• Tidak ada hasil yang ditemukan

OSTEOPONTIN SEBAGAI PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OSTEOPONTIN SEBAGAI PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM TESIS"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

OSTEOPONTIN SEBAGAI

PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM

TESIS

OLEH :

RIZA H. NASUTION

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN 2011

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : Dr. Deri Edianto, Sp.OG.K

Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, Sp.OG.K

Penyanggah : Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG.K

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Dr. Sarah Dina, Sp.OG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

Bidang Obstetri dan Ginekologi

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan khususnya tentang :

“OSTEOPONTIN SEBAGAI PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

• Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

• Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K) Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K) Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU; Dr. M. Rhiza Tala, SpOG(K) Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU; Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG(K); Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K); Prof. DR. Dr. H.M.

Thamrin Tanjung, SpOG(K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof.

Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG(K); Prof.

Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG(K); Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K) yang telah bersama-sama berkenan

(4)

menerima saya mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan.

• Keluarga Besar Dr. Zulkarnaini Tala, SpOG(K) yang telah memberikan dukungan moril kepada saya sehingga saya dapat menempuh pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU.

• Prof. Dr. M. Fauzie Sahil SpOG(K) dan Dr. Deri Edianto, SpOG(K) yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam melakukan penelitian ini; memeriksa; dan melengkapi penulisan hingga selesai. Kepada Dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K); Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG dan Dr.

Sarah Dina, SpOG(K) selaku penyanggah dan nara sumber yang penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

• Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG(K) sebagai bapak angkat saya selama menjalani masa pendidikan yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

• Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG selaku pembimbing Mini Refarat Feto Maternal saya yang berjudul “Kelainan Dermatologi Dalam Kehamilan”;

Dr. M. Rusda, SpOG(K) selaku pembimbing Mini Refarat Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul “Penggunaan Metotreksat Pada Kehamilan Ektopik” dan kepada Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) selaku pembimbing Mini Refarat Onkologi saya yang berjudul

“Kemoterapi Sistemik Pada Penderita Keganasan Ginekologik Dengan Gangguan Fungsi Ginjal”

• Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan analisa data dan uji diagnostik pada tesis ini.

(5)

• Kepada Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG(K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K), Prof. Dr. Budi R.

Hadibroto, SpOG(K), Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K), Dr. J.S. Khoman, SpOG(K), Dr. Einil Rizar, SpOG(K), Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG(K), Dr.

Deri Edianto, SpOG(K), Dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG(K), Dr. M. Fidel Ganis, SpOG, Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Dr. M. Rhiza Tala, Sp.OG(K), Dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K), Dr. Rusli P. Barus, SpOG(K), Dr.

Ichwanul Adenin, SpOG(K), Dr. Herbert Sihite, SpOG, Dr. Risman F. Kaban, SpOG, Dr. T.M. Ichsan, SpOG, Dr. Makmur Sitepu, SpOG(K), Dr. M. Fahdhy, MSc, SpOG, Dr. Letta S. Lintang, SpOG, Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Binarwan Halim, SpOG(K), Dr. Samuel T. Hutabarat, SpOG, Dr. Edy Ardiansyah, SpOG, Dr. Iman Helmy, SpOG, Dr. Sarah Dina, SpOG(K), Dr.

Yostoto B. Kaban, SpOG(K), Dr. Muhammad Rusda, SpOG(K), Dr. Indra G.

Munthe, SpOG(K), Dr. Iman Helmi, SpOG, Dr. Riza Rivany, SpOG, saya ucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.

• Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan.

• Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF RSUD Kebidanan dan Penyakit Kandungan Dr. Pirngadi Medan Dr. Rushakim Lubis, SpOG beserta staff yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan.

• Kepada Dr. Syamsul A. Nasution, SpOG, Dr. Sanusi Pilliang, SpOG, Dr.

Jenius L. Tobing, SpOG, Dr. Indra Z. Hasibuan, SpOG, Dr. Aswar Aboet, SpOG(K), Dr. Fadjrir, SpOG, Dr. Muldjadi Affendy, SpOG, Dr. Zanibar Aldy, SpOG, Dr. Hj. Suty Nasution, SpOG, Dr. Zulhajji A. Husin, SpOG, Dr. Elida R.

(6)

Sidabutar, SpOG, saya ucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan ini.

• Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan; Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan Dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG(K) beserta staff yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas menjalani pendidikan di rumah sakit tersebut.

• Ka. Rumkit Tk. II Putri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan Mayor (CKM) Dr. Gunawan Rusuldi, SpOG, beserta staf Dr. Yazim Yakub, SpOG, Dr.

Agnes Dwi H., SpOG(K), Dr. Santa Martha J. Sianipar, SpOG yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

• Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Medan Dr. H. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staff Dr. Anwar Siregar, SpOG, Dr. Amiruddin Siregar, SpOG, Dr. Syahrizal Daud, SpOG, Dr. A.

Khuwailid, SpOG, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

• Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Sundari Medan dan staf, Ibu Sundari, Am.Keb, Dr. H. M. Haidir, MHA, SpOG dan Dr. Juni Hardi Tarigan, SP, SpOG yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

• Dr. Syahrial R. Anas, MHA dan Direktur RSU Pirngadi Kota Medan, Dr. Dewi Syahnan, Sp.THT-KL, yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU.

• Kepada Ketua Yayasan RS Imelda Medan, Dr. H. Raja Imran Ritonga, MSc, dan keluarga, Dr. Rosa Dalima, Dr. Imelda Liana Ritonga, SkP, MPD, MN dan Dr. Hedy Tan, MARS; Dr. Rillie Ritonga, SpOG, terima kasih atas

(7)

kesempatan yang diberikan untuk memperoleh data penelitian dari RSPI Imelda, Medan.

• Kepada Dr. Masdiana dan seluruh staff di bagian kebidanan dan kandungan RSUD Pandan, Kab. Tapanuli Tengah yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani pendidikan; memberikan bimbingan dan segala bantuan moril kepada saya selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

• Kepala Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK – USU Medan beserta staff atas kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

• Kepala Departemen Patologi Anatomi FK – USU Medan beserta staff atas kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.

• Kepada senior-senior saya selama saya menjalani pendidikan, terima kasih atas bimbingan, arahan, dan kebersamaan kita selama menjalani pendidikan.

• Teman-teman seangkatan saya : Dr. Muhammad Ikhwan, SpOG; Dr.

Zilliyadein Rangkuti, SpOG; Dr. Ari Abdurrahman Lubis, SpOG; Dr. Lili Kuswani, SpOG; Dr. Edward Muldjadi, SpOG, terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasama kita selama menjalani pendidikan ini.

• Kepada sejawat-sejawat saya terima kasih saya ucapkan atas bantuan dan kerjasama kita selama menjalani pendidikan ini.

• Kepada segenap keluarga besar Laboratorium Prodia, khususnya kepada Julia Rahmadhani Lubis, Ssi, Apt dan Irma Wani Polem, S.Farm, Apt yang telah sangat banyak membantu saya dalam penelitian ini.

• Kepada (alm) Ibu Hj. Asnawati Hasibuan. Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah, Ibu Sudarmawan, Rahmi,Amd, Winta Widyasari, Amd dan seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Medan.

(8)

• Teman sejawat asisten ahli dari departemen lainnya, dokter muda, bidan, paramedis, karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerjasama dengan saya dalam menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU/RSUP H. Adam Malik; RSUD Dr. Pirngadi; RS PTPN II Tembakau Deli; Rumkit TK. II Puteri Hijau KESDAM II/BB; RSU Haji dan RSU Sundari Medan.

