Pokok Pemuaian di SMA Negeri 4 Kisaran T.A. 2008/2009. Skripsi. Medan : FMIPA Unimed
Matlin, M. E. (2009). Cognitive Psychology. Seventh Edition. Internasional Student Version. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Matlin, (2003). Cognitive. Fifth Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Marzano, R.J. (2006). Classroom Assessment & Grading that Work. Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria, Virginia USA
Meltzer, D. E. (2002). “The Relationshif between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Score”.Am,J.Phys.70,(2), 1259-1267.
Sanjaya., W, 2010, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Grup, Jakarta
Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, CV Alfabeta, Bandung. Sardiman, (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
61
Sihotang, I. M. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konvensional pada Materi Pokok Optik Geometri Kelas X SMA St. Yoseph Medan. Skripsi. Medan: FMIPA Unimed Siregar, D. S. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam
Meningkakan Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Pokok Kinematika Gerak Lurus Di Sekolah Menengah Atas Kelas X. Skripsi. Medan : FMIPA Unimed
Sitanggang, N. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kesetimbangan Benda Tegar Kelas XI MAN 1 Medan T.P 2011/2012. Skripsi. Medan: FMIPA Unimed
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistik, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sudjana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung
Supiyanto, (2006), Fisika SMA Jilid 1, Erlangga, Jakarta