• Tidak ada hasil yang ditemukan

M O D U L INKLUSIVITAS D I T E M P A T K E R J A. Edisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "M O D U L INKLUSIVITAS D I T E M P A T K E R J A. Edisi"

Copied!
352
0
0

Teks penuh

(1)

e

PELATIHAN

INKLUSIVITAS

D I T E M P A T K E R J A

Edisi 1 2021

(2)

e

PELATIHAN

INKLUSIVITAS

D I T E M P A T K E R J A

Edisi 1 2021

(3)

e

PELATIHAN

INKLUSIVITAS

D I T E M P A T K E R J A

Edisi 1 2021

M O D U L

e

PELATIHAN

INKLUSIVITAS

D I T E M P A T K E R J A

Edisi 1 2021

(4)

DAFTAR ISI

KERANGKA KURIKULUM MODUL PELATIHAN INKLUSIVITAS DI TEMPAT KERJA

1

MODUL DASAR-1 KEBIJAKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV/AIDS, PIMS, TBC, COVID-19, SERTA DISABILITAS NASIONAL DAN DI TEMPAT KERJA

27

MODUL DASAR-2 MEMBANGUN PEMAHAMAN HIV/AIDS, PIMS, TB, COVID-19, &

DISABILITAS (CONTEXT BUILDING)

65

MODUL INTI – 1 GENDER, JENIS KELAMIN, DAN SEKSUALITAS (Gender, Jenis Kelamin, Seksualitas, Hegemoni Maskulinitas)

121

MODUL INTI - 2 INKLUSIVITAS DI TEMPAT KERJA (Apa Itu Inklusivitas di Tempat Kerja, Kesetaraan & Non-Diskriminasi di Tempat Kerja, Mengembangkan Strategi Inklusivitas di Tempat Kerja, Pendekatan Program di Tempat Kerja)

167

MODUL INTI - 3 KETERAMPILAN KOMUNIKASI & TEKNIK FASILITASI (Komunikasi Efektif, Komunikasi Motivasi, & Teknik Fasilitasi)

245

MODUL INTI - 4

MICROTEACHING (Praktik Mengajar)

311

MODUL MATERI PENUNJANG - 1 MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (MKB) (Building Learning Commitment/ BLC)

327

MODUL MATERI PENUNJANG - 2

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

335

(5)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, akhirnya Yayasan Kusuma Buana berhasil menyusun dan menerbitkan Modul Pelatihan Inklusivitas di Tempat Kerja.

Modul ini telah digunakan dalam Pelatihan Inklusivitas di Tempat Kerja sebagai bagian dari kerjasama Yayasan Kusuma Buana dengan UNAIDS dan didukung oleh sebuah program bersama dengan ILO, UNDP dan UNHCR yang dikenal sebagai The United Nations COVID-19 Response and Recovery Multi Partner Trust Fund (MPTF). Peserta pelatihan adalah perwakilan dari ODHIV dan populasi kunci yang diharapkan untuk berperan sebagai pelatih dalam kegiatan pelatihan tentang inklusivitas di tempat kerja.

Thema inklusivitas di tempat kerja merupakan hal yang penting mendapat perhatian kita semua.

Thema ini menjadi semakin penting di saat pandemi COVID-19 apalagi pada saat yang bersamaan kita masih berjuang untuk mengendalikan epidemi HIV-AIDS di Indonesia. Dampak pandemi COVID-19 dan epidemi HIV-AIDS bukan hanya di sektor kesehatan tetapi juga di sektor social ekonomi lainnya. Dalam situasi ini ODHIV (Orang Hidup dengan HIV) serta populasi kunci merupakan kelompok rentan yang merasakan dampak dari pandemi ini. Stigma dan diskriminasi masih saja terjadi.

Yayasan Kusuma Buana telah merintis kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di tempat kerja sejak tahun 1993 dan kemudian mengintegrasikan upaya ini dalam upaya pencegahan dan penanggulangah COVID-19 di tempat kerja. Pengalaman yang diperoleh selama ini menjadi bahan dasar untuk penyusunan modul ini.

Dalam modul ini pembahasan inklusivitas di tempat kerja meliputi masalah kesehatan seperti HIV- AIDS, Tuberkulosis, COVID-19 dan masalah lain seperti kesetaraan gender dan disabilitas

Modul ini telah dapat diselesaikan berkat kerja keras tim Yayasan Kusuma Buana yang dibantu oleh konsultan penyusunan modul Muhammad Yusuf.

Semoga modul ini bisa ikut berkontribusi untuk meningkatkan inklusivitas di tempat kerja sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan tempat kerja yang bebas dari stigma dan diskriminasi.

Yayasan Kusuma Buana Tim Penyusun modul:

Adi Sasongko, Yani Mulyani, Siti Hadiyati, Rediscoveri Nitta, Wisnu Prasadja

Konsultan:

Muhammad Yusuf

(6)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

ii

KERANGKA KURIKULUM MODUL PELATIHAN INKLUSIVITAS DI TEMPAT KERJA

1

MODUL DASAR-1 KEBIJAKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV/AIDS, PIMS, TBC, COVID-19, SERTA DISABILITAS NASIONAL DAN DI TEMPAT KERJA

27

MODUL DASAR-2 MEMBANGUN PEMAHAMAN HIV/AIDS, PIMS, TB, COVID-19, &

DISABILITAS (CONTEXT BUILDING)

65

MODUL INTI – 1 GENDER, JENIS KELAMIN, DAN SEKSUALITAS (Gender, Jenis Kelamin, Seksualitas, Hegemoni Maskulinitas)

121

MODUL INTI - 2 INKLUSIVITAS DI TEMPAT KERJA (Apa Itu Inklusivitas di Tempat Kerja, Kesetaraan & Non-Diskriminasi di Tempat Kerja, Mengembangkan Strategi Inklusivitas di Tempat Kerja, Pendekatan Program di Tempat Kerja)

167

MODUL INTI - 3 KETERAMPILAN KOMUNIKASI & TEKNIK FASILITASI (Komunikasi Efektif, Komunikasi Motivasi, & Teknik Fasilitasi)

245

MODUL INTI - 4

MICROTEACHING (Praktik Mengajar)

311

MODUL MATERI PENUNJANG - 1 MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (MKB) (Building Learning Commitment/ BLC)

327

MODUL MATERI PENUNJANG - 2

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

335

(7)

1

KERANGKA KURIKULUM MODUL

PELATIHAN

INKLUSIVITAS

DI TEMPAT KERJA

(8)

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang a. Latar belakang

Inklusivitas lahir dari kesadaran akan adanya diskriminasi kepada kelompok tertentu karena sesuatu kondisinya. Istilah inklusif lahir dari kesadaran akan adanya diskriminasi kepada kelompok tertentu karena status kesehatan ataupun sesuatu kondisi lain. Konsep inklusi banyak digunakan dalam kerangka pembangunan untuk tidak meninggalkan kelompok yang terpinggirkan dan rentan, seperti perempuan, anak, etnis atau suku tertentu, orang dengan HIV (ODHIV), serta penyandang disabilitas.

Dalam isu ketenagakerjaan, inklusif adalah proses membangun hubungan ketenagakerjaan yang menghormati setiap individu di lingkungan tempat kerja yang memiliki perbedaan jenis kelamin—

status kesehatan seperti HIV AIDS, TB, Covid-19, orientasi seksual, disabilitas—yang selama ini mengalami diskriminasi. Tempat kerja yang inklusif memberikan ruang bagi semua orang dengan beragam latar belakang untuk berpartisipasi tanpa ada diskriminasi.

Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV sering kali dikaitkan dengan karakteristik pribadi lain, termasuk gender, identitas gender, orientasi seksual serta etnis, dan yang memperparah dampak krisis Covid-19. Informasi yang salah tentang penularan HIV dan kurangnya pemahaman masyarakat serta komunitas dunia usaha tentang HIV AIDS berakibat menguatnya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV. Akibatnya, masih banyak masyarakat dunia kerja yang mempunyai penilaian bahwa HIV mudah sekali menular. Pekerja yang hidup dengan HIV dianggap memiliki produktivitas kerja yang rendah dan bisa menularkan ketika bekerja bersama. Sementara itu, AIDS juga diyakini bisa berakibat langsung pada kematian, sehingga hal ini dianggap akan berdampak merugikan perusahaan.

Diskriminasi terkait HIV dan penyandang disabilitas adalah masalah yang masih belum teratasi dengan baik di tempat kerja. Prinsip keterlibatan yang lebih luas dari orang yang hidup dengan HIV dan disabilitas harus dihormati karena akan memberikan legitimasi dan efektivitas yang lebih baik untuk tindakan yang relevan di tempat kerja. Para penyandang disabilitas dan masalah kesehatan seperti HIV/AIDS, TB, dan Covid-19 harus diberikan kesempatan bekerja sesuai dengan kemampuan mereka, tanpa ada diskriminasi atau stigma terkait kondisi mereka. Upaya-upaya untuk mengakomodasi lingkungan kerja sedemikian rupa harus dilakukan, sehingga mereka dapat dipekerjakan secara adil dan setara. Karena sebagian besar orang dengan HIV, TB, Covid-19, dan disabilitas adalah usia produktif, di mana paling banyak ada di tempat kerja.

Melihat permasalahan-permasalahan yang terkait dengan stigma dan diskriminasi di tempat kerja, maka perlu diciptakan inklusivitas di tempat kerja. Pemahaman tentang konsep kesetaraan di tempat kerja menjadi sangat penting ketika perusahaan hendak mempraktikkan lingkungan kerja yang setara dan inklusif. Cara pandang yang tepat akan membantu perusahaan mengambil langkah strategis dan afirmatif bagi kelompok rentan—khususnya pekerja perempuan, orang- orang dengan disabilitas, orang dengan HIV (ODHIV), serta orang dengan masalah kesehatan yang lain seperti TB dan Covid-19—untuk dapat dipekerjakan di perusahaan serta mendapatkan kondisi dan situasi yang setara, sesuai dengan kapasitas dan keahliannya.

Inklusivitas di tempat kerja terwujud manakala tercipta kesetaraan dan tidak adanya diskriminasi terhadap kelompok tertentu untuk bisa mengakses, berpartisipasi, memiliki kontrol terhadap berbagai kebijakan perusahaan, serta memperoleh manfaat yang adil dan setara dari kerja-kerja yang dilakukan. Di lain pihak, semua pekerja juga perlu memahami dan mampu menjalankan

(9)

3

seluruh norma serta standar kompetensi, keterampilan, dan kapasitas yang diterapkan di dunia kerja.

Mengapa modul ini perlu?

Modul Pelatihan Inklusivitas di Tempat Kerja ini dirancang khusus dari sisi materi, metode, serta pendekatan agar lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh komunitas populasi kunci, orang dengan HIV (ODHIV), dan organisasi/LSM Peduli HIV dalam mengedukasi, memotivasi, serta menciptakan inklusivitas di tempat kerja.

Secara umum, modul ini merupakan paket pelatihan sebagai panduan bagi komunitas populasi kunci, orang dengan HIV (ODHIV), dan pegiat HIV lainnya untuk memberikan peningkatan dan penguatan kapasitas peserta latih dalam menciptakan inklusivitas di tempat kerja.

c. Sasaran Pengguna Modul

Secara khusus, modul ini berisi seluruh materi untuk training of trainers yang dilakukan selama empat hari pelatihan dan satu hari microteaching. Namun bagian dari modul ini juga dapat digunakan untuk pelatihan dengan durasi yang lebih pendek, mengikuti ketersediaan waktu dan sumber daya yang ada. Diharapkan, modul pelatihan singkat serta bahan bacaan ini dapat digunakan oleh para komunitas populasi kunci dan orang dengan HIV (ODHIV) dalam menerapkan inklusivitas di tempat kerja. Namun, dalam penerapan awal, para komunitas populasi kunci dan orang dengan HIV (ODHIV) dapat bekerja sama dengan LSM Peduli HIV/AIDS yang mempunyai pengalaman dalam implementasi program di tempat kerja. Bekerja sama dengan organisasi/institusi yang memahami tempat kerja—dan sudah berpengalaman berkolaborasi dengan perusahaan—tentu akan memudahkan akses serta memperkuat implementasi program di tempat kerja.

Modul pelatihan untuk pelatih ini dapat menjadi panduan dan buku pegangan dalam kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang penerapan inklusivitas di tempat kerja. Selain itu, materi dalam modul ini juga dapat digunakan sebagai bahan advokasi, penyuluhan, dan acuan bagi pembuat kebijakan terkait ketenagakerjaan, sosial, kesetaraan, serta nondiskriminasi dan isu lain—khususnya di tempat kerja—yang dapat disesuaikan dengan situasi masing-masing daerah atau kebutuhannya.

B. Filosofi Pelatihan

Pelatihan ini diselenggarakan dengan memperhatikan sejumlah prinsip.

1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak mendapatkan hal-hal berikut.

a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam hal mutu pelayanan.

b. Dipertimbangkan setiap ide, dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.

c. Diberi kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.

d. Tidak dipermalukan atau diabaikan pendapatnya.

e. Peserta mengikuti pelatihan ini dengan sukarela dan kesadaran penuh.

2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta (yang mendapat satu paket bahan belajar berupa modul pelatihan inklusivitas di tempat kerja) memiliki hak-hak sebagai berikut.

a. Belajar dengan modal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Proses pelatihan “belajar dari pengalaman” (experiential learning cycle). Belajar dari pengalaman berarti peserta pelatihan diajak melakukan sesi-sesi untuk merefleksikan

(10)

4

pengetahuan dan pengalaman-pengalaman diri sendiri ataupun orang lain untuk kemudian dikembangkan menjadi pengetahuan dan pengalaman baru yang lebih baik.

b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi, menguasai materi, dan bisa melakukan umpan balik.

c. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik kepada fasilitator secara terbuka.

Belajar secara optimal akan terwujud bila peserta melakukan refleksi atas pengalaman tertentu, menyimpulkan, dan menemukan prinsip-prinsip dari pengalaman tersebut untuk dapat menerapkannya dalam pengalaman serupa di masa yang akan datang.

d. Melakukan evaluasi (bagi penyelenggara ataupun fasilitator) dan dievaluasi tingkat kemampuannya.

3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta memperoleh hal-hal sebagai berikut.

a. Mencapai penguasaan semua materi yang diajarkan.

b. Meningkatkan keterampilannya langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diinginkan.

c. Mendapatkan penilaian tentang keberhasilannya mencapai kompetensi yang ditetapkan pada akhir pelatihan.

d. Mendapatkan sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.

4. Learning by doing dan learning by experience yang memungkinkan peserta memperoleh kesempatan melakukan sendiri penerapan teori dalam praktik melalui metode pembelajaran latihan/praktik di kelas dengan bimbingan, sehingga pada akhirnya mampu melakukannya secara mandiri.