• Rekan-rekan di Yayasan Humaniora dan Yayasan Pokmas Mandiri, untuk kerjasamanya selama ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya haturkan kepada kedua orang tua saya yang tercinta dan tersayang Ayahanda Dr. Rizali Harris Nasution, D.A.N dan Ibunda Zuraidah Anggraini; tiada kata terindah yang dapat saya ucapkan melainkan rasa syukur dan terima kasih saya kepada Allah SWT yang tidak terhingga karena telah menitipkan saya kepada kedua orang tua terhebat yang pernah saya temui, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga saat ini, memberikan keteladanan yang baik kepada saya dalam menjalani hidup, serta memberikan motivasi dan bantuan kepada saya dalam menjalani pendidikan ini.

Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih kepada Istriku tercinta, Dr. Siti Kemala Sari, dan anak-anakku tersayang Rafli Harris Nasution, Raihansyah Harris Nasution, dan Raisha Anggraini Nasution, terima kasih atas perhatian, kasih sayang, semangat, kesabaran dan doa kepada ayah, semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan kepada keluarga kita.

Kepada adik-adikku tersayang Rina Alamanda Nasution, SH dan Redyanto Sidi, SH, Rini Maimunah Nasution,S.Ked, Rian Harris Nasution, serta kepada keponakanku tersayang Rizky Ananda Sidi, saya mengucapkan

(9)

terima kasih atas kasih sayang yang kita bagi bersama, doa dan motivasi yang kalian berikan selama saya menjalani pendidikan ini.

Kepada mertua saya, Bapak Irlamsyah Lingga dan Ibu Nurhayana. Serta adik-adik ipar saya Khairatna Bayu, S.Kep dan Rionaldo Dalimunthe, Dr. M.

Nur . Hidayat, M. Heru Fauzi, Amd, dan Rahmad Daylani. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.

Wassalam

Medan, November 2011

Dr. Riza Hendrawan Nasution

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………...………. i

DAFTAR ISI ………...……… viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 4

1.3. Tujuan Penelitian ………... 4

1.3.1. Tujuan Umum ………... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ……….... 4

1.4. Manfaat Penelitian ………... 4

1.5. Kerangka Kerja Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.Tumor Ganas Ovarium ………... 6

2.1.1.Pendahuluan ………... 6

2.1.2 Etiologi ………... 6

(11)

2.1.3 Gejala Tumor Ganas Ovarium ………... 8

2.1.4. Tanda-tanda Tumor Ganas Ovarium ………... 8

2.1.5. Histologi Tumor Ganas Ovarium ………... 9

2.1.6. Stadium Tumor Ganas Ovarium ………... 11

2.2. Penanda Tumor ...……….. 12

2.3. Osteopontin …………...………. 13

2.3.1. Osteopontin Sebagai Biomarker ………... 14

2.3.2. Osteopontin dan Faktor Pertumbuhan ………... 15

2.3.3. Peran Osteopontin dalam Angiogenesis …………...……... 17

2.3.4. Peran Osteopontin dalam Kelangsungan Tumor ………... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Rancangan Penelitian ………...… 19

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ………... 19

3.3.Populasi Penelitian ………... 19

3.4.Sampel Penelitian ………... 19

3.5.Kriteria Sampel ……….……...……... 22

3.5.1. Kriteria Penerimaan ……….………... 22

3.5.2 Kriteria Penolakan ……….………... 22

3.6.Bahan dan Cara Penelitian ……….…………...… 22

3.7.Analisa Data ……….………... 24

(12)

3.8.Batasan Operasional ……….…………... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………...…... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 32

5.1. Kesimpulan ………... 32

5.2. Saran ………... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 38

TABEL INDUK ... 42

(13)

DAFTAR KURVA

Kurva ROC (Receiver Operating Characteristic)

(14)
(15)

DAFTAR SINGKATAN

AUC : Area Under Curve BSP : Bone Sialo Protein CA : Cancer Antigen

DMP-1 : Dentin Matrix Protein-1 DSPP : Dentin Sialoprotein

ELISA : Enzym Linked Immunosorbent Assay ETA-1 : Early T-Lymphocyte Activation-1 HIF-1 : Hypoxia Induced Factor-1

IK : Indeks Kepercayaan LPA : Lysophosphatide Acid LSAS : Lipid-associated Sialic Acid

MEPE : Matrix Extracellular Phosphoglycoprotein OPN : Osteopontin

PPV : Positive Predictive Value

ROC : Receiver Operating Characteristic SD : Standar Deviasi

SIBLING : Small Integrin-Binding Ligand N-Linked Glycoprotein SPP-1 : Secreted Phosphoprotein-1

UPA : Urokinase-type Plasminogen Activator

UPAR : Urokinase-type Plasminogen Activator Receptor USG : Ultrasonografi

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tampilan makroskopis tumor ovarium jinak dan ganas

Tabel 3.1 Besar Sampel untuk Nilai AUC, Kesalahan Tipe I dan Kesalahan Tipe II Tertentu

Tabel 4.1. Sebaran kelompok tumor ovarium epithelial jinak dan ganas berdasarkan usia

Tabel 4.2. Sebaran kelompok tumor ovarium epithelial jinak dan ganas berdasarkan paritas

Tabel 4.3. Sebaran kadar osteopontin tumor ovarium epithelial berdasarkan jinak dan ganas

Tabel 4.4 Koordinat Kurva ROC

(17)

OSTEOPONTIN SEBAGAI PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM

Edianto D, Sahil MF, Nasution RH

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, Indonesia, Oktober 2011

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial.

Desain Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial.

Materi dan metode : Dilakukan pengambilan darah dari pasien dengan diagnosa tumor ovarium yang direncanakan untuk laparatomi elektif, kemudian dilakukan pengukuran kadar osteopontin dengan menggunakan metode ELISA. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologi terhadap spesimen hasil operasi.

Data yang diperoleh diolah dengan metode ROC (Receiver Operating Characteristic) untuk menetapkan “cut off point”, sensitivitas dan spesifisitas dari kadar osteopontin pada penderita tumor ganas ovarium.

Hasil : Rata-rata kadar osteopontin pada tumor ovarium epithelial yang jinak adalah 97,55 ± 58,13 ng/ml, rata-rata kadar osteopontin pada tumor ovarium epithelial yang

(18)

ganas adalah 193,5 ± 130,68 ng/ml, dengan cut off point 102,3 ng/ml, sensitivitas 64,7% dan spesifisitas 41,4%.

Kesimpulan : Penggunaan osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial dengan cut off 102,3 ng/ml memiliki sensitivitas 64,7% dan spesifisitas 41,4%.

Kata kunci : osteopontin, tumor ganas ovarium, ROC, cut off point.

(19)
(20)

OSTEOPONTIN SEBAGAI PENANDA GANAS TUMOR OVARIUM

Edianto D, Sahil MF, Nasution RH

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, Indonesia, Oktober 2011

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial.

Desain Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial.

Materi dan metode : Dilakukan pengambilan darah dari pasien dengan diagnosa tumor ovarium yang direncanakan untuk laparatomi elektif, kemudian dilakukan pengukuran kadar osteopontin dengan menggunakan metode ELISA. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologi terhadap spesimen hasil operasi.

Data yang diperoleh diolah dengan metode ROC (Receiver Operating Characteristic) untuk menetapkan “cut off point”, sensitivitas dan spesifisitas dari kadar osteopontin pada penderita tumor ganas ovarium.

Hasil : Rata-rata kadar osteopontin pada tumor ovarium epithelial yang jinak adalah 97,55 ± 58,13 ng/ml, rata-rata kadar osteopontin pada tumor ovarium epithelial yang

(21)

ganas adalah 193,5 ± 130,68 ng/ml, dengan cut off point 102,3 ng/ml, sensitivitas 64,7% dan spesifisitas 41,4%.

Kesimpulan : Penggunaan osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial dengan cut off 102,3 ng/ml memiliki sensitivitas 64,7% dan spesifisitas 41,4%.

