Ada berbagai istilah, singkatan, dan kependekan yang lazim digunakan terkait dengan pengendalian HIV/AIDS, baik di lingkungan organisasi/institusi yang menangani program pengendalian HIV maupun yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang terpapar HIV. Penting bagi petugas fasyankes untuk memahami istilah dan singkatan tersebut agar dapat membantu dalam berkomunikasi dan memahami orang lain.
Berikut sejumlah istilah utama terkait konsep wilayah epidemi HIV yang perlu diketahui oleh petugas kesehatan.
1. Epidemi Tingkat Rendah (Low Epidemic Level)
Infeksi HIV telah ada selama beberapa tahun tetapi belum menyebar luas di suatu subpopulasi tertentu. Infeksi yang tercatat terbatas pada sejumlah individu yang berperilaku risiko tinggi, misalnya pada populasi kunci (para penjaja seks, pengguna napza suntik, waria, atau lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain). Jejaring perilaku berisiko masih terbatas, dan atau HIV baru saja menyebar ke populasi umum.
Indikator: Prevalensi HIV dalam subpopulasi tertentu belum melebihi 5%.
2. Epidemi Terkonsentrasi (Concentrated Epidemic)
HIV telah menyebar dengan cepat dalam suatu subpopulasi tertentu tetapi belum menyebar secara konsisten di populasi umum. Tingkat epidemi ini lebih dari 5% menunjukkan tingkat perilaku berisiko di subpopulasi yang cukup aktif menularkan di dalam suatu subpopulasi tertentu. Perjalanan epidemi akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok berisiko tinggi dan populasi umum.
Indikator: Prevalensi HIV secara konsisten lebih dari 5% di subpopulasi tertentu, dan/atau di bawah 1 % di antara ibu hamil di daerah perkotaan.
3. Epidemi Meluas (Generalized Epidemic) HIV sudah menyebar ke populasi umum.
Indikator: Prevalensi HIV lebih dari 1 % di antara ibu hamil.
4. Insiden
Ini adalah angka kejadian kasus baru pada satu tahun tertentu. Insiden HIV merupakan angka kasus baru HIV pada satu tahun tertentu.
5. Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah suatu kasus pada tahun tertentu. Prevalensi HIV adalah jumlah kasus HIV pada tahun tertentu.
106
Prevalensi bisa “diperkirakan” atau “aktual”. Dalam sebagian besar kasus, angka prevalensi lebih banyak diperkirakan daripada angka yang berdasarkan pada tes setiap orang dalam suatu kelompok (misalnya, dihitung dengan data yang terbatas dengan tempat yang juga terbatas).
6. Intevensi Struktural
Ini adalah suatu bentuk kegiatan intervensi yang bertujuan memengaruhi faktor fisik, sosial, budaya, organisasi, komunitas, ekonomi, hukum, dan kebijakan. (Public Health Report vol 126/2011, Abu Abdul Quader, Charles Collins). Intervensi struktural dirancang untuk melaksanakan atau mengubah hukum/peraturan, kebijakan, struktur fisik, struktur sosial atau struktur organisasi, ataupun SOP untuk memengaruhi perubahan lingkungan atau sosial (US-CDC). Sebagai contoh, intervensi kepada pemangku kepentingan terkait dengan pembuatan KTP bagi waria, legalisasi untuk membawa kondom dan jarum suntik, serta program pelatihan bagi waria atau WPS untuk mendapatkan pekerjaan.
7. Intervensi Perilaku atau Intervensi Perubahan Perilaku
Intervensi perubahan perilaku adalah suatu kegiatan (atau serangkaian paket kegiatan) yang bertujuan mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku, atau tindakan individu ataupun populasi untuk mengurangi perilaku berisikonya. Sebuah intervensi memiliki proses yang jelas, apa yang ingin kita capai, dan protokol yang memuat petunjuk mengenai tahap-tahap implementasinya.
Berikut istilah terkait penanggulangan HIV, TB, dan PIMS yang perlu diketahui.
