• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KESETARAAN GENDER DI TEMPAT KERJA (HASIL DESK REVIEW-YKB 2021)

GENDER, JENIS KELAMIN, DAN SEKSUALITAS

KEBIJAKAN KESETARAAN GENDER DI TEMPAT KERJA (HASIL DESK REVIEW-YKB 2021)

1. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Kebijakan ini lebih umum karena berbentuk instruksi, sehingga perlu kewenangan masing-masing pelaksana untuk menetapkan ketentuan lebih lanjut bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.

Ada empat Instruksi Presiden dalam kebijakan ini.

PERTAMA

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan serta program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.

KETIGA

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

1. Memberikan bantuan teknis kepada instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender.

2. Melaporkan hasil pelaksanaan pengarusutamaan gender kepada Presiden.

KEEMPAT

Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing, menetapkan ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.

Alur sosialisasi kebijakan dari Presiden--→ pelaksana di tingkat pemerintah/lembaga

pusat--→ diteruskan ke pihak pelaksana.

Hasil dari desk review memperlihatkan hal-hal sebagai berikut.

1. Belum ada pasal yang mengatur secara spesifik terkait pengarusutamaan gender di tempat kerja (perusahaan).

2. Ruang lingkup (peran para pihak dan sasaran kebijakan lebih spesifik pada di KPPPA.

3. Alur sosialisasi kebijakan sampai ke tempat kerja belum ada, apalagi reward &

punishment bagi tempat kerja.

4. Implementasi di daerah (perda/RAD) harus dicek kembali apakah sudah ada apa belum.

5. Peraturan/kebijakan terkait inklusivitas pada tahap implementasi harus dicek pada peraturan kebijakan turunannya, baik di tingkat peraturan wilayah/daerah maupun yang terkait tempat kerja.

2. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH PERLINDUNGAN PEKERJA PEREMPUAN DI TEMPAT KERJA

Kebijakan ini ada korelasinya dengan tempat kerja.

150

Peran para pihak dan sasaran kebijakan sangat jelas ditujukan bagi perusahaan dan tempat kerja. Peranan ini mulai dari pemerintah/KPPPA, perusahaan, hingga pekerja sendiri dalam upaya melakukan pelaporan.

Alur sosialisasi kebijakan sampai ke tempat kerja.

• Pemerintah-perusahaan-organisasi pekerja dan pekerja perempuan, buruh, serta pekerja.

• Adanya komitmen dalam bentuk kesepakatan antar-instansi pemerintah, antara pemerintah dan perusahaan, serta antar-perusahaan.

Reward & punishment bagi tempat kerja: tidak ditemukan pasal terkait reward & punishment.

Dalam penjelasan-penjelasan pada kebijakan ini dapat disimpulkan kebijakan yang mendorong adanya inklusivitas di tempat kerja, yaitu baik laki-laki maupun perempuan dapat bekerja secara aman, setara, dan memiliki kesempatan yang sama dalam beraktivitas di tempat kerja.

Hasil Desk Review

1. Belum ada contoh praktik di tempat kerja terkait PENYEDIAAN RUMAH PERLINDUNGAN PEKERJA PEREMPUAN DI TEMPAT KERJA.

2. Dari aspek ruang lingkup dibutuhkan kebijakan masalah gender yang lebih luas (gender secara umum, bukan hanya perempuan).

3. Belum ada reward & punishment bagi tempat kerja yang tidak menyediakan rumah perlindungan di tempat kerja.

4. Inklusivitas sudah terakomodasi dari aspek gender, tetapi perlu digali lagi dari aspek lain yang relevan.

3. Pengalaman Indonesia dalam Menerapkan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG)

• Bappenas telah menyusun Gender Analysis Pathway atau GAP yang didukung oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (KNPP) - (PPN/Bappenas dan KNPP 2007).

• PPRG ditujukan pada level kementerian dan lembaga terkait di tingkat pusat sampai provinsi sehubungan dengan pembangunan.

• Percepatan PUG melalui PPRG.

Ruang Lingkup Kebijakan Ini

• Isu gender yang dianalisis meliputi empat aspek: akses, partisipasi, kontrol terhadap sumber daya, dan manfaat.

• Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini mengamanatkan kepada seluruh Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Gubernur, dan Bupati/Wali Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender. Hal ini dilakukan guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.

• Kesetaraan gender diwujudkan melalui strategi Pengarusutamaan Gender (PUG).

• PUG diperlukan dengan alasan sebagai berikut.

1) Masih terdapatnya kesenjangan dalam pemerataan hasil‐hasil pembangunan di berbagai bidang, baik terhadap perempuan maupun laki‐laki.

151

2) Kesenjangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek utama: akses, partisipasi dalam proses pembangunan/pengambilan keputusan, kontrol terhadap sumber daya, dan manfaat pembangunan.

3) Program kesetaraan gender dan/atau pemberdayaan perempuan selama ini hanya meliputi sosialisasi/advokasi untuk perempuan belaka, tidak menyasar pada substansi inti kegiatan/program pembangunan, dan tak menyentuh laki‐laki yang juga tertinggal di beberapa bidang pembangunan.

Oleh sebab itu, perlu diterapkan strategi pengarusutamaan gender yang meliputi setiap tahapan dalam pembangunan di berbagai bidang untuk menghapuskan kesenjangan tersebut.

• Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).

• Pada 2007, Bappenas melakukan kajian “Analisis Gender dalam Pembangunan” yang bertujuan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUG setelah tujuh tahun dikeluarkannya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 di 18 kementerian/lembaga, 7 provinsi, dan 7 kabupaten/kota terpilih. Hasil evaluasi tersebut berupa 62 jurnal perencanaan pembangunan.

• The Indonesian Journal of Dev. Planning Vol. 1 Nomor 1 April 2017 menunjukkan bahwa strategi PUG belum dilaksanakan sepenuhnya dengan baik di sebagian besar bidang pembangunan. Oleh sebab itu, dalam rangka mempercepat pelaksanaan PUG, perspektif gender tidak hanya diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan, tetapi juga penganggaran. Inisiatif ini dimulai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas Nomor Kep.30/M.PPN/HK/03/2009 tentang Tim Pengarah dan Tim Teknis Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG). Tim ini dibentuk untuk mengoordinasikan pelaksanaan PPRG lintas sektor dan lintas kementerian/lembaga.

• Pada 2012, Kedeputian SDMK-Bappenas telah menyusun kajian awal: Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG).

• Indeks Keadilan dan Kesetaraan Gender (IKKG) yang disusun oleh Bappenas dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (KNPP) meliputi lima aspek, yaitu kesehatan reproduksi, pendidikan, pengambilan keputusan, ekonomi, dan kekerasan terhadap perempuan.

• Penyebaran data, informasi, kebijakan, dan materi sosialisasi gender terkait PUG (termasuk percepatannya melalui PPRG) berdasarkan situs PPRG-Bappenas (Bappenas, PPRG 2010).

• Situs tersebut bebas diakses oleh siapa saja, tidak hanya bagi staf Bappenas, dan telah dijadikan rujukan pula oleh pemda atau K/L dalam penerapan PUG di daerah/instansinya.

• IKPUG hasil kajian pendalaman 2015 dilakukan penyempurnaan indikator dengan mengacu pada tujuh prasyarat PUG. Indikator korelasi dengan tempat kerja:

lengkapnya hasil kajian tahun 2015 untuk IKPUG adalah terdapat indikator yang menyebutkan dunia usaha dalam komponen kelembagaan juga disebutkan partisipasi dunia usaha.

Hasil Desk Review

1. GAP hanya sebagai acuan kelembagaan pemerintah.

2. GAP-nya belum terlihat mekanisme pelaksanaan PUG ini dalam pelaksanaan di tempat kerja.

152

3. Reward & punishment bagi tempat kerja seperti apa.

4. Kebijakan telah menggambarkan inklusivitas dari aspek gender, tetapi belum membahas dari aspek lain yang juga mendorong terjadinya inklusivitas di tempat kerja.

153 Daftar Pustaka

Annisa, Rifka. Penyadaran Gender untuk Laki-laki. Editor: Nur Hasyim. Modul Kegiatan Diskusi 2 Jam untuk Komunitas.

ASA-FHI. 2008. Modul Pelatihan Intervensi Perubahan Perilaku.

Castell, Manuel. 2009. Communication Power.

Darwin, Muhadjir. 1999. Maskulinitas.

GAYa Nusantara. 2006. Handout Training Gender dan Seksualitas.

“Gender Bias”. http://www.indiaparenting.com/articles/data/art09_027.shtml.

“Gender Identity and Gender Expression (Brochure)”. http://www.ohrc.on.ca/en/gender-identity-and-gender-expression-brochure.

“Gender Identity”. http://en.wikipedia.org/wiki/Gender_identity.

“Gender Unicorn–Trans Student Education Resources”. https://transstudent.org/gender/.

“Gender Expression”. https://en.wikipedia.org/wiki/Gender_expression.

Heddleston, Kate. 2015. Social Norms and Gender Expectation.

Komnas Perempuan. 2011. Modul Pelatihan Menumbuhkan Sensitivitas Hak Asasi Manusia dan Gender bagi Aparat Penegak Hukum dalam Penanganan Kasus-Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Lingkungan Peradilan Umum.

KPA Nasional. 2015. Modul Pelibatan Laki-laki dalam Program PMTS Paripurna.

Miller, Claire Cain. 2015. A Racy Silicon Valley Lawsuit, and More Subtle Questions About Sex Discrimination. NYTimes.com.

Modul Pelatihan Intervensi Penghapusan Stigma dan Diskriminasi untuk Orang dengan HIV/AIDS dan Populasi Kunci di Layanan Kesehatan.

Pleck, J.H. 1981. The Myth of Masculinity. Boston: MIT Press.

R.W. Connel. Hegemoni Maskulinitas.

Saeroni & M. Thontowi (Rifka Annisa). 2014. Modul Diskusi Komunitas untuk Kelas Ayah.

Stibbe, Arran. 2004. “Health and the Social Construction of Masculinity in Men’s Health Magazine”. Journal of Men and Masculinities. Vol. 7 No. 1, 3151. Sage Publication.

Widaningsih, Lilis. Relasi Gender dalam Keluarga.

YKB. 2021. Dokumen Hasil Desk Review Kebijakan Kesetaraan Gender di Tempat Kerja.

154

Lampiran Petunjuk Penugasan