ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM
Ditya Intan Kusuma Universitas Sanata Dharma
2015
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 11 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 66,3%. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan tiga kali pertemuan dan siklus II dengan tiga kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan 2) Pelaksanaan3) Pengamatan 4) Refleksi. Pengumpulan data didapatkan dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan kuisioner.
Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 78,75 pada siklus I menjadi 82,5 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 59,37% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 59,37% dan pada siklus II adalah 81,25% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING OF SNOWBALL THROWING TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING
RESULT CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 11 OF YOGYAKARTA ON ECOSYSTEM FIELD
Ditya Intan Kusuma Sanata Dharma University
2015
Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 11 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 66,3%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom X A SMA Negeri 11 Yogyakarta on the subject Ecosystem by implementating cooperative learning of Snowball Throwing methods.
Classroom action research was conducted in two cycles, three meetings in the first phase and three meetings in the second phase. Each cycle consists of 4 stages. 1) Planning 2) Implementation 3) Observation 4) Reflection. The data was collected from pre-test, post-test grading results, observation worksheets, and questionnaire filled in forms.
The research subject is 32 students class X A Senior High School 11 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 78,75 on cycle 1 be 82,5 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 59,73% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 59,73% and on cycle II is 81,25% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Snowball Throwing Method can be increase motivation and student biology learning result class X A Senior High School 11 Yogyakarta on ecosystem field.
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh : Ditya Intan Kusuma NIM : 111434017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
v
MOTTO
Sabar dal am mengatasi kesul itan dan bertindak
bijaksana dal am mengatasinya adal ah sesuatu yang
utama
Bersabar, berusaha, dan bersyukur
Bersabar dal am berusaha
Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah
Dan bersyukur atas apa yang tel ah diperol eh
viii
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM
Ditya Intan Kusuma Universitas Sanata Dharma
2015
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 11 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 66,3%. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan tiga kali pertemuan dan siklus II dengan tiga kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan 2) Pelaksanaan 3) Pengamatan 4) Refleksi. Pengumpulan data didapatkan dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan kuisioner.
Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 78,75 pada siklus I menjadi 82,5 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 59,37% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 59,37% dan pada siklus II adalah 81,25% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem.
ix
ABSTRACT
IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING OF SNOWBALL THROWING TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING
RESULT CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 11 OF YOGYAKARTA ON ECOSYSTEM FIELD
Ditya Intan Kusuma Sanata Dharma University
2015
Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 11 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 66,3%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom X A SMA Negeri 11 Yogyakarta on the subject Ecosystem by implementating cooperative learning of Snowball Throwing methods.
Classroom action research was conducted in two cycles, three meetings in the first phase and three meetings in the second phase. Each cycle consists of 4 stages. 1) Planning 2) Implementation 3) Observation 4) Reflection. The data was collected from pre-test, post-test grading results, observation worksheets, and questionnaire filled in forms.
The research subject is 32 students class X A Senior High School 11 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 78,75 on cycle 1 be 82,5 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 59,73% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 59,73% and on cycle II is 81,25% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Snowball Throwing Method can be increase motivation and student biology learning result class X A Senior High School 11 Yogyakarta on ecosystem field.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya
yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 11
Yogyakarta Pada Materi Ekosistem”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program studi Pendidikan Biologi. Penulis
menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu memberi rahmat kehidupan,
penyertaan, dan memberkatiku sepanjang waktu.
2. Papaku Budi Wiyatno dan mamaku Setya Mardi Rahayuningsih yang
telah memberikan dorongan semangat serta perhatian sehingga aku
dapat sampai sekolah ke jenjang ini.
3. Ibu Dra Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah sabar menghadapi saya selama bimbingan dan berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Titi Dwi Kurniasih S.Pd. selaku guru biologi SMA Negeri 11
Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaaan penelitian dan
membimbing saya.
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi Pak Tri, Bu Luisa, Romo
Wir, Bu Ika, Bu Nana, Bu Wiwid, Pak Suthardi, dan segenap Staff
Sekretariat JPMIPA Sanata Dharma yang telah mendukung penulisan
skripsi ini secara tidak langsung.