II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI a. Peran

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai fasilitator pelatihan inklusivitas di tempat kerja.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan perannya tersebut, peserta mempunyai fungsi dalam memfasilitasi pelatihan dan kegiatan lain seperti penyuluhan yang terkait dengan inklusivitas di tempat kerja.

c. Kompetensi

Untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya tersebut, setelah selesai pelatihan ini, para peserta akan memiliki kompetensi dalam mewujudkan inklusivitas di tempat kerja.

III. TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, para peserta sebagai fasilitator mampu memfasilitasi pelatihan inklusivitas di tempat kerja.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Menjelaskan tentang inklusivitas di tempat kerja.

2. Menjelaskan tentang kebijakan program pencegahan serta pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TB, dan Covid-19 serta perlakuan kepada disabilitas di tempat kerja.

(11)

5

3. Menjelaskan tentang HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan disabilitas.

4. Menjelaskan gender, jenis kelamin, dan seksualitas.

5. Menjelaskan strategi dan pendekatan program inklusivitas di tempat kerja.

6. Menjelaskan keterampilan komunikasi dan teknik fasilitasi.

7. Melakukan microteaching.

IV. STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi pelatihan sesuai struktur program dengan waktu keseluruhan sebanyak 38 jam pelajaran (JP) dengan perincian sebagai berikut.

NO. MATERI WAKTU

JUMLAH

T P PL

A. Materi Dasar 1.

Kebijakan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS PIMS dan Tuberkulosis, Covid-19, serta Disabilitas Nasional dan di Tempat Kerja

2 0 0 2

2. Membangun Pemahaman (Context Building) tentang

HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan Disabilitas 1 2 0 3

Total Waktu Materi Dasar 3 2 0 5

B. Materi Inti

1. Gender, Jenis Kelamin, dan Seksualitas 2 6 0 8

2. Inklusivitas di Tempat Kerja 2 6 0 8

3. Keterampilan Komunikasi dan Teknik Fasilitasi 2 5 0 7

4. Microteaching 1 4 0 5

Total Waktu Materi Inti 7 22 0 29

C. Materi Penunjang

1. Membangun Komitmen Belajar (MKB) 0 2 0 2

2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2

Total Waktu Materi Penunjang 0 4 0 4

TOTAL “A+B+C” 10 28 0 38

Keterangan:

T = Teori, P = Penugasan, PL = Praktik Lapangan, 1 JPL adalah 45 menit.

V. RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP) Nomor : MD.1

Materi : Kebijakan Program Pengendalian HIV/AIDS, PIMS, dan Tuberkulosis, Covid-19, serta Disabilitas Nasional dan di Tempat Kerja

Waktu : 2 JP (T: 2 jp, P: 0 jp, PL: 0 jp)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi program HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, serta disabilitas nasional dan di tempat kerja.

(12)

6 Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan/Subpokok

Bahasan Metode Media dan

Alat Bantu Referensi Setelah mempelajari

materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan situasi terkini HIV/AIDS, TBC, Covid-19, dan disabilitas 2. Menjelaskan

kebijakan dan peraturan perundang- undangan terkait pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas nasional dan di tempat kerja

1. Situasi terkini epidemi HIV/AIDS, PIMS, Covid-19, dan disabilitas

2. Kebijakan terkait HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, dan disabilitas secara nasional dan di tempat kerja

3. Perbandingan TBC, HIV, dan Covid-19 4. Kenapa perlu regulasi

5. Regulasi terkait HIV/AIDS, TBC, Covid- 19, disabilitas di tempat kerja

6. Kenapa di tempat kerja

7. Potensi tempat kerja 8. Kesimpulan

• Penyampaian materi

• Tanya jawab

• Slide presentasi

• LCD

• Laptop

• Permenkes Nomor 21 Tahun 2013

• Pedoman Layanan Komprehensif Berkesinambun gan (LKB)

• Modul Pelatihan dan Lokakarya Layanan Komprehensif HIV/AIDS dan PIMS bagi Fasyankes

Nomor : MD. 2

Materi : Membangun Pemahaman HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan Disabilitas Waktu : 3 JP (T = 1 JP; P = 2 JP; PL: 0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami tentang HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan disabilitas serta menghilangkan mitos dan kesalahpahaman mengenai pekerja seks, lelaki seks dengan lelaki lain, transgender, dan pengguna napza suntik guna menciptakan inklusivitas di tempat kerja.

(13)

7 Nomor : MI. 1

Materi : Gender, Jenis Kelamin, dan Seksualitas Waktu : 8 JP (T = 2 JP; P = 6 JP; PL: 0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gender, jenis kelamin, dan seksualitas.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media & Alat

Bantu Referensi Setelah mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan gender, jenis kelamin, dan seksualitas

1. Gender, jenis kelamin, dan seksualitas

a) Gender

• Ceramah

• Curah pendapat

• Powerpoint • Buku-buku terkait Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan

Metode &

Tempat

Media & Alat

Bantu Referensi Setelah mengikuti

materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan tentang HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan disabilitas 2. Menjelaskan istilah-

istilah yang benar dan sesuai terkait HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, disabilitas, serta populasi kunci 3. Memahami istilah

tentang gender, jenis kelamin, dan seksualitas 4. Memahami istilah

hegemoni maskulinitas 5. Memahami istilah

pentingnya menciptakan inklusivitas di tempat kerja

1. Menjelaskan tentang informasi dasar HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan disabilitas

2. Menjelaskan istilah- istilah yang benar dan sesuai terkait

HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, disabilitas, serta populasi kunci.

3. Memahami istilah tentang gender, jenis kelamin, dan

seksualitas.

4. Memahami istilah hegemoni maskulinitas 5. Memahami istilah

pentingnya menciptakan

inklusivitas di tempat kerja

• Ceramah dan tanya jawab

• Curah pendapat

• Diskusi kelompok

• Permainan kartu

• PowerPoint

• Metaplan/

kertas Post-it

• Spidol

• Kertas flipchart

• Video film

• The inclusive workplace CGIAR HIV AND AIDS 2006

• Permenkes Nomor 21 Tahun 2013

(14)

8 2. Menjelaskan hegemoni

maskulinitas

3. Kebijakan kesetaraan gender di tempat kerja (Hasil Desk Review YKB 2021)

b) Kesetaraan gender c) Ketidakadilan

gender

d) Gender dan jenis kelamin

e) Gender dan seksualitas 2. Hegemoni maskulinitas

a) Menjadi laki-laki b) Keistimewaan

laki-laki c) Pengantar

maskulinitas d) Stereotype laki-

laki ideal yang bias gender dalam budaya patriarki dan bagaimana ciri laki-laki ideal baru

e) Pola relasi anti- kekerasan dan setara dengan keluarga serta orang lain 3. Kebijakan

kesetaraan gender di tempat kerja (Hasil Desk Review YKB 2021)

a) Kebijakan yang dianalisis b) Indikator dan

hasil

• Analisis video

• Diskusi kelompok

• Reflektif

• Metaplan/

kertas Post- it

• Spidol

• Kertas flipchart

• Video film

gender harmony

• Modul IPP

• Modul Male Involvement

• GAYa Nusantara, Handout Training Gender dan Seksualitas, 2006

• ASA-FHI, Modul Pelatihan Intervensi Perubahan Perilaku, 2008

• Modul Diskusi Laki-laki, Rifka Annisa, 2012

• Hegemoni Maskulinita s, R.W.

Connell

• Dokumen Hasil Desk Review Kebijakan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja (YKB 2021)

Nomor : MI.2

Materi : Inklusivitas di Tempat Kerja Waktu : 8 JP (T = 2 JP; P = 6 JP; PL: 0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tentang inklusivitas di tempat kerja.