Kata kunci : osteopontin, tumor ganas ovarium, ROC, cut off point.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat (USA Cancer Statistic) pada tahun 2006 diperkirakan terdapat 20.810 kasus tumor ganas ovarium baru dengan 15.310 kematian, yang mencakup kira-kira 5% dari semua kematian wanita karena tumor ganas. (1-6,10,11)

Di Inggris dijumpai 7000 kasus baru setiap tahunnya dengan 5400 kematian. (9,12,13) Dan tumor ganas ovarium merupakan tumor ganas ginekologi kedua yang paling sering ditemukan setelah tumor ganas korpus uteri. (5,6,14) Sementara itu laporan lain menyatakan bahwa resiko tumor ganas ovarium di negara-negara berkembang sekitar 1,4% dari seluruh populasi. (15)

Dari beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta tahun 1976 mendapatkan angka kejadian tumor ganas ovarium sebesar 30,5% dari seluruh keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan 7,4% angka kejadian tumor ganas ovarium dari seluruh keganasan ginekologi. Sementara itu Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990 mendapatkan kejadian tumor ganas ovarium sebesar 13,8% dan Fadlan di Medan pada tahun 1981-1990 melaporkan angka kejadian tumor ganas ovarium sebesar 10,64% dari seluruh keganasan ginekologi. (16) Penelitian Siregar pada dua rumah sakit di kota Medan yaitu Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi, mendapati angka kejadian tumor ganas ovarium dari tahun 1996 – 1998 sebanyak 39 orang pasien (20,11%) dari keseluruhan 194 kasus tumor ganas ginekologi.(17) Pemeriksaan penapis (screening) yang tepat untuk tumor ganas ovarium tentunya akan menurunkan angka mortalitas akibat penyakit ini, namun hingga saat ini belum ditemukan metode pemeriksaan penapis yang efektif, (1,18-21) diikuti fakta bahwa hampir sebagian besar tumor ganas ovarium stadium awal tidak menunjukkan gejala apapun, (4,5) 70% kasus ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni setelah tumor menyebar jauh di luar ovarium, atau stadium III dan IV. Hal ini yang kemudian

(23)

mendorong perlunya ditemukan penanda tumor dengan efektivitas yang tinggi untuk dapat digunakan sebagai pemeriksaan penapis terhadap tumor ganas ovarium sehingga nantinya dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini.(1,19,22)

Penanda tumor adalah setiap perubahan yang mengindikasikan adanya tumor ganas. Penanda tersebut berupa substansi biokimia yang dihasilkan atau reaksi dari tumor: sitologi, molekuler, perubahan arsitektur yang dideteksi dengan USG atau pencitraan lainnya. Sebagai alat pemeriksaan penapis, nilai penanda tumor sangat bergantung pada sensitivitas (persentase tumor ganas yang dijumpai pada populasi dengan tes positif) dan spesifisitas (persentase populasi tanpa tumor ganas dengan tes negatif). (1)

Sejumlah besar penanda tumor untuk tumor ganas ovarium telah diuji coba dalam konteks untuk pemeriksaan penapis, diagnosa banding, prognosa dan pengawasan lebih lanjut terhadap tumor ganas ovarium. (23) Salah satu antigen yang dilepaskan dari epitel tumor ganas ovarium yang paling dikenal adalah CA-125. (1-6,8,13,19,23-25)

Kira-kira 83% pasien dengan tumor ganas ovarium jenis epitel memiliki kadar CA- 125 > 35 U/ml. (1,4-6,25) Spesifisitas dari CA-125 pada tumor ganas ovarium berdasarkan penelitian di Swedia diperoleh 97% dan positive predictive value (PPV) 4,6%. Rendahnya PPV CA-125 ini disebabkan penanda tumor ini juga meningkat pada tumor ganas lain (payudara, pankreas, kandung kemih, paru dan hati), juga kelainan jinak lain (endometriosis, mioma uteri, abses tuba-ovarium, kista ovarium jinak, kehamilan ektopik, divertikulitis, atau keadaan fisiologis seperti kehamilan dan menstruasi). Penanda tumor lainnya yang dapat digunakan terhadap keganasan ovarium diantaranya CA-19-9, CA 15-3, CA 72-4, LSAS (lipid-associated sialic acid), LPA (lysophosphatide acid), dan osteopontin. (1,4,5,23-25)

Osteopontin merupakan suatu fosfoprotein yang telah dikenal sejak tahun 1979.

Osteopontin merupakan salah satu dari beberapa protein yang tergolong dalam kelompok SIBLING (small integrin-binding ligand N-linked glycoprotein), dengan berat molekul 44 kDa, dimana protein osteopontin secara luas terdistribusi dalam plasma darah, urin, air susu dan empedu. (26-31) Pada awalnya osteopontin ditemukan di dalam osteoblast dan diduga turut berperan dalam hal pembentukan dan kalsifikasi dari tulang. (27) Namun seiring dengan berbagai penelitian yang

(24)

dilakukan, telah ditemukan hubungan antara osteopontin dengan beberapa keganasan dan salah satunya adalah dengan tumor ganas ovarium.(26) Penelitian yang dilakukan oleh Wong dan kawan-kawan pada tahun 2001 menunjukkan ekspresi dari osteopontin di dalam tumor ganas ovarium lewat pemeriksaan cDNA microarray. (32)

Dari beberapa penelitian biomolekuler terungkap bahwa osteopontin adalah ligand dari integrin αvβ3 yang memiliki peran dalam fungsi perlekatan dari sel-sel tumor ganas terhadap stroma matriks ekstraselular (extracellular matrix stroma/EMP) dari sel host yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku biologis dari sel tersebut.

(33)

Osteopontin memiliki peran yang cukup besar dalam hal pertumbuhan, angiogenesis, kelangsungan sel tumor sehingga keberadaan dari osteopontin dapat digunakan sebagai penanda ganas (biomarker) dari tumor ovarium. Penelitian terhadap hubungan antara osteopontin dengan tumor ganas ovarium telah dilakukan oleh beberapa peneliti,diantaranya oleh Jae-Hoon Kim pada tahun 2002 yang meneliti tentang potensi dari osteopontin sebagai biomarker untuk tumor ganas ovarium, kemudian John O. Schorge pada tahun 2004 yang meneliti tentang osteopontin bersama-sama dengan CA-125 sebagai alat deteksi untuk kasus-kasus tumor ganas ovarium berulang dan oleh Gil Mor pada tahun 2005 yang meneliti tentang peran osteopontin sebagai deteksi dini tumor ganas ovarium. (26)

Peneliti melihat adanya hubungan yang erat antara osteopontin dengan tumor ganas ovarium dari beberapa kepustakaan yang ada. Selain itu adanya fakta bahwa tumor ganas ovarium merupakan suatu penyakit yang relatif sulit dideteksi sehingga sering dijumpai pada stadium yang lanjut. Hal ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini untuk melihat efektivitas dari osteopontin sebagai alat deteksi dini terhadap tumor ganas ovarium dengan pendekatan yang non-invasif. Penelitian tentang osteopontin belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia, disamping harga pemeriksaan yang lebih murah dibandingkan dengan penanda tumor terhadap tumor ganas ovarium yang telah luas digunakan yaitu CA-125, maka semua kondisi ini semakin mendorong keinginan peneliti untuk melakukan penelitian tentang osteopontin dalam kaitannya sebagai penanda ganas tumor ovarium.

(25)

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Belum ada penanda tumor terhadap tumor ganas ovarium yang dapat mendeteksi secara akurat kejadian keganasan ovarium atau yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Apakah osteopontin memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi tumor ganas ovarium ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk menentukan kadar rata-rata osteopontin pada tumor ovarium epithelial.

