• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Mekanisme Mediasi dalam Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri

TANJUNG KARANG

1. Efektivitas Mekanisme Mediasi dalam Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri

Semua sengketa Perdata yang diajukan ke Pengadilan, wajib terlebih dahulu untuk diselesaikan melalui upaya mediasi. Hal ini sebagaimana ketentuan dalam Pasal 130 HIR/ 154 RBg, mengharuskan hakim di dalam menyelesaikan suatu perkara untuk mengupayakan mediasi gun mencapai perdamaian terlebih dahulu bagi para pihak yang berperkara (penggugat dan tergugat) dan dengan Perma No 1 tahun 2016. Upaya mediasi

6 Berdasarkan hasil penelitian penulis selama mengikuti perkara di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang

7 M.Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, Dan Putusan Pengadilan) Edisi Kedua. Sinar Grafika ed, 2017, hal.

239.

mediasi, 6Mediasi diawal persidangan diharapkan dapat berhasil dan mengurangi perkara yang masuk ke pengadilan. Mediasi wajib dilakukan oleh para pihak yang bersengketa sesuai dengan proses Hukum Acara Perdata yang pada prinsipnya upaya hakim untuk mendamaikan bersifat imperatif 7 atau harus disampaikan kepada para pihak untuk melakukan proses mediasi. MA telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, maka setiap perkara perdata tertentu yang akan diadili oleh hakim pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan peradilan agama diwajibkan terlebih dahulu untuk menempuh prosedur mediasi di pengadilan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan melalui mediasi belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan, hal ini didukung dengan fakta bahwa masih banyaknya perkara yang gagal dimediasi di Pengadilan.

Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi permasalahan adalah tingkat efektivitas pengadilan dalam menyelesaikan perkara perdata melalui mediasi, dan faktor- faktor penghambat banyaknya perkara perdata yang tidak dapat diselesaikan melalui mediasi.

1. Efektivitas Mekanisme Mediasi dalam Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri

Semua sengketa Perdata yang diajukan ke Pengadilan, wajib terlebih dahulu untuk diselesaikan melalui upaya mediasi. Hal ini sebagaimana ketentuan dalam Pasal 130 HIR/ 154 RBg, mengharuskan hakim di dalam menyelesaikan suatu perkara untuk mengupayakan mediasi gun mencapai perdamaian terlebih dahulu bagi para pihak yang berperkara (penggugat dan tergugat) dan dengan Perma No 1 tahun 2016. Upaya mediasi

6 Berdasarkan hasil penelitian penulis selama mengikuti perkara di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang

7 M.Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, Dan Putusan Pengadilan) Edisi Kedua. Sinar Grafika ed, 2017, hal.

239.

dilakukan oleh pengadilan mulai saat awal persidangan (siding pertama) sampai dengan sebelum ada putusan pengadilan.

Namun di dalam praktiknya kuantitas banyaknya sengketa dan kualitas sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi tidak berbanding lurus, karena hampir (100%) seratus persen berupa putusan konvensional yaitu menang dan kalah (winning or losing).

Perkara perdata yang sudah didaftarkan ke Panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan, kemudian melalui Ketua Pengadilan Negeri ada penunjukan majelis Hakim. Ketua Majelis hakim kemudian menentukan hari pertama persidangan, dan melalui juru sita/juru sita pengganti melakukan pemanggilan kepada para pihak yang berperkara. Perintah untuk melakukan mediasi disampaikan hakim dihadapan kedua belah pihak, karena mediasi dilakukan oleh dua pihak yang berperkara. Jika yang hadir hanya salah satu pihak, secara formil hakim tidak dapat menyampaikan perintah yang dimaksud karena tidak mungkin mediasi dilakukan terhadap satu pihak saja. Berdasarkan Perma No 1 Tahun 2016 dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu:

a. Tahap Pra Mediasi

Pada hari sidang pertama pengadilan yang dihadiri oleh kedua belah pihak (penggugat dan tergugat) baik mewakili dirinya sendiri atau melalui kuasa hukumnya, hakim mewajibkan kepada para pihak yang bersengketa untuk melakukan upaya hukum mediasi. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Ayat 1 Perma No 1 Tahun 2016 Kehadiran Para Pihak sebagaimana dimaksud berdasarkan panggilan yang sah dan patut.