(15)

9 Tujuan

Pembelajaran Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media & Alat

Bantu Referensi Setelah mengikuti

materi ini, peserta mampu

menjelaskan:

1. Apa itu inklusivitas di tempat kerja 2. Kesetaraan

dan

nondiskriminasi di tempat kerja 3. Pengembangan

strategi inklusivitas di tempat kerja 4. Pendekatan

program di tempat kerja

1. Pengertian inklusivitas di tempat kerja 2. Kesetaraan dan

nondiskriminasi di tempat kerja a. Diskriminasi dan

kesetaraan b. Bentuk-bentuk

diskriminasi di tempat kerja c. Diskriminasi yang

dilarang d. Antisipasi dan

pencegahan pelecehan seksual di tempat kerja 3. Mengembangkan

strategi inklusivitas di tempat kerja

a. Strategi inklusivitas di tempat kerja b. Metode menyusun

strategi inklusivitas di tempat kerja c. Strategi

mempromosikan kesetaraan dan inklusivitas di tempat kerja d. Strategi dan

kebijakan inklusivitas bagi ODHIV di tempat kerja

4. Pendekatan program di tempat kerja a. Mengapa perlu

melakukan

• Ceramah

• Curah pendapat

• Analisis video

• Permainan

• Diskusi kelompok

• Reflektif

• PowerPoint

• Metaplan/

kertas Post- it

• Spidol

• Kertas flipchart

• Kertas A4

• Video film

• APINDO, (2012), Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

• Kementerian Tenaga Kerja &

Transmigrasi, (2012), Panduan Kesetaraan dan non-Diskriminasi di Tempat Kerja di Indonesia

• Australia Indonesia Partnership, IDDS, Panduan Fasilitator Appreciative Inquiry

• Managing HIV in the Workplace, a Guide for CSO STIP AIDS

NOW!, July 2010

• Managing HIV in the Workplace, ILO Subregional Office for Asia- Pacific 2008

(16)

10 pendekatan

program tempat kerja

b. Bagaimana membangun respons yang tepat terhadap program inklusivitas di tempat kerja c. Memahami kultur &

budaya tempat kerja

d. Tahapan pendekatan program di tempat kerja

e. Peran pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja

a) Kewajiban pemerintah b) Kewajiban

pengusaha c) Kewajiban

serikat pekerja f. Konsep Integrasi P2

HIV & P2 Covid-19 di tempat kerja a) Integrasi materi

sosialisasi b) Integrasi capacity

building

c) Integrasi tes Covid- 19 dan VCT

• Fighting HIV in the Workplace, IFC 2009

Nomor : MI.3

Materi : Keterampilan Komunikasi dan Teknik Fasilitasi Waktu : 7 JP (T = 2 JP; P = 5 JP; PL: 0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tentang keterampilan komunikasi dan teknik fasilitasi.

(17)

11 Tujuan

Pembelajaran Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media & Alat

Bantu Referensi Setelah mengikuti

materi ini, peserta mampu:

1. Melakukan keterampilan komunikasi 2. Melakukan

teknik fasilitasi

1. Keterampilan komunikasi

A. Komunikasi efektif

• Pengertian komunikasi efektif

• Tujuan komunikasi efektif

• Manfaat komunikasi efektif

• Elemen pokok komunikasi efektif

• Hambatan dalam berkomunikasi B. Komunikasi motivasi

• Pengertian komunikasi motivasi

• Tujuan komunikasi motivasi

• Prinsip komunikasi motivasi

• Keterampilan dasar komunikasi motivasi

• Pembicaraan mengenai perubahan

• Menghindari perangkap

• Langkah-langkah dalam komunikasi motivasi

2. Teknik fasilitasi

• Persiapan fasilitasi

• Tahapan fasilitasi

• Mengenal karakteristik

• Tugas baca

• Diskusi

• Latihan soal

• Role play dengan target sasaran

• Pleno hasil pembelajaran

• Modul Inti-3

• Bahan tayang

• LCD proyector

• Laptop

• Flipchart

• Spidol

• Video

• Motivational Interviewing- Motiv8, FHI360, 2016

• Modul Pelatihan Komunikasi Motivasi dalam Program

Pengendalian TB, Kementerian Kesehatan RI, 2016

• Modul Pelatihan Komunikasi Efektif TB-HIV Komunitas, Kementerian Kesehatan RI, 2016

• Modul “How to Facilitate

Participatory, Contextualized and Impactful Events”, PACT], 2021

• Modul Pelatihan Pencegahan &

Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri Kementerian Kesehatan,

(18)

12 peserta

• Memberikan instruksi yang jelas

• Mendengar untuk dapat memahami

• Bertanya

• Mengarahkan diskusi

• Dokumentasi hasil

Nutrition International

(19)

13

Nomor : MI. 4

Judul Materi : Microteaching

Waktu : 5 JP (T= 1 JP; P=4 JP; PL=0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melatih pada pelatihan inklusivitas di tempat kerja.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media dan Alat

Bantu Referensi

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan model pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD).

2. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran 3. Menggunakan

media dan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Menyusun satuan acara pembelajaran (SAP)

5. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran

1. Model pendekatan pembelajaran orang dewasa (POD).

a. Pengertian paedagogi dan andragogi b. Prinsip-prinsip

POD

c. Strategi POD 2. Metode

pembelajaran a. Pengertian

metode pembelajaran b. Ragam metode

pembelajaran 3. Media dan alat

bantu

pembelajaran a. Pengertian media

dan alat bantu pembelajaran b. Fungsi media dan

alat bantu pembelajaran c. Ragam media dan alat bantu pembelajaran 4. Satuan acara

pembelajaran (SAP)

a. Pengertian SAP b. Teknik

penyusunan SAP

• Curah pendapat

• Ceramah dan tanya jawab

• Latihan

• Diskusi kelompok

• Praktik melatih (microteaching)

• Komputer

• LCD

• Papan/kertas flipchart

• Spidol

• Lembar latihan SAP

• Lembar penilaian microteaching

• Pedoman praktik melatih (microteaching)

• Modul Male Involvement KPA Nasional 2015

• Modul Pelatihan Widyaiswara, LAN RI, 2008

(20)

14 5. Evaluasi hasil

pembelajaran a. Pengertian

evaluasi pembelajaran b. Tujuan evaluasi pembelajaran c. Metode dan alat

bantu evaluasi hasil

pembelajaran 6. Simulasi

microteaching

Nomor : MP.1

Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (MKB) Waktu : 2 JP (T=0 JP; P=2 JP; PL=0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media dan Alat

Bantu Referensi

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Mengenal sesama warga

pembelajar pada proses pelatihan

1. Perkenalan

• Presentasi

• Curah pendapat

• Bahan tayang (slide PPT)

• Flipchart/

papan tulis

• Spidol

• Meta plan

• Jadwal dan alur

pelatihan

• Norma/tata tertib standar pelatihan

• Panduan permainan

• Buku Panduan Dinamika Kelompok (LAN 2010 dan Pusdiklat Aparatur)

• Depkes RI, Pusdiklat

Kesehatan, 2004, Kumpulan Games dan Energizer, Jakarta

• Munir, Baderal, 2001, Dinamika Kelompok, Penerapannya dalam

2. Merumuskan harapan- harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan

2. Harapan- harapan dalam proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai

• Slide presentasi

• Permainan

• Film

3. Menentukan kontrak belajar

3. Kontrak belajar

• Curah pendapat

(21)

15

• Diskusi kelompok

Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta 4. Membentuk

organisasi kelas

4. Organisasi kelas

• Curah pendapat

• Diskusi kelompok

Nomor : MP.2

Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 2 JP (T=0 JP; P=2 JP; PL=0 JP)

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) pelatihan untuk pelatih inklusivitas di tempat kerja.

Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan

Subpokok Bahasan Metode Media dan Alat

Bantu Referensi Setelah mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL

2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RTL

3. Menyusun RTL untuk kegiatan yang akan dilakukan

1. Pengertian, tujuan, dan ruang lingkup RTL

2. Langkah-langkah menyusun RTL

3. Penyusunan RTL

• Ceramah tanya jawab

• Curah pendapat

• Latihan

• Diskusi

• Presentasi

• Flipchart

• Spidol

• Meta plan

• Kain tempel

• LCD

• Lembar/format RTL

(22)

16 VI. DIAGRAM ALUR PROSES PEMBELAJARAN

Proses dan metode pembelajaran yang dirancang dalam pelatihan ini merupakan satu kesatuan yang utuh. Berikut ini diagram alur proses dan metode pembelajaran dari pembukaan sampai dengan penutupan pelatihan.

1. Pembukaan

Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan.

Pembukaan

Membangun Komitmen Belajar (MKB)

Pemberian Wawasan

1. Kebijakan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS, PIMS, Tuberkulosis, Covid-19, serta Disabilitas Nasional dan di Tempat Kerja

2. Membangun Pemahaman HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan Disabilitas (Context Building) Metode

• Ceramah, tanya jawab, curah pendapat

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan 1. Gender, jenis kelamin, dan seksualitas 2. Inklusivitas di tempat kerja

3. Keterampilan komunikasi dan teknik fasilitasi

4. Microteaching Metode

• Curah pendapat, ceramah, dan tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, demonstrasi, melihat serta menganalisis video, role play, simulasi, dan refleksi

Evaluasi Penyelenggaraan

Penutupan Pretest

Post-Test

Rencana Tindak Lanjut (RTL) Microteaching E

V A L U A S I

(23)

17

b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan dan dukungannya terhadap pelaksanaan pelatihan inklusivitas di tempat kerja.

c. Perkenalan peserta fasilitator dan panitia secara singkat.

2. Pelaksanaan Pretest

Pelaksanaan pretest dimaksudkan untuk menjajaki sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan selama proses pembelajaran.

3. Membangun Komitmen Belajar

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses belajar- mengajar selanjutnya dan menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang disepakati bersama oleh seluruh peserta serta membentuk struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, pengendali diklat, dan panitia penyelenggara.

Kegiatannya antara lain sebagai berikut.

a. Penjelasan oleh fasilitator tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar.

b. Perkenalan antara peserta dan para fasilitator serta panitia penyelenggara pelatihan, dan perkenalan antar-sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, di mana seluruh peserta terlibat secara aktif.

c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran, dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.

d. Kesepakatan antara para fasilitator, penyelenggara pelatihan, dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, serta yang lain.

4. Pengisian Wawasan

Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui oleh peserta dalam pelatihan ini, yaitu materi tentang Kebijakan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS, PIMS, Tuberkulosis, Covid-19, serta Disabilitas Nasional dan di Tempat Kerja, Membangun Pemahaman HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-, dan Disabilitas (Context Building) 5. Pemberian Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan

Pemberian materi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan ini mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta, yaitu mampu dalam hal-hal sebagai berikut.

1. Menjelaskan kebijakan Program Pencegahan & Pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, serta Disabilitas Nasional dan di Tempat Kerja

2. Menjelaskan tentang HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan disabilitas

(24)

18

3. Menjelaskan gender, jenis kelamin, dan seksualitas 4. Menjelaskan tentang inklusivitas di tempat kerja

5. Menjelaskan keterampilan komunikasi dan teknik fasilitasi 6. Melakukan microteaching

6. Microteaching

Setelah mendapatkan penjelasan tentang microteaching dan paparan teknik membuat satuan acara pembelajaran (SAP) dan bagaimana mempersiapkan bahan ajar (pemaparan), masing-masing peserta dengan waktu yang sudah ditentukan melaksanakan praktik microteaching dengan diamati dan dinilai oleh fasilitator/narasumber.

7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil pelatihan sebagai berikut.

a) Rencana bagaimana mengimplementasikan hasil pelatihan.

b) Merancang strategi dan rencana advokasi kebijakan untuk perusahaan, pekerja, dan pemerintah tentang inklusivitas di tempat kerja.

c) Setiap peserta merencanakan perannya sebagai fasilitator pelatihan inklusivitas di tempat kerja pada pelatihan, penyuluhan, dan kegiatan bentuk lain yang akan diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait.

8. Pelaksanaan Evaluasi

Evaluasi kepada peserta dilakukan berupa post-test dan penampilan praktik microteaching untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi pelatihan. Kemampuan yang didapat peserta melalui penugasan-penugasan yang telah diberikan selama pelatihan bisa dijadikan sebagai penilaian portofolio selama proses pembelajaran.

9. Evaluasi

a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran tiap hari (refleksi) dan terhadap fasilitator.

b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara me-review kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.

c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat fasilitator telah mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir evaluasi terhadap fasilitator.

d. Proses umpan balik juga dilakukan dari fasilitator ke peserta berdasarkan penjajakan awal melalui pretest, pemetaan kemampuan, kapasitas peserta, dan penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun pada waktu penugasan selama proses pembelajaran serta post-test.

(25)

19 10. Evaluasi Penyelenggaraan

Evaluasi penyelenggaraan dilakukan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan inklusivitas di tempat kerja dan akan digunakan untuk penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan tersebut pada kegiatan pelatihan berikutnya.

11. Penutupan

Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut.

1. Laporan ketua penyelenggara pelatihan termasuk laporan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan terhadap fasilitator, narasumber, peserta, sarana, dan prasarana yang ada ataupun kepada penyelenggara sendiri.

2. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.

3. Pembagian sertifikat.

4. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.

5. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.

6. Pembacaan doa.

Acara penutupan itu dapat dijadikan sebagai upaya mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.

I. PESERTA, PELATIH/NARASUMBER, DAN PENGENDALI PELATIHAN A. Peserta

1. Kriteria

a. Individu yang terlibat dalam penanggulangan HIV dan AIDS di wilayahnya, yang dapat berasal dari:

1) Komunitas Orang dengan HIV (ODHIV) 2) Komunitas Populasi Kunci

b. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.

c. Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir.

d. Tingkat pendidikan minimal D-3 dan sederajat.

e. Bersedia menjadi fasilitator dalam pelatihan atau kegiatan penyuluhan di tempat kerja.

2. Jumlah peserta maksimal 15 orang.

B. Tim Pelatih/Fasilitator Kriteria

a. Memiliki pengalaman dalam hal pelaksanaan program HIV di tempat kerja.

b. Memiliki pengalaman dalam program kesetaraan gender dan penghapusan stigma serta diskriminasi.

(26)

20

c. Memiliki latar belakang dan keterlibatan dalam penanggulangan HIV dan AIDS di komunitasnya.

d. Pernah menjadi fasilitator atau pelatih untuk pelatihan yang sejenis di tingkat nasional.

e. Menguasai materi yang diajarkan.

C. Narasumber Kriteria

a. Individu yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya.

b. Memiliki minat dan ketertarikan inklusivitas di tempat kerja.

c. Memiliki keberpihakan kepada penanggulangan HIV dan AIDS dan tidak bias gender.

