• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesi Pembahasan tentang Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

MODUL INTI - 2

Langkah 4: Sesi Pembahasan tentang Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

26. Fasilitator mengajak brainstorming dan menanyakan kepada peserta apa itu pelecehan seksual dan bagaimana bentuk-bentuknya.

27. Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok dan membagikan lembar penugasan kepada mereka. Selanjutnya, fasilitator menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh setiap kelompok.

(Penugasan 6: Pelecehan Seksual)

Fasilitator membacakan pertanyaan kunci yang menjadi tugas kelompok 1 dan 2 melalui slide PowerPoint.

175

• Apa saja bentuk-bentuk pelecehan seksual yang muncul?

• Di mana terjadinya pelecehan seksual?

• Siapa saja yang menjadi korban dan pelaku?

• Bagaimana dampak pelecehan seksual terhadap korban?

• Apa hambatan dan tantangan dalam penyelesaian kasus pelecehan seksual?

• Mengapa para korban sulit keluar dari situasi pelecehan seksual?

• Faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap kerentanan dan kesulitan untuk mengatasi ancaman/kekerasan tersebut?

• Apa asumsi-asumsi (anggapan) gender yang menyertai pelecehan seksual tersebut?

• Adakah relasi kuasa dalam kasus itu dan bagaimana kekuasaan dijalankan untuk membungkam korban.

28. Fasilitator mengajak peserta menyimak cuplikan (sinopsis) film “North Country” dengan sebelumnya memberi pengantar singkat tentang film tersebut.

29. Setelah menonton film, fasilitator meminta peserta mendiskusikannya di dalam kelompok sesuai dengan pertanyaan kunci masing-masing dengan waktu 15 menit.

Beri tahukan setiap kelompok untuk mempersiapkan presentasi tentang hasil diskusinya dan memilih seorang pembicara untuk mempresentasikan selama maksimal 5 menit.

30. Setelah setiap kelompok presentasi, undang peserta lain untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan komentar. Dan fasilitator mencatat poin-poin penting dari tanggapan peserta di kertas flipcart.

31. Fasilitator menjelaskan materi dengan menggunakan slide/bahan tayang sebagai berikut.

• Definisi pelecehan seksual dan bentuk-bentuknya.

• Apa yang tergolong dalam pelecehan seksual dan apa yang tidak tergolong di dalamnya.

• Konsekuensi jika terjadi pelecehan seksual di tempat kerja (konsekuensi terhadap korban dan konsekuensi terhadap perusahaan).

• Hambatan dan tantangan dalam penyelesaian kasus pelecehan seksual.

• Usaha pencegahan pelecehan seksual.

32. Fasilitator merangkum dan menutup sesi dengan memberikan pernyataan berikut.

• Pelecehan seksual adalah salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan.

• Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja (di lingkungan keluarga atau publik), kapan saja (bisa malam atau siang hari), dan siapa saja bisa menjadi korban. Oleh karena itu, sangat penting untuk setiap orang dapat mengetahui, memahami, dan berkomitmen untuk tidak mengganggu produktivitas perusahaan agar tidak memperlemah landasan hubungan kerja.

176

• Pelecehan seksual terjadi karena adanya relasi kuasa yang timpang antara laki-laki dan perempuan, misalnya di tempat kerja antara buruh dan majikan, atasan dengan bawahan, operator dengan supervisor.

• Pelecehan seksual menghambat kesetaraan di tempat kerja karena terkait dengan integritas, wibawa, dan kesejahteraan pekerja.

Langkah 5. Pembahasan Pokok Bahasan 2: Mengembangkan Strategi Inklusivitas di Tempat Kerja 1. Fasilitator memulai sesi dengan menampilkan slide/bahan tayang tentang mengembangkan

strategi inklusivitas di tempat kerja.

2. Fasilitator mengajak peserta kembali mengingatkan tentang apa itu inklusivitas yang sebelumnya sudah dibahas di awal sesi.

3. Fasilitator kemudian kembali menyampaikan materi yang sudah pernah disampaikan sebelumnya saat mengawali sesi inklusivitas di tempat kerja dengan slide/ bahan tayang.

4. Fasilitator memberikan kesimpulan agar memudahkan peserta mengingatnya bahwa kesetaraan dan non-diskriminasi adalah isi dan tujuan dari perubahan yang akan dilakukan, yakni kondisi yang ingin diwujudkan di tempat kerja atau perusahaan. Sedangkan inklusivitas adalah cara atau strateginya.

Dengan menerapkan tempat kerja yang inklusif, diharapkan ada kesetaraan hak dan perlakuan khususnya bagi pekerja perempuan, pekerja dengan identitas gender, serta pekerja dengan HIV/AIDS.