2. Untuk menetapkan “cut off point” dari kadar osteopontin pada tumor ganas ovarium epithelial serta menentukan sensitivitas dan spesifisitasnya.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat untuk peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian uji diagnostik.

2. Manfaat untuk institusi

Osteopontin diharapkan dapat menjadi alternatif penanda tumor untuk kasus- kasus tumor ganas ovarium dengan harga yang lebih murah dan efektivitas yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan penanda tumor untuk tumor ganas ovarium yang sudah ada.

(26)

3. Manfaat untuk masyarakat

Osteopontin diharapkan dapat menjadi pemeriksaan penapis untuk tumor ganas ovarium dalam rangka untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini.

1.5. KERANGKA KERJA PENELITIAN

Tumor Ovarium

Kriteria Penerimaan dan Penolakan

Pengambilan Sampel Darah (Kadar Osteopontin)

Operasi

Histopatologi

Tumor Ovarium Tumor Ovarium Non-epithelial Epithelial

Kriteria Penolakan

Jinak Ganas (Kriteria Penerimaan)

(27)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Tumor Ganas Ovarium 2.1.1. Pendahuluan

Tumor ganas ovarium masih menjadi masalah di berbagai belahan dunia, dengan insidensi yang semakin meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia dibawah 40 tahun insidensinya 1,4/100.000 wanita, sementara pada usia diatas 65 tahun insidensinya meningkat menjadi 45/100.000 wanita, dengan usia median ketika terdiagnosa adalah 61 - 63 tahun. (1,4,9,10)

Meskipun mayoritas tumor ganas ovarium adalah jenis epithelial, tumor ganas ovarium dapat juga berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Tumor ganas ovarium yang berasal dari sel germinal diklasifikasikan sebagai disgerminoma atau teratoma, sedangkan tumor ganas ovarium yang berasal dari sel folikel diklasifikasikan sebagai sex cord-stromal tumor, terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi, angka kejadian tumor ganas ovarium non-epithelial kecil sekali sehingga angka kejadian tumor ganas ovarium jenis epithelial dianggap sebagai angka kejadian seluruh tumor ganas ovarium. (1,4,5,8)

2.1.2. Etiologi

Hipotesis Incessant Ovulation

Teori ini pertama sekali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi terjadi kerusakan pada sel-sel epithel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna dibutuhkan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan dapat menimbulkan proses transformasi dari sel-sel ovarium menjadi sel-sel tumor. (1,10)

(28)

Hipotesis Gonadotropin

Teori ini didasarkan pada data yang diperoleh dari percobaan terhadap binatang dan data epidemiologi. Jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, maka kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang percobaan. Berkurangnya resiko tumor ganas ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotropin pada kedua kelompok ini. (1,10)

Hipotesis Androgen

Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang menyatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya tumor ganas ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epithel ovarium selalu terpapar pada androgenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron, dan testosterone. Dalam percobaan invitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epithel ovarium normal dan sel-sel tumor ganas ovarium jenis epithelial dalam kultur sel. (1,10)

Hipotesis Progesteron

Progesteron memiliki peranan protektif terhadap terjadinya tumor ganas ovarium dan epithel normal ovarium mengandung reseptor progesteron. Progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epithel ovarium. Pada kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi akan menurunkan resiko tumor ganas ovarium. Hal ini menjelaskan mengapa resiko terjadinya tumor ganas ovarium pada wanita dengan paritas yang tinggi lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang nullipara. (1,10)

(29)

Faktor Herediter

Antara 5 – 10% dari tumor ganas ovarium dianggap bersifat herediter. Kelompok tumor ganas ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary breast and ovarian cancer (HBOC) dan disebabkan oleh terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2.

Selain itu, tumor ganas ovarium juga merupakan bagian dari sindroma hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC). HNPCC adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh autosomal dominant disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang bertanggung jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA.

(1,7,10)

2.1.3. Gejala Tumor Ganas Ovarium

Tumor ganas ovarium tidak menunjukkan gejala yang khas pada stadium awal, hal ini yang menyebabkan lebih dari 70% penderita tumor ganas ovarium ditemukan pada stadium yang telah lanjut (stadium III dan IV). Gejala baru akan dikeluhkan penderita apabila massa tumor telah menekan kandung kemih atau rektum sehingga keluhan sering berkemih dan konstipasi muncul. Kadang-kadang gejala seperti distensi perut sebelah bawah, rasa tertekan, dan nyeri dapat pula ditemukan.

(1,4,5,10,12-15)

2.1.4. Tanda-tanda Tumor Ganas Ovarium

Tanda paling penting adanya tumor ganas ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular dan terfiksir ke dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan. (1,4,5,10,12-15)

(30)

Tabel 2.1 Tampilan makroskopis tumor ovarium jinak dan ganas (1)

Jinak Ganas*

• Unilateral • Bilateral

• Kapsul utuh • Kapsul pecah

• Bebas dari perlekatan • Adanya perlengketan dengan organ sekitarnya

• Permukaan licin • Pertumbuhan abnormal di

permukaan tumor

• Tidak ada ascites • Ascites

• Peritoneum licin • Ada metastasis di peritoneum

• Seluruh permukaan tumor viabel • Ada bagian-bagian yang nekrotik dan berdarah

• Tumor kistik • Padat atau kistik dengan bagian- bagian padat

• Permukaan dalam tumor licin • Terdapat pertumbuhan papiler intra tumor

• Bentuk tumor seragam • Bentuk tumor bermacam-macam

* Tanda-tanda ini tidak patognomonik untuk keganasan

2.1.5 Histologi Tumor Ganas Ovarium (1-6,8-10)

Hampir 90% tumor ganas ovarium berasal dari epitel koelom atau mesotelium yang kemudian dikenal sebagai tumor ganas ovarium jenis epithelial dan 10% adalah tumor ganas ovarium non-epithelial. Secara histologi tumor ganas ovarium dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu :

• Tumor epithelial

• Tumor sel germinal

• Tumor sex-cord dan stromal

• Tumor sel lipid

• Sarkoma

• Tumor metastasis

(31)

Klassifikasi tumor ganas ovarium epithelial menurut WHO : 1. Serous tumors

• Adenocarcinoma

• Surface papillary adenocarcinoma

• Malignant adenofibroma and cystadenofibroma 2. Mucinous tumors

• Adenocarcinoma

• Malignant adenofibroma

• Mural nodule arising in mucinous cystic tumor 3. Endometrioid tumors

• Adenocarcinoma

• Adenoacanthoma

• Adenosquamous carcinoma

• Malignant adenofibroma with a malignant stromal component

• Adenosarcoma

• Endometrial stromal sarcoma

• Carcinosarcoma homologous and heterologous

• Undifferentiated sarcoma 4. Clear cell carcinoma

• Adenocarcinoma 5. Transitional cell tumors

• Malignant Brenner’s tumor

• Transitional cell carcinoma (non-Brenner type) 6. Squamous cell carcinoma

7. Malignant mixed epithelial tumors (specify types) 8. Undifferentiated carcinoma

(32)

2.1.6. Stadium Tumor Ganas Ovarium (1)

Stadium tumor ganas ovarium disusun menurut keadaan yang ditemukan pada saat laparatomi eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) adalah sebagai berikut :

Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Stadium Ia : pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium; tidak ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

Stadium Ib : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

Stadium Ic : tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium atau dengan kapsul pecah atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul

Stadium IIa : perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.

Stadium IIb : perluasan ke jaringan pelvis lainnya.

Stadium IIc : tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan / atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif. Metastasis permukaan liver masuk stadium III. Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara

(33)

histologik terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

Stadium IIIa : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya penumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.