D. Pengendali Pelatihan

Pengendali pelatihan adalah orang yang mengelola proses kegiatan pelatihan mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan pelatihan.

Kriteria

a. Memahami tentang inklusivitas di tempat kerja.

b. Merancang kerangka acuan pelatihan.

c. Menguasai materi pelatihan.

d. Pernah mengikuti pelatihan MoT.

e. Pernah mengikuti training of trainer pada pelatihan sejenis yang berkorelasi.

II. PENYELENGGARA PELATIHAN DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN a. Penyelenggara Pelatihan

Penyelenggara pelatihan ini adalah Yayasan Kusuma Buana.

b. Tempat Penyelenggaraan Pelatihan

Tempat penyelenggaraan pelatihan ini di hotel yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia dan memenuhi syarat-syarat dan standar pelatihan serta mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

c. Agenda Pelatihan TOT

Agenda pelatihan di bawah ini dilakukan secara full dari pagi hingga malam hari. Namun jika dilakukan tanpa sesi malam, waktu pelaksanaan lebih dari lima hari.

Jika hanya pelatihan, bukan TOT, ada sesi yang dihilangkan, yaitu microteaching.

(27)

21

No. Waktu Materi PIC

Hari I

1 12.00 – 13.30 WIB

Makan siang Panitia

2 14.00 – 15.00 WIB

Peserta check in hotel dan pendaftaran ulang

Panitia

3 15.00 - 15.30 WIB

Pembukaan acara MC/Panitia

4 15.30 – 15.50 WIB

Coffee break

5 15.50 – 17.10

WIB MP.1: BLC- Membangun

Komitmen Belajar Fasilitator

6 17.15 – 17.30 WIB

Pre-test inklusivitas di tempat kerja Ananda

17.30 – 17.45

WIB Pengumuman untuk kegiatan hari

ke-2 Panitia

Hari II

1 08.00 – 08.30 WIB

Absensi peserta hari ke-2 Panitia

2 08.30 – 09.15 WIB

MD.1: Kebijakan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV/

AIDS PIMS, Tuberkulosis, dan Covid-19 serta Disabilitas secara Nasional dan di Tempat Kerja

Narasumber

3 10.00 – 10.15

WIB Coffee break

4 10.15 – 12.00 WIB

MD.2: Membangun Pemahaman (Context Building) (HIV/AIDS, PIMS, TB, Covid-19, dan Disabilitas di Tempat Kerja)

Fasilitator

5 12.00 – 13.15

WIB ISHOMA

(28)

22 6 13.15 – 15.15

WIB

MI.1: Gender, Jenis Kelamin, dan Seksualitas

(Pokok Bahasan: Seks, Jenis Kelamin, dan Gender)

Fasilitator

7 15.15 – 15.30

WIB Coffee break

8 15.30 – 17.40 WIB

MI.1: Gender, Jenis Kelamin, dan Seksualitas

(Pokok Bahasan: Hegemoni Maskulinitas)

Fasilitator

9 19.30 – 21.00 WIB

MI. 1. Gender, Jenis Kelamin, dan Seksualitas

(Pokok Bahasan: Kebijakan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja (Hasil Desk Review YKB 2021)

Fasilitator

Hari III

1 08.00 – 08.30 WIB

Pendaftaran peserta hari ke-3

2 08.30 – 09.00

WIB Evaluasi dan inspirasi pagi Fasilitator

3 09.00 – 09.45 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

(Pokok Bahasan: Apa itu Inklusivitas)

Fasilitator

4 09.45 – 10.30 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

(Subpokok Bahasan: Diskriminasi &

Kesetaraan)

Fasilitator

5 10.30 – 10.45

WIB Coffee break

6 10.45 – 11.30 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Subpokok Bahasan: Diskriminasi &

Kesetaraan

Fasilitator

(29)

23 7 11.30 – 12.15

WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Subpokok Bahasan: Antisipasi dan Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Fasilitator

8 12.15 – 13.00

WIB ISHOMA

9 13.15 – 14.00 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Subpokok Bahasan: Antisipasi Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Fasilitator

10 14.00 – 14.45 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Sub Pokok Bahasan:

Mengembangkan Strategi

Inklusivitas di Tempat Kerja

Fasilitator

11 14.45 – 15.00 WIB

Coffee break 12 15.00 – 17.15

WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Subpokok Bahasan:

Mengembangkan Strategi Inklusivitas di Tempat Kerja

Fasilitator

13 19.30 – 21.00 WIB

MD.3: Inklusivitas di Tempat Kerja

Pokok Bahasan: Pendekatan Program Inklusivitas di Tempat Kerja

Fasilitator

Hari IV

1 08.00 – 08.30 WIB

Pendaftaran peserta hari ke-4

(30)

24 2 08.30 – 09.00

WIB

Evaluasi & inspirasi pagi Fasilitator

3 09.00 – 09.45 WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Komunikasi Motivasi

Fasilitator

4 09.45 – 10.30 WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Komunikasi Motivasi

Fasilitator

5 10.30 – 10.45 WIB

Coffee break 10.45 – 11.30

WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Komunikasi Motivasi

Fasilitator

6 11.30 – 12.15 WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Teknik Fasilitasi

Fasilitator

7 12.15 – 13.15 WIB

Break ISHOMA 8 13.15 - 14.00

WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Teknik Fasilitasi

Fasilitator

9 14.00 – 14.45 WIB

MI.4: Keterampilan Komunikasi &

Teknik Fasilitasi

Pokok Bahasan: Teknik Fasilitasi

Fasilitator

10 14.45 – 15.30 WIB

MI.5: Pengantar Microteaching Fasilitator

(31)

25 11 15.30 – 15.45

WIB

Coffee break (breakout 2 ruangan) 12 15.45 – 16.30

WIB

MI.5: Microteaching (Persiapan Praktik)

Fasilitator

13 16.30 – 17.15 WIB

MI.5: Microteaching (Praktik) Fasilitator

14 19.30 – 21.00 WIB

MI.5: Microteaching (Praktik) Fasilitator

Hari V

1 08.00 – 08.30 WIB

Pendaftaran peserta hari ke-6

2 08.30 – 09.00

WIB Inspirasi pagi Fasilitator

3 09.00–09.45 WIB MP.2: Pengantar Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator

4 09.45 – 10.00 WIB

Coffee break

5 10.15–10.30 WIB MP.2: Diskusi Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Fasilitator

6 10.30–11.15 WIB Post-test & evaluasi penyelenggaraan

Fasilitator

7 11.15 – 12.00 WIB

Penutupan Panitia

III. EVALUASI A. Evaluasi Peserta

Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Indikator Proses Pembelajaran

a. Minimal 95% wajib menghadiri pelatihan yang telah dijadwalkan.

b. Aktif selama proses pembelajaran (dinilai dari portofolio).

2. Indikator Hasil Pembelajaran

a. Penjajakan awal melalui pretest.

b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post-test.

(32)

26

c. Pengamatan dan penilaian terhadap tugas yang diberikan.

d. Penyusunan RTL yang berisi tentang rencana strategis advokasi dan pelatihan- pelatihan lain.

e. Nilai dan perspektif gender yang dimiliki pasca-pelatihan.

B. Evaluasi Pelatih/Fasilitator

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami, dan diserap oleh peserta. Penilaian evaluasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Penguasaan materi.

b. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran.

c. Sistematika penyajian materi.

d. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran.

e. Empati, gaya, dan sikap terhadap peserta.

f. Penggunaan bahasa dan volume suara.

g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta.

h. Pencapaian tujuan pembelajaran (TPU/TPK).

i. Kesempatan tanya jawab.

j. Kemampuan menyajikan.

k. Kesesuaian berpakaian.

l. Kerja sama antartim fasilitator.