6. Adik-adikku Shella Mekaria, Igor Gadira, dan Figo Catur Palusa yang
telah memberikan semangat untuk penulisan skripsi ini.
7. Kekasihku Ryan Putranda Kristianto yang telah memberikan semangat
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
A. Belajar dan Pembelajaran ... 9
B. Motivasi Belajar ... 13
C. Hasil Belajar ... 20
D. Pembelajaran Kooperatif ... 27
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 33
F. Pembelajaran Ekosistem... 37
G. Kajian Empiris ... 38
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Jenis Penelitian ... 41
B. Setting Penelitian ... 41
C. Rancangan Penelitian ... 42
D. Instrumen Penelitian ... 47
E. Validitas Instrumen ... 52
F. Analisis Data... 53
G. Indikator Keberhasilan ... 59
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Pelaksanaan Penelitian ... 60
B. Hasil Penelitian ... 60
C. Analisis Data... 76
D. Pembahasan ... 80
BAB V KESIMPULAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penetapan Skor Kuisioner ... 51
Tabel 3.2 Kriteria Motivasi Siswa ... 52
Tabel 3.3 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 53
Tabel 3.4 Kriteria Lembar Observasi Ranah Afektif Siswa ... 56
Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57
Tabel 4.1 Hasil Pre-test siswa... 61
Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 62
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 67
Tabel 4.4 Hasil Post-test Siklus I ... 68
Tabel 4.5 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa ... 72
Tabel 4.6 Hasil Observasi Kelompok Siswa Aspek Afektif Siklus II ... 73
Tabel 4.7 Hasil Post-test Siklus II ... 74
Tabel 4.8 Perbandingan Post-test Siklus I dan Siklus II ... 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Observasi Guru Mengajar dan Kondisi Kelas ... 60
Gambar 4.2 Setiap Ketua Kelompok diberikan Materi Pokok ... 63
Gambar 4.3 Siswa Membuat Pertanyaan Beserta Jawaban ... 64
Gambar 4.4. Siswa Melemparkan Pertanyaan ke Kelompok lain ... 64
Gambar 4.5 Siswa Berdiskusi bersama Kelompoknya ... 64
Gambar 4.6 Siswa bersama Kelompok mempersentasikan Hasil Diskusi ... 65
Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan Post-test Siklus I ... 66
Gambar 4.8 Siswa Membuat Pertanyaan Beserta Jawabannya ... 70
Gambar 4.9 Siswa Melempar Bola Mainan yang berisi pertanyaan ... 70
Gambar 4.10 Siswa Berdiskusi Menjawab Pertanyaan yang telah dilemparkan oleh Kelompok lain ... 71
Gambar 4.11 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 71
Gambar 4.12 Peneliti Meriview dan Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 71
Gambar 4.13 Grafik Persentase Motivasi Awal Siswa ... 75
Gambar 4.14 Grafik Persentase Motivasi Akhir Siswa ... 76
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Siswa .. 80
Gambar 4.16 Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 82
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Silabus ... 92
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 95
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Kunci Jawaban ... 96
Kisi-Kisi ... 126
Soal Pre-test, post-test, dan Kunci Jawaban ... 130
Materi Ekosistem ... 150
Lembar Observasi Kelas ... 161
Lembar Kuisioner... 164
Data Nilai Pre-test ... 171
Data Nilai Post-test I ... 173
Data Nilai Post-test II... 175
Data Perhitungan Lembar Observasi ... 177
Data Perhitungan Kuisioner Motivasi Awal dan Akhir ... 180
Hasil Post-test I terendah dan tertinggi ... 184
Hasil Post-test II terendah dan tertinggi ... 194
Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus I pertemuan 1 ... 206
Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus I pertemuan 2 ... 210
Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus II pertemuan 1 ... 218
Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus II pertemuan 2 ... 222
Pertanyaan Snowball throwing siklus I ... 230
Pertanyaan Snowball throwing siklus II ... 232
Hasil Lembar Observasi ... 235
Hasil Lembar Kuisioner Motivasi Awal ... 238
Hasil Lembar Kuisioner Motivasi Akhir ... 247
Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA ... 269
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa, juga merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut
Listyarti (2012) pendidikan merupakan sebuah proses sadar dan terencana
untuk terus mendorong perubahan serta pembaharuan individu dan sosial
untuk mencapai mutu kehidupan yang lebih baik, dengan cara
memaksimalkan kemerdekaan pribadi peserta didik, serta membela kondisi
kemanusiaan dalam lingkungan sosialnya. Faktor mendasar dalam pendidikan
adalah proses “mengada” si anak. Diantaranya adalah sasaran-sasaran sosial,
makna-makna, dan nilai-nilai yang terwujud dalam pengalaman sejarah orang
dewasa. Selain itu, yang mendasari proses pendidikan adalah metode yang
memungkinkan interaksi antara faktor anak dan faktor orang dewasa.
Ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar
mengajar, antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan
prasarana yang digunakan, dan juga adanya minat dari siswa itu sendiri.
Sebagai fasilitator dan motivator, guru memegang peranan yang sangat
penting. Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa
agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri sesuai
dengan tujuan belajar yang ditetapkan oleh kurikulum. Peran guru sebagai
fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan
guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar
(Sardiman, 2004). Inti dari proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan
belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran yakni keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, unsur-unsur dalam
proses pembelajaran haruslah memberikan kontribusi yang maksimal pada
proses pembelajaran. Salah satu cara untuk memberikan kontribusi maksimal
adalah dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang disampaikan dan didukung dengan sarana prasarana lainnya akan sangat
membantu siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Faktor lain
yang juga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar adalah suasana kelas,
suasana yang menyenangkan dan tidak monoton. Maka suasana seperti ini
akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan bagi siswa.
Berdasarkan pengalaman selama masa PPL di SMA Negeri 11
Yogyakarta, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan
metode ceramah dengan bantuan media powerpoint. Metode ceramah
membuat siswa menjadi kurang aktif selama pembelajaran. Meskipun selama
pembelajaran, guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab,
namun hanya 5 orang saja yang bertanya sehingga peran guru masih sangat
dominan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan pelajaran dari guru tanpa
adanya aktifitas yang melibatkan siswa untuk aktif. Selain itu, selama proses
seperti mengobrol dengan teman sebangku hingga menggangu teman nya
sampai membuat keributan di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih
sebagai teacher center bukan fasilitator. Hasil wawancara dengan guru pamong diketahui bahwa guru terkadang melakukan diskusi secara
berkelompok, namun belum maksimal dikarenakan jumlah anggota dalam
satu kelompok cukup banyak yaitu sekitar 4 sampai 5 orang sehingga hanya
ada beberapa siswa yang aktif dalam mengerjakan tugas kelompok.
Berdasarkan hasil ulangan harian biologi pada materi ekosistem kelas X
sebelumnya didapatkan nilai rata-rata 66,3 dengan nilai terendah 60 dan
tertinggi 85. Berdasarkan ulangan harian biologi yang dilakukan pada materi
ekosistem terdapat 37,5 % siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang
telah ditentukan. Sementara 62,5 % siswa memperoleh nilai di bawah KKM
yang ditentukan. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas apabila
ketercapaian KKM minimal 76 %. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil
belajar siswa kelas X A masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena
metode pembelajaran yang dipakai oleh guru masih menggunakan metode
ceramah sehingga motivasi belajar siswa masih rendah. Metode yang
digunakan hampir sama terus menerus di setiap materi pembelajaran maka
akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa.
