• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi The International Trademark System di Indonesia The International Trademark System adalah pendaftaran

Dalam dokumen MONOGRAF DINAMIKA REFORMASI HUKUM DI INDONESIA (Halaman 193-200)

DIGITALISASI DI INDONESIA

2. Implementasi The International Trademark System di Indonesia The International Trademark System adalah pendaftaran

merek secara internasional yang diatur dalam Perjanjian Madrid Tahun 1891 dan Protokol Madrid Tahun 1989.18 Perjanjian Madrid telah ditandatangani oleh 55 negara, sedangkan Protokol Madrid telah ditandatangani oleh 112 negara. Namun, Indonesia hanya mengaksesi Protokol Madrid yaitu pada tanggal 2 Oktober 2017 dan mulai diterapkan pada tanggal 2 Januari 2018.19 Sebelum mengaksesi Protokol Madrid, Indonesia telah memiliki pengaturan sendiri 17

Hafid Zakariya dan Nurul Hidayah, “Keberpihakan Pemerintah Dalam Mendukung Daya Saing UMKM Melalu Pendaftaran Merek Kolektif,” Jurnal Serambi

Hukum 10, no. 2 (2017): 1–12,

https://media.neliti.com/media/publications/163553-ID-keberpihakan- pemerintah- dalam-mendukung.pdf.

18 Alexander A. Kurniawan, “Kesiapan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Menyiapkan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Kota Surakarta Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Melalui Kebijakan Merek,” Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum 5, no. 2 (2016): 43–70, https://doi.org/10.14421/sh.v5i2.2004; Andry Setiawan, Dewi Sulistianingsih, dan Leo Bernado Aglesius, “The Implementation of International Trademark Registration in Indonesia Post-Ratification of Madrid Protocol,” Varia Justicia 4, no. 2 (2018): 51–60, https://doi.org/10.31603/variajusticia.v14i2.2104.

19 WIPO, “Members of Madrid Union,” World Intellectual Property Organization (WIPO), 2022,

https://www.wipo.int/madrid/en/members/#:~:text=Membership,for expansion as membership grows.

berlaku. Keputusan kantor merek negara tujuan akan dicatat oleh WIPO dalam daftar internasional dan kemudian diumumkan ke pemohon. Apabila permohonan pendaftaran merek ditolak oleh kantor merek negara tujuan, baik secara total atau sebagian, keputusan tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan kantor merek negara tujuan lain. Pemohon dapat menentang keputusan penolakan dari kantor merek tersebut sesuai dengan undang- undang. Jika permohonan diterima, kantor merek negara tujuan akan mengeluarkan pernyataan mengenai pemberian perlindungan terhadap merek. Pendaftaran merek secara internasional akan berlaku selama 10 tahun dan dapat diperbarui di setiap akhir periode.17

2.

Implementasi The International Trademark System di Indonesia The International Trademark System adalah pendaftaran merek secara internasional yang diatur dalam Perjanjian Madrid Tahun 1891 dan Protokol Madrid Tahun 1989.18 Perjanjian Madrid telah ditandatangani oleh 55 negara, sedangkan Protokol Madrid telah ditandatangani oleh 112 negara. Namun, Indonesia hanya mengaksesi Protokol Madrid yaitu pada tanggal 2 Oktober 2017 dan mulai diterapkan pada tanggal 2 Januari 2018.19 Sebelum mengaksesi Protokol Madrid, Indonesia telah memiliki pengaturan sendiri 17

Hafid Zakariya dan Nurul Hidayah, “Keberpihakan Pemerintah Dalam Mendukung Daya Saing UMKM Melalu Pendaftaran Merek Kolektif,” Jurnal Serambi

Hukum 10, no. 2 (2017): 1–12,

https://media.neliti.com/media/publications/163553-ID-keberpihakan- pemerintah- dalam-mendukung.pdf.

