• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.4 Analisis Wilayah Perencanaan

4.4.1 Analisis Sosial Budaya

Analisis sosial budaya adalah analisis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat akibat adanya pembangunan atau suatu aktivitas. Analisis sosial budaya bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan budaya masyarakat di wilayah perencanaan. Analisis sosial budaya akan menilai kondisi sosial budaya yang mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan akibat adanya suatu kegiatan dan atau proses pembangunan. Analisis sosial budaya dapat diartikan sebagai kajian untuk mengenali struktur sosial budaya serta prasarana dan sarana budaya. Kajian ini dilakukan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersifat lahir, batin, atau spiritual.

4.4.1.1 Analisis Proyeksi Penduduk

Analisis Proyeksi penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Proyeksi penduduk dapat pula diartikan perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Proyeksi memegang peranan penting dalam tujuannya sebagai sebuah sistem perencanaan di masa yang akan datang. Hal tersebut tentunya juga dapat digunakan untuk memproyeksikan perekonomian, kebutuhan sarana dan prasarana, serta kebutuhan lainnya yang diperlukan oleh masyarakat.

Tabel 4. 32 Jumlah Penduduk di WP Distrik Kaimana Kampung/Kelurahan

Jumlah Penduduk Tahun

2018 2019 2020 2021 2022

Tanggaromi 347 369 419 419 483

Coa 1945 2011 2381 2381 2343

Kaimana Kota 18817 18834 16089 16089 16718

Krooy 12141 12422 12507 12507 12416

Trikora 5759 5914 6424 6424 6883

Marsi 512 501 589 589 394

Sumber: BPS Distrik Kaimana 2022

Tabel 4. 33 Proyeksi Penduduk di WP Distrik Kaimana

Kampung/Kelurahan

r (laju pertumbuhan

penduduk)

Proyeksi Penduduk Tahun

2023 2028 2033 2038 2043

Tanggaromi 0,086 525 793 1199 1813 2741

Coa 0,047 2455 3098 3909 4934 6226

Kaimana Kota -0,029 16231 14000 12076 10416 8985

Krooy 0,005 12486 12840 13205 13580 13965

Trikora 0,045 7197 8993 11239 14044 17550

Marsi -0,063 369 266 192 138 99

Sumber: Analisis 2023

Berdasarkan tabel perhitungan proyeksi di atas dapat diketahui bahwa pada wilayah perencanaan Distrik Kaimana memiliki kecenderungan peningkatan pertumbuhan penduduk tiap tahunnya meskipun pertumbuhan penduduk tidak meningkat secara signifikan dan merata.

Sehingga diperlukan perencanaan beberapa hal yang mampu menampung dan mendukung aktivitas masyarakat pada WP, terutama dari pertumbuhan penduduk yang terjadi.

4.4.1.2 Analisis Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luasan wilayah administrasi pemerintah. Semakin besar angkanya maka semakin padat pula kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Analisis kepadatan penduduk digunakan untuk mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah sehingga dapat dengan mudah melakukan perencanaan di suatu wilayah. Oleh karena itu, kepadatan penduduk diperlukan agar penyediaan sarana dan prasarana dalam mendukung pengembangan wilayah dapat disesuaikan dengan kepadatan penduduknya, serta dapat mengetahui wilayah mana yang memiliki kepadatan penduduk rendah atau tinggi sehingga perencanaan dapat dilakukan secara optimal.

Tabel 4. 34 Kriteria Kepadatan Penduduk

No. Kepadatan Penduduk Klasifikasi

1. Rendah <150 jiwa/ha

2. Sedang 151 – 200 jiwa/ha

3. Tinggi 201 – 400 jiwa/ha

4. Sangat Tinggi >400 jiwa/ha

Sumber: SNI 03-1733-2004

Tabel 4. 35 Kepadatan Penduduk WP Distrik Kaimana

No. Kampung/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas Wilayah (ha)

Kepadatan Penduduk

(jiwa/ha)

1. Tanggaromi 483 2.666 0.18

2. Coa 2.343 1.935 1.21

3. Kaimana Kota 16.718 627 26.66

4. Krooy 12.416 1.670 7.43

5. Trikora 6.883 1.220 5.64

6. Marsi 394 2.024 0.19

Sumber: Analisis 2023

4.4.1.3 Analisis Sosial WP Kaimana

Secara umum kondisi sosial ekonomi penduduk asli di Kabupaten Kaimana saat ini masih bersifat tradisional yaitu sebagai petani dan nelayan. Hasil produksi dari petani dan nelayan umumnya hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara terbatas. Sebagian penduduk lainnya menekuni lapangan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Buruh bangunan dan pelabuhan serta sektor lainnya. Tiga wilayah Kabupaten

Kaimana yang merupakan wilayah pesisir dan mudah diakses, membuat banyak sekali para pedagang dan pengusaha yang berdatangan dan membuka usahanya di Kaimana.

Hal ini tentu sangat membantu masyarakat di Kaimana untuk mencukupi kebutuhan ekonominya. Umumnya dunia usaha dan perdagangan ditekuni oleh penduduk asal bugis, jawa dan lain sebagainya. Namun, saat ini Pemerintah Kabupaten telah banyak menerapkan program-program di bidang pendidikan. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas SDM di Kaimana agar mampu bersaing serta mencukupi kebutuhan ekonominya.