5. Fasilitator menyampaikan materi mendasar tentang fakta penyebab efek dari diskriminasi dengan menggunakan slide/lembar tayang.

6. Fasilitator mengulangi apa yang telah disampaikan dalam sesi kesetaraan dan non-diskriminasi, yaitu diskriminasi di tempat kerja dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

Beberapa Bentuk Diskriminasi di Tempat Kerja

Diskriminasi langsung, misalnya bila pimpinan memperlakukan karyawan yang HIV positif lebih baik atau sebaliknya lebih buruk daripada yang lain.

Diskriminasi tidak langsung, misalnya bila kondisi atau peraturan di tempat kerja merugikan pekerja HIV positif.

Diskriminasi asosiatif, misalnya bila seseorang diskriminasi karena ia berhubungan dengan ODHA.

Pelecehan, misalnya terdapat tindakan ofensif atau intimidatif yang dimaksudkan untuk membuat eksistensi seorang ODHA di tempat kerja menjadi sulit atau tidak dapat dipertahankan.

Korban, misalnya perlakuan tidak adil terhadap karyawan HIV positif yang telah mengajukan keluhan tentang pelecehan di tempat kerja.

7. Fasilitator menjelaskan dengan slide/bahan tayang bahwa strategi inklusif di tempat kerja adalah sarana untuk memahami hambatan apa yang mungkin ada dalam lingkungan kerja

177

fisik, sosial, dan budaya bagi penyandang disabilitas atau yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti orang dengan HIV (ODHIV), TB, serta Covid-19. Selain itu, fasilitator juga menjelaskan apa cara terbaik untuk menghapus hambatan tersebut guna menciptakan tempat kerja yang inklusif.

Langkah utama untuk mengembangkan strategi inklusif di tempat kerja antara lain sebagai berikut.

• Menilai situasi yang ada.

• Menentukan kebutuhan akan strategi inklusif di tempat kerja.

• Berkonsultasi dengan pekerja yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

• Menyusun rancangan strategi.

• Memberikan informasi dan pelatihan kepada penyelia dan pekerja di dalam ataupun di luar perusahaan/organisasi.

• Mempromosikan strategi di dalam dan di luar perusahaan atau unit terkait.

• Mengevaluasi dan memperbarui strategi.

Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa untuk mewujudkan inklusivitas di tempat kerja tidak bisa dilakukan hanya dengan penyuluhan. Hal ini harus dilakukan melalui pendekatan ke manajemen perusahaan dan memberikan pemahaman tentang pentingnya kesetaraan dan non-diskriminasi, mendorong terbentuknya pokja/ tim inti di perusahaan, memastikan adanya kebijakan yang inklusif, serta merencanakan kegiatan demi mewujudkan kesetaraan dan non-diskriminasi. Pendekatan ini harus diintegrasikan dalam program internal dan eksternal yang ada di perusahaan (K3, HRD, CSR) untuk memastikan adanya proses evaluasi rutin. Dan semua itu bisa kita wujudkan di perusahaan dengan dua metode perencanaan.

8. Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa penyusunan perencanaan program pemberdayaan dapat menggunakan dua metode, yaitu:

• appreciative inquiry/ABCD

• perencanaan partisipatif

Dua metode tersebut dapat dijelaskan dengan slide atau film.

9. Setelah menjelaskan pendekatan tersebut, fasilitator meminta kembali kepada peserta untuk mengumpulkan hasil diskusi di sesi sebelumnya tentang apa saja bentuk diskriminasi atas dasar gender, status HIV, dan TB serta orientasi seksual di tempat kerja dan menempatkannya di papan agar terlihat oleh semua peserta.

10. Fasilitator menampilkan kebijakan dalam Kepmenakertrans 68/IV/ 2004 tentang Stigma dan Diskriminasi.

a. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh tidak dibolehkan melakukan tindakan dan sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

b. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh harus melakukan upaya-upaya untuk meniadakan stigma terhadap pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

178

c. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh harus menghormati hak asasi serta menjaga martabat pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

d. Pengusaha/pengurus dapat memberikan tindakan disiplin bagi pengusaha/pengurus lain dan pekerja/buruh yang mendiskriminasikan dan menstigma pekerja/buruh dengan HIV/AIDS atau diduga sebagai pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

e. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS berhak untuk terus bekerja selama mereka mampu bekerja dan tidak menimbulkan bahaya terhadap diri sendiri, pekerja/buruh lain, serta orang lain di tempat kerja.

f. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknya bertindak secara bertanggung jawab dengan mengambil langkah-langkah sewajarnya untuk mencegah penularan HIV kepada rekan sekerjanya.

g. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknya didorong untuk menginformasikan kepada pengusaha/pengurus terhadap status HIV mereka jika pekerjaan yang akan dilakukan menimbulkan potensi risiko terhadap penularan HIV.