18 Alexander A. Kurniawan, “Kesiapan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Menyiapkan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Kota Surakarta Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Melalui Kebijakan Merek,” Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum 5, no. 2 (2016): 43–70, https://doi.org/10.14421/sh.v5i2.2004; Andry Setiawan, Dewi Sulistianingsih, dan Leo Bernado Aglesius, “The Implementation of International Trademark Registration in Indonesia Post-Ratification of Madrid Protocol,” Varia Justicia 4, no. 2 (2018): 51–60, https://doi.org/10.31603/variajusticia.v14i2.2104.

19 WIPO, “Members of Madrid Union,” World Intellectual Property Organization (WIPO), 2022,

https://www.wipo.int/madrid/en/members/#:~:text=Membership,for expansion as membership grows.

tentang merek yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.20 Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2018 juga menjadi peraturan khusus tentang pendaftaran merek secara internasional di Indonesia.21 Aksesi membuat undang-undang dan/atau peraturan yang ada sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam aturan yang lebih tinggi sehingga terjadi keselarasan di antaranya. Keselarasan peraturan mengenai pendaftaran merek internasional di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Harmonisasi Peraturan Mengenai Pendaftaran Merek Internasional di Indonesia

Regulasi Madrid Protocol 1989

UU No.

20/2016

PP No.

22/2018

Keterangan

Syarat permohonan

Pasal 2 ayat (1) dan (2)

Pasal 52 ayat (2) dan (3)

Pasal 3 ayat (4) dan Pasal 5

Pasal-pasal tersebut memiliki keselarasan di mana dijelaskan bahwa syarat dari permohonan pendaftaran merek yaitu harus berkewarganegaraa,

berdomisili atau memiliki usaha di negara tujuan,

dalam hal ini adalah Indonesia Cara

pendaftaran merek secara internasional

Pasal 3 Pasal 52 ayat (1)

Pasal 10-16

Pasal-pasal tersebut menjelaskan tata cara pendaftaran merek secara

internasional di mana permohonan yang ditujukan

ke negara tujuan (dalam hal ini Indonesia) akan

dikirimkan ke Biro Internasional. Namun, UU

20 Abdul Kadir Jaelani, I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, dan Lego Karjoko,

“Development Of Tourism Based On Geographic Indication Towards To Welfare State,”

International Journal of Advanced Science and Technology 9, no. 3s (2020): 1227–34, http://sersc.org/journals/index.php/ IJAST/article/view/6076.

21 Rian Saputra, Adi Sulistiyono, dan Emmy Latifah, “Permohonan Internasional Sebagai Upaya Perlindungan Indikasi Geografis Dalam Perdagangan Global (Study Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2018),” Jurnal IUS Kajian Hukum Dan Keadilan 7, no. 2 (2019): 237–48, https://doi.org/10.29303/ius.v7i2.630.

No.20/2016 tidak menjelaskan secara detail mengenai cara pendaftaran merek secara internasional,

tetapi penjelasan lebih lanjut dimuat dalam PP

No. 22/2018

Biaya pendaftaran merek secara internasional

Pasal 8 Pasal 82 Pasal 4

Pasal-pasal tersebut menjelaskan terkait biaya

pendaftaran di mana pemohon harus membayar

biaya yang dikenakan langsung kepada Biro Internasional dan juga biaya

administrasi. UU 20/2016 tidak menjelaskan mengenai

biaya secara detail.

Namun, hal tersebut ditegaskan dengan adanya

aturan dalam PP No.

22/2018

Penolakan pendaftaran

Pasal 5 Pasal 20-21 Pasal 15

Pasal-pasal tersebut menjelaskan mengenai penolakan pendaftaran merek di mana penolakan

harus disertai dengan alasan yang jelas dan dilaporkan ke Biro

Internasional 20/2016 menjelaskan bahwa

pendaftaran merek dapat diperpanjang dengan jangka

waktu yang sama yaitu 10 tahun.

Perpanjangan dilakukan enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan. Hal tersebut juga ditegaskan dalam PP

No. 22/2018 yang menyatakan bahwa perpanjangan dilakukan berdasarkan pengaturan

umum yaitu UU No. 20/2016.