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Virus yang menyerang (sel darah putih) kekebalan tubuh manusia, yang tertular melalui, penggunaan jarum suntik bergantian, hubungan seks yang berisiko, dan ibu yang positif HIV kepada bayinya dalam proses kehamilan dan melahirkan. HIV tidak menular melalui hubungan sosial seperti makan dan minum bersama, berpelukan, menggunakan fasilitas umum bergantian, dan gigitan nyamuk.
2. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh HIV.
3. IMS (Infeksi Menular Seksual)
Gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain yang salah satunya melalui kontak hubungan seksual yang berisiko. Seksual berisiko yang dimaksud di sini ialah berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. IMS sendiri, meskipun terutama ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga terjadi dari ibu yang terpapar IMS kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran.
4. PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak) atau PMTCT (Prevention of Mother-To-Child Transmission)
107
ini adalah suatu penemuan yang melegakan napas, sehingga para penderita HIV bisa mempunyai keturunan tanpa harus takut tertular HIV. Tentu dengan aturan-aturan yang sudah berlaku.
5. ODHIV (Orang dengan HIV)
Sebutan bagi orang yang sudah terpapar HIV, tetapi belum masuk fase AIDS.
6. ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
Sebutan bagi orang yang sudah terpapar HIV dan sudah masuk/pernah masuk pada fase AIDS.
8. OHIDA (Orang yang Hidup Berdampingan dengan ODHA)
Sebutan ini dibuat untuk orang yang hidup dekat dengan ODHA, yaitu keluarga.
9. CD4 (Cluster of Differentiation 4)
Sejenis sel darah putih yang dipakai HIV untuk mereplikasi lalu dibunuhnya. Seperti yang sebelumnya dijelaskan tentang HIV bahwasanya virus ini menyerang kekebalan tubuh manusia. Kekebalan tubuh yang dimaksud di sini adalah sistem imunitas. Jadi, pemeriksaan CD4 rutin per 3 sampai 6 bulan bagi ODHA sangatlah penting. Ini karena tidak hanya untuk mengetahui jumlah sistem imunitas dalam tubuh, tetapi juga bisa melihat berhasil atau tidaknya dalam menekan HIV itu sendiri.
10. VL (Viral Load)
Jumlah virus di dalam tubuh manusia yang terinfeksi HIV. Biasanya, pemeriksaan ini dilakukan setelah orang yang terinfeksi HIV dan yang sudah meminum ARV selama satu tahun penuh dan tidak putus-putus.
11. ARV (Antiretroviral Virus)
Obat yang digunakan untuk menekan perkembangan HIV di dalam tubuh manusia.
12. ART (Antiretroviral Therapy)
Pengobatan pasien HIV menggunakan ARV.
13. KDS (Kelompok Dukungan Sebaya)
Suatu kelompok yang terbentuk karena kesebayaannya. Yang dimaksud sebaya ini adalah sama-sama merasakan terpapar HIV. KDS sendiri berfungsi sebagai wadah atau tempat berkumpul ODHA. Biasanya orang yang baru terpapar HIV psikologisnya akan terganggu. KDS inilah tempat untuk mencurahkan semuanya, mulai dari tentang cara penularannya, kepatuhan meminum ARV, diskriminasi dan stigma di keluarga ataupun lingkungan, serta masih banyak lagi. Tujuan terbesar dari terbentuknya KDS adalah untuk merangkul ODHA yang merasakan kesulitan dalam memperbaiki psikologis dan psikososialnya.
14. HR (Harm Reduction)
Ini adalah sebuah strategi pengurangan dampak buruk dari pengguna napza suntik (penasun).
Prinsip Harm Reduction menempatkan penekanan pada tujuan pragmatis jangka pendek di atas tujuan idealis jangka panjang. Upaya mencegah penularan pesat HIV perlu untuk dimulai secepat mungkin. Ada beberapa prinsip dalam HR. Untuk mengetahuinya, silakan klik tautan berikut ini: http://adhitalfaridzi.blogspot.com/2011/02/pengertian-harm-reduction.html.
15. PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)
Ini dikhususkan untuk para pengguna narkotika jenis opioid yang mau lepas dari rasa kecanduannya, yaitu sejenis narkotika sintetik oral. Biasanya, para pencandu yang mau
108
dibuat agar para pencandu bisa memperbaiki kehidupan sosialnya dan beraktivitas seperti semula. Tidak mudah bagi para pencandu mengakses layanan ini. Mereka harus melewati beberapa rangkaian tes, mulai dari nonmedis hingga tes medis. Yang pasti, program ini hanya ada di rumah sakit atau layanan-layanan yang ditunjuk oleh pemerintah.
16. LASS (Layanan Alat Suntik Steril)
Ini merupakan program sarana layanan alat suntik steril yang dilakukan oleh tiap puskesmas yang ditunjuk sebagai pemegang program LASS. Tujuan LASS diadakan di setiap puskesmas untuk memudahkan cara distribusi jarum suntik, khususnya kepada para pengguna narkoba suntik (penasun). Ini sekaligus sebagai pemutus rantai HIV melalui jarum suntik.
17. Ponci (Populasi Kunci)
Populasi kunci yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang mempunyai faktor risiko tinggi penularan HIV/AIDS. Ponci dikotak-kotakkan agar penanggulangan HIV bisa berjalan dan terdokumentasi dengan baik. Contohnya wanita pekerja seks (WPS), lelaki berisiko tinggi (LBT), wanita pria (waria), pengguna narkoba suntik (penasun), dan lelaki seks lelaki (LSL).
18. TB
TB adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB sangat mudah menular melalui udara. Seseorang yang terinfeksi TB belum tentu sakit TB. Setelah masuk ke paru, bakteri TB umumnya ditahan dalam paru (bukan diberantas) oleh sistem kekebalan tubuh yang
“memenjarakannya” di belakang tembok yang disebut sebagai tuberkel. Tuberkel ini dapat menjadi kurang kuat, membiarkan bakteri lolos, dan menjadi aktif. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat untuk tetap menahannya.
19. Koinfeksi TB-HIV
Pasien koinfeksi TB-HIV adalah pasien TB dengan HIV positif. Pada Orang dengan HIV (ODHIV) yang sistem imunitasnya menurun, infeksi TB mudah berkembang menjadi TB aktif. Sekitar 60% ODHIV yang terinfeksi kuman TB (laten) akan menjadi TB aktif. ODHIV 30 kali lebih berisiko untuk terinfeksi TB dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Jika tidak segera diobati, penyakit ini akan menyebabkan kematian lebih cepat. Lebih dari 20% kematian pada ODHIV disebabkan oleh TB.
Setiap ODHIV yang berkunjung ke layanan kesehatan wajib dikaji status TBC-nya dengan menanyakan apakah ada gejala: batuk, demam, berkeringat malam tanpa aktivitas, penurunan berat badan, dan memiliki gejala TBC ekstra paru dengan pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
20. Suspek TB (Terduga TB)
Suspek TB adalah seseorang tersangka pasien TB dengan gejala utama batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas penyebabnya dengan atau tanpa diikuti dengan gejala tambahan.
21. Terdiagnosis TB (Terduga TB)
109
kultur sputum, ataupun Interferon-Gamma Release Assay (IGRA) spesifik antigen.
22. Pengobatan Pencegahan INH (PP INH)
PP INH menurunkan risiko Orang dengan HIV (ODHIV) mengalami TB sebesar 75%. PP-INH diberikan kepada ODHIV yang tidak sakit TBC, tak ada kontraindikasi seperti:
• gangguan fungsi hati
• neuropati perifer berat
• riwayat alergi INH
• ketergantungan alkohol
• riwayat resistensi INH
Pengobatan INH menggunakan Isoniazid dosis 300 mg + vitamin B6. Diberikan setiap hari selama 6 bulan (total 180 dosis).
Vitamin B6 diberikan untuk mengurangi efek samping INH (dosis 25 mg/hari atau 50 mg/ 2 hari sekali).
23. TCM (Tes Cepat Molukuler)
Alat tes cepat untuk mengetahui gejala TB biasanya dilakukan dengan menggunakan alat Xpert M.TB/Rif.
24. Strategi TemPO (Temukan secara aktif, Pisahkan, dan Obati)
Ini bagian dari penerapan program pencegahan dan pengendalian infeksi TB. Promosi strategi ini dilakukan pada semua faskes yang memberikan layanan HIV.