Setelah mengkaji hasil observasi selama masa PPL di SMA Negeri 11
Yogyakarta, maka peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara
memotivasi siswa baik motivasi dari diri siswa sendiri maupun dari luar
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif. Hal ini dimaksudkan
agar siswa dapat memiliki minat terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Biologi sebagai sebuah ilmu alam mengkaji tentang
makhluk hidup. Objek biologi bisa diamati secara langsung dan akan lebih
bermakna apabila menggunakan metode atau cara yang menyenangkan yang
melibatkan siswa dalam berpikir sehingga mudah mendalami materi yang
disampaikan dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dapat mengembangkan keaktifan, minat, kemandirian, dan tanggung
jawab, serta menunjang siswa dalam pembelajaran yang bermakna dengan
memberikan kemudahan bagi siswa untuk merumuskan dan memahami
konsep-konsep yang dianggap sulit. Peserta didik dapat saling mendiskusikan
masalah yang dihadapi dengan temannya. Menurut Sugiyanto (2010)
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu metode kooperatif
adalah Snowball Throwing yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
Metode Snowball Throwing berasal dari kata Snowball yang berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran
dijawab. Menurut Mohib Asrori (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan
awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap
jalannya pembelajaran. Menurut Widodo (2009), Model Pembelajaran
Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan
dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11
C. Batasan Masalah
Agar dapat menemukan jawaban dari suatu masalah dengan efisien
dan terarah, maka diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara
mendalam. Pada penelitian ini, batasan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta
semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 32
orang.
2. Objek penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP.
b. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekosistem dengan
Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem dan kompetensi dasar 4.1 Mendeskripsikan
peran komponen ekosistem dalam aliran energi.
c. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat
siswa dalam mempelajari pokok bahasan ekosistem yang diukur
melalui angket/kuisioner yang diberikan kepada siswa.
d. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek
kognitif dan aspek afektif, aspek kognitif diketahui melalui hasil tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda, sedangkan aspek afektif
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi
dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi
ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bagi siswa, guru, sekolah, maupun bagi
peneliti sendiri adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa.
Membantu siswa dalam memahami materi Ekosistem dengan mudah
dan lebih menyenangkan, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa
dapat meningkat.
2. Manfaat bagi guru
Menambah informasi bagi guru mengenai metode pembelajaran yang
bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
3. Manfaat bagi sekolah
Sebagai masukan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang
dapat dijadikan arahan dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa
4. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan
cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
biologi dan dapat dijadikan bekal bagi masa depan sebagai seorang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu aktifitas
dengan latihan dan pengalaman di sekolah, laboratorium, atau di alam
terbuka. Belajar membuat seseorang menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan. Dari belajar yang terus menerus membuat seseorang
memperoleh pengalaman, sehingga dapat bereksplorasi, menggali, dan
menemukan pemahaman pengetahuan dari belajar. Pada hakikatnya
pengetahuan lahir dari fakta-fakta yang ada, sehingga fakta alami yang
diperoleh berasal dari alam, dimana alam terus mengalami perubahan dan
seiring perubahan alam tersebut pengetahuan terus berkembang setiap
zamannya (Djiwandono,2006).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut : “Belajar ialah
suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam
diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,
kebiasaannya bertambah (Slameto,2010).
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan
akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Misalnya seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami
perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan
ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik
dan sempurna. Disamping itu, dengan kecakapan menulis yang telah ia
miliki, ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya,
dapat menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu
dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya
perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan
sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan
dalam pengertian belajar (Slameto, 2010).
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat temporer terjadi hanya untuk beberapa
saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan
sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti
belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap
atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak
dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja
melainkan akan terus dimiliki bahkan makin berkembang kalau terus
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang
belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin
dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana
yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah
ditetapkannya (Slameto,2010).
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah
belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam
keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia mengalami
perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat
sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang bagus, kebiasaan
membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan satu
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Faktanya dalam
praktik pembelajaran, terdapat interaksi antara guru dengan siswa.
Suyono dan Hariyanto (2011) berpendapat bahwa pendekatan
pembelajaran berbasis lingkungan berkembang maka definisi belajar
juga menyesuaikan diri. Belajar secara umum dapat dimaknai sebagai
proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungannya. Dalam kaitannya dengan hikmah pembelajaran yang
merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang
kemudian dikembangkan dan saling berbagi, sehingga memberikan
keuntungan.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar
memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah
energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Hamalik (2006), mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk
kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk
kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan
seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat
motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu
akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga.
Hanya dengan motivasi lah anak didik dapat tergerak hatinya untuk
belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah,2006).
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin menjadi
orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
Prayitno (2006) menyatakan bahwa di dalam proses belajar,
siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat dilihat dari kegiatannya
yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa
butuh dan ingin mencapai tujuan belajar sebenarnya. Secara langsung
dapat disimpulkan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik
aktifitasnya akan lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seorang mau belajar karena
ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama
dikelasnya (Daryanto dan Muljo,2012).