Pada sidang pertama, Hakim Pemeriksa Perkara menanyakan kepada Para Pihak yang telah dipanggil secara sah dan patut apakah telah menempuh upaya damai sebelumnya, apabila sudah tetapi masih gagal Hakim Pemeriksa Perkara tetap harus mewajibkan Para Pihak untuk melakukan Mediasi. Sidang pertama tersebut merupakan acara tunggal, yaitu memerintahkan kepada para pihak untuk wajib menempuh jalur mediasi terlebih dahulu.

Pemanggilan pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum acara. Jika para pihak lebih dari satu, Mediasi tetap diselenggarakan setelah pemanggilan dilakukan secara sah dan patut walaupun tidak seluruh pihak hadir. Misal dalam perkara hutang piutang yang melibatkan 1 orang penggugat dengan beberapa orang tergugat. Ketidakhadiran pihak turut tergugat yang kepentingannya tidak signifikan tidak menghalangi pelaksanaan mediasi.

Hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi, serta menjelaskan mengenai prosedur mediasi kepada para pihak. Penjelasan tersebut meliputi:

a. Pengertian serta manfaat mediasi

b. Kewajiban bagi para pihak untuk menghadiri mediasi

c. Biaya yang timbul dalam proses mediasi sebagai bagian dari biaya perkara

d. Jika mediasi tercapai akan dilanjutkan dengan dibuatnya akta perdamaian atau pencabutan gugatan.

e. Para pihak wajib untuk menandatangani formulir penjelasan mediasi.

Hakim pemeriksa perkara menyerahkan formulir penjelasan mediasi kepada para pihak yang memuat pernyataan memperoleh penjelasan prosedur mediasi secara lengkap dari hakim pemeriksa perkara, memahami dengan baik prosedur mediasi, dan bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik.

Formulir tersebut ditandatangani para pihak dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan oleh berkas perkara. Penjelasan hakim pemeriksa perkara dan penandatanganan formulir penjelasan mediasi wajib dimuat dalam Berita Acara Sidang. Kemudian hakim memberikan kewenangan memilih sepenuhnya kepada para pihak apakah menggunakan ingin menggunakan mediator dari pengadilan atau mediator dari luar pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontak sebagaimana ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang HUkum Perdata (KUH Perdata). Jika mediator dari pengadilan tidak dikenakan biaya

Pemanggilan pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum acara. Jika para pihak lebih dari satu, Mediasi tetap diselenggarakan setelah pemanggilan dilakukan secara sah dan patut walaupun tidak seluruh pihak hadir. Misal dalam perkara hutang piutang yang melibatkan 1 orang penggugat dengan beberapa orang tergugat. Ketidakhadiran pihak turut tergugat yang kepentingannya tidak signifikan tidak menghalangi pelaksanaan mediasi.

Hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi, serta menjelaskan mengenai prosedur mediasi kepada para pihak. Penjelasan tersebut meliputi:

a. Pengertian serta manfaat mediasi

b. Kewajiban bagi para pihak untuk menghadiri mediasi

c. Biaya yang timbul dalam proses mediasi sebagai bagian dari biaya perkara

d. Jika mediasi tercapai akan dilanjutkan dengan dibuatnya akta perdamaian atau pencabutan gugatan.

e. Para pihak wajib untuk menandatangani formulir penjelasan mediasi.

Hakim pemeriksa perkara menyerahkan formulir penjelasan mediasi kepada para pihak yang memuat pernyataan memperoleh penjelasan prosedur mediasi secara lengkap dari hakim pemeriksa perkara, memahami dengan baik prosedur mediasi, dan bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik.

Formulir tersebut ditandatangani para pihak dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan oleh berkas perkara. Penjelasan hakim pemeriksa perkara dan penandatanganan formulir penjelasan mediasi wajib dimuat dalam Berita Acara Sidang. Kemudian hakim memberikan kewenangan memilih sepenuhnya kepada para pihak apakah menggunakan ingin menggunakan mediator dari pengadilan atau mediator dari luar pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontak sebagaimana ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang HUkum Perdata (KUH Perdata). Jika mediator dari pengadilan tidak dikenakan biaya

sedangkan mediator dari luar pengadilan dikenakan biaya. Jika para pihak telah memilih mediator, Ketua majelis hakim perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan mediasi dan menunjuk mediator.