Letak Kabupaten Kaimana yang strategis sebagai tempat persinggahan membuat adat istiadat di Kaimana mendapat pengaruh budaya luar. Hal inilah yang menyebabkan nilai-nilai adat asli Kaimana telah terakulturasi oleh nilai-nilai budaya sekitar. Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan dan pedalaman belum banyak dipengaruhi oleh interaksi dari luar, sedangkan penduduk daerah pesisir telah banyak mendapat pengaruh tersebut melalui perkawinan, seni musik atau tari maupun cara berbusana.

Penduduk distrik Kaimana kota sebagian besar tinggal pada daerah kampungkampung.

Penduduk Distrik Kaimana yang merupakan suku-suku lokal adalah penduduk terbesar.

Setelah itu disusul oleh penduduk non pribumi yang tersebar di beberapa kampung di wilayah kelurahan Kaimana kota, seperti kampung Seram dan kaki air. Penduduk non pribumi di dua kampung ini merupakan migrasi penduduk dari daerah Maluku dan Sulawesi Selatan serta pulau Jawa. Penduduk suku asli Kaimana terdapat di daerah kampung-kampung di dalam dan di luar kelurahan Kaimana kota. Suku-suku asli ini di antaranya suku Irarutu, Mairasi, Kambarau dan Koiwai. Persebaran suku Irarutu terdapat di daerah selatan kelurahan Kaimana kota. Suku ini berasal dari distrik teluk Arguni. Suku Mairasi berasal dari pedalaman bagian timur Kaimana dan tersebar di pesisir pantai utara, dan timur distrik Kaimana. Suku Kambrau berasal dari distrik teluk Kambrau. Suku Koiwai berasal dari daerah barat distrik Buruway dan daerah utara distrik Kaimana.

Suku ini hampir sebagian besar mendiami daerah-daerah kepulauan. Multikulturistik sangatlah kental dengan masyarakat di pesisir selatan tanah Papua ini. Kaimana memiliki kekayaan dan ragam warisan budaya yang melibatkan masyarakat adat melanesia (suku asli) sebagai pemukim pada masa yang mengelilingi bagian Indonesia dan juga dari wilayah jauh seperti Timur Tengah pada masa perdagangan rempah-rempah dulu. Masyarakat asli Kaimana terdiri atas sembilan (9) suku yaitu sebagai berikut:

1) Suku Baham meliputi Kampung Sanggrum dan Weri, Fak-fak.

2) Suku Irarutu meliputi kampung Fruata, Naramas, Wagura, Afuafau, Gusimawa, Boywer, Maniva, dan Bagura.

3) Suku Kambrau meliputi kampung Inan, Wanoma, Ubia, Seramku, Kukasa, Tanggaromi, Coa dan Kooy.

4) Suku Mairasi meliputi Kampung Barari, Morano, Maimai, Lobo dan Sisir.

5) Suku Buruway meliputi Kampung Guriasa, Hia dan Yarona.

6) Suku Koiway meliputi Kaimana Kota, Namatota, dan Kampung Adijaya.

7) Suku Semimi adakah meliuti kampung kayu merah, dasn berbatasan dengan suku Kamoro di Kampung Nenasa Timika.

8) Suku Karas meliputi Pulau Karas.

9) Suku Uruangniri meliputi pulau-pulau kecil di belakang pulau Karas, yiatu kampung Tumbawaga.

Semua suku di atas saat ini tersebar di wilayah distrik dan Kota Kaimana, namun beberapa kampung masih didominasi oleh suku tertentu dan menjadi pusat kebudayaan masyarakat adat suku tertentu. Setiap suku terdiri atas marga yang memiliki wilayah ulayatatau petuanan sebagai wilayah pengaruh dengan kekuasaan mereka. Masing-masing marga memiliki wilayah yang sampai saat ini terlembagakan di antara masyarakat secara non formal.

Setiap petuanan saling menghargai dan bisa menikmati hasil bumi yang ada didalamnya.

Pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam suatu wilayah petuanan harus seizin dan sepengetahuan pemilik petuanan. Secara formal masyarakat adat terwadahi dalam kelembagaan yang meliputi seluruh masyarakat adat atau suku dalam suatu wilayah administrasi. Setiap kota di Papua memiliki sebuah lembaga yang secara formal diakui oleh pemerintah setempat. Kaimana memiliki lembaga adat yang diberi kepercayaan untuk mengatur semua suku yang ada di Kaimana. Demi mewujudkan keharmonisan dan kerukunan dalam berkehidupan antara satu suku dengan suku yang lain di daerah Kaimana, dibentuklah lembaga adat yang dimaksudkan sebagai tempat penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan nilainilai adat. Hal ini diharapkan bila sewaktu-waktu terjadi perselisihan antara masyarakat hukum adat. Sesuai dengan fungsinya maka, lembaga adat diharapkan mampu menegakan hukum adat secara baik dan benar guna mewujudkan masyarakat yang taat pada nilai-nilai leluhur.