3. Komponen Motivasi
Komponen motivasi belajar meliputi tiga komponen, yaitu
kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu
merasa tidak ada keseimbangan antara yang ia miliki dan yang ia
harapkan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, kekuatan
mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau mencapai
tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan merupakan inti dari
motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang atau
individu. Tujuan tersebut mengarahkan semua perilaku siswa, dalam
hal ini perilaku belajar. Sehubungan dengan itu, maka motivasi
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Menurut Ali Imron dalam Siregar dan Nara (2011), terdapat enam
faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses belajar, meliputi :
a. Cita-cita siswa, siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi
ketika sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
b. Kemampuan siswa, siswa yang mengetahui kemampuannya pada
bidang tertentu akan termotivasi dengan kuat untuk terus
menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang
tersebut.
c. Kondisi siswa, kondisi fisik dan kondisi psikis siswa akan
mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi untuk belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa, kondisi lingkungan dapat diamati dari
lingkungan fisik dan sosial siswa. Faktor lingkungan fisik
mempengaruhi kenyamanan siswa saat belajar, sedangkan faktor
lingkungan sosial seperti teman sepermainan, keluarga, dan teman
kelas yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar akan berpengaruh
terhadap rendahnya motivasi belajar siswa.
e. Unsur-unsur dinamis belajar siswa, dilihat dari upaya memotivasi
tersebut dilakukan. Bahan pelajaran, alat bantu belajar, dan suasana
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Menurut Uno (2008), hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikatornya
meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan
cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik.
5. Peranan Motivasi dalam Belajar
Siswa di kelas masing-masing membawa sikap dan kebutuhan
yang berbeda. Dari kedua hal tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan
partisipasi pada diri yang terlihat saat siswa mengikuti pelajaran dan
interaksi dengan guru atau siswa lainnya. Terdapat dua peranan
penting motivasi dalam belajar, peranan pertama adalah sebagai daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
dan menjamin kelangsungan belajar untuk tercapainya tujuan yang
diharapkan. Peranan kedua adalah memegang peranan penting dalam
memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga
yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar dan Nara,
2011).
6. Cara membangkitkan Motivasi Belajar
Cara logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran adalah
menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Hal ini
menjadi tidak mudah karena ada siswa yang harus menguasai mata
pelajaran dasar tetapi siswa tidak berminat terhadap pelajaran tersebut.
Maka peran guru sangat besar dalam membangkitkan minat siswa
dengan memberi tugas yang berhubungan dengan minat siswa. Minat
siswa dapat diamati dari tingkah laku siswa di kelas, bertanya
langsung, atau dengan kuisioner.
Salah satu cara membangkitkan motivasi belajar siswa ialah
dengan menggunakan teknik kerja sama dalam kelompok. Djiwandono
(2006), menyatakan bahwa dalam situasi kerja sama setiap individu
berusaha untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan bagi
individu lain maupun pada kelompok. Belajar dalam kelompok akan
memperoleh suatu hasil dari kerja sama dan interaksi antar anggota.
Hasil belajar dari belajar kelompok juga bervariasi, tergantung pada
cara berkomunikasi dan siapa saja yang ada di dalamnya. Pemilihan
metode kerja kelompok yang dipilih guru juga turut mempengaruhi
hasil. Maka pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi
maupun kondisi kelas dan siswa akan mempengaruhi hasil belajar
Menggunakan permainan merupakan proses yang menarik bagi
siswa, karena suasana yang menarik membuat proses belajar menjadi
bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang
bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Membuat
suasana persaingan yang sehat di antara siswa maupun kelompok
memberikan kesempatan siswa mengukur kemampuan diri sendiri
maupun orang lain. Belajar bersaing juga menimbulkan upaya belajar
bersungguh-sungguh. Selain menimbulkan persaingan antar siswa,
motivasi belajar juga ditimbulkan dari mengembangkan persaingan
dengan diri sendiri. Persaingan ini dilakukan dengan memberikan
tugas atau ulangan yang dilakukan sendiri untuk mengetahui
keberhasilan yang diperoleh selama ini.
