• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

AGAMA GEDONG TATAAN

2. Efektivitas Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

diakhiri dengan perdamaian atau mediasi tidak berhasil sesuai dengan ketentuan Pasal 14 huruf (l) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum persidangan dimulai. Apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi tidak berhasil dan majelis hakim telah menetukan hari sidang berikutnya, maka persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Dalam hal sidang berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu memanggil para pihak dengan penetapan hari sidang baru.14

Penulis menarik kesimpulan bahwa, pelaksanaan mediasi pada

diakhiri dengan perdamaian atau mediasi tidak berhasil sesuai dengan ketentuan Pasal 14 huruf (l) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum persidangan dimulai. Apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi tidak berhasil dan majelis hakim telah menetukan hari sidang berikutnya, maka persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Dalam hal sidang berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu memanggil para pihak dengan penetapan hari sidang baru.14

Penulis menarik kesimpulan bahwa, pelaksanaan mediasi pada Pengadilan Agama Gedong Tataan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, yaitu mediasi dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan berupa tahap pra mediasi, tahap pelaksanaan mediasi, dan tahap akhir implementasi mediasi.

2. Efektivitas Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

Tujuan yang mulia dalam melestarikan dan menjaga kesinambungan hidup rumah tangga bukanlah suatu perkara yang mudah untuk diwujudkan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga terkadang menemui hambatan untuk tercapainya kebahagiaan dimana pasangan suami istri banyak yang tidak merasakan kebahagiaan ataupun tidak mendapatkan tujuan dari perkawinan dalam menjalin hubungan yang harmonis antara dua insan manusia, yang pada akhirnya dapat mengarah pada suatu permasalahan kehidupan rumah tangga dan berujung perceraian.

Islam dengan tegas menyatakan bahwa perceraian adalah suatu perbuatan halal, tetapi paling dibenci Allah, karena perkawinan diorientasikan sebagai komitmen selamanya dan kekal.15 Bagi rumah tangga yang tidak dapat menyelesaikan konflik dalam rumah tangganya, perceraian dianggap sebagai alternatif

14 “Prosedur Mediasi,” Pengadilan Agama Gedong Tataan, http://web.pa- gedongtataan.go.id/prosedur-mediasi/, diakses pada tanggal 9 November 2020.

15 Ahmad Tholabi Karie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 228.

terakhir yang ditempuh oleh pasangan suami istri sebagai jalan pintas menyelesaikan konflik dalam rumah tangganya. Oleh karena itu, mahkamah agung mengeluarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan perkara perceraian atau meminimalisasi angka perceraian yang ada di pengadilan, karena perkara yang paling banyak diterima di Pengadilan Agama Gedong Tataan adalah perkara perceraian.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan jumlah perkara perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Gedong Tataan di setiap tahunnya. Pada tahun 2018 tepatnya pada bulan November (awal berdirinya Pengadilan Agama Gedong Tataan), perkara perceraian yang masuk ke pengadilan sejumlah 56 (lima puluh enam) perkara. Untuk tahun 2019, perkara perceraian yang masuk ke pengadilan sejumlah 605 (enam ratus lima) perkara. Untuk tahun 2020, perkara perceraian yang masuk ke pengadilan sejumlah 664 (enam ratus enam puluh empat) perkara. Untuk tahun 2021 (Januari- Mei), perkara perceraian yang masuk ke pengadilan sejumlah 346 (tiga ratus empat puluh enam) perkara.

Keseluruhan angka perceraian yang masuk tersebut ada yang dilakukan secara hukum dan melalui proses sidang di pengadilan agama, dan ada juga yang tidak melanjutkan proses berperkara di pengadilan, yang artinya pihak dinyatakan damai sebelum masuk ke ranah pengadilan.16

Efektivitas hukum merupakan suatu kemampuan hukum untuk menciptakan keadaan atau situasi yang dikehendaki oleh hukum atau diharapkan oleh hukum.17 Berdasarkan teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, mengenai efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Faktor-faktor tersebut 16

Wawancara dengan Muhamad Faudzan, Hakim Mediator Pengadilan Agama Gedong Tataan, pada tanggal 1 Maret 2022, pukul 11:07 WIB.

17 Ria Ayu Novita, dkk, “Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian,” Jurnal Diponegoro Law Jurnal, Vol. 6, No. 2, 2017, hlm. 4.

mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan negatifnya tergantung dari faktor-faktor itu sendiri.18

Beberapa faktor yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut, penulis kaitkan dengan penelitian ini yaitu:

a. Faktor hukumnya sendiri, penulis mengkaitkan dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, dimana pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan sesuai dengan peraturan tersebut, sehingga diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

PERMA merupakan pelengkap peraturan perundang-undangan yang telah ada dan bertujuan mengisi kekosongan hukum b. Faktor penegak hukum yaitu para pegawai hukum di lingkungan

Pengadilan Agama Gedong Tataan, bahwa penegak hukum pada pengadilan tersebut telah memberikan pelayanan dan bantuan hukum sesuai prosedur bagi masyarakat dalam mencari keadilan c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, dalam hal ini sarana dan prasarana berupa ruang mediasi tertutup yang dimiliki oleh Pengadilan Agama Gedong Tataan cukup memadai atau ikut menunjang proses mediasi itu sendiri d. Faktor masyarakat, dimana kepatuhan hukum masyarakat

dalam mengikuti prosedur pengadilan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses mediasi

e. Faktor kebudayaan, dalam hal mediasi pada pengadilan agama diketahui bahwa para pencari keadilan merupakan umat Islam, nilai- nilai Islam menjadi sarat akan pedoman karena telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Muslim

Berdasarkan 5 (lima) faktor tersebut, penulis melihat bahwa faktor masyarakat dalam teori efektivitas hukum tersebut menjadi alat ukur efektif atau tidaknya mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan. Penerapan teori efektivitas yang terjadi di lapangan tidak semudah teori semata karena adanya faktor yang menyebabkan proses perdamaian melalui mediasi tidak sepenuhnya berjalan efektif. Penyebab kurang efektifnya mediasi ditentukan oleh faktor

18 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia), 2008, hlm. 8.

mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif dan negatifnya tergantung dari faktor-faktor itu sendiri.18

Beberapa faktor yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut, penulis kaitkan dengan penelitian ini yaitu:

a. Faktor hukumnya sendiri, penulis mengkaitkan dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, dimana pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan sesuai dengan peraturan tersebut, sehingga diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

PERMA merupakan pelengkap peraturan perundang-undangan yang telah ada dan bertujuan mengisi kekosongan hukum b. Faktor penegak hukum yaitu para pegawai hukum di lingkungan

Pengadilan Agama Gedong Tataan, bahwa penegak hukum pada pengadilan tersebut telah memberikan pelayanan dan bantuan hukum sesuai prosedur bagi masyarakat dalam mencari keadilan c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, dalam hal ini sarana dan prasarana berupa ruang mediasi tertutup yang dimiliki oleh Pengadilan Agama Gedong Tataan cukup memadai atau ikut menunjang proses mediasi itu sendiri d. Faktor masyarakat, dimana kepatuhan hukum masyarakat

dalam mengikuti prosedur pengadilan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses mediasi

e. Faktor kebudayaan, dalam hal mediasi pada pengadilan agama diketahui bahwa para pencari keadilan merupakan umat Islam, nilai- nilai Islam menjadi sarat akan pedoman karena telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Muslim

Berdasarkan 5 (lima) faktor tersebut, penulis melihat bahwa faktor masyarakat dalam teori efektivitas hukum tersebut menjadi alat ukur efektif atau tidaknya mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan. Penerapan teori efektivitas yang terjadi di lapangan tidak semudah teori semata karena adanya faktor yang menyebabkan proses perdamaian melalui mediasi tidak sepenuhnya berjalan efektif. Penyebab kurang efektifnya mediasi ditentukan oleh faktor

18 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia), 2008, hlm. 8.

masyarakat itu sendiri, dimana masyarakat (para pihak yang bersengketa) terkadang kurang beritikad baik dalam mengikuti tahapan pelaksanaan mediasi serta kurangnya pemahaman para pihak terhadap pentingnya proses mediasi, sehingga mengakibatkan banyaknya angka mediasi tidak berhasil pada Pengadilan Agama Gedong Tataan.

Hal tersebut selaras dengan temuan penulis di lapangan berdasarkan data perkara perceraian yang dimediasi dalam kurun waktu 2018 hingga 2021. Hasil dari proses mediasi baik perkara yang berhasil maupun perkara yang tidak berhasil dimediasi dirangkum dalam sebuah data laporan perkara perceraian yang dimediasi.

Melalui data tersebut dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai sedikit atau banyaknya jumlah perkara yang dimediasi beserta persentase keberhasilan mediasi. Berikut merupakan data laporan perkara perceraian yang dimediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan setiap tahunnya:19

1. Pada periode bulan November dan bulan Desember tahun 2018 (awal berdirinya Pengadilan Agama Gedong Tataan), hanya terdapat 1 perkara perceraian yang dimediasi, namun mediasi tersebut tidak berhasil.

2. Pada periode tahun 2019, dari 59 perkara perceraian yang dimediasi, yang berhasil diselesaikan melalui jalur mediasi hanya 9 perkara perceraian atau sebesar 15,2% dari 59 perkara tersebut.

3. Pada periode tahun 2020, dari 56 perkara perceraian yang dimediasi, yang berhasil diselesaikan melalui jalur mediasi hanya 7 perkara perceraian atau sebesar 12,5% dari 56 perkara tersebut.

4. Pada periode bulan Januari hingga Mei tahun 2021, dari 31 perkara perceraian yang dimediasi, yang berhasil diselesaikan melalui jalur mediasi hanya 2 perkara perceraian atau sebesar 6,4% dari 31 perkara tersebut.

19 Data bagian kepaniteraan muda Pengadilan Agama Gedong Tataan

Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan dari tahun ke tahun relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari angka keberhasilan mediasi, yaitu pada tahun 2018 pada periode bulan November dan Desember tidak ada perkara mediasi yang berhasil diselesaikan, karena tahun tersebut merupakan tahun awal berdirinya Pengadilan Agama Gedong Tataan. Pada tahun 2019 mencapai 15,2%. Pada tahun 2020 mengalami penurunan persentase menjadi 12,5% . Pada tahun 2021 periode bulan Januari hingga Mei mencapai 6,4%, atau dapat disimpulkan sejak bulan November tahun 2018 hingga bulan Mei tahun 2021, jumlah perkara yang dimediasi sebanyak 147, tidak berhasil dimediasi sebanyak 129 perkara, sedangkan yang berhasil dimediasi hanya 18 perkara atau dengan persentase 12,2%.

Berdasarkan data laporan mediasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mediasi mengenai perkara perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan belum tercapai atau lebih banyak angka ketidakberhasilan mediasi daripada angka keberhasilan mediasi.

Penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur mediasi, tetapi dalam pelaksanaan prosedur tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan semestinya, dimana terkadang terdapat situasi atau pihak yang membuat pelaksanaan mediasi tersebut tidak berjalan efektif. Pihak yang dimaksud tersebut yaitu para pihak yang bersengketa baik penggugat maupun tergugat.

3. Faktor Penghambat Keberhasilan Mediasi pada Pengadilan