• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil tindakan ini memiliki dampak negatif pada kelompok pekerja tertentu atau individu

MODUL INTI - 2

POKOK BAHASAN 2

3. Hasil tindakan ini memiliki dampak negatif pada kelompok pekerja tertentu atau individu

185

Penghapusan diskriminasi di tempat kerja merupakan hal yang harus ada dalam strategi apa pun untuk memperoleh pekerjaan yang layak, mengurangi angka kemiskinan, dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.

Definisi diskriminasi: “Pembedaan apa pun, pengecualian atau pemilihan yang dibuat berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pendapat politik, asal kebangsaan atau asal-usul sosial, yang berdampak pada menghilangkan atau menghambat kesetaraan kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan.” (Pasal 1 (1) (a) Konvensi No. 111

Diskriminasi di tempat kerja berarti perlakuan yang berbeda terkait dengan pekerjaan atau kesempatan kerja yang biasanya merugikan tanpa ada pembenaran yang obyektif atau sah. Misalnya, diskriminasi timbul ketika ada dua orang dengan prestasi yang sama tetapi berbeda ras, warna kulit, atau jenis kelamin dibayar dengan jumlah gaji yang berbeda atau diperlakukan berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama atau pekerjaan dengan nilai yang setara. Akan tetapi, jika pembayaran yang berbeda menunjukkan perbedaan produktivitas atau kualifikasi awal para pekerja, pengusaha dapat memiliki alasan yang sah untuk membayar seorang karyawan lebih tinggi dibanding yang lain.

Diskriminasi berasal dari bias, persepsi, dan pandangan serta pendapat yang subyektif, prekonsepsi, atau prasangka tentang kemampuan atau tingkah laku yang melekat pada seorang individu dari kelompok tertentu, dan bukan dari fakta. Contoh-contohnya termasuk penggeneralisasian tentang kemampuan laki-laki, perempuan, orang dengan disabilitas atau usia, ataupun latar belakang berbeda.

Contoh lain tentang asumsi “pekerjaan laki-laki” dan “pekerjaan perempuan” dan ide stereotip tentang jenis pekerjaan yang cocok dan tidak bagi pekerja migran dari pedesaan atau kelompok etnis minoritas. Semua orang memiliki prasangka/bias karena merupakan hal yang alami bagi orang untuk merasa simpati dan menerima hal-hal yang “dikenal” dan menyukai orang-orang “mirip” dengan dirinya. Tidak ada orang yang akan percaya dan mengaku bahwa mereka memiliki perasaan bias.

Namun bukti berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan, kalau tidak dapat dikatakan semua, orang memiliki prasangka pada tingkat tertentu. Bias tersembunyi yang tidak dipahami dapat dengan mudah menyebabkan terjadinya diskriminasi.

Diskriminasi dan kesetaraan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Diskriminasi berarti tidak ada kesetaraan. Kesetaraan di tempat kerja mewakili nilai dan prinsip mendasar yang memungkinkan para pekerja memperoleh bagian kekayaan yang adil yang diperoleh berkat bantuan mereka.

• Prinsip kesempatan setara dalam bekerja bertujuan memastikan orang-orang memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya dan dapat mengalokasikan waktu dan energi mereka untuk mendapatkan imbalan tertinggi.

• Prinsip kesetaraan perlakuan di tempat kerja bertujuan memastikan kinerja pekerjaan orang diberi imbalan sesuai dengan produktivitas dan prestasi mereka. Hal ini merujuk pada kondisi kerja dan hubungan ketenagakerjaan, seperti hak setara dalam pembayaran dan jaminan kerja.

Stigma dan Diskriminasi

Stigma adalah prasangka dengan memberikan label sosial yang bertujuan memisahkan seseorang atau sekelompok orang dengan pandangan yang buruk. Pelabelan, stereotip, pemisahan, kehilangan status, serta diskriminasi dapat terjadi pada waktu yang sama dan tidak hanya memengaruhi diri seseorang secara langsung dengan menurunkan kepercayaan diri atau harga diri orang tersebut.