Hakim pemeriksa perkara mewajibkan para pihak pada hari itu juga, atau paling lama 2 (dua) hari berikutnya untuk berunding guna memilih mediator dari daftar pengadilan yang telah tersedia, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk meilih mediator di luar daftar nama tersebut, termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan penggunaan mediator. Jika para pihak menggunakan mediator yaitu hakim yang telah ada dalam daftar mediator, termasuk ruangan yang digunakan maka tidak dikenakan biaya (gratis). Jika memilih mediator diluar pengadilan, biaya ditanggung oleh para pihak secara bersama berdasarkan kesepakatan.

Berdasarkan kesepakatan para pihak dapat memilih satu atau lebih mediator sesuai dengan daftar hakim mediator yang telah disipkan oleh Pengadilan. Pemilihan mediator berdasarkan kesepakatan para pihak sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata yaitu syarat sahnya perjanjian. Jika para pihak tidak mencapai kesepakatan sesuai dengan waktu yang telah diberikan oleh hakim mengenai mediator, maka ketua Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut menunjuk mediator yang memediasi perkara.

Penunjukan mediator oleh ketua majelis dituangkan dalam bentuk penetapan. Di PN TK dalam pelaksanaan mediasi biasanya para pihak memilih mediator yang telah disiapkan oleh pengadilan. 8 Jadi pengadilan tidak bisa secara ex-officio menetapkan mediator yang memediasi suatu perkara. Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut dilarang untuk bertindak sebagai mediator, hal ini untuk menjaga objektivitas pemerikasaan perkara.

Hakim PN Tanjung Karang berjumlah 20 (dua puluh) orang.

Berdasarkan nama-nama hakim tersebut di atas, yang 8

Berdasarkan wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri kelas IA Tanjung Karang.

mempunyai kompetensi sebagai mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator, yang mana sertifikat itu diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung (Pasal 13 ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016). Hakim tidak bersertifikat dapat menjalankan fungsi Mediator berdasarkan surat keputusan ketua Pengadilan, dalam hal tidak ada atau terdapat keterbatasan jumlah Mediator bersertifikat (Pasal 13 ayat (2) Perma Nomor 1 Tahun 2016). Di PN Tanjung Karang lima(5) diantaranya adalah hakim mediator yang telah tersertifikasi dan hakim lain dapat menjalankan fungsi sebagai mediator berdasarkan surat keputusan Ketua PN Tanjung Karang.

b. Tahap pelaksanaan Mediasi

Setelah hakim memberitahukan akan adanya upaya mediasi kepadapara pihak, mereka berhak memilih seorang atau lebih Mediator yang tercatat dalam Daftar Mediator di Pengadilan.

Mediator berjumlah satu atau lebih, jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari satu orang Mediator, pembagian tugas Mediator ditentukan dan disepakati oleh para Mediator. Dalam menentukan hakim, para pihak bebas tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun. Hakim kemudian menetapkan hakim mediator. Apabila para pihak tidak dapat bersepakat memilih Mediator dalam jangka waktu sebagaimana yang sudah ditentukan, maka ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara segera menunjuk Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan. Di PN Tanjung Karang, hakim memberikan daftar nama hakim yang bertugas sebagai mediator, kemudian para pihak diberikan kesempatan dan harus ada kesepakatan untuk memilih satu atau lebih mediator. Ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan Mediasi dan menunjuk Mediator. Hakim Pemeriksa Perkara memberitahukan penetapan sebagaimana dimaksud kepada Mediator melalui panitera pengganti.

mempunyai kompetensi sebagai mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator, yang mana sertifikat itu diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung (Pasal 13 ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016). Hakim tidak bersertifikat dapat menjalankan fungsi Mediator berdasarkan surat keputusan ketua Pengadilan, dalam hal tidak ada atau terdapat keterbatasan jumlah Mediator bersertifikat (Pasal 13 ayat (2) Perma Nomor 1 Tahun 2016). Di PN Tanjung Karang lima(5) diantaranya adalah hakim mediator yang telah tersertifikasi dan hakim lain dapat menjalankan fungsi sebagai mediator berdasarkan surat keputusan Ketua PN Tanjung Karang.

b. Tahap pelaksanaan Mediasi

Setelah hakim memberitahukan akan adanya upaya mediasi kepadapara pihak, mereka berhak memilih seorang atau lebih Mediator yang tercatat dalam Daftar Mediator di Pengadilan.