Stadium IIIb : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik , diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.

Stadium IIIc : implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.

Stadium IV : penumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis ke parenkim liver.

2.2. Penanda Tumor

Sinonim untuk penanda tumor adalah tumor marker atau biomarker atau imunohistologik marker. Adanya penanda tumor mengindikasikan perubahan biologik yang memberikan sinyal adanya malignansi dalam organisme induk (host).

Substansi ini biasanya dapat berkaitan dengan keganasan tertentu. (1)

Penanda tumor secara garis besar dapat dibagi atas dua yaitu TSA (Tumor Spesific Antigens) yang diproduksi oleh tumor itu sendiri dan tidak dijumpai pada sel normal.

Penanda tumor ini dibentuk oleh peptida yang kemudian akan dipresentasikan di permukaan sel tumor oleh molekul MHC kelas I (class I MHC). Golongan penanda tumor kedua yaitu TAA (Tissue Associated Antigens) yaitu penanda tumor yang diproduksi oleh organ yang berespons karena keberadaan tumor ganas tersebut sehingga penanda tumor ini tidak hanya ditemukan pada sel-sel tumor namun juga pada sejumlah sel normal. (1,34)

(34)

Dalam penggunaannya penanda tumor dapat dimanfaatkan untuk :

• Pemeriksaan penapis (skrining) pada populasi yang beresiko menderita tumor ganas;

• Mendukung konfirmasi diagnosis tumor ganas secara lebih spesifik;

• Menentukan tingkat prognosis;

• Pengawasan terhadap keadaan remisi pasien atau menilai respon suatu terapi, baik pembedahan, radiasi maupun kemoterapi.

Dewasa ini penanda tumor lebih banyak diarahkan sebagai pemeriksaan penapis (skrining) untuk mendeteksi secara dini adanya suatu tumor ganas sehingga diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan oleh tumor tersebut. Suatu pemeriksaan penapis yang baik diharapkan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. (35)

Penanda tumor ganas ovarium yang telah dikenal saat ini diantaranya CA-125, CA- 19-9, CA 15-3, CA 72-4, LSAS (lipid-associated sialic acid), LPA (lysophosphatide acid), dan osteopontin. (1,4,5,23-25)

Efektivitas dari masing-masing penanda tumor ini masih tetap diuji terus menerus untuk mendapatkan penanda tumor dengan efektivitas yang paling tinggi dalam mendiagnosa tumor ganas ovarium.

2.3. Osteopontin

Osteopontin (OPN) pertama sekali dikenal pada tahun 1979 sebagai suatu fosfoprotein yang disekresikan oleh sel-sel epitel maligna yang bertransformasi. (26) Pada tahun 1989 Heinegard dan kolega menemukan bahwa osteopontin ditemukan dalam osteoblast (27,28) dan terlibat dalam proses pembentukan dan kalsifikasi tulang. Kata “osteo” menunjukkan bahwa protein ini diekspresikan di dalam tulang, meskipun juga dapat diekspresikan oleh berbagai jaringan lainnya. Sementara itu kata “pontin” berasal dari bahasa Latin “pons” yang artinya jembatan, yang kemudian menunjukkan peran osteopontin sebagai protein penghubung. (27) Beberapa penelitian lanjutan kemudian juga menemukan bahan ini sebagai fosfoprotein I yang disekresikan (secreted phosphoprotein I/Spp1), 2ar, uropontin dan T-limfosit I yang teraktivasi dini (early T-lymphocyte activation-I/Eta-1). (26-29)

(35)

Osteopontin bersifat hidrofilik dan terdiri atas susunan asam amino yang tidak biasa yaitu 42 serin, 48 asam aspartat, dan 27 residu asam glutamat. (28,30) Osteopontin juga mengandung domain fungsional untuk pengikat kalsium, glikosilasi, fosforilasi, dan pengikat matriks ekstraselular. Osteopontin merupakan salah satu dari beberapa protein yang tergolong dalam kelompok SIBLING (small integrin-binding ligand N-linked glycoprotein), protein lain yang termasuk dalam kelompok ini antara lain bone sialoprotein (BSP), dentin matrix protein 1 (DMP 1), dentin sialoprotein (DSPP) dan matrix extrecellular phosphoglycoprotein (MEPE). Protein osteopontin secara luas terdistribusi dalam plasma darah, urin, air susu dan empedu. (26-31) Gomez-Ambrossi dan kawan-kawan menemukan bahwa kadar osteopontin yang meningkat dalam darah juga dapat digunakan sebagai biomarker untuk beberapa keganasan. (26,27)

2.3.1. Osteopontin Sebagai Biomarker

Hubungan antara peningkatan kadar osteopontin dan keberadaan dari suatu proses malignansi dapat dibuktikan dengan ditemukannya protein osteopontin di dalam sel- sel tumor dan juga di sekitar stroma dari beberapa jenis keganasan yang ditemukan pada manusia. (26,31,34) Penelitian-penelitian lebih lanjut juga menemukan bahwa kadar osteopontin di dalam plasma darah akan meningkat pada keganasan yang bermetastasis dibandingkan dengan yang tidak bermetastasis. (26,29,34,36)

Ekspresi osteopontin pada manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tumor promoter dan beberapa bahan kimiawi, osteopontin juga memiliki peran tertentu pada beberapa sel yang spesifik lewat beberapa mekanisme yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Denhardt dan kolega mengungkapkan bahwa gen osteopontin dikontrol oleh grup Fos dan Jun dari onkoprotein dan sebagai konsekuensinya osteopontin dipercaya sebagai salah satu efektor dari onkogen yang teraktivasi yang memfasilitasi pertumbuhan tumor dan metastasis. (31)

Peran osteopontin dalam pertumbuhan tumor ganas melibatkan beberapa mekanisme yang kompleks diantaranya interaksi dengan reseptor-reseptor di permukaan sel, berperan dalam “pathway” faktor dan reseptor pertumbuhan, dan protease. Interaksi osteopontin dengan berbagai reseptor di permukaan sel akan

(36)

mengakibatkan aktivasi dari berbagai sinyal transduksi sel yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada ekspresi dari serangkaian gen dan protein yang juga memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku sel, termasuk migrasi dan invasi. Efek dari osteopontin berbeda-beda, bergantung pada jenis selnya, misalnya pada jenis sel mana yang mengekspresikan integrin (integrin diekspresikan oleh sel- sel tumor dan jumlahnya bergantung pada derajat diferensiasi dari tumor itu sendiri).

Didapati bukti yang kuat bahwa osteopontin yang terlarut dalam plasma darah akan membantu beberapa jenis sel bertahan hidup bahkan bersifat immortal. (31)

Wong dan kawan-kawan (2001) menemukan bahwa kadar osteopontin ditemukan meningkat di dalam jaringan tumor dan di dalam serum wanita dengan tumor ganas ovarium dan berhubungan langsung dengan progresivitas dari tumor ganas itu sendiri. (28) Kim dan kawan-kawan (2002) mendapatkan hasil berupa kadar osteopontin dalam plasma yang lebih tinggi pada 51 pasien dengan tumor ganas ovarium epitelial dibandingkan dengan 107 kontrol yang sehat, 46 pasien dengan tumor jinak ovarium dan 47 pasien dengan keganasan ginekologik lainnya. (26,34,37) Shih dan kawan-kawan (2009) juga menemukan bahwa osteopontin menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kasus-kasus tumor ganas ovarium. (27,36)