186

Diskriminasi muncul karena stigma. Di Indonesia, stigma pembawa penyakit yang dilekatkan pada Orang dengan HIV (ODHIV), orang dengan TB, dan Covid-19. Stigma terkait Covid-19 didasarkan pada beberapa faktor utama, yaitu Covid-19 merupakan penyakit baru dan masih banyak yang belum diketahui, dan ketakutan mudah dikaitkan dengan “orang lain”. Dengan demikian, dampaknya adalah kebingungan, kecemasan, dan ketakutan di kalangan masyarakat dan di tempat kerja. Faktor ini juga memicu stereotip yang merugikan. Dampaknya adalah stigma dapat mendorong orang menyembunyikan penyakitnya untuk menghindari diskriminasi. Mencegah orang segera mencari perawatan kesehatan.

Dalam rangka memahami dan menanggapi diskriminasi dengan lebih baik, hal yang bermanfaat jika kita mengategorikan cara manifestasinya. Diskriminasi dapat terjadi dalam undang-undang atau praktik, terjadi secara langsung ataupun tidak, dan dapat terdiri dari pelecehan. Sering kali diskriminasi itu bersifat struktural, dengan kata lain membudaya dalam masyarakat dan lembaga-lembaganya.

Ketiga komponen tersebut dapat diidentifikasi dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh pengusaha, manajer, ataupun penyelia. Mereka yang mengalami dampak negatif dari tindakan tersebut dapat dikategorikan mengalami diskriminasi. Diskriminasi yang sering kali terjadi dalam praktik ketenagakerjaan adalah diskriminasi struktural. Jenis diskriminasi ini mengacu pada pelembagaan diskriminasi dalam pola sosial, struktur organisasi, dan konstruksi hukum. Salah satu contohnya adalah perbedaan besaran upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Praktik diskriminasi ini muncul karena masih adanya pemahaman yang salah terkait peran gender antara perempuan dan laki-laki, sikap meremehkan pekerjaan yang dilakukan perempuan, serta ketidakpercayaan pada kontribusi perempuan yang lebih besar pada pekerjaan.

Untuk itulah perlu memberikan perhatian pada posisi perempuan, khususnya perempuan yang rentan kondisinya dalam pasar dunia kerja, seperti perempuan hamil, menyusui atau memiliki balita, serta perempuan kepala keluarga atau pencari nafkah utama.

Bagaimana dengan pengecualian yang bukan diskriminasi?

Pengecualian terjadi dalam situasi yang luar biasa, di mana beberapa tindakan perbedaan perlakuan, pengecualian dari kesempatan, atau preferensi yang diberikan adalah sah, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah diskriminasi. Situasi luar biasa tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Persyaratan pekerjaan yang melekat. Ketika karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, etnis, agama, atau tidak adanya disabilitas menjadi persyaratan yang melekat dari sebuah pekerjaan, keputusan ketenagakerjaan dapat dibuat atas dasar itu. Misalnya, lowongan untuk guru agama Kristen hanya untuk orang yang beragama Kristen.

187

2. Kepentingan keamanan negara. Pengecualian terhadap seseorang untuk sebuah pekerjaan, manakala jika pekerjaan itu dilakukan oleh orang tersebut akan mengancam keamanan negara.

3. Langkah khusus atau tindakan afirmasi. Langkah khusus yang bersifat sementara untuk memperbaiki dampak diskriminasi di masa lalu atau yang masih berlanjut untuk mendorong kesetaraan dan inklusivitas. Langkah ini menargetkan pekerja atau pelamar kerja dengan karakter tertentu (misalnya perempuan, penyandang disabilitas, dan lainnya) yang kurang terwakili di perusahaan atau di beberapa posisi tertentu di dalam perusahaan. Contohnya adalah kuota untuk mempekerjakan penyandang disabilitas atau menyediakan peralatan khusus bagi mereka.