A. Evaluasi Penyelenggara

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi hal-hal berikut.

a. Tujuan pelatihan.

b. Relevansi program pelatihan dengan tugas.

c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja.

d. Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi.

e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan.

f. Pelayanan panitia terhadap peserta.

g. Pelayanan akomodasi dan lainnya.

h. Pelayanan konsumsi.

i. Pelayanan komunikasi dan informasi.

IV. SERTIFIKASI

(33)

27

Sertifikat dikeluarkan oleh……….. sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Peserta yang telah menyelesaikan proses pelatihan kesetaraan gender, seksualitas, dan inklusi sosial di tempat kerja selama 38 (tiga puluh delapan) JPL dengan kehadiran minimal 95 persen dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi pelatihan akan diberi sertifikat.

Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama………. dan oleh ketua panitia penyelenggara.

(34)

28

(35)

27

MODUL DASAR-1

KEBIJAKAN PROGRAM

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV/AIDS, PIMS, TBC, COVID-19,

SERTA DISABILITAS NASIONAL DAN

DI TEMPAT KERJA

(36)

28

1. Deskripsi Singkat

Kebijakan suatu program mengatur hal-hal paling krusial dan prioritas untuk dilakukan. Demikian halnya dengan kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS PIMS, TBC, Covid- 19, serta disabilitas secara nasional dan di tempat kerja. Diawali dengan pemahaman tentang epidemi HIV/AIDS dan PIMS, TBC, Covid-19, dan disabilitas, kegiatan ini diharapkan dapat membuat wawasan para pelaku program akan terbuka, khususnya bagi yang bekerja di isu-isu tersebut. Kebijakan yang telah ditetapkan diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan program di daerah.

Epidemi HIV yang tidak terkendali dapat menimbulkan ancaman nyata bagi tenaga kerja di Indonesia dan berpotensi meniadakan peluang emas dari bonus demografi pada 2030. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berkomitmen mengatasi epidemi HIV/AIDS dengan menargetkan pencapaian 3 nol (nol infeksi HIV baru, nol stigma dan diskriminasi, serta nol kematian terkait AIDS) dengan mempromosikan program pencegahan dan penanganan HIV/AIDS yang bernama STOP (Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan).

HIV/AIDS adalah sindrom yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang hidup dengan HIV sebagian besar telah mengalami stigma dan diskriminasi yang berpengaruh terhadap haknya atas kesempatan kerja yang setara (untuk bekerja atau terus bekerja). Pengetahuan HIV/AIDS yang terbatas menyebabkan kurangnya pemahaman tentang penyebaran dan pencegahan HIV yang berdampak pada stigma dan diskriminasi. Stigma dan diskriminasi memengaruhi kekhawatiran orang yang hidup dengan HIV terkait pengungkapan status HIV di tempat kerja. Ini dapat menyebabkan menurunnya motivasi untuk mengakses perawatan yang lebih baik dan menjaga kesehatan serta produktivitas.

Program penanganan HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, dan disabilitas di tempat kerja adalah pendekatan strategis untuk melindungi usia produktif dari infeksi HIV baru, PIMS, TBC, dan Covid- 19. Program ini sekaligus untuk mempromosikan akses ke layanan kesehatan dalam memastikan para pekerja yang hidup dengan HIV dapat mengetahui status dan mengakses perawatan lebih dini. Pengobatan antiretroviral (ART) yang disediakan pemerintah dapat diakses oleh pekerja yang hidup dengan HIV melalui klinik kesehatan agar mereka dapat menjaga kesehatan dan produktivitas. Tempat kerja merupakan salah satu saluran yang sangat strategis untuk mendiskusikan secara terbuka risiko HIV/AIDS dan cara-cara menghindari penularannya, karena memiliki sumber daya dan organisasi yang kuat. Selain itu, tempat kerja merupakan sebuah komunitas yang cukup memengaruhi sikap sosial, nilai, dan perilaku seseorang.

Pada pembelajaran materi ini akan dibahas tentang epidemi HIV/AIDS, PIMS, dan TBC serta kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas di Indonesia dan di tempat kerja serta peraturan perundang-undangan yang terkait.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas secara nasional dan di tempat kerja.

(37)

29

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi, diharapkan, peserta mampu:

1. Menjelaskan situasi terkini HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas nasional dan di tempat kerja

2. Menjelaskan kebijakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas secara nasional dan di tempat kerja

3. Menjelaskan kenapa tempat kerja

III. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan

Pokok Bahasan 1: Situasi terkini HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas secara nasional dan di tempat kerja.

Pokok Bahasan 2: Kebijakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas secara nasional dan di tempat kerja.

Pokok Bahasan 3: Menjelaskan kenapa tempat kerja.

IV. Waktu

Dua jam pelajaran (90 menit) terdiri atas (T = 2 JP; P = 0 JP; PL: 0 JP)

V. Metode

a. Ceramah dan tanya jawab b. Curah pendapat

VI. Media dan Alat Bantu a. Slide presentasi b. LCD

c. Laptop

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah 1. Pengondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila ini merupakan pertemuan pertama di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan pengalaman bekerja terkait dengan materi yang akan disampaikan.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus, sebaiknya menggunakan bahan tayang. Berikan penegasan, jangan hanya membacakan.

Langkah 2. Situasi Terkini HIV/AIDS, PIMS, TBC di Indonesia

1. Fasilitator membuka kelas dengan brainstorming siapa peserta yang sudah mempunyai pengalaman menjalankan program di tempat kerja, dan seperti apa pengalamannya?

(38)

30

Setelah peserta menjawab dan fasilitator mengetahui peserta yang punya pengalaman di tempat kerja dan yang belum, fasilitator bertanya kembali ke peserta adakah yang tahu tentang perbedaan HIV, TBC, dan Covid-19?

Setelah melakukan brainstorming dengan peserta, fasilitator menjelaskan dengan slide tentang “Perbedaan HIV, TBC, dan Covid-19”.

2. Tanyakan kepada peserta, adakah yang tahu tiga pola epidemi HIV/AIDS di Indonesia.

Berikan waktu kepada peserta untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan.

3. Fasilitator kemudian menyampaikan ringkasan deskripsi karakteristik status epidemi HIV, data situasi HIV/AIDS, PIMS nasional, target global 90-90-90, dan 95-95-95 Cascade.

4.

Ketika menjelaskan tentang slide Cascade, fasilitator menekankan bahwa tantangan saat ini, Indonesia berada dalam situasi di mana 62% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia mengetahui status HIV dari perkiraan estimasi ODHA. Artinya, ada gap yang masih cukup besar, dan belum semua yang ditemukan positif HIV mendapat terapi ART. Program pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja memiliki peluang besar menjangkau usia produktif di dunia kerja, terutama dalam melakukan program edukasi untuk mencegah infeksi baru HIV, memberikan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dalam mengakses layanan kesehatan, serta mencegah stigma dan diskriminasi di tempat kerja.

Fasilitator kemudian melanjutkan penjelasannya dengan slide/bahan tayang mengenai data kasus HIV di Indonesia dan di tempat kerja.

Langkah 3. Situasi Terkini Pandemi Covid-19

1. Fasilitator menjelaskan jumlah kasus Covid-19 dan perkembangannya di dunia hingga ke Indonesia.

2. Fasilitator menjelaskan kenapa terjadi penyebaran kasus Covid-19 di tempat kerja.

3. Fasilitator menjelaskan siapa yang berperan dalam pengendalian Covid-19 di tempat kerja.

4. Fasilitator bertanya kepada peserta, lalu apa yang harus dilakukan dalam mengendalikan pandemi Covid-19 di tempat kerja?