Mediator berjumlah satu atau lebih, jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari satu orang Mediator, pembagian tugas Mediator ditentukan dan disepakati oleh para Mediator. Dalam menentukan hakim, para pihak bebas tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun. Hakim kemudian menetapkan hakim mediator. Apabila para pihak tidak dapat bersepakat memilih Mediator dalam jangka waktu sebagaimana yang sudah ditentukan, maka ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara segera menunjuk Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan. Di PN Tanjung Karang, hakim memberikan daftar nama hakim yang bertugas sebagai mediator, kemudian para pihak diberikan kesempatan dan harus ada kesepakatan untuk memilih satu atau lebih mediator. Ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan Mediasi dan menunjuk Mediator. Hakim Pemeriksa Perkara memberitahukan penetapan sebagaimana dimaksud kepada Mediator melalui panitera pengganti.

Proses Mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi. Selama jangka waktu tersebut para pihak dan mediator akan mengatur jadwal dan waktu kapan akan dilakukan proses mediasi. JIka sampai dengan waktu tersebut belum tercapai kesepakatan, maka waktu mediasi dapat diperpanjang 30 (tiga puluh hari) lagi berdasarkan permintaan para pihak kepada halim pemeriksa. Setelah ditetapkan hakim mediatornya, maka paling lambat 5 (lima) hari para pihak harus menyerahkan resume yang memuat duduk perkara tersebut dan memberikannya kepada mediator. Tujuan penyerahan resume adalah agar hakim mediator dapat mempelajari terlebih dahulu perkara yang akan dimediasi.

Mediator kemudian mempelajari kasus yang menjadi sengketa untuk dipelajari, sehingga memberikan solusi yang terbaik bagi para pihak. Mediator biasanya adalah rang yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, missal jika menjadi mediator dalam perkara perceraian, maka harus mengusai hukum perkawinan dan hukum keluarga di Indonesia.

Hakim Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi, setelah menerima penetapan penunjukan sebagai mediator. Bisanya mediasi dilakukan di dalam ruangan yang sudah disiapkan PN yaitu ruangan di gedung Pengadilan, mediator atas kuasa hakim pemeriksa perkara melalui panitera melakukan pemanggilan para pihak dengan bantuan juru sita atau juru sita pengganti untuk menghadiri pertemuan mediasi.

Setelah menerima panggilan kapan dilakukan mediasi, para pihak wajib untuk datang ke tempat yang telah ditentukan dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum. Pada proses mediasi, alangkah baiknya pihak-pihak yang berpekara langsung yang hadir karena merekalah yang mengetahui permasalahan dan keinginannya dalam sengketa ini serta menunjukkan adanya itikad baik untuk melakukan mediasi, kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan maka dapat diwakili oleh kuasa hukumnya dengan menunjukkan surat kuasa khusus. Para pihak yang tidak dapat hadir pada saat mediasi harus disertai dengan alasan yang dapat diterima oleh para pihak, yang meliputi:

a. Kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk hadir, yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter b. Jika pihak yang dipanggil tersebut di bawah pengampuan,

namun jika sudah ada penetapan bahwa yang bersangkutan berada di bawah pengampuan akan diwakili oleh wali pengampu untuk hadir dalam mediasi.

c. Jika yang bersangkutan mendapatkan tugas Negara tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

Kehadiran para pihak menunjukan itikad baik dalam upaya penyelesaian sengketa. Setelah para pihak hadir.