11. Fasilitator memberikan penegasan kembali ke peserta bahwa kita sudah mengidentifikasi bentuk-bentuk diskriminasi di tempat kerja berdasarkan kategori yang ada dan kita memahami bahwa tugas kita adalah bagaimana mewujudkan kesetaraan dan inklusivitas di tempat kerja.

12. Fasilitator melakukan probing ke peserta setelah mengidentifikasi bentuk-bentuk diskriminasi di perusahaan, kemudian mendiskusikan apa langkah kita untuk bekerja dengan perusahaan dalam mewujudkan kesetaraan dan inklusivitas di tempat kerja?

Fasilitator menuliskan poin-poin jawaban peserta dalam kertas flipcart.

13. Fasilitator membagikan lembar penugasan.

(Penugasan 7: Langkah Perencanaan Bekerja dengan Perusahaan)

14. Setelah diskusi kelompok selesai, fasilitator menjelaskan tentang strategi-strategi untuk mempromosikan kesetaraan agar terwujud inklusivitas di tempat kerja dengan menggunakan slide/bahan tayang dengan poin sebagai berikut.

1. Tindakan protektif.

2. Langkah-langkah afirmatif (tindakan positif).

3. Pemberian dukungan yang selayaknya.

15. Fasilitator melakukan probing ke peserta. Jadi, apa saja bentuk kegiatan yang kita tawarkan kepada perusahaan untuk mewujudkan kesetaraan dan inklusivitas di tempat kerja?

Tulislah poin-poin jawaban peserta di kertas flipcart.

16. Fasilitator melanjutkan penjelasan dengan slide/bahan tayang tentang strategi inklusivitas di tempat kerja bagi orang dengan HIV (ODHIV).

1. Menerapkan langkah-langkah mewujudkan kesetaraan di tempat kerja.

179

2. Memastikan bahwa semua kebijakan dan praktik perekrutan bebas dari diskriminasi.

3. Menghapuskan segala bentuk pelecehan di tempat kerja.

4. Langkah-langkah tindakan afirmatif (tindakan positif).

5. Memperkuat pengembangan kapasitas yang sensitif HIV/AIDS di tempat kerja.

6. Mempromosikan kebijakan non-stigma dan diskriminasi terkait dengan HIV/AIDS.

7. Memperluas layanan HIV/AIDS di tempat kerja dan akses yang setara bagi kelompok rentan terhadap pekerjaan.

17. Fasilitator menjelaskan kepada peserta beberapa kebijakan dan praktik yang dapat dilakukan oleh perusahaan.

• Mendorong tempat kerja agar adanya akses ke layanan HIV atau mengembangkan kemitraan dengan penyedia layanan HIV untuk membantu mengurangi stigma seputar tes dan pengobatan HIV.

• Mempromosikan tes HIV di tempat kerja melalui integrasi program K3 di tempat kerja.

• Menyediakan akses atau hubungan dengan layanan pengobatan HIV untuk mengurangi stigma seputar tes HIV dan perlakuannya.

• Kebijakan izin kerja untuk memungkinkan kunjungan medis atau menawarkan paket asuransi yang memenuhi kebutuhan orang yang hidup dengan HIV.

• Memastikan tidak ada diskriminasi berdasarkan status HIV yang nyata atau yang dirasakan dalam perekrutan, lanjutan pekerjaan, mengejar kesempatan yang sama, atau pemutusan kontrak.

• Manajemen perusahaan harus menyebarluaskan informasi tentang kebijakan HIV serta ketentuan tempat kerja yang setara dan inklusif kepada semua pekerja.

• Secara rutin meninjau serta merevisi kebijakan dan praktik di tempat kerja untuk memastikannya melindungi dari diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV dan populasi kunci.

• Mengintegrasikan pelatihan tentang kesetaraan gender, seks dan seksualitas, HIV/AIDS, serta TB di tempat kerja dengan melibatkan Orang dengan HIV sebagai narasumber/ fasilitator.

• Secara rutin perusahaan perlu mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku pekerja.

18. Fasilitator menyampaikan slide/bahan tayang tentang siklus perbaikan terus-menerus.

19. Fasilitator membuka ruang tanya jawab. Jika sudah selesai, fasilitator merangkum dan menutup sesi serta melanjutkan pembahasan berikutnya tentang pendekatan program di tempat kerja.