5. Fasilitator menjelaskan dan menyimpulkan dari brainstorming dengan menampilkan slide, apa yang harus dilakukan pekerja dalam mengendalikan Covid-19 di tempat kerja.

Langkah 4. Situasi Terkini Disabilitas

1. Fasilitator menjelaskan data terkini penyandang disabilitas di Indonesia.

2. Fasilitator menjelaskan dengan slide kebijakan disabilitas dan akses fasilitas umum bagi penyandang disabilitas di Indonesia.

Langkah 5. Kebijakan Inklusivitas HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, dan Disabilitas di Tempat Kerja 1. Tanya peserta:

• Adakah di antara peserta yang mengetahui kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, serta disabilitas di tempat kerja?

• Bagaimana dengan program pengendaliannya yang selama ini kita laksanakan?

• Fasilitator mengajak peserta melakukan curah pendapat apa yang Anda ketahui tentang kebijakan program TB, dan bagaimana integrasi TB/HIV serta strategi nasional penanggulangannya.

• Fasilitator menuliskan poin-poin jawaban peserta di kertas flipcart.

(39)

31

• Fasilitator menampilkan slide/bahan tayang tentang beberapa kebijakan program TB, strategi nasional penanggulangan TB, dan bagaimana integrasi TB serta HIV. Minta peserta lain untuk menanggapi.

2. Fasilitator melanjutkan penjelasan menggunakan bahan tayang.

• Kebijakan HIV/AIDS PIMS, TB, Covid-19, dan Disabilitas

3. Fasilitator menjelaskan poin-poin penting yang ada dalam strategi, kebijakan, dan programnya.

Berikan kesempatan peserta untuk bertanya dan fasilitator menanggapi pertanyaan peserta dengan jelas.

4. Fasilitator menyimpulkan bahwa kebijakan telah ada, dan masalahnya ada pada implementasi kebijakan tersebut.

Pemahaman kita terhadap regulasi juga sangat penting untuk modal negosiasi dengan aparat pemerintah. Maka, penerimaan penawaran kerja sama kita lebih mudah diterima. Karena kalau belum ada payung hukumnya, perusahaan belum sepenuhnya berkewajiban membantu. Jika ada undang-undangnya, perusahaan berkewajiban membantu.

Langkah 6. Fokus Upaya di Tempat Kerja

1. Fasilitator menjelaskan tentang kenapa tempat kerja menjadi sarana yang strategis dalam implementasi program.

2. Fasilitator menjelaskan dengan slide tentang potensi di tempat kerja.

Langkah 7. Rangkuman dan Penutup

1. Fasilitator mengajak peserta merangkum apa yang telah dipelajari peserta pada pembahasan materi kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas nasional dan di tempat kerja.

2 Sampaikan bahwa, dengan pembahasan materi ini, diharapkan pemahaman peserta tentang kebijakan dan strategi nasional program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas di tempat kerja bisa meningkat.

3 Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

(40)

32

BAHAN BACAAN MATERI DASAR-1

KEBIJAKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV/AIDS, PIMS, TBC, COVID-19, SERTA DISABILITAS NASIONAL DAN DI TEMPAT KERJA

Pengantar

Kebijakan suatu program mengatur hal-hal paling krusial dan prioritas untuk dilakukan. Demikian halnya dengan kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dan PIMS. Diawali dengan pemahaman tentang epidemi HIV/AIDS dan PIMS, diharapkan wawasan para pelaku program, khususnya yang bekerja dalam isu-isu tersebut, akan terbuka. Kebijakan yang telah ditetapkan diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan program di daerah.

Epidemi HIV yang tidak terkendali dapat menimbulkan ancaman nyata bagi tenaga kerja di Indonesia dan berpotensi meniadakan peluang emas dari bonus demografi pada 2030. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berkomitmen mengatasi epidemi HIV/AIDS dengan menargetkan pencapaian 3 nol (nol infeksi HIV baru, nol stigma dan diskriminasi, serta nol kematian terkait AIDS) dengan mempromosikan program pencegahan dan penanganan HIV/AIDS yang bernama STOP (Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan).

HIV/AIDS adalah sindrom yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang hidup dengan HIV sebagian besar telah mengalami stigma dan diskriminasi yang berpengaruh terhadap haknya atas kesempatan kerja yang setara (untuk bekerja atau terus bekerja). Pengetahuan HIV/AIDS yang terbatas menyebabkan kurangnya pemahaman tentang penyebaran dan pencegahan HIV yang berdampak pada stigma dan diskriminasi. Stigma dan diskriminasi memengaruhi kekhawatiran orang yang hidup dengan HIV terkait pengungkapan status HIV di tempat kerja. Ini dapat menyebabkan menurunnya motivasi untuk mengakses perawatan yang lebih baik dan menjaga kesehatan serta produktivitas.

Program pencegahan HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, dan disabilitas di tempat kerja adalah pendekatan strategis untuk melindungi usia produktif dari infeksi HIV baru, PIMS, TBC, dan Covid- 19. Program ini sekaligus untuk mempromosikan akses ke layanan kesehatan dalam memastikan para pekerja yang hidup dengan HIV dapat mengetahui status dan mengakses perawatan HIV lebih dini. Pengobatan antiretroviral (ART) disediakan pemerintah dapat diakses oleh pekerja yang hidup dengan HIV melalui klinik kesehatan agar mereka dapat menjaga kesehatan dan produktivitas. Tempat kerja merupakan salah satu saluran yang sangat strategis untuk mendiskusikan secara terbuka risiko HIV/AIDS dan cara-cara menghindari penularannya, karena memiliki sumber daya dan organisasi yang kuat. Selain itu, tempat kerja merupakan sebuah komunitas yang cukup memengaruhi sikap sosial, nilai, dan perilaku seseorang.

Pada pembelajaran materi ini akan dibahas tentang epidemi HIV/AIDS, PIMS, dan TBC serta kebijakan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas di Indonesia dan di tempat kerja serta peraturan perundang-undangan yang terkait.

Di dalam materi ini akan dibahas sebagai berikut.

Pokok Bahasan 1: Situasi terkini HIV/AIDS, PIMS, TBC, Covid-19, serta disabilitas nasional dan di tempat kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat serta penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul : Pengaruh

Beberapa pembelajaran yang bisa diambil dari penelitian Asuransi Indeks Iklim menurut Boer (2014) adalah: 1) mitra lokal dan penyuluh pertanian harus terlibat dalam desain

Untuk mencegah kerusakan pada sisten operasi jaringan linux yang telah terinstall, maka yang perlu diperhatikan adalah :.. Jangan login

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Penyimpanan buah jambu biji tanpa perlakuan khusus hanya dapat bertahan sampai 4 hari saja sehingga diperlukan proses penyimpanan cara lain yaitu penyimpanan buah jambu biji

11) Studi Penyusunan Pedoman Pembangunan Fasilitas Penunjang Dalam Rangka Keterpaduan Pelayanan Transportasi Perkotaan, studi ini dikerjakan melalui kerjasama dengan

Perusahaan dengan likuiditas tinggi akan memiliki risiko yang relatif kecil sehingga kreditur merasa yakin dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan dan investor akan

- HOSR pada BTS Huawei memiliki persentase tingkat keberhasilan melakukan handover lebih tinggi 3,96% dibandingkan dengan persentase BTS Nokia Siemens