No.20/2016 tidak menjelaskan secara detail mengenai cara pendaftaran merek secara internasional,

tetapi penjelasan lebih lanjut dimuat dalam PP

No. 22/2018

Biaya pendaftaran merek secara internasional

Pasal 8 Pasal 82 Pasal 4

Pasal-pasal tersebut menjelaskan terkait biaya

pendaftaran di mana pemohon harus membayar

biaya yang dikenakan langsung kepada Biro Internasional dan juga biaya

administrasi. UU 20/2016 tidak menjelaskan mengenai

biaya secara detail.

Namun, hal tersebut ditegaskan dengan adanya

aturan dalam PP No.

22/2018

Penolakan pendaftaran

Pasal 5 Pasal 20-21 Pasal 15

Pasal-pasal tersebut menjelaskan mengenai penolakan pendaftaran merek di mana penolakan

harus disertai dengan alasan yang jelas dan dilaporkan ke Biro

Internasional 20/2016 menjelaskan bahwa

pendaftaran merek dapat diperpanjang dengan jangka

waktu yang sama yaitu 10 tahun.

Perpanjangan dilakukan enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan. Hal tersebut

juga ditegaskan dalam PP No. 22/2018 yang menyatakan bahwa perpanjangan dilakukan berdasarkan pengaturan

umum yaitu UU No. 20/2016.

Pencatatan perubahan

hak kepemilikan,

nama, dan/

atau alamat

Pasal 9-9bis Pasal 40- 41 Pasal 20-23

Sebagaimana diatur dalam Madrid Protocol, UU No.

20/2016 dan PP No.

22/2018 menjelaskan bahwa merek dapat melakukan perubahan hak kepemilikan, nama, dan/atau alamat yang dapat diajukan langsung ke

Biro Internasional atau melalui Menteri

Transformasi Pasal 9quinquies - Pasal 26-27

UU No.20/2016 tidak mengatur mengenai transformasi pendaftaran internasional seperti dalam

Madrid Protocol. Namun, pengaturan ini telah diterapkan secara detail

dalam PP No.22/2018.

Berdasarkan uraian tersebut, Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 belum dengan rinci mengatur mengenai pendaftaran merek secara internasional atau biasa disebut Madrid System. Namun, ditegaskan dalam Pasal 55 ayat (4) bahwa pendaftaran merek secara internasional berdasarkan Madrid Protocol akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.22 Ketentuan dalam Pasal 55 ayat (4) ini memberikan keselarasan antara Madrid Protocol 1989, Undang- Undang No. 20 Tahun 2016, dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2018. Pokok-pokok pembahasan dalam Madrid Protocol 1989 telah diterapkan penuh dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2018 yang merupakan peraturan khusus tentang pendaftaran merek internasional berdasarkan Protokol Madrid.

Implementasi The Internasional Trademark System di Indonesia juga dapat dilihat melalui berbagai aspek yaitu:23

1)

Aspek hukum, melalui diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2018 dan dimuatnya aturan mengenai Madrid System dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang 22

Pasal 55 ayat (4) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016

23 DJKI, “Pemanfaatan Sistem Madrid Untuk Pendaftaran Internasional Merek,”

Direktorat JenderalKekayaan Intelektual (DJKI), 2019, https:/www.dgip.go.id/artikel/

detail-artikel/pemanfaatan-sistem-madrid-untuk-pendaftaran-internasional- merek?csrt=15642126324363282868.