2.3.2. Osteopontin dan Faktor Pertumbuhan

Pertumbuhan dari suatu tumor melewati beberapa tahapan yang penting. Selama proses pertumbuhan tersebut, sel-sel tumor ganas harus dapat melewati serangkaian tekanan untuk dapat bertahan seperti kondisi hipoksia, kurangnya aliran nutrisi, asidosis dan hilangnya faktor-faktor adhesi, dimana semua ini dapat berakhir pada kematian sel. Hipoksia merupakan salah satu faktor stres dalam pertumbuhan tumor yang tidak dapat dielakkan. Salah satu komponen yang dapat mempertahankan pertumbuhan tumor dalam kondisi hipoksia adalah Hypoxia- induced factor-1 (HIF-1) yang pengeluarannya diinduksi oleh osteopontin. Hypoxia- induced factor-1 (HIF-1) adalah suatu aktivator transkripsional berbentuk heterodimer basic helix – loop helix yang terdiri dari dua subunit, yaitu HIF-1α dan HIF-1β. Kedua bentuk HIF-1 ini dibentuk dan diaktivasi untuk membantu proses transkripsi dari beberapa jenis gen, yang mana produk-produknya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tumor. HIF-1β kadarnya stabil di dalam sel, sementara HIF-1α

(37)

akan dihasilkan oleh sel-sel tumor sebagai reaksi terhadap kondisi hipoksia. Dalam keadaan normoksia, HIF-1α akan dimodifikasi oleh propil hidroksilasi, untuk kemudian berikatan dengan protein von Hippel-Lindau, selanjutnya akan mengalami degradasi. Proses ini mempertahankan kadar yang rendah dari HIF-1α pada sel-sel yang normoksia. Dalam keadaan hipoksia, propil hidroksilasi akan diinaktivasi , sehingga proses penghancuran atau degradasi dari HIF-1α tidak akan berlangsung, kondisi ini mempertahankan kadar yang tinggi dari HIF-1α di dalam sel-sel yang hipoksia. (29)

Transkripsi osteopontin dapat diaktivasi oleh onkogen ras dan diduga memainkan peranan penting dalam transformasi neoplastik, metastasis dan progresifitas tumor ganas. Osteopontin umumnya tidak ditemukan atau diekspresikan dalam kadar yang sangat rendah pada jaringan yang normal, namun kadarnya akan segera meningkat pada beberapa sel epitel preneoplastik dan neoplastik. (31)

Beberapa penelitian telah mendeskripsikan hubungan antara integrin dan reseptor- reseptor membran lainnya, salah satunya adalah urokinase-type plasminogen activator (uPA) dan reseptornya (uPAR) yang telah diketahui memiliki peran dalam metastasis tumor. Enzim-enzim proteolitik dipercaya memiliki peran terhadap metastasis dan pertumbuhan tumor lewat beberapa mekanisme, diantaranya degradasi dari komponen matriks ekstraselular dan memfasilitasi proses migrasi dan invasi ataupun aktivasi oleh protease lainnya. Osteopontin diduga meningkatkan ekspresi uPA, kemungkinan dihubungkan dengan interaksi antara integrin pengikat osteopontin (osteopontin-binding integrins) dengan uPA dan uPAR. Carriero dan kolega mendapati bahwa interaksi antara integrin dengan uPAR meningkatkan migrasi dari sel-sel tumor ganas. Oleh karenanya osteopontin diduga meningkatkan malignansi dari sel-sel tumor ganas lewat peningkatan fungsi uPA yang dirangsang oleh ikatannya dengan integrin lewat uPAR. Sebaliknya jumlah dan fungsi uPAR yang menurun dikaitkan dengan tersembunyinya sel-sel tumor in vivo. Oleh karenanya ikatan dan aktivasi dari osteopontin pada permukaan sel integrin yang spesifik dapat merangsang keluarnya sel-sel tumor dari tempat persembunyiannya dengan membantu interaksi antara integrin dan uPAR. (31,34)

(38)

2.3.3. Peran Osteopontin dalam Angiogenesis

Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah-pembuluh darah baru yang dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan dan metastase dari sel-sel tumor. Proses yang kompleks ini membutuhkan peran yang terkoordinasi antara faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptornya, protein ekstraselular, molekul-molekul adhesi dan enzim-enzim proteolitik. (31)

Beberapa penelitian melaporkan peran osteopontin dalam proses angiogenesis, namun demikian masih banyak diantara penelitian tersebut yang tidak memaparkan secara pasti dan mungkin membutuhkan klarifikasi lebih lanjut tentang detail proses ini. Hubungan antara osteopontin dan proses angiogenesis adalah melalui kemampuan osteopontin untuk mengikat αvβ3 integrin yang merupakan salah satu marker dari proses angiogenesis yang akan diekspresikan oleh neovaskular dari sel- sel endotelial. (31)

Brooks dan kawan-kawan menemukan bahwa ekspresi dari αvβ3 integrin meningkat selama proses angiogenesis, dan penghambatan yang dilakukan terhadap integrin ini terbukti menghambat proses angiogenesis. Lebih lanjut, peran dari αvβ3 integrin dalam proses mempertahankan kelangsungan dan diferensiasi dari sel-sel vaskular selama proses angiogenesis in vivo juga telah dibuktikan. Sebagai tambahan, integrin ini dan osteopontin telah terbukti secara signifikan berperan dalam proses repair dan regenerasi dari vaskular, dimana osteopontin dapat menstimulasi proses adhesi dan migrasi dari sel-sel endotelial, dan αvβ3 integrin serta osteopontin secara bersama-sama akan meningkat ketika terjadi kerusakan vaskular. (31,34)

2.3.4. Peran Osteopontin dalam Kelangsungan Sel Tumor

Osteopontin akan membantu mempertahankan kelangsungan sel-sel tumor ganas dengan membantu proses ketahanan hidup dari beberapa jenis sel tertentu, lewat interaksinya dengan berbagai sistem pertahanan tubuh. Sel-sel yang terpengaruh, termasuk sel-sel tumor, sel-sel endotel vaskular, sel-sel infiltrasi tumor dari sistem imun, dan efek dari semua interaksi ini akan berpengaruh terhadap malignansi dan pertumbuhan dari tumor. Sebagai contoh adalah peran osteopontin yang secara tidak langsung membantu ketahanan hidup sel-sel tumor lewat hubungannya

(39)

dengan makrofag. Interaksi antara osteopontin dan αvβ3 integrin diketahui mempengaruhi produksi dari nitrit oksida oleh makrofag. Nitrit oksida diproduksi oleh beberapa jenis sel yang berbeda-beda, termasuk makrofag dan sel-sel endotel vaskular, nitrit oksida dapat berperan sebagai molekul penanda yang sangat kuat, sebagaimana juga bersifat sitotoksisitas yang terlokalisir. Meskipun nitrit oksida efektif untuk melawan invasi mikroba dan sel-sel tumor, osteopontin ternyata dapat menghambat produksinya, dan oleh karenanya memiliki peran yang penting dalam sistem pertahanan tumor terhadap sistem imun. Produksi osteopontin oleh sel-sel tumor dapat menjaga kelangsungan pertumbuhan tumor dan metastasenya dengan cara melindungi sel-sel tumor terhadap pengaruh dari nitrit oksida. Dalam hal ini, sel- sel tumor yang memproduksi osteopontin akan lebih memungkinkan untuk bertumbuh dibandingkan dengan sel-sel tumor yang tidak menghasilkan osteopontin. (31)

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik untuk menentukan apakah osteopontin dapat digunakan sebagai penentu diagnostik pada tumor ganas ovarium epithelial.

3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU, RSUP H.

Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, RS PTP II Putri Hijau Medan, Rumkit Kesdam Putri Hijau Medan, RS Haji Mina Medan, RS Sundari Medan,Rumah Sakit Imelda Medan, Departemen Patologi Anatomi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan, dan Laboratorium Klinik Prodia yang dilakukan mulai dari Januari – Oktober 2011.