25. TB bukan Hanya Penyakit Paru, tetapi Bisa Menyebabkan Penyakit di Bagian Tubuh Lain Yang dialami oleh kebanyakan Orang dengan HIV (ODHIV) adalah penyakit TB paru. Namun pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama CD4 di bawah 200, TB dapat menyebabkan penyakit pada bagian tubuh lain, misalnya kelenjar getah bening, tulang, dan sistem saraf. Penyakit ini disebut dengan TB luar paru (ekstra paru). Infeksi ini jauh lebih sulit didiagnosis.
26. Gejala TB
Gejala TB paru ditandai dengan:
✓ batuk berdahak yang berkelanjutan selama lebih dari 3 minggu
✓ kehilangan berat badan
✓ demam terutama pada sore hari
✓ keringat basah kuyup di malam hari
✓ kelenjar bengkak, terutama di leher
Batuk akibat TB paru juga sering kali batuk kering, sehingga sulit dibedakan dari radang paru lain. Yang jelas menandakan TB adalah batuk darah atau dahak bercampur dengan darah.
27. BTA (Batang Tahan Asap)
Diagnosis TB pada orang dewasa yang dilakukan melalui pemeriksaan dahak dengan mikroskop untuk menentukan ada/tidaknya bakteri T berbentuk batang yang dikenal dengan BTA. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tiga contoh dahak: satu diambil pada kunjungan pertama, satu diambil oleh pasien di rumah pagi esok harinya, dan satu lagi diambil di hari
ke-110
Jika hasil BTA negatif, bisa disarankan melakukan X-ray paru.
28. Terapi Anti-TB
Pengobatan TB dengan satu jenis obat bakteri TB dapat menjadikannya kebal atau resistan terhadap obat. Untuk menghindari resistansi, TB harus diobati dengan kombinasi beberapa obat yang disebut dengan terapi anti-TB. Obat yang digunakan adalah Isonaziazid, Piraninamid, Etambutol, Rifampisin, dan Streptomisin. Selain lima obat ini, diberikan juga Piridoksin. Ini adalah vitamin B6 untuk mengurangi efek samping yang disebabkan Isonaziazid (INH). Pengobatan TB bertujuan mengurangi jumlah kasus kematian akibat TB dan untuk mencegah infeksi kambuh.
29. MDR-TB
Multi-drug resistant atau resistan terhadap beberapa obat. MDR-TB sangat sulit diobati.
30. DOT-S (Directly Observed Therapy-Short Course)
DOT-S disebut juga pengobatan dengan pengawasan langsung. Pengawasan ini dilakukan oleh PMO (Pengawas Menelan Obat Langsung) yang bertujuan mendampingi pasien dalam menjalani pengobatan sampai tuntas. Tujuan DOT-S:
✓ mencapai angka kesembuhan tinggi
✓ mencegah putus berobat
✓ mengatasi efek samping OAT
✓ mencegah timbulnya resistensi akibat ketidakpatuhan 31. Kepatuhan Terapi
Kepatuhan terapi artinya penggunaan obat yang benar, dengan takaran yang benar, pada waktu yang benar, dan dengan cara yang juga benar.
32. Vaksin TB
BCG adalah vaksin yang diberikan dengan suntikan untuk mencegah TB berat, termasuk miningitis TB pada usia anak-anak. BCG tidak berdampak pada kasus TB pada orang dewasa.
33. IPT (Isoniazid Preventive Therapy)
Pencegahan TB dengan INH selama 9 bulan. INH diberikan pada ODHIV yang terpajan kasus TB aktif di dalam rumah.
34. IRIS (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome)
IRIS adalah sindrom pemulihan kekebalan. Pada TB, sindrom ini disebut dengan PR (Paradoxical Reaction).
Istilah-Istilah yang Sering Digunakan di Kalangan Populasi Kunci
Berikut contoh-contoh istilah yang sering digunakan di kalangan populasi kunci.
- Bencong
111
Berhubungan dengan istilah-istilah yang digunakan di kalangan populasi kunci, akan lebih banyak lagi didapat dari peserta. Kemungkinan akan ditemukan istilah-istilah yang digunakan di daerah tertentu.