Uno (2008) menjelaskan beberapa teknik yang dapat
membangkitkan motivasi belajar, seperti menggunakan pernyataan
sebagai penghargaan verbal. Pernyataan verbal diberikan kepada siswa
sebagai penghargaan terhadap hasil belajar siswa yang baik, seperti
pernyataan “Bagus sekali” atau “Hebat”. Pernyataan tersebut selain
menyenangkan siswa juga menimbulkan interaksi dan pengalaman
pribadi antara guru dengan siswa. Menimbulkan rasa ingin tahu juga
merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa
yang penasaran akan berusaha keras untuk memecahkannya, upaya
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Ada tiga unsur yang terkandung di dalam proses belajar dan
mengajar di antaranya yaitu tujuan pengajaran (instruksional),
pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar
sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa
terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan
tujuan-tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus
dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah
menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Ada beberapa pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu
menurut Lindgren dalam Suprijono (2009), hasil belajar adalah
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut
Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
2. Cakupan Hasil Belajar
Menurut Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon
secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan kognitif ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasikan dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Adapun aspek-aspek dalam setiap ranah hasil belajar adalah :
a. Ranah kognitif menurut Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan,
dkk (2013) merevisi taksonomi Bloom yang sudah lama
1. Mengingat
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik
yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama
didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan
penting dalam proses pembelajaran yang bermakna dan
pemecahan masalah. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih
kompleks. Mengingat meliputi mengenali dan memanggil
kembali.
2. Memahami/mengerti
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan dan membandingkan.
3. Menerapkan
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan
atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan
percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan
berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural. Menerapkan
meliputi kegiatan menjalankan prosedur, dan
mengimplementasikan.
4. Menganalisis
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan
mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari
tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif
memberi atribut dan mengorganisasikan.
5. Mengevaluasi
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.
Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula
ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa
kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
siswa.
Evaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten
atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi
berkaitan erat dengan berpikir kritis.
6. Menciptakan
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membetuk kesatuan yang
produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur
menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar
siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan
mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total
berpengaruh pada kemampuan siswa untuk dapat
melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh
semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi
berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti
mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan
informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada
menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi.
Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan
permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang
diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir
divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif.
Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi
berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
b. Ranah afektif menurut Kratwohl, Bloom, dkk dalam Winkel
(2009) :
1) Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan
tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan
oleh guru atau mendengarkan dan memperhatikan jawaban
teman sekelas.
2) Partisipasi : mencakup keleraan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilai/penentu sikap : mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.
4) Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup.
5) Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah
dipelajari.
c. Ranah psikomorik menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel
(2009) :
1) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada
2) Kesiapan : terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri.
3) Gerak terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang
diberikan.
4) Gerak yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5) Gerak kompleks : mencakup kemampuan untuk melaksanakan
suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen,
dengan lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerak : mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan
pola-pola yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif
sendiri.
Dari beberapa cakupan hasil belajar diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya, hasil belajar yang dikategorikan oleh para pakar
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif
(Suprijono,2009).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sugihartono (2007),
yaitu :
a. Faktor Internal : faktor jasmaniah / fisik (fungsi alat indera, fungsi
anggota badan, dan kondisi lingkungan fisik lainnya), dan faktor
psikologis / psikis (intelegensi, perhatian, minat, motivasi, bakat,
serta kepribadian siswa).
b. Faktor Eksternal : faktor lingkungan sosial (meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat) dan
lingkungan non sosial (lingkungan alam dan lingkungan
instrumental seperti kurikulum).
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan
orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar
berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling
berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling
membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena
kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu
sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat
untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun
individual.
Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri
atas 4-5 orang , siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada
kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja
e. Evaluasi
f. Memberikan penghargaan
1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif menurut Lie (2006) adalah saling ketergantungan positif,
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan.
a) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : 1) saling
ketergantungan mencapai tujuan 2) saling ketergantungan menyelesaikan
tugas 3) saling ketergantungan bahan atau sumber 4) saling
ketergantungan peran 5) saling ketergantungan hadiah.
b) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa
lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep
pengajaran teman sebaya.
c) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena
itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan
kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual.
d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri,
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar
pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara
sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi
akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,
meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Berikut perbedaan
antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional :
Kelompok Belajar Kooperatif :
a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
b. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
c. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan.
d. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
e. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong
seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
f. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
g. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.
h. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan
Kelompok Belajar Tradisional :
a. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada kelompok.
b. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota
kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ di atas keberhasilan
temannya yang dianggap ‘pemborong’.
c. Kelompok belajar biasanya homogen.
d. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
e. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.
f. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
g. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
3. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama dan orientasi tugas.
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berasal dari kata Snowball yang berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian
dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Asrori (2010),
(activelearning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa.
Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik
pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Menurut Rachmad Widodo (2009), Model Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari
siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada kelompok lain.
Menurut Aris Sohimin (2014), Pembelajaran dengan model
Snowball Throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain : pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism),
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” dari bertanya siswa dapat menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran Snowball Throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan
memotivasi siswa.
Fase 2 : Menyajikan informasi
Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran siswa.
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa duduk dalam kelompok-kelompok
belajar.
- Memberikan informasi kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan
pembelajaran Snowball Throwing.
- Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari
4 orang.
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
- Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian
tugas kelompok.
- Meminta ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk
- Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta
kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang
dijelaskan guru.
- Meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan
pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok lain.
- Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja tersebut.
Fase 5 : Evaluasi
Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atas
pertanyan-pertanyaan yang diterima dari kelompok lain.
Fase 6 : Memberi penilaian / penghargaan
Memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :
- Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
- Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain.
- Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak
tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
- Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktik.
- Pembelajaran menjadi lebih efektif.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :
- Memerlukan waktu yang panjang
- Murid yang nakal cenderung berbuat onar
- Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi
sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
F. Pembelajaran Ekosistem
Materi yang akan digunakan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar biologi siswa kelas X dengan metode Snowball Throwing
adalah materi ekosistem dengan standar kompetensi : 4. Menganalisis
hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dengan kompetensi
dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran
energi.
Ruang lingkup materi dalam kompetensi dasar tersebut meliputi :
Pengertian habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik,
faktor abiotik, mengidentifikasi berbagai interaksi yang terjadi dalam
ekosistem, mengidentifikasi pengertian rantai makanan, jaring-jaring
G. Kajian Empiris
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Alfii pada tahun 2014 dengan
judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA Pada Materi
Sistem Ekskresi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing di SMA Muhamadiyah 1 Prambanan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dapat meningkatkan aktivitas belajar. Hal ini dapat dilihat pada
peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I 86,75% dan siklus II
96,03% , sehingga peningkatannya sebesar 9,28%. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I 69,23% menjadi 85,71% pada siklus
II setelah melakukan pembelajaran melalui penerapan model Snowball Throwing.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Bothmir pada tahun
2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing
untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 1V SDN Madyopuro 2
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar IPS siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I mengalami peningkatan siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 25
siswa (55,56). Pada siklus II meningkat lagi yaitu siswa yang tuntas
sebanyak 42 (93,34) siswa setelah penerapan model Snowball Throwing.
H. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran
dan prasarana yang tersedia serta keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Namun, hal tersebut kurang berperan maksimal di
SMA Negeri 11 Yogyakarta.
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru biologi
diketahui bahwa pencapaian hasil belajar siswa tergolong rendah. Siswa
merasa kurang termotivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal
tersebut dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang
monoton dengan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Motivasi
belajar yang rendah ditunjukkan dari perilaku siswa yang kurang terlibat
aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar Biologi Kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 1 Prambanan dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SDN Madyopuro 2 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Maka dari itu, peneliti melakukan suatu tindakan yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing. Pembelajaran dilakukan dalam II siklus yang diharapkan mendapatkan hasil akhir yaitu meningkatnya motivasi dan
hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Berikut adalah
kerangka berpikir penelitian yang disajikan dalam diagram alir pada