3.3. POPULASI PENELITIAN

Seluruh penderita tumor ovarium yang memenuhi kriteria penerimaan yang datang ke poliklinik ginekologi dan onkologi yang direncanakan untuk laparatomi elektif, dimasukkan ke dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria penerimaan.

3.4. SAMPEL PENELITIAN

Besar sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (dikutip dari Penelitian Diagnostik oleh M. Sopiyudin Dahlan) :

n = Zα √2V1 + Zβ√V1 + V2 Ѳ1 – Ѳ2

(41)

Keterangan :

n = besar sampel penelitian Zα = deviat baku alpha Zβ = deviat baku beta

Ѳ1 – Ѳ2 = selisih minimal AUC antara dua indeks yang dianggap bermakna Ѳ2 = AUC dari indeks yang sudah diketahui

Ѳ1 = AUC dari indeks yang diteliti

V1 = Q11 + Q21 - 2Ѳ12

V2 = Q12 + Q22 - 2Ѳ22

Q11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = Ѳ1 : (2 - Ѳ1) Q21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2Ѳ12

: (1 + Ѳ1) Q12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = Ѳ2 : (2 – Ѳ2) Q22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2Ѳ22

: (1 + Ѳ2)

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus ini sangat rumit bila dilakukan secara manual. Oleh karenanya, sudah ditetapkan tabel perhitungan besar sampel dengan berbagai kondisi untuk memudahkan perhitungan.

(42)

Tabel 3.1 Besar Sampel untuk Nilai AUC, Kesalahan Tipe I dan Kesalahan Tipe II Tertentu

AUC 1 AUC 2

Besar Sampel

A B C D

0.50 0.60 259 347 203 281

0.50 0.70 63 84 50 68

0.50 0.80 27 36 21 29

0.60 0.70 243 323 190 261

0.60 0.75 106 140 83 113

0.60 0.80 58 77 45 62

0.60 0.85 36 47 28 38

0.65 0.75 226 299 176 242

0.65 0.80 98 129 76 104

0.65 0.85 54 70 42 56

0.70 0.80 203 268 158 216

0.70 0.85 88 114 68 92

0.70 0.90 48 62 37 49

0.70 0.95 29 37 23 30

0.75 0.85 174 229 136 185

0.75 0.90 75 97 58 78

0.75 0.95 40 52 31 41

0.80 0.85 592 783 462 633

0.80 0.90 142 185 110 149

0.80 0.95 60 77 46 61

0.85 0.80 492 668 388 546

0.85 0.95 105 136 81 109

0.90 0.95 294 383 228 307

Keterangan :

A = kesalahan tipe satu 5%, hipotesis dua arah; kesalahan tipe dua 20%

B = kesalahan tipe satu 5%, hipotesis dua arah; kesalahan tipe dua 10%

(43)

C = kesalahan tipe satu 5%, hipotesis satu arah; kesalahan tipe dua 20%

D = kesalahan tipe satu 5%, hipotesis satu arah; kesalahan tipe dua 10%

3.5. KRITERIA SAMPEL 3.5.1. Kriteria Penerimaan

1. Penderita tumor ovarium yang dirawat dan akan menjalani laparatomi elektif di RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, RS PTP II Putri Hijau Medan, RS Kesdam Putri Hijau Medan, RS Haji Mina Medan, RSU Sundari Medan dan RS Imelda Medan.

2. Tidak menderita keganasan pada organ tubuh lainnya 3. Bersedia mengikuti penelitian.

3.5.2. Kriteria Penolakan

1. Penderita tumor ovarium yang dirawat dengan kondisi-kondisi yang menyebabkan kontraindikasi untuk dilakukannya laparatomi.

2. Hasil operasi menunjukkan bahwa ternyata tumor bukan berasal dari ovarium.

3. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa jenis tumor ovarium adalah non-epithelial.

4. Tidak didapatkan hasil pemeriksaan histopatologi.

3.6. BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Bahan untuk penelitian adalah darah dari penderita tumor ovarium yang direncanakan operasi laparatomi elektif dan spesimen hasil operasi, memenuhi kriteria penerimaan yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr.

Pirngadi Medan, RSU Haji Medan, RS PTP Tembakau Deli Medan, RSU Sundari Medan, RSU Kesdam Tk II Medan dan RS Imelda Medan, serta memberikan persetujuan tertulis.

(44)

Cara Kerja :

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik secara keseluruhan, pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, kadar gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, elektrolit, hemorrhagic screening test ) dan USG (diagnostik untuk menentukan ada tidaknya tumor ovarium)

2. Setelah ditegakkan diagnosa tumor ovarium

Diambil darah pasien dari vena mediana cubiti dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi antikoagulan. Kemudian darah dikirim ke Laboratorium Prodia Medan untuk pemeriksaan kadar osteopontin dengan metode pemeriksaan ELISA.

3. Prosedur pemeriksaan osteopontin dengan metode ELISA

• Pada pemeriksaan ini digunakan reagensia OPN Microplate (Part 892816), OPN Conjugate (Part 892817), OPN Standard (Part 892818), Assay Diluent RD 1-6 (Part895158), Calibrator Diluent RD5-24 (Part895325), Wash Buffer Concentrate (Part 895003), Color Reagent A (Part 895000), Color Reagent B (Part 895001), Stop Solution (Part 895032), Plate Covers, yang diproduksi oleh R&D Systems, Inc., McKinley Place NE, Minneapolis, United States of America.

• Sebanyak 20 cc darah dari subjek penelitian ditambahkan dengan EDTA sebagai antikoagulan kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 1000.

• Sampel plasma membutuhkan pengenceran minimal 25 kali, kemudian diambil sebanyak 10µL dan ditambahkan dengan 240µL Calibrator Diluent RD5-24.

• Disiapkan 7 tabung reaksi, dimana ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 200µL gabungan Color Reagent A dan B, ditambah OPN Standard dengan konsentrasi yang semakin berkurang setengahnya mulai dari tabung reaksi 1 (konsentrasi OPN Standard 20 ng/ml) hingga tabung reaksi 7 (konsentrasi OPN Standard 0,312 ng/ml).

(45)

• Kemudian ditambahkan 100µL Assay Diluent RD 1-6 dan 50µL sampel plasma ke masing-masing tabung reaksi dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu kamar, dilanjutkan dengan washing sebanyak 4 kali.

• Setelah di washing, ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkkan 200µL Conjugate, kemudian diinkubasi selama 2 jam pada suhu kamar, dilanjutkan dengan washing sebanyak 4 kali.

• Ke dalam setiap tabung dimasukkan 200µL Substrate Solution dan diinkubasi selama 30 menit, hindari dari cahaya.

• Ditambahkan 50µL Stop Solution pada setiap tabung, kemudian dibaca pada 450 nm selama 30 menit, koreksi panjang gelombang antara 540 – 570 nm.

4. Pasca laparatomi, dilakukan pemeriksaan histopatologi terhadap spesimen hasil operasi oleh ahli Patologi Anatomi di Departemen Patologi Anatomi, RSUP H. Adam Malik, Medan.

3.7. ANALISA DATA

Data-data yang diperoleh dari penelitian ini akan ditabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel, dianalisa berdasarkan uji diagnostik dengan standar baku emas pemeriksaan histopatologi.

3.8. BATASAN OPERASIONAL 1. Tumor Ovarium

Tumor yang berasal dari ovarium yang ditetapkan dari pemeriksaan klinis dan ultrasonografi (USG).

2. Tumor Ovarium Epithelial

Tumor ovarium yang dibuktikan lewat pemeriksaan histopatologi tergolong ke dalam tumor ovarium jenis epithelial.

3. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan jaringan /massa tumor secara mikroskopik oleh ahli Patologi Anatomi setelah dilakukan fiksasi dan pengecatan.

