• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS PEMERIKSAAN TBC

COVID-19, & DISABILITAS

JENIS PEMERIKSAAN TBC

Ada beberapa jenis pemeriksaan TBC.

1. Pemeriksaan Dahak

Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengambil dua kali dahak dalam waktu 1 atau 2 hari.

Keterangan:

SS = Diambil dua dahak dengan interval minimal 1 jam sewaktu terduga/pasien datang ke fasilitas

85 Atau:

SP = Diambil satu dahak sewaktu datang ke fasilitas kesehatan pada hari ke-1 dan diambil satu dahak pada pagi hari setelah bangun tidur di hari ke-2.

Pemeriksaan dahak untuk diagnosis TBC dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara.

A. Pemeriksaan Mikroskopis (BTA)

Pemeriksaan dahak menggunakan mikroskopis (BTA) dapat digunakan untuk diagnosis dan follow-up pengobatan. Hasil pemeriksaan dahak menggunakan mikroskopis (BTA) akan didapatkan dalam waktu 1 atau 2 hari. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, yaitu membutuhkan konsentrasi kuman yang tinggi dalam dahak dan tidak dapat mendeteksi pasien TBC resistan obat.

B. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)

Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TBC, sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan dahak menggunakan TCM akan didapatkan dalam waktu 1-2 jam. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tertentu.

C. Pemeriksaan Biakan Kuman TBC

Pemeriksaan biakan merupakan baku emas untuk diagnosis TBC. Namun hasil pemeriksaan biakan membutuhkan waktu yang lama (4-8 minggu) dan hanya dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan tertentu.

2. Pemeriksaan Foto Toraks

Penegakan diagnosis TBC paru pada orang dewasa harus diupayakan menggunakan pemeriksaan bakteriologis, yaitu pemeriksaan mikroskopis, TCM, dan biakan.

Pasien dengan hasil TCM ataupun mikroskopis (BTA) negatif dapat dilakukan foto toraks jika kondisi klinis pasien masih dicurigai sebagai TBC. Jika gambaran foto toraks mendukung TBC dan atas pertimbangan dokter, pasien dapat didiagnosis sebagai pasien TBC terkonfirmasi klinis. Jika gambaran foto toraks tidak mendukung dan kemungkinan bukan TBC, dicari kemungkinan penyebab lain.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TBC hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TBC paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis.

3. Uji Tuberkulin

Jika fasilitas kesehatan memiliki layanan uji tuberkulin, uji ini dapat dilakukan pada terduga TBC pada anak. Uji tuberkulin merupakan bagian dari sistem skoring dalam mendiagnosis TBC pada anak.

Pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis, TCM, ataupun biakan) tetap merupakan pemeriksaan utama untuk penegakan diagnosis TBC pada anak. Spesimen dahak pada anak dapat diperoleh melalui berdahak langsung, induksi sputum, ataupun bilas lambung.

86 1. Pengelompokan berdasarkan lokasi dari penyakit TBC.

a. TBC Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru.

b. TBC Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lain selain paru, misalnya selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, dan alat kelamin.

TBC ekstra paru ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala TBC. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena.

2. Pengelompokan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.

a. Pasien baru TBC: pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TBC sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT tetapi kurang dari satu bulan.

b. Pasien yang pernah diobati TBC: pasien yang sebelumnya pernah menelan obat anti-TBC (OAT) selama satu bulan. Pasien ini selanjutnya dikelompokkan lagi berdasarkan hasil pengobatan TBC terakhir sebagai berikut.

1. Pasien kambuh. Ini adalah pasien TBC yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.

2. Pasien yang diobati kembali setelah gagal. Pasien TBC ini pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat. Ini adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan putus berobat.

4. Lain-lain. Yang masuk kelompok ini adalah pasien TBC yang pernah diobati tetapi hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. TBC Resistan Obat (TBC Kebal Obat)

- TBC resistan obat (TBC kebal obat) adalah keadaan ketika kuman M. tuberculosis sudah kebal terhadap obat anti-TBC (OAT).

- Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah penatalaksanaan pasien TBC tidak sesuai standar yang dapat ditinjau sejumlah sisi.

a. Program Penanggulangan TBC, yaitu karena:

- persediaan OAT yang kurang

- kualitas OAT yang disediakan rendah b. Petugas kesehatan, yaitu karena:

- diagnosis tidak tepat

- pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat

- dosis, jenis, jumlah obat, dan jangka waktu pengobatan tidak memenuhi syarat - penyuluhan kepada pasien yang tidak sesuai

c. Pasien, yaitu karena:

- tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan - tidak teratur menelan paduan OAT

- menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya - gangguan penyerapan obat

- efek samping pengobatan TBC resistan obat lebih berat - pengobatan TBC resistan obat lebih lama sekitar 9-24 bulan

87 PENYAKIT KOMORBID TBC

Penyakit selain TBC yang sering terjadi bersamaan dengan penyakit TBC adalah sebagai berikut.

a. HIV/AIDS

- Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA gejala TBC yang muncul tidak selalu dengan batuk.

- Umumnya berat badan turun dan pembesaran kelenjar di leher.

- Pasien TBC dengan HIV positif ataupun ODHA dengan TBC disebut sebagai pasien dengan ko-infeksi TBC-HIV.

- Angka kematian ODHA dengan TBC lebih tinggi dibanding ODHA yang tidak mengalami TBC.

- Semua pasien TBC seharusnya diperiksa HIV, demikian sebaliknya, semua ODHA diskrining gejala TBC setiap berkunjung.

- Apabila tidak terbukti sakit TBC, penting diberikan Pengobatan Pencegahan dengan INH (PP INH). Ini merupakan salah satu upaya yang penting untuk pencegahan TBC pada ODHA.

b. Diabetes Melitus/DM atau Kencing Manis

- Penyandang kencing manis atau diabetes melitus (DM) mempunyai risiko sakit TBC tiga kali lebih besar daripada orang tanpa DM.

- Sebagian besar penyandang DM tidak menyadari mereka mengidap TBC karena tak batuk atau didiagnosis terlambat.

- Semua penyandang DM harus diskrining gejala TBC setiap berkunjung ke layanan.

- Semua pasien TBC harus skrining DM.

- Deteksi dini dapat membantu meningkatkan penyembuhan dan pengendalian dari kedua penyakit.

TATA LAKSANA PASIEN TBC