Merek dan Indikasi Geografis, sehingga hal tersebut membuat syarat pendaftaran menjadi lebih sederhana dan proses pendaftaran menjadi lebih singkat;

2)

Aspek organisasi, melalui diselesaikannya daftar tunggu (backlog), ditambahnya jumlah pemeriksa, dan dibentuk Madrid Unit;

3)

Aspek administrasi, melalui penyesuaian prosedur operasional dengan Madrid System, sehingga standar prosedur operasional sesuai dengan peran Dirjen KI sebagai kantor negara asal dan kantor negara tujuan;

4)

Aspek otomasi, melalui sistem teknologi informasi DJKI yang dikembangkan dengan menggunakan Industrial Property Automation System (IPAS) yaitu sistem yang digunakan oleh negara-negara anggota Madrid Union untuk pendaftaran merek, sehingga kegiatan administrasi dapat dilakukan secara otomatis;

5)

Aspek edukasi, melalui diselenggarakannya berbagai seminar dan bimtek untuk pihak-pihak terkait.

Ditinjau dari keefektivitasan penerapan The International Trademark System di Indonesia, penulis berpendapat bahwa efektivitas aksesi The International Trademark System sudah sangat baik diimplementasikan Indonesia terhadap sistem pendaftaran merek saat ini.

Di era digitalisasi saat ini, The International Trademark System diimplementasikan melalui pendaftaran merek yang dapat dilakukan secara daring untuk mempermudah proses pendaftaran.

The International Trademark System mulai diimplementasikan di Indonesia, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.

22 Tahun 2018. Implementasi The International Trademark System juga diterapkan dalam berbagai aspek seperti: diselesaikannya daftar tunggu (backlog); ditambahnya jumlah anggota pemeriksa dan pembentukan Madrid Unit; Penyesuaian prosedur operasional dengan Madrid System; sistem teknologi informasi DJKI yang

Merek dan Indikasi Geografis, sehingga hal tersebut membuat syarat pendaftaran menjadi lebih sederhana dan proses pendaftaran menjadi lebih singkat;

2)

Aspek organisasi, melalui diselesaikannya daftar tunggu (backlog), ditambahnya jumlah pemeriksa, dan dibentuk Madrid Unit;

3)

Aspek administrasi, melalui penyesuaian prosedur operasional dengan Madrid System, sehingga standar prosedur operasional sesuai dengan peran Dirjen KI sebagai kantor negara asal dan kantor negara tujuan;

4)

Aspek otomasi, melalui sistem teknologi informasi DJKI yang dikembangkan dengan menggunakan Industrial Property Automation System (IPAS) yaitu sistem yang digunakan oleh negara-negara anggota Madrid Union untuk pendaftaran merek, sehingga kegiatan administrasi dapat dilakukan secara otomatis;

5)

Aspek edukasi, melalui diselenggarakannya berbagai seminar dan bimtek untuk pihak-pihak terkait.

Ditinjau dari keefektivitasan penerapan The International Trademark System di Indonesia, penulis berpendapat bahwa efektivitas aksesi The International Trademark System sudah sangat baik diimplementasikan Indonesia terhadap sistem pendaftaran merek saat ini.

Di era digitalisasi saat ini, The International Trademark System diimplementasikan melalui pendaftaran merek yang dapat dilakukan secara daring untuk mempermudah proses pendaftaran.

The International Trademark System mulai diimplementasikan di Indonesia, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.

22 Tahun 2018. Implementasi The International Trademark System juga diterapkan dalam berbagai aspek seperti: diselesaikannya daftar tunggu (backlog); ditambahnya jumlah anggota pemeriksa dan pembentukan Madrid Unit; Penyesuaian prosedur operasional dengan Madrid System; sistem teknologi informasi DJKI yang

dikembangkan dengan menggunakan Industrial Property Automation System (IPAS); dan diselenggarakannya berbagai seminar dan bimtek.

Jurnal

Anggraeni, Nita. “Perang Dagang Dalam Hukum Perdagangan Internasional.” Al-Ahkam 15, no. 1 (2019): 1–7.

https://doi.org/10.37035/ajh.v15i1.1967.

Cameron, Rondo, dan Larry Neal. A Concise Economic History of the World: From Paleolithic Times to the Present. 5th ed. Oxford:

Oxford University Press, 2015.

Cantika, Delila Pritaria. “Pembatalan Hak Merek Yang Telah Dijadikan Jaminan Fidusia.” Jurnal Yuridis 5, no. 1 (2018): 1–

22. https://doi.org/10.35586/.v5i1.314.

Hafsari, Yuliana Maulidda. “Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak Merek, Rahasia Dagang, Dan Pelanggaran Hak Merek Dan Rahasia Dagang Serta Hak Patent (Literatur Review Artikel).”

Jurnal Ilmu Manajemen Terapan 2, no. 6 (2021): 733–43.

https://doi.org/10.31933/jimt.v2i6.637.

Jaelani, Abdul Kadir, I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, dan Lego Karjoko. “Development Of Tourism Based On Geographic Indication Towards To Welfare State.” International Journal of Advanced Science and Technology 9, no. 3s (2020): 1227–34.

http://sersc.org/journals/index.php/IJAST/article/view/6 076.

Kesuma, Derry Angling. “Kontrak Elektronik Dalam Perdagangan Internasional Ditinjau Dari Perspektif Hukum Positif Indonesia.” Jurnal Papatung: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, Pemerintahan, Dan Politik 1, no. 3 (2018): 19–26.

https://doi.org/10.54783/japp.v1i3.414.

Kurniawan, Alexander A. “Kesiapan Pemerintah Kota Surakarta Dalam Menyiapkan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Kota Surakarta Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Melalui Kebijakan Merek.” Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum 5, no. 2 (2016): 43–70.

https://doi.org/10.14421/sh.v5i2.2004.

Mahardhita, Yoga, dan Ahmad Yakub Sukro. “Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Melalui Mekanisme ―Cross Border Measure.‖” Qistie: Jurnal Ilmu Hukum 11, no. 1 (2018): 86–106.

https://doi.org/10.31942/jqi.v11i1.2227.

Mahardika, Yohanes Adi Putra, dan Irna Nurhayati. “Analisis Permohonan Pendaftaran Merek Secara Internasional Bagi UMKM Setelah Diterbitkan Peraturan Presiden No. 92 Tahun 2017 Tentang Ratifikasi Protokol Madrid.” Journal of Intellectual Property (JIPRO) 2, no. 2 (2019): 1–13.

https://doi.org/10.20885/jipro.vol2.iss2.art1.

Nugroho, Muhammad Iqbal, dan Devi Siti Hamzah Marpaung.

“Plagiarisme Dalam Merek Dagang Dan Mekanisme Penyelesaiannya Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa.”

Jurnal Justitia: Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora 9, no. 4 (2022): 2037–42. https://doi.org/10.31604/justitia.v9i4.2037- 2042.

Saputra, Rian, Adi Sulistiyono, dan Emmy Latifah. “Permohonan Internasional Sebagai Upaya Perlindungan Indikasi Geografis Dalam Perdagangan Global (Study Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2018).” Jurnal IUS Kajian Hukum

DanKeadilan 7, no. 2 (2019): 237–48.

https://doi.org/10.29303/ius.v7i2.630.

Setiawan, Andry, Dewi Sulistianingsih, dan Leo Bernado Aglesius.

“The Implementation of International Trademark Registration in Indonesia Post-Ratification of Madrid Protocol.” Varia

Justicia 4, no. 2 (2018): 51–60.

https://doi.org/10.31603/variajusticia.v14i2.2104.

Sujadmiko, Bayu, Desi Churul Aini, dan Muhammad Febriyan Saputra. “How Indonesia Harmonize the International Trademark System.” In Proceedings of The International Conference on Environmental and Technology of Law, Business and Education on Post Covid 19, 1–10. Bandar Lampung: EAI, 2020. https://doi.org/10.4108/eai.26-9- 2020.2302728.

Yanti, Mery Oky Zufi, dan Hendri Sukotjo. “Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Dan Brand Image Terhadap

Dalam dokumen MONOGRAF DINAMIKA REFORMASI HUKUM DI INDONESIA (Halaman 193-200)