(46)

4. Osteopontin

Biomarker tumor ovarium yang kadarnya diukur dari sampel darah yang dianalisa dengan teknik ELISA di Laboratorium Prodia yang hasilnya dinyatakan dalam satuan ng/ml (nanogram per milliliter).

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan darah dan spesimen hasil operasi terhadap 60 orang penderita tumor ovarium yang menjalani laparatomi elektif di rumah sakit tempat penelitian. Data yang dapat diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 46, oleh karena 14 orang termasuk kriteria eksklusi (1 orang dengan hasil histopatologi tumor ganas endometrium, 1 orang dengan hasil histopatologi sisa konsepsi dan 2 sampel darah mengalami kerusakan, dan 10 sampel dengan hasil histopatologi tumor ovarium non-epithelial).

Tabel 4.1. Sebaran kelompok tumor ovarium epithelial jinak dan ganas berdasarkan usia

USIA (tahun)

TUMOR JINAK n %

TUMOR GANAS n %

JUMLAH n % 10 – 19 1 2,2% 0 - 1 2,2%

20 – 29 4 8,7% 0 - 4 8,7%

30 – 39 13 28,3% 5 10,9% 18 39,1%

40 – 49 8 17,4% 5 10,9% 13 28,3%

50 – 59 1 2,2% 5 10,9% 6 13,0%

60 – 69 2 4,3% 2 4,3% 4 8,7%

TOTAL 29 63,0% 17 37,0% 46 100%

Dari tabel diatas, penderita tumor ovarium epithelial baik jinak maupun ganas yang terbanyak adalah pada kelompok usia 30 – 39 tahun yaitu sebanyak 18 orang (39,1%), sementara penderita tumor jinak ovarium yang terbanyak adalah pada kelompok usia 30 – 39 tahun yaitu sebanyak 13 orang (28,3%) dan penderita tumor ganas ovarium yang terbanyak adalah pada kelompok usia 40 – 59 tahun yaitu sebanyak 10 orang (21,8%). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai dengan Boy Busmar dan kawan-kawan serta Diana Hamilton Fairley dan kawan-kawan

(48)

yang menyatakan bahwa tumor ganas ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun.(1,13) Martin Siregar dan kawan-kawan pada tahun 2002 dalam penelitiaannya mendapati sebaran penderita tumor ganas ovarium terbanyak pada kelompok umur 41 – 50 tahun.(17) Jae-Hon Kim dan kawan-kawan pada tahun 2002 mendapati usia rata-rata penderita tumor ganas ovarium pada penelitian mereka adalah 55,4 tahun(30) dan pada penelitian John O. Schorge dan kawan- kawan pada tahun 2004 usia rata-rata penderita tumor ganas ovarium adalah 55 tahun.(39)

Tabel 4.2. Sebaran kelompok tumor ovarium epithelial jinak dan ganas berdasarkan paritas

PARITAS TUMOR JINAK n %

TUMOR GANAS n %

JUMLAH n % Virgo 4 8,7% 1 2,2% 5 10,9%

Nullipara 2 4,3% 2 4,3% 4 8,7%

1 – 3 anak 14 30,4% 8 17,4% 22 47,8%

>3 anak 9 19,6% 6 13,0% 15 32,6%

TOTAL 29 63,0% 17 37,0% 46 100%

Dari tabel di atas, penderita tumor ovarium epithelial baik jinak maupun ganas yang terbanyak adalah pada kelompok paritas 1 - 3 orang anak yaitu 22 subjek (47,8%), sama halnya dengan penderita tumor jinak ovarium yang terbanyak adalah pada kelompok paritas 1 - 3 orang anak yaitu sebanyak 14 subjek (30,4%) dan penderita tumor ganas ovarium yang terbanyak juga pada kelompok paritas 1 - 3 orang anak yaitu sebanyak 8 subjek (17,4%). Martin Siregar dan kawan-kawan pada tahun 2002 mendapati sebaran kasus tumor ganas ovarium terbanyak dijumpai pada kelompok paritas 0 - 3 orang. (17)

(49)

Tabel 4.3. Sebaran kadar osteopontin tumor ovarium epithelial berdasarkan jinak dan ganas

HISTOPATOLOGI

OSTEOPONTIN (ng/ml)

n mean SD JINAK 29 97,55 58,13 GANAS 17 193,42 130,68

Dari tabel diatas diperoleh kadar rata-rata osteopontin pada tumor jinak ovarium epithelial adalah 97,55 ng/ml ( n = 29), lebih rendah dibandingkan kadar rata-rata osteopontin pada tumor ganas ovarium epithelial yaitu 193,42 ng/ml (n = 17).

Sementara Gil Mor dan kawan-kawan pada tahun 2005 mendapatkan kadar rata- rata osteopontin pada tumor ganas ovarium 13,81 ng/ml (SD = 0,69),(37) J.H. Kim dan kawan-kawan pada tahun 2002 mendapatkan kadar rata-rata osteopontin pada tumor ganas ovarium 486,5 ng/ml (IK 95%, 315,0 – 751,4), kadar rata-rata osteopontin pada tumor jinak ovarium 254,4 ng/ml (IK 95%, 148,2 – 436,7)(29). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini hampir menyerupai hasil penelitian J.O Schorge dan kawan-kawan pada tahun 2004 yang mendapatkan kadar rata-rata Osteopontin pada tumor ganas 178 ng/ml (IK 95%, 12 – 3468).(38) Hal ini menunjukkan bahwa kadar osteopontin pada tumor ganas ovarium sangat bervariasi dari satu penelitian dengan penelitian lainnya.

(50)

Kurva “Receiver Operating Characteristic”

Dari metode ROC diatas, diperoleh nilai AUC (area under curve) sebesar 71,5%

dengan Interval Kepercayaan (IK) 95%, 56,0% - 87%. Nilai AUC 71,5% artinya apabila osteopontin pada kadar tertentu digunakan untuk mendiagnosa tumor ganas ovarium pada 100 orang pasien, maka kesimpulan yang tepat akan diperoleh pada 71,5 ≈ 71 - 72 orang pasien. Berdasarkan interval kepercayaannya, nilai AUC osteopontin pada populasi ini berkisar antara 56,0% sampai dengan 87%. Secara klinis, nilai diagnostik osteopontin yang digunakan pada penelitian ini memuaskan karena lebih besar dari nilai minimal AUC yang diharapkan yaitu 70%.

Gambar

Tabel 2.1 Tampilan makroskopis tumor ovarium jinak dan ganas  (1)
Tabel 3.1 Besar Sampel untuk Nilai AUC, Kesalahan Tipe I dan Kesalahan Tipe  II Tertentu  AUC 1  AUC 2  Besar Sampel  A  B  C  D  0.50  0.60  259  347  203  281  0.50  0.70  63  84  50  68  0.50  0.80  27  36  21  29  0.60  0.70  243  323  190  261  0.60
Tabel  4.1.  Sebaran   kelompok   tumor   ovarium   epithelial    jinak    dan      ganas berdasarkan usia
Tabel 4.2.  Sebaran   kelompok   tumor   ovarium   epithelial    jinak    dan              ganas berdasarkan paritas
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat perlindungan, bimbingan serta karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi A : masalah Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan.. ketidaknyamanan nyeri

Dari data-data yang diperoleh penulis berdasarkan analisis Balanced Scorecard dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini dapat dilihat

[r]

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga pokok produksi menurut perusahaan dan metode full costing, sehingga dapat

Metode yang digunakan oleh Perusahaan dan metode Cost-plus pricing menggunakan informasi biaya yang sama ( BBB, BTKL, BOP, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya pemasaran ),

Keenam sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun 2013 ‒ 2018, yaitu ” Melanjutkan Pembangunan Kota Palembang