Saat ini mediasi dapat dilakukan dengan menggunakan media audio visual jarak jauh (video conference) yang memungkinkan para pihak sehingga mereka dapat terlibat secara langsung dalam pertemuan tersebut. Hal ini tertuang dalam Pasal 5 Ayat 3 Perma No 1 tahun 2016. Artinya para pihak yang bersengketa tidak harus berada dalam atau tempat yang sama, proses mediasi dapat terus berlangsung. Jadi penggunaan media audio visual dapat dilakukan jika memang diperlukan yang didasarkan atas kesepakatan para pihak. Hal ini menunjukkan bahwa pengadilan dengan hakim mediatornya mengupayakan semaksimal mungkin tercapainya perdamaian, jadi jarak bukan dijadikan alasan untuk membatalkan proses mediasi. Waktu mediasi dibuat sefleksibel mungkin menyesuaikan dengan kondisi para pihak. Misalnya pertemuan dilakukan 1 atau 2 kali per minggu yang dianggap layak dan realistis jika dikaitkan dengan proses mediasi yang cepat dan menguntungkan bagi para pihak.

Berdasarkan data Laporan Tahunan PN Tk tahun 2019 jumlah mediasi sebanyak 154 perkara, dengan jumlah perkara yang berhasil dimediasi yaitu 2 perkara (1,29%). Tahun 2020, terdapat 129 perkara perdata yang dimediasi dengan jumlah perkara yang berhasil dimediasi sebanyak 5 perkara (3,87%). Tahun 2021, perkara perdata yang dimediasi 123, dengan jumlah mediasi yang berhasil sebanyak 6 kasus (4,46%).9 Tahun 2022 sampai dengan bulan Agustus 2022 9

Laptah 2019,2020,2021. https://pn-tanjungkarang.go.id/layanan- publik/laporan-tahunan/26.

a. Kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk hadir, yang dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter b. Jika pihak yang dipanggil tersebut di bawah pengampuan,

namun jika sudah ada penetapan bahwa yang bersangkutan berada di bawah pengampuan akan diwakili oleh wali pengampu untuk hadir dalam mediasi.

c. Jika yang bersangkutan mendapatkan tugas Negara tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

Kehadiran para pihak menunjukan itikad baik dalam upaya penyelesaian sengketa. Setelah para pihak hadir.

Saat ini mediasi dapat dilakukan dengan menggunakan media audio visual jarak jauh (video conference) yang memungkinkan para pihak sehingga mereka dapat terlibat secara langsung dalam pertemuan tersebut. Hal ini tertuang dalam Pasal 5 Ayat 3 Perma No 1 tahun 2016. Artinya para pihak yang bersengketa tidak harus berada dalam atau tempat yang sama, proses mediasi dapat terus berlangsung. Jadi penggunaan media audio visual dapat dilakukan jika memang diperlukan yang didasarkan atas kesepakatan para pihak. Hal ini menunjukkan bahwa pengadilan dengan hakim mediatornya mengupayakan semaksimal mungkin tercapainya perdamaian, jadi jarak bukan dijadikan alasan untuk membatalkan proses mediasi. Waktu mediasi dibuat sefleksibel mungkin menyesuaikan dengan kondisi para pihak. Misalnya pertemuan dilakukan 1 atau 2 kali per minggu yang dianggap layak dan realistis jika dikaitkan dengan proses mediasi yang cepat dan menguntungkan bagi para pihak.

Berdasarkan data Laporan Tahunan PN Tk tahun 2019 jumlah mediasi sebanyak 154 perkara, dengan jumlah perkara yang berhasil dimediasi yaitu 2 perkara (1,29%). Tahun 2020, terdapat 129 perkara perdata yang dimediasi dengan jumlah perkara yang berhasil dimediasi sebanyak 5 perkara (3,87%). Tahun 2021, perkara perdata yang dimediasi 123, dengan jumlah mediasi yang berhasil sebanyak 6 kasus (4,46%).9 Tahun 2022 sampai dengan bulan Agustus 2022 9

Laptah 2019,2020,2021. https://pn-tanjungkarang.go.id/layanan- publik/laporan-tahunan/26.

sebnyak 177 perkara perdata, dengan jumlah perkara yang dapat diselesaikan melalui proses mediasi di PN TK sebanyak 9 perkara.10 Berdasarkan data keberhasilan mediasi tahun 2019-2022 di bulan Agustus, efektivitas mediasi untuk menyelesaikan gugatan perkara perdata masih sangat